Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Sintesis Kimia Anorganik dengan judul


“Heksaminakobalt (III) Triklorida” disusun oleh:
Nama : Fitri Wulandari
NIM : 1313142015
Kelas : Kimia B
Kelompok : VI (Enam)
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Juni 2016


Koordinator Asisten Asisten

Trianita Sari Norman Adi Husain, S.Si


NIM. 1213141001

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Diana Eka Pratiwi, S.Si, M.Si


NIP. 19800614 200801 2 016
A. Judul Percobaan
Heksaminakobalt (III) Triklorida

B. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mensintesis senyawa heksaminakobalt (III) triklorida.
2. Mengamati bentuk, ukuran, dan warna kristal yang terbentuk.

C. Landasan Teori
Pengembangan sintesis senyawa kompleks masih terus dikembangkan
hingga saat ini. Kebutuhan akan aplikasi senyawa kompleks terutama sebagai
katalis terus dikembangkan. Senyawa-senyawa kompleks dari unsur-unsur diblok
d memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan senyawa lain karena memiliki
orbital d yang kosong. Senyawa kompleks dilaboratorium dapat disintesis dengan
mereaksikan ligan yang merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron
bebas dengan logam yang merupakan penerima pasangan elektron yang
didonorkan oleh ligan. Berdasarkan banyaknya elektron yang didonorkan oleh
ligan maka ligan dapat diklasifikasikan menjadi ligan monodentat, ligan bidentat,
dan ligan multidentat. Ligan monodentat hanya dapat mendonorkan sepasang
elektron yang dimilikinya ke logam. Ligan bidentat ini mampu mendonorkan dua
pasang elektron yang dimilikinya ke logam. Sedangkan banyak elektron yang bisa
didonorkan ke logam pada ligan multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula
yang dapat membentuk struktur kelat dalam kimia koordinasi oleh karena
banyaknya pasang elektron yang bisa didonorkan ke logam (Saria, 2012).
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja dan bersifat sedikit
magnetis. Ia melebur pada suhu 1490oC. logam ini mudah larut dalam asam-asam
mineral encer. Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebabaiion kobalt
(II) atau Co2+. Kadang-kadang, khususnya dalam kompleks-kompleks dijumpaiion
kobalt (III) atau Co3+. Kedua ion ini masing-masing diturunkan dari oksida CoO
dan Co2O3. Oksida kobalt (II) dan kobalt (III) yaitu Co3O4 juga diketahui. Dalam
larutan air dari senyawa-senyawa kobalt (II) terdapat ion Co 2+ yang berwarna
merah. Senywa-senyawa kobalt (II) yang tak terhidrat atau tak berdisosiasi, punya
warna biru. Ion kobalt (III) ini tidak stabil, tetapi kompleksnya stabil, baik dalam
larutan maupun dalam bentuk kering. Kompleks-kompleks kobalt (II) dapat
dioksidasi dengan mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt (III) (Svehla, 1990).
Penelitian yang telah dilakukan para kimiawan anorganik telah
menunjukkan bahwa logam-logam transisi merupakan logam yang banyak
dipelajari dan disintesi menjadi senyawa- senyawa kompleks. Salah satu logam
yang mempunyai sifat ini adalah kobalt. Logam ini pula digunakan oleh werner,
seorang bapak kimia koordinasi yang mempelajari senyawa kompleks pertama
kali yang kemudian menghasilkan teori koordinasi Werner yang bertahan cukup
lama dan sampai sekarang masih diperkenalkan pada awal-awal mempelajari
kimia koordinasi. Teknik sintesis senyawa kompleks relatif lebih mudah bila
dibandignkan dengan sintesis material anorganik maupun senyawa organik.
Dengan proses reaksi kimia biasa dan proses kompleks ligan-logam maka akan
terbentuk suatu senyawa-senyawa kompleks (Saria, 2012).
Semua senyawa kompleks kobalt (III) mengadopsi geometri oktahendron,
sebagai contoh yaitu ion heksaaminakobalt (III) atau [Co(NH3)6]3+ dan ion
heksasianokobaltat (III) atau [Co(CN)6]3-. Seperti pada ion –ion besi, perbedaan
ligan mengakibatkan perbedaan harga potensial reduksi yang sngat signifikan
sehingga hal ini mempengaruhi kestabilan tingkat oksidasi ion kompleks yang
bersangkutan. Sebagai contoh yaitu :
[Co(H2O)6]3+ + e-  [Co(H2O)6]2+ Eo = + 1,82 V
[Co(NH3)6]3+ + e-  [Co(NH3)6]2+ Eo = + 1,10 V
Nilai potensial reduksi ion [Co(NH3)6]3+ (+ 0,10 V) jauh lebih rendah dari nilai
potensial reduksi oksigen (+1,23 V) :
O2 + 4H3O+ + 4e-  6H2O Eo = + 1,23 V
Oleh karena itu, oksigen sangat potensil sebagai oksidator yang baik pada ion
[Co(NH3)6]3+ menurut reaksi :
[Co(NH3)6]2+ + O2 + 2H2O  [Co(NH3)6]3+ + 4OH-
(Sugiyarto, 2001)
Senyawa koordinasi heksaaminakobalt (III) triklorida atau [Co(NH3)6]Cl3
merupakan suatu senyawa koordinasi yang terbentuk dari ion kompleks
[Co(NH3)6]3+ dan tiga ion klorida. Keenam molekul NH3 terikat langsung pada
atom logam pusat Co (III) dan disebut ligan. Bilangan koordinasi kobalt adalah
enam dengan struktur kristal oktahedron. Heksaaminakobalt (III) triklorida dapat
disintesis dari kobalt sulfat dengan suatu penambahan amonium klorida dan
amonium hidroksida dimana mula-mula terbentuk ion hekasaminakobalt (II) atau
[Co(NH3)6]2+ kemudian akan dioksidasi oleh timbal dioksida menjadi ion
hekaaminakobalt (III) atau [Co(NH3)6]3+ (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2016).
Interaksi unsur transisi dengan pelarutnya telah lama dipelajari karena
berkaitan erat dengan berbagai proses dalam kimia, biokimia dan farmakolog. Ion
Co2+ memiliki peran yang penting sebagai unsur yang esensial bagi tubuh. Ion
Co2+ dapat berperan dalam interaksi dengan rantai samping dari asam amino guna
membentuk kompleks yang lebih stabil. Porfirin dan kobalamin merupakan salah
satu contoh makromolekul yang mengandung ion Co2+ sebagai atom pusat.
Geometri awal untuk sistem [Co(NH3)n]3+ dengan n = 1-6 disusun dalam bentuk
koordinat kutub. Kompleks [Co(NH3)]3+ dan [Co(NH3)2]3+ dalam bentuk linear,
[Co(NH3)3]3+ dalam bentuk trigonal, [Co(NH3)4]3+ dalam bentuk tetrahedral,
[Co(NH3)5]3+ dalam bentuk trigonal bipiramida dan [Co(NH3)6]3+ dalam bentuk
oktahedral. Molekul NH3 mengarah pada ion Co2+ sesuai dengan arah momen
dipolnya dengan jarak N-H dan sudut H-N-H adalah 1,0124 A dan 106,67 o.
interaksi antara suatu ion pusat dengan ligan akan dapat mempengaruhi
muatan bersih (netto) dari masing-masing atom dalam molekul tersebut.
Muatan positif pada Co2+ dapat tergeser ke atom N dalam NH 3 yang berada
didekatnya (Pranowo, 2002).
Sifat yang paling menonjol dari kompleks logam transisi adalah warnanya.
Kompleks Co (III) contohnya, memiliki warna :
[Co(NH3)6]3+ Jingga
[Co(NH3)4Cl2]+ Bentuk hijau dan bentuk violet
[Co(NH3)5(H2O)]3+ Ungu
Warna-warna tersebut timbul karena kompleks koordinasi sering mengadsorpsi
cahaya di daerah spektrum tampak. Warna beberapa senyawa logam transisi
oktahedral munsul akibat terjadinya eksitasi elektron dari tingkat t2g – terhuni ke
tingkat eg – kosong. Frekuensi cahayav yang dapat mengindikasi transisi seperti
ini terikat dengan selisih energi antara kedua tingkat ∆a, sebesar :
hv = ∆a
Semakin besar pembelahan medan kristal, semakin tinggi frekuensi cahaya yang
diabsorpsi paling kuat dan semakin pendek panjang gelombangnya. Dalam
[Co(NH3)6]3+, senyawa jingga yang mengadsorpsi paling kuatdalam daerah
spektrum violet, ∆a pembelahan medan kristal lebih besar daripada dalam
[Co(NH3)5Cl]2+ yaitu senyawa violet yang mengadsorpsi paling kuat pada
frekuensi lebih rendah dalam daerah spektrum kuning-hijau (Oxtoby, 2003).
Sebuah penelitian yang berkaitan dengan percobaan ini melaporkan bahwa
pada senyawa kompleks koordinasi mempunyai struktur yang unik. Lawrance
menemukan sebuah korelasi antara spektrum elektronik dari CoIII N6-n Cln (n = 0,1
atau 2). Kompleks Co (III) dengan N 6 tersebut menunjukkanj adanya eksitasi 1T1g
ke 1A2g dan a1Eg yang menyebabkan adanya pengaruh ligan tetragonal terdistorsi
pada struktur yang tidak berikatan. Hal ini mengindikasikan bahwa bentuk
geometrinya adalah trans – oktahedral dengan energi lemah pada 620 nm dan
440 nm, yang dikonfirmasi oleh struktur kristalnya. Hasil yang dipoeroleh
persis dengan yang diidentifikasi oleh Lawrance. Oleh karena itu, disarankan
untuk pembuatan sintesis kompleks geometri oktahedral menggunakan ion
Co (III) (Rafat, 2004).

D. Alat Dan Bahan


1. Alat
a. Gelas piala 250 ml 2 buah
b. Gelas arloji 1 buah
c. Corong Buchner 1 buah
d. Lap kasar 1 buah
e. Lap halus 1 buah
f. Pompa vakum 1 buah
g. Neraca analitik 1 buah
h. Hot plate 1 buah
i. Botol vial 1 buah
j. Gelas kimia 1000 ml 1 buah
k. Batang pengaduk 1 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Pipet tetes 5 buah
n. Spatula 1 buah
o. Labu isap 500 ml 1 buah
p. Gelas ukur 10 ml 1 buah
q. Gelas ukur 50 ml 1 buah
r. Termometer 1100C 1 buah
s. Stopwatch 1 buah
t. Mikroskop elektron 1 buah
2. Bahan
a. Kobalt sulfat (CoSO4)
b. Amonium klorida (NH4Cl)
c. Larutan amonium hidroksida pekat (NH4OH)
d. Timbal oksida (PbO2)
e. Larutan asam klorida (HCl) pekat
f. Arang aktif
g. Larutan etanol (C2H5OH) 95%
h. Lakmus merah dan biru
i. Es batu
j. Aquades (H2O)
k. Kertas saring whatman
l. Tissue
E. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 5,6101 gram CoSO4 dan 5,5810 gram NH4Cl dilarutkan ke dalam
25 ml aquades dalam gelas piala 250 ml. Diaduk dan jika perlu dipanaskan
tetapi jangan sampai mendidih.
2. Sebanyak 10 ml NH4OH pekat ditambahkan ke dalam campuran yang telah
dibuat kemudian dipanaskan.
3. Sebanyak 2,4338 gram PbO2 dan 0,5024 gram arang aktif ditambahkan pada
campuran yang telah dibuat kemudian diaduk dan dibiarkan pengaduk gelas
di dalam gelas piala.
4. Gelas piala ditutup dengan gelas arloji, hati-hati campuran dipanaskan sampai
mencapai titik didih. Jika larutan didihkan NH3 akan hilang dan hasilnya akan
berkurang, jadi hati-hati jangan sampai mendidih sempurna.
5. Larutan didinginkan sampai suhu kamar (menggunakan air dingin dalam
sebuah gelas piala) dan kemudian didinginkan lagi sampai 10oC
(menggunakan air es dalam sebuah gelas piala).
6. Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong buchner. Gelas
piala dibilas dengan 3 ml air es dan cairannya dipakai untuk mencuci kristal.
Filtrat dibuang.
7. Kertas saring beserta isinya dipindahkan kedalam gelas piala semula. Residu
dibilas dengan 5 ml air, lalu ditambahkan lagi air sampai volume menjadi 75
ml.
8. Sebanyak 1,5 ml HCl pekat ditambahkan dan diaduk. Diuji apakah larutannya
asam menggunakan kertas lakmus.
9. Larutan dipanaskan sampai hampir mendidih dan mempertahankan suhunya
sampai semua kristal telah larut (5-10 menit). Ingat bahwa PbSO 4 dan kertas
saring tidak larut.
10. Larutan panas disaring melalui corong buchner dan cepat dipindahkan
filtrtanya ke sebuah gelas piala bersih.
11. Perlahan-lahan 30 ml HCl pekat ditambahkan dengan terus diaduk dan
larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar.
12. Kristalnya disaring dengan corong buchner. Air yang tertinggal dihilangkan
dengan dua kali pencucian dengan etanol 95% beberapa ml.
13. Kristal dikeringkan dengan menggunakan pompa vakum selama 10 menit.
14. Kristal dikeringkan pada gelas arloji yang diletakkan diatas gelas piala berisi
air yang di didihkan. Kristal tersebar merata.
15. Kristal yang sudah kering dipinfahkan kedalam wadah yang yang telah
ditimbang lalu ditimbang lagi untuk mengetahui hasil murni yang diperoleh
dari Co(NH3)6Cl3.
16. Kristal diamati bentuk, ukuran, warna dan sebagainya.

F. Hasil Pengamatan
No
Perlakuan Pengamatan
.
1. 5,6101 gram kobalt (II) sulfat Larutan berwarna ungu
(jingga) + 5,5810 gram NH4Cl
(putih) + 25 ml H2O
2. Larutan ungu dipanaskan Larutan ungu pekat
3. Larutan ungu pekat + 10 ml Larutan ungu pekat (berbau khas)
NH4OH
4. Larutan ungu pekat + PbO2 2,4338 Campuran coklat (kental)
gram (hitam) + 0,5024 gram arang
aktif (hitam)
5. Larutan coklat (kental) dipanaskan Campuran yang terdiri atas dua
sampai titik lapisan :
Atas : larutan coklat
Bawah : endapan coklat
6. Campuran didinginkan pada suhu Campuran coklat
kamar
7. Didinginkan pada es batu Campuran coklat, endapan abu-abu
8. Disaring dan dicuci 3 ml H2O Filtrat jingga, residu berwarna abu-
dingin abu kehitaman
9. Residu + 15 ml H2O, kemudian Larutan jingga, endapan abu-abu
ditambhakan sampai volume 75 ml
10. Larutan jingga + 1,5 ml HCl Campuran jingga dengan endapan
abu-abu
11. Campuran disaring Filtrat jingga
12. Fitrat jingga + 30 ml HCl Campuran berwarna jingga dengan
endapan jingga
13. Endapan jingga disaring, dicuci Kristal berwarna jingga dengan
dengan etanol, dikeringkan, bobot 3,2122 gram
ditimbang, dan diamati

G. Analisis Data
Diketahui : m CoSO4 = 5,6101 gram
Mr CoSO4 = 155 gram/mol
m NH4Cl = 5,5810 gram
Mr NH4Cl = 53,5 gram/mol
m PbO2 = 2,4338 gram
Mr PbO2 = 239 gram/mol
ρ NH4OH = 0,91 g/ml
Mr NH4OH = 35 gram/mol
V NH4OH = 10 ml
m [Co(NH3)6]Cl3 praktek = 3.2122 gram
Mr [Co(NH3)6]Cl3 = 267,5 gram/mol
ρ HCl = 1,18 g/ml
Mr HCl = 36,5 gram/mol
Ditanyakan : % Rendemen = ...........?
Penyelesaian :
gram 5,6101 gram
n CoSO4 = = = 0,0362 mol
Mr 155 g/mol
gram 5,5810 gram
n NH4Cl = = = 0,1043 mol
Mr 53,5 g/mol
gram 2,4338 gram
n PbO2 = = = 0,0102 mol
Mr 239 g/mol
gr
ρxv 1,18 x 30 ml
n HCl = = ml = 0,9698 mol
Mr
36,5 g/mol
Perhitungan Mol Reaksi
a. CoSO4 + 6H2O [Co(NH3)6]2+ + SO42-
m: 0,0362 mol 1,3889 mol - -
b : 0,0362 mol 0,2172 mol 0,0362 mol 0,0362 mol
s : - 1,1717 mol 0,0362 mol 0,0362 mol
b. [Co(NH3)6]2+ + 6NH4Cl [Co(NH3)6]2+ + 6HCl + 6H2O
m : 0,0362 mol 0,1043 mol - - -
b : 0,0362 mol 0,2172 mol 0,0363 mol 0,2172 mol 0,2172 mol
b : - -0,1129 mol 0,0363 mol 0,2172 mol 0,2172 mol

c. 2[Co(NH3)6]2+ + Pb4+ 2[Co(NH3)6]3+ + Pb2+


m: 0,0362 mol 0,0102 mol - -
b : 0,0204 mol 0,0102 mol 0,0204 mol 0,0102 mol
s : 0,0158 mol - 0,0204 mol 0,0102 mol

d. 2[Co(NH3)6]3+ + 3HCl 2[Co(NH3)6]Cl3 + H+


m: 0,0204 mol 0,9698 mol - -
b : 0,0204 mol 0,0612 mol 0,0204 mol 0,0612 mol
s : - 0,9086 mol 0,0204 mol 0,0612 mol

mol [Co(NH3)6]Cl3 = 0,0204 mol


massa teori [Co(NH3)6]Cl3 = (mol x Mr ) [Co(NH3)6]Cl3
= 0,0204 mol x 267,5 gram/mol
= 5,4570 gram
berat praktek
% Rendemen = x 100 %
berat teori
3,2122 gram
= x 100 %
5,4570 gram
= 58,86 %

H. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara sintesis kristal
[Co(NH3)6]Cl3 dan untuk mengetahui karakteristik senyawa [Co(NH3)6]Cl3 yang
meliputi warna maupun bentuknya. Heksaaminakobalt (III) triklorida merupakan
senyawa kompleks yang terbentuk dari ion kompleks [Co(NH 3)6]3+ dan tiga ion
klorida. Pada percobaan ini di awali dengan dilakukan penimbangan CoSO4 dan
NH4Cl yang kemudian dilarutkan pada air. CoSO4 sebelumnya berwarna jingga
dan NH4Cl berwarna putih, setelah direaksikan menghasilkan larutan berwarna
ungu tua. Pada proses ini terjadi perubahan warna larutan menandakan bahwa
telah terjadi reaksi antara kedua senyawa. Senyawa CoSO4 yang digunakan
berfungsi sebagai penyediaan atom pusat Co2+, sedangkan NH4Cl berfungsi
sebagai penyedia ligan NH3. Senyawa CoSO4 dan NH4Cl saat dilarutkan pada air
pada suhu kamar sangat sulit sehingga dilakukan pemanasan dan pengadukan
untuk mempercepat proses pelarutan senyawa tersebut. Pemanasan yang
dilakukan dapat mempercepat reaksi atau proses pelarutan karena molekul-
molekul yang semakin aktif bergerak sehingga menyebabkan terjadinya tumbukan
antar molekul yang satu dengan molekul yang lainnya sehingga reaksi yang terjadi
pun semakin cepat. Selanjutnya larutan ungu tua direaksikan dengan NH 4OH
pekat yang bertujuan untuk memperkuat ligan NH3 serta menyempurnakan posisi
ligan. Selain itu, fungsi NH4OH yaitu untuk menetralkan larutan. Pada larutan ini
ditambahkan timbal dioksida dan arang aktif. Penambahan timbal dioksida
sebagai pengoksidasi ion kobalt (II) (Co2+) menjadi kobalt (III) (Co3+) dalam hal
ini senyawa [Co(NH3)6]SO4 dioksidasi menjadi [Co(NH3)6]Cl3, sedangkan arang
aktif yang ditambahkan berfungsi untuk mengikat dan menyerap zat-zat pengotor
seperti Pb dan zat-zat yang tidak habis bereaksi seperti SO 42- agar tidak
mempengaruhi hasil reaksi sehingga dapat diperoleh [Co(NH 3)6]3+. Adapun
persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
CoSO4 + 6H2O  [Co(H2O)6]2+ + SO42+
[Co(H2O)6]2+ + 6NH4Cl  [Co(NH3)6]2+ + 6HCl + 6H2O
2[Co(NH3)6]2+ + Pb4+  2[Co(NH3)6]3+ + Pb2+
Penambahan PbO2 dan arang aktif, larutan kemudian dipanaskan dan
dijaga suhunya agar tidak mendidih. Hal ini dimaksudkan agar menghindari
lepasnya ligan NH3 dari atom pusat Co (III). Larutan yang telah melewati proses
pemanasan menghasilkan larutan yang berwarna hitam. Larutan ini selanjutnya
didinginkan pada suhu kamar dan dilanjutkan dengan pendinginan menggunakan
es hingga mencapai suhu 10oC. hal ini dilakukan agar proses pendinginan berjalan
secara bertahap sehingga pembentukan kristal dapat berjalan sempurna serat
menghindari kerusakan pada struktur kristal apabila perubahan suhu dilakukan
secara drastis. Larutan yang didinginkan pada suhu kamar menghasilkan kristal
awal terbentuk dan pada saat didinginkan pada suhu 10 oC kristal yang terbentuk
telah sempurna dan siap untuk dipisahkan dari filtratnya. Kristal yang terbentuk
kemudian disaring menggunakan corong buchner karena proses penyaringan lebih
cepat. Diperoleh kristal berwarna hitam dan filtrat. Filtrat yang sudah tidak
digunakan lagi kemudian dibuang dan untuk kristal hitam dicuci menggunakan air
es yang berfungsi menghilangkan zat-zat pengotor pada kristal sekaligus juga
menjaga struktur kristal. Kristal ini kemudian dilarutkan dengan air dan
ditambahkan dengan HCl pekat yang berfungsi untuk memberikan suasana asam
pada larutan karena larutan akan melewati proses pemanasan dan jika larutan
berada pada keadaan netral lalu dipanaskan maka akan terjadi reaksi yaitu
hidrolisis dimana terjadi pergantian ligan NH3 oleh H2O. Hal ini dapat terjadi
karena ligan H2O lebih kuat posisinya sebagai ligan dibandingkan NH3. Larutan
ini lalu dipanaskan beberapa menit dan menghasilkan larutan berwarna coklat dan
terdapat endapan yang selanjutnya disaring untuk memisahkan filtrat dan endapan
dari larutan. Hasil yang diperoleh berupa filtrat berwarnajingga yang kemudian
ditambahkan dengan HCl pekat lagi yang bertujuan agar ikatan yang terbentuk
antara ion klorida dan ion heksaaminakobalt (III) lebih kuat. Selain itu alasan
digunakan HCl pekat karena pada HCl pekat tidak mengandung banyak air
dibandingkan dengan HCl encer sehingga ini dapat mengendapkan kristal atau
senyawa [Co(NH3)6]Cl3 yang terbentuk. Adapun reaksinya yaitu :
2[Co(NH3)6]3+ + 3HCl  2[Co(NH3)6]Cl3 + H+
HCl ditambahkan terbentuk kristal [Co(NH3)6]Cl3 dan larutan berwarna
jingga yang selanjutnya didiamkan pada suhu kamar kemudian disaring
menggunakan corong buchner untuk memisahkan kristal yang terbentuk dengan
filtratnya. Kristal yang diperoleh dicuci dengan etanol 95% yang berfungsi untuk
mencuci dan mengikat sisa-sisa molekul air yang masih tertinggal pada kristal.
Etanol memiliki sifat volatil yang artinya mudah menguap sehingga dapat
mempercepat proses pengeringan kristal. Kristal [Co(NH3)6]Cl3 selanjutnya
dikeringkan secara sempurna pada kaca arloji yang diletakkan diatas gelas piala
berisi air yang dididihkan. Kristal [Co(NH3)6]Cl3 yang diperoleh selanjutnya
ditimbang dan diperoleh massa kristal yaitu sebanyak 3,2122 g dengan rendemen
sebesar 58,86%, yang artinya jumlah produk reaksi yang dihasilkan pada reaksi
kimia yaitu sebesar 58,86%. Rendemen yang diperoleh kurang dari 100% yang
disebabkna karena kemungkinan pada saat pendinginan yang kurang optimum
serta proses penimbangan yang kurang akurat. Kristal yang diperoleh berwarna
jingga dan berbentuk serbuk dengan bentuk geometri oktahedral serta bentuk kisi
monoklin.

NH3

NH3 NH3
Co3+

NH3 NH3
Cl3

NH3
Bentuk geometri oktahedral Bentuk kisi kristal monoklin

Kompleks [Co(NH3)6]Cl3 menganut medan kuat atau spin rendah karena ligan
NH3 merupakan ligan kuat. Adapun hibridisasinya yaitu :
27Co = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7
27Co3+ = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d6
3d6 4s0 4p0

6 NH3

[Co(NH3)6]Cl3 = = d2sp3

I. Penutup
1. Kesimpulan
a. Kristal [Co(NH3)6]Cl3 dapat disintensis dengan mereaksikan kobalt sulfat dan
amonium klorida dalam amonium hidroksida serta timbal dioksida sebagai
oksidator kobalt.
b. Kristal [Co(NH3)6]Cl3 yang diperoleh berwarna jingga, berbentuk serbuk,
bentuk geometri oktahedral, bentuk kisi monoklin, hibridisasi d2sp3, berat
kristal 3,2122 g dengan rendemen 58,86%.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar pada saat pendinginan dapat
dilakukan lebih lama lagi sehingga pembentukan kristal bisa lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby, Gillis dan Nachtrieb. 2003. Prinsip – prinsip Kimia Modern Edisi
Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Pranowo, Harno Dwi., Karna Wijaya., Setiaji dan Rhano Setyan Janu. 2002.
Penentuan Pengaruh Badan-Banyak Pada Kompleks [Co(NH3)n]2+ (n = 1 –
6) Berdasarkan Perhitungan AB Initio. Indonesian Journal Of Chemistry.
Volume 2 (1): 1-7.
Rafat, Fouzia., M. Y. Siddiqi dan K. S. Siddiqi. 2004. Synthesis and
Characherization Of Ni (II), Cu (II), and Co (III) Complexes With
Polyamine – Containing On Macrocycles Bearing An Aminoethyl Pendant
Arm. Journal Serbs Chemistry Soc. Volume 69 (8): 641-649.

Saria, Yosi., Lucyanti, Nurlisa Hidayanti dan aldes Lesbani. 2012. Sintesis
Senyawa Kompleks Kobalt Dengan Asetilasetonato. Jurnal Penelitian
Sains. Volume 15 (3): 115 – 118.

Sugiyarto, Kristian H. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : Universitas Negeri


Yogyakarta.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Seni Makro
Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2016. Penentuan Praktikum Sintesis Kimia


Anorganik. Makassar : Universitas Negeri Makassar.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Reaksi yang terjadi:


Oksidasi : Co2+ → Co3+ + e- | x 2
Reduksi : Pb4+ + e- → Pb2+ |x1
2 Co2+ → 2 Co3+ + e-
Pb4+ + e- → Pb2+
2 Co2+ + Pb4+ → 2 Co3+ + Pb2+
2. Senyawa koordinasi [Co(NH3)6]Cl3 lebih mudah larut dengan HCl encer
daripada HCl pekat karena dalam HCl encer lebih banyak terkandung H2O.
Sehingga bila terjadi hidrolisis maka ligan NH3 dapat diganti dengan H2O.
Selain itu, juga apabila dengan HCl encer maka [Co(NH 3)6]Cl3 dapat
terionisasi menjadi ion-ion pembentuknya.

3. Hasil yang diperoleh sebesar 58,86%.

Anda mungkin juga menyukai