Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KEMOTERAPI
“PENENTUAN LD 50 DENGAN METODE THOMMSON DAN WEIL ”
Sabtu, 29 Oktober 2016

Kelompok 1 (Satu)
Nama Anggota : Beti Yulianti 066114012
Ria Komalasari 066114022
Dian Fatika D.T. 066114025
Annas Hizriani 066114034
Sandy Nugroho 066112139

Dosen Pembimbing L
Drh. Mien Rachminiwati, Ph. D.
Ir. E. Mulyati Effendi, M.S.

Asisten Dosen :
M. Fikri Dermawan
Opi Damahyanti
Gestariadhy

LABORATORIUM FARMASI
PROGAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Penentuan LD 50 Dengan Metode Thommson dan Weil

Tanggal : 29 Oktober 2016

Laporan ini telah disetujui Oleh :

Beti Yulianti Ria Komalasari


NPM. 066114012 NPM. 066114022

Dian Fatika Dewi Tama Annas Hizriani


NPM. 066114025 NPM. 066114034

Sandy Nugroho
NPM. 066112139

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

- Mengetahui ED dan LD 50 suatu sediaan obat.


- Mengetahui batas keamanan suatu sediaan obat.

1.2 Latar Belakang

Dalam perkembangan kehidupan manusia seiring dengan berjalannya waktu, manusia


semakin pandai dan ahli dalam meneliti berbagai senyawa-senyawa kimia yang baik
ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan ataupun hal yang bersifat racun (toksik). Dalam
ilmu penerapan sekarang, baik obat maupun racun sama-sama dipelajari dan mulai
didalami oleh manusia agar diperoleh suatu pemahaman yang jelas tentang proses dan
mekanisme aksi yang terjadi di dalam tubuh manusia itu sendiri guna memberikan
pertolongan terbaik. Seperti contoh dengan mendalami ilmu penerapan tentang zat-zat
beracun yang berbahaya, manusia dapat memberikan penanganan yangg terbaik jika suatu
hari terjadi keracunan baik kerena obat, makanan, maupun zat kimia lain yang bersifat
toksik. Berbagai pengujian mulai dilakukan terhadap senyawa-senyawa toksik baik dari
alam maupun sintetik yang diujikan pada hewan uji (in vivo).

Dari hasil pengujian ketoksikan, dapat menentukan batas keamanan yang paling tepat
dari suatu zat kimia jikalau digunakan sehingga kemungkinan efek toksik yang timbul
sedapat mungkin diminimalisir. Namun batas keamanan yang didapatkan merupakan
batas keamanan tunggal dari senyawa kimia tersebut. Dimungkinkan terjadi terpapar 2
atau lebih jenis zat kimia berbahaya yang dapat menimbulkan efek toksik. Dengan
terpapar 2 atau lebih jenis zat kimia dimungkinkan terjadinya peningkatan efek toksik bisa
dengan timbulnya efek toksik yang lebih kuat atau bisa dengan terjadinya penurunan dosis
dari zat kimia dalam menimbulkan efek toksik.

3.1 Hipotesis

Diduga pemberian strignin 0,02% dengan dosis 1,125 mg/kg BB menimbulkan


kematian pada hewan uji coba katak lebih banyak dibandinngkan dengan dosis 0,333 mg/kg
BB, 0,5 mg/kg BB, dan 0,75 mg/kg BB.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Uji toksisitas merupakan bagian dari toksikologi, adapun toksikologi sendiri


didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem
biologi (Loomis, 1978), mendefinisikan toksikologi sebagai ilmu yang mempelajari
berbagai pengaruh zat kimia yang merugikan atas sistem biologi. Uji toksisitas dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu uji toksisitas tak khas dan uji toksisitas khas.
Uji toksisitas tak khas adalah uji toksisitas yang dirancang untuk mengevaluasi
keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenishewan uji. Termasuk
dalam golongan ini adalah uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis, dan uji toksisitas
kronis. Sedangkan yang dimaksud dengan uji toksisitas khas adalah uji yang di rancang
untuk mengevaluasi secara rinci efekkhas suatu senyawa pada aneka ragam hewan uji.
Termasukdalam golongan uji potensiasi, uji kekarsinogenikkan , uji kemutagenikan, uji
ketetragenikan, uji reproduksi, uji kulit, dan uji perilaku (Donatus, 1990).

Uji toksisitas akut merupakan uji toksisitas terhadap suatu senyawa yang diberikan
dengan dosisi tunggal pada hewan uji serta diamati dengan 24 jam atau dalam hal tertentu
selama 7-14 hari maksud uji tersebut adalah untuk menentukan gejala yang timbul
sebagai akibat pemberian suatu senyawa dan menentukan tingkat letalitasnya ( Loomis,
1978 ).
Uji toksisitas akut dilakukan untuk menentukan efek toksik senyawa dalam waktu
sinfgkat setelah pemejaman. Uji ketoksikan dikerjakan dengan memberikan dosis tunggal
senyawa uji pada hewan uji ( sekurang –kurangnya dua jenis hewan ujiroden atau
miroden, jantan maupun betina) takaran dosis yang dianjurkan paling tidak 4 peringkat
dosis dari dosis rendah yang tidak mematikan hewan uji sampai dosistertinggi yang
mematikan seluruh hewan uji. Pengamatan yang dilakukan meliputi gejala klinis, jumlah
hewan yang mati, histopatologi organ ( donatus, 1990). Tujuan uji toksisitas akut suatu
obat adalah untuk menetapkan potensi toksisitas akut ( LD 50 ), menilai berbagai gejala
klinis, spektrum efek toksis, dan mekanisme kematian. Untuk uji toksisitas akut obat
perlu dilakukan pada sekurang kurangnya satu spesies hewan coba biasanya spesies
pengerat yaitu mencit, dewasa atau muda dan mencangkup kedua jenis kelamin. Sampel
hewan coba untuk masing masing kelompok perlakuan perlu mencukupi jumlahnya untuk
memungkinkan estimasi insiden dan frekuensi efek toksik.
LD singkatan dari "Lethal Dose". LD50 adalah jumlah material, diberikan sekaligus,
yang menyebabkan kematian 50% (satu setengah) dari kelompok hewan uji. LD50 adalah
salah satu cara untuk mengukur potensi jangka pendek keracunan (toksisitas akut) dari
suatu material. Toksikologi dapat menggunakan berbagai jenis hewan, tetapi paling sering
pengujian dilakukan dengan tikus dan tikus. Hal ini biasanya dinyatakan sebagai jumlah
bahan kimia dikelola (misalnya, miligram) per 100 gram (untuk hewan yang lebih kecil)
atau per kilogram (untuk ujian mata pelajaran lebih besar) dari berat tubuh hewan uji.
LD50 dapat ditemukan untuk setiap rute entri atau administrasi tetapi kulit (dioleskan
pada kulit) dan oral (diberikan melalui mulut) metode administrasi adalah yang paling
umum.
BAB III

METODE KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN


A. Alat
 Alat suntik
 Masker
 Plastik 1 kg
 Sarung Tangan
 Timbangan Hewan

B. Bahan
 Katak
 Larutan Strignin

3.2 CARA KERJA


1. Ditimbang masing-masing katak
2. Dihitung dosis strignin 0,333 mg/kg BB degan konsentrasi 0,02 % untuk masing-
masing katak
3. Disuntikan strignin sesuai dosis masing-masing katak secara I.P (Intra Peritonial)
4. Diamati selama 3 jam
5. Setelah 3 jam, dihitung katak yang mati
6. Dihitung LD 50
Perhitungan LD 50 :
Log LD 50 ± Log D + D ( f + 1 )
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Katak yang mati D1 D2 D3 D4 F ΔF


Kel. Besar I 0 0 1 1 1,00000 0,28868
Kel. Besar II 1 0 0 2

Kelompok Hidup Mati


1. 4 -
2. 4 -
3. 3 1
4. 3 1
5. 3 1
6. 4 -
7. 4 -
8. 2 2

4.2 Data Perhitungan


Diket :
D : 0,333
d : 1,5
F : 1,00000
Jb:
Log LD 50 = Log D + d ( F +1)
= Log 0,333 + log 1,5 ( 1 + 1)
= -0,4775 + 0,1761 (2)
= - 0,1253
Antilog -0,1253 = 0,7493 mg/kg BB
Kisaran LD 50
Log LD 50 ± 2 . d . ΔF
-0,1253 ± 2 x 0,176 x 0,28868
-0,1253 ± 0,1016

Batas Atas = -0,1253 + 0,1016


= Log -0,0237
Antilog -0,0237 = 0,9468 mg/kg BB

Batas Bawah = -0,1253 – 0,1016


= Log -0,2269
Antilog -0,2269 = 0,5931 mg/kg BB
4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai Penentuan LD 50 dengaan Metode Thommson dan Weil.
Dimana Suatu obat harus mempunya keamanan dapat dilihat dari nilai index
terapeutiknya yaitu suatu nilai yang merupakan perbandingan dari nilai LD 50 dengan ED
50. Yang mana LD 50 adalah suatu tingkatan dosis nyang dapat membunuh sedangkan
ED 50 adalah suatu tingkatan dosis yang dapat menimbulkan efek.
Obat yang digunakan adalah larutan strignin 0,333 mg/kg BB dengan konsentrasi
0,02%. Sedian ini menggertak SSP, sehingga menimbulkan konvulsi dan refleks yang
berlebihan. Percobaan dilakukan untuk mengetahui nilai LD 50 sediaan serta pengaruh
pemberiannya pada 4 hewan coba yakni katak. Striknin disuntikan pada kata secara S.C.
dengan dosis bertingkat. Hal tersebut dilakukan karena rumus yang akan digunakan
berdasarkan dosis kelipatan biometric. Sehingga mempermudah perhitungan dan
pengamatannya. Penyuntikan SC ke saccus limphatikus dilakukan karena menjadi salah
satu teknik untuk melihat gejala sediaan secara cepat. Untuk menegtahui LD50 dibuat
kelompok besar dengan dosis bertingkat. Hasilnya menunjukan kematian katak tidak
terlalu meningkat yang seharusnya memang meningkat. Hal tersebut bisa terjadi karena
dari segi hewan coba ( katak ) tersebut berbeda-beda.
Pada penentuan LD 50 menggunakan rumus dengan harga r = 0,0,1,1 , F= 1,00000
dan ΔF = 0,28868. Didapatkan nilai LD 0,7493 mg/Kg BB, dengan nilai kisaran LD 50
striknin adalah 0,5931 mg/kg BB – 0,9468 mg/kg BB.
Hal tersebut menunjukan bahwa sediaan tersebut bersifat sangat toksik. Karena nilai LD
50 striknin dibawah 5 mg/Kg BB. Semakin kecil rentang kisaran LD 50 menunjukan
sedian tersebut semakin beracun, atau semakin rendah “margin of safety”. Karena striknin
merupakan sedian yang bersifat stimulant, kuat dan sangat toksik, dengan kata lain
sediaan tersebut sangat perlu diperhatikan dalam penggunaannya.
BAB V

KESIMPULAN

 LD 50 adalah suatu tingkatan dosis nyang dapat membunuh


 ED 50 adalah suatu tingkatan dosis yang dapat menimbulkan efek
 Semakin kecil rentang kisaran LD 50 menunjukan sedian tersebut semakin beracun
 Penyuntikan SC ke saccus limphatikus dilakukan karena untuk melihat gejala sediaan
secara cepat
 Karena striknin merupakan sedian yang bersifat stimulant, kuat dan sangat toksik
LAMPIRAN

Diket :
Striknin 0,333 mg/kg BB konsentrasi 0,02 %
Berat katak 1 = 34,29 gram
2 = 32,1 gram
3 = 34,19 gram
4 = 22,46 gram

Katak 1
0,000333 𝑔𝑟 𝑥
Dosis Konversi = 𝑥
1000 𝑔𝑟 34,29𝑔𝑟𝑎𝑚
0,01141857
= = 0,00001142
1000
0,00001142 𝑥 100
Dosis Penyuntikan = 0,02
= 0,057 ml ∽ 0,06 ml
Katak 2
0,000333 𝑔𝑟 𝑥
Dosis Konversi = 𝑥
1000 𝑔𝑟 32,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,0106893
= = 0,00001069
1000
0,00001069 𝑥 100
Dosis Penyuntikan = 0,02
= 0,053 ml ∽ 0,05 ml
Katak 3
0,000333 𝑔𝑟 𝑥
Dosis Konversi = 𝑥
1000 𝑔𝑟 34,19𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,00001139
0,00001139 𝑥 100
Dosis Penyuntikan = 0,02
= 0,056 ml ∽ 0,06 ml
Katak 4
0,000333 𝑔𝑟 𝑥
Dosis Konversi = 𝑥
1000 𝑔𝑟 22,46 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,00000748
0,00000748 𝑥 100
Dosis Penyuntikan = 0,02
= 0,037 ml∽ 0,04 ml

Anda mungkin juga menyukai