1. Kompetensi/Tujuan
Setelah melakukan percobaan pada praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:
- Mengamati warna ion beberapa logam transisi
- Mensintesis senyawa kompleks
- Menentukan kekuatan relatif ligan dan membandingkan kestabilan beberapa kompleks
3. Dasar Teori
Salah satu sifat yang sangat menarik dari ion-ion logam transisi adalah variasi warna-
nya yang sangat banyak. Warna biru, hijau, dan merah pada zat kimia seringkali timbul karena
adanya ion logam transisi di dalamnya. Beberapa warna merupakan sifat khas dari ion-ion
logam transisi terhidrat, misalnya hidrat dari garam Cu2+ adalah biru, garam Ni2+ adalah hijau,
dan garam Fe3+ berwarna seperti karat besi.
Keistimewaan lain dari ion logam transisi adalah warnanya dapat berubah jika molekul
atau ion yang bukan air mengikat ion logam membentuk senyawa kompleks. Molekul atau ion
ini disebut “ligan”, dan berfungsi sebagai basa Lewis yang mendonorkan pasangan elektron-
nya pada ion logam. Ikatan kovalen koordinasi antara ion logam dan ligan menyebabkan ter-
jadinya perubahan tingkat energi elektronik dari ion logam. Spektrum dari sinar tampak yang
diserap oleh elektron dalam ion logam transisi akan berubah, demikian juga dengan spektrum
dari sinar tampak yang diteruskan. Akibatnya senyawa kompleks dari ion-ion logam transisi
memiliki warna yang berbeda dibandingkan warna dari hidrat ion-ion logam transisi.
Beberapa contoh kegunaan dari pembentukan senyawa kompleks adalah:
1. Untuk proses fotografi, natrium tiosulfat, Na2S2O3 (hipo) dapat melepaskan ion perak
yang tidak peka cahaya dari film dengan membentuk kompleks [Ag(S2O3)2]3- yang larut,
AgBr (s) + 2S2O32- (aq) ⎯→ [Ag(S2O3)2]3- (aq) + Br- (aq)
2. Untuk menghilangkan ion kalsium dalam air sadah, polifosfat yang larut seperti natrium
tripolifosfat, Na5P3O10, dapat ditambahkan pada diterjen untuk membentuk kompleks
kalsium yang larut.
Ca2+ (aq) + P3O105- (aq) ⎯→ [CaP3O10]3- (aq)
3. Untuk pengobatan akibat keracunan ion raksa dan timbal. Merkaptol, C 3H8OS2, yang
ditelan dapat membentuk kompleks dengan ion raksa dan timbal sehingga ion tersebut
di dalam tubuh menjadi tidak aktif.
Hg2+ (aq) + 2 C3H8OS2 (aq) ⎯→ [Hg(C3H8OS2)2]2+ (aq)
Pb2+ (aq) + 2 C3H8OS2 (aq) ⎯→ [Pb(C3H8OS2)2]2+ (aq)
4. Untuk memastikan adanya ion logam transisi berdasarkan terbentuknya kompleks dari
ion-ion tersebut dengan ligan-ligan tertentu, misalnya: ion tembaga(II) sebagai
[Cu(NH3)4]2+, ion nikel sebagai Ni(HDMG)2, ion besi(III) sebagai [FeNCS]2+, dan ion seng
sebagai [Zn3[Fe(CN)6]2]2-.
Kekuatan ikatan antara ion logam transisi dengan ligan-ligan adalah bervariasi, ter-
gantung pada jenis ion pusat, jenis ligan, banyaknya ligan yang diikat oleh ion pusat dan geo-
metri dari kompleks yang ada.
Atom-atom pada ligan yang berikatan dengan ion logam disebut atom donor. Banyak-
nya atom donor yang terikat pada ion logam merupakan bilangan koordinasi dari ion logam
atau ion pusat. Pada Tabel 2 diberikan bilangan koordinasi yang seringkali dijumpai pada
beberapa ion-ion logam transisi.
I II
Hal ini disebabkan karena ikatan-ikatan pada kompleks dengan sepit cenderung lebih
sulit diputuskan dibandingkan ikatan-ikatan pada kompleks tanpa sepit.
Pada bagian A, B, C, dan D akan dilakukan sintesis kompleks dari Cu 2+, Ni2+, dan Co2+
dengan ligan-ligan Cl-, SCN-, H2O, NH3, dan en (etilenadiamina). Pada beberapa kompleks
yang terbentuk akan dibandingkan kestabilannya dengan menambahkan ion hidroksida. Pada
kompleks yang tidak stabil pada waktu ditambahkan ion hidroksida kompleks mengalami ke-
rusakan dan ion logamnya akan bergabung dengan ion hidroksida membentuk logam hidrok-
sida yang mengendap. Pada kompleks yang stabil penambahan ion hidroksida tidak menye-
babkan kerusakan kompleks yang ada dan tidak terbentuk endapan logam hidroksida.
Dalam percobaan yang akan dilakukan, bilangan koordinasi dari Cu 2+ adalah 4,
sedangkan untuk Ni2+ dan Co2+ adalah 6.
Untuk kompleks tetraminatembaga(II) sulfat monohidrat, [Cu(NH3)4]SO4.H2O,
heksaminanikel(II) klorida, [Ni(NH3)6]Cl2, dan tris(etilenadiamina)nikel(II) klorida dihidrat,
[Ni(en)3]Cl2.2H2O garis besar pembuatannya adalah sebagai berikut.
Heksaaminanikel(II) klorida
Pada pembuatan heksaaminanikel(II) klorida, enam molekul amonia menggantikan
tempat 6 molekul air sebagai ligan dalam [Ni(H 2O)6]Cl2.
dalam
[Ni(H2O)6]Cl2 + 6NH3 [Ni(NH3)6]Cl2 + 6H2O
pelarut air
Senyawa kompleks [Ni(NH3)6]Cl2 didinginkan dan diendapkan dengan etanol 95%.
Kepolaran etanol 95% yang lebih rendah dibandingkan kepolaran air menyebabkan se-
nyawa kompleks yang berwarna lembayung muda (lavender) menjadi kurang larut.
D
E
- Tempatkan 5 tetes larutan CuSO4 0,1 M, Ni(NO3)2 0,1 M, atau CoCl2 0,1 M dalam
cekungan A1 – A3 dan B1 – B3 pada pelat tetes. Tambahkan 10 tetes HCl pekat pada
cekungan pada pelat tetes B1 – B3, aduk larutan dan bandingkan dengan larutan dalam
cekungan pelat tetes A1 – A3.
- Teteskan air dalam cekungan B1 – B3 hingga hampir penuh. Bandingkan warna larutan-
larutan dengan larutan asli dalam cekungan A1 – A3
Percobaan-2: Pembuatan Kompleks dari Ion Tembaga(II)
- Letakkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M dalam cekungan C1 – C4. Tambahkan 5 tetes NH3
pekat dalam C1, 5 tetes etilendiamina dalam C2, dan 5 tetes KSCN 0,1 M dalam C3. Jika
timbul endapan, tambahkan ligannya hingga berlebih. Bandingkan warna larutan dalam C1
– C3 dengan larutan CuSO4 asli pada C4.
- Untuk menguji kestabilan kompleks, tambahkan 3-5 tetes larutan NaOH 1 M pada
cekungan C1 – C4. Jelaskan pengamatan Anda.
Percobaan-3: Pembuatan Kompleks dari Ion Nikel(II)
- Gunakan cekungan D1 – D4 dan ulangi percobaan B-1 dengan menggunakan NiCl2 0,1 M
sebagai ganti CuSO4. Amati dan catat hasilnya.
- Untuk kestabilan kompleks, tambahkan 3-5 tetes NaOH 1 M pada cekungan D 1 – D4 dan
jelaskan pengamatan Anda.
Percobaan-4: Pembuatan Kompleks dari Ion Kobalt(II)
- Ulangi percobaan B-1 dalam cekungan A6 – D6, gunakan Co(NO3)2 0,1 M sebagai ganti
CuSO4. Amati dan catat hasilnya.
- Untuk menguji kestabilan kompleks, tambahkan 3-5 tetes NaOH 1 M dalam cekungan A6
– D6 dan jelaskan hasil pengamatan Anda.
Percobaan-5: Sintesis Tetraminatembaga(II) sulfat Monohidrat
- Timbang 6 g ( 0,01 g) tembaga(II) sulfat pentahidrat, [Cu(H2O)4]SO4.H2O dan masukkan
dalam gelas kimia 150 mL yang kering. Larutkan sampel ini dengan 15 mL air. Panaskan
bila perlu dan pindahkan gelas kimia dalam almari asam.
- Tambahkan NH3 pekat sampai endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali.
Dinginkan larutan yang berwarna biru gelap ini dalam penangas es. Dinginkan 20 mL
etanol 95% dalam penangas es dan setelah temperaturnya sama dengan penangas es
kemudian dengan pelan-pelan tuangkan ke dalam larutan biru gelap tadi.
- Timbang selembar kertas saring ( 0,01 g), pasang pada corong. Saring larutan, cuci
endapannya dengan 5 mL etanol 95% dingin dan 5 mL aseton. Letakkan kertas saring dan
padatan yang diperoleh pada gelas arloji dan biarkan kering. Tentukan massa kertas saring
dan padatannya, kemudian hitung persentase hasilnya.
- Kumpulkan endapan yang diperoleh dalam tempat yang telah disediakan dan beri label,
kemudian serahkan pada instruktur.
Percobaan-6: Sintesis Heksaminanikel(II) Klorida
- Dalam erlenmeyer 125 mL, larutkan 6 g (( 0,01 g) nikel(II) klorida heksahidrat,
[Ni(H2O)6]Cl2, dalam tidak lebih dari 10 mL air hangat (~50 oC). Dalam almari asam,
tambahkan pelan-pelan 25 mL NH3 pekat.
- Dinginkan campuran/larutan dalam penangas es. Dinginkan 15 mL etanol 95% dalam
penangas es, kemudian tambahkan etanol dingin ini dalam larutan yang diperoleh pada
langkah 1. Biarkan campuran mengendap sempurna untuk memberikan hasil yang
berwarna lavender (lembayung muda).
- Timbang selembar kertas saring ( 0,01 g), pasang pada corong. Saring larutan, cuci
endapannya dengan 5 mL etanol 95% dingin dan 5 mL aseton. Letakkan kertas saring dan
padatan yang diperoleh pada gelas arloji dan biarkan kering. Tentukan massa kertas saring
dan padatannya, kemudian hitung persentase hasilnya.
- Kumpulkan endapan yang diperoleh dalam tempat yang telah disediakan dan beri label,
kemudian serahkan pada instruktur.
Percobaan-7: Sintesis Tris(etilenadiamina)nikel(II) Klorida Dihidrat
- Dalam erlenmeyer 125 mL, larutkan 6 gram ( 0,01 gram) nikel(II) klorida heksahidrat,
[Ni(H2O)6]Cl2, dalam tidak lebih dari 10 mL air hangat (~50oC). Dinginkan campuran dalam
penangas es. Dalam almari asam, tambahkan pelan-pelan 5 g etilenadiamina.
- Dinginkan campuran/larutan dalam penangas es. Dinginkan 15 mL etanol 95% dalam
penangas es, kemudian tambahkan etanol dingin ini dalam larutan nikel(II) klorida. Biarkan
campuran mengendap sempurna.
- Timbang selembar kertas saring ( 0,01 g), pasang pada corong. Saring larutan, cuci
endapannya dengan 5 mL etanol 95% dingin dan 5 mL aseton. Letakkan kertas saring dan
padatan yang diperoleh pada gelas arloji dan biarkan kering. Tentukan massa kertas saring
dan padatannya, kemudian hitung persentase hasilnya.
- Kumpulkan endapan yang diperoleh dalam tempat yang telah disediakan dan beri label,
kemudian serahkan pada instruktur.
6. Lembar Pengamatan
Pengamatan Percobaan-1: Kompleks kloro dari tembaga(II), nikel(II), dan kobalt(II)
Pengaruh
Warna Warna setelah
Larutan Rumus kimia penambahan
larutan ditambah HCl
H2 O
CuSO4 0,1 M
Ni(NO3)2 0,1 M
CoCl2 0,1 M
Pertanyaan: Mana yang lebih stabil, kompleks dengan air atau dengan klorin
Pengamatan Percobaan-2: Kompleks dari ion tembaga(II)
Ligan Warna Rumus kimia Pengaruh H2O
NH3
SCN-
H2 O
7. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa kompleks?
2. Apa yang dimaksud dengan ligan
3. Bedakan antara ligan monodentat dan ligan bidentat.
8. Daftar Pustaka
1. Beran J.A. 1994. Laboratory Manual for Principles of General Chemistry. Fifth Edition.
New York: John Wiley & Sons, Inc.
2. Huheey, J.E. 1973. Inorganic Chemistry. London: Harper & Row