Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM KIMIA UNSUR TRANSISI


PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI [Ni{NH3}6]I2

KELOMPOK 6

ANGGOTA :

1. AYU MILINEA ( 06101381722061 )

2. RIZKY MUTIARA AYU ( 06101281722027 )

3. SHENY GRACIA ( 06101381722056 )

4. TASYA BELINA ( 06101381722058 )

5. YUNIKA MARSYAH PUTRI ( 06101281722060 )

DOSEN PEMBIMBING :

MAEFA EKA HARYANI,S.PD.,M.PD.

EKA AD’HIYA, S.PD.,M.PD.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
Percobaan ke-4

I. Judul : Pembuatan Senyawa Koordinasi [Ni{NH3}6]I2


II. Tanggal : 24 September 2019
III. Tujuan : Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2

IV. Dasar Teori


Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada
molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam.
Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom atau ion
melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa
kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak di antara mereka yang
memiliki ikatan yang cukup kuat. Senyawa-senyawa kompleks telah diketahui -
walaupun saat itu belum sepenuhnya dimengerti - sejak awal ilmu kimia,
misalnya Prussian blue dan Tembaga (II) Sulfat. Terobosan penting terjadi
saat kimiawan Jerman Alfred Werner, mengusulkan bahwa ion kobalt (III)
memiliki enam ligan dalam struktur geometri oktahedral. Dengan teori ini, para
ilmuwan dapat mengerti perbedaan antara klorida koordinasi dan klorida ionik
pada berbagai isomer-isomer kobalt amina klorida, dan menjelaskan kenapa
senyawa ini memiliki banyak isomer, yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan.
Werner juga menggolongkan senyawa kompleks ini kepada beberapa isomer
optis, mematahkan teori bahwa hanya senyawa karbon yang memiliki sifat
khiralitas.

Senyawa koordinasi diartikan sebagai senyawa yang mengandung ion atau


molekul kompleks. Ion kompleks yang ada di dalam senyawa koordinasi tersebut
dapat berupa kation, anion atau keduanya. Misalnya kalium heksasianoferat (II),
K4[Fe(CN)6] adalah senyawa koordinasi yang mengandung kation sederhana K+
dan anion kompleks [Fe(CN)4]4- .Oleh karena senyawa koordinasi selalu memiliki
ion atau molekul kompleks, sehingga senyawa koordinasi sering juga disebut
senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai
jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan.
Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi
antara kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-basa Lewis.
Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi
pendonor (donator) elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan
asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan
demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif antara ligan dengan
kationlogam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam
transisi kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang
elektron bebas (PEB).

Atom atau ion logam yang terdapat dalam molekul atau ion kompleks
dinamakan logam pusat. Istilah ini sengaja digunakan untuk memperlihatkan
bahwa keberadaan logam dalam ion kompleks berperan sebagai pusat yang
melakukan pengikatan atau pengoordinasian terhadap molekul atau ion
penyumbang pasangan elektron. Sebagai contoh, alam ion kompleks [Cu(NH3)4]2+,
yang berperan sebagai logam pusatnya adalah ion logam Cu2+ dan dalam senyawa
molekul [Fe(CO)5] yang berperan sebagai logam pusat adalah Fe sedangkan molekul
netral yang diikatnya adalah karbonmonoksida. Bilangan koordinasi adalah jumlah
dari ligan yang mengikat langsung pada atom pusat dan itu berbeda-beda pada
setiap atom pusat tergantung dari muatan atom pusat itu tersebut, biasanya jumlah
ligan maksimal adalah dua kali dari jumlah muatan atom pusat tersebut. Sebagai
contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan
koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat. Muatan logam pusat
menyatakan muatan listrik positif atau netral yang dimiliki logam dalam ion atau
molekul kompleks sebagai hasil selisih di antara muatan ion kompleks dengan
semua muatan dari molekul atau ion yang terkoordinasi pada logam pusat
tersebut. Muatan logam pusat tidak lain adalah menyatakan bilangan oksidasi dari
atom logam tersebut. Misalnya dalam ion kompleks [Cu(NH3)]2+ , [Fe(CN)]4-,
[Fe(CO)5], dan [CoCl(NO2)(NH3)4]+ masing-masing muatan logam pusat Cu, Fe,
Fe, dan Co adalah (+2), (+2), (0), dan (+3). Muatan listrik negatif, nol, atau positif
yang dimiliki ion atau molekul kompleks sebagai hasil penjumlahan di antara
muatan logam pusat dengan semua muatan dari molekul atau ion yang
terkoordinasi pada logam pusat disebut muatan ion kompleks. Muatan kompleks
dari [Cu(NH3)]2+ , [Fe(CN)]4- , [Fe(CO)5], dan [CoCl(NO2)(NH3)4]+ masing-
masing secara terurut adalah +2, –4, 0, dan +1.

Senyawa kompleks [Ni{NH3}6]I2 salah satu contoh senyawa kompleks Ni2+


dengan bilangan koordinasi 6 yang relatif mudah dapat dipelajari cara
kristalisasinya. Keberhasilan preparasi ini pun dengan mudah dapat diuji terhadap
ion Ni2+. Sebagian besar senyawa nikel mengadopsi struktur geometri oktahedron,
hanya sedikit mengadopsi geometri tetrahedron dan bujur sangkar, Ion
heksaakuanikel (II) berwarna hijau; penambahan ammonia menghasilkan ion biru
heksaaminnikel (II) menurut persamaan reaksi :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq) [Ni(NH3)6]2+ (aq) + H2O (l)

V. Alat dan Bahan


1. Beker gelas 100 ml
2. Batang Pengaduk
3. Corong Hirsch
4. Kertas Saring
5. Silinder pengukur 10 ml
6. H2O2 3%
7. Ammonia 1 M
8. Etanol
9. Nikel klorida heksahidrat
10. Potassium iodide
11. Indicator amilum
12. Tabung reaksi dengan label
VI. Prosedur Percobaan
1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang
berisi 5 ml air.
2. Letakkan gelas beker tersebut dalam almari asap dan tambahkan 10
ml larutan NH3 pekat (15 M).
3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 g potassium iodide.
Biarkan campuran tersebut beberapa menit.
4. Kumpulkan Kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali
dengan 2 ml larutan etanol 1 : 1 dan kemudian tambahkan 2 ml
etanol.
5. Keringkan Kristal-kristal di udara terbuka dengan diangin-angin
selama beberapa menit.
6. Pindahkan Kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas
saring.
7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau
menempatkan Kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas
saring.
8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya
dan diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah
persentase berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida
heksahidrat yang digunakan.
9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara : larutkan
sedikit sampel (~0,001 g dalam 0,5 ml air) tambahkan 2 tetes
larutan NH3 (5M) dan kemudian tambahkan 5 tetes larutan dimetil
glioksim, maka akan terbentuk endapan merah strawberry bila
larutan mengandung nikel (II).
10. Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara : larutkan
sedikit sampel (~0,001 g dalam 0,5 ml air) dan asamkan dengan 2
tetes larutan asam sulfat 5 M kemudian tambahkan larutan H2O2 3
%. Ujilah larutan tersebut dengan indicator amilum. Timbulnya
warna biru kehitam-hitaman menunjukkan bahwa dalam larutan
tersebut mengandung iodin.
VII. Hasil Pengamatan
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
1. Larutkan 1 gr nikel klorida NiCl2.6H2O (hijau) + H2 O (tidak
heksahidrat dalam beker gelas yang berwarna), nikel larut dalam air dan
berisi 5 ml air. berwarna hijau.
2. Campuran ditambah dengan 10 ml NiCl2.6H2O (hijau) + NH3 (tidak
larutan NH3. berwarna), larutan berubah menjadi
warna biru.
3. Campuran ditambah dengan 2,6 gr Campuran (biru) + KI (putih), larutan
potassium iodide. Diamkan berwarna biru muda dan terdapat
beberapa menit. endapan berwarna ungu.
4. Kristal disaring dan dicuci dengan Kristal nikel klorida heksahidrat
etanol. Keringkan Kristal dengan berwarna ungu.
diangin-angin selama beberapa
menit.
5. Pindahkan kelebihan pelarut yang Kristal menjadi lebih kering.
ada dengan menekan atau
memampatkan Kristal-kristal
tersebut diantara 2 lembar kertas
saring.
6. Pindahkan hasilnya ke dalam gelas Massa gelas beaker = 65, 1614 gram
beaker lalu timbang beratnya. Massa gelas beaker + kompleks = 67,
440 gram
Masa kompleks = 2,2076 gram
7. Lakukan tes pengujian adanya ion Kristal (ungu) + air (tidak berwarna),
nikel : larutkan sedikit sampel Larutan berwarna ungu. Campuran
dalam 0,5 ml air, + 2 tetes larutan (ungu) + 2 tetes NH3(tidak berwarna),
NH3 (5M)+ 5 tetes larutan dimetil larutan tetap berwarna ungu. Campuran
glioksim. (ungu) + 2 tetes dimetil glioksim (tak
berwarna), larutan berwarna merah dan
terbentuk endapan berwarna merah
yang dimana menandakan terdapat ion
nikel.
8. Lakukan tes pengujian adanya ion Kristal (ungu) + air (tidak berwarna),
iodide : larutkan sedikit sampel Larutan berwarna ungu. Ketika
dalam 0,5 ml air, + 2 tetes larutan ditambah 2 tetes H2SO4 (tidak
H2SO4 (5M) + larutan H2O2 3 %. berwarna), larutan berubah menjadi
Uji larutan dengan indikator warna hijau, kemudian ditambah larutan
amilum . H2O2 3% menjadi warna kuning
kecoklatan dan ditambah indikator
amilum berubah menjadi warna biru
kehitam-hitama yang dimana
menandakan terdapat ion iodida.

VIII. Perhitungan
Dik :
Massa NiCl2.6H2O = 1 gr
Mr NiCl2.6H2O = 237, 71 gr/mol
 n NiCl2.6H2O = 1 gr = 0,0042 mol
237, 71 gr/mol
 Massa H2O = p.v
= 1 gr / ml . 5 ml
= 5 gr
 n H2 O = 5 gr = 0, 2778 mol
18 gr/mol
 n NH3 = V. M
= 0,01 L. 5 M
= 0,05 mol
 Massa KI = 2,6 gr
 n KI = 2,6 gr = 0,0156 mol
166 gr/mol
Reaksi Pembentukan Senyawa Koordinasi
NiCl2(s) + 5H2O(l) → Ni2+(aq) + 2Cl-(aq) + 5H2O(l)
M 0,0042 0,2778 - - -
B 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042
S - 0,2236 0,0042 0,0042 0,0042

Ni2+(aq) + 2NH3(aq) → [Ni{NH3]6]2+(aq)


M 0,0042 0,05 -
B 0,0042 0,05 0,0042
S - 0,2236 0,0042
[Ni{NH3]6]2+(aq) + 2 KI(aq) + 2OH-(aq) → [Ni{NH3]6]I2 (s) + 2KOH(aq)
M 0,0042 0,0156 - - -
B 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042
S - 0,0042 0,0042 0,0042

 Massa [Ni{NH3]6]I2 secara teori = n.Mr


= 0,0042 mol. 414,71 gr/mol
= 1,7417 gr
 Massa [Ni{NH3]6]I2 secara praktek :
Massa kompleks = 2,2076 gr
% Kesalahan = Produk utama teori – produk utama praktek x 100 %
Produk utama teori
= 1,7417 gr - 2,2076 gr x 100 %
1,7417 gr
= 26,74%

IX. Persamaan Reaksi


 Reaksi Pembentukan Senyawa Koordinasi
NiCl(s) + H2O(l) → NiCl2.6H2O(aq)
(Hijau) (TB) (TB)
NiCl2.6H2O(aq) → Ni2+(aq) + 2Cl-(aq) + 6H2O(l)
(Hijau) (TB) (TB) (TB)
Ni2+(aq) + 2NH3(aq) + 2H2O(l) → Ni(OH)2(s) ↓ + 2NH3(aq)
(Hijau) (TB) (TB) (Biru) (TB)
Ni(OH)2(s) + 6NH3(aq) → [Ni{NH3}6]2+(aq) + 2OH-(aq)
(Biru) (TB) (Biru) (TB)
[Ni{NH3]6]2+(aq) + 2KI(aq) + 2OH-(aq) → [Ni{NH3}6]I2(s) + 2KOH(aq)
(Biru) (Putih) (TB) (Endapan ungu) (TB)
 Reaksi Pengujian ion nikel
[Ni{NH3}6]I2(s) + 2H2O(l) + NH3(aq) → Ni2+(aq) + 7NH3(aq) + 2I-(aq) + 2OH-(aq) +
(Endapan ungu) (TB) (TB) (Ungu) (TB) (TB) (TB)
2H+(aq)
(TB)
Ni2+(aq) + 2 CH3 – C = N – OH + 2OH-(aq) → Ni (C4H7N2O2)(s) + 2H2O(l)
(ungu) CH3 – C = N – OH (aq) (TB) (endapan merah) (TB)
(TB)
 Reaksi Pengujian ion iodida
[Ni{NH3}6]I2(s) + H2O(l) + H2SO4(aq) → [Ni{NH3}6]2+(aq) + 2I-(aq) + H2SO4(aq)
(Endapan ungu) (TB) (TB) (Hijau) (TB) (TB)
+ H2O(l)
(TB)
H2O2(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq) → I2aq) + 2H2O(l) (TB)
(TB) (TB) (TB) (Biru kehitam-hitaman)

X. Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu mengenai pembuatan senyawa koordinasi
[Ni{NH3}6]I2 .Selain bertujuan untuk membuat senyawa koordinasi, dilakukan
juga pengujian adanya ion nikel dan ion iodida di dalam sampel yang akan dibuat.
Pertama-tama, nikel klorida heksahidrat yang berwarna hijau dilarutkan didalam
gelas beaker yang berisi aquadest yang dimana ketika dilarutkan menjadi larutan
berwarna hijau yang dimana lama-kelamaan akan terionisasi menjadi ion Ni2+ dan
Cl-. Kemudian larutan ditambah dengan larutan NH3 dan berubah menjadi warna
biru dan terdapat endapan yaitu Ni(OH)2. Setelah itu, larutan ditambah dengan
potassium iodida yang berwarna putih, larutan terpisah menjadi dua. Bagian atas
berwarna biru muda dan bagian bawah terdapat endapan berwarna ungu. Setelah
direaksikan, ion heksaamin nikel (II) yang bermuatan +2 ini akan berikatan
dengan ion iodida yang berasal dari potassium iodida dan menghasilkan senyawa
koordinasi [Ni{NH3}6]I2 .Kemudian larutan disaring menggunakan kertas saring
untuk memperoleh Kristal yang dimana Kristal yang terbentuk merupakan
senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2. Untuk mendapatkan Kristal yang lebih murni,
dilakukan dua kali pencucian dengan menggunakan etanol. Etanol disini berfungsi
sebagai pelarut. Etanol memiliki titik didih rendah sehingga mudah menguap dan
mengakibatkan terbentuknya Kristal. Selain itu, etanol tidak bereaksi dengan
endapan yang dilarutan dan juga berfungsi untuk mengikat sisa air dan larutan lain
yaitu KOH yang masih terkandung dalam Kristal. Setelah itu, Kristal diangin-
anginkan untuk menghilangkan sisa-sisa air yang masih terkandung dalam Kristal.
Kemudian Kristal ditimbang beratnya dan didapatkan yaitu sebesar 2,2076 gram.
Dari hasil kristalisasi ini didapatkan senyawa kompleks yang akan digunakan
untuk pengujian ion nikel dan ion iodida.

Pada uji nikel, ke dalam kristal [Ni(NH3)6]I2 yang terlebih dulu dilarutkan
dalam air ditambahkan larutan ammonia dan dimetil glioksim. Endapan yang
dihasilkan dari reaksi ini adalah endapan berwarna merah strawberry. Endapan
merah strawberry ini menunjukkan adanya ion nikel dalam larutan itu. Endapan
merah ini terbentuk dari larutan yang tepat basa dengan ammonia. Jadi, fungsi
penambahan ammonia adalah agar larutan berada dalam suasana basa. Endapan
ini adalah Ni(C4H7N2O2)3.

Untuk uji iodide, dilakukan dengan penambahan larutan asam sulfat ke dalam
endapan [Ni(NH3)6]I2 yang telah dilarutkan ke dalam air terlebih dahulu.
Kemudian ditambahkan H2O2 dan larutan amilum. Fungsi penambahan asam
sulfat adalah agar endapan berada dalam suasana asam, sehingga mudah
dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat pengoksidasi. Larutan amilum
berfungsi sebagai indicator. Setelah ditambahkan amilum, terjadi perubahan pada
larutan, yaitu berubah warna menjadi biru kehitaman. Warna inilah yang
menunjukkan adanya ion iodide pada larutan.

XI. Kesimpulan
1. Pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2 dilakukan dengan proses
kristalisasi.
2. Etanol berfungsi untuk mengikat sisa air dan larutan lain yang masih
terkandung dalam Kristal.
3. Penambahan asam sulfat pada uji ion iodide berfungsi sebagai katalis dan
pemberi suasana asam sehingga dapat melepaskan iod (I2).
4. Endapan berwarna merah strawberry yang terbentuk pada pengujian ion
nikel menunjukkan bahwa larutan mengandung ion nikel.
5. Penambahan larutan ammonia pada uji nikel berfungsi sebagai pemberi
suasana basa untuk membentuk endapan nikel.
6. Larutan berwarna biru kehitam-hitaman setelah ditambah indicator
amilum pada uji iodida menunjukkan adanya ion iodida pada larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 2010. Kimia Anorganik. Jakarta. Erlangga.
Cotton dan Wilkinson. 1986. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Gulo, F dan Desi. 2016. Panduan Praktikum Kimia Anorganik 2. Indralaya:
UniversitasSriwijaya.
Susilawati,I.2009. Theory and Application Of Chemistry. Solo: PT Tiga
Serangkai.
Zulkandri, 2015. Laporan Praktikum Kimia Anorganik II – Reaksi Oksidasi
Reduksi (2) Pengaruh Logam Terhadap Asam Dan Basa.(Online).
https:/www.google.com/amp/s/dokumen.tips/amp/document/laporan
praktikum kimia anorganik ii – reaksi oksidasi reduksi (2) pengaruh.html
. (Diakses pada tanggal 12 September 2019).
LAMPIRAN

Nikel Klorida Nikel Klorida


Heksahidrat dalam 5 ml Heksahidrat ditambah
air larutan NH3

Nikel Klorida Kristal Nikel Klorida


Heksahidrat + KI Heksahidrat yang telah
disaring

Nikel Klorida
Nikel Klorida
Heksahidrat + H2SO4 +
Heksahidrat + NH3 +
H2O2 + indicator
dimetil glioksim
amilum

Anda mungkin juga menyukai