Pendosisan Geriatri
DosenPembimbing: Dra. Rahmi Hutabarat., M.Farm., Apt
KELOMPOK 4
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pendosisan pada geriatri.
b. Untuk mengetahui penyesuaian dosis dan interaksi obat pada geriatri.
c. Untuk mengetahui resep dan kondisi patofisiologi pada geriatri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Klasifikasi Lansia
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
Klasifikasi lansia ini adalah lima klasifikasi pada lansia :
a. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. lansia resiko tinggi
Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,
2003) dalam bukunya Rosidawati, 2008).
d. Lansia potensial
Menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003) dalam bukunya
Rosidawati, 2008). Lansia yang mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, dalam bukunya
Rosidawati, 2008.
4
Perubahan-perubahan fisilogis selama proses penuaan
5
atau penggunaan zat gizi, atau
peningkatan keburuhan zat gizi; lihat
Bab 18 untuk implikasi gizi dari obat-
obat yang spesifik
b. Perubahan sosial
Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran, keluarga
(emptiness), teman, Abuse , masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi,
keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama, panti jompo.
c. Perubahan psikologi
Perubahan-Perubahan Psikologi Selama Masa Penuaan dan Pensiun
Perubahan Implikasi-implikasi gizi
6
Mudah terpengaruh iklan dan 27%-72% manula amerika menggunakan
mode makanan, yang dapat suplemen vitamin, walaupun penelitian
menarik jika dipuji sebagai menunjukkan bahwa makanan mereka
metode untuk mengurangi efek biasanya tidak rendah vitamin, namun
penuaan. mereka tetap menggunakannya,
7
(AAG), dan konsentrasi dari protein-protein ini dapat berubah dengan
penyakit yang ada seiring bertambahnya umur.Untuk obat yang
bersifat asam seperti Naproksen, fenitoin, tolbutamid, dan warfarin,
penurunan albumin serum dapat menyebabkan peningkatan dari fraksi
dari obat bebas. Peningkatan dari AAG yang diinduksi dari luka bakar,
kanker, penyakit inflamasi, atau trauma dapat menyebabkan penurunan
fraksi bebas obat yang bersifat basa seperti lidokain, propanolol,
kinidin, dan imipramine,
c. Metabolisme
Hati merupakan organ utama yang bertanggung jawab untuk
metabolisme obat, termasuk reaksi fase 1 (oksidatif), dan fase 2
(konjugatif). Karakteristik yang paling mudah dilihat dari fungsi hati
pada orang tua adalah peningkatan dari variabilitas interindividual jika
dibandingkan dengan kelompok umur lainnya, sebuah hal yang dapat
merancukan perubahan yang terkait dengan usia. Data terbaru
menunjukkan bahwa penurunan metabolisme fase 1 lebih mungkin
disebabkan oleh perubahan volume hati dibandingkan karena
penurunan aktivitas enzimatik hati.Penurunan metabolisme fase 1
(hidroksilasi dan delkilasi) menyebabkan penurunan klirens obat, dan
peningkatan waktu paruh eliminasi akhir.Hal ini telah dilaporkan
terjadi pada beberapa obat yang digunakan untuk lansia seperti
diazepam, piroksikam, teofilin, dan kinidin.Metabolisme fase 2
(contohnya glukuronidasi, asetilasi).Untuk obat–obat seperti
Lorazepam dan oksazepam nampaknya relatif tidak terpengaruh
dengan bertambahnya umur. Induksi enzim hepatik (contohnya oleh
rifampin, fenitoin) atau inhibisi (contohnya oleh fluorokuinolon,
antimikroba makrolida, simetidin) tidak terlihat terpengaruh oleh
proses penuaan.
Penurunan aliran darah hati karena umur dapat juga menurunkan
secra signifikan metabolisme dari obat dengan rasio ekstraksi hepatik
yang tinggi seperti imipramin, lidokain, morfin dan propanolol.
8
d. Eksresi
Ekskresi renal merupakan rute primer eliminasi dari pada obat
walaupun pengurangan dari laju filtrasi glomerulus karena usia telah
diketahui, sebanyak sepertiga dari subjek lansia normal dapat tidak
memiliki pengurangan, jika dihitung dari klirens kreatinin. Selain itu,
data yang baru muncul menunjukkan bahwa proporsi sekresi tubular
mungkin tidak berkurang di bandingkan dengan proses renal lainnya.
- Metabolic Clearance
Faal ginjal
Fungsi ginjal akan mengalami penurunan sejalan
denganpertambahan umur. Kalkulasi fungsi ginjal dengan
menggunakankadar kreatinin plasma tidak tepat sehingga sebaiknya
menggunakanrumus Cockroft-Gault,
9
terjadinya akumulasi obat yang pada gilirannya bias menimbulkan
efek toksik.
Tabel Perubahan Farmakokinetik Obat karena Usia
Ekskresi Renal ↓ klirens dan ↑ t ½ dari obat yang dieliminasi dengan ginjal
dan metabolit aktifnya
10
2.4 Perubahan Farmakodinamik
Ada beberapa bukti pada lansia bahwa terjadi perubahan respon obat atau
“sensitivitas”. Empat mekanisme yang mungkin telah dinyatakan:
11
klorfeniramin (CTM) juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil (tablet 4 mg
memang terlalu besar) pada lansia.
Beberapa contoh obat yang sering digunakan pada usia lanjut dengan
beberapa pertimbangan sesuai respons yang bisa berbeda.
a. Nitrazepam: perubahan respons juga terjadi tanpa perubahan
farmakokinetik yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia lanjut
sensitivitas terhadap nitrazepam memang meningkat. Lebih lanjut data
menunjukkan bahwa pemberian diazepam intravena pada pasien usia
lanjut memerlukan dosis yang lebih kecil dibandingkan pasien dewasa
muda, selain itu efek sedasi yang diperoleh memang lebih kuat
dibandingkan pada usia dewasa muda.
b. Triazolam: pemberian obat ini pada warga usia lanjut dapatmengakibatkan
postural sway-nya bertambah besar secara signifikandibandingkan dewasa
muda.Sensitivitas obat yang berkurang pada usia lanjut juga terlihat
padapemakaian obat propranolol. Penurunan frekuensi denyut nadi setelah
pemberian propranolol pada usia 50-65 tahun ternyata lebihrendah
dibandingkan mereka yang berusia 25-30 tahun.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan
fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh
terhadap obat. Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut :
a. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada
indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang
sesungguhnya.
b. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling
menguntungkandang tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau
penyakit lainnya
c. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
d. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu
dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat
umumnya lebih rendah.
e. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah
ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien
f. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat
yang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004)
Dosis untuk geriatri (Zulkarnain R, Hasanul Arifin) :
13
3.2 Penyesuaian Dosis Karena Interaksi Obat
14
3.3 Analisis Resep
3.3.1 Pendosisan dan interaksi obat
a. Pendosisan
15
1) Nama,alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter
hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscription)
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat
atau komposisi obat (invocation)
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature)
5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio)
6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter
hewan.
7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksima.
namun pada resep diatas resep tersebut tidak mencantumkan umur pasien
maka untuk menghitung dosis menggunakan dosis lazim obat.
Dosis Lazim obat
Metformin 500mg/3000mg
Acarbose 50mg/15mg
Lansoprazol 15mg/20mg
Antaside 15mg/30mg
Ulsidex 1g/2g
b. Interaksi obat
1) Ulsidex (Sucralfate) <> Antasid
Penggunaan sucralfate bersamaan dengan Antasid dapat menurunkan
efek sukralfat.Sucralfate dan antasid penggunaanya harus dipisahkan
setidaknya setengah jam.penggunaanya mungkin memerlukan
penyesuaian dosis atau tes khusus untuk menggunakan kedua obat
16
dengan aman.Jangan berhenti menggunakan obat apapun tanpa terlebih
dahulu berbicara dengan dokter Anda.
17
secara teratur memantau gula darah Anda dan memberi saran tentang
cara mengenali dan mengobati hipoglikemia, yang mungkin termasuk
gejala seperti sakit kepala, pusing, kantuk, gugup, tremor, lemas,
berkeringat, dan palpitasi. Anda mungkin memerlukan penyesuaian
dosis atau gula darah lebih sering untuk menggunakan kedua obat
dengan aman.
6) Metformin <> Acarbose
Interaksi penggunaan metformin dengan acarbose dikatakan minor yang
biasanya tidak menimbulkan bahaya atau memerlukan perubahan terapi.
18
a. Pendosisan
b. Interaksi Obat
1) Pioglitazone<> metformin
Penggunaan pioglitazone meningkatan risiko edema jika digunakan
bersamaan dengan metformin.
2) Aspilet<> Clopidogrel
Pemberian obat aspilet dikombinasi antara Clopidogrel akan membantu
mencegah kejadian pembekuan darah. Antiplatelet bekerja dengan cara
mengurangi agregasi platelet sehingga dapat menghambat pembentukan
trombus pada sirkulasi arteri sehingga menghambat pembentukan
bekuan di pembuluh darah sehingga memiliki kemampuan untuk
19
membantu mencegah stroke dan serangan jantung untuk pasien dengan
kelainan irama jantung (aritmia) yang meningkatkan kemungkinan
stroke.
3) clopidogrel ↔ pioglitazone
kombinasi pioglitazone dengan clopidogrel dapat secara signifikan
meningkatkan konsentrasi pioglitazone plasma. Mekanisme yang
diusulkan adalah penghambatan metabolisme pioglitazone CYP450
2C8 yang dimediasi oleh metabolit glucuronide clopidogrel, yang telah
menunjukkan penghambatan kuat CYP450 2C8 secara in vitro. Bila
satu piaglitazone dosis 15 mg diberikan kepada 10 relawan sehat yang
tidak merokok pada hari ke 1 pengobatan dengan clopidogrel (300 mg
pada hari ke 1, diikuti 75 mg pada hari ke 2 dan 3), rata-rata
pioglitazone systemic exposure (AUC) meningkat 2,1 kali lipat dan
eliminasi setengah hari yang berkepanjangan dari 6,7 menjadi 11 jam
dibandingkan pemberian plasebo. Konsentrasi plasma puncak (Cmax)
pioglitazone tidak dipengaruhi oleh clopidogrel, namun konsentrasi
pada 24 jam (Cmin) meningkat 4,5 kali lipat. Studi ini melaporkan
variabilitas interferen yang substansial yang setidaknya sebagian
disebabkan oleh polimorfisme CYP450 2C8, dengan besarnya interaksi
lebih besar pada pasien yang memiliki metabolisme isoenzim lebih
luas.
4) glimepiride ↔ clopidogrel
Penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi
clopidogrel menghambat isoenzim CYP450 2C9. Metabolisme obat
yang merupakan substrat untuk enzim ini dapat dikurangi, potensi
toksisitas obat substrat. Signifikansi klinis dan besarnya interaksi ini
tidak diketahui. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan jika ada
interaksi yang dicurigai.
5) Candesartan<>Clopidogrel
20
Kombinasi antara candesartan dan clopidogrel tidak ada interaksiobat
yang ditemukan dan tidak menimbulkan bahaya atau memerlukan
perubahan terapi.
21
kadar obat dehidrasi
dalam plasma
(Cp)
22
Ginjal Menurunnya Klirens kreatinin Meningkatnya Over dosis,
aliran darah kecil t1/2 eliminasi durasi efek
obat melalui lebih lama,
ginjal meningkatnya
Menurunnya
Berkurangnya efek samping
filtrasi
fungsi ginjal dan efek
glomerulus
toksik
dan sekresi
aktif tubulus
23
BAB IV
KESIMPULAN
a. Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan
fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan
tubuh terhadap obat.
b. Interaksi obat di pengaruhi oleh faktor farmakokinetik,farmakodinamik
oleh karena itu pemberian dosis harus di sesuaikan, sehingga tidak
menyebabka toksisitas dan efek samping yang tidak diinginkan.
c. Pengaturan dosis untuk geriatric.dosis untuk geriatric harus dikurangi,
secara kasar tiap kenaikan usia 10 tahun, maka dosis dikurangi 10 dosis
(terkecil) untuk dewasa, misalnya usia 65-74 tahun, maka dosis dewasa -
10%. Sedangkan usia 75-84 tahun, maka dosis dewasa -20%. Dan usia> 85
tahun dosis dewasa -30%.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26