Anda di halaman 1dari 6

C

CDA Vol. 1 No. 1 (2013) pp 62-67

Chimica

Chimica Didactica Acta

Didactica Acta
A

homepage:www.jurnal.unsyiah.ac.id/JCD

PENGEMBANGAN INDIKATOR UNIVERSAL ALAMI UNTUK PENENTUAN pH


LARUTAN PADA PEMBELAJARAN PENENTUAN DERAJAT KEASAMAN DI SMP/MTS
1

Adean Mayasri , Rusman , Ibnu Khaldun

1*
2

Mahasiswa Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
Dosen Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111

ABSTRAK
Langkanya indikator universal sintetik di sekolah-sekolah mengakibatkan eksperimen penentuan
derajat keasaman larutan tidak bisa dilakukan. Perlu adanya upaya lain untuk mengatasi masalah
ini dengan mengembangkan indikator universal yang berasal dari bahan alam. Penelitian tentang
Pengembangan Indikator Universal Bahan Alami untuk Penentuan pH Larutan pada Pembelajaran
Penentuan Derajat Keasaman di SMP/MTs telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui cara menyiapkan dan mengukur pH larutan dengan indikator universal bahan alami
yang dilengkapi dengan prosedur penyiapan dan penuntun praktikum, serta melihat apakah
prosedur kerja pada penuntun dapat dipraktikkan oleh guru. Subjek penelitian ini yaitu guru yang
berjumlah 8 orang yang berasal dari SMPN 2 Banda Aceh, SMPN 6 Banda Aceh, SMPN 8 Banda
Aceh, SMPN 14 Banda Aceh, SMPN 18 Banda Aceh, MTsN Rukoh Banda Aceh, dan 10 orang
mahasiswa FKIP Kimia Unsyiah angkatan 2012 (semester 1). Metode yang digunakan meliputi
pembuatan indikator universal bahan alami, penyusunan penuntun praktikum, dan melihat
tanggapan guru dan mahasiswa. Indikator universal bahan alami dibuat dengan cara mengekstrak
kunyit, bawang merah, kol ungu, dan ubi ungu dengan etanol 70%. Ke dalam ekstrak direndam
kertas saring selama 5 menit dan dikeringkan. Kertas saring disusun ke dalam pipet sehingga
menjadi indikator universal bahan alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator universal
dari bahan alami dapat digunakan untuk mengukur pH larutan. Menurut tanggapan guru dengan
prosedur kerja dan penuntun yang ada, guru dapat membuat indikator sendiri dan dapat
menerapkannya di kelas. Persentase tanggapan positif guru dan mahasiswa masing-masing
sebesar 95,53% dan 98,57%. Hal ini menunjukkan indikator, penuntun, dan prosedur kerja ini bisa
digunakan dalam pembelajaran.
Kata kunci : Indikator universal bahan alami, pH larutan, penuntun praktikum
PENDAHULUAN
Salah satu materi Kimia yang
dibahas pada tingkat SMP/MTs kelas VII
adalah pengukuran pH larutan asam
basa. Alasan bahan kajian kimia
dimasukkan dalam mata pelajaran IPA
SMP
adalah
untuk
memberikan
pemahaman konsep dan penerapannya
tentang
materi dan
sifat-sifatnya
sehingga siswa dapat mengaplikasikan
kemampuannya
dalam memecahkan
masalah sehari-hari (Wahyuni, 2009).
Pemahaman tentang pengukuran
pH larutan asam basa lebih mudah
dilakukan
dengan
praktikum.
Mempelajari IPA kurang dapat berhasil
bila tidak ditunjang dengan kegiatan
praktikum (Arifin dkk. dalam Rochmat,
2011).
Hasil
belajar
siswa
yang
memakai metode praktikum lebih baik
daripada yang tidak memakai metode

Corresponding author: adean.mayasri@gmail.com

praktikum (Simalango dan Muchtar,


2008). Praktikum akan berjalan dengan
baik apabila dilengkapi dengan penuntun
praktikum.
pH larutan dapat diukur dengan
menggunakan
indikator.
Indikator
adalah zat warna yang larut yang
perubahan warnanya tampak jelas
dalam rentang pH yang sempit (Oxtoby,
2011).
Gabungan
dari
beberapa
indikator tunggal yang memiliki rentang
perubahan
pH
berbeda,
apabila
dicampurkan maka akan mengalami
perubahan warna yang sesuai pada pHpH tertentu yang ditandai dengan
perubahan
warna
disebut
dengan
indikator universal (Basset et al., 1994).
Zat-zat
pewarna
alami
yang
terdapat
dalam
tumbuhan
dapat
diekstrak
dengan
menggunakan
etanol/metanol pada suhu kamar. Kunyit

62

Chimica Didactica Acta

Mayasri, A. dkk
semester 1 yang
tentang penentuan
(pH).

bawang merah, dan kol ungu/ubi ungu


merupakan
tumbuhan
yang
dapat
diekstrak dengan etanol (Marwati, 2012).
Warna
ekstrak
yang
dihasilkan
bergantung pada zat warna yang
terkandung di dalam tumbuhan itu
masing-masing tumbuhan. Perubahan
warna yang dihasilkan oleh ekstrak kunyit,
bawang merah, dan kol ungu pada
berbagai pH, dapat dimanfaatkan sebagai
indikator.
Indikator universal yang digunakan
untuk menentukan pH biasanya dalam
bentuk kertas. Kertas yang digunakan
adalah kertas saring karena kertas ini
berpori dan sangat baik digunakan untuk
menyerap zat warna ekstrak. Kertas
berpori direndam dalam larutan indikator,
kemudian dikeringkan. Jika kertas ini
dibasahi dengan larutan yang sedang
diuji, terjadi warna yang dapat digunakan
sebagai penentu pH larutan. Kertas ini
lazim disebut kertas pH (lakmus)
(Petrucci, 1987).

telah mempelajari
derajat keasaman

Desain Penelitian
Penelitian
ini
diawali
dengan
pengumpulan data yang mendukung
bahwa indikator universal dari bahan
alami dapat dibuat. Berdasarkan data
yang telah diperoleh, disimpulkan bahwa
bahan alami yang digunakan untuk
membuat indikator universal adalah
kunyit, bawang merah, dan kol ungu.
Uji pendahuluan dilakukan dengan
menggunakan kombinasi ekstrak dari
ketiga bahan alami. Hasil dari uji
pendahuluan ini adalah positif, dimana
kombinasi dari ketiga indikator alami ini
bisa dijadikan sebagai indikator universal.
Indikator universal dari bahan alami yang
dihasilkan juga bisa mengukur pH larutan
dengan membandingkannya terhadap
warna standar. Berdasarkan hasil uji
pendahuluan, diperoleh cara kerja yang
ideal untuk membuat indikator.
Cara kerja yang ideal ini disusun ke
dalam penuntun praktikum agar guru
dapat membuat indikator universal dari
bahan alami secara individual. Penuntun
praktikum disusun lengkap dengan lembar
kerja untuk siswa. Setelah itu, disusun
juga angket, daftar wawancara, dan
lembar observasi untuk mengetahui
apakah indikator universal dari bahan
alami dan penuntun memang dapat
menjadi solusi bagi guru yang kemudian
divalidasi.
Setelah
valid,
dilakukan
penelitian
terhadap
guru
secara
demonstrasi dan meminta tanggapan
melalui
angket
serta
wawancara
sedangkan terhadap mahasiswa dilakukan
dengan meminta tanggapan melalui
angket dan wawancara serta observasi.

METODE PENELITIAN
Tempat
Penelitian ini dilakukan pada
beberapa SMP/MTs di Banda Aceh dan di
FKIP Unsyiah. Pemilihan lokasi penelitian
berdasarkan
pengamatan
terhadap
beberapa sekolah tersebut dengan
berbagai kondisi sekolah, yaitu sekolah
dengan fasilitas yang lengkap (SMPN 2
Banda Aceh dan SMPN 6 Banda Aceh),
fasilitas yang kurang lengkap (MTsN
Rukoh dan SMPN 8 Banda Aceh), fasilitas
yang tidak lengkap (SMPN 14 Banda
Aceh dan SMPN 18 Banda Aceh), dan
mahasiswa semester 1 FKIP Kimia
Unsyiah angkatan 2012. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Oktober 2012
sampai dengan Januari 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tanggapan Guru
Sebelum
guru
memberikan
tanggapan terhadap penuntun dan
prosedur kerja, dilakukan demonstrasi
pembuatan dan penggunaan indikator
universal untuk pengukuran pH larutan di
depan
guru
responden.
Setelah
mengamati demonstrasi, guru diberi
angket untuk memberikan pendapat

Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah guru-guru IPA di SMP/MTs Banda
Aceh dan mahasiswa semester 1 FKIP
Kimia Unsyiah angkatan 2012. Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Sampel pada penelitian
ini yaitu dua orang guru yang mengajar
materi asam basa dari tiap SMP/MTs yang
telah disebutkan dan 10 mahasiswa
63

Chimica Didactica Acta

Mayasri, A. dkk
perhatian siswa. Hasil respon diperoleh
sebanyak tujuh orang guru (87,5%) yang

tentang prosedur kerja dan indikator yang


telah dikembangkan.

Tabel 1 Tanggapan Guru terhadap Penuntun dan Prosedur Kerja


Jumlah Guru
Persentase
Menjawab
Jawaban (%)
No
Aspek yang Ditanggapi
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tanggapan terhadap Penuntun
1
Tampilan penuntun menarik
8
100
2 ahasa yang digunakan komunikatif
8
100
3
Penuntun sesuai dengan indikator dan
8
100
tujuan pembelajaran
4
Penuntun dapat menarik perhatian siswa
7
1
87,5
12,5
5
Penuntun dapat digunakan untuk praktikum
8
100
Tanggapan terhadap Prosedur Kerja
1
Prosedur kerja menarik
8
100
2
Bahasa yang digunakan komunikatif
8
100
3
Prosedur kerja dapat dilakukan
8
100
4
Indikator universal alami yang dihasilkan
8
100
dapat menjadi alternatif dalam eksperimen
5
Penggunaan bahan alam sebagai indikator,
7
1
87,5
12,5
pengguna dapat mengukur pH
6
Indikator bahan alam dapat mengukur pH
8
100
7
Indikator universal dari bahan alami bisa
8
100
digunakan dalam praktikum
8
Bentuk indikator universal dari bahan alami
8
100
menarik
9
Indikator universal dari bahan alami ini lebih
5
3
62,5
37,5
praktis digunakan
Persentase Tanggapan Positif (%)
95,53
Persentase Tanggapan Negatif (%)
4,46

memberikan tanggapan setuju bahwa


penuntun ini dapat menarik perhatian
siswa. Menurut mereka, penuntun ini
dapat menarik perhatian siswa pada saat
proses pembelajaran. Ditambah lagi
adanya penyajian tabel standar warna
yang akan meningkatkan perhatian siswa.
Hanya seorang guru yang memberikan
tanggapan
tidak
setuju,
alasannya
penuntun ini belum diterapkan dalam
pembelajaran, jadi belum tentu siswa
memang tertarik untuk belajar dengan
menggunakan penuntun praktikum ini.
Selanjutnya
tanggapan
guru
tentang kemungkinan untuk menerapkan
penuntun ini dalam pembelajaran di kelas.
Semua guru memberikan respon bahwa
penuntun ini dapat digunakan pada
praktikum di kelas. Adanya materi,
prosedur kerja, dan soal-soal yang
memang sangat membantu saat diadakan
praktikum. Menurut Gowasa (2012, 45),
bahwa kelayakan penuntun praktikum
untuk pembelajaran di sekolah dapat
diketahui dari tanggapan tim ahli (dosen

Berdasarkan
Tabel
1
guru
memberikan tanggapan yang positif
terhadap penuntun praktikum ini dari segi
tampilan, bahasa, serta kesesuaiannya
dengan
indikator
dan
tujuan
pembelajaran. Terlihat dari persentase
tanggapan delapan orang guru yang
mencapai 100%, yang artinya semua guru
yang menanggapi tampilan penuntun ini
menarik, bahasa yang digunakan mudah
dipahami, serta sesuai dengan indikator
dan tujuan pembelajaran. Tanggapan
positif ini diberikan karena adanya tabel
warna standar, sesuai dengan indikator
dan
tujuan
pembelajaran,
tujuan
pembelajaran ditampilkan dengan jelas,
adanya ringkasan materi, prosedur kerja
yang jelas, dan alat/bahan yang
digunakan sangat sederhana sehingga
sangat mudah diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari.
Respon guru terhadap penuntun
untuk melihat apakah penggunaan
penuntun
di kelas dapat menarik
64

Chimica Didactica Acta

Mayasri, A. dkk
dapat mengukur pH larutan. Hal ini
dikarenakan
tabel
warna
standar,
sehingga hasil praktikum yang diperoleh
dapat dibandingkan tabel warna ini dan
diperoleh pH dari larutan. Satu orang guru
tidak menyetujui indikator universal bahan
alami dapat mengukur pH larutan dengan
alasan guru tersebut belum mencoba
sendiri untuk mengukur pH dengan
indikator universal bahan alami ini.
Setelah dilakukan demonstrasi
pengukuran
pH
larutan
dengan
menggunakan indikator universal bahan,
kedelapan guru memberikan tanggapan
positif (100%) bahwa indikator universal
bahan alami dapat mengukur pH larutan.
Mereka mempunyai pendapat ini karena
indikator akan memiliki warna yang
berbeda apabila dicelupkan ke dalam
larutan dengan pH berbeda serta adanya
tabel warna standar yang menjadi acuan
untuk menentukan pH larutan. Alasan ini
menyatakan
bahwa
semua
guru
menyetujui bahwa indikator universal
alami dapat mengukur pH dari larutan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Keenan
(1996:630) yang menyatakan bahwa
suatu indikator mempunyai perubahan
warna pada rentang pH yang sempit.
Menurut Bassett dkk. (1994:284-285)
bahwa indikator universal dapat diperoleh
dengan
mencampurkan
beberapa
indikator tunggal. Hal ini menandakan
indikator universal bahan alami dapat
mengukur pH larutan.
Respon guru terhadap bentuk
indikator
universal
bahan
alami,
kedelapan orang guru memberikan
tanggapan positif. Alasannya yaitu bentuk
dengan bentuk indikator seperti ini mudah
dipraktikumkan, bahan yang digunakan
mudah didapatkan, dan bentuk dari
indikator sendiri menarik karena dikemas
sedemikian sehingga aman. Akan tetapi,
untuk kepraktisan penggunaan indikator
universal bahan alami sebanyak 3 orang
guru menyarankan sebaiknya indikator
tidak dimasukkan ke dalam pipet aqua,
tetapi ditempelkan pada sebuah penahan
saja akan lebih paktis dan mirip dengan
indikator universal sintetik. Berdasarkan
hal ini, terlihat bahwa bentuk indikator
universal bahan alami menarik dan praktis
digunakan untuk penentuan pH larutan.

FKIP Kimia) dan tanggapan guru mata


pelajaran Kimia. Berdasarkan hal ini,
penuntun praktikum yang dikembangkan
layak untuk digunakan pada pembelajaran
karena
semua
guru
memberikan
tanggapan positif.
Respon guru terhadap prosedur
kerja dari segi tampilan, bahasa, dan isi
dalam
penuntun
praktikum
bahwa
kedelapan orang guru memberikan
tanggapan positif (100%). Hal ini
dikarenakan penyajian prosedur kerja
yang rinci, sistematis dan bahasa yang
digunakan mudah dipahami sehingga
sangat mudah untuk diikuti dan dilakukan.
Guru juga berpendapat bahwa prosedur
kerja ini belum pernah dilakukan di
sekolah, prosedur kerja yang demikian
akan mudah mudah diikuti oleh siswa.
Penuntun praktikum diperlukan agar
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan metode eksperimen dapat
berlangsung dengan baik. Hal ini
mengacu kepada Alfizari (2012:40) yang
menyatakan bahwa penggunaan metode
eksperimen dalam pembelajaran akan
meningkatkan hasil belajar siswa dari
pada
pembelajaran
yang
hanya
menggunakan metode konvensional.
Prosedur kerja dalam penuntun ini
mudah untuk dipahami sehingga dengan
prosedur kerja ini juga guru dapat
membuat indikator universal bahan alami
sendiri dan menjadikan indikator ini
sebagai alternatif terhadap indikator
universal sintetik dalam eksperimen
pembelajaran di kelas. Adanya prosedur
kerja sangat membantu guru dalam
pembuatan indikator universal dari bahan
alami ini. Indikator universal dari bahan
alami ini juga bisa dijadikan sebagai
alternatif lain dari indikator sintetik yang
mahal. Guru memberikan tanggapan
positif (100%) bahwasanya indikator
universal bahan alami dapat dibuat sendiri
dan memang bisa dijadikan alternatif
dalam praktikum di SMP/MTs karena
bahannya mudah didapatkan dan efisien.
Sebelum dilakukan demonstrasi
pengukuran pH menggunakan indikator
universal bahan alami dari delapan orang
guru, sebanyak tujuh orang guru (83,75%)
memberikan tanggapan positif bahwa
menggunakan indikator universal dengan
memanfaatkan bahan alami, mereka
65

Chimica Didactica Acta

Mayasri, A. dkk
memberikan tanggapan, umpan balik dan
juga
mendorong
pembelajar
untuk
melakukan praktik-praktik dengan benar.
Berdasarkan Tabel 2, aspek nomor
tiga
ditunjukkan
bahwa
sebanyak
sembilan orang mahasiswa (90%) dapat
memahami prosedur kerja yang terdapat
dalam penuntun ini sedangkan satu orang
mahasiswa yang berpendapat bahwa
prosedur kerja yang terdapat dalam
penuntun
sulit
dipahami.
Mereka
beralasan prosedur kerja yang diuraikan
jelas sehingga mudah dipahami. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa prosedur kerja
ini dapat dipahami. Dapat dilihat juga bah-

Tanggapan
Mahasiswa
terhadap
Penuntun Praktikum
Sebelum
mahasiswa
memberikan
tanggapan, terlebih dahulu mahasiswa
membaca dan memahami isi penuntun.
Setelah itu, mahasiswa melakukan
percobaan
sendiri
untuk
membuat
indikator universal bahan alami dan
mengukur
pH
larutan
berdasarkan
prosedur kerja dalam penuntun praktikum.
Setelah melakukan percobaan tersebut,
mahasiswa semester 1 diberikan angket
untuk memberikan tanggapan. Adapun
hasil tanggapan para guru dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Tanggapan Mahasiswa Semester 1 terhadap Penuntun dan Prosedur Kerja


Jumlah
Persentase Jawaban
Mahasiswa
(%)
No
Aspek yang ditanggapi
Menjawab
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1
Penuntun menarik
10
100
2
Bahasa yang digunakan komunikatif
10
100
3
Prosedur kerja mudah dipahami
9
1
90
10
4
Dari prosedur kerja, indikator universal dari
10
100
bahan alami dapat dibuat sendiri
5
Indikator universal dari bahan alami dapat
10
100
mengukur pH larutan
6
Indikator bahan alam dapat digunakan
10
100
sebagai indikator universal?
7
Bentuk indikator ini menarik
10
100
Persentase Tanggapan Positif (%)
98,57
Persentase Tanggapan Negatif (%)
1,43

wa dengan menggunakan prosedur kerja,


mahasiswa dapat membuat indikator
universal bahan alami sendiri, kesepuluh
mahasiswa memberikan tanggapan positif
untuk hal ini.
Selanjutnya tanggapan mahasiswa
terhadap penggunaan indikator universal
bahan alami untuk mengukur pH larutan
dan dapat dijadikan sebagai indikator
universal. Semua mahasiswa memberikan
tanggapan positif terhadap hal ini karena
mereka telah membuat indikator universal
bahan alami sendiri dan mereka juga
dapat mengukur pH larutan dengan
adanya tabel warna standar. Warna yang
diperoleh
pada
indikator
dapat
dibandingkan dengan tabel standar warna
dan ditentukan pH-nya. Alasan ini
menyatakan bahwa indikator ini dapat
dijadikan sebagai indikator universal.
Mahasiswa menilai bentuk dari
indikator universal bahan alami yang

Dilihat dari segi tampilan dan


penggunaan bahasa pada penuntun
praktikum, mahasiswa terlihat sangat
tertarik dengan penuntun ini. Ditambah
dengan
pendapat
mereka
bahwa
penuntun ini yang berwarna membuat
penuntun ini menarik dan penggunaan
bahasa yang mudah untuk mereka
pahami. Penuntun praktikum merupakan
bahan ajar yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran. Menurut ILCIC
(2000:2) menyatakan bahwa media
pembelajaran yang baik harus memenuhi
beberapa syarat. Media pembelajaran
harus meningkatkan motivasi pembelajar.
Penggunaan media mempunyai tujuan
memberikan motivasi kepada pembelajar.
Ditambah lagi media juga harus
merangsang pembelajar mengingat apa
yang sudah dipelajari selain memberikan
rangsangan belajar baru. Media yang baik
juga akan mengaktifkan pembelajar dalam
66

Chimica Didactica Acta

Mayasri, A. dkk
REFERENSI
1. Afrizal, M. R. F. 2012. Perbedaan
Hasil Belajar Siswa yang Diajarkan
dengan Metode Praktikum dan Metode
Konvensional pada Materi Pokok Zat
dan Wujudnya di Kelas VII SMP
Negeri 1 Tebing Tinggi T.P 2012/2013.
Skripsi. Medan: Pendidikan Fisika
Unimed.
2. Bassett, J., R. C. Denny., G. H.
Jefferey., J. Mendham. 1994. Buku
Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik Edisi Ke-4. Jakarta: EGC.
3. Gowasa, E. 2012. Pengembangan
Penuntun Praktikum Bidang Kajian
Kimia Pada Mata Pelajaran Sains
Kelas VIII SMP di Laboratorium Kimia
UNIMED. Skripsi. Medan: Pendidikan
Kimia Universitas Negeri Medan.
4. ILCIC.
2000.
Membuat
Media
Pembelajaran Interaktif dengan Piranti
Lunak
Presentasi.
Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
5. Keenan, C. W., Donald C. K., Jesse H.
W. 1996. Ilmu Kimia untuk Universitas
Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
6. Marwati, S. 2012. Ekstraksi dan
Preparasi Zat Warna Alami sebagai
Indikator
Asam-Basa.
Prosiding
Seminar
Nasional
Penelitian.Yogyakarta:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
7. Oxtoby, D. W., H. P. Gillis., Norman,
H. N. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.
8. Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
9. Rochmat, N. 2011. Pengembangan
Lembar Kerja Siswa dalam Bentuk
Penyajian
Penuntun
Praktikum
Alternatif untuk Topik Hidrolisis.
Skripsi. Jakarta: Pendidikan Kimia
Fakultas Matematikan dan Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas
Pendidikan Indonesia.
10. Simalango, A. N., dan Zainuddin M.
2008. Pengaruh Pemakaian Metode
Praktikum terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Pokok Bahasan Laju
Reaksi. Jurnal Pendidikan Matematika
dan Sains 3 (1): 29-34.

dihasilkan menarik dan praktis. Terlihat


dari tanggapan siswa, sebanyak 100%
siswa bertanggapan bahwa bentuk dari
indikator ini menarik dan dapat dijadikan
sebagai indikator universal, selain itu
bentuknya yang menyerupai indikator
sintetik dan penggunaannya yang sama
praktisnya membuat indikator ini semakin
menarik.
KESIMPULAN
Hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan,
maka
dapat
diambil
kesimpulan, yaitu pengekstrakkan bahan
alami dengan menggunakan etanol 70%
akan menghasilkan ekstrak dengan zat
warna yang bisa menjadi indikator asambasa dan kertas saring yang direndam ke
dalam ekstrak dan dikeringkan serta
digabungkan (kunyit, bawang merah, dan
kol ungu/ubi ungu) akan menjadi indikator
universal bahan alami; indikator universal
bahan
alami
dapat
digunakan
mengukuran pH larutan
dengan
membandingkan warna yang diperoleh
dengan warna standar; guru dapat dengan
mudah membuat indikator universal bahan
alami
serta
menerapkannya
pada
pembelajaran karena prosedur kerja yang
jelas.
SARAN
Pembelajaran
kimia
dengan
menggunakan metode praktikum akan
sangat
membantu
siswa
untuk
meningkatkan hasil belajar, minat, dan
rasa ingin tahu siswa. Oleh karena itu,
diharapkan kepada guru mata pelajaran
untuk
dapat
mengembangkan
penggunaan metode praktikum dengan
menggunakan
bahan
alami
agar
praktikum tetap terlaksana. Penggunaan
bahan alami dalam praktikum akan
sangat baik dan
resiko yang rendah
sehingga akan sangat baik untuk
dikembangkan pada praktikum lainnya
juga.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih
penulis
ucapkan
kepada keluarga penulis yang telah
mendukung. Terimakasih juga kepada
para dosen, staf program studi, dan staf
laboratorium FKIP Kimia Unsyiah serta
teman-teman FKIP Kimia Unsyiah.
67

Anda mungkin juga menyukai