Proposal Penelitian
OLEH:
NI MADE WIDANI
F1E117032
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Microbial Fuel Cell (MFC) 6
B. Single Chamber dan Double Chamber MFC
C. Mikroba dalam Microbial Fuel Cell (MFC) 9
D. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Microbial Fuel Cell (MFC) 10
E. Membran Gerabah 12
F. Lindi TPA Sampah 14
G.Hipotesis Penelitian 18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 19
B. Jenis Penelitian 19
C. Bahan Penelitian 19
D. Alat Penelitian 20
E. Variabel Penelitian 21
F. Definisi Operasional 21
G. Indikator Penelitian 22
H. Kriteria Objektif 23
iii
I. Desain Penelitian 23
J. Prosedur Penelitian 23
1. Pengambilan Sampel Air Lindi 24
2. Persiapan Komponen Reaktor MFC 24
2.1 Elektroda 24
2.2 Membran Gerabah 24
3. Pembuatan Reaktor Microbial Fuel Cell 25
4. Karakterisasi Substrat 26
4.1 Pengukuran Kekentalan (Viskositas) 26
4.2 Pengukuran Senyawa Organik Total (%) 29
4.3 Pengukuran TSS (Total Suspended Solid) 30
4.4 Pengukuran C-Organik 31
4.5 Pengukuran N-Total 33
4.6 Pengukuran pH 34
4.7 Pengukuran Konduktivitas 34
4.8 Penghitungan Jumlah Total Bakteri 34
4.8.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) untuk Pertumbuhan
Bakteri 34
4.8.2 Sterilisasi Alat dan Bahan 35
4.8.3 Persiapan Larutan Pengencer dan Pengenceran Sampel 35
4.8.4 Pengenceran Berseri Sampel 35
4.8.5 Kultur Bakteri dan Perhitungan Koloni Bakteri 36
5. Inkubasi (Masa Produksi MFC) 36
6. Pengukuran Kuat Arus dan Potensial Listrik 36
7. Analisis Data 37
7.1 Analisis Data Koloni Bakteri 37
7.2 Analisis Data Voltase dan Kuat Arus 37
K. Bagan Alur Sistematika Penelitian 39
J. Jadwal Penelitian 40
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN
vii
Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan
A Luas permukaan elektroda
Atom C Atom karbon
EM4 Effective Microorganisme
et al Et alia
Fe Besi
Fk Faktor koreksi
G Gram
o
C Derajat Celcius
Cm Centimeter
CO2 Karbondioksida
C-organik Karbon dalam senyawa organic
Cu Cadmium
e- Elektron
H2O Air
H2SO4 Hidrogen sulfida
I Arus
K2Cr2O7 Kaliaum Dikromat
KM1 Ketebalan membran 1 (8,63 mm)
KM2 Ketebalan membran 2 (9,94 mm)
KM3 Ketebalan membran 3 (11,76 mm)
KMnO4 Kalium Permanganat
m2 Meter kuadrat/ meter persegi
mA Miliampere
MFC Mikrobial Fuel Cell
Mg Milligram
mg/l Milligram per liter
mL Mililiter
mV Milivolt
mW Miliwatt
NaCl Natrium Klorida
N-Total Nitrogen total
O2 Oksigen
pH Derajat Keasaman
PEM Proton exchange membrane
V Voltase
Zn Seng
µA Mikro amper
Β Beta
% Persen
± Kurang lebih
Ω Hambatan
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai macam senyawa organik menjadi CO2, air dan energi (Syahri et al.
2019). Sistem MFC ini sangat berpotensi menghasilkan energi listrik jika ini
Komponen MFC secara umum terdiri dari ruang anoda, ruang katoda,
dua yaitu single chamber (ruang tunggal) dan double chamber (ruang ganda).
Prinsip kerja MFC (Khan et al. 2013) secara umum yaitu pada ruang anoda
terdapat substrat beserta konsersium mikroba yang nanti akan terjadi proses
karbon dioksida, elektron dan proton. Elektron yang dilepaskan akan menuju
elektroda dan mengalir melalui sirkuit eksternal. Proton pada anoda akan
berdifusi melalui membran menuju ruang katoda. Beda potensial antara anoda
yaitu komponen penyusun MFC (seperti membran penukar proton, bilik ganda
1
2
elektron dari bakteri ke elektroda anoda. Faktor yang perlu dikaji dalam
penelitian ini untuk meningkatkan performa MFC yaitu substrat dan membran.
dalam jangka panjang, sehingga diperlukan membran MFC yang murah dengan
digunakan pada MFC adalah membran dari gerabah. Gerabah atau keramik
merupakan produk kerajinan dari tanah liat dan memiliki karakteristik tahan
korosi, keras, kuat namun agak rapuh. Struktur kimia gerabah yang bermanfaat
Montmorillonit yaitu salah satu kristal gerabah yang dapat berperan sebagai
katalis dalam pertukaran proton dari anoda ke katoda sehingga gerabah dapat
bagian yang lain penting untuk dikaji dalam sistem MFC yaitu substrat.
Substrat yang telah berisi konsersium mikroba adalah salah satu bahan
paling penting dari MFC. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai
dkk., 2017), penggunaan substrat limbah cair tempe yang mengandung bakteri
Clostridium sp. (Syahri et al., 2019) dan substrat sedimen mangrove yang
3
kurang efektif bila digunakan dalam skala besar, jika substrat sedimen
kurang dan mungkin berpotensi digunakan dalam MFC adalah air lindi tempat
Lindi atau leachet dari TPA adalah limbah cair yang dihasilkan dari
proses masuknya air ke dalam timbunan sampah sehingga proses ini dapat
(Usman & Santosa, 2014). Air lindi memiliki banyak kandungan senyawa
organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri patogen (Susanto et al. 2004)
jika tidak dilakukan penanganan yang tepat maka dapat mencemari lingkungan
sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut perlu dikaji lebih lanjut potensi dan
peluang pengolahan air lindi menjadi produk lain salah satunya untuk produksi
energi. Penelitian penggunaan air lindi dalam sistem MFC pernah dilakukan
oleh Alwahab (2017) dengan menggunakan membran nafion dan aerator untuk
dalam menghasilkan energi listrik pada sistem MFC namun perlu adanya
modifikasi rangkain sistem MFC karena nafion yang digunakan relatif mahal.
Oleh karena itu, maka perlu digunakan membran lain yang lebih murah yaitu
gerabah. Membran gerabah belum pernah diuji coba pada MFC dengan
4
substrat lindi, sehingga perlu dikaji secara ilmiah energi yang dihasilkan dalam
sistem Microbial Fuel Cell (MFC) dari Substrat Air Lindi TPA Sampah dan
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Berapakah kuat arus dan voltase yang di hasilkan dari rangkaian sistem
2. Berapakah jumlah total bakteri (cfu/mL) pada substrat air lindi TPA
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kuat arus dan voltase yang di hasilkan dari rangkaian
2. Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri (cfu/mL) pada substrat air lindi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat praktis dan teoritis yang di harapkan pada penelitian ini adalah:
a. Manfaat praktis
Indonesia.
b. Manfaat teoritis
Komponen MFC secara umum yaitu terdiri dari ruang anoda, ruang
terbagi atas dua yaitu single chamber (ruang tunggal) dan double
yaitu ruang anoda dan katoda berada dalam satu bilik dan umumnya tidak
ganda ruang anoda dan katoda berada dalam dua ruang terpisah dan umumnya
memerlukan membran untuk transfer proton dari anoda dan katoda (Meshram
& Jadhav, 2017). MFC ruang ganda kondisi yang berbeda antara anoda dan
6
7
Komponen MFC dua chamber terdiri dari ruang anoda dan katoda yang
melalui sirkuit listrik. Proton pada anoda akan berdifusi melalui membran
menuju ruang katoda. Beda potensial antara anoda dan katoda bersama dengan
aerobik pada ruang katoda. Saat elektron, H+ dan oksigen bereaksi maka
Anoda reaksi
Katoda reaksi
dioksida dan air. Ketika oksigen tidak ada maka produk karbon dioksida,
dengan mengikuti reaksi oksidasi glukosa (reaksi 2.4) yang mengarah pada
Ilustrasi reaksi 3-5 fakta dalam kondisi asam yang menunjukkan MnO4-
lebih banyak berpotensi terjadi oksidasi dalam kondisi alkali (Khan et al.
2013).
Desain MFC yang telah dikembangkan peneliti saat ini terdiri dari 5
Flow MFC, Stacked MFC, Flat-Plate MFC (FPMFC) (Khan et al. 2013).Flat-
9
Plate MFC (FPMFC) pada tahun 2004 dirancang oleh Min dan Logan untuk
mengurangi hambatan ohmik yang disebabkan oleh jarak antar elektroda yang
laju difusi oksigen ke dalam anoda tanpa membran permeabel ion (ruang
tunggal) 2,7 kali lebih tinggi dari pada rancangan ruang ganda (Saravanan &
Karthikeyan, 2018).
(a) (b)
Gambar 2.2. Skema Chamber MFC Keterangan: (a) Skema Single Chamber,
(b) Skema Double Chamber MFC (Chhazed et al. 2019).
10
Keuntungan dari ruang tunggal MFC adalah lebih hemat biaya dan
penghasilan daya yang lebih tinggi dan kerugian dari MFC ruang tunggal yaitu
anoda menjadi konsumsi oksigen oleh bakteri (Chhazed et al. 2019). Desain
2.2.
Gambar 2.3. Prinsip umum sebuah microbial fuel cell (Khan et al. 2013).
pada proses glikolisis. Hasil glikolisis akan masuk ke dalam siklus krebs di
dalan sitokrom bakteri, pada siklus ini juga dihasilkan ATP, NADPH2 dan
NADH2 dan FADH2 yang dihasilkan dari serangkaian proses glikolisis dan
siklus asam sitrat akan dioksidasi menjadi NAD+ dan FAD+ dengan
melepaskan elektron dan proton (Gambar 2.3.). Elektron dalam ruang anoda
11
muatan eksternal listrik dan proton di transfer melalui membran (Utami dkk.
2019). Elektron dan proton bereaksi dalam ruang katoda mereduksi oksigen
sebuah resistor, maka akan terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda,
macam substrat telah digunakan sampai sekarang dalam sistem MFC mulai
dari senyawa murni hingga campuran kompleks bahan organik yang ada dalam
air limbah (Chhazedet al. 2019). Bahan yang banyak digunakan untuk substrat
seperti glukosa (Biffinger et al. 2007), substrat limbah industry seperti POME
(Palm Oil Mill Effluent) (Yogaswara dkk. 2017), limbah sayur (Imaduddin
dkk. 2014), limbah kulit papaya (Utami dkk. 2018), limbah whey tahu (Sinaga
dkk. 2015) dan Lactobacillus bulgaricus (Fitriani dkk. 2017). Namun, dari
sekian banyak penelitian tentang mikroba MFC hanya kelompok bakteri yang
yang memiliki phili maka dengan mudah menempel pada elektroda anoda dan
mineral seperti Zn-C (Meshram &Jadhav, 2017), Zn-Cu (Akbar dkk. 2017).
ruang anoda dan katoda serta berfungsi sebagai transfer proton dari anoda ke
(PEM) seperti nafion (Kim et al., 2016) dan ultrex (Kim et al., 2016). Harga
membran PEM tersebut relatif mahal, namun penghilangan PEM dari sistem
MFC juga memiliki kelemahan yaitu karena tanpa membran maka oksigen
akan berdifusi ke bejana anoda. Oksigen pada bejana anoda (Kim et al., 2016)
aerobik bakteri. Sehingga diperlukan membran MFC lebih murah dan ramah
E. Membran Gerabah
yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. berdasarkan mineralogy lempung
terdiri dari Kaolinit 1:1 Al2 (Si2O5 (H2O)), illit 2:1 KAl2 (AlSi3O10
(OH)2),Smektit 2:2 (AlMg)4Si8 O20 (OH)10, Klorit 2:1:1 (MgFe)6-x (AlFe)x Si4-
vermiculite, chlorite, attaulgite dan allophone.(Jone & Hera, 2015). Sifat bahan
gerabah ini tergantung pada ikatan kimianya. Ikatan kovalen memberi sifat
dapat mengarah pada kekuatan Kristal dan strukturnya lebih rumit dari ikatan
logam atau ion dan menyebabkan memiliki titik didih yang tinggi sehingga
Struktur kimia gerabah yang unik dan bermanfaat dalam pertukaan ion
yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm (Jone & Hera, 2015). Montmorillonit
memiliki sifat pertukaran ion dan sifat ini yang menentukan jumlah air (uap air
yang dapat diserap). Hal ini disebabkan struktur kisi-kisi kristal mineral
montmorillonit dan adanya unsur kation (ion bermuatan positif) yang mudah
kristal gerabah yang dapat berperan sebagai katalis dalam pertukaran proton
transfer proton dalam MFC. Selain membran bagian yang lain penting untuk
(Jone & Hera, 2015) lempung memiliki sifat plastis yang tinggi, mempunyai
kekuatan kering yang tinggi dan susut kering rendah (<10%), bila susut terlalu
besar bisa ditambah pasir halus. Lempung harus berbutir halus kurang dari
1,410 mm, mengandung butiran kapur berukuran >0,5 mm, perlu dihaluskan
sampai menembus ayakan dengan ukuran 0,5 mm, telah padat pada
Oksigen
Hidroksil
Aluminium
terikat kuat dimana atom aluminium, besi dan magnesium diatur dalam
bervalensi positif mengisi lembar oktahedral,hanya dua per tiga dari posisi
yang mungkin diisi untuk menyeimbangkan muatan. Ketika hanya dua per tiga
16
muatan positif mengisi, ketiga posisi akan terisi semua untuk menyeimbangkan
Oksigen
Silika
Unit kedua layar silika tetrahedral dimana atom silikon berjarak sama
dari empat atom oksigen atau mungkin hidroksil yang tersusun dalam bentuk
dan lembar oktahedral bergabung dengan berbagi oksigen atau hidroksil untuk
energi (density g/cm2) yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2012).
sampah dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses
pencemaran tanah dan air tanah secara langsung (Susanto et al. 2004).
lingkungan dan kesehatan manusia (Sari & Hidaya, 2017).Sari dan Afdal.
(2017)menemukan bahwa hasil pengujian sampel air lindi di TPA Kota Padang
memiliki nilai COD, BOD dan TSS yang tinggi. Sari dan Hidaya
(EC), Total Suspended Solid (TSS) dengan konsentrasi yang tinggi tetapi
tersebut yaitu memerlukan waktu tampung yang cukup lama sekitar 30-50 hari
G. Hipotesis
H0 :μ = 0 tidak terdapat perbedaan kuat arus dan tegangan pada sistem MFC
H1 : µ ≠ 0 terdapat perbedaan kuat arus dan tegangan pada sistem MFC dari
hari pengamatan.
Sulawesi Tenggara.
B. Jenis Penelitian
membandingkan kuat arus listrik dan voltase yang dihasilkan pada sistem
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.1.
19
20
Tabel 3.1Lanjutan.
1 2 3 4
9. Kertas Whatmaan no. 41 - Untuk menyaring sampel
10. K2Cr2O7 1N mL Larutan untuk mengukur C-
organik
11. H2SO4 mL Larutan untuk mengukur C-
organik
12. NaOH-Na2S2O3 mL Larutan untuk mengukur N-total
13. HCl 0,02 N mL Larutan untuk mengukur N-total
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.2
E. Variable Penelitian
Variabel yang akan diteliti beserta data yang akan dikumpulkan dalam
b. Variabel terikat : Kuat arus dan tegangan listrik yang dihasilkan serta
F. Definisi Operasional
berikut :
dan katoda.
d. Kuat arus listrik merupakan aliran muatan listrik melalui sebuah konduktor
dalam selang waktu. Kuat arus diukur dengan alat multimeter dan jenis
energi listrik DC (Direct Current) dalam MFC serta satuan kuat arus yaitu
f. Jumlah total bakteri (cfu/mL) merupakan total bakteri yang terdapat pada
media Nutrient Agar (NA) serta koloni bakteri dihitung dengan alat colony
G. Indikator Penelitian
yang dihasilkan serta terdapat perbedaan jumlah total koloni bakteri sebelum
H. Kriteria Objektif
kuantitatif yakni data dikumpulkan serta disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik meliputi kuat arus (mA), tegangan (mV) dan jumlah total bakteri
(cfu/mL).
I. Desain Penelitian
rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 kali ulangan.
J. Prosedur Penelitian
hujan dan musim kemarau. Saat musim kemarau sampel yang diperoleh
murni air lindi sehingga dapat diambil langsung pada kolam penampungan
(Alwahab, 2017). Ketika musim hujan lindi yang diperoleh telah banyak
sebelum turun hujan dan baru keluar dari pipa yang terhubung langsung ke
2.1 Elektroda
dinding gerabah polos tanpa corak bagian bawah tertutup dan bagian
mengisi tabung gerabah dandi tunggu beberapa jam jika air merembes
digunakan.
gerabah bagian dalam dan luar. Kemudian menaruh gerabah berisi elektroda
katoda dan bejana plastik sebagai ruang anoda. Skema MFC yang akan
Ruang anoda diisi dengan substrat air lindi TPA yang berisikan
menggunakan aerator.
4. Karakterisasi Substrat
Karakterisasi substrat air lindi TPA yang akan dilakukan terdiri dari
zat cair yaitu viskometer. Alat ukur kekentalan ini dapat mengukur zat
cair secara akurat dan spesifik sesuai dengan standar yang telah
𝜋𝑟𝟦 . 𝛥𝑃
Q= (3.1)
8ɳɳ
Atau
𝜋𝑟𝟦 . 𝛥𝑃
Q= (3.2)
128ɳ2
Keterangan:
Ƞ = viskositas
yang sama memenuhi persamaan (3) dan (4) (Sutiah et al, 2008).
Ƞ1 πr 4 (𝜌.𝑡)1 8 𝑉𝐿
= x (3.3)
Ƞ2 8 𝑉𝐿 πr 4 (𝜌.𝑡)2
dan
Ƞ1 𝜌 1𝑡 1
= (3.4)
Ƞ2 𝜌 2𝑡 2
Keterangan:
r4= jari-jari
ρ = densitas
t = waktu
V = volume
L = panjang pipa
dan membandingkan dengan viskositas zat cair yang telah ada nilai
ketetapannya pada suhu tertentu (Tabel 3.3.) agar nilai viskositas sampel
lebih akurat.
Table 3.4. Nilai viskositas zat cair pada berbagai suhu (dalam Poise)
Cairan 0oC 10 oC 20oC 30oC 40oC 50 oC
1 2 3 4 5 6 7
Air 0,0179 0,013 0,0101 0,008 0,0065 0,0055
Gliserin 105,9 34,4 13,4 6,29 2,89 1,41
Amilin 0,102 0,065 0,0044 0,0316 0,0227 0,0185
Bensin 0,0091 0,0076 0,0065 0,0056 0,005 0,0044
Etanol 0,0177 0,0147 0,012 0,0100 0,0083 0,007
Minyak 25,3 3,84 1,63 0,96 - -
Sumber:(Regina dkk., 2018)
buret, bak penampung untuk menampung zat cair yang keluar dari buret,
Keterangan:
Gambar 3.2. Desain alat viskometer Ostwald alternatif (Regina dkk., 2018).
29
berat kering sampel lindi dan kadar abu lalu senyawa organik total di
dengan suhu 250C selama 1 jam hingga air dalam gelas beaker habis.
didapatkan massa gelas beaker dan massa zat yang telah kering (B)
Keterangan:
Keterangan:
A = berat kering cawan porselen kosong (g)
yang tersuspensi (diameter > 1 mm) yang tertahan pada saringan milli-
2016). Kertas saring yang diambil dari alat penyaring secara hati-hati
𝑚𝑔 (𝑎−𝑏)×10 6
zat padat terlarut =
𝐿 𝑐
Keterangan:
c = mL sampel
(Afqdzakun, 2020).
glukosa dengan memipet 0 dan 5mL larutan standar 5000 ppm C dari
Keterangan:
ppm kurva = nilai kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan
dikoreksi blanko.
labu lalu ditambah katalis nitrogen sebanyak 2 gram dan H2SO4 pekat
Keterangan:
N = Nitrogen
VA = Volume H2SO4 Hasil Titrasi Awal
n = normalitas HCl
34
4.6 Pengukuran pH
(Afqdzakun, 2020).
2020).
pada media dilakukan dengan cara sampel air lindi TPA yang telah
(Afqdzakun, 2020).
Rangkaian sistem MFC yang telah berisi substrat air lindi TPAS
konduktor anoda dan katoda yang dihubungkan dengan kabel klip buaya
37
7. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini yaitu analisis data koloni bakteri
Keterangan:
(Milawati 2020).
V
Hambatan (𝛺) = (3.10)
I
Keterangan :
I (mA) = Arus
V (V) = Voltase
mW IxV
Power Density = (3.11)
m2 A
Keterangan :
I (mA/µA) : Arus
V (V) : Voltase
2
A (m ) : Luas permukaan elektroda.
39
Skema tahapan kegiatan pada penelitian ini ditampilkan seperti Gambar 3.3.
Pengambilan Sampel
Lindi
- Pengukuran kekentalan
(viskositas)
Pembuatan Reaktor MFC
- Pengukuran senyawa
- Perhitungan total bakteri organik total (%)
Inkubasi (Masa Produksi MFC) - Pengukuran TSS
- Pengukuran C-organik
- Pengukuran N-total
Pengukuran Arus dan Potensial Listrik - Pengukuran pH
- Pengukuran
- Perhitungan total bakteri konduktivitas
Analisis Data - Perhitungan total
bakteri (sebelum dan
sesudah menghasilkan
listrik)
L. Jadwal Penelitian
Akbar, T.N., Kirom, M.R. & Iskandar, R.F., 2017. “Analisis Pengaruh Material
Logam Sebagai Elektroda Microbial Fuel Cell Terhadap Produksi Energi
Listrik.” e-Proceeding of Engineering 4(2): 2123–38.
Biffinger, J.C., Pietron, J., Ray, R., Little, B., Ringeisen, B.R., 2007. “A Biofilm
Enhanced Miniature Microbial Fuel Cell Using Shewanella oneidensis
DSP10 and Oxygen Reduction Cathodes.” Biosensors and Bioelectronics
22: 1672–167.
https://digitalcommons.unl.edu/usnavyresearch/14%0AThis.
Chhazed, A.J., Makwana, M.V. & Chavda, N.K. 2019. “Microbial Fuel Cell
Functioning , Developments And Applications-A Review.” International
Journal of Scientific & Technology Research 8(12): 3620–33.
Effendi, H. 2003. “Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan.” In Penerbit Kanisius., Yogyakarta.
Fitrianti. 2020. “Potensi Bakteri Microbial Fuel Cell (MFC) Dari Sedimen
Mangrove.” In Skripsi, Kendari: Universitas Halu Oleo.
Flimban, S.G.A., Ismail, I.M.I. & Sang-Eun Oh. 2019. “Overview of Recent
Advancements in the Microbial Fuel Cell from Fundamentals to
Applications :” Energies 12(3390): 1–20. www.mdpi.com/journal/energi.
Ibrahim, B., Suptijah, P. & Adjani, Z.N. 2017. “Performance of Microbial Fuel
Cell to Generate Bioelectricity Uses Different Kinds of Electrode in the
Fish Processing Wastewater.” Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia 20(2): 296–304.
41
42
Ibrahim, B., P., Suptijah, B.K. & Agung. 2017. “Pengaruh Jarak Elektroda
Microbial Fuel Cell Pada Limbah Cair Pemindangan Ikan Terhadap
Elektrisitas Dan Beban Pencemaran.” Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 20(3): 559–67.
Ibrahim, B., Uju & Mukti, A.C., 2019. “Densitas Biofilm pada Elektroda
Berpengaruh Positif terhadap Produksi Biolistrik Microbial Fuel Cell
Limbah Cair Perikanan.” Jphpi 22(1): 71–79.
Jone, Y. & Hera, M.D.T. 2015. “Lempung Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan
Baku Gerabah ( Studi Kasus Di Desa Webriamata , Kecamatan Wewiku ,
Kabupaten Malaka.” Proceeding Seminar Nasional Kebumian ke-8
Academia-Industry Linkage: 174–85.
Khan, M.R., Amin, M .S.A., Rahman, M .T., Akbar, F. & Ferdaus, K. 2013.
“Factors Affecting the Performance of Double Chamber Microbial Fuel
Cell for Simultaneous Wastewater Treatment and Power Generation.”
Polish Journal of Chemical Technology 15(1): 7–11.
Kim, T., Kang, S., Sung, J.H., Kang, Y.K., Kim, Y.H. & Jang, J.K. 2016.
“Characterization of Polyester Cloth as an Alternative Separator to
Nafion Membrane in Microbial Fuel Cells for Bioelectricity Generation
Using Swine Wastewater.” Journal Microbiol Biotecnol 26(12): 2171–
78.
Latif, M., Fajri, A.D., Muharam, M. 2020. “Penerapan Sampah Buah Tropis
Untuk Microbial Fuel Cell.” Jurnal Rekayasa Elektrika 16(1).
Marta, Y.M. & Afdal. 2019. “Karakteristik Lindi Dan Air Permukaan Di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Sungai Andok Kota Padang Panjang.”
Jurnal Ilmu Fisika 11(1): 1–8.
43
Midyurova, B., Nenov, V., Ates, M. & Uludag, N., 2016. “Improvements of MFC
’ s Proton Exchange Membranes and Cathodes.” 7(1): 85–95.
Milawati, D., 2020. “Potensi Listrik Dari Sedimen Mangrove Dengan Metode
Microbial Fuel Cell (MFC) Menggunakan Variasi Ketebalan Membran
Kitosan.” In Skripsi, Kendari: Universitas Halu Oleo.
Mufandi, I., Azizah, I.N., Efendi, A. & Mufrodi, Z., 2018. “Pengolahan Slurry
Sampah Melalui Microbial Fuel Cells di Pasar Giwangan Yogyakarta.”
Jurnal Teknik Kimia 5(1): 29–36.
Nicola, F., 2015. “Hubungan Antara Konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid)
dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total pada
Air Sumur Gali." In Skripsi, Jember: Universitas Jember.
Permana, D., Rosdianti, D., Ishmayana, S., Rachman, S.D., Putra, H.E.,
Rahayuningwulan, D., Hariyadi, H.R., 2015. “Preliminary Investigation
of Electricity Production Using Dual Chamber Microbial Fuel Cell (
DCMFC ) with Saccharomyces Cerevisiae as Biocatalyst and Methylene
Blue as an Electron Mediator.” Procedia Chemistry 17: 36–43.
http://dx.doi.org/10.1016/j.proche.2015.12.123.
Putri, A.M. & Kurnia, P. 2018. “Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform Dan
44
Said, N.I. & Hartaja, D.R.K. 2015. “Pengolahan Air Lindi Dengan Proses
Biofilter Anaerob-Aerob Dan Denitrifikasi.” JAI 8(1): 1–21.
Sari, D.S. & Hidaya, C. 2017. “Studi Pemanfaatan Lumpur Sebagai Sumber
Alternatif Energi Dengan Menggunakan Microbial Fuel Cells (MFCs).”
In Skripsi, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sari, R.N. & Afdal. 2017. “Karakteristik Air Lindi ( Leachate ) Di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang.” 6(1): 93–99.
Sinaga, D. H., Suyati, L. & Aminin, A.L.N., 2014. “David H, Linda S.Pdf.”
Jurnal Sains Dan Matematika 22(2): 30–35.
Susanto, J.P., Ganefati, S.P., Muryani, S. & Istiqomah, S.H., 2004. “Pengolahan
Lindi ( Leachate ) dari TPA dengan Sistem Koagulasi - Biofilter
Anaerobic.” 5(2): 167–73.
Syahri, M., Mahargiani, T. Indrabrata, A.G. & Orlanda, O.O., 2019. “Teknologi
Bersih Microbial Fuel Cell ( MFC ) Dari Limbah Cair Tempe Sebagai
Sumber Energi Listrik Terbarukan.” Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia ISSN 1693-: 1–6.
Syawalian, M.A.R., Yuhana & Khahar, A. 2019. “Pengaruh Kuat Arus dan
Tegangan Terhadap Perubahan Kandungan Logam Pada Lindi TPA
Sampah Dengan Metode Elektrolisis The Effect of Current and Voltage
Strength on Metal Content Changes in Water Disposal Landfill by Using
Electrolysis Method Lindi Merupakan.” Jurnal Chemurgy 3(1): 6–10.
45
Usman, S. & Santosa, I. 2014. “Pengolahan Air Limbah Sampah (Lindi) Dari
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Menggunakan Metoda
Constructed Wetland.” Jurnal Kesehatan 5(2): 98–108.
Utami, L., Lazulfa &Yenti, E. 2018. “Produksi Energi Listrik Dari Limbah Kulit
Pepaya (Carica Papaya) Menggunakan Teknologi Microbial Fuel Cells.”
Al-Kimia 6(1): 52–62.
Utami, L.L., Lazulva & Y. Fatisa. 2019. “Produksi Energi Listrik Dari Limbah
Kulit Pisang (Musa Paradisiaca L.) Menggunakan Teknologi Microbial
Fuel Cells Dengan Permanganat Sebagai Katolit.” al-Kimiya 5(2): 62–67.
Yogaswara, Farha, R.R., Khairunnisa, A.S., Pusfitasari, K., Gunawan, M.D. &
Adrian. 2017. “Studi Penambahan Mikroorganisme Pada Substrat
Limbah Pome Terhadap Kinerja Microbial Fuel Cell.” Jurnal Teknik
Kimia 12(1): 14–18.