Anda di halaman 1dari 19

BUKU DARAS

UIN ALAUDDIN

Syamsidar. HS.,S.T.,M.Si

DASAR REAKSI KIMIA


ANORGANIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN


MAKASSAR
2013
2 Cu+ (aq) ——> Cu (s) + Cu2+ (aq)
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak
berwarna (kecuali Cu 2 O yang berwarna merah), sedangkan semua
senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa
hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh
senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam),
CuSO 4 .5H 2 O (biru), dan CuS (hitam).
Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion
sederhana (kation maupun anion) serta ion kompleks. Unsur transisi
periode keempat dapat membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion
kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan. Ligan adalah
molekul atau ion yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi
antara kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-
basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang
berperan sebagai spesi pendonor (donator) elektron. Sementara itu,
kation logam transisi merupakan asam Lewis yang berperan sebagai
spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, terjadi ikatan
kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation logam transisi
pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi
kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya
sepasang elektron bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat
berperan sebagai ligan adalah H 2 O, NH 3 , CO, dan ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada
kation logam transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada
ion [Ag(NH 3 ) 2 ]+ adalah dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion
[Cu(NH 3 ) 4 ]2+ adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion
[Fe(CN) 6 ]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang sering dijumpai
adalah 4 dan 6.
Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan
elektron bebas (PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi
monodentat, bidentat, dan polidentat. H 2 O dan NH 3 merupakan ligan
monodentat (mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan
Etilendiamin (H 2 N-CH 2 -CH 2 -NH 2 , sering disebut dengan istilah en)
merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan dua pasang
elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen
chelat (mampu mencengkram kation logam transisi dengan kuat).

92 | Buku Daras : Dasar Reaksi Kimia Anorganik


SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu (II)
DENGAN LIGAN BASA SCHIFF 2-METOKSI-6-(((4-METOKSIFENIL)
IMINO)METIL)FENOL

SKRIPSI

Oleh:
LUMATUT DURROTIL FAHRIYAH
NIM. 17630087

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari ion logam

sebagai atom pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan

elektron bebas (Cotton, 1989). Senyawa kompleks juga disebut senyawa koordiansi

karena ikatan yang menghubungkan berupa ikatan kovalen koordinasi antara ligan

dengan atom pusat. Ikatan koordinasi ini terjadi akibat dari donasi pasangan

elektron dari logan ke dalam orbital kosong ion pusat. Ligan atau gugus pengeliling

dapat berupa molekul netral atau ion, sedangkan atom pusat merupakan kation

logam (Suhartana, dkk., 2016).

Senyawa kompleks juga merupakan kombinasi asam Lewis dengan basa

Lewis. Atom pusat berperan sebagai asam Lewis karena merupakan akseptor

elektron. Adapaun ligan berperan sebagai basa Lewis karena mendonorkan elektron

dalam ikatan antara atom pusat dengan ligan (Agustin, 2017). Berdasarkan Effendy

(2013), konsep asam basa Lewis menjadi dasar teori ikatan valensi. Beberapa teori

yang dapat menjelaskan pembentukan senyawa kompleks ialah teori ikatan valensi,

teori medan kristal dan teori orbital molekul. Kegunaan senyawa koordinasi

diantaranya untuk zat warna, obat- obatan, katalis (Bharati et al., 2020), antikorosi

(Wei et al., 2020), antikanker (Faghih et al., 2017), antibakteri dan antijamur (Sahal

et al., 2015).

Tufa, et al. (2018) telah mensintesis kompleks Co(II) dan Cu(II) basa Schiff

dengan ligan basa Schiff dari vanilin-anilin. Maurya et al. (2003) juga mensintesis

8
PEMBUATAN SENSOR KIMIA SEDERHANA MENGGUNAKAN
KERTAS WHATMAN DENGAN REAGEN 1,10-FENANTROLIN UNTUK
ANALISIS LOGAM Fe TOTAL SEBAGAI Fe2+ SAMPEL LIMBAH AIR
LINDI TPA KOTA BATU

SKRIPSI

Oleh:
MUHAMMAD FATIH YASIR M.S
NIM. 16630096

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
25

kandungan air dan pelarut didalam hydrogel dihilangkan menggunakan

penguapan pada suhu ruang, maka struktur yang terbentuk disebut

sebagai xerogel.

2.8 Senyawa Koordinasi

Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang pembentukannya

melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi. Sehingga menurut

pendapat Effendy (2007) sendiri senyawa kovalen adalah senyawa yang

pembentukannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi

antara ion logam atau atom logam dengan atom non logam.

Senyawa koordinasi dikenal juga sebagai senyawa kompleks, yaitu

senyawa yang terdiri dari atom atau ion logam sebagai atom pusatnya,

sedangkan atom yang dapat mendonorkan pasangan elektron ke atom

pusat disebut atom donor. Atom donor yang dikoordinasikan pada ion

pusat baik yang terdapat pada satu ion atau molekul senyawa kompleks

disebut sebagai ligan. Saat ini ada tiga macam teori pembentukan

senyawa koordinasi, yaitu Teori Ikatan Valensi (TIV), Teori Medan

Kristal (TMK), dan Teori Orbital Molekul (TOM) (Effendy, 2007).

2.8.1 Teori Ikatan Valensi (Valence Bond Theory)

Berdasarkan teori ikatan valensi, pembentukan senyawa kompleks

melibatkan reaksi antara Asam Lewis sebagai atom pusat dengan Basa

Lewis sebagai ligan melalui ikatan kovalen koordinasi (Effendy, 2007).

Ikatan kovalen terjadi karena adanya tumpang tindih antra orbital kosong

dalam logam dengan orbital ligan berupa ion atau molekul yang memiliki

pasangan elektron bebas (Day dan Selbin, 1985). Pada ikatannya dengan
Analit: Analytical and Environmental Chemistry
Volume 6, No.02, Oktober 2021

PENGARUH LIGAN PADA SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS


CO(II) DENGAN LIGAN BASA SCHIFF N,N-DIMETIL-4-
(FENILIMINOMETIL)ANILIN DAN 1,10-FENANTROLIN
Zipora Sembiring1*, Syaiful Bahri1, Rinawati1, Adita Sukma Ramadhania1, Aura Dhayang
Fiarizky1
1
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung, Bandar Lampung

zipora.sembiring@fmipa.unila.ac.id

Artikel Info ABSTRAK


Diterima
tanggal Telah dilakukan sintesis senyawa kompleks Co(II) dengan ligan basa
12.09.2021 Schiff N,N-Dimetil-4-(feniliminometil)anilin dan ligan 1,10-Fenantrolin.
Sintesis senyawa kompleks dilakukan dengan reaksi kondensasi refluks pada
Disetujui suhu 78 °C menggunaan pelarut etanol, menghasilkan kristal berwarna coklat
publikasi muda dengan rendemen sebesar 68% untuk kompleks Co(II) basa Schiff dan
tanggal
berwarna oranye dengan rendemen sebesar 72,60% untuk kompleks Co(II)
20.10.2021
Fenantrolin. Kristal yang diproleh kemudian dikarakterisasi menggunakan
Kata kunci : spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan TG-DTA. Berdasarkan hasil karakterisasi
basa Schiff, menunjukkan terbentuknya kompleks Co(II) basa Schiff dan kompleks Co(II)
kompleks, Fenantrolin. Kemudian untuk melihat pengaruh ligan pada pembentukan
senyawa senyawa kompleks dilakukan karakterisasi menggunakan MSB dan dihasilkan
kompleks momen magnet efektif (µeff) senyawa kompleks Co(II) basa Schiff sebesar 3,87
Co(II), N,N- BM yang bersifat paramagnetik, sedangkan pada kompleks Co(II) Fenantrolin
Dimetil-4- memiliki momen magnet efektif (µeff) sebesar 4,72 BM yang bersifat
(feniliminomet paramagnetik serta membentuk agen khelat. Hasil karakterisasi menggunakan
il)anilin 1,10-
MSB menunjukkan kompleks Co(II) Fenantrolin memiliki kestabilan yang lebih
fenantrolin
baik dibandingan dengan ligan basa Schiff N,N-Dimetil-4-
(feniliminometil)anilin.

ABSTRACT
Synthesis of the complex compound Co(II) with the basic ligand Schiff N,N-Dimethyl-4-
(phenyliminomethyl)aniline and the ligand 1,10-Phenanthroline has been carried out. The synthesis of
complex compounds was carried out by reflux condensation reaction at a temperature of 78 °C using
ethanol as a solvent, producing light brown crystals with a yield of 68% for the Schiff base Co(II)
complex and orange with a yield of 72.60% for the Co(II) Phenanthroline complex. The crystals
obtained were then characterized using UV-Vis spectrophotometer, FTIR, and TG-DTA. Based on the
results of the characterization showed the formation of a Schiff base Co(II) complex and a Co(II)
Phenanthroline complex. To see the effect of ligands on the formation of complex compounds,
characterization was carried out using MSB and resulting an effective magnetic moment (µeff) for the
Schiff base Co(II) complex compound was 3.87 BM which was paramagnetic, while the Co(II)
Phenanthroline complex had an effective magnetic moment (µeff) of 4.72 BM which is diamagnetic
and forms a chelate. The results of characterization using MSB showed that the Phenanthroline Co(II)
complex had better stability than the Schiff base ligand N,N-Dimethyl-4-(phenyliminomethyl)aniline.

http://dx.doi.org/10.23960/aec.v6.i2.2021.p180-188
Anal.Environ.Chem.
180
Analit: Analytical and Environmental Chemistry
Volume 6, No.02, Oktober 2021

PENDAHULUAN
Senyawa kompleks menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena memiliki aplikasi
dalam berbagai bidang, seperti bidang kesehatan, bidang pertanian, dan bidang industri.
Senyawa kompleks terbentuk karena adanya ikatan antara ligan yang berperan sebagai donor
pasangan elektron dengan atom pusat atau logam yang berperan sebagai akseptor pasangan
elektron (Triyani dkk., 2013). Logam transisi merupakan logam yang banyak dipelajari dan
disintesis menjadi senyawa-senyawa kompleks yang menghasilkan warna yang unik (David
and Raynor, 1965). Salah satu logam yang sering digunakan pada sintesis senyawa kompleks
adalah kobalt, dikarenakan logam kobalt merupakan logam golongan transisi yang bersifat
inert dan stabil untuk membentuk senyawa kompleks dengan berbagai ligan (Rodgers, 2002).
Contoh ligan yang dapat digunakan dalam pembentukan senyawa kompleks adalah
ligan 1,10 fenantrolin (fen). Fen dapat berfungsi sebagai ligan bidentat, hal ini disebabkan ligan
fen merupakan ligan N- heterosiklik yang mempunyai dua atom donor N yang terikat pada
cincin aromatis yang dapat meningkatkan kestabilan senyawa kompleks (Sharma dan Narula,

2015). Garai, dkk (2017) telah mensintesis kompleks [Co(fen)2Cl2] dari ion logam Co2+ dari
kompleks CoCl2.6H2O dengan ligan 1,10-fenantrolin menggunakan metode refluks selama 3
jam dan menghasilkan rendemen 71%. Pada penelitian ini akan disintesis senyawa kompleks
Co(II) Fenantrolin dari kompleks CoCl2.6H2O dengan ligan 1,10-fenantrolin mengunakan
metode refluks. Selain fen, ligan yang dapat digunakan dalam pembentukan senyawa kompleks
adalah ligan basa Schiff.
Ligan basa Schiff merupakan produk hasil kondensasi antara amina primer dengan
senyawa aldehid atau keton. Ligan basa Schiff memiliki gugus imina atau disebut juga gugus
azometina (-C=N-) (Imer et al., 2017). Gugus azometina pada basa Schiff memiliki banyak
kelebihan salah satunya dapat membentuk cincin khelat dalam senyawa kompleks sehingga
ketika berikatan dengan ion logam akan membentuk struktur kompleks dan memiliki
kestabilan yang cukup baik (Sembiring, 2017). Sari (2019) telah mensintesis ligan basa
Schiff dari senyawa 4-dimetilaminobenzaldehida sebagai aldehid dengan anilin sebagai amina
primer menggunakan kondensasi refluks selama 45 menit menghasilkan rendemen 76,20%.
Abduljleel et al., (2018) juga telah mensintesis ligan basa Schiff dari senyawa vanilin dan

propana-1, 3-diamin dengan ion logam Co2+ menggunakan kondensasi refluks menghasilkan
http://dx.doi.org/10.23960/aec.v6.i2.2021.p180-188
Anal.Environ.Chem.
181
The Indonesian Green Technology Journal E-ISSN. 2338-1787
DOI: 10.21776/ub.igtj.2021.010.01.02 ISSN. 2355-4010

Potensi Pengembangan Agen Antibakteri dari Senyawa Kompleks Logam


Transisi di Indonesia

Nadia Cikita Handayani1, Putri Nuzilla Shafira1*, Sasti Gona Fadhilah1


1Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang
*email: pnshafira79@gmail.com

Abstrak
Saat ini, resistensi terhadap agen antimikroba telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Penyakit
akibat infeksi bakteri masih menjadi masalah yang penting karena meningkatnya jumlah bakteri yang resistan terhadap
berbagai obat. Salah satu agen antibakteri yang dapat dikembangkan potensinya dengan mekanisme yang berbeda dari
agen antibakteri yang lain adalah senyawa kompleks logam. Beberapa ion logam terbukti dapat menjadi agen antibakteri
karena memiliki fungsi biologis dan ditemukan dalam enzim dan kofaktor yang diperlukan untuk berbagai proses dalam
tubuh. Naskah ini mengkaji perkembangan SKLT (Senyawa Kompleks Logam Transisi) sebagai kandidat agen antibakteri
terutama berbasis logam Cu(II) dan Zn(II) dengan ligan basa Schiff. Penggunaan material berbasis SKLT sebagai agen
antibakteri masih relatif baru namun memiliki potensi besar untuk mencegah perkembangan berbagai bakteri serta
kemunculan penyakit baru akibat dari resistensi bakteri. Material ini juga dapat dikembangkan dari mineral alam yang
banyak tersedia di Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui tinjauan pustaka dimana artikel-artikel yang digunakan
sebagai literatur utama adalah artikel hasil penelitian maupun review yang diperoleh dari jurnal nasional dan
internasional bereputasi dengan tahun terbit mulai tahun 2010-2020. Selanjutnya, artikel yang dipilih adalah artikel yang
menghasilkan rendemen sintesis >50%. Berdasarkan hasil kajian, SKLT berbasis logam Cu(II) dan Zn(II) dengan ligan basa
Schiff dapat dijadikan sebagai kandidat agen antibakteri dari berbagai jenis bakteri seperti E. coli, P. aeruginosa, B.
subtilis, S. aureus, C. albicans, S. pneumoniae dan masih banyak lagi lainnya dengan hasil yang cukup efisien dan
bervariasi. Meskipun sintesis SKLT dengan sifat antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain metode
larutan, solvothermal, hidrotermal, refluks, dan hidrogel, studi kelayakan produksi massal SKLT yang ramah lingkungan
serta beberapa studi farmasi lainnya tetap diperlukan.

Kata kunci: antibakteri, basa Schiff, senyawa kompleks, kompleks Cu(II), Kompleks Zn(II).

Abstract
Currently, resistance to antimicrobial agents has become a worldwide public health problem. Bacterial disease is an
important problem because of the number of bacteria that are resistant to various drugs. One of many antibacterial agents
that can be potentially developed with different mechanism to other antibacterial agents is metal complex compounds.
Several metal ions have been shown to be antibacterial agents because they have biological functions and are found in
enzymes and cofactors necessary for various processes in the body. This paper examines the development of TMC
(Transition Metal Complex) as candidates for antibacterial agents, especially those based on Cu(II) and Zn(II) metals with
Schiff base ligands. The use of TMC-based materials as antibacterial agents is still relatively new but has great potential
to prevent the development of various bacteria and the emergence of new bacterial diseases. This material can be
developed from natural minerals that are widely available in Indonesia. This study was conducted through a literature
review, the articles used as the main reference were research and review articles that obtained from reputable national
and international journals with publication years of 2010-2020. Next, only articles which shows synthetic yields of more
than 50% were selected. Based on the results of the study, Cu(II) and Zn(II) based TMC with Schiff base ligands can be used
as antibacterial candidates for various types of bacteria such as E. coli, P. aeruginosa, B. subtilis, S. aureus, C. albicans, S.
pneumoniae and many more with fairly efficient and varied results. Although synthesis of TMC with antibacterial
properties can be done in many methods, namely solution, solvothermal, hydrothermal, reflux, and hydrogel methods,
further studies on the mass production of environmentally friendly TMC and other pharmaceutical studies are still needed.

Keywords: antibacterial, Schiff bases, complex compounds, Cu(II) complexes, Zn(II) complexes.

1. PENDAHULUAN terakhir mengakibatkan meningkatnya kebutuhan


Penyakit akibat infeksi bakteri masih menjadi untuk agen antibakteri. Oleh karena itu, agen
masalah yang penting karena meningkatnya antibakteri baru harus disintesis untuk
jumlah patogen mikroba yang resistan terhadap pengobatan penyakit bakteri yang resisten [1].
antibakteri menyebabkan munculnya berbagai Infeksi akibat resistensi terhadap antibiotik sudah
penyakit baru. Resistensi antibiotik lama dan baru tersebar luas di seluruh dunia. Sebuah survei
semakin meningkat dalam beberapa dekade nasional tahun 2011 terhadap spesialis penyakit

9
Pengembangan Agen Antibakteri dari Senyawa Kompleks Logam Transisi (Handayani, et al.)

kompleks, basa Schiff, kompleks Cu(II), kompleks Perbedaan dalam struktur dinding sel yang
Zn(II). membatasi asupan kompleks logam yang larut
Pustaka yang dipilih berupa naskah lengkap dalam lipo ke dalam strain gram-negatif dapat
(full text) berbahasa Indonesia dan berbahasa mengakibatkan perbedaan kerentanan
Inggris yang terbit pada rentang Januari 2010 antibakteri [16].
hingga Januari 2020 supaya hasil penelitian yang Pada banyak penelitian, senyawa kompleks
didapatkan masih relevan dan up-to-date. Kualitas menunjukkan peningkatan aktivitas antibakteri
hasil studi dijaga dengan cara hanya dibandingkan dengan ligan basa Schiff-nya saja.
menggunakan artikel (research dan/atau review Salah satu contoh adalah hasil penelitian Yamgar
articles) yang diterbitkan oleh jurnal terakreditasi et al. (2014) dimana peningkatan antibakteri
nasional (SINTA 1-2) maupun internasional disebabkan oleh cincin heterosiklik bagian
(penerbit/basis data SCImago, Scopus, ProQuest, kumarin, cincin heterosiklik triazol, dan cincin
Hindawi). Kesesuaian antara judul dan abstrak heterosiklik oksathiazolidinon yang tergabung
juga diperhatikan untuk memastikan relevansi dalam struktur molekul kompleks logam. Adanya
informasi di artikel dengan topik penelitian. kemampuan kelasi cenderung membuat ligan
Sedangkan pembahasan dilakukan secara bertindak sebagai agen bakteri yang lebih kuat.
deskriptif kualitatif disertai data kuantitatif pada Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat lipofilik
topik tertentu, dengan urutan topik pembahasan senyawa kompleks yang lebih besar daripada sifat
yaitu (1) gambaran umum agen antibakteri dari lipofilik ligannya [17].
senyawa kompleks logam transisi, (2) potensi dan
efektifitas SKLT sebagai agen antibakteri, (3) 3.2 Potensi dan Efektifitas SKLT Sebagai Agen
peluang pengembangan SKLT sebagai kandidat Antibakteri
antibakteri di Indonesia. SKLT yang dipelajari di penelitian ini adalah
dari kompleks Cu2+ dan Zn2+. Hal ini dikarenakan
3. HASIL REVIEW selain kadar toksisitasnya relatif rendah
3.1 Gambaran Umum dibandingkan ion logam transisi lainnya, kedua ion
Senyawa kompleks atau biasa disebut logam tersebut terlibat dan ditemukan dalam
dengan senyawa koordinasi merupakan senyawa metabolisme tubuh manusia maupun hewan
yang terbentuk antara suatu logam (kation) secara alami. Penggunaan Cu2+ dan Zn2+ sebagai
dengan beberapa donor atom (ligan) [10]. Reaksi ion logamnya sebagai agen antibakteri juga sudah
pembentukan senyawa kompleks sering dikenal sejak lama.
melibatkan molekul organik maupun anorganik, Tembaga penting untuk semua organisme
karena memiliki atom donor elektron bebas, karena merupakan bagian dari pigmen darah yang
seperti N, O, S, dll [11]. Ion logam transisi memiliki disebut hemocyanin pada moluska dan krustasea
kestabilan termal yang beragam, misalnya Cu2+ tetapi pada organisme lain seperti ikan dan
dengan konfigurasi elektronnya d9 dan memiliki vertebrata lain Cu digantikan oleh Fe. Pada
kemampuan mengikat atom donor N dan O manusia, tembaga terdapat di hati, otot dan
sehingga kompleks Cu2+ sering digunakan untuk tulang. Tembaga juga digunakan sebagai fungisida
penelitian [12]. Ion logam lain seperti Zn2+ juga di bidang pertanian juga memiliki aplikasi anti
mempunyai peran besar terhadap sebagian biofouling dan antimikroba. Tembaga bersifat
proses biologis. Berbagai penyakit atau gangguan biostatik karena bakteri tidak tumbuh di atasnya,
fisiologis, penuaan juga berkaitan dengan tembaga dapat menghancurkan bakteri, virus dan
keadaan ion logam dan fungsinya di dalam tubuh jamur. Karenanya banyak senyawa kompleks yang
[13]. tersusun dari tembaga bersifat antibakteri [18].
Secara umum, faktor yang dapat Sedangkan seng (Zn) merupakan unsur
menunjukkan aktivitas antimikroba suatu paling melimpah ke-23 di kerak bumi yang
senyawa kompleks antara lain efek khelat, sifat memiliki nomor atom 30. Seng tidak berwarna
ligan, total muatan kompleks, sifat ion yang dan bersifat diamagnetik serta tidak terlihat oleh
menetralkan kompleks ionik, dan nukliritas pusat kebanyakan metode spektroskopi [19]. Seng dan
logam dalam kompleks [14]. Penelitian oleh kompleksnya memiliki aktivitas antibakteri dan
Chohan (2006) menunjukkan bahwa penggantian antivirus dan digunakan dalam pengobatan
ligan thiophene-2-carboxaldehyde dengan 4- beberapa penyakit. Kompleks Zn(II) digunakan
bromothiophene-2-carboxaldehyde sebagai salah sebagai pengikat DNA, fotosensitizer tumor, agen
satu komponen basa Schiff dapat meningkatkan antidiabetes, antijamur, antioksidan dan
aktivitas kompleks logam turunannya [15]. antibakteri. Selain itu, dalam penelitian terbaru,

11
Pengembangan Agen Antibakteri dari Senyawa Kompleks Logam Transisi (Handayani, et al.)

membuka lapangan pekerjaan dan jalur distribusi DAFTAR PUSTAKA


baru sehingga secara tidak langsung juga akan [1] Rizzotto, M. 2012. Metal complexes as
berkontribusi terhadap perkembangan antimicrobial agents. In A search for
perekonomian lokal dan nasional. Tingkat antibacterial agents. IntechOpen.
ketahanan nasional dalam bidang kesehatan, Bobbarala, V. (Ed.). 73-88.
obat, dan produk farmasi lainnya juga akan [2]. Ventola, C. L. 2015. The antibiotic resistance
semakin membaik dan Indonesia akan semakin crisis, Part 1. Causes and threats. Pharmacy
mandiri. & Therapeutics. 40 (4), 277- 283.
Namun perlu juga diperhatikan bahwa selain [3] World Health Organization. 2015. Climate
faktor kelestarian lingkungan hidup dimana lokasi and Health country profile – Indonesia.
industri tersebut akan dibangun, dampak Geneva, Switzerland.
pemakaian SKLT sebagai agen antibakteri masih https://www.who.int/globalchange/resour
membutuhkan kajian ilmiah yang lebih ces/country-profiles/PHE-country-profile-
mendalam, misalnya efek pemberian dosis Indonesia.pdf. Accessed on 01 April 2021.
berlebih terhadap pengguna, efek antibakteri [4] Parathon, H., Kuntaman, K., Widiastoety, T.
terhadap jenis kulit pengguna, dll. Yang perlu H. et al. 2017. Progress towards
diperhatikan juga adalah, meskipun agen antimicrobial resistance containment and
antibakteri berbasis SKLT dapat diperoleh dari control in Indonesia. in Antimicrobial
berbagai metode sintesis seperti solvotermal / resistance in South East Asia. The BMJ,
hidrotermal, larutan (suhu ruang maupun suhu j3808, 31-35.
tinggi), dan/atau metode gel, hasil publikasi studi [5] Desrini, S. 2015. Resistensi antibiotik,
kelayakan ekonomis dari produksi SKLT skala akankah dapat dikendalikan?, Jurnal
industri masih terbatas sehingga masih perlu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia,
dikaji lebih lanjut, dimana produksi skala massal Editorial, 6 (4), i–iii.
seringkali mensyaratkan faktor teknis dan non- [6] Dahesihdewi, A., Sugianli, A. K., & Parwati, I.
teknis lainnya, termasuk kondisi sosial-budaya 2019. The surveillance of antibiotics
masyarakat Indonesia ketika berurusan dengan resistance in Indonesia: A current reports.
produk farmasi/kesehatan. Bali Medical Journal, 8 (2), 474–479.
[7] Serwecińska, L. 2020. Antimicrobials and
4. KESIMPULAN antibiotic-resistant bacteria: A risk to the
Senyawa kompleks logam transisi dengan ligan environment and to public health. Water,
dari jenis basa Schiff dapat dijadikan sebagai 12 (12), ID. 3313, 1–17.
kandidat agen antibakteri dari berbagai jenis [8] U.S. Department of the Interior. 2020.
bakteri, baik bakteri gram positif maupun bakteri Mineral commodity summaries 2020. U.S.
gram negatif, dengan hasil konsentrasi inhibisi Geological Survey, Virginia.
minimum dan zona hambat yang bervariasi. https://pubs.usgs.gov/periodicals/mcs2020
Aktivitas antibakteri dari senyawa kompleks /mcs2020.pdf. Accessed on 01 April 2021.
umumnya melebihi aktivitas antibakteri dari [9] Claudel, M., Schwarte, J. V., & Fromm, K. M.
senyawa basa Schiff-nya saja. Hal ini kemungkinan 2020. New antimicrobial strategies based
dikarenakan sifat lipofilik senyawa kompleks yang on metal complexes. Chemistry, 2 (4), 849–
lebih besar daripada sifat lipofilik ligannya 899.
sehingga lebih mudah berinteraksi dengan [10] Hermawati, E. S., Suhartana, S., & Taslimah,
membran sel bakteri. T. 2016. Sintesis dan karakterisasi senyawa
Berdasarkan hasil kajian, SKLT berbasis logam kompleks Zn(II)-8-hidroksikuinolin. Jurnal
Cu(II) dan Zn(II) dengan ligan basa Schiff dapat Kimia Sains dan Aplikasi, 19 (3), 94–98.
dijadikan sebagai kandidat agen antibakteri dari [11] House, J. E. 2020. Synthesis and reactions of
berbagai jenis bakteri seperti E. coli, P. coordination compounds. In Inorganic
aeruginosa, B. subtilis, S. aureus, C. albicans, S. Chemistry, Elsevier, 769–815.
pneumoniae dan masih banyak lagi lainnya [12] Zhou, Q.-Q., Miao, R.-Q., Wang, D.-F., &
dengan hasil yang cukup bervariasi. Meskipun Huang, R.-B. 2020. Syntheses, structures
sintesis SKLT yang memiliki sifat antibakteri dapat and properties of three novel Cu(Ⅱ)
dilakukan dengan beberapa alternatif metode, coordination compounds based on 4,4′-
studi kelayakan produksi massal SKLT yang ramah oxybisbenzoic acid. Journal of Molecular
lingkungan serta beberapa kajian lanjutan lainnya Structure, 1206, ID. 127688.
tetap diperlukan.

17
Pengembangan Agen Antibakteri dari Senyawa Kompleks Logam Transisi (Handayani, et al.)

[13] Mahapatra, D. K., Bharti, S. K., Asati, V., & Journal of Advances in Chemical Science, 4
Singh, S. K. 2019. Perspectives of (1), 40–48.
medicinally privileged chalcone based [22] Alias, M., Kassum, H., & Shakir, C. 2014.
metal coordination compounds for Synthesis, physical characterization and
biomedical applications. European Journal biological evaluation of Schiff base M(II)
of Medicinal Chemistry, 174, 142–158. complexes. Journal of the Association of
[14] Sadeek, S. A., Zordok, W. A., El-Attar, M. S., Arab Universities for Basic and Applied
& Ibrahim, M. S. 2015. Spectroscopic, Sciences, 15 (1), 28–34.
structural, thermal and antimicrobial [23] Mohamed, G. G., Zayed, M. A., & Abdallah,
studies of 4,6-bis (4-chlorophenyl)- 2-oxo- S. M. 2010. Metal complexes of a novel
1,2-dihydropyridine-3-carbonitrile with Schiff base derived from sulphametrole and
some transition metals. Bulletin of the varelaldehyde. Synthesis, spectral, thermal
Chemical Society of Ethiopia, 29 (1), 75–94. characterization and biological activity.
[15] Chohan, Z. H., Pervez, H., Rauf, A., et al. Journal of Molecular Structure, 979 (1–3),
2006. Antibacterial cobalt (II), copper (II), 62–71.
nickel (II) and zinc (II) complexes of [24] Rosu, T., Pahontu, E., Maxim, C., et al. 2010.
mercaptothiadiazole—derived furanyl, Synthesis, characterization and
thienyl, pyrrolyl, salicylyl and pyridinyl Schiff antibacterial activity of some new
bases. Journal of Enzyme Inhibition and complexes of Cu(II), Ni(II), VO(II), Mn(II)
Medicinal Chemistry, 21 (2), 193–201. with Schiff base derived from 4-amino-2,3-
[16] Dilip, C. S., Kumar, V. S., Venison, S. J., et al. dimethyl-1-phenyl-3-pyrazolin-5-one.
2013. Synthesis, structural characterisation, Polyhedron, 29 (2), 757–766.
bio-potential efficiency and DNA cleavage [25] Shebl, M., Khalil, S. M. E., & Al-Gohani, F. S.
applications of nicotinamide metal 2010. Preparation, spectral characterization
complexes. Journal of Molecular Structure, and antimicrobial activity of binary and
1040, 192–205. ternary Fe(III), Co(II), Ni(II), Cu(II), Zn(II),
[17] Yamgar, R. S., Nivid, Y., Nalawade, S., et al. Ce(III) and UO2(VI) complexes of a
2014. Novel zinc(II) complexes of thiocarbohydrazone ligand. Journal of
heterocyclic ligands as antimicrobial agents: Molecular Structure, 980 (1–3), 78–87.
synthesis, characterisation, and [26] Al-Hamdani, A. A. S., & Shaker, S. A. 2011.
antimicrobial studies. Bioinorganic Synthesis, characterization, structural
Chemistry and Applications, 2014, ID. studies and biological activity of a new
276598, 1–10. Schiff base-azo ligand and its complexation
[18] Khan, S. A., Nami, S. A. A., Bhat, S. A., et al. with selected metal ions. Oriental Journal of
2017. Synthesis, characterization and Chemistry, 27 (3), 835–845.
antimicrobial study of polymeric transition [27] El-Sherif, A. A., & Eldebss, T. M. A. 2011.
metal complexes of Mn(II), Co(II), Ni(II), Synthesis, spectral characterization,
Cu(II) and Zn(II). Microbial Pathogenesis, solution equilibria, in vitro antibacterial and
110, 414–425. cytotoxic activities of Cu(II), Ni(II), Mn(II),
[19] Kaur, K., Gupta, R., Saraf, S. A., & Saraf, S. K. Co(II) and Zn(II) complexes with Schiff base
2014. Zinc: The metal of life. Comprehensive derived from 5-bromosalicylaldehyde and
Reviews in Food Science and Food Safety, 13 2-aminomethylthiophene. Spectrochimica
(4), 358–376. Acta Part A: Molecular and Biomolecular
[20] Seetharaj, R., Vandana, P. V., Arya, P., & Spectroscopy, 79 (5), 1803–1814.
Mathew, S. 2019. Dependence of solvents, [28] Kumar, L. S., Prasad, K. S., &
pH, molar ratio and temperature in tuning Revanasiddappa, H. D. 2011. Synthesis,
metal organic framework architecture. characterization, antioxidant, antimicrobial,
Arabian Journal of Chemistry, 1 2(3), 295– DNA binding and cleavage studies of
315. mononuclear Cu(II) and Co(II) complexes of
[21] Tajudeen, S. S., & Kannappan, G. 2016. 3-hydroxy-N’-(2-hydroxybenzylidene)-2-
Schiff base–Copper(II) complexes: naphthohydrazide. European Journal of
Synthesis, spectral studies and anti- Chemistry, 2 (3), 394–403.
tubercular and antimicrobial activity. Indian [29] Al-Resayes, S. I., Shakir, M., Abbasi, A., et al.
2012. Synthesis, spectroscopic
characterization and biological activities of

18
Pengembangan Agen Antibakteri dari Senyawa Kompleks Logam Transisi (Handayani, et al.)

N4O2 Schiff base ligand and its metal copper (II) and zinc (II) complexes derived
complexes of Co(II), Ni(II), Cu(II) and Zn(II). from two Schiff base ligands: Spectroscopic,
Spectrochimica Acta Part A: Molecular and thermal, magnetic moment,
Biomolecular Spectroscopy, 93, 86–94. electrochemical and antimicrobial studies.
[30] Reddy, N. S., Shankara, B. S., Krishana, P. M. Inorganica Chimica Acta, 467, 227–237.
et al. 2013. Synthesis, characterization, and [38] Arif, R., Nayab, P. S., Ansari, I. A. et al. 2018.
antibacterial activity of Co(II), Ni(II), Cu(II), Synthesis, molecular docking and DNA
Zn(II), Cd(II), and Hg(II) complexes of Schiff's binding studies of phthalimide-based
base type ligands containing benzofuran copper(II) complex: In vitro antibacterial,
moiety. International Journal of Inorganic hemolytic and antioxidant assessment.
Chemistry, 2013, ID. 614628, 1–10. Journal of Molecular Structure, 1160, 142–
[31] Ahmadzadeh, R., Azarkish, M., & Sedaghat, 153.
T. 2017. Synthesis, spectroscopic [39] Ejidike, I. P. 2018. Cu(II) complexes of 4-
characterization, thermal analysis and [(1E)-N-{2-[(Z)-Benzylidene-
antibacterial activity of Ni(II), Cu(II) and amino]ethyl}ethanimidoyl]benzene-1,3-
Zn(II) complexes with schiff bases derived diol Schiff base: Synthesis, spectroscopic,
from β-Diketones. Journal of the Mexican in-vitro antioxidant, antifungal and
Chemical Society, 58 (2), 173–179. antibacterial studies. Molecules, 23 (7), ID.
[32] Olar, R., Pătraşcu, F., Chifiriuc, M. C. et al. 1581, 1–18.
2014. Insight on thermal, spectral, magnetic [40] Shakdofa, M. M. E., El-Saied, F. A., Rasras, A.
and biological behaviour of new Ni(II), Cu(II) J., & Al-Hakimi, A. N. 2018. Transition metal
and Zn(II) complexes with a complexes of a hydrazone-oxime ligand
pentaazamacrocyclic ligand derived from containing the isonicotinoyl moiety:
nicotinamide. Journal of Thermal Analysis Synthesis, characterization and microbicide
and Calorimetry, 118 (2), 1159–1168. activities. Applied Organometallic
[33] Yernale, N. G., & Bennikallu Hire Mathada, Chemistry, 32 (7), e4376, 1–17.
M. 2014. Synthesis, characterization, [41] Shiekh, R. A., Said, M. A., Malik, M. A., &
antimicrobial, DNA cleavage, and in vitro Hashmi, A. A. 2018. Antimicrobial and
cytotoxic studies of some metal complexes antioxidant studies of novel mixed-metal
of Schiff base ligand derived from thiazole complexes of benzoyl-aminoethanoic acid-
and quinoline moiety. Bioinorganic nicotinamide: Microwave-assisted green
Chemistry and Applications, 2014, ID. synthesis, spectroscopic characterization
314963, 1–17. and molecular modeling. Tropical Journal of
[34] Al-Hamdani, A. A. S., & Al Zoubi, W. 2015. Pharmaceutical Research, 17 (5), 865–874.
New metal complexes of N3 tridentate [42] Shaheen, M. A., Xiao, W., Aziz, M. et al.
ligand: Synthesis, spectral studies and 2019. Synthesis and antibacterial
biological activity. Spectrochimica Acta Part evaluation of Cu(II), Co(II), and Mn(II)
A: Molecular and Biomolecular complexes with Schiff bases derived from 5-
Spectroscopy, 137, 75–89. aminosalicylic acid and o-vanillin. Russian
[35] Ekennia, A. C., Onwudiwe, D. C., & Osowole, Journal of General Chemistry, 89 (8), 1691–
A. A. 2015. Spectral, thermal stability and 1695.
antibacterial studies of copper, nickel and [43] Mounika, K., Pragathi, A., & Gyanakumari,
cobalt complexes of N - methyl - N - phenyl C. 2010. Synthesis¸ characterization and
dithiocarbamate. Journal of Sulfur biological activity of a Schiff base derived
Chemistry, 36 (1), 96–104. from 3-ethoxy salicylaldehyde and 2-amino
[36] Osowole, A. A., Wakil, S. M., Okediran, E. Q., benzoic acid and its transition metal
& Alao, O. K. 2016. Synthesis, spectroscopic complexes. Journal of Scientific Research, 2
and antimicrobial properties of some metal (3), 513–524.
(II) complexes of mixed ligands -nicotinic [44] Ali, B. Q., Said, M. H., & Jasim, R. H. 2016.
and N,N’-dimethyldithiocarbamic acids, Synthesis, characterization and
Chemistry Journal, 6 (1), 22-26. antibacterial study of novel Schiff base
[37] Orojloo, M., Zolgharnein, P., Solimannejad, ligand with some metal ion Co(II), Ni(II),
M., & Amani, S. 2017. Synthesis and Cu(II) and Zn(II). International Journal of
characterization of cobalt (II), nickel (II), Chemical Science, 5 (1), 3131–3144.

19
Pengembangan Agen Antibakteri dari Senyawa Kompleks Logam Transisi (Handayani, et al.)

[45] Gupta, Y. K., Agarwal, S. C., Madnawat, S. P., [53] Cao, W., Liu, Y., Zhang, T., & Jia, J. 2018.
& Ram, N. 2012. Synthesis, characterization Synthesis, characterization, theoretical and
and antimicrobial studies of some transition antimicrobial studies of tridentate
metal complexes of Schiff bases. Research hydrazone metal complexes of Zn(II), Cd(II),
Journal of Chemical Sciences, 2, 68–71. Cu(II) and Co(III). Polyhedron, 147, 62–68.
[46] Devi, J., Batra, N., & Malhotra, R. 2012. [54] Isnawati, A., & Adelina, R. 2015. Studi
Ligational behavior of Schiff bases towards docking molekuler catechin gallate,
transition metal ion and metalation effect epicatechin gallate, gallocatechin gallate,
on their antibacterial activity. dan epigallocatechin gallate sebagai obat
Spectrochimica Acta Part A: Molecular and dislipidemia. Jurnal Kefarmasian Indonesia,
Biomolecular Spectroscopy, 97, 397–405. 5 (1), 25–32.
[47] Saini, R. P., Kumar, V., Gupta, A. K., & Gupta, [55] Ladyani, F., & Zahra, M. 2018. Analisis pola
G. K. 2014. Synthesis, characterization, and kuman dan pola resistensi pada hasil
antibacterial activity of a novel heterocyclic pemeriksaan kultur resistensi di
Schiff’s base and its metal complexes of first laboratorium patologi klinik rumah sakit dr.
transition series. Medicinal Chemistry H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung
Research, 23 (2), 690–698. periode Januari-Juli. Jurnal Ilmu Kedokteran
[48] Al-Noor, T. H., Aziz, M. R., & Jeboori, A. T. A.- Dan Kesehatan. 2016, 5, 12.
. 2014. Synthesis, characterization and
antimicrobial activities of {Fe(II), Co(II),
Ni(II),Cu(II), and Zn(II)} mixed ligand
complexes schiff base derived from
ampicillin drug and 4(dimethylamino)
benzaldehyde with nicotinamide.
International Journal of Technical Research
and Application, 2 (4), 187–192.
[49] Zhao, X.-J., Xue, L.-W., & Zhang, C.-X. 2015.
Schiff base copper(II) and zinc(II)
complexes: Synthesis, structures, and
antimicrobial activities. Synthesis and
Reactivity in Inorganic, Metal-Organic, and
Nano-Metal Chemistry, 45 (4), 516–520.
[50] Galini, M., Salehi, M., Kubicki, M. et al. 2017.
Structural characterization and
electrochemical studies of Co(II), Zn(II),
Ni(II) and Cu(II) Schiff base complexes
derived from 2-((E)-(2-
methoxyphenylimino)methyl)-4-
bromophenol; Evaluation of antioxidant
and antibacterial properties. Inorganica
Chimica Acta, 461, 167–173.
[51] Revathi, N., Sankarganesh, M., Rajesh, J., &
Raja, J. D. 2017. Biologically active Cu(II),
Co(II), Ni(II) and Zn(II) complexes of
pyrimidine derivative Schiff base: DNA
binding, antioxidant, antibacterial and in
vitro anticancer studies. Journal of
Fluorescence, 27 (5), 1801–1814.
[52] Kafi-Ahmadi, L., Marjani, A. P., & Pakdaman-
Azari, M. 2018. Synthesis, characterization
and antibacterial properties of N,N’-Bis(4-
dimethylaminobenzylidene)benzene-1,3-
diamine as new Schiff base ligand and its
binuclear Zn(II), Cd(II) Complexes. South
African Journal of Chemistry, 71, 155–159.

20
Jurnal Impresi Indonesia (JII)
Vol.1, No. 5, Mei 2022
p-ISSN: 2828-1284 e-ISSN: 2810-062x
website: https://rivierapublishing.id/JII/index.php/jii/index

PERANAN SENYAWA KOMPLEKS DALAM BIDANG MEDIS:


LITERATUR STUDI

Muhammad Sholeh Kurniawan Nasution


Pendidikan Kimia Bilingual, Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara, Indonesia
nnasion462@gmail.com

Abstract
Received: 05-05-2022 Introduction: Complex compounds play an important
Accepted: 05-05-2022 role in human life because of their application in
various fields, one of which is medical. Complex
Published: 20-05-2022
compounds are widely used as anti-microbial agents,
Keywords: complex
anti-tumor agents, and anti-inflammatory agents.
compounds;
Purpose: This article aims to determine the role and
transition metal;
application of complex compounds in the medical field.
medical
Metals have a big role in the development of chemistry,
especially in the field of medicine. Methods: This study
is a literature review (review), this study is focused on
research articles that report on the application of
complex compounds in the medical field in the form of
synthesis of complex compounds in the medical field, the
function of complex compounds in the medical field, the
process of using complex compounds in the medical
field. medicine and the advantages and disadvantages
of using complex compounds in the medical field.
Result: The application of metals in the medical field
cannot be separated from the unique properties of
metals, especially Complex Compounds compared to the
application of organic materials in the medical field. So
there is still a lot of drug development that will occur in
the future with complex compounds. Conclusion:
Metal drugs will definitely take an important part of
drug development to improve patients' quality of life.
Abstrak
Kata senyawa Pendahuluan: Senyawa kompleks memegang peranan
kunci: kompleks; logam penting dalam kehidupan manusia karena aplikasinya
transisi; medis dalam berbagai bidang, salah satunya medis. Senyawa
kompleks banyak digunakan sebagai agen anti-mikroba,
agen anti-tumor, dan agen anti-inflamasi. Tujuan:
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui peranan dan
penerapan senyawa kompleks dalam bidang medis.
Logam memiliki peranan besar dalam perkembangan
kimia terutama bidang obat-obatan. Metode: Kajian ini
merupakan studi pustaka (review), kajian ini difokuskan
pada artikel-artikel hasil penelitian yang melaporkan
mengenai aplikasi senyawa komples dalam bidang medis
berupa sintesis senyawa kompleks dalam bidang medis,
fungsi senyawa kompleks dalam bidang medis, proses
penggunaan senyawa kompleks dalam bidang medis
serta keuntungan dan bahaya penggunaan senyawa
kompleks dalam bidang medis. Hasil: Penerapan logam
dalam bidang medis tidak dapat dilepaskan dari sifat
logam yang unik terutama Senyawa Kompleks

Doi: 10.36418/jii.v1i5.64 546


Muhammad Sholeh Kurniawan Nasution
Peranan Senyawa Kompleks dalam Bidang Medis: Literatur Studi

dibandingkan penerapan bahan organik dalam bidang


medis. Sehingga masih luas sekali pengembangan obat
yang akan terjadi di masa depan dengan bahan Senyawa
Kompleks. Kesimpulan: Obat-obatan logam pasti
akan mengambil bagian penting dari pengembangan
obat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Corresponding Author: Muhammad Sholeh Kurniawan Nasution
E-mail: nnasion462@gmail.com

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dilepaskan dari Logam. Mulai dari bangun
tidur sampai dengan tidur kembali pasti kita akan bersinggungan dengan bahan yang
bernama Logam. Walaupun kehidupan kita erat dengan logam. Akan tetapi, banyak yang
masih belum mengetahui bagaimana peranan logam ketika kita mengalami kondisi sakit.
Kita juga tidak mengetahui bagaimana fungsi, penggunaan, keuntungan dan kekurangan
logam dalam bidang kesehatan saat diaplikasikan dalam bidang medis. Padahal, logam
dapat membantu dan proses penyembuhan suatu penyakit. Akibat kurangnya pemahaman
tentang logam dalam bidang medis sehingga beberapa orang takut jika harus diobati dengan
bantuan logam. Penyebab lain karena ketidaktahuan karena logam yang diberkahi berbagai
sifat unik yang dapat berubah dibandingkan dengan obat yang berbahan organik. Logam
memiliki peranan besar dalam perkembangan kimia terutama bidang obat-obatan.
Penggunaan obat dan aplikasi logam dan logam kompleks semakin meningkat secara klinis
dan kepentingan komersial. Monograf dan ulasan utama, serta volume khusus, terbukti
untuk semakin pentingnya disiplin dalam bidang ini. Penggunaan kompleks logam transisi
sebagai terapi senyawa menjadi lebih dan lebih jelas. Ini kompleks menawarkan keragaman
besar dalam tindakan mereka seperti; senyawa anti inflamasi, anti infeksi dan anti diabetes
yang cukup besar dilakukan untuk pengembangan transisi kompleks logam sebagai obat.
Selain beberapa keterbatasan dan sisi efek, kompleks logam transisi masih yang paling luas
menggunakan agen kemoterapi dan memberikan kontribusi besar untuk terapi obat (Warra,
2011).
Upaya yang cukup besar dilakukan untuk pengembangan transisi kompleks logam
sebagai obat. Selain beberapa keterbatasan dan sisi efek, kompleks logam transisi masih
yang paling luas menggunakan agen kemoterapi dan memberikan kontribusi besar untuk
terapi obat. Logam transisi mewakili elemen blok d yang termasuk golongan 3 - 12 pada
tabel periodik. Kulit d sedan dalam proses pengisian elektron. Sifat logam transisi ini
menghasilkan dasar koordinasi kompleks. Kompleks logam atau senyawa koordinasi adalah
struktur yang terdiri dari atom logam pusat, terikat pada susunan molekul atau anion di
sekitarnya. Laporan paling awal tentang penggunaan terapi transisi kompleks logam pada
kanker dan leukemia berasal dari abad keenambelas. Cisplatin telah berkembang menjadi
salah satu yang paling sering digunakan dan paling efektif obat sitostatik untuk pengobatan
karsinoma padat. Lainnya logam seperti galium, germanium, timah, bismut, titanium,
rutenium, rhodium, iridium, molibdenum, tembaga, emas terbukti efektif melawan tumor
pada manusia dan hewan. Obat berbahan dasar logam juga digunakan untuk pengobatan
berbagai penyakit yaitu diabetes, rheumatoid arthritis, inflamasi dan kardiovaskular
penyakit serta agen diagnostic (Crichton, 2012).

METODE PENELITIAN
Kajian ini menggunakan metode berupa studi pustaka (review), dan difokuskan pada
artikel-artikel hasil penelitian yang melaporkan mengenai aplikasi senyawa komples dalam
bidang medis. Metode penelitian yang digunakan berupa studi literatur dari jurnal nasional
dan internasional. Metode ini dapat meringkas kondisi pemahaman terkini tentang topik
terkait. Studi literatur mengangkat materi yang telah disajikan sebelumnya dan meringkas

Jurnal Impresi Indonesia (JII) Vol.1, No. 5, Mei 2022 547


Muhammad Sholeh Kurniawan Nasution
Peranan Senyawa Kompleks dalam Bidang Medis: Literatur Studi

materi menjadi publikasi relevan, kemudian hasil dibandingkan dan disajikan dalam bentuk
artikel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Senyawa kompleks dalam bidang medis
Senyawa kompleks memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena
aplikasinya dalam berbagai bidang, salah satunya medis. Senyawa kompleks atau senyawa
koordinasi merupakan suatu senyawa anorganik yang dibentuk dari gabungan antara asam
Lewis yang berupa logam atau ion logam dan basa lewis yang berupa molekul netral atau ion
negatif (Widana, 2014).
Aplikasi logam: (Sodhi & Paul, 2019)
a. Platinum: Senyawa berbasis platinum telah terbukti secara khusus mempengaruhi
tumor kepala dan leher. Senyawa kompleks ini dianggap bertindak sebagai tautan
silang DNA dalam sel tumor.
b. Emas: Kompleks garam emas telah digunakan untuk mengobati Rheumatoid
Arthritis. Garam emas diyakini berinteraksi dengan albumin dan akhirnya diambil
oleh sel imun, memicu efek antimitokondria dan akhirnya apoptosis sel.
c. Lithium: Li2CO3 dapat digunakan untuk mengobati profilaksis perilaku Manic-
Depression.
d. Seng: Seng dapat digunakan secara topikal untuk menyembuhkan luka. Zn2+ dapat
digunakan untuk mengobati virus Herpes.
e. Perak: Perak telah digunakan untuk mencegah infeksi di lokasi luka bakar untuk
pasien luka bakar.
f. Emas, Perak, Tembaga: Senyawa ligan fosfin yang mengandung emas, perak, dan
tembaga memiliki sifat Anti-Kanker
g. Lanthanum: Lanthanum Carbonate sering digunakan dengan nama dagang Fosrenol
digunakan sebagai pengikat fosfat pada pasien yang menderita penyakit Ginjal
Kronis.
h. Bismut: Bismut subsalisilat digunakan sebagai antasida.
i. Platinum, Titanium, Vanadium, Besi: cis DDP (cisdiaminedichoroplatinum),
titanium, vanadium, dan besi telah terbukti bereaksi dengan DNA khusus dalam sel
tumor untuk mengobati pasien kanker.
j. Barium: diagnosis sinar-X
k. Gadolinium, Mangan: Pencitraan resonansi magnetic
l. Merkuri: Antiseptik dan diuretik

2. Sintesis senyawa kompleks dalam bidang medis


Sintesis senyawa kompleks besi (II) dengan menggunakan ligan turunan 1,10-
Phenantrolin (phen) seperti 4,7-dimetil-phen (DMP). 3,4,7,8-tetrametil-phen (TMP) dan
4,7-difenil-phen (DIP) menggunakan metode substitusi ligan yang digunakan sebagai
kandidat senyawa obat pada terapi penyakit tumor/kanker. Kompleks pencampuran ligan
disintesis dengan cara reaksi substitusi ligan dari tris-phenanthrolin, [M(phen)3]2- dengan
memanfaatkan sifatnya yang labil hasil dari proses raseminasi.
Terapi fotodinamik (PDT) digunakan untuk terapi banyak penyakit misalnya kanker,
infeksi mikroba, jamur, penyakit kulit dan estetika. Baru-baru ini, jenis pengobatan ini lebih
diminati untuk mengobati virus seperti coronavirus (SARS-CoV-2), Virus Ebola, Sindrom
Pernafasan Timur Tengah dan anti-HIV. PDT tergantung pada fotosensitizer
(PS) yang merupakan senyawa yang aktif melalui penyinaran membentuk ROS
dan/atau radikal yang menyebabkan kematian sel.
Senyawa kompleks besi (II) turunan fenantrolin dapat berinteraksi secara non-kovalen
dengan DNA. Disamping senyawa-senyawa turunan fenantrolin, senyawa lain yang potensial
sebagai photosensitizer dalam terapi PDT adalah senyawa-senyawa yang berasal dari
turunan klorofil yang dapat diekstraksi dari tumbuhan yang kaya klorofil. Kelebihan
photosensitizer senyawa kompleks logam yaitu mempunyai struktur dan bentuk geometri
yang sudah tetap (Maulana et al., 2008).

Jurnal Impresi Indonesia (JII) Vol.1, No. 5, Mei 2022 548

Anda mungkin juga menyukai