Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

MODUL VI
YODOMETRI DAN YODIMETRI

KELOMPOK II (DUA)

DARWIS DHARMAWAN M. LAMA

ISKANDAR K. GOLO

SOFIA BONDE

SRIYULAN NGGILU

SUSIANTI DATUNSOLANG

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014
LAPORAN AKHIR

MODUL VI

A. Judul

Yodometri dan Yodimetri

B. Tujuan

Mahasiswa mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel dan mampu menetapkan
kadarnya dengan menggunakan prinsip reaksi oksidasi dan reduksi.

C. Dasar Teori

Astin Lukum (2009) menyatakan Analisis volumetri cara oksidasi reduksi dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :

1) Titrasi dengan larutan baku oksidator kuat, misalnya MnO 4-, Cr2O72-, Ce4+ dalam larutan
asam serta I2 dalam larutan I-. Titrasi ini biasanya digunakan untuk larutan yang mudah
dioksidasi.
2) Titrasi dengan reduktor, misalnya Fe2+ dan HAsO2 (H3AsO3). Titrasi ini digunakan untuk
larutan yang bersifat oksidator kuat.
3) Titrasi secara tidak langsung, misalnya iodometri. Titrasi ini digunakan untuk larutan
yang bersifat oksidator.

Titrasi dengan Iodium

Reaksi dasar pada titrasi ini adalah :

I3- + 2e 3I- Eo = + 0,54 V

Day & Underwood (1988) Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid
(iodimetri), dan ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium.
Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi
cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses
iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat. Iodometri adalah suatu proses analitis tak
langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid
sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat

Regina (Online) mengatakan Iodometri dan Iodimetri merupakan salah satu metode
analisis kuantitatif volumetri secara oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi.
Titrasi oksidimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan
standar zat pengoksidasi (oksidator). Titrasi reduksimetri adalah titrasi terhadap larutan zat
pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar zat pereduksi (reduktor). Oksidasi adalah
proses pelepasan satu elektron atau lebih atau bertambahnya biloks suatu unsur. Reduksi
adalah proses penangkapan satu elektron atau lebih atau berkurangnya biloks suatu unsur.
Reaksi redoks berlangsung serentak, dalam reaksi ini oksidator akan direduksi dan reduktor
akan dioksidasi sehingga terjadilah suatu reaksi sempurna.

1) YODOMETRI
Team Teaching (2014), Sebagai I- biasa dipakai KI. Reaksi dapat berlangsung dalam
lingkungan asam ataupun netral.
Contoh :
BrO3 + 6H+ + 6I- 3 H2O + 3 I2 + Br-
IO3 + 6H+ +5I- 3H2O + 3I2
Dalam yodometri I- dioksidis suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak apa-apa,
tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan mungkin
tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindari :
a) Mempebesar [H+]
Jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau menurunkan pH
b) Memperbesar [I-]
Misalnya oksidasi dengan Fe3+
Fe3+ + I- Fe2+ + I2
c) Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi : misalnya dikocok
dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I2 akan masuk dalam pelarut
organis ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa solven organic daripada dalam air.

Astin Lukum (2009) menyatakan Iodometri yaitu titrasi yang menggunakan larutan
Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukkan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi
redoks.
Reaksi yang terjadi adalah :
oksidator + 2I- I2 + reduktor
I2 + S2O32- 2 I- + S4O62-
Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan indikator kanji, yang ditambahkan sesaat
sebelum titik akhir tercapai. Warna biru kompleks iodium kanji akan hilang pada saat titik
akhir tercapai.
Larutan Na2S2O3 adalah standar sekunder karena sifatnya tidak satabil terhadap oksidasi
dari udara, asam dan adanya bakteri pemakan belerang yang terdapat dalam pelarut. Larutan
Na2S2O3 dapat distandarisasi dengan :

a) K2Cr2O7 (dalam larutan H+ 0,2 0,4 M)


Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Cr2O72- + 6 I- + 14H+ 2 Cr3+ + 3 I2 + 7H2O
3I2 + 6 S2O32- 6 I- + 3 S4O62- +

Cr2O72- + 14H+ + 6 S2O32- 3 S4O62- + 2 Cr3+ + 7H2O


Jadi BE K2Cr2O7 = BM/6 = 49,03
b) KIO3
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
IO3- + 5 I- + 6H+ 3 I2 + 3 H2O
3I2 + 6 S2O32- 6 I- + 3 S4O62- +

- 2- + - 2-
IO3 + 6 S2O3 + 6H + I + 3 S4O6 + 3 H2O
Jadi BE IO3- = BM/6 = 35,67

2) YODIMETRI
Yodimetri adalah titrasi yang dilakukan langsung dengan larutan standar iodium sebagai
pengoksida, dilakukan dalam suasana netral atau sedikit asam. (Siti, Online)
Rahma (2011), Yodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan
menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu
a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku
Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.
b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku
iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku
natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.

D. Alat dan Bahan


1. Alat

Nama Alat Fungsi Alat Gambar

Kategori 1

Gelas Piala Digunakan sebagai tempat larutan


dan dapat juga memanaskan larutan
kimia
Digunakan dalam pengenceran
Labu takar
sampel

Untuk menimbang bahan-bahan


Kaca arloji kimia

Corong Digunakan pada saat memasukkan


cairan dalam suatu wadah

Gelas ukur Digunakan untuk mengukur


volume zat kimia dalam bentuk cair

Batang Pengaduk Digunakan untuk mengadukan suatu


campuran atau larutan pada waktu
melakukan reaksi kimia

Erlenmeyer Digunakan untuk tempat zat yang


akan dititrasi

Pipet tetes Digunakan untuk mengambil bahan


yang berbentuk larutan dalam jumlah
yang kecil
Buret Digunakan untuk melakukan titrasi

Statif dan klem Digunakan sebagai penjepit,misalnya


menjepit buret dalam proses titrasi

Kategori 2

Neraca analitik Digunakan untuk menimbang berat


suatu benda atau zat kimia

Lemari Asam Tempat reaksi kimia yang


menggunakan bahan bahan yang
mudah menguap, gas yang berbahaya

2. Bahan
No Nama Bahan Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan Khusus
1. KI 20 % 1. Masa molar 166,0028 gr/mol 1. Kelarutan dalam air 128 gr/ 100 ml
2. Densitas 3,123 gr/cm3 2. Larut dalam eter dan ammonia
3. Titik leleh 681 0C
4. Titik didih 1330 0C
2. H2SO4 1. Merupakan asam kuat
1. Cairan bening
2. Bersifat korosif
2. Titik leleh 10 0C
3. Memiliki afinitas yang sangat
3. Titik didih 330 0C
besar terhadap air
4. Bersifat sangat reaktif
5. Merupakan asam bervalensi dua
6. Diperoleh dari reaksi SO3 dengan
air
3. CuSO4.5H2O 1. Serbuk hablur 1. Larut dalam 3 bagian air dan 3
2. Berwarna biru.
bagian gliserol
2. Sangat sukar larutdalam etanol

Bahan Umum
4. Na2S2O3 1. Bersifat lembut Lembut Pengaruh pemanasan
(Natrium 2. mengapung di atas air seperti
1. NaSO 4 + H 2O lalu dipanaskan
tiosulfat) minyak
maka menyebabkan Natrium
3. dapat terbakar secara
sulfat tidak berubah.
spontanitas(lazimnya tidak
2. Na2S2O3 + H 2O lalu
terbakar di bawah 1150C
dipanaskan maka
4. tidak pernah di temukan
menyebabkan Natrim tiosulfat
sendiri di alam
meleleh.

Pengaruh asam encer


1. Na2S2O3 + HCl akan
menyebabkan Lama- kelamaan
natrium tiosulfat larut
terbentuk suspensi berwarna
putih dan tercium bau
belerang.
4. H2O 1. cairan bening tak berwarna 1. pelarut polar
2. titik didih 1000 C 2. merupakan ion H+ , yang
3. titik lebur 00 C (273,15 K)
berasosiasi dengan OH-
E. Prosedur Kerja

Penetapan Cu (II) dalam CuSO4 5H2O

CuSO4. 5H2O

- Menimbang sebanyak 2 gram


- Melarutkan dengan aquadest
- Memasukkan dalam labu ukur 100 ml

Larutan CuSO4 5H2O


-Mengimpitkan dan mengocok
- Memasukan 10 ml kedalam erlenmeyer
- Menambahkan KI 20 % sebanyak 50 ml dan 50 ml
H2SO4 4 N
- Mentitrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga warna
menjadi muda

Larutan berwarna putih


susu dengan volume
Na2S2O3 8,2 ml
F. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

HASIL PENGAMATAN

Yodometri : Penetapan Cu (II) dalam CuSO4 5H2O

Perlakuan Hasil Pemgamatan

Menimbang 2 gram CuSO4.5H2O Berbentuk butiran berwarna biru

Melarutkan dengan aquadest hingga 100 Larutan berwarna biru muda


ml didalam labu ukur

Mengimpit dan mengocok Larutan tetap berwarna biru

Memasukkan 10 ml larutan CuSO4.5H2O Larutan berubah warna menjadi coklat


kedalam Erlenmeyer dan menambahkan
KI 20% sebanyak 5 ml

Menambahkan larutan H2SO4 4 N 8 ml Larutan berubah warna dari coklat menjadi


coklat kekuningan.
Melakukan titrasi dengan larutan natrium Larutan berubah warna dari coklat
Tiosulfat kekuningan menjadi kuning muda pada
volume 7,2 ml

Menambahkan indikator amilum 3 tetes Larutan berubah warna dari kuning muda
menjadi biru

Menitrasi dengan Na2S2O3 Larutan berubah warna dari biru menjadi


putih susu pada volume 8,2 ml.

PERHITUNGAN
Dik : Massa CuSO4.5H2O = 2 gram = 2000 mg
V Na2S2O3 = 8,2 ml
N Na2S2O3 = 0,1 N
BE Cu = 63,55 g/ek
Dit : Kadar Cu(II) dalam CuSO4.5H2O = ?
V x N x BE
Penye : Kadar Cu(II) dalam CuSO4.5H2O = mg Berat contoh x 100%

8,2mL x 0,1 N x 63,55 g /ek


= 2000 mg x 100%

0,0082 L x 0,1 N x 63,55 g /ek


= 2g x 100%

= 2,6 %
G. Pembahasan

Penentuan kadar Cu (II) dalam CuSO4.5H2O

Penentuan kadar Cu (II) dalam CuSO4.5H2O dapat ditentukan melalui percobaan di


laboratorium. Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah menimbang 2 gr
CuSO4.5H2O dan dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 100 ml.

Gambar 1. Larutan CuSO4.5H2O

Langkah selanjutnya adalah diambil 10 ml larutan CuSO4.5H2O dengan menggunakan


pipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer (berwarna biru muda).
Selanjutnya larutan sampel ditambahkan 5 ml KI 20% dan 8 ml H2SO4 4 N.terjadi
perubahan warna dari biru muda berubah menjadi coklat kekuningan. Penambahan KI
dimaksudkan agar KI mampu untuk mereduksi tembaga (II) menjadi tembaga (I) sedangkan
tembaga (II) tersebut teroksidasi menjadi I 2 dalam larutan berasam sehingga terbentuk iodida.
Reaksinya :

2 Cu2+ + 4I- 2CuI + I2

Gambar 2.(Penambahan 5 ml KI 20% dan 8 ml H2SO4 4 N)

Langkah selanjutnya yaitu mmelakukan titrasi dengan larutan Na 2S2O3 sebagai titran. Saat
dititrasi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3), terjadi perubahan warna menjadi coklat muda
dengan volume larutan Na2S2O3 adalah 7,2 ml.

Dengan reaksi : I2 + 2 S2O32- S4O62- + 2I-

Gambar 3. (Perubahan warna menjadi coklat muda setelah dititrasi dengan Na2S2O3)

Kemudian setelah terjadi perubahan warna, ditambahkan indikator amylum (kanji)


sebanyak 3 tetes. Saat penambahan amylum, terjadi perubahan warna menjadi biru seperti
tampak pada gambar dibawah ini.
Gambar 4. (Perubahan warna menjadi biru setelah ditambahkan indikator amylum)

Selanjutnya proses titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna. Saat titrasi
dihentikan terjadi perubahan warna dimana warna biru pada sampel tersebut menghilang dan
berubah warna menjadi putih susu pada volume 8,2 ml.

Gambar 5 (Perubahan warna menjadi putih susu)

Terbentuknya warna putih tersebut menandakan bahwa ion tembaga dalam larutan telah
terbentuk CuI. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa kandungan Cu yang terdapat pada
cuplikan tersebut sebanyak 2,6 %.

Potensial standar Cu (II)

Cu2+ + e Cu+

Iodide , E0 = +0,53 V, merupakan zat pengoksida yang lebih baik dari pada ion Cu (II),
tetapi bila ion iodide ditambahkan ke dalam larutan Cu (II) terbentuk endapan Cu (I),

2Cu2+ + 4I- 2CuI(s) + I2

Reaksi berjalan ke kanan dengan pembentukan endapan dan juga oleh panambahan ion
iodida berlebih.
pH larutan ini sebaiknya antara 3 dan 4. Pada pH yang lebih tinggi, hidrolisis parsial dari
ion Cu (II) akan terjadi dan reaksi antara ion iodide akan lambat. Dengan larutan yang sangat
asam terjadi oksidasi oleh udara dan ion iodide.

H. Kesimpulan

Yodometri adalah titrasi secara tidak langsung berdasarkan reaksi redoks dengan
menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan kadar iodium yang
dibebaskan pada suatu reaksi redoks. Larutan Na2S2O3 itu sendiri merupakan larutan standar
sekunder karena sifatnya tidak stabil terhadap oksidasi dari udar,asam dan adanya bakteri
pemakan belerang yang terdapat dalam pelarut.
Larutan Na2S2O3 digunakan untuk menentukan kadar Cu dalam CuSO4.5H2O dan titik
akhir titrasi ditentukan pada saat warna biru yang terbentuk pada saat penambahan indikator
amylum menghilang. Volume yang diperoleh untuk Na2S2O3 adalah 8,2 ml. Sehinnga kadar
Cu dalam CuSO4.5H2O yang diperoleh setelah perhitungan adalah 2,6 %

I. Kemungkinan Kesalahn
1. Kurang telitinya praktikan pada saat titrasi
2. Kurang teliti praktikan membaca skala ukur pada alat yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA

Day, J.D. Underwood. (1988). Analisis kimia kualitatif (edisi keempat). Jakarta : Erlangga

Lukum, Astin. (2009). Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. UNG : Gorontalo

Regina (online). Tersedia di (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-


padmaningrum-dra-msi/c8titrasiiodometrireginatutikuny.pdf) diakses 19 November
2014, pukul 19.00 WITA

Rahma. 2011. Tersedia di (https://rgmaisyah.files.wordpress.com/2011/04/iodiiodometri.pdf.)


diakses 19 November 2014, pukul 19.00 WITA

Siti (online). Tersediadi (http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/


195603231981012SITI_DARSATI/Macammacam_Titrasi_Redoks_dan_Aplikasinya.
pdf) diakses 19 November 2014, pukul 19.00

Team Teaching. 2014. Penuntun Praktikum Dasar Dasar Kimia Analitik. UNG : Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai