Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan memiliki sifat-sifat yang dapat sama bahkan berbeda dengan sifat zat

sebelum dicampurkan. Sebagai contoh, garam natrium klorida adalah zat padat ionik

yang jika dilarutkan ke dalam pelarut air akan memiliki sifat yang tidak berbeda

dengan sebelumnya. Akan tetapi, apabila asam klorida yang merupakan senyawa

kovalen polar dilarutkan ke dalam air, sifat kovalennya hilang berubah menjadi sifat

ionik. Oleh karena itu, Anda dalam mempelajari larutan tidak cukup hanya mengkaji

bagaimana proses pelarutan terjadi, tetapi Anda perlu juga mengkaji lebih jauh

tentang sifat-sifat yang ditimbulkan oleh larutan (khoerunnisa, 2008).

Kelarutan intrinsik dari sebuah zat dapat didefinisikan sebagai kelarutan suatu

zat dalam bentuk asam atau basa bebasnya dan dapat dihitung pada pH yang bernilai

lebih dari satu di bawah pKa dan lebih dari satu di atas pKa. Pada nilai pH melewati

pH = pKa-1 untuk asam lemah dan pH= pKa+1 untuk basa lemah, terdapat hubungan

linear antara logaritma dari kelarutan dan pH batas kelarutan tersebut

dicapai (Shahrin, 2013).

Berdasarkan uraian diatas percobaan ini dilakukan untuk menentukan nilai

Ksp untuk mengetahui kelarutan suatu zat dalam suatu larutan. Maka perlu

mengetahui cara menentukan nilai Ksp dari suatu zat. Berdasarkan hal tersebut, maka

dilakukan percobaan mengenai penentuan nilai hasil kali kelarutan. Percobaan ini

dilakukan untuk membandingkan antara teori yang sudah ada dan hasil dari

pengamatan dalam percobaan penentuan nilai Ksp.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1. bagaimana cara menghitung kelarutan zat elektrolit yang bersifat sedikit larut ?

2. bagaimana cara menentukan panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat

kebergantungan Ksp pada suhu ?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah mempelajari dan memahani nilai hasil

kelarutan (Ksp) dan panas pelarutan zat elektrolit yang bersifat sedikit larut.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. menghitung kelarutan zat elektrolit yang bersifat sedikit larut.

2. menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan

Ksp pada suhu.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah agar kita dapat mengetahui cara

menghitung kelarutan zat elektrolit yang bersifat sedikit larut dan dapat menentukan

panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih.

Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang

jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya sedikit

disebut zat terlarut, tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih zat yang lebih sedikit

sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya, tetapi di sini akan digunakan

pengertian yang biasa digunakan untuk pelarut dan terlarut. Campuran yang dapat

saling melarutkan satu lama lain dalam segala perbandingan dinamakan larutan

“miscible’. Udara merupakan larutan miscible. Jika dua cairan yang tidak bercampur

membentuk dua fasa dinamakan cairan “immiscible” (khoerunnisa, 2008).

Suatu larutan sudah pasti berfasa tunggal. Berdasarkan wujud dari pelarutnya,

suatu larutan dapat digolongkan ke dalam larutan padat, cair ataupun gas. Zat terlarut

dalam ketiga fasa larutan tersebut juga dapat berupa gas, cair ataupun padat.

Campuran gas selalu membentuk larutan karena semua gas dapat saling campur

dalam berbagai perbandingan dalam larutan cair, cairan disebut pelarut dan

komponen lain (gas atau zat padat) disebut terlarut. Jika dua komponen pembentuk

larutan adalah cairan maka komponen yang jumlahnya lebih besar atau strukturnya

tidak berubah dinamakan pelarut. Contoh, 25 gram etanol dalam 100 gram air, air

disebut sebagai pelarut, sedangkan etanol sebagai zat terlarut, sebab etanol lebih

sedikit daripada air. Contoh lain adalah sirup, dalam sirup, gula pasir merupakan

komponen paling banyak daripada air, tetapi gula dinyatakan sebagai zat terlarut dan

air sebagai pelarut, sebab struktur air tidak berubah, sedangkan gula berubah dari

padat menjadi cairan (khoerunnisa, 2008).


Larutan Elektrolit adalah suatu senyawa yang bukan logam yang dalam

keadaan cair (ber bentuk larutan) dapat dilalui listrik. Daya hantar listrik terjadi

karena elektrolit terurai menjadi bagian-bagian bermuatan listrik yang disebut ion.

Ion positif disebut kation dan ion negatif disebut anion. Bahan yang termasuk

elektrolit yaitu bahan asam, basa atau garam. Ketiga bahan ini kalau dilarutkan

dalam air akan bersifat elektrolit (Wibowo, 2005).

2.2 Kelarutan

Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah

pelarut tertentu. Semakin besar nilai kelarutan suatu zat, maka semakin mudah larut

zat tersebut dalam pelarut tertentu (Marheni, 2005). Perhitungan kelarutan presipitat.

Perhitungan ini penting dari sudut pandang gravimetri, di mana transformasi

kuantitatif dari analit menjadi endapan yang sedikit larut. Langkah-langkah ini

terlibat dengan kelebihan agen pencetus ditambahkan dan menghilangkan kelebihan

ini dan beberapa spesies yang dapat larut lainnya setelah mencuci endapan. Realisasi

langkah kedua praktis setara dengan penambahan kelebihan endapan ke dalam air

murni (Kaczmarczyk, dkk., 2015).

Polimorfisme merupakan suatu zat kimia tunggal yang bisa ada dalam satu

atau lebih bentuk kristal, dimana terdiri dari bentuk stabil dan metastabil. Pada obat,

hanya ada satu bentuk zat aktif murni yang stabil pada tekanan dan suhu tertentu

sedangkan bentuk lainnya adalah metastabil. Penggunaan bentuk metastabil pada

umumnya menghasilkan kelarutan dan laju disolusi yang lebih tinggi dibandingkan

bentuk stabil untuk zat aktif yang sama (Fajri, dkk., 2015).

Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan

suatu larutan. Larutan ini diskenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini,

molekul-molekul obat keluar dan melewati membran biologis untuk dapat

diabsorbsi. Proses disolusi bergantung pada kemampuan partikel untuk dapat melalui
membran. Akibatnya laju disolusi dapat mempengaruhi onset, intesitas dan lama

respon serta kontrol bioavailaibilitas obat tersebut keseluruhan dari bentuk

sediaannya (Fajri, dkk., 2015).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Kali Kelarutan

2.3.1 Kepolaran

Kapasitas suatu pelarut untuk melarutkan sangat bergantung pada

polaritasnya. Misalnya zat terlarut yang sangat polar seperti urea sangat mudah

terlarut di dalam air yang sangat polar, kurang larut dalam alkohol yang sedikit polar,

dan tidak larut dalam pelarut non-polar seperti benzena. Sebaliknya zat terlarut yang

non-polar seperti naftalena tidak larut dalam air, sedikit larut dalam metanol, dan

larut dalam benzena yang non-polar. Kelarutan dipengaruhi oleh entropi campuran

dan bergantung pada entalpi pemutusan ikatan serta efek hidrofobik. Kimia sintesis

memanfaatkan perbedaan kelarutan untuk memisahkan dan memurnikan suatu zat

dari campuran, menggunakan ekstraksi cair-cair (Sisodiya, dkk., 2016).

2.3.2 Kelarutan

Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat yang dapat

sepenuhnya dilarutkan dalam jumlah tertentu pelarut, dan merupakan konsep

mendasar dalam bidang penelitian seperti kimia, fisika, ilmu makanan, farmasi, dan

ilmu biologi. Tingkat kelarutan merupakan faktor yang sangat penting dalam bidang

farmasi dan merupakan salah satu faktor utama yang mengontrol bioavailabilitas.

dari zat obat. Selain itu, kelarutan dan sifat yang berhubungan dengan

kelaruta juga dapat memberikan informasi penting mengenai struktur zat

obat, dan dalam berbagai kemungkinan intermolecular interaksinya.


untuk alasan-alasasan ini, pengetahuan yang komprehensif tentang kelarutan

fenomena permodel farmaka ekonomi untuk mengoptimal memahami substansi obat,

untuk menentukan bentuk akhir dari substansi obat, dan untuk menghasilkan

informasi yang penting untuk pengembangan dan pengolahan bentuk

sediaannya (brittain, 2004).

2.3.3 Suhu

Suhu merupakan besaran fisis yang perlu diukur dan dikontrol untuk berbagai

keperluan. Pengamatan suhu di Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika

(BMKG) suhu juga penting. Suhu ini merupakan parameter cuaca. Cuaca adalah

keadaan atmosfer pada setiap saat, dinyatakan oleh tinggi atau rendahnya nilai

parameter suhu, tekanan, angin, kelembaban, dan berbagai fenomena lainnya.

Apabila intensitas cahaya meningkat, maka suhu udara juga meningkat, kelembaban

menjadi rendah, penguapan tinggi, awan hujan menjadi banyak, dan apabila terjadi

kondensasi maka akan timbul presipitasi (Taufik, dkk., 2013).

2.3.4 Konstanta Disosiasi

Kelarutan dari asam lemah dan basa lemah sangat bergantung pada konstanta

disosiasi asam (konstanta ionisasi asam) Ka, dan pH dari medium yang ditempatinya.

Ka adalah konstanta kesetimbangan untuk reaksi di mana asam lemah berada dalam

kesetimbangan dengan basa konjugasinya dalam sebuah larutan dan menunjukkan

tingkat disosiasi ion hidrogen dari asam. Semakin besar nilai Ka (semakin

kecil pKa, pKa = - log Ka), maka semakin kuat asam tersebut pada suatu

larutan (Shahrin, 2013).


Kelarutan intrinsik dari sebuah zat dapat didefinisikan sebagai kelarutan suatu

zat dalam bentuk asam atau basa bebasnya dan dapat dihitung pada pH yang bernilai

lebih dari satu di bawah pKa dan lebih dari satu di atas pKa. Pada nilai pH melewati

pH = pKa-1 untuk asam lemah dan pH= pKa+1 untuk basa lemah, terdapat hubungan

linear antara logaritma dari kelarutan dan pH batas kelarutan dari spesi tersebut

dicapai (Shahrin, 2013).

2.4 Hasil Kali Kelarutan


Konstanta hasil kali kelarutan (Ksp) adalah tetapan kesetimbangan yang
terdapat pada basa dan garam yang sukar larut. Pelarutan zat tergolong reaksi
kesetimbangan yang terjadi antara zat padat dengan ionnya. Konstanta hasil kali
kelarutan akan berubah bila suhu diubah, dan tetap bila suhu tidak
berubah (Marheni, 2005).
Larutan jenuh suatu garam yang juga mengandung garam yang tak

larut berlebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan dimana hukum

kekekalan massa dapat diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada

dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya (Svehla, 1979).

Apabila suatu elektrolit sukar larut, karena hasil kali konsentrasi ion-ionnya

dalam larutan dibuat melampui harga Ksp nya, misalnya dengan menambahkan suatu

garam yang mengandung ion sejenis dengan ion yang terdapat dalam larutan, maka

sistem akan menyesuaikan diri ke arah keseimbangan dengan jalan menghasilkan

endapan garam padatnya sehingga tercapai harga Ksp, atau jika hal ini tidak mungkin

sampai garam padatnya terlarut koagulasi, flokulasi dan kopresipitasi adalah proses

kimia yang bertujuan untuk mengikut sertakan unsur-unsur dalam proses

pengendapan kimia. Berbagai macam kation termasuk juga kation hasil fisi dalam

bentuk senyawa-senyawa hidroksida, fosfat dan lainnya dengan daya larut sangat

rendah dapat membentuk endapan kimia (Prayitno, dkk., 1998).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan Pb(NO3)2 0,075 M,

KCl 1 M, akuades, tissue roll, sabun cair, dan label.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, kaki tiga, kasa,

gelas kimia, hot plate, termometer, buret, tiang statif, rak tabung reaksi, dan penjepit

tabung reaksi.

3.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari kamis, 20 september 2018, di

Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Pembentukan Endapan PbCl2

Pertama dimasukkan larutan Pb(NO3)2 0,075 M dan larutan KCl 1 M

ke dalam dua buret yang berbeda yang telah dipasang pada tiang statif. Kemudian

dimasukkan larutan Pb(NO3)2 0,075 M ke dalam 4 buah tabung reaksi sebanyak

10 mL. Selanjutnya pada tabung reaksi ditambahkan larutan KCl 1 M dengan volume

yang berbeda mulai dari 1,5 mL, 2,0 mL, 2,5 mL, dan 3,0 mL diberikan label pada

masing-masing tabung. Setelah itu, campuran larutan tersebut dikocok dan dibiarkan

selama 5 menit, kemudian diamati endapan yang terbentuk dan dicatat.


3.4.2 Pelarutan Endapan PbCl2

Pada percobaan sebelumnya, tabung reaksi yang berisi campuran Pb(NO3)2 0,075

M dan KCl 1 M yang membentuk endapan dipanaskan sampai endapan dalam tabung

reaksi tersebut larut sempurna. Selama pemanasan, larutan diaduk perlahan-lahan

dengan menggunakan termometer. Setelah semua endapan larut sempurna, kemudian

diukur suhu larutan dan dicatat. Suhu dicatat pada saat larutan tepat larut kembali.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pengamatan pelarutan endapan yang terbentuk

Volume Volume
Nomor Pembentukan Suhu Suhu
Pb(NO3)2 KCl 1 M
Campuran Endapan (°C) (°K)
0,075 M (mL) (mL)

1 10 1,5 + 50 323

2 10 2,0 ++ 55 328

3 10 2,5 +++ 75 348

4 10 3,0 ++++ 80 353

4.2 Reaksi

4.2.1 Pembentukan Endapan PbCl2

Pb(NO3)2 + 2KCl→ PbCl2↓ + 2KNO3

4.2.2 Pelarutan Endapan PbCl2

PbCl2↓→ Pb2++ 2Cl-

4.3 Perhitungan

a. Penambahan 1,5 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3) = V Pb(NO3)2 × M Pb(NO3)2

= 10 mL × 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl × M KCl


= 1,5 mL × 1 M

= 1,5 mmol

Volume total = V Pb(NO3)2 × V KCl

= 10 mL + 1,5 mL

= 11,5 mL

Pb(NO3)2 + 2KCl → PbCl2↓ + 2KNO3

Mula-mula : 0,75 mmol 1,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - - 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2
[PbCl2 ] =
V total

0,75 mmol
=
11,5 mL

= 0,0652 M

PbCl2↓ → Pb2+ + 2Cl-s

s s 2s

Ksp = [Pb+][Cl¯]2

= s (2s)2

= 4s3

= 4 (0,0652)3

= 1,1087 x 10-3
b. Penambahan 2,0 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3) = V Pb(NO3)2 × M Pb(NO3)2

= 10 mL × 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl × M KCl

= 2,0 mL × 1 M

= 2,0 mmol

Volume total = V Pb(NO3)2 × V KCl

= 10 mL + 2,0 mL

= 12,0 mL

Pb(NO3)2 + 2KCl → PbCl2↓ + 2KNO3

Mula-mula : 0,75 mmol 2 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - 0,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2
[PbCl2 ] =
V total

0,75 mmol
=
12,0 mL

= 0,0625 M

PbCl2↓ → Pb2+ + 2Cl-

s s 2s

Ksp = [Pb+][Cl¯]2
= s (2s)2

= 4s3

= 4 (0,0625)3

= 9,7656 x 10-4

c. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M


mmol Pb(NO3) = V Pb(NO3)2 × M Pb(NO3)2

= 10 mL × 0,075 M

= 0,75 mmol
mmol KCl = V KCl × M KCl
= 2,5 mL × 1 M
= 2,5 mmol
Volume total = V Pb(NO3)2 × V KCl

= 10 mL + 2,0 mL

= 12,5 mL

Pb(NO3)2 + 2KCl → PbCl2↓ + 2KNO3


Mula-mula : 0,75 mmol 2,5 mmol - -
Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - 1,0 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2
[PbCl2 ] =
V total
0,75 mmol
=
12,5 mL
= 0,06 M

PbCl2↓ → Pb2+ + 2Cl-

s s 2s
Ksp = [Pb+][Cl¯]2

= s (2s)2

= 4s3

= 4 (0,06)3

= 8,64 x 10-4

d. Penambahan 3,0 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3) = V Pb(NO3)2 × M Pb(NO3)2

= 10 mL × 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl × M KCl

= 3,0 mL × 1 M

= 3,0 mmol

Volume total = V Pb(NO3)2 × V KCl

= 10 mL + 3,0 mL

= 13,0 mL

Pb(NO3)2 + 2KCl → PbCl2↓ + 2KNO3

Mula-mula : 0,75 mmol 3 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2
[PbCl2 ] =
V total
0,75 mmol
=
13,0 mL

= 0,0577 M

PbCl2↓ → Pb2+ + 2Cl-

s s 2s

Ksp = [Pb+][Cl¯]2

= s (2s)2

= 4s3

= 4 (0,0577)3

= 7,684 x 10-4

4.4 Grafik

4.4.1 Grafik Hubungan Suhu terhadap Kelarutan

Tabel 2. Hubungan Suhu terhadap Kelarutan

Suhu (K) Kelarutan (M)

323 0,0652

328 0,0625

348 0,0600

353 0,0577

Grafik Hubungan Suhu dan Kelarutan


y = -0,0002x + 0,1328
0.07 R² = 0,9296
Kelarutan

0.065
0.06
0.055
320 325 330 335 340 345 350 355
Suhu

Gambar 1. Grafik hubungan suhu terhadap kelarutan

(M)
4.4.2 Grafik Hubungan Suhu terhadap Ksp

Tabel 3. Hubungan Suhu terhadap Ksp

Suhu (K) Ksp

323 0,0011087

328 0,00097656

348 0,000864

353 0,0007684

Grafik Hubungan Suhu dan Ksp


0.0012
0.001
0.0008
Ksp

0.0006 y = -1E-05x + 0,0042


0.0004 R² = 0,9248

0.0002
0
320 325 330 335 340 345 350 355
Suhu

Gambar 2. Grafik hubungan suhu terhadap Ksp

4.4.2 Grafik Hubungan 1/T terhadap log Ksp

Tabel 4. Hubungan Suhu terhadap Ksp

1/T Ksp Log Ksp Log Ksp Setelah Regresi

0,0030959 0,0011087 -2,95519 -2,96756

0,0030487 0,00097656 -3,0103 -2,99175

0,0028735 0,000864 -3,06349 -3,08155

0,0028328 0,0007684 -3,11441 -3,10242


Sebelum Regresi

Log Ksp Vs 1/T


-2.9
-2.95
Log Ksp

-3
-3.05
y = 512,56x - 4,5544
-3.1
R² = 0,9314
-3.15
0.0028 0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315
1/T

Gambar 3. Grafik hubungan 1/T terhadap log Ksp

y = ax + b
y = 512,56x – 4,5544
y1 = 512,56(0,0030959) – 4,5544
= -2,96756
y2 = 512,56(0,0030487) – 4,5544
= -2,99175
y3 = 512,56(0,0028735) – 4,5544
= -3,08155
y4 = 512,56(0,0028328) – 4,5544
= -3,10242
Setelah Regresi

Log Ksp Setelah Regresi dan 1/T


-2.95
Log Ksp Setelah

-3
Regresi

-3.05 y = 512,57x - 4,5544


-3.1 R² = 1
-3.15
0.0028 0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315
1/T

Gambar 4. Grafik hubungan 1/T dengan log Ksp regresi


x untuk y = -log ksp regresi = -ax + b adalah 1/T (30°C)
x = 1/T (Kamar) =1/303 =0,0033
y = ax + b = log Ksp
= 512,57(0,0033) – 4,5544
= -2,862919

−∆H 1
Log Ksp = = T = 30°C = 303 K
2,303R T

−∆H = log Ksp × 2,303 × R × T

∆H = -(log Ksp × 2,303 × R × T)

∆H = -(-2,862919 × 2,303 × 8,314 J/mol K × 303 K)

∆H = 16.609,465 J/mol

∆H = 16,609 kJ/mol

4. 5 Pembahasan

Larutan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan Pb(NO3)2 0,075 M

dan KCl 1 M, campuran kedua larutan tersebut menghasilkan endapan putih yakni

PbCl2. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M dan KCl 1 M dimasukkan ke dalam dua buret

yang berbeda sebanyak 50 mL. Sebelum dimasukkan dalam buret, buret tersebut

dibilas dengan akuades kemudian dengan larutan contoh, hal ini dilakukan untuk

menyamakan kondisi larutan dengan buret yang akan digunakan. Pada saat

memasukan larutan ke dalam buret, diusahakan tidak ada gelembung pada buret. Hal

ini dilakukan karena volume gelembung dapat mempengaruhi jumlah volume larutan

dalam buret sehingga dapat berpengaruh pada hasil perhitungan. Namun, jika

terbentuk gelembung pada buret, maka hal yang harus dilakukan adalah membuka

keran buret hingga gas yang menjadi gelembung keluar. Selanjutnya, larutan

Pb(NO3)2 dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi dengan volume tetap yaitu 10 mL.
Kemudian penambahan KCl 1 M dengan volume bervariasi yaitu dengan volume

yang berbeda yaitu 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL dan 3,0 mL. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui pada volume berapa KCl 1 M yang dapat membuat endapan PbCl2

setelah larutan dicampurkan, larutan harus dihomogenkan agar reaksi antara

Pb(NO3)2 dan KCl menjadi efektif. Setelah dikocok, campuran tersebut didiamkan

selama 5 menit sampai endapan yang terbentuk turun ke dasar tabung reaksi.

Endapan yang terbentuk merupakan endapan putih PbCl2 yang terbentuk akibat

gabungan ion-ion di dalam larutan membentuk partikel yang memiliki ukuran lebih

besar yang selanjutnya mengendap.

Tabung yang berisi larutan yang memiliki endapan dipanaskan sambil diaduk

secara perlahan-lahan dengan menggunakan termometer. Pemanasan dan

pengadukan ini bertujuan untuk membuat partikel dalam larutan lebih mudah

bertabrakan sehingga mempercepat larutnya endapan. Setelah endapan PbCl2 larut

sempurna, kemudian suhunya diukur untuk melihar besarnya suhu yang dibutuhkan

untuk melarutkan endapan. Pada endapan PbCl2 dengan volume 1,5 mL KCl, tidak

terdapat endapan. Hal ini disebabkan karena setelah volume KCl ditambahkan,

larutan belum berada dalam keadaan lewat jenuh sehingga tidak terbentuk endapan.

Endapan PbCl2 terbentuk pada penambahan KCl dengan volume berturut-turut yaitu

2 mL; 2,5 mL; dan 3 mL, suhu yang diperlukan untuk melarutkan endapan PbCl2

adalah 50°C, 55 °C, 75 °C dan 80 °C.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Kelarutan garam PbCl2 semakin menurun dengan semakin banyaknya

penambahan KCl, dimana pada penambahan 1,5 mL, 2 mL, 2,5 mL dan 3,0 mL

KCl 1 M ke dalam 10 mL Pb(NO3)2 0,075 M kelarutannya berturut-turut.

2. Panas kelarutan PbCl2 yang diperoleh ialah 16,609 kJ/mol yang menunjukkan

reaksi bersifat endoterm.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya alat maupun bahan yang akan digunakan pada percobaan ini

diperiksa baik-baik pada hari sebelum praktikum apakah masih layak untuk dipakai

atau tidak karena itu akan berpengaruh pada kelancaran praktikum.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan yaitu perlu ketelitian yang tinggi sehingga akan

diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.


=DAFTAR PUSTAKA

Brittain, G.H., 2014, Solvent Systems and Their Selection in Pharmaceutics and
Biopharmaceutics, Englan.

Fajri, A.M., Darusman, F., dan putri, P.A., 2015, Karakterisasi Berbagai K isasi
Berbagai Kristal Glimepirid sebagai Upaya ristal Glimepirid sebagai Upaya
Peningkatan Kelar Peningkatan Kelarutan utan dan Disolusi, Prosiding
Penelitian, 2(18): 542-552.

Kaczmarczyk, M.M.A., Michałowski, T., Toporek, M., dan Pietrzyk, A., 2015,
Solubility and Dissolution in Terms of Generalized Approach to
Electrolytic Systems Principles, Journal of Analytical Sciences, Methods
and Instrumentation, 5(17): 47-50.

Khoerunnisa, F., 2008, Kimia Fisika 2, Universitas Terbuka, Jakarta.


Marheni., 2005, Kimia Dasar II, Universitas Terbuka, Jakarta.
Prayitno, Budiyono, R.M.E., dan Lestari, P., 1998, Penurunan Kadar Uranium
dalam Limbah Fasa Air dengan Proses Koagulasi Flokulasi dengan Garam
Ferri, PEBN-BATAN, 1410-1998.

Shahrin, N., 2013, Solubility and Dissolution of Drug Product: A Review


International Journal of Pharmaceutical and Life Sciences, 2(1): 33-37.

Sisodiya, D.S., Patel, R., dan Nigam, A., 2016, Solubility & Dissolution,
International Journal of Research and Reviews in Pharmacy and Applied
Science, 2(2): 305-341.

Svhela, G., 1979, Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis,
Longman, London and New York.

Taufik, M., Sarawa., Hasan, A., dan Amelia, K., 2013, Analysis of the Effect of
Temperature and Humidity on the Development of TMV Disease on Pepper
Plant, Jurnal Agroteknos, 3(2): 94-100.
Wibowo, H.M.T., 2005, Gas, Larutan dan Penerapan Kimia Praktis, Universitas
Negeri Jakarta.

Widiarto, S., 2009, Kimia Analitik I, Jakarta.


Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pembentukan Endapan PbCl2

Pb(NO3)20,075 M

- Dimasukkan ke dalam buret.

- Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing

10 mL.

- Ditambahkan KCl 1 M, masing-masing 1,5 mL, 2,0 mL,

2,5 mL dan 3,0 mL,

- Dikocok dan dibiarkan selama 5 menit.

- Diamati apakah telah terbentuk endapan atau belum dan

dicatat.
Hasil

2. Pelarutan Endapan PbCl2

Endapan PbCl2

- Diambil tabung reaksi yang membentuk endapan pada

percobaan pertama.

- Ditempatkan di dalam gelas kimia yang berisi air yang

dipanaskan.

- Diaduk dengan batang pengaduk secara perlahan-lahan.

- Dicatat suhu pada saat endapan larut sempurna

menggunakan termometer.

- Dilakukan hal yang sama untuk campuran lainnya.

- Dicatat semua hasil yang diperoleh.


Data

Anda mungkin juga menyukai