Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Penentuan Bilangan


Koordinasi Kompleks Tembaga (II)” disusun oleh :
Nama : Syamsumarlin
NIM : 081304061
Kelas :A
Kelompok : VIII
Telah diperiksa oleh asisten dan coordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Juni 2010


Koordinator Asisten Asisten

Ahmad Rante, S.Pd. Eka Fitriana Hamsyah

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Eda Lolo Allo, S.Pd., M.Pd.


A. Judul Percobaan
Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Tembaga (II)

B. Tujuan Percobaan
Menentukan bilangan koordinasi kompleks dengan bahan CuCl2.2H2O

C. Landasan Teori
Ligan merupakan basa Lewis yang memiliki pasangan elektron bebas misalnya
ligan NH3, H2O adan Cl- atau memiliki pasangan elektron π misalnya C 2H2 (etilena). C6H6
(benzena). Suatu ligan dapat memiliki elektron yang tidak berpasangan disamping
elektron π. Misalnya ligan C5H5 (siklopentadiena) C3H5 (alil) dan NO (nitrosil). Di dalam
ligan terdapat atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan elktron bebas atom atom
yang terikat melalui ikatan π. Melalui atom donor tersebut, suatu ligan melakukan ikatan
kovalen koordinasi dengan atom pusat yang ada (Anonim, 2010).
Ikatan Kovalen antara ion logam pusat dan ligan membedakan senyawa kompleks
koordinasi sebagai golongan tersendiri senyawa kimia yang mempunyai susunan dan
bangun tertentu. Pada beberapa senyawa kompleks koordinasi kompleks lainnya. Bila
dilarutkan dalam air, senyawa-senyawa kompleks dapat terurai namun kesetimbangan
senyawa-senyawa kompleks yang memiliki bilangan koordinasi lebih dari satu
berlangsung secara bertahap dengan penambahan ligan satu persatu. Mula-mula sekali
terbentuk senyawa kompleks 1 : 1 antara ion logam dan ligan, kemudian 1 : 2 dan
seterusnya. Misalnya senyawa kompleks antara ion tembaga dan ligan NH 3 seperti
berikut :
Cu2+ + NH3 [Cu(NH3)]2+
[Cu(NH3)]2+ + NH3 [Cu(NH3)2]2+
[Cu(NH3)2]2+ + NH3 [Cu(NH3)3]2+
[Cu(NH3)3]2+ + NH3 [Cu(NH3)4]2+
Namun demikian, perlu dicatat bahwa beberapa zat yang berbeda-beda dapat hadir
secara bersama dalam sistem di atas (Rivai, 1994 : 30).
Menurut Ramlawati (2005), Ditinjau dari asam basa, ligan dalam senyawa
koordinasi merupakan basa lewis sedangkan ion logam pusat merupakan asam lewis.
Ligan yang bergabung dengan ion lain (logam) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron kepada satu ion logam
pusat dalam senyawa koordinasi disebut monodentat.
2. Ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu memberikan dua pasang
elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi disebut bidentat.
3. Ligan yang meliputi ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor disebut
polidentat.
Ikatan antara inti dan ligan bersifat kovalen, yaitu terjadi karena sepasang elektron
dipakai bersama antara kedua atom yang berikatan. Dalam ikatan kovalen biasa, kedua
pihak masing-masing memberikan satu elektron sehingga terbentuklah pasangan
elektron tersebut. Dalam membentuk kompleks, ion logam tidak memberikan elektron,
karena sebagai ion positif ia tidak mempunyai elektron bebas untuk keperluan tersebut
maka kedua elaktron disediakan oleh ligan. Ikatan kovalen yang terjadi karena kedua
elektron dari pasangan diberikan oleh satu pihak saja, disebut ikatan kovalen koordinasi
(Svehla, 1990 : 160).
Senyawa molekuler yang mengandung logam transisi blok d dan ligan disebut
senyawa koordinasi. Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom ligan pusat, jumlah
elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9
khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah paling stabil secara
elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling
banyak dijumpai (Anonim, 2009).
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah mangan yang tersedia di sekitar atom
pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi yang masing-masingnya dapat
dihunisatu ligan (monodentat). Bilangan koordinasi untuk ion tembaga dalam [Cu(NH 3)4]2+
adalah 4 (Tim Dosen Kimia Anorganik I, 2010 : 25).
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Buret 50 mL 2 buah
2. Gelas kimia 100 mL 2 buah
3. Batang pengaduk 1 buah
4. Gelas ukur 10 mL 1 buah
5. Gelas kur 100 mL 1 buah
6. Pipet ukur 10 mL 1 buah
7. Pipet ukur 25 mL 1 buah
8. Ball pipet 1 buah
9. Kaca arloji 2 buah
10. Termometer 110 oC 1 buah
11. Erlenmeyer 100 mL 6 buah
12. Labu ukur 100 mL 2 buah
13. Statif dan klem 1 buah
14. Pipet skala 1 buah
15. Corong biasa 1 buah
16. Botol semprot 1 buah
17. Neraca analitik
18. Pipet tetes
b. Bahan
1. Etanol (C2H5OH) 96%
2. Ammmonium hidroksida (NH4OH) 17 M
3. Tembaga (II) klorida dihidrat (CuCl2.2H2O)
4. Natrium tetraborat dekahidrat Na2B4O7.10H2O
5. Asam klorida (HCl)
6. Indikator pp
7. Indikator metil jingga
8. Aluminium foil
9. Aquadest (H3O+)
10. Tissue

E. Cara Kerja
a) Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks dengan Bahan CuCl2.2H2O
1. Pembuatan larutan CuCl2 0,5 M dan larutan NH3 8,5 M
 Membuat 50 mL larutan CuCl2 0,5 M dalam gelas kimia 100 mL dan
melarutkan 4,25 gram kristal CuCl2.2H2O dalam 50 mL etanol 96%
 Membuat larutan NH3 8,5 M sebanyak 50 mL dengan mengencerkan 25
mL larutan NH4OH 17 M dengan 25 mL etanol 96%
2. Standarisasi laruan NH3
 Membuat 100 mL larutan Na2B4O7 0,05 M secara kuantitatif dengan
melarutkan 1,91 gram kristan Na2B4O7.10H2O dengan aquadest, kemudian
diencerkan secara kuantitatif sampai tanda batas pada labu ukur 100 mL.
 Mengisi buret dengan larutan cuplikan HCl dan memipet 10 mL larutan
Na2B4O7 dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer, menambahkan 2
tetes indikator metil jingga. Menitrasi larutan Na2B4O7 sampai warnanya
merubah. Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali.
 Mengambil larutan NH3 10 mL dengan ball pipet, dan memasukkan ke
dalam labu erlenmeyer. Kemudian menambahkan 2 tetes indikator pp.
Menitrasi dengan HCl sampai larutan menjadi tidak berwarna. Melakukan
sampai 3 kali.
b) Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks [Cu(NH3)]2+ dengan metode titrimometri
1) Mengisi buret dengan larutan NH3 yang telah distandarisasi. Memipet 10 mL
larutan CuCl2 dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 mL. Melakukan
penambahan larutan NH3 dari dalam buret ke dalam erlenmeyer yang berisi 10
mL lrutan CuCl2. Mencatat suhu larutan CuCl2 dan menambahkan setetes demi
setetes larutan NH3 hingga volume 0,9 mL. Mengamati suhu dan warna larutan
yang terbentuk.
2) Mengulangi sebanyak 3 kali dengan menambahkan NH 3 dengan volume yang
sama yaitu 0,9 mL

F. Hasil Pengamatan
1) Penentuan bilangan koordinasi kompleks dengan bahan CuCl2.2H2O
a. Pembuatan larutan CuCl2 0,5 M dan larutan NH3 8,5 M
 4,25 g CuCl2.2H2O (biru) + 50 mL etanol 96% (bening)  larutan biru (50
mL)
 25 mL NH4OH 17 M + 25 mL etanol 96%  larutan bening (50 mL)
b. Standarisasi larutan NH3
 1,91 gram Na2B4O7.10H2O (putih) + aquadest 100 mL  larutan bening
Na2B4O7 100 mL
dititrasi
 10 mL Na2B4O7 + 2 tetes metil jingga (jingga)  larutan benting
dengan HCl
larutan orange
Titrasi I : 0,7 mL
Titrasi II : 0,7 mL
Titrasi III : 0,7 mL
ditirrasi
 10 mL NH3 5,1 M (bening) + 2 tetes pp  larutan merah muda
dengan HCl
larutan bening
Titrasi I : 38,7 mL
Titrasi II : 38,9 mL
Titrasi III : 38,8 mL
2) Penentuan bilangan koordinasi kompleks [Cu(NH3)]2+ dengan metode titrimometri
10 mL CuCl2 (biu 30 oC) dititrasi dengan NH3
larutan hijau susu (32 oC) dititrasi

dengan NH3
larutan biru muda (33 oC) dititrasi dengan NH3
larutan biru prusi (34 oC) dititrasi
dengan NH3
larutan biru prusi (33,5 oC) dititrasi dengan NH3
larutan biru prusi (32,5 oC)
dititrasi dengan NH3
larutan biru prusi (32 oC)
G. Analisis Data
1) Penentuan Konsentrasi CuCl2
Dik : m CuCl2.2H2O = 4,25 gram
Mm CuCl2.2H2O = 170,5 g/mol
V CuCl2.2H2O = 50 mL = 0,05 L
Dit : M CuCl2 ......?
Peny :
m 4 , 25 gram
= =0,0249 mol
n CuCl2.2H2O = Mm gram
170 , 5
mol
n 0,0249 mol
M CuCl2 = = =0,498 M
V 0 , 05 L
2) Penenentuan konsentrasi Na2B4O7.10H2O
Dik : V Na2B4O7.10H2O = 100 mL = 0,1 L
m Na2B4O7.10H2O = 1,91 gram
Mm Na2B4O7.10H2O = 380 gram/mol
Dit : N Na2B4O7.10H2O......?
Peny :
m 1 , 91 gram
= =0,005 mol
n Na2B4O7.10H2O = Mm gram
380
mol
n 0,005 mol
M Na2B4O7.10H2O = = =0 , 05 M
V 0,1L
N Na2B4O7.10H2O = M x 2
= 0,05 M x 2
= 0,1 N
3) Penentuan Konsentrasi HCl
Dik : V1 HCl = 0,7 mL
V2 HCl = 0,7 mL
V3 HCl = 0,7 mL
V Na2B4O7.10H2O = 10 mL
N Na2B4O7.10H2O = 0,1 N
Dit : N HCl......?
Peny :
Vrata-rata HCl =
V 1+V 2+V 3 0 ,7 mL+0 , 7 mL+ 0 ,7 mL
= =0 , 7 mL
3 3
V Na 2 B 4 O7.10 H 2O x N Na 2 B 4 O 7.10 H 2 O
N HCl =
V HCl
10 mL x 0 , 1 N
¿ =1, 43 N
0 , 7 mL
4) Penentuan konsentrasi NH3
Dik : V1 HCl = 38,7 mL
V2 HCl = 38,9 mL
V3 HCl = 38,8 mL
V NH3 = 10 mL
N HCl = 1,43 N
Dit : N NH3......?
Peny :
Vrata-rata HCl =
V 1+V 2+V 3 38 ,7 mL +38 , 9 mL+38 , 8 mL
= =38 , 8 mL
3 3
V HCl x N HCl
N NH3 =
V NH 3
38 ,8 mL x 1 , 43 N
¿ =5 ,55 N
10 mL
5) Penentuan n (mol) CuCl2
Dik : V CuCl2 = 10 mL
M CuCl2 = 0,498 M
Dit : n CuCl2......?
Peny :
n CuCl2 = M x V
= 0,498 mmol/mL x 10 mL
= 4,98 mmol
6) Penentuan Volume NH3

Dik : V CuCl2 = 10 mL
n CuCl2 = 4,98 mmol
N NH3  M NH3 = 5,55 M
Dit : V NH3......?
Peny :
Jika n CuCl2  n NH3 , maka
4,98 mmol  n NH3
n NH 3
M NH3 =
v NH 3
n NH 3 4 , 98 mmol
= =0,897 mL 0 ,9 mL
V NH3 = M NH 3 mmol
5 , 55
ml
Dari data perhitungan yang diperoleh dapat dibuat dan tabel dan grafik hubungan
antara volume dan suhu :

V NH3 (mL) 0,9 1,8 2,7 3,6 4,5 5,4


T ( oC) 32,0 33,0 34,0 33,5 32,5 32

Grafik hubungan antara volume dan suhu


H. Pembahasan
Bilangan koordinasi merupakan jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau
ion pusat dalam senyawa atau ion kompleks yang masing-masing dapat dihuni oleh satu
ligan. Pada percobaan ini, yang akan ditentukan bilangan koordinasinya adalah
[Cu(NH3)]2+. Penentuan bilangan koordinasi kompleks tembaga (II) dilakukan dengan
menggunakan bahan CuCl2.2H2O yang merupakan Kristal terhidrat yang dapat mengikat
air, sehingga jika dilarutkan dengan air sebagai pelarut, maka akan menyebabkan Kristal
Cu2+ lebih banyak dilingkupi oleh air akibat terjadinya proses solvasi yaiu trjadinya
pengurangan partikel zat terlarut oleh molekul pelarut. Hal tersebut akan berakibat
terbentuknya senyawa kompleks Cu (II) yang akan berlangsung lambat dan sedikit sulit.
Sehingga untuk menghindari hal tersebut CuCl2.2H2O dilarutkan dengan etanol 96 %
dengan tujuan untuk mempercepat dan mempermudah pembentukan senyawa kompleks
Cu (II). Dari hasil analisis data, diperoleh molaritas CuCl2 0,498 M.
Pembuatan larutan NH3 dilakukan dengan mengencerkan NH4OH 17 M dengan
etanol 96 %. Etanol 96 % digunakan sebagai zat yang dapat mengencerkan NH 4OH
karena etanol dapat mengikat air atau molekul air. Menurut persamaan reaksi :
NH4OH(aq) + C2H5OH  NH3 + H2O
Standarisasi larutan NH3 dilakukan dengan larutan cuplikan HCl, yang sebelumnya
distandarisasi dengan Na2B4O7. Standarisasi larutan HCl perlu dilakukan karena HCl
merupakan larutan standar sekunder, dimana konsentrasinya selalu berubah saat
penyimpanan. Dari hasil analisis data diperoleh normalitas HCl sebesar 1,43 N dengan
konsentrasi NH3 sebesar 5,55 N.Adapun reaksi yang terjadi :
Na2B4O7.10H2O + 2 HCl  2 NaCl + 4 H3BO3 + 5 H2O
Pada penentuan bilangan koordinasi kompleks [Cu(NH3)]2+ dilakukan dengan
metode titrimometri, yaitu suatu metode titrasi dimana digunakan perubahan suhu untuk
menentukan titik akhir titrasi dari suatu reaksi volumetri. Dalam hal ini, penentuan
bilangan koordinasi dilakukan dengan menambahkan NH3 pada larutan CuCl2.
Penambahan NH3 secara bertahap dimana penambahan NH3 disesuaikan dengan
perbandingan mol NH3 dan mol Cu2+, dari hasil perhitungan volume NH yang
ditambahkan ke dalam larutan adalah kelipatan 0,9 mL. Penambahan NH 3 dilakukan
sebanyak 6 kali dengan setiap penambahan dilakukan pengamatan terhadap suhu dan
warna larutan yang terbentuk. Dalam hal ini, NH 3, merupakan ligan netral yang dapat
membentuk kompleks dengan ion Cu2+, dimana saat NH3 ditambahkan dalam larutan
CuCl2 yang pada larutan ini mengandung ion [Cu(H 2O)4]2+, maka molekul air yang
terdapat pada larutan sebagai ligan akan digantikan dengan molekul NH 3 sehingga akan
terbentuk kompleks [Cu(NH3)]2+. Penggantian molekul air dengan NH3 dapat terjadi akibat
NH3 merupakan basa Lewis yang lebih kuat dari H 2O (basa Lewis lemah dari suatu asam
Lewis) sehingga molekul H2O dapat digantikan dengan molekul NH 3 menurut persamaan
reaksi :
[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3  [Cu(NH3)4]2+ + 4H2O
Dari hasil pengamatan, saat penambahan NH3 sebanyak 6 kali diperoleh suhu
yang berubah-ubah. Pada penambahan 1 suhu larutan 32 oC dengan warna larutan
larutan hijau susu, penambahan 2 suhu larutan menjadi 33 oC dengan warna larutan biru
muda, penambahan 3 suhu larutan naik menjadi 34 oC dengan warna larutan biru prussy,
penambahan 4 menyebabkan suhu larutan turun menjadi 33,5 oC dengan warna larutan
biru prusi. Penambahan 5 menyebabkan suhu turun menjadi 32,5 oC dengan warna
larutan biru prusi. Pada penambahan 6, suhu menjadi 32 oC dan warna larutan biru prusi.
Dari hasil percobaan tersebut, terlihat bahwa pada penambahan NH 3 1, 2, dan 3 terjadi
kenaikan suhu dikarenakan rendahnya kelarutan CuCl 2, dimana kelarutan CuCl2
meningkat dengan menambahkan NH3 selanjutnya, dimana peningkatan kelarutan CuCl2
ditandai dengan turunnya suhu. Pada percobaan ini terjadi kesalahan dalam pembacaan
suhu larutan yaitu pada penambahan ke 5 dan 6 dimana suhunya harus konstan, tetapi
dalam percobaan ini suhu larutan pada penambahan ke 5 dan 6 menurun. Hal ini tidak
sesuai dengan teori. Suhu konstan terjadi sebagai akibat dari efek John Teller
yang ,menyatakan bahwa Cu2+ hanya akan stabil mengikat molekul NH3 sebanyak 4
sedangkan untuk mengikat molekul NH3 sebanyak 5 dan 6 akan membuat molekul Cu 2+
menjadi kurang stabil.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan molekul NH 3 yang dapat diikat oleh ion Cu2+
sebanyak 4. Adapun persamaan reaksinya :
Cu2+ + NH3 [Cu(NH3)]2+
[Cu(NH3)]2+ + NH3 [Cu(NH3)2]2+
[Cu(NH3)]2+ + NH3 [Cu(NH3)3]2+
[Cu(NH3)3]2+ + NH3 [Cu(NH3)4]2+
Adapun struktur dari [Cu(NH3)4]2+ yaitu :
NH3 NH3 2+

Cu2+

H3N NH3

I. Kesimpulan dan Saran


a) Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bilangan
koordinasi kompleks tembaga (II) yaitu 4, dengan rumus ion kompleks [Cu(NH3)4]2+
b) Saran
Agar penambahan NH3 dan pembacaan suhu pada temperatur dilakukan
secara akurat dan teliti sehingga tidak mempengaruhi hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Ligan. Http://tinangkung.blogspot.com diakses pada tanggal 24 Mei 2010.


Anonim. 2010. Bilangan Koordinasi dan Struktur. Http://www.chem-is-try.org/ diakses pada
tanggal 24 Mei 2010.
Ramlawati. 2005. Buku Ajar Kimia Anorganik Fisik. Makassar : Jurusan Kimia, FMIPA, UNM.
Rivai, Harizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI-Press.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1 . Jakarta
: PT Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar :
Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.

Anda mungkin juga menyukai