Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI [Ni{NH3}6]I2

KELOMPOK :

Bara Laurentza : 061013816210

Niluh Putu Ayu A : 061013816210

Fitri Indah Haryati : 061013816210

Gabriela Monica : 061013816210

R.A. Nurul Asyiqin : 061013816210

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
I. Nomor Percobaan : Percobaan ke-IV
II. Judul Percobaan : Pembuatan Senyawa Koordinasi
[Ni{Nh3}6]I2
III. Tujuan Percobaan : Mempelajari Pembuatan Senyawa
Koordinasi [Ni{Nh3}6]I2
IV. Dasar Teori

Senyawa koordinasi terbentuk dari reaksi antara asam lewis (yang dapat berupa
atom logam atau ion logam) dengan basa lewis (yang merupakan ligan netral atau ligan
negative). Atom logam atau ion logam dalam senyawa kompleks berfungsi sebagai atom
pusat yang dikelilingi oleh ligan yang ada. Ikatan antara atom pusat dengan ligan-ligan
merupakan ikatan kovalen koordinasi dengan semua elektron yang digunakan untuk
membentuk ikatan berasal dari ligan-ligan (Effendy,2006). Ikatan kovalen koordinasi
merupakan ikatan kimia yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron secara
bersama-sama oleh dua atom yang berikatan dimana setiap atom menyumbangkan satu
elektron atau ikatan kimia yang terbentuk diantara dau atom yang sama-sama ingin
menangkap elektron untuk membentuk suatu molekul (Saputro,2015).
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang ligan-ligannya membentuk ikatan
kovalen koordinasi dengan suatu ion atau atom pusat. Teori ikatan dalam senyawa-
senyawa kompleks mula-mula diperkenalkan oleh Lewis Sidwich. Teori ini digagalkan
karena tidak dapat menjelaskan bentuk geometri senyawa-senyawa kompleks. Tiga teori
kemudian muncul, salah satunya yaitu teori Medan Ligan (Arsyad,2001). Teori medan
ligan menjelaskan pembentukkan kompleks atas dasar elektrostatik yang diciptakan oleh
ligan-ligan terkoordinasi di sekeliling bulatan sebellah dalam dari atom pusat. Medan
ligan menyebabkan pengurangan tingkat energi orbital-orbital di atom pusat yang
kemudian menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu (Vogel,1990).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam
transisi dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-,
bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian,
bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion
[Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0
(nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu ion
kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa
ionik pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian
dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat
dilihat pada Tabel Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan
awalan di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan
Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi
akhiran at. Nama kation logam transisi pada ion kompleks bermuatan
negatif dapat dilihat pada Tabel Nama.

 Senyawa Nikel(II)
Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri
oktahedrom, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron dan bujursangkar.
Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion
tetrasianonikelat(II). [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis
(dimetilglioksimato) nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink.
Warna yang karakteristik pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi
penguji terhadap ion nikel(II) senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari
penambahan larutan dimetilglikosim (C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan
nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan amonia menurut persamaan
reaksi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) + 2OH-  [Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor
yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam
besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga. Nikel digunakan
secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat dan alloy lain yang
bersifat tahan korosi, seperti Invar, MonelInconel dan Hastelloys, Alloy tembaga-
nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk pembuatan instalasi proses
penghilangan garam untuk mengubah air laut menjadi air segar. Nikel digunakan
untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi senjata dan ruangan besi
(deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan sebagai katalis untuk
menghidrogenasi minyak sayur (menjadikannya padat). Nikel juga digunakan
dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan baterai penyimpanan Edison ®.

 Senyawa Iodida
Ditemukan oleh Courtois ada tahun 1811. Iod tergolong unsur halogen,
terdapat dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut,
sendawa Chili, tanah kaya nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni batuan sedimen
kalsium karbonat yang keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam
air payau dari sumur minyak dan garam. Iod atau Yodium yang sangat murni
dapat diperoleh dengan mereaksikan kalium iodida dengan tembaga sulfat. Ada
pula metode lainnya yang sudah dikembangkan. Iod adalah padatan berkilauan
berwarna hitam kebiru-biruan, menguap pada suhu kamar menjadi gas ungu biru
dengan bau menyengat. Iod membentuk senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak
sereaktif halogen lainnya, yang kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan
sifat-sifat menyerupai logam. Iod mudah larut dalam kloroform, karbon
tetraklorida, atau karbon disulfida yang kemudian membentuk larutan berwarna
ungu yang indah. Iod hanya sedikit larut dalam air. Ada 30 isotop yang sudah
127
dikenali. Tapi hanya satu isotop yang stabil, I yang terdapat di alam. Isotop
131
buatan I, memiliki masa paruh waktu 8 hari, dan digunakan dalam proses
penyembuhan kelenjar tiroid. Senyawa yang paling umum adalah iodida dari
natrium dan kalium (KI), juga senyawa iodatnya (KIO3). Kekurangan iod dapat
menyebabkan penyakit gondok.
Senyawa iod sangat penting dalam kimia organik dan sangat berguna
dalam dunia pengobatan. Iodida dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan
sebagai obat, dan sebagai larutan KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai
pembalut luar. Kalium iodida juga digunakan dalam fotografi. Warna biru tua
dengan larutan kanji merupakan karakteristik unsur bebas iod.

V. Alat Dan Bahan


 Beaker gelas 100 mL
 Batang pengaduk
 Corong Hirsch
 Kertas saring
 Silinder pengukur 10 mL
 H2O2 3%
 Ammonia 1 M
 Etanol
 Nikel klorida heksahidrat
 Potassium iodide
 Indikator amilum
 Tabung reaksi dengan label

VI. Prosedur Kerja

1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5 mL


air.
2. Letakkan gelas beker tersebut dalam lemari asam dan tambahkan 10 mL
larutan NH3 pekat (15 M)
3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 gr potassium iodide. Biarkan
campuran tersebut beberapa menit.
4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali dengan 2
mL larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 mL etanol.
5. Keringkan kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa
menit.
6. Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas saring.
7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau memampatkan
kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan
diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah persentase
berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida heksahidrat yang
digunakan.
9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara: larutkan sedikit sampel
(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M) dan kemudian
tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan terbentuk endapan
merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).
10. Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara: larutkan sedikit sampel
(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan asam sulfat 5 M,
kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan
indikator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan
bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodin.

VII. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1 1 gr nikel klorida heksahidrat Larutan nikel klorida heksahidrat
dalam 5 ml air gelas beker berwarna hijau muda
2 Gelas beker dalam lemari asap + Larutkan nikel klorida heksahidrat yang
10 ml NH₃ 15 M berwarna hijau, ditambahkan larutan
amonia yang tak berwarna berubah
menjadu larutan biru tua.
3 Campuran nikel klorida Larutan campuran yang berwarna biru
heksahidrat + 5 ml air + 10 ml tua ditambah KI berwarna putih
NH₃ 15 M pada percobaan berubah menjadi larutan ungu frusia
sebelumnya + 2,69 KI dan disertai endapan ungu prusia
4 Kumpulkan kristal di corong Endapan yang terbentuk terpisah dari
hirsch, cuci 2x dengan lartan larutan atau filtratnya filtrat berwarna
etanol merah muda, endapan berwarna ungu
5 Keringkan kristal diruang Kristal menjadi lebih kering
terbuka dan diangin – anginkan
6 Tes pengujian ion nikel. Larutan sampel ditambah NH₃ berubah
Larutkan sampel ~ 0,001 g menjadi dua lapisan, atas larutan biru
dalam 0,5 ml air + 2 tetes NH₃ muda, bawah larutan ungu,
5M + 5 tetes dimetil glioksin ditambahkan 5 tetes dimetil glioksin
larutan berubah merah strawberry
disertai endapan.
7 Tes pengujian ion iodida : Larutan sampel ditambah H₂SO₄
larutkan sampel (~0,001 g dalam berubah menjadi larutan biru, ditambah
0,5 ml air) + 2 tetes H₂SO₄ 5 M 2 tetes H₂O₂ larutan hitam,
+ H₂O₂ 3% ditambahkan 20 tetes H₂O₂ larutan
berwarna hijau. Ditambah 40 tetes
H₂O₂ larutan berwarna biru. + larutan
amilum larutan berubah biru kehitaman

VIII. Mekanisme Reaksi

1. Persamaan reaksi tes pengujian ion nikel

 Ni (s) + 6H₂O (l) → [𝑁𝑖(𝐻₂𝑂)₆] 2+ (aq)


 𝑁𝑖 2+ (aq) + 2NH₃ (aq) + 2H₂O (aq) → [Ni (OH)₂]ˉ (s) + 2NH₄⁺ (aq)
 Ni (OH)₂ˉ (s) + 6 NH₃ (aq) → [Ni (NH₃)₆]²⁺ (aq) + 2OHˉ (aq)
 [Ni (NH₃)₆]²⁺ (aq) + 2OHˉ (aq) + KI (aq) → [ Ni (NH₃)₆]I₂ (s) + 2KOH
(aq)

2. persamaan reaksi tes ion iodide


 [ Ni (NH₃)₆] I₂ (s) + H₂O (l) + H₂SO₄ (aq) → [Ni (NH₃)₆]²⁺ (s) + Iˉ (aq) +
H₂SO₄ (aq) + H₂O (aq)
 H₂O₂ (aq) + 2Iˉ + 2H⁺ (aq) → I₂ (aq) + 2H₂O (aq)

IX. Pembahasan
Praktikum kali ini yang berjudul Pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2

Yang mana bertujuan untuk mempelajari pembuatan senyawa koordinasi


[Ni{NH3}6]I2 dan mengamati reaksi-reaksi pada senyawa kompleks
tersebutdengan menggunakann reagensia yang tepat melalui dua uji yaitu iodida
dan uji nikel. Langkah pertama adalah melarutkan serbuk nikel klorida dalam air
(aquadest). Serbuk nikel klorida dapat larut dalam air dikarenakan nikel klorida
bersifat polar, sehingga akan larut dalam pelarut yang polar juga. Setelah nikel
klorida larut dalam air, larutan nikel klorida ini lama-kelamaan terionisasi menjadi
ion Ni3+ dan Cl-. Nikel klorida yang larut dalam air akan menghasilkan larutan
berwarna hijau. Selanjutnya larutan tersebut di tambahkan dengan larutan NH3
pekat 15 M dan menghasilkan larutan yang berwarna biru tua. Warna biru yang
dihasilkan merupakan reaksi antara Nikel (II) hidroksida dan Ammonia pekat
2+
yang menghasilkan senyawa kompleks [Ni{NH3}6] . Kemudian campuran
ditambahkan dengan KI sebanyak 2,6 gram menghasilkan larutan yang berwarna
ungu frusia, lalu didiamkan beberapa menit sehingga terlihat adanya endapan atau
kristal berwarna ungu yang terbentuk. Kristal yang terbentuk inilah yang
merupakan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2. Pada saat direaksikan, ion heksa
amin nikel (II) yang bermuatan +2 ini akan berikatan dengan ion iodide yang
berasal dari kalium iodide dan menghasilkan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2
berupa kristal ungu

Produk utama dari percobaan ini adalah kristal [Ni{NH3}6]I2. Oleh karena itu
dilakukan penyaringan untuk memisahkan endapan tersebut dari filtratnya
menggunakan etanol, dilakukan sebanyak dua kali. Etanol disini befungsi sebagai
pelarut. Larutan etanol digunakan karena memiliki titik didih yang rendah
sehingga mudah menguap dan memudahkan terbentuknya kristal. Selain itu,
etanol tidak bereaksi dengan endapan yang didapatkan. Larutan etanol akan
membersihkan kristal-kristal [Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk dengan mengikat sisa-
sisa air dan KOH yang tersisa pada endapan tersebut. Setelah itu, kristal
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk menghilangkan sisa-sisa air
yang masih terkandung dalam kristal. Setelah benar-benar kering, kristal
ditimbang dan dihitung persentase beratnya. Setelah ditimbang, didapatkan kristal
[Ni{NH3}6]I2 sebanyak 3.15 gr. Hasil ini didapat dari perhitungan yaitu massa
kristal = (massa kertas saring + kristal) – (massa kertas saring). Dimana nilai
massa kertas saring + kristal = 3,53 gram dan massa kertas saring = 0,38.
Dari hasil yang didapat Massa Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang didapat secara
praktek berbeda dengan hasil yang didapat menurut perhitungan secara teori.
Kesalahan praktikum sebenarnya tidak terlalu besar. Namun tentu saja terdapat
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesalahan tersebut, di antaranya :
1. Kekurangtelitian praktikan dalam menimbang massa bahan seperti NiCl3
dan KI
2. Terlalu lamanya waktu yang digunakan saat mendiamkan campuran
setelah penambahan KI, sehingga ada kemungkinan endapan [Ni{NH3}6]I2
yang sudah terbentuk melarut kembali.
3. Kurang maksimalnya proses penyaringan yang dilakukan, misalnya masih
terasa endapan dalam larutan sehingga jumlah endapan yang didapat
berkurang.
Selanjutnya adalah uji ion nikel, ke dalam kristal [Ni(NH3)6]I2 yang
terlebih dulu dilarutkan dalam air ditambahkan larutan ammonia dan dimetil
glioksim. Penambahan ammonia bertujuan agar larutan berada dalam suasana
basa sehingga akan memepercepat terbentuknya endapan nikel. Sedangkan dimetil
glioksim berfungsi sebagai indikator yang menunjukan adanya ion nikel dengan
munculnya warna merah strawberry. Pada praktikum kami, endapan yang
dihasilkan dari reaksi ini adalah endapan berwarna merah strawberry. Endapan
merah strawberry ini menunjukkan adanya ion nikel dalam larutan itu.
Terakhir adalah uji iodide, kristal [Ni(NH3)6]I2 yang telah dilarutkan ke
dalam air lalu ditambahkan dengan asam sulfat. Fungsi asam sulfat disini sebagai
pemberi suasana asam pada larutan, sehingga akan mudah dioksidasi menjadi iod
bebas dengan sejumlah zat pengoksidasi. Ketika ditambahkan dengan asam sulfat
larutan berubah menjadi biru. Kemudian ditambahkan larutan 2 tetes H2O2, ketika
ditambahkan dengan H2O2 2 tetes larutan berubah warna dari biru menjadi
larutan hitam. Kemudian ditambah 20 tetes H₂O₂ larutan menjadi hijau. H2O2
berfungsi sebagai zat pengoksidasi yang mengoksidasi kristal [Ni(NH3)6]I2
menjadi iod bebas. Selanjutnya ditambahkan dengan larutan amilum. Larutan
amilum berfungsi sebagai indikator. Setelah ditambahkan amilum, larutan
berubah warna menjadi biru kehitaman. Warna inilah yang menunjukkan adanya
ion iodide pada larutan tersebut.

X. Kesimpulan
1. Etanol berfungsi untuk mengikat sisa air dan larutan lain yang masih
terkandung dalam kristal.
2. Pencucian menggunakan etanol dilakukan karena etanol memiliki titik
didih yang rendah sehingga mudah menguap dan memudahkan
terbentuknya kristal. Selain itu, etanol tidak bereaksi dengan endapan yang
didapatkan.
3. Pada uji nikel menghasilkan endapan berwarna merah strawberry hal ini
menunjukkan adanya ion nikel dalam larutan.
4. Ammonia pada uji nikel berfungsi sebagai pemberi suasana basa sehingga
akan mempercepat terbentuknya endapan nikel
5. Penambahan amilum pada uji iodide menghasilkan larutan berwarna biru
kehitaman. Hal ini menunjukkan adanya ion iodide pada larutan tersebut.
6. Fungsi asam sulfat sebagai pemberi suasana asam pada larutan, sehingga
akan mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat
pengiksidasi.
DAFTAR PUSTAKA

Munika. 2011. Percobaan 4 Pembentukan Senyawa Koordinasi. (Online).


http://www.scribd.com/document_downloads/direct/69964588?extension
=docx&ft=13947145. (dikases 25 ferruai 2019).

Handoyo. 1995. Kimia Anorganik. Jakarta: Erlangga.

Vogel. 1945. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: Pt Kamam Media Pustaka.


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai