DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : I (Satu)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat perkembangan zaman yang semakin pesat dengan didukung oleh kemajuan
teknologi yang menstimulus pendidikan untuk dapat beradaptasi sesuai dengan tuntutan
zaman. Selain itu, menumbuhkan kesempatan belajar bagi peserta didik (grown
learning). Berbagai macam upaya telah dilakukan dalam dunia pendidikan, seperti
contoh kecilnya tadi adalah terciptanya berbagai model pembelajaran yang memang
dirancang dengan melihat kondisi perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.
Salah satu contoh model pembelajaran yang ditemukan adalah model pembelajaran
berbasis masalah.
inovasi dalam pembelajaran karena pada model ini kemampuan berpikir siswa betul-
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
tidak semua pendidik (guru) memahami konsep dari Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ini. Mungkin disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang
mendalam tentang apa dan bagaimana Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) ini untuk selanjutnya diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran,
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalahnya
adalah :
Learning) ?
Learning) ?
1.3. Tujuan
Masalah.
kimia.
BAB II
ISI
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem based
suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan
(Problem Based Learning) adalah gaya belajar di mana masalah bertindak sebagai
konteks dan kekuatan pendorong untuk belajar. Semua pembelajaran pengetahuan baru
dilakukan dalam konteks masalah. PBL berbeda dari penyelesaian masalah dalam PBL
masalah yang dihadapi sebelum semua pengetahuan yang relevan telah diperoleh dan
lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik
menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di
berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri.
Dalam hal ini,peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan
sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta
PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan
kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang,
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan
kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik,
peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan untuk mencapai hasil
pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pengajaran
tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari SPBM yaitu:
kemudian mengahafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif
menyimpulkan.
berpikir deduktif dan induktif. Proses ber pikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris. Sistematis arti nya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-
tahapan tertentu.
2.2 Hakikat Masalah dalam Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban
dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa bahkan guru, dapat
dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Tujuan yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir
kritis, analisis, sistematis dan logis untuk menentukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata
dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya
keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi
pelajaran atau topik tidak terbatas dari materi pelajaran yang bersumber dari buku
saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Materi pilihan bahan pelajaran dalam SPBM
a. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa
b. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga
d. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang didukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2.3 Tahapan-tahapan dalam Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6
langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
milikinya.
kegiatan kelompok :
yang mengadung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang
akan dikaji. Dalam kehidupan ini guru bisa meminta pendapat dan
tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba yang
diperkirakan.
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa
bentuk SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum SPBM dapat
1. Menyadari masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya
kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat
yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih
dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menemukan satu atau dua
kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar atau
2. Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dari bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan,
selanjutnya difokuskan pada maslah apa yang pantas di kaji. Rumusan maslah
kesamaan persepsi tentang masalah dan kaitan dengan data-data apa yang harus
dalam langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas maslah. Siswa dapat
3. Merumuskan hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif
dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak
boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin
diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah
masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang
ada. Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang
didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong
tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data,
5. Menguji hipotesis
yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa
dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya
yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap
pilihan.
2.4 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Merumuskan masalah
kepada siswa diberikan bahan-bahan kimia, dan mereka diminta untuk
mereaksikan zat-zat kimia tersebut, dan memperhatikan hasil reaksi-reaksi kimia
yang mereka peroleh, kemudian mencari masalah dari praktikum yang mereka
lakukan tersebut.
Kepada siswa itu diberikan:
a. Bahan-bahan kimia yang mengandung kalium klorat, besi, kalsium,
stronsium, litium, tembaga barium, dan kalium yang dicampurkan dalam
tabung yang terbuat dari kertas, kemudian dibakar.
b. Pita magnesium direaksikan dengan larutan asam klorida (HCL 0,1 M) Pita
magnesium direaksikan dengan larutan asam klorida (HCL 0,5 M).
c. Kristal kalsium karbonat (CaCO3) direaksikan dengan asam klorida (HCL
0,5 M) Serbuk kalsium karbonat (CaCO3) direaksikan dengan asam klorida
(HCL 0,5 M).
d. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M dipanaskan sampai dengan suhu
500C kemudian direaksikankan dengan larutan asam klorida (HCL 0,1 M).
Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M suhu kamar kemudian
Direaksikan dengan larutan asam klorida (HCL 0,1 M).
2. Menganalisis masalah
Dari hasil pengamatan di atas siswa dapat mencari masalah-masalah yang ada
pada hasil reaksi-reaksi kimia di atas, contohnya kenapa reaksi-reaksi kimia di atas
dapat terjadi dalam waktu yang berbeda-beda. Ada yang terjadi dalam waktu yang
singkat ada yang terjadi dalam waktu yang cukup lama.
3. Merumuskan hipotesis
Siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah dari hasil
pengamatannya di atas, hipotesisnya antara lain adalah:
- Siswa memprediksikan bahwa reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada reaksi pita
magnesium dengan larutan asam klorida karena perbedaan konsentrasi.
- Pada reaksi kristal CaCO3 dan serbuk CaCO3 dengan larutan asam klorida
karena pengaruh konsentrasi dan bentuk kristalnya.
- Pada reaksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan larutan asam klorida (HCL)
karena pengaruh konsentrasi dan pemanasan.
4. Mengumpulkan data
Siswa mencatat hasil pengamatan praktikum dalam bentuk tabel.
5. Pengujian hipotesis
Siswa mencoba menguji hipotesis yang diperoleh dari hasil pengamatan di atas
dengan kajian-kajian teoritis dari buku teks, kemudian sekaligus melakukan diskusi
antara mereka agar mendapatkan suatu hipotesa yang benar-benar tepat.
6. Merumuskan rekomendasi masalah dan membuat kesimpulan
Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan di atas, kesimpulan yang
diperoleh antara lain adalah:
- Reaksi pita magnesium (Mg) dengan asam klorida (HCL 0,1 M) lebih lambat
dibandingkan dengan asam klorida (HCL 0,5 M) karena pengaruh konsentrasi
ke duanya jika konsentrasi zat yang digunakan tinggi maka laju reaksi semakin
cepat.
- Reaksi kristal CaCO3 dan CaCO3 serbuk dengan larutan asam klorida (HCL
0,5) ke duanya berbeda karena pengaruh dari ukuran partikel, bukan pengaruh
konsentrasi, karena konsentrasi yang digunakan di sana sama. Ukuran partikel
mempengaruhi laju reaksi, karena semakin kecil ukuran partikel maka laju
reaksi akan semakin cepat.
- Reaksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan larutan asam klorida dalam
konsentrasi yang sama tetapi dengan suhu yang berbeda.
Pada larutan natrium tiosulfat yang dipanaskan laju reaksinya lebih cepat
dibandingkan dengan natrium tiosulfat pada suhu kamar, di sini dapat disimpulkan
bahwa suhu mempengaruhi laju reaksi.
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris
Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai
dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu
siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah
melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif,
berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri.
Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM)
mempunyai enam langkah. Langkahlangkahnya yaitu menyadari masalah,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian.
3.2 Saran