KIMIA ORAGANIK II
4. Rikit S. Fram
Kelas : 3 G Farmasi
Kelompok : 6
LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
METODE KERJA
a) Sifat Fisika
- Rumus kimia : NaOCl
- Massa molar : 74,44(2) g/mol
- Penampilan : padatan kuning kehijauan (pentahidrat)
- Bau : seperti klorin dan agak manis
- Densitas : 1,11 g/cm3
- Titik lebur : 18 °C (64 °F; 291 K) pentahidrat
- Titik didih : 101 °C (214 °F; 374 K) (terdekomposisi)
- Kelarutan dalam air : 29,3 g/100mL (0 °C)[2]
- Keasaman (pKa) : 7,5185
- Kebasaan (pKb) : 6,4815
b) Sifat Kimia
- Natrium hipoklorit anhidrat dapat dibuat, namun, seperti hipoklorit pada
umumnya, ia sangat tak stabil dan terdekomposisi disertai ledakan jika
dipanaskan atau tergesek
- natrium hipoklorit lebih stabil dalam larutan encer yang mengandung ion Na+
dan OCl− yang tersolvasi
Cangkang udang
a) Sifat fisika :
- RM/ BM : 3,2 g/mol
- Titik lebur : 1615 OC
- Titik didih : 2200 OC
- Viskositas : 2,000 Cp
b) Sifat Kimia :
- Adanya chitin, yaitu prekursor buat bikin chitosan
- Chitin harus melalui proses demineralisasi, deproteinisasi, dan deasetilasi,
baru jadi chitosan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
% rendemen
Berat percobaan Bobot awal %rendemen
0,5130 80
3.2 Perhitungan
Berat percobaan
bobot kertas saring isi = 1,9987
bobot kertas saring kosong = 0,3500
Berat percobaan = bobot kertas saring isi-bobot kertas saring kosong
= 1,9987-0,3500
= 1,6487
% Rendemen
Berat percobaan = 1,6487
Berat cangkang udang yang di timbang = 5,0421
%Rendemen =
= 32,699%
%Kadar air (<10%)
Bobot sebelum pengeringan = 0,5150
Bobot setelah pengeringan = 0,5098
%Kadar air(<10%) =
= 1,010%
% Kadar Abu (>20%)
Bobot abu = 0,4104
Bobot sampel = 0,5130
= 80%
3.3 Rekasi
3.4 Pembahasan
Mekanisme isolasi kitin terdapat tiga tahap yaitu derpotinasi, demineralisiasi,
dan dekolorisasi. Tahap deproteinasi dilakukan dengan mereaksikan kitin hasil
demineralisasi dengan basa kuat NaOH dalam ekstraktor, protein akan larut dalam larutan
NaOH. Reaksi deproteinasi bertujuan untuk memutuskan ikatan antara protein dan kitin
dengan cara menambahkan natrium hidroksida.Pada reaksi deproteinisasi terjadi, terbentuk
sedikit gelembung di permukaan larutan dan larutan dalam ekstraktor menjadi agak
mengental dan berwarna kemerahan.Pengentalan larutan dalam ekstraktor disebabkan
adanya kandungan protein dari dalam crude kitin yang terlepas dan berikatan dengan ion
Na+ dalam larutan, membentuk natrium proteinat Rendemen setelah deproteinasi adalah
sebesar 30 %. Rendemen ini merupakan rendemen kitin. Pada tahapan deproteinasi,
protein yang terekstrak adalah dalam bentuk ikatan Na-proteinat, dimana ion Na+
mengikat ujung rantai protein yang bermuatan negatif sehingga mengendap, Proses isolasi
senyawa kitin dari limbah kulit udang dilakukan dengan menggunakan metode Hong yang
meliputi deproteinasi, demineralisasi dan dekolorisasi. Proses demineralisasi yaitu
pencampuran limbah kulit udang dengan larutan HCl 1 N dalam ekstraktor, terjadi reaksi
yang cukup signifikan. Selanjutnya terbentuk banyak buih dan gelembung-gelembung
udara dengan volume yang cukup besar, dan hal ini berlangsung selama kurang lebih 5-10
menit. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya gas-gas CO2 dan H2O di permukaan larutan
berdasarkan reaksi demineralisasi. Dekolorisasi Kitin setelah melewati proses
deproteinisasi, kemudian memasuki tahap dekolorisasi yang bertujuan untuk penghilangan
warna (pigmen) yang terkandung dalamkitin, yaitu red-orange astaxanthin, suatu jenis
karotenoid. Proses ini dilakukan dengan mencampurkan kitin hasil deproteinisasi dan
larutan natrium hipoklorit (NaOCl) dengan konsentrasi 0,81 % dalam ekstraktor dan
berlangsung selama 60 menit.
Pada produksi kitin dilakukan 3 tahap yaitu, tahap pertama Demineralisasi
merupakan tahap yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa anorganik pada limbah
udang, Tahap demineralisasi ini merupakan tahap yang memegang peranan penting dalam
isolasi kitin. Hasil dari tahap ini sangat mempengaruhi kualitas kitin terutama dalam hal
kadar abu. Semakin rendah kadar abu kitin yang diperoleh maka semakin bagus kualitas
kitin yang dihasilkan. Kedua tahap Dekolorisasi merupakan tahap penghilangan pigmen
(zat warna) pada limbah udang. Pigmen yang berwarna gelap pada limbah udang disebut
crustacyani yang merupakan senyawa lipoprotein, dimana gugus lipidanya adalah senyawa
karatenoid yang dikenal dengan astaxanthin. Menurut Kasmas, E dalam Hamsina et al,
penghilangan warna bertujuan untuk memberikan penampakan yang menarik pada produk
kitin yang diperoleh nantinya. Tahap ketiga Deproteinasi merupakan tahap penghilangan
protein yang terdapat pada limbah udang. Pada tahap ini digunakan enzim protease yang
diisolasi dari bakteri Bacillus licheniformis HSA3-1a. Pada tahap ini enzim protease lebih
cenderung digunakan sebab pada dasarnya enzim bekerja secara spesifik terhadap substrat
protein yang akan dikatalisis. Selain itu pemanfaatan enzim lebih ramah lingkungan dan
menghasilkan derajat deasetilasi kitin yang seragam dibandingkan dengan penggunaan
bahan kimia dalam proses deproteinasi yang cenderung acak untuk hasil derajat
deasetilasinya.
Proses deproteinasi Kulit udang bebas mineral yang diperoleh dari tahap
demineralisasi dilanjutkan dengan tahap deproteinasi. Proses ini bertujuan untuk
memisahkan atau melepaskan ikatan-ikatan protein dari kitin. Pada tahap deproteinasi,
protein yang terkandung dalam kulit udang larut dalam basa sehingga protein yang terikat
secara kovalen pada gugus fungsi kitin akan terpisah. Penggunakan larutan NaOH dengan
konsentrasi dan suhu yang tinggi semakin efektif dalam menghilangkan protein dan
menyebabkan terjadinya proses deasetilasi. Proses demineralisasi ini bertujuan untuk
menghilangkan garam-garam anorganik atau kandungan mineral yang ada pada kulit
udang. Kandungan mineral utamanya adalah CaCO3 dan Ca3(PO4)2 dalam jumlah kecil,
mineral yang terkandung dalam kulit udang ini lebih mudah dipisahkan dibandingkan
dengan protein karena hanya terikat secara fisik. Proses yang terjadi pada tahap
demineralisasi adalah mineral yang terkandung dalam kulit udang bereaksi dengan HCl
sehingga terjadi pemisahan mineral dari kulit udang tersebut. Proses pemisahan mineral
ditunjukkan dengan terbentuknya gas CO2 berupa gelembung udara pada saat larutan HCl
ditambahkan dalam sampel, sehingga penambahan HCl ke dalam sampel dilakukan secara
bertahap agar sampel tidak meluap. Tahap dekolorisasi adalah cara menghilangkan zat
warna yang terdapat didalam kitin menggunakan aseton sebagai pelrutnya.
Adanya proses pentralan bertujuan untuk meningkatan rendemen kitin yang
didapat secara signifitan sehingga kitosan yang diperoleh meningkat. Pada proses isolasi
kitin dari cangkang udang, tahap deminerelisi menggunakan larutan HCl 1,0 M berfungsi
untuk menghilangkan kandungan mineral/memisahkan mineral dari cangkang undang,
kemudian aquadest berfungsi sebagai menetralkan yang betujuan untuk meningkan
rendemen kitin secara signifitan, tahap deproteinisasi menggunakan larutan NaOH yang
berfungsi sebagai memutuskan ikatan antara kitin dan protein. Tahap dekolorisasi
menggunakan larutan NaOCl yang berfungsi untuk penghilangan warna (pigmen) yang
terkandung dalamkitin, yaitu red-orange astaxanthin, suatu jenis karotenoid.
Hubungan rendemen dengan tahap isolasi saling berhubungan sebab hasil dari
rendemen didapat dari berat kitin yang dihasilkan setealah melewati proses demineralisasi,
deproneteinisasi dan deklororisasi dibagi dengan berat limbah cangkang udang yang
dimasukan dalam rektor.
Menurut FI berat rendemen tidak kurang dari 7,2% sedangkan hasil rendemen
yang dihasilkan 32,699%, dari hasil yang didapat tidak sesuai dengan literatur hal ini
disebabkan karena proses lamanya waktu proses demineralisasi dan deproteinisasi,
semakin lama proses akan menyebabkan semakin banyak mineral dan protein yang
tereliminasi sehingga menyebabkan berat kitin yang dihasilkan semakin kecil. menurut
farmakope herbal edisi 1 tahun 2008 syarat kadar < 10%, hasil yang diperoleh pada yaitu
1,010% hal ini dapat dinyatakan memenuhi persyaratan sebab pada saat proses
pengeringan yang maksimal dan kandungan air dalam kitin tidak melebihi batas
persyaratan sehingga dapat meminimalisisr tumbuhnya mikroorganisme dan bakteri.
Menurut farmakope indonesia syarat kadar abu < dari 20 %, hasil yang diperoleh kadar
abu 80% tidak sesuai literatur. Mineral kitin berfungsi sebagai bahan proses saat
demineralisasi untuk lebih mudah memisahkan mineral pada cangkang udang
dibandingkan protein sebeb terikat secara fisik
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah melakukan pratikum “Isolasi Kitin Dari Cangkang Udang” maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Mekanisme isolasi kitin terdapat tiga tahap yaitu derpotinasi, demineralisiasi, dan
dekolorisasi
2. Berat rendemen yang dihasilkan 32,699%, hasil yang di dapat tidak sesuai dengan
literatur sebeb melebihi syarat < 7,2%
3. Kadar abu yang dihasilkan 1,010% hal ini dapat dinyatakan memenuhi persyaratan
sesui literatur sebab pada saat proses pengeringan yang maksimal dan kandungan air
dalam kitin tidak melebihi batas persyaratan sehingga dapat meminimalisisr
tumbuhnya mikroorganisme dan bakteri.
4. Adanya proses pentralan bertujuan untuk meningkatan rendemen kitin yang didapat
secara signifitan sehingga kitosan yang diperoleh meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Natsir, H., Dali, S., Jawahir, B., & Aziz, F. 2007. Konversi Kitin dari Limbah Udang Api-
api (Metapenaeus monoceros) Menjadi Senyawa Kitosan Secara Enzimatis. J.
Marina Chemica Acta. Edisi Khusus Seminar Nasional FK3TI: 82–89
Rianti, 2014. Manfaat Kitin Dan Kitosan Bagi Kehidupan Manusian. Volume XXXIX,
Nomor 1, Tahun 2014: 35 -43
Purwatiningsih, S., Wukirsari, T. Sjahriza, A., & Wahyono, D. 2009. Kitosan Sumber
Biomaterial Masa Depan. IPB Press. Bogor
Sanjaya, I., dan Yuanita, L., 2007. Adsorpsi Pb(II) oleh Kitosan Hasil Isolasi Kitin
Cangkang Kepiting Bakau (Scylla), J Ilmu Dasar, 8 (1) : 30-36