Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH COMPOUNDING dan DISPENSING

Pendosisan Geriatri
DosenPembimbing: Dra. Rahmi Hutabarat., M.Farm., Apt

KELOMPOK 4

1. Risma Ade Purwanti 17340107


2. Tri Wenny Oktaviani 17340108
3. Rifki Aprian 17340109
4. Dewi Media 17340110
5. Irma Irianty 17340111
6. Faris Pramudya 17340112
7. Sumardyanto 17340113
8. Ardila Juni Putra 17340114

PROGRAM STUDI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam-dalamnya kami panjatkan ke hadirat Tuhan


Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah tentang “
Pendosisan Geriatri” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tugas makalah ini merupakan bagian dari proses perkuliahan pada
mata kuliah Compounding & Dispensing yang sedang kami tempuh dalam
pendidikan profesi apoteker di Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta.
Penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker
mampu memahami bagaimana pendosisan pada geriatri.
Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan makalah
ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pendosisan geriatri ini
tepat pada waktunya.
kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi geriatri dan lansia ............................................................. 3
2.2 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia ........................... 4
2.3 Perubahan Farmakokinetik ............................................................ 7
2.4 Perubahan Farmakodinamik ........................................................ 11
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pendosisan Geriatri ...................................................................... 13
3.2 Penyesuaian Dosis Karena Interaksi Obat ................................... 14
3.2.1 Cara Perhitungan Penyesuaian Dosis Obat
pada Pasien denganGangguan Fungsi Ginja ...................... l5
3.2.2 Petunjuk langkah penyesuaian dosis obat
untuk pasien gangguan fungsi ginjal .................................. 16
3.3 Analisis Resep ............................................................................. 21
3.3.1 Pendosisan dan Interaksi Obat ............................................ 21
3.3.2 Kondisi patofisiologis serta pengaruh farmakokinetik
dan terapeutiknya pada geriatrik ....................................... 28
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada usia lanjut terjadi proses penuaan yang bersifat universal berupa
kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progresif, perubahan
secara bertahap, akumulatif dan instrisik.Dengan bertambahnya usia maka
tidak dapat dihindari terjadinya perubahan kondisi fisik baik berkurangnya
fisik maupunnya menurunnya fisik. Selain itu timbulnya penyakit yang
biasanya juga tidak hanya satu macam taoi multi, memyebabkan usia lanjut
memerlukan bantuan, perawatan dan obat-obatan untuk proses penyembuhan
atau sekedar mempertahankan agar penyakitnya tidak bertambah parah.
Pasien geriatri memerlukan pelayanan farmasi yang berbeda dengan
pasien usia muda. Penyakit yang beragam dan kerumitan rejimen pengobatan
adalah hal yang sering terjadi pada usia lanjut. Faktor-faktor inilah yang
menyebabkan pasien mengalami kesulitan mematuhi proses pengobatan
mereka sendiri seperti mengunakan obat dengan indikasi yang salah,
menggunakan obat dengan dosis yang tidak tepat, atau bahkan menghentikan
penggunaan obat.
Dan dalam pemberian obat pada pasien geriatri perlu dipertimbangkan
beberapa hal antara lain adalah pengaturan dosisnya karena pada usis lanjut,
seorang pasien lebih mudah mengalami reaksi efek samping dan interaksi
obat yang merugikan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pendosisan pada geriatri?
b. Bagaimana penyesuaian dosis dan interaksi obat pada geriatri?
c. Contoh resep dan kondisi patofisilogi pada geriatri!

1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pendosisan pada geriatri.
b. Untuk mengetahui penyesuaian dosis dan interaksi obat pada geriatri.
c. Untuk mengetahui resep dan kondisi patofisiologi pada geriatri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi geriatri dan lansia


Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus
karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal
ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan,
serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang
mungkin ditimbulkan.
Pasien Geriatri adalah penderita dengan usia 60 tahun keatas,
memiliki karakteristik khusus antara lain menderita beberapa penyakit akibat
ganguan fungsi jasmani dan rohani, dan sering disertai masalah psikososial.
Sedangkan menurut WHO lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia
60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan.

Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia lanjut meliputi tiga


tingkatan (menurut WHO), yaitu :
a. Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
b. Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,
c. Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
Kimble, et al. (2008) menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami
perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan
farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi
yang disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan
distribusi terkait dengan penurunancardiac output dan ikatan protein-obat,
perubahan metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta
penurunan laju ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal.

3
Klasifikasi Lansia
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
Klasifikasi lansia ini adalah lima klasifikasi pada lansia :
a. Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. lansia resiko tinggi
Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,
2003) dalam bukunya Rosidawati, 2008).
d. Lansia potensial
Menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003) dalam bukunya
Rosidawati, 2008). Lansia yang mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, dalam bukunya
Rosidawati, 2008.

2.2 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia


Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubbahan fisik, sosial, dan
psikologis.
a. Perubahan fisik
Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel,
kardiovaskuler, respirasi, persarapan, muskuloskeletal, gastrointestinal,
genitourinaria, vesika urinaria, vagina, pendengaran, penglihatan,
endokrin, kulit, belajar dan memori, inteligensi, personality dan
adjustment (pengaturan), dan pencapaian (Achievement).

4
Perubahan-perubahan fisilogis selama proses penuaan

Perubahan Fisiologi Implikasi-implikasi Gizi

Penurunan kecepatan metabolic basal Kebutuhan kalori harian menurun;


(BMR) sekitar 2% decade setelah berpotensi untuk obesitas
usia 30 tahun; penurunan aktivitas
fisik juga dilaporkan pada lanjut usia

Kehilangan indera pengecap, Kurang tertarik pada makanan,


anoreksia; beberapa individu
penurunan ketajaman
menambahkan banyak garam atau
pengecapan; kerusakan indera gula ke dalam makanannya untuk
mengkompensasi kehilangan
penciuman
pengecapan

Penyakit periodontal (terjadi pada Kesulitan makan; pilihan makanan


sekitar 80% orang tua); kehilangan yang terbatas (menghindari makanan
gigi mentah atau sayuran dan buah-
buahan yang garing dan padi-padian
tinggi serat dengan pilihan yang lebih
lembut, rendah serat, dan sering
dengan alternative tinggi kalori)

Penurunan sekresi asam klorida, Berpotensi untuk mengganggu


pepsin, dan empedu penyerapan kalsium, zat besi, seng,
protein, lemak, dan vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak

Penurunan motilitas saluran Konstipasi, hemoroid;


pencernaan
Divertikulosis

Sering menggunakan obat-obatan Berpotensi untuk mendapat gangguan


nafsu makan, penurunan penyerapan

5
atau penggunaan zat gizi, atau
peningkatan keburuhan zat gizi; lihat
Bab 18 untuk implikasi gizi dari obat-
obat yang spesifik

Gangguan kemampuan motorik Kesulitan untuk berbelanja atau


(tidak menjadi persoalan bagi semua menyiapkan makanan; kesulitan
manula) menyuap sendiri, penurunan
pengeluaran energi, yang member
sumbangan pada penigkatan berat
badan. (5)

b. Perubahan sosial
Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran, keluarga
(emptiness), teman, Abuse , masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi,
keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama, panti jompo.
c. Perubahan psikologi
Perubahan-Perubahan Psikologi Selama Masa Penuaan dan Pensiun
Perubahan Implikasi-implikasi gizi

Pendapatan tetap Penurunan konsumsi makanan,


terutama susu, daging, buah-buahan
dan sayur-sayuran yang merupakan
sumber-sumber penting dari kalsium,
riboflavin, protein zat besi. Vitamin c
dan a.

Kurang bersosialisasi Apabila terhadap makanan, konsumsi


buruk.
Kesepian

6
Mudah terpengaruh iklan dan 27%-72% manula amerika menggunakan
mode makanan, yang dapat suplemen vitamin, walaupun penelitian
menarik jika dipuji sebagai menunjukkan bahwa makanan mereka
metode untuk mengurangi efek biasanya tidak rendah vitamin, namun
penuaan. mereka tetap menggunakannya,

menghabiskan pendapatan yang terbatas


pada makanan atau bantuan kesehatan
lainnya dengan nilai yang diragukan,
berpotensi untuk pemasukan dosis toksis
vitamin, terutama vitamin a dan d. (5)

2.3 Perubahan Farmakokinetik


a. Absorpsi
Kebanyakan obat diberikan secara oral, dan karena itu perubahan
akibat usia pada fisiologis gastrointestinal dapat mempengaruhi
absorpsi dari obat. Beberapa obat meerlukan transport pasif untuk
absorpsinya, dank arena itu bioavailabilitasnya dapat berkurang
contohnya (kalsium pada kondisi hiperklorideria). Namun, ada
beberapa bukti poenurunan first pass-effect pada metabolisme dihati
atau saluran cerna yang menyebabkan peningkatan bovailibilitas dan
konsentrasi plasma obat seperti propanolol dan morfin.
b. Distribusi
Distribusi dari obat dalam tubuh tergantung pada faktor seperti
aliran darah, ikatan protein plasma, dan komposisi tubuh, yang
masing-masing dapat dipengaruhi oleh umur. Sebagai contoh, volume
distribusi dari obat yang larut air akan berkurang, sedangkan volume
distribusi obat lipofilik akan meningkat. Perubahan dalam volume
distribusi dapat memberikan pengaruh langsung pada jumlah obat yang
perlu diberikan sebagai loading dose.Dua protein plasma utama yang
dapat berikatan dengan obat adalah albumin dan α1-acid-glycoprotein

7
(AAG), dan konsentrasi dari protein-protein ini dapat berubah dengan
penyakit yang ada seiring bertambahnya umur.Untuk obat yang
bersifat asam seperti Naproksen, fenitoin, tolbutamid, dan warfarin,
penurunan albumin serum dapat menyebabkan peningkatan dari fraksi
dari obat bebas. Peningkatan dari AAG yang diinduksi dari luka bakar,
kanker, penyakit inflamasi, atau trauma dapat menyebabkan penurunan
fraksi bebas obat yang bersifat basa seperti lidokain, propanolol,
kinidin, dan imipramine,
c. Metabolisme
Hati merupakan organ utama yang bertanggung jawab untuk
metabolisme obat, termasuk reaksi fase 1 (oksidatif), dan fase 2
(konjugatif). Karakteristik yang paling mudah dilihat dari fungsi hati
pada orang tua adalah peningkatan dari variabilitas interindividual jika
dibandingkan dengan kelompok umur lainnya, sebuah hal yang dapat
merancukan perubahan yang terkait dengan usia. Data terbaru
menunjukkan bahwa penurunan metabolisme fase 1 lebih mungkin
disebabkan oleh perubahan volume hati dibandingkan karena
penurunan aktivitas enzimatik hati.Penurunan metabolisme fase 1
(hidroksilasi dan delkilasi) menyebabkan penurunan klirens obat, dan
peningkatan waktu paruh eliminasi akhir.Hal ini telah dilaporkan
terjadi pada beberapa obat yang digunakan untuk lansia seperti
diazepam, piroksikam, teofilin, dan kinidin.Metabolisme fase 2
(contohnya glukuronidasi, asetilasi).Untuk obat–obat seperti
Lorazepam dan oksazepam nampaknya relatif tidak terpengaruh
dengan bertambahnya umur. Induksi enzim hepatik (contohnya oleh
rifampin, fenitoin) atau inhibisi (contohnya oleh fluorokuinolon,
antimikroba makrolida, simetidin) tidak terlihat terpengaruh oleh
proses penuaan.
Penurunan aliran darah hati karena umur dapat juga menurunkan
secra signifikan metabolisme dari obat dengan rasio ekstraksi hepatik
yang tinggi seperti imipramin, lidokain, morfin dan propanolol.

8
d. Eksresi
Ekskresi renal merupakan rute primer eliminasi dari pada obat
walaupun pengurangan dari laju filtrasi glomerulus karena usia telah
diketahui, sebanyak sepertiga dari subjek lansia normal dapat tidak
memiliki pengurangan, jika dihitung dari klirens kreatinin. Selain itu,
data yang baru muncul menunjukkan bahwa proporsi sekresi tubular
mungkin tidak berkurang di bandingkan dengan proses renal lainnya.
- Metabolic Clearance
Faal ginjal
Fungsi ginjal akan mengalami penurunan sejalan
denganpertambahan umur. Kalkulasi fungsi ginjal dengan
menggunakankadar kreatinin plasma tidak tepat sehingga sebaiknya
menggunakanrumus Cockroft-Gault,

CCT = (140-umur) x BB (kg) (dalam ml/menit)


––––––––––––––––––––––––––––––––
72 x [kreatinin]plasma

dikali 0,85 untuk pasien perempuan

glomerular filtration rate (GFR) dapat diperhitungkan dengan


mengukur kreatinin urin 24 jam, dibandingkan dengan kreatinin
plasma. Dengan menurunnya GFRpada usia lanjut maka diperlukan
penyesuaian dosis obat samadengan pada usia dewasa muda yang
dengan gangguan faal ginjal.
Penyesuaian dosis tersebut memang tak ada patokannya yang
sesuai dengan usia tertentu, namun pada beberapa
penelitiandipengaruhi antara lain oleh skor ADL’s (Activities of Daily
Living)Barthel. Pemberian obat pada pasien geriatri tanpa
memperhitungkan faal ginjal sebagaiorgan yang akan
mengekskresikan sisa obat akan berdampak padakemungkinan

9
terjadinya akumulasi obat yang pada gilirannya bias menimbulkan
efek toksik.
Tabel Perubahan Farmakokinetik Obat karena Usia

Fase Parameter farmakokinetika


farmakokinetika

Absorpsi Tidak terjadi perubahan difusi pasif dan bioavailabilitas


Gastrointestinal untuk kebanyakan obat

↓ transpot aktif dan ↓ bioavailabilitas untuk beberapa obat

↓ first pase extraction dan ↑ bioavailabilitas untuk beberapa


obat

Distribusi ↓ volume distribusi dan ↑ konsentrasi plasma untuk obat larut


air

↓ volume distribusi dan ↑ waktu paruh aliminasi untuk obat


larut lemak

↓ dan ↑ fraksi bebas adari obat yang terkait kuat dengan


protein plasma

Metabolisme ↓ klirens dan ↑ t ½ untuk beberapa oanat yang dimetabolisme


Hepatik oksidatif

↓ klirens dan ↑ t ½ untuk obat dengan resiko ekstraksi


hepatic tinggi

Ekskresi Renal ↓ klirens dan ↑ t ½ dari obat yang dieliminasi dengan ginjal
dan metabolit aktifnya

10
2.4 Perubahan Farmakodinamik
Ada beberapa bukti pada lansia bahwa terjadi perubahan respon obat atau
“sensitivitas”. Empat mekanisme yang mungkin telah dinyatakan:

a. Perubahan pada jumlah reseptor


b. Perubahan pada afinitas reseptor
c. Perubahan pasca reseptor
d. Kerusakan yang berkaitan dengan usia pada mekanisme homeostatik.
Sebagai contoh, reseptor muskarinik, hormon paratiroid, β–adrenergik, α1–
adrenergik, dan µ–opioid menunjukan penurunan densitas dengan bertambahnya
usia. Bukti dari penelitian epidemiologis dan ekperimental menunjukan bahwa,
tanpa perubahan farmakokinetika, lansia lebih sensitive terhadap efek
benzodiazepine di sistem saraf pusat.Lansia juga menunjukan sifat responik
analgesic terhadap obat opioid yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kelompok yang lebih muda, bahkan jika parameter farmakokinetika antara dua
kelompok itu mirip.Sebagai tambahan, lansia menunjukan sifat responif yang
terhadap antikoagulan seperti warfarin dan heparin, juga terhadap terapi
thrombolitik.Sebaliknya, lansia menunjukan sifat responif yang lebih rendah
terhadap beberapa obat (contohnya β–agonis atau antagonis).Selain itu, reflex
takikardia yang sering dijumpai pada terapi vasodilator, seringkali menjadi lebih
rendah pada lansia, mungkin akibat penurunan fungsi baroreseptor.Untuk
beberapa obat (contohnya bloker saluran kalsium), peningkatan sifat responif
(yang ditunjukan dengan penurunan blockade nodus atrioventrikular) dapat terjadi
secara bersamaan pada lansia.
Interkasi farmakodinamik pada usia lanjut dapat menyebabkan respons
reseptor obat dan target organ berubah, sehingga sensitivitas terhadap efek obat
menjadi lain. Ini menyebabkan kadang dosis harus disesuaikan dan sering harus
dikurangi. Misalnya opiod dan benzodiazepin menimbulkan efek yang sangat
nyata terhadap susunan saraf pusat. Benzodiazepin dalam dosis “normal” dapat
menimbulkan rasa ngantuk dan tidur berkepanjangan. Antihistamin sedatif seperti

11
klorfeniramin (CTM) juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil (tablet 4 mg
memang terlalu besar) pada lansia.
Beberapa contoh obat yang sering digunakan pada usia lanjut dengan
beberapa pertimbangan sesuai respons yang bisa berbeda.
a. Nitrazepam: perubahan respons juga terjadi tanpa perubahan
farmakokinetik yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia lanjut
sensitivitas terhadap nitrazepam memang meningkat. Lebih lanjut data
menunjukkan bahwa pemberian diazepam intravena pada pasien usia
lanjut memerlukan dosis yang lebih kecil dibandingkan pasien dewasa
muda, selain itu efek sedasi yang diperoleh memang lebih kuat
dibandingkan pada usia dewasa muda.
b. Triazolam: pemberian obat ini pada warga usia lanjut dapatmengakibatkan
postural sway-nya bertambah besar secara signifikandibandingkan dewasa
muda.Sensitivitas obat yang berkurang pada usia lanjut juga terlihat
padapemakaian obat propranolol. Penurunan frekuensi denyut nadi setelah
pemberian propranolol pada usia 50-65 tahun ternyata lebihrendah
dibandingkan mereka yang berusia 25-30 tahun.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pendosisan Geriatri

Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan
fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh
terhadap obat. Adapun prinsip umum penggunaan obat pada usia lanjut :

a. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada
indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang
sesungguhnya.
b. Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling
menguntungkandang tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau
penyakit lainnya
c. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
d. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu
dengan memonitor kadar plasma pasien. Dosis penunjang yang tepat
umumnya lebih rendah.
e. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah
ditelan untuk memelihara kepatuhan pasien
f. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat
yang tidak diperlukan lagi (Manjoer, 2004)
Dosis untuk geriatri (Zulkarnain R, Hasanul Arifin) :

Umur (tahun) ---> Dosis


 60-70 4/5 dosis dewasa
 70-80 3/4 dosis dewasa
 80-90 2/3 dosis dewasa
 >90 1/2 dosis dewasa

13
3.2 Penyesuaian Dosis Karena Interaksi Obat

Terdapat beberapa cara didalam pengaturan dosis untuk geriatric. Pertama,


dosis untuk geriatric harus dikurangi, secara kasar tiap kenaikan usia 10
tahun, maka dosis dikurangi 10 dosis (terkecil) untuk dewasa, misalnya usia
65-74 tahun, maka dosis dewasa -10%. Sedangkan usia 75-84 tahun, maka
dosis dewasa -20%. Dan usia> 85 tahun dosis dewasa -30%. Interval antara
dua dosis diperpanjang.Dosis pemeliharaan, harus diketahui klirens (karena
antar individu harganya berbeda) (Ritschel & Kearns, 2009).
Kedua, menggunakan rumus MIC dan pola kurva log dosis respon.
Perhitungan dengan rumus MIC dan pola kurva log dosis respon dengan
perhitungan jenis kelamin, umur, BB, cukup rumit dan tidak praktis.
Perhitungan dosis untuk geriatric yang masih normal yaitu yang tidak
menderita gagal jantung, gagal ginjal ataupun gangguan hepar, dapat dihitung
menggunakan metode Cavss (untuk obat yang mengikuti kurva dosis respon)
dan atau Cminss (untuk obat yang diperlukan untuk menjaga konsentrasi
minimal efektif selama pemberian obat). Metode ini diaplikasikan untuk
obat-obat yang memiliki kelarutan dalam lemak rendah seperti digoxin,
antibiotika, sulfonamide dan lain-lain, dan jika nilai F atau bioavailabilitasnya
lebih dari 0,5 (Ritschel & Kearns, 2009)
Ketiga, perhitungan dosis secara proporsional berdasarkan
fungsiorgan.Dosis tersebut selain dikurangi, perhatikan juga jika pasien
mengalami kerusakan fungsi hepar/ginjal, maka untuk obat-obat yang
eliminasinya tergantung organ tersebut harus dihitung secara proporsional
atas fungsi organ tersebut.

14
3.3 Analisis Resep
3.3.1 Pendosisan dan interaksi obat

a. Pendosisan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap resep diatas dapat dilihat


adanya ketidak sesuaian dalam penulisan resep. Dalam sebuah resep harus
memuat hal-hal sebagai berikut :

15
1) Nama,alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter
hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscription)
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat
atau komposisi obat (invocation)
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature)
5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio)
6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter
hewan.
7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksima.

namun pada resep diatas resep tersebut tidak mencantumkan umur pasien
maka untuk menghitung dosis menggunakan dosis lazim obat.
Dosis Lazim obat

Glimepirid 2mg/ 4mg

Metformin 500mg/3000mg

Acarbose 50mg/15mg

Lansoprazol 15mg/20mg

Antaside 15mg/30mg

Ulsidex 1g/2g

b. Interaksi obat
1) Ulsidex (Sucralfate) <> Antasid
Penggunaan sucralfate bersamaan dengan Antasid dapat menurunkan
efek sukralfat.Sucralfate dan antasid penggunaanya harus dipisahkan
setidaknya setengah jam.penggunaanya mungkin memerlukan
penyesuaian dosis atau tes khusus untuk menggunakan kedua obat

16
dengan aman.Jangan berhenti menggunakan obat apapun tanpa terlebih
dahulu berbicara dengan dokter Anda.

2) Ulsidex (Sucralfate) <> Metformin


Interaksi pada kombinasi ini hanya berlaku jika penggunakan sucralfate
dalam sediaan cair: Sucralfate oral mengandung kandungan karbohidrat
yang relatif tinggi. Penderita diabetes dengan menggunakan obat ini
kadang mengalami hiperglikemia, Anda mungkin memerlukan
penyesuaian dosis metformin atau obat diabetes lainnya yang Anda
terima selama pengobatan dengan suspensi oral sukralfat.Demikian
juga, jika Anda berhenti menggunakan sucralfate, dosis obat diabetes
Anda mungkin perlu disesuaikan kembali.
3) Ulsidex (Sucralfate) <> Lansoprazole
Menggunakan sucralfate bersamaan dengan lansoprazole dapat
menurunkan efek lansoprazole.Lansoprazol harus diberikan paling
sedikit 1 jam sebelum atau sesudah sucralfate.Jika dokter meresepkan
obat ini bersama-sama, Anda mungkin memerlukan penyesuaian dosis
untuk menggunakan kedua obat dengan aman.
4) Ulsidex (Sucralfate) <> Acarbose
Interaksi pada kombinasi ini hanya berlaku jika penggunakan sucralfate
dalam sediaan cair: Sucralfate oral mengandung kandungan karbohidrat
yang relatif tinggi. Penderita diabetes dengan menggunakan obat ini
kadang mengalami hiperglikemia, Anda mungkin memerlukan
penyesuaian dosis Acarbose atau obat diabetes lainnya yang Anda
terima selama pengobatan dengan suspensi oral sukralfat.Demikian
juga, jika Anda berhenti menggunakan sucralfate, dosis obat diabetes
Anda mungkin perlu disesuaikan kembali.
5) Antaside <> Glimepirid
Menggunakan Antasida bersama dengan glimepiride dapat
meningkatkan efek glimepiride. Glimepiride harus diberikan paling
sedikit dua jam sebelum atau sesudah Antasida. Anda disarankan untuk

17
secara teratur memantau gula darah Anda dan memberi saran tentang
cara mengenali dan mengobati hipoglikemia, yang mungkin termasuk
gejala seperti sakit kepala, pusing, kantuk, gugup, tremor, lemas,
berkeringat, dan palpitasi. Anda mungkin memerlukan penyesuaian
dosis atau gula darah lebih sering untuk menggunakan kedua obat
dengan aman.
6) Metformin <> Acarbose
Interaksi penggunaan metformin dengan acarbose dikatakan minor yang
biasanya tidak menimbulkan bahaya atau memerlukan perubahan terapi.

18
a. Pendosisan

Nama obat Dosis Perhitungan dosis geriatri Ketepatan


dosis

NRF 2,5 mg 4 Tepat dosis


𝑥 2,5 𝑚𝑔 = 2 𝑚𝑔
5
Glimepirid 3 mg 2 mg 4 Tepat dosis
𝑥 2 𝑚𝑔 = 1,6 𝑚𝑔
5
Aspilet 80mg 4 Tepat dosis
𝑥 80 𝑚𝑔 = 64 𝑚𝑔
5
Concor 2,5 mg 5mg 4 Tepat dosis
𝑥 5 𝑚𝑔 = 4 𝑚𝑔
5
Clopidogrel 75mg 4 Tepat dosis
𝑥 75 𝑚𝑔 = 60 𝑚𝑔
5
Candesartan 4mg 4 Tepat dosis
𝑥 4 𝑚𝑔 = 3,2 𝑚𝑔
5
Proglitazon 25 mg 15mg 4 Tepat dosis
𝑥 15 𝑚𝑔 = 12 𝑚𝑔
5
Metformin 500 mg 4 Tepat dosis
𝑥 500 𝑚𝑔 = 400 𝑚𝑔
5

b. Interaksi Obat

1) Pioglitazone<> metformin
Penggunaan pioglitazone meningkatan risiko edema jika digunakan
bersamaan dengan metformin.

2) Aspilet<> Clopidogrel
Pemberian obat aspilet dikombinasi antara Clopidogrel akan membantu
mencegah kejadian pembekuan darah. Antiplatelet bekerja dengan cara
mengurangi agregasi platelet sehingga dapat menghambat pembentukan
trombus pada sirkulasi arteri sehingga menghambat pembentukan
bekuan di pembuluh darah sehingga memiliki kemampuan untuk

19
membantu mencegah stroke dan serangan jantung untuk pasien dengan
kelainan irama jantung (aritmia) yang meningkatkan kemungkinan
stroke.
3) clopidogrel ↔ pioglitazone
kombinasi pioglitazone dengan clopidogrel dapat secara signifikan
meningkatkan konsentrasi pioglitazone plasma. Mekanisme yang
diusulkan adalah penghambatan metabolisme pioglitazone CYP450
2C8 yang dimediasi oleh metabolit glucuronide clopidogrel, yang telah
menunjukkan penghambatan kuat CYP450 2C8 secara in vitro. Bila
satu piaglitazone dosis 15 mg diberikan kepada 10 relawan sehat yang
tidak merokok pada hari ke 1 pengobatan dengan clopidogrel (300 mg
pada hari ke 1, diikuti 75 mg pada hari ke 2 dan 3), rata-rata
pioglitazone systemic exposure (AUC) meningkat 2,1 kali lipat dan
eliminasi setengah hari yang berkepanjangan dari 6,7 menjadi 11 jam
dibandingkan pemberian plasebo. Konsentrasi plasma puncak (Cmax)
pioglitazone tidak dipengaruhi oleh clopidogrel, namun konsentrasi
pada 24 jam (Cmin) meningkat 4,5 kali lipat. Studi ini melaporkan
variabilitas interferen yang substansial yang setidaknya sebagian
disebabkan oleh polimorfisme CYP450 2C8, dengan besarnya interaksi
lebih besar pada pasien yang memiliki metabolisme isoenzim lebih
luas.
4) glimepiride ↔ clopidogrel
Penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi
clopidogrel menghambat isoenzim CYP450 2C9. Metabolisme obat
yang merupakan substrat untuk enzim ini dapat dikurangi, potensi
toksisitas obat substrat. Signifikansi klinis dan besarnya interaksi ini
tidak diketahui. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan jika ada
interaksi yang dicurigai.
5) Candesartan<>Clopidogrel

20
Kombinasi antara candesartan dan clopidogrel tidak ada interaksiobat
yang ditemukan dan tidak menimbulkan bahaya atau memerlukan
perubahan terapi.

3.3.2 Kondisi patofsisiologi serta pengaruh farmakokinetik dan


terapeutiknya padageriatrik

Parameter Perubahan Pengaruhnya Akibat Akibat


fisiologi dan pada organ farmakokinetika terapeutik
patologi

Berat Badan Umumnya Kehilangan Jika diberikan Over dosis,


menurun cairan, dalam dosis meningkatnya
berkurangnya dwasa normal efek samping
ukuran ginjal, akan dan efek
jantung, jaringan mengakibatkan toksik
otot, terjadi atropi tingginya Cp
jaringan.

Absorpsi Berkurangnya Tingginya pH Perubahan Diperlukan


saluran cerna absorpsi lambung, kecepatan waktu yang
kecepatan kelarutan tablet lama untuk
penggosongan dan kapsul mencapai
lambung onset, dan
bertambah durasi efek
juga lebih
Berkurangnya motilitas usus
lama

Cairan tubuh Menurunnya Hipokalemia dan Berkurangnya Over dosis,


TBF dan ICF hiponatremia volume meningkatnya
distribusi, efek samping
meningkatnya dan toksisitas

21
kadar obat dehidrasi
dalam plasma
(Cp)

Aliran darah Menurunnya Kemungkinan Absorpsi Onset


ke jantung cardiac terjadi kongesti menurun dari menjadi lebih
output, vena dan saluran GI, lama. Over
menurunnya hipovolumia otot, kulit, dosis,
elastisitas dan arteri rectal, meningkatnya
permeabilitas, tertundanya efek samping
menurunnya distribusi obat, dan toksisitas,
aliran darah berkurangnya hipoksia
volume
distribusi,
meningkatnya
kadar obat
dalam plasma.

Komposisi Menurunnya Perubahan fungsi Menurunnya Over dosis,


tubuh Lean Body organ volume meningkatnya
Mass distribusi efek samping,
terhadap obat menurunnya
Meningkatnya
lipofilik di respon obat
jaringan
jaringan lemak yang bersifat
lemak
dan lipofilik,
menurunnya terlambatnya
eiminasi onset diikuti
dengan
akumulasi
dan over dosis
banyak obat

22
Ginjal Menurunnya Klirens kreatinin Meningkatnya Over dosis,
aliran darah kecil t1/2 eliminasi durasi efek
obat melalui lebih lama,
ginjal meningkatnya
Menurunnya
Berkurangnya efek samping
filtrasi
fungsi ginjal dan efek
glomerulus
toksik
dan sekresi
aktif tubulus

Plama Berkurangnya Hipoalbuminemia Meningkatnya Meningkatnya


Protein albumin konsentrasi obat intensitas
bebas t1/2 obat efek,
yang terikat meningkatnya
kuat protein efek samping
lebih pendek dan efek
toksik

Homeostatis Abnormal Fungsi Perubahan Reaksi obat


pengaturan ketat volume paradoxic
distribusi

23
BAB IV
KESIMPULAN

a. Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan
fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan
tubuh terhadap obat.
b. Interaksi obat di pengaruhi oleh faktor farmakokinetik,farmakodinamik
oleh karena itu pemberian dosis harus di sesuaikan, sehingga tidak
menyebabka toksisitas dan efek samping yang tidak diinginkan.
c. Pengaturan dosis untuk geriatric.dosis untuk geriatric harus dikurangi,
secara kasar tiap kenaikan usia 10 tahun, maka dosis dikurangi 10 dosis
(terkecil) untuk dewasa, misalnya usia 65-74 tahun, maka dosis dewasa -
10%. Sedangkan usia 75-84 tahun, maka dosis dewasa -20%. Dan usia> 85
tahun dosis dewasa -30%.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo, B. (2006), Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)


edisi ke-3, Balai Pustaka, Jakarta.
2. WHO (1994), User Guide to Self Reporting Questionaire ( SRQ), Division
of Mental Health, Geneva
3. DepKes RI (2004), Pedoman Upaya Pembinaan Kesehatan Jiwa Usia
Lanjut, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta
4. Kane & Ousbander, Geriatric Giant, hal 131
5. Manjoer, Arif M, (2000) Kapita Selekta Kedokteran, 12, Media
Aesculapius, Jakarta
6. Zulkarnain Rangkuti, Hasanul Arifin, Recomendation For Geriatric
Prescribing, Dep. Farmakologi & Terapeutik, Fakultas Kedokteran USU
7. Bustami,Z.S. 2001. Obat Untuk Kaum Lansia. Edisi kedua. Penerbit ITB.
Bandung
8. Darmojo-Boedi, Martono Hadi (editor). 2006. Buku Ajar Geriatri. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Jakarta
9. Katzung. 2004. Basic and Clinical Pharmacology 9th Edition. Mc Graw-
Hill. US
10. Anonim, 2008, geriatri, https://www.rskariadi.com, diakses pada tanggal
23 September 2017
11. ISO (Informasi Spesialite Obat) penerbit: ikatan sarjana farmasi indonesia
ISSN 0854-4492 volume 44-2009 s/d 2010 PT.ISFI Penerbitan juli 2009
hal 587
12. Prest,M.,2003,Penggunaan Obat pada Lanjut Usia dalam
Aslam,M;Tan,C.K&Prayitno,A., Farmasi Klinis;Menuju Pengobatan yang
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 203-204, Gramedia, Jakarta
13. Anonim, 2017, drug interactions,
https://www.drugs.com/drug_interactions,di akses pada tanggal 25
September 2017.

25
26

Anda mungkin juga menyukai