Anda di halaman 1dari 27

JURNAL PERCOBAAN

Judul Percobaan : Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap


Hari/ Tanggal percobaan : Selasa, 30 Maret 2021
Nama Praktikan : Nur Mukhlisa
Nim : 1913041024
Kelas/Kelompok : Pendidikan Kimia B / III (Dua)
Anggota Kelompok : 1. Ajeng Retno Prihatiningrum/1913042002
2. Fatima Wulandari/1913040018
3. Fajriah Chairunnisa/1913042008
4. Muh. Furqaan Rachman/1913040002
5. Nur Fadhilla/1913042024
Asisten : Astriana Dewi, S.Pd
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium
sulfat dan garam kompleks tetrammi tembaga (II) sulfat monohidrat.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi besar dan kecil 3 buah
b. Gelas ukur 25 ml 1 buah
c. Cawan penguap 1 buah
d. Gelas beker 100 ml 2 buah
e. Gelas beker 250 ml 1buah
f. Gelas arloji 2 buah
g. Batang pengaduk 1 buah
h. Corong biasa 1 buah
i. Pompa vakum 1 set
j. Pembakar spiritus 1 buah
k. kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kristal kupri sulfat pentahidrat (CuSO4. 5H2O)
b. Kristal ammonium sulfat ((NH4)2SO4)
c. Etil alkohol (C2H5OH)
d. Ammonium hidroksida (NH3) 6M dan 15 M
e. Tembaga (II) sulfat (CuSO4) anhidrat
f. Aquades (H2O)
g. Aluminium foil
h. Kertas saring whatman
i. Kertas saring biasa
j. Es batu
k. Korek api
C. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4 (NH4)2SO4.
6H2O.
2. Pembuatan garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat monohidrat.
Cu(NH3)4SO4. H2O.

3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam


kompleks.
Makassar, 21 Maret 2021
Asisten, Praktikan,

Astriana Dewi, S.Pd Nur Mukhlisa


NIM.1913041024
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Penentuan Garam


Kompleks dan Garam Rangkap” disusun oleh :

Nama : Nur Mukhlisa


NIM : 1913041024
Kelas/Kelompok : Pendidikan Kimia B / Tiga (III)

telah diperiksa dan dikoreksi secara seksama oleh Asisten dan Koordinator
Asisten, maka dinyatakan diterima.

Makassar, 21 Maret 2021


Koordinator Asisten Asisten

Nur Akasha Purnamasari, S.Pd Astriana Dewi, S.Si

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Muhammad Syahrir, S.Pd, M.Si


NIP. 19740907200501004

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP


A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Garam kompleks adalah garam yang tersusun atas unsur logam dan ion
kompleks. Dalam larutan, elektrolit ini terionisasi menjadi ion logam dan ion
kompleks. Reaksi-reaksi elektrolit dalam air adalah reaksi antara ion dan ion,
bukan reaksi antara molekul dan molekul. Reaksi yang digambarkan dengan
ion-ion ini disebut reaksi ion atau persamaan ion. Dalam reaksi ion terdapat
beberapa zat yang tidak dapat diionkan seperti air, unsur bebas, gas, oksida,
elektrolit lemah dan elektrolit yang mengendap. Reaksi ion yang sering terjadi
adalah reaksi netralisasi, reaksi pembentukan endapan, reaksi antara logam dan
asam, dan produk reaksi yang mengalami peruraian (Sumardjo, 2006:494).
Banyak ion logam transisi membawa kompleks koordinasi dalam larutan
atau dalam zat padat yang terdiri dari ion logam yang dikelilingi oleh
kelompok anion atau molekul netral yang disebut ligan. Interaksi ini
melibatkan pembagian pasangan elektron bebas ion logam pada tiap molekul
ligan yang memberikan ikatan kovalen parsial dengan ligan tersebut. Ion
kompleks seperti ini mempunyai warna gelap yang menyolok. Bila direaksikan
dengan gas amonia, kristal putih kehijauan tembaga sulfat (CuSO 4) menjadi
kristal padat biru tua dengan rumus kimia Cu(NH 3)4SO4. Anion-anion dalam
zat padat masih merupakan ion sulfat (SO 42-) dan kation-kationnya adalah ion
kompleks atau kompleks koordinasi dengan ion pusat Cu2+ dengan empat
molekul amonia, Cu(NH3)42+. Molekul amonia mengkoordinasikan ion tembaga
ke pasangan elektron bebasnya (Oxtoby, 2001:357).
Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari reaksi antara
asam lewis (yang dapat berupa atom logam atau ion logam) dengan basa lewis
(yang merupakan ligan netral atau ligan negatif). Dalam senyawa kompleks
atom logam atau ion logam berfungsi sebagai atom pusat yang dikelilingi oleh
ligan-ligan yang ada. Ikatan antara atom pusat dengan ligan-ligan merupakan
ikatan kovalen koordinasi dengan semua elektron yang digunakan untuk
membentuk ikatan berasal dari ligan-ligan. Senyawa koordinasi atau senyawa
kompleks bisa berupa kompleks kation, kompleks anion, ataupun kompleks
netral yang mengandung atom pusat atau ion dan molekul atau ion yang
berkoordinasi. Secara substansi, molekul yang mengandung atom pusat
dihubungkan dengan ligan dapat dipertimbangkan sebagai senyawa koordinasi
atau senyawa kompleks (Nugroho, 2007:8-9).
2. Tinjauan Hasil
Bertambahnya kelarutan suatu endapan dengan penambahan suatu zat
pengendapan seringkali disebabkan oleh pembentukan ion kompleks. Suatu ion
kompleks dibentuk dengan bersenyawanya sebuah ion sederhana, baik dengan
ion lain yang muatannya berlawanan maupun dengan molekul netral. Salah
satu contohnya ialah bila larutan kalium sianida ditambahkan kepada suatu
larutan perak nitrat, mula-mula akan terbentuk endapan putih perak sianida.
Endapan melarut dengan penambahan kalium sianida berlebihan, dengan
dihasilkannya ion kompleks [Ag(CN)2]:
AgCN(s) + CN-(berlebihan) ↔ [Ag(CN)2]-
Ion kompleks ini berdisosiasi dengan menghasilkan ion perak, karena
penambahan ion sulfida akan menghasilkan endapan perak sulfida dan juga
elektrolisis larutan kompleks sianida menghyasilkan perak (Bassett, 1994:33).
Ion logam dalam kompleks disebut atom pusat dan gugus yang tergabung
ke atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom logam
pusat disebut angka koordinasi dari logam tersebut. Pada kompleks diatas,
perak adalah atom logam perak dengan angka koordinasi dua, dan sianida
adalah ligannya. Reaksi pembentukan sebuah kompleks disebut sebagai reaksi
asam basa lewis. Asam lewis adalah penerima elektron dan basa lewis adalah
penyumbang elektron. Dalam pembentukan kompleks Ag(CN)2-, ligan CN-
bertindak sebagai basa yang menyumbangkan sepasang elektron ke Ag + yaitu
asamnya. Ikatan yang terbentuk diantara ion logam pusat dengan ligan
biasanya kovalen, namun dalam beberapa kasus interaksinya mungkin hanya
sebuah daya tarik coulomb. Beberapa kompleks menjalani reaksi penggantian
secara cepat dan kompleksnya disebut labil.
Cu(H2O)42+ + 4NH3 ↔ Cu(NH3)42+ + 4H2O
Biru muda biru tua
(Day, 2001:8).
Garam merupakan senyawa kimia dengan nama natrium klorida (NaCl)
merupakan salah satu kebutuhan pelengkap untuk pangan dan sumber elektrolit
bagi tubuh manusia sebagai bumbu dapur, garam kerap ditambahkan untuk
memberi cita rasa gurih pada makanan, meningkatkan tekstur, dan daya simpan
(Arifan, 2020:47).
Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru dapat dibuat dengan
mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian
dipanaskan hingga terbentuk kristal. Pembuatan kristal tembaga sulfat
pentahidrat ini menggunakan metode pemanasan disertai dengan pendinginan
larutan. Pada tahap pelarutan tembaga dengan HNO3 terbentuk gas NO yang
kemudian teroksidasi oleh oksigen diudara menjadi gas NO2 yang berwarna
cokelat. Hal ini terjadi karena gas NO2 yang berbahaya dengan bau yang sangat
menyengat. Logam tidak reaktif seperti tembaga akan mereduksi asam nitrat
pekat menjadi NO. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu2+(aq) +6NO3-(aq) + 2NO(g) + 4H2O
Warna biru tersebut adalah karakteristik dari ion tembaga (II) tetrahidrat
[Cu(H2O)4]2+. Kemudian larutan Cu dicampurkan dengan larutan H2SO4.
Reaksi yang terjadi adalah:
Cu2+(aq) + SO42-(aq) + 5H2O(aaq) → CuSO4.5H2O
(Fitrony, 2013:122).
Garam kompleks terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi
antara ion logam dengan ion non logam dari zat warna (Putri, 2016). Beberapa
garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah molekul
air sebagai hidrat. Garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal
sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya
heksamincobalt(III) klorida, Co(NH3)6Cl3. Garam kompleks berbeda dengan
garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu
memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion
komponennya (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2021:17).
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan dan sifat-sifat garam
rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetramintembaga (II)
sulfat monohidrat sulfat.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi besar dan kecil 3 buah
b. Gelas ukur 25 ml 1 buah
c. Cawan penguap 1 buah
d. Gelas beker 100 ml 2 buah
e. Gelas beker 250 ml 1buah
f. Gelas arloji 2 buah
g. Batang pengaduk 1 buah
h. Corong biasa 1 buah
i. Pompa vakum 1 set
j. Pembakar spiritus 1 buah
k. kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kristal kupri sulfat pentahidrat (CuSO4. 5H2O)
b. Kristal ammonium sulfat ((NH4)2SO4)
c. Etil alkohol (C2H5OH)
d. Ammonium hidroksida (NH3) 6M dan 15 M
e. Tembaga (II) sulfat (CuSO4) anhidrat
f. Aquades (H2O)
g. Aluminium foil
h. Kertas saring whatman
i. Kertas saring biasa
j. Es batu
k. Korek api
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4 (NH4)2SO4.
6H2O.

2. Pembuatan garam kompleks tetrammincopper (II) sulfat monohidrat.


Cu(NH3)4SO4. H2O.
3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam
kompleks.

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan garam rangkap kupri amonium sulfat CuSO4.(NH4)2.SO4.6H2O
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. 0,5 gram CuSO4.5H2O + 0,5 Larutan berwarna biru
gram (NH4)SO4 + 10 ml H2O.
Lalu diaduk.
2. Larutan campuran dipanaskan Larutan berwarna biru
3. Larutan didiamkan Larutan berwarna biru dan terdapat
endapan.
4. Larutan didiamkan dengan es Larutan berwarna biru dan terdapat
batu. banyak kristal biru.
5. Larutan didekantir Kristal berwarna biru
6. Kertas saring kosong 1,079 gram
ditimbang
7. Kristal yang diperoleh 2,916 gram
ditimbang
8. Berat bersih kristal 1,837 gram
2. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (III) sulfat monohidrat,
Cu(NH3)4SO4.H2O
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. 8 ml NH4OH 15 M + 15 ml Larutan tidak berwarna
H2O
2. Timbang kristal CuSO4.5H2O 0,501 gram
3. Larutan campuran + Larutan berwarna biru tua
CuSO4.5H2O
4. Larutan biru tua + 8 ml etanol
Terbentuk dua lapisan, lapisan atas
berwarna biru dan lapisan bawah
berwarna biru tua.
5. Larutan didiamkan dan ditutup Terbentuk endapan biru.
dengan kaca arloji.
6. Larutan disaring dengan Terdapat serbuk biru tua
corong buchner
7. Kristal dikeringkan Serbuk berwarna biru tua
8. Berat kertas saring kosong 1,070 gram
9. Berat kristal + kertas saring 2,713 gram
10. Berat bersih kristal 1,643 gram
3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam
kompleks
No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. 1,208 gram CuSO4 anhidrat + 2 Terbentuk dua lapisan, lapisan atas
ml H2O + 4 ml NH4OH berwarna biru tua dan lapisan
bawah biru muda.
2. Garam rangkap + dipanaskan Berbau menyengat
Garam kompleks + dipanaskan Berbau menyengat
F. ANALISIS DATA
1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui: m CuSO4.5H2O = 0,5 g
m (NH4)2SO4 = 0,5 g
Mr CuSO4.5H2O = 249,50 g/mol
Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,50 g/mol
Mr (NH4)2SO4 = 132 g/mol
V H2O = 10 mL
ρ H2O = 1,00 g/mL
Mr H2O = 18 g/mol
mpraktek CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 1,837 g
Ditanya: % rendemen = … %
Penyelesaian :
massa CuSO4. 5 H 2 O
nCuSO4.5H2O =
Mr CuSO 4. 5 H 2 O
0,5 gram
=
249,50 gram/mol
= 0,002 mol
n (NH4)2SO4 = massa ¿ ¿ ¿
0,5 gra m
=
132 gram/mol
= 0,003mol
mH2O = V H2O x ρ H2O
= 10 mL x 1,00 g/mL
= 10 gram
massa H 2 O
nH2O =
Mr H 2 O
10 g
=
18 g / mol
= 0,56 mol
Reaksi :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
M : 0,002 mol 0,003 mol 0,56 mol -
B: 0,002 mol 0,002 mol 0,002 mol 0,002 mol
S: - 0,001 mol 0,558 mol 0,002 mol
mteoriCuSO4(NH4)2SO4.6H2O = (n x Mr)CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 0,002 mol x 399,50gram/mol
= 0,799 gram
massa praktek
Rendemen CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = x 100%
massa teori
1,837 gram
= x 100%
0,799 gram
= 2,2991 %
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetramin Copper (II) Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O
Diketahui: m CuSO4.5H2O = 0,501 gram
Mr Cu(NH3)4SO4.H2O = 245,5 g/mol
V NH4OH = 8 mL = 0,008 L
[NH4OH] = 15 M
V H2O = 15 ml
ρ H2O = 1 g/ml
mpraktek Cu(NH3)4SO4.H2O = 1,643 gram
Ditanya: mteori CuSO4(NH4)2SO4.H2O= … g
Rendemen = ….%
Penyelesaian:
massa CuSO4. 5 H 2 O
nCuSO4.5H2O =
Mr CuSO 4. 5 H 2 O
0,501 gram
=
249,50 gram/mol
= 0,002 mol
n NH3 =MxV
= 15 M x 0,008 L
= 0,12 mol
m H2O = V H2Oxρ H2O
= 15 mL x 1,00 g/ml
= 15 gram
massa H 2 O
nH2O =
Mr H 2 O
15 g
=
18 g / mol
= 0,83 mol
Reaksinya:
4 NH3 + CuSO4.5H2O + H2O Cu (NH3)4SO4.H2O + 5H2O
M: 0,12 mol 0,002 mol 0,83 mol - -
B: 0,008 mol 0,002 mol 0,002 mol 0,002 mol 0,1 mol
S: 0,112 mol - 0,828 mol 0,002 mol 0,1 mol
mteori Cu(NH3)4SO4.H2O = (n x Mr) Cu(NH3)4SO4.H2O
= 0,002 mol x 245,5 g/mol
= 0,491 gram
massapraktek
Rendemen Cu(NH3)4SO4.H2O = x 100%
massateori
1,643 gram
= x 100%
0,491 gram
= 3,3462%
G. PEMBAHASAN
Garam kompleks adalah garam yang tersusun atas unsur logam dan ion
kompleks. Dalam larutan, elektrolit ini terionisasi menjadi ion logam dan ion
kompleks. Reaksi-reaksi elektrolit dalam air adalah reaksi antara ion dan ion,
bukan reaksi antara molekul dan molekul. Reaksi yang digambarkan dengan
ion-ion ini disebut reaksi ion atau persamaan ion. Dalam reaksi ion terdapat
beberapa zat yang tidak dapat diionkan seperti air, unsur bebas, gas, oksida,
elektrolit lemah dan elektrolit yang mengendap. Reaksi ion yang sering terjadi
adalah reaksi netralisasi, reaksi pembentukan endapan, reaksi antara logam dan
asam, dan produk reaksi yang mengalami peruraian (Sumardjo, 2006:494).
Garam kompleks terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi
antara ion logam dengan ion non logam dari zat warna (Putri, 2016). Beberapa
garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah molekul
air sebagai hidrat. Garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal
sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya
heksamincobalt(III) klorida, Co(NH3)6Cl3. Garam kompleks berbeda dengan
garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu
memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion
komponennya (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2021:17).
1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat, CuSO4 (NH4)2SO4.
6H2O.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahuicara pembuatan garam rangkap
kupri ammonium sulfat. Prinsip dasarnya yaitu pengkristalan dua garam secara
bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Adapun prinsip kerja dari
percobaan ini adalah pencampuran, pengkristalan, penyaringan, pengeringan
dan penimbangan. Percobaan ini dilakukan dengan meraksikan Kristal
CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan (NH4)2SO4 berwarna putih. Kristal
terlebih dahulu dilarutkan dengan sedikit air agar kristal lebih cepat larut,
dimana aquades berfungsi untuk melarutkan kristal tembaga sulfat pentahidrat
serta untuk mengionkan garam ammonium sulfat menjadi ion-ionnya
Sedangkan pemanasan dilakukan agar kristal dapat larut secara sempurna.
Larutan didinginkan dengan menggunakan es batu untuk mempercepat proses
pembentukan kristal. Namun sebelum didinginkan dengan es batu, dilakukan
pendinginan pada suhu kamar untuk menurunkan suhu dari larutan. Karena jika
langsung didinginkan pada es batu dikhawatirkan kristal yang terbentuk kurang
maksimal.
Untuk memisahkan kristal yang diperoleh dari
larutanya maka dilakukan proses filtarsi, filtrasi ini
merupakan proses pemisahan campuran dengan bantuan
corong biasa yang telah di lapisi dengan kertas saring
biasa. Kertas saring biasa digunakan pada saat
penyaringan karena kertas saring biasa memiliki pori-pori kecil yang dapat
menyaring kristal atau endapan yang terbentuk Kristal yang telah disaring
kemudian dikeringkan dengan tujuan untuk mempercepat proses penguapan air
pada Kristal. Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu terbentuk
kristal dari garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang
Gambar 1.1
kristal berwarna biru muda dengan berat sebesar 1,837 gram
CuSO4(NH4)2SO4. dan persen rendemen sebesar 2,2991%. Artinya jumlah
6H2O
produk garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang diperoleh dari hasil
praktik adalah sebanyak 2,29 gram apabila terdapat 100 gram Kristal
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini sesuai dengan teori
dimana dikatakan bahwa garam-garam tembaga (II) atau Cu (II) umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan
air (Svehla, 1985: 230). Reaksi yang terjadi yaitu:
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(aq) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
(biru) (putih) (bening) (biru muda)
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetramitembaga(II) Sulfat Monohidrat,
Cu(NH3)4SO4.H2O
Percobaan pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dilakukan
dengan meraksikan antara larutan amonium hidroksida (NH 4OH) bening,kristal
CuSO4.5H2O berwarna biru dan air (H2O) yang tidak berwarna. Prinsip
kerjanya yaitu, pelarutan, pengenceran, pengkristalan, pencucian, penyaringan,
dan penimbangan. Penambahan amonium hidroksida berfungsi sebagai ligan
kuat yaituNH3 yangdapat mendesak ligan netral (H2O) sehingga warnanya
berubah dari biru menjadi biru tua. Larutan amonium hidroksida sebaiknya
diencerkan terlebih dahulu dengan air kemudian di campurkan ke dalam
kristal. Persamaan reaksinya yaitu :
[Cu(H2O)6]2+ + 5NH4OH [Cu(NH3)(4-5)H2O(2-1)]2+ + 5H2O
(biru) (biru tua)
Kristal CuSO4.5H2O pada percobaan ini berfungsi sebagai penyedia atom
pusat, yaitu Cu. Adapun penambahan etil alkohol (etanol 96%) berfungsi untuk
mencegah penguapan dari amonia. Penambahan etanol 96% dilakukan melalui
dinding gelas kimia tempat larutan berada. Penambahan ini dilakukan dengan
pelan-pelan agar larutan tertutupi oleh alkohol dan tidak bercampur dengan
larutan sebab apabila larutan bercampur dengan etanol 96% maka atom pusat
Cu akan bereaksi dengan OH- membentuk gelatin biru muda garam tembaga
(II) hidroksi sulfat bukan garam kompleks Cu(NH 3)4SO4.H2O (Sugiyarto, 2003:
267).
Dengan persamaan reaksi yaitu :
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
Larutan yang telah ditambahkan dengan etil alkohol ditutup dengan kaca
arloji yang bertujuan untuk mengurangi penguapan selama pembentukan
kristal. Larutan yang didiamkan selama 20 menit bertujuan agar pembentukan
kristal dapat terjadi sempurna. Larutan kemudian diaduk
agar bercampur dan disaring dengan corong Buchner
yang dilengkapi dengan kertas saring Whatman dimana
kertas saring Whatman digunakan karena memiliki pori-
pori yang lebih kecil dibandingkan kertas saring biasa.
Kristal selanjutnya dicuci dengan ammonium hidroksida
Gambar 1.2 kristal dan etanol 96% dengan voleme yang sama untuk
Cu(NH3)4SO4.H2O
mempermantap ligan yang terbentuk dan dicuci lagi
dengan etanol 96% yang berfungsi untuk mengikat air
yang ada pada kristal. Kristal yang terbentuk kemudian dikeringkan untuk
mempercepat proses penguapan air yang masih terkandung dalam kristal.
Kristal yang diperoleh ditimbang dan diperoleh kristal Cu(NH3)4SO4.H2O yang
berwarna biru tua dengan berat sebesar 1,643 gram dengan persen rendemen
3,3462%. Artinya jika terdapat 100 gram kristal Cu(NH3)4SO4.H2O maka
terdapat 3,34 gram kristal yang diperoleh.
Adapun reaksi yang terjadi:
CuSO4.5H2O + 4NH4OH + H2O [Cu(NH3)4SO4.H2O] + 5H2O
(Biru) (bening) (bening) (biru) (bening)
Berdasarkan teori dikatakan bahwa garam-garam tembaga (II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam
bentuk larutan air dan kristal dari kompleks [Cu(NH 3)4SO4]H2O berbentuk
monoklin. Dimana kristal ini memiliki tiga sumbu yaitu sumbu a, b dan c yang
tidak sama (a ≠ b ≠ c). Adapun sudut dari satuan sel kristal ini, diantaranya
sudut α = γ = 900 ≠ β (Svehla, 1985: 230).
3. Perbandingan Beberapa Sifat Garam Tunggal, Rangkap Dan Garam
Kompleks
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat garam tunggal,
garam rangkap dan garam kompleks. CuSO4 anhidrat direaksikan dengan
aquades menghasilkan larutan biru muda, dimana CuSO 4 anhidrat merupakan
penyedia atom pusat Cu dan H2O merupakan penyedia liganH2O.Kemudian
direaksikan lagi dengan ammonium hidroksida (NH4OH) yang merupakan
penyedia ligan dihasilkan larutan biru tua.Terjadinya perubahan warna
disebabkan karena terjadinya pergantian ligan H2O menjadi NH3 karena NH3
adalah basa lewis yang lebih kuat sedangkan H2O lebih lemah. Setelah
direaksikan dengan larutan ammonium hidroksida
setetes demi setetes maka larutan terbentuk 2 lapisan,
dimana lapisan atas berupa larutan berwarna biru tua dan
lapisan bawah berwarna biru muda dan terdapat
endapan. Warna yang diperoleh telah sesuai dengan uji
positif yaitu berwarna biru tua. Adapun reaksi yang
terjadi yaitu:
CuSO4 + 6H2O [Cu(H2O)4]2+ + SO42-
[Cu(H2O)2]2+ + NH4OH [Cu(NH3)4] + 4H2O
Warna biru setelah pencampuran dengan ammonia menandakan garam tunggal
berpotensi untuk membentuk garam rangkap dan garam kompleks.
Garam kompleks setelah diencerkan dengan aquades terjadi perubahan
warna dari biru muda menjadi bening kebiruan.Hal ini karena garam kompleks
terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Sedangkan pada garam rangkap setelah
diencerkan berubah menjadi larutan biru tua bening, ini
Gambar 1.3 kristal
CuSO4(NH4)2SO4.6 menandakan apabila garam kompleks diencerkan maka
H2O dan
[Cu(NH3)4SO4]H2O kepekaan warnanya akan berkurang dan berpotensi
membentuk garam rangkap. Hal ini juga karena garam
rangkap terurai menjadi ion-ionpenyusunnya sehingga menghasilkan warna
biru muda encer Reaksinya:
Garam rangkap:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O Cu2+ + 2SO42- + 2NH4OH +H2O
(biru muda) (bening kebiruan)
Garam kompleks:
[Cu(NH3)4SO4]H2O [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2H2O
(biru) (biru bening)
Garam kompleks dan garam rangkap hasil percobaan kemudian
dipanaskan untuk membandingkan pengaruh pemanasan. Uji positif pada
garam kompleks yaitu berbau tengik (ammonia). Adapun hasil yang diperoleh
garam rangkap dipanaskan melepaskan H2O yang menimbulkan bau tengik
yang tidak sesuai dengan uji positif yang menyatakan bahwa garam rangkap
tidak menghasilkan bau amonia sedangkan garam kompleks menghasilkan bau
ammonia.
H. KESIMPULAN
Percobaan pembuatan garam kompleks dan garam rangkap yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4
dengan massa yang diperoleh sebanyak 1,837 gram dan rendemen sebesar
2,2991%. Sedangkan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dapat dibuat dari
garam CuSO4.5H2O dan NH4OH dengan massa yang diperoleh sebanyak 1,643
gram dan persen rendemen 3,342%. Garam Tunggal CuSO4 anhidrat dengan
aquades dan menghasilkan larutan berwarna biru. Setelah itu dilakukan
penambahan amonium hidroksida dan menghasilkan 2 lapisan, lapisan atas
berwarna biru tua dan lapisan bawah berwarna biru muda dan terdapat
endapan. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O terionisasi menjadi Cu2+,
SO42-, NH4+, dan H2O sedangkan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
terionisasi menjadi [Cu(NH3)4]2+, SO42-, dan H2O.Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O tidak menghasilkan bau bila dipanaskan sedangkan
garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O menghasilkan bau tengik (ammonia) bila
dipanaskan.
MSDS
1. Kristal Kupri Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O)
2. Kristal Amonium Sulfat ((NH4)2SO4)
 Bentuk : Kristal
 Warna : Tidak berwarna hingga putih
 Bau : Berbau amonia
 Titik didih : 3300C pada 760 mmHg
 Titik lebur : 235-2800C, 508-5530K, 455-536 F
 Kerapatan : 1,77 pada 500C (122F)
 Kelarutan dalam air : 70,6 g/100 ml (00C), 74,4 g/100 ml (200C), 103,8
g/100 ml (1000C)
 Tidak larut dalam alkohol, aseton dan amonia.
 Identifikasi bahaya :
1. Dapat menyebabkan iritasi mata, kulit dan saluran pernapasan.
2. Dapat berbahaya bila terabsorbsi melalui kulit, menyebabkan iritasi kulit
dan dapat menyebabkan kemerahan pada kulit.
3. Menyebabkan kemerahan, nyeri, dan iritasi mata.
4. Dapat berbahaya jika tertelan, dapat menyebabkan nyeri pada
kerongkongan, iritasi gastrointestinal yang disertai mual, muntah, dan
diare.
5. Dapat berbaha jika terhirup, menyebabkan iritasi saluran pernapasan,
kesulitan bernafas, batuk, dan memicu serangan asma.
 Pertolongan pertama
1. Kontak dengan kulit. Segera basuh kulit dengan air yang banyak atau
sekurangnya selama 15 menit. Lepaskan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi. Cari pertolongan medis.
2. Kontak dengan mata. Segera basuh mata dengan air yang banyak
minimal selama 15 menit dengan sesekali membuka kelopak mata atas
dan bawah kemudian cari pertolongan medis.
3. Jika tertelan. Jangan melakukan rangsang muntah. Jangan memberikan
sesuatu melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri kemudian
cari pertolongan medis.
4. Jika terhirup. Segera pindahkan pasien dari tempat paparan ke udara
terbuka. Jika pasien kesulitan bernapas maka berikan oksigen dan cari
pertolongan medis.
3. Etil alkohol (C2H5OH)
 Bentuk fisik : air
 Bau : Khas alkohol
 Warna : tak berwarna
 Titik didih : ˃ 760C (168,80F)
 Titik baku : -113,840C (-172,90F)
 Massa jenis : 0,789-0,806
 Kelarutan : larut dalam air dingin
 Identifikasi bahaya :
1. Mudah terbakar
2. Menyebabkan iritasi mata
3. Menyebabkan iritasi saluran pernapasan
4. Jika tertelan menyebabkan pusing, kantuk, dan perasaan mual
5. Hindarkan dari kulit dan pakaian, jangan menghirup uapnya, wadah
harus tertutup, gunakan ventilasi yang cukup, cuci tangan setelah
menangani bahan.
 Dampak pada kesehatan:
1. Mata : menyebabkan iritasi
2. Kulit : menyebabkan iritasi, berbahaya jika terserap dalam jumlah
banyak.
3. Pernapasan : menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
4. Pencemaran : jika tertelan menyebabkan kantuk dan menunjukkan
gejala-gejala keracunan.
 Pertolongan pertama pada kecelakaan :
a. Mata : bilas segera dengan air banyak minimal 15 menit dan cari
pertolongan medis jika terjadi iritasi.
b. Kulit : bilas segera dengan air yang banyak, pisahkan pakaian dan sepatu
yang terkontaminasi lalu cuci sebelum digunakan kembali. Jika iritasi
berlanjut maka cari pertolongan medis.
c. Pernapasan : pindahkan ke tempat udara terbuka dan cari pertolongan
medis.
d. Pencernaan : jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut korban yang
pingsan. Jika bahan ini tertelan dalam jumlah banyak segera cari
pertolongan medis.
4. Ammonium hidroksida (NH4OH)
 Bentuk : cair
 Warna : tak berwarna
 Bau : bau yang kuat seperti amonia
 pH : 13,6
 tekanan uap : 557 mmHg
 kelarutan dalam air : larut
 berat jenis : 0,89
 bahaya indentifikasi :
1. Mata. Kontak dengan luka bakar cair atau uap penyebab dan
kemungkinan kerusakan mata permanen.
2. Kulit. Menyebabkan gangguan pada kulit. Menyebabkan luka bakar.
3. Tertelan. Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada
saluran pencernaan.
4. Kronis. Berkepanjangan inhalasi dapat menyebabkan radang saluran
pernapasan dan kerusakan paru-paru.
 Pertolongan pertama:
a. Mata. Dalam kasus kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama
minimal 15 menit dan segera dapatkan bantuan medis.
b. Kulit. Segera siram kulit dengan banyakn air selama minimal 15 menit
sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan
bantuan medis dengan segera.
c. Tertelan. Jika tertelan jangan dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis
dengan segera. Bila korban tidak sepenuhnya sadar, berikan secangkir
air. Dilarang memberikan apapun melalui mulut orang yang masih sadar.
5. Tembaga (II) sulfat (CuSO4) anhidrat
 Bentuk : Kristal
 Warna : biru
 Tekanan uap : 7,3 mmHg
 Titik didih : 150 deg C
 Titik beku : 110 deg C
 Kelarutan : larut
 Densitas : 2,2840 g/cm3
 Identifikasi bahaya :
1. Mata. Paparan partikulat dapat menyebabkan kelainan kornea,
menyebabkan iritasi mata dan luka bakar.
2. Kulit. Dapat menyebabkan kulit menjadi sensitif, alergi serta dapat
menyebabkan gatal pada kulit.
3. Tertelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan ditandai dengan
mual dan muntah.
 Tindakan pertolongan pertama :
1. Mata. Segera siram mata dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit.
Sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah dan segera dapatkan
bantuan medis.
2. Kulit. Siram kulit dengan banyak air dan sabun setidaknya selama 15
menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi. Cuci pakaian
sebelum digunakan kembali.
3. Tertelan. Jangan mamaksakan untuk muntah dan segera minta bantuan
medis.
DAFTAR PUSTAKA

Arifan, F., Murni, & Ana, S. (2020). Karakteristik Kimia dan Mikrobiologi
Makanan Ringan Khas Pemalang Ogel-Ogel. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan .

Basset, R. D., G. J., & J. M. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fitrony, Fauzi, R., qadariyah, L., & Mahfud. (2013). Pembuatan Kristal Tembaga
Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal
Teknik Pomits .

Nugroho, A. C. Konsep Dasar Kimia Koordinasi.

Oxtoby, D. W., H, P. G., & Nachtrieb, N. H. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia


Modern. Jakarta: Erlangga.

Putri, H. A., & Utami, B. (2016). Pemanfaatan Zat Warna Hijau dari Daun Pepaya
(Carica Papaya L) sebagai Pewarna Alami Tekstil. Seminar Nasional Kimia
UNY.

R. D., & A. U. (1995). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Sumardjo, D. (2006). Pengantar Kimia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai