Anda di halaman 1dari 53

MICROBIAL FUEL CELL (MFC) DARI SUBSTRAT AIR LINDI TPA

SAMPAH DAN GERABAH SEBAGAI MEMBRAN

Proposal Penelitian

OLEH:

NI MADE WIDANI
F1E117032

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

i
ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Microbial Fuel Cell (MFC) 6
B. Single Chamber dan Double Chamber MFC
C. Mikroba dalam Microbial Fuel Cell (MFC) 9
D. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Microbial Fuel Cell (MFC) 10
E. Membran Gerabah 12
F. Lindi TPA Sampah 14
G.Hipotesis Penelitian 18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 19
B. Jenis Penelitian 19
C. Bahan Penelitian 19
D. Alat Penelitian 20
E. Variabel Penelitian 21
F. Definisi Operasional 21
G. Indikator Penelitian 22
H. Kriteria Objektif 23

iii
I. Desain Penelitian 23
J. Prosedur Penelitian 23
1. Pengambilan Sampel Air Lindi 24
2. Persiapan Komponen Reaktor MFC 24
2.1 Elektroda 24
2.2 Membran Gerabah 24
3. Pembuatan Reaktor Microbial Fuel Cell 25
4. Karakterisasi Substrat 26
4.1 Pengukuran Kekentalan (Viskositas) 26
4.2 Pengukuran Senyawa Organik Total (%) 29
4.3 Pengukuran TSS (Total Suspended Solid) 30
4.4 Pengukuran C-Organik 31
4.5 Pengukuran N-Total 33
4.6 Pengukuran pH 34
4.7 Pengukuran Konduktivitas 34
4.8 Penghitungan Jumlah Total Bakteri 34
4.8.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) untuk Pertumbuhan
Bakteri 34
4.8.2 Sterilisasi Alat dan Bahan 35
4.8.3 Persiapan Larutan Pengencer dan Pengenceran Sampel 35
4.8.4 Pengenceran Berseri Sampel 35
4.8.5 Kultur Bakteri dan Perhitungan Koloni Bakteri 36
5. Inkubasi (Masa Produksi MFC) 36
6. Pengukuran Kuat Arus dan Potensial Listrik 36
7. Analisis Data 37
7.1 Analisis Data Koloni Bakteri 37
7.2 Analisis Data Voltase dan Kuat Arus 37
K. Bagan Alur Sistematika Penelitian 39
J. Jadwal Penelitian 40

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


2.1 Mikroorganisme dan substrat dalam sistem MFC 11
2.2 Tipe membran dan voltage (Midyurova et al. 2016). 16
3.1 Bahan dan kegunaan 19
3.2 Alat dan kegunaan 20
3.3 Perlakuan dan Jumlah Ulangan 23
3.4 Nilai viskositas zat cair pada berbagai suhu (dalam 28
Poise)
3.5 Jadwal penelitian 40

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


2.1 Komponen reaktor MFC (Flimban et al. 2019). 7
2.2 Skema Chamber MFC Keterangan: (a) Skema Single 9
Chamber, (b) Skema Double Chamber MFC (Chhazed
et al. 2019)
2.3 General principle of a microbial fuel cell (Khan et al. 10
2013)
2.4 Sketsa susunan dari lembar oktahedral (Murray, 2007). 15
2.5 Sketsa susunan dari lembar tetrahedral (Murray, 2007). 16
3.3 Bagan alur sistematika penelitian 39

vi
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan


MFC Microbial Fuel Cell
TPA Tempat Pembuangan Akhir
KMnO44- Kalium Permanganat
H2O Molekul Air
POME Palm Oil Mill Effluent
Μ Mikro
Mm Millimeter
mA Mili Ampere
mV Mili Volt
Ml Mili Liter
Cfu Colony-forming unit
BOD Biologiy Oxygen Demand
COD Chemical Oxygen Demand
EC Electrical Conductivity
TSS Total Suspended Solid
(NH4)2SO4 Amonium sulfit
HCl Asam Klorida
C Karbon
Q Debit
0
C Derajat celcius
g Gram
mg Mili gram
N Nitrogen
m Meter
NaOH Natrium Hidroksida
H Hidrogen
H+ Hidrogen bermuatan positif
CO2 Karbondioksida
TPAS Tempat Pembuangan Akhir Sampah
UV Ultra Violet
atm Atmosfer
Cr2O72- Dikromat Dianion
-OH Hidroksil
NADH Nikotinamida Adenine Dinukleotida dan
Hindrogen
ATP Adenosin trifosfat

vii
Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan
A Luas permukaan elektroda
Atom C Atom karbon
EM4 Effective Microorganisme
et al Et alia
Fe Besi
Fk Faktor koreksi
G Gram
o
C Derajat Celcius
Cm Centimeter
CO2 Karbondioksida
C-organik Karbon dalam senyawa organic
Cu Cadmium
e- Elektron
H2O Air
H2SO4 Hidrogen sulfida
I Arus
K2Cr2O7 Kaliaum Dikromat
KM1 Ketebalan membran 1 (8,63 mm)
KM2 Ketebalan membran 2 (9,94 mm)
KM3 Ketebalan membran 3 (11,76 mm)
KMnO4 Kalium Permanganat
m2 Meter kuadrat/ meter persegi
mA Miliampere
MFC Mikrobial Fuel Cell
Mg Milligram
mg/l Milligram per liter
mL Mililiter
mV Milivolt
mW Miliwatt
NaCl Natrium Klorida
N-Total Nitrogen total
O2 Oksigen
pH Derajat Keasaman
PEM Proton exchange membrane
V Voltase
Zn Seng
µA Mikro amper
Β Beta
% Persen
± Kurang lebih
Ω Hambatan

viii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Microbial Fuel Cell(MFC) merupakan salah satu teknologi konversi

energi yang memanfaatkan kemampuan metabolisme bakteri. Bakteri yang

berperan umumnya bakteri anaerob, yakni bakteri ini mampu mengkonversi

berbagai macam senyawa organik menjadi CO2, air dan energi (Syahri et al.

2019). Sistem MFC ini sangat berpotensi menghasilkan energi listrik jika ini

diproduksi dalam skala besar maka kemungkinan dapat menggantikan produksi

energi listrik dari bahan bakar fossil.

Komponen MFC secara umum terdiri dari ruang anoda, ruang katoda,

elektroda dan membran. Berdasarkan letak kompertemennya MFC terbagi atas

dua yaitu single chamber (ruang tunggal) dan double chamber (ruang ganda).

Prinsip kerja MFC (Khan et al. 2013) secara umum yaitu pada ruang anoda

terdapat substrat beserta konsersium mikroba yang nanti akan terjadi proses

oksidasi senyawa organik secara anaerobik. Hasil metabolisme mikroba berupa

karbon dioksida, elektron dan proton. Elektron yang dilepaskan akan menuju

elektroda dan mengalir melalui sirkuit eksternal. Proton pada anoda akan

berdifusi melalui membran menuju ruang katoda. Beda potensial antara anoda

dan katoda menghasilkan daya.

Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja MFC (Musrinah et al., 2018)

yaitu komponen penyusun MFC (seperti membran penukar proton, bilik ganda

anoda dan katoda), kecepatan degradasi substrat dan kecepatan transfer

1
2

elektron dari bakteri ke elektroda anoda. Faktor yang perlu dikaji dalam

penelitian ini untuk meningkatkan performa MFC yaitu substrat dan membran.

Membran merupakan komponen MFC yang memisahkan ruang anoda

dan katoda. Beberapa membran yangdigunakan pada MFC seperti Nafion

(Permana dkk. 2015), SPEEK (Permana dkk. 2015), jembatan garam

(Yogaswara dkk. 2017), dan membran kitosan (Milawati, 2021). Harga

membran-membran tersebut relatif mahal dan kurang efisien jika digunakan

dalam jangka panjang, sehingga diperlukan membran MFC yang murah dengan

pengoperasian lebih berkelanjutan. Salah satu jenis membran yang dapat

digunakan pada MFC adalah membran dari gerabah. Gerabah atau keramik

merupakan produk kerajinan dari tanah liat dan memiliki karakteristik tahan

korosi, keras, kuat namun agak rapuh. Struktur kimia gerabah yang bermanfaat

dalam pertukaan ion yaitu Montmorillonit (Nugraha&Hidayati, 2017).

Montmorillonit yaitu salah satu kristal gerabah yang dapat berperan sebagai

katalis dalam pertukaran proton dari anoda ke katoda sehingga gerabah dapat

digunakan sebagai membran transfer proton dalam MFC selain membran

bagian yang lain penting untuk dikaji dalam sistem MFC yaitu substrat.

Substrat yang telah berisi konsersium mikroba adalah salah satu bahan

paling penting dari MFC. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai

substrat dan mikroorganisme yang digunakan pada MFC antara

lainpenggunaanLactobacillus bulgaricus dengan substrat maltose (Fitriani

dkk., 2017), penggunaan substrat limbah cair tempe yang mengandung bakteri

Clostridium sp. (Syahri et al., 2019) dan substrat sedimen mangrove yang
3

ditemukan tiga bakteri yaitu Bacillus sp., Lactobacillus sp. dan

Microbacterium (Fitrianti, 2020). Penggunaan senyawa murni sebagai substrat

kurang efektif bila digunakan dalam skala besar, jika substrat sedimen

mangrove dioperasikan skala besar maka dapat menyebabkan abrasi pantai.

Substrat limbah yang kaya bahan organik namun pemanfaatannya masih

kurang dan mungkin berpotensi digunakan dalam MFC adalah air lindi tempat

pembuangan akhir sampah (TPAS).

Lindi atau leachet dari TPA adalah limbah cair yang dihasilkan dari

proses masuknya air ke dalam timbunan sampah sehingga proses ini dapat

melarutkan unsur-unsur kimiawi materi organik hasil dekomposisi sampah

(Usman & Santosa, 2014). Air lindi memiliki banyak kandungan senyawa

organik maupun anorganik dan sejumlah bakteri patogen (Susanto et al. 2004)

jika tidak dilakukan penanganan yang tepat maka dapat mencemari lingkungan

sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut perlu dikaji lebih lanjut potensi dan

peluang pengolahan air lindi menjadi produk lain salah satunya untuk produksi

energi. Penelitian penggunaan air lindi dalam sistem MFC pernah dilakukan

oleh Alwahab (2017) dengan menggunakan membran nafion dan aerator untuk

mensuplai oksigen dan menghasilkan tegangan listrik sebesar 0,474 V.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut air lindi diketahui sangat berpotensi

dalam menghasilkan energi listrik pada sistem MFC namun perlu adanya

modifikasi rangkain sistem MFC karena nafion yang digunakan relatif mahal.

Oleh karena itu, maka perlu digunakan membran lain yang lebih murah yaitu

gerabah. Membran gerabah belum pernah diuji coba pada MFC dengan
4

substrat lindi, sehingga perlu dikaji secara ilmiah energi yang dihasilkan dalam

sistem Microbial Fuel Cell (MFC) dari Substrat Air Lindi TPA Sampah dan

Gerabah sebagai Membran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar blakang di atas maka masalah dapat di rumuskan

sebagai berikut:

1. Berapakah kuat arus dan voltase yang di hasilkan dari rangkaian sistem

Microbial Fuel Cell (MFC) dengan membran gerabah yang divariasi

ketebalannya selama 2 hari pengamatan ?

2. Berapakah jumlah total bakteri (cfu/mL) pada substrat air lindi TPA

sebelum dan sesudah menghasilkan listrik ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui kuat arus dan voltase yang di hasilkan dari rangkaian

sistem Microbial Fuel Cell (MFC) dengan membran gerabah yang

divariasi ketebalannya selama 2 hari pengamatan.

2. Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri (cfu/mL) pada substrat air lindi

TPA sebelum dan sesudah menghasilkan listrik.


5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat praktis dan teoritis yang di harapkan pada penelitian ini adalah:

a. Manfaat praktis

1. Memberikan contoh bagi masyarakat tentang sumber energi alternatif

terbarukan dan ramah lingkungan.

2. Memberikan salah satu solusi penanganan dari krisis energi listrik di

Indonesia.

b. Manfaat teoritis

1. Sebagai bahan pengembangan penelitian bidang energi terbarukan.

2. Sebagai bahan informasi ilmiah terkait rangkaian sistem MFC dari

substrat air lindi TPA dan gerabah sebagai membra.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Microbial Full Cell (MFC)

Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan suatu teknologi yang dapat

menghasilkan tenaga listrik dengan memanfaatkan aktivitas bakteri

eksoelektrogenik (Ibrahim dkk., 2017). Reaktor MFC didesain dalam bentuk

dual-chamber yang dihubungkan dengan jembatan garam atau membran

(Purwono dkk., 2015).

Komponen MFC secara umum yaitu terdiri dari ruang anoda, ruang

katoda, elektroda dan membran. Berdasarkan letak kompertemennya MFC

terbagi atas dua yaitu single chamber (ruang tunggal) dan double

chamber(ruang ganda) (Saravanan & Karthikeyan, 2018). MFC ruang tunggal

yaitu ruang anoda dan katoda berada dalam satu bilik dan umumnya tidak

memerlukan membran untuk transfer proton (Chhazed et al 2019). MFC ruang

ganda ruang anoda dan katoda berada dalam dua ruang terpisah dan umumnya

memerlukan membran untuk transfer proton dari anoda dan katoda (Meshram

& Jadhav, 2017). MFC ruang ganda kondisi yang berbeda antara anoda dan

katoda dapat dipertahankan setiap kompertemennya. Sehingga banyak peneliti

skala lab menggunakan sistem MFC ruang ganda.Rangkaian komponen reactor

MFC, seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.1.

6
7

Gambar 2.1. Komponen reaktor MFC (Flimban et al. 2019).

Komponen MFC dua chamber terdiri dari ruang anoda dan katoda yang

dipisahkan oleh membran. Ruang anoda terdapat subtrat beserta

mikroorganisme yang nanti akan terjadi proses oksidasi senyawa organik

secara anaerobik. Hasil metabolisme mikroba berupa karbon dioksida, elektron

dan proton. Elektron yang dilepaskan akan menuju elektroda tergantung

kemampuan bakteri yang menghantarkan elektron dan elektron mengalir

melalui sirkuit listrik. Proton pada anoda akan berdifusi melalui membran

menuju ruang katoda. Beda potensial antara anoda dan katoda bersama dengan

aliran elektron menghaasilkan daya. Terjadi proses reduksi dengan kondisi

aerobik pada ruang katoda. Saat elektron, H+ dan oksigen bereaksi maka

produk yang dihasilkan pada ruang katoda yaitu air.


8

Anoda reaksi

C2H4O2 + 2H2O = 2CO2 + 8e- + 8H+ (2.1)

Katoda reaksi

2O2 + 8e- + 8H+ = 4H2O (2.2)

Mikroorganisme dalam menghasilkan energi seharusnya mengkonsumsi

glukosa dalam keadaan aerobik dimana produk yang dihasilkan karbon

dioksida dan air. Ketika oksigen tidak ada maka produk karbon dioksida,

proton dan elektron akan bereaksi (Khan et al. 2013) menjadi :

C6H12O6 + H2O 6CO2 + 24H+ + 24e- (2.3)

Jika konsentrasi glukosa yang lebih tinggi dapat menyebabkan

peningkatan konsentrasi proton dalam lapisan yang tidak dapat bergerak

dengan mengikuti reaksi oksidasi glukosa (reaksi 2.4) yang mengarah pada

penekanan aktivitas enzimatik (Khan et al. 2013).

Glucose Gliconolactone + H+ + e- (2.4)

Ilustrasi reaksi 3-5 fakta dalam kondisi asam yang menunjukkan MnO4-

lebih banyak berpotensi terjadi oksidasi dalam kondisi alkali (Khan et al.

2013).

MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O ; E0 =1.7V (2.5)


MnO4- + 2H2O + 3e- MnO2 + 4OH- ; E0 =0.59V (2.6)
Cr2O72- + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 7H2O ; E0 =1.33V (2.7)

Desain MFC yang telah dikembangkan peneliti saat ini terdiri dari 5

desain yaitu Double-Chamber MFC, Single-Chamber MFC (SCMFC), Up

Flow MFC, Stacked MFC, Flat-Plate MFC (FPMFC) (Khan et al. 2013).Flat-
9

Plate MFC (FPMFC) pada tahun 2004 dirancang oleh Min dan Logan untuk

mengurangi hambatan ohmik yang disebabkan oleh jarak antar elektroda yang

lebih banyak. Double-Chamber MFC (Flimban et al. 2019)yaitu anoda dan

katoda terpisah dua ruang sehingga memerlukan membran atau jembatan

garam sebagai transfer proton.

B. Single Chamber dan Double Chamber MFC

Perbedaan mendasar single chamber dan double chamber yaitu tidak

adanya membran di ruang tunggal (single) MFC, double chamber (ruang

ganda) kondisi yang berbeda dapat dipertahankan di setiap kompartemen dan

laju difusi oksigen ke dalam anoda tanpa membran permeabel ion (ruang

tunggal) 2,7 kali lebih tinggi dari pada rancangan ruang ganda (Saravanan &

Karthikeyan, 2018).

(a) (b)

Gambar 2.2. Skema Chamber MFC Keterangan: (a) Skema Single Chamber,
(b) Skema Double Chamber MFC (Chhazed et al. 2019).
10

Keuntungan dari ruang tunggal MFC adalah lebih hemat biaya dan

penghasilan daya yang lebih tinggi dan kerugian dari MFC ruang tunggal yaitu

efesiensi kolumbik yang rendah umumnya karena difusi oksigen ke dalam

anoda menjadi konsumsi oksigen oleh bakteri (Chhazed et al. 2019). Desain

reaktor MFC berdasarkan letak kompertemennya dapat dilihat pada Gambar

2.2.

C. Mikroba dalam Microbial Fuel Cell (MFC)

Gambar 2.3. Prinsip umum sebuah microbial fuel cell (Khan et al. 2013).

Metabolisme sel bakteri setelah mengkonsumsi substrat akan masuk

pada proses glikolisis. Hasil glikolisis akan masuk ke dalam siklus krebs di

dalan sitokrom bakteri, pada siklus ini juga dihasilkan ATP, NADPH2 dan

FADH2. Tahap selanjutnya adalah rantai transfer elektron dimana molekul

NADH2 dan FADH2 yang dihasilkan dari serangkaian proses glikolisis dan

siklus asam sitrat akan dioksidasi menjadi NAD+ dan FAD+ dengan

melepaskan elektron dan proton (Gambar 2.3.). Elektron dalam ruang anoda
11

di transfer ke katoda melewati siskuit eksternal yang akan menghasilkan

muatan eksternal listrik dan proton di transfer melalui membran (Utami dkk.

2019). Elektron dan proton bereaksi dalam ruang katoda mereduksi oksigen

dan menghasilkan listrik.

Substrat dan mikroorganisme yang berpotensi dalam menghasilkan

listrik dalam sistem MFC dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis substrat dan mikroorganisme dalam sistem MFC


Jenis Substrat Mikroorganisme Referensi
1 2 3
Limbah cair tempe Clostridium sp. Syahri et al. (2019)

Maltose Lactobacillus bulgaricus Fitriani dkk. (2017)

Sedimen mangrove Bacillus sp., Fitrianti (2020)


Lactobacillus sp.,
Microbacterium

Limbah septic tank Bacillus subtilis Prayogo dkk. (2017)

Tahapan-tahapan kerja Microbial Fuel Cell serta konversinya menjadi

arus listrik (Latif dkk. 2020):

a. Hindrogen terbentuk dari reaksi glikolisis yang terjadi di anoda, sedangkan

oksigen dan katalis KMnO44- terdapat di katoda.

b. Jembatan garam digunakan sebagai katalisator yang mampu melewatkan

proton ke katoda dan menahan elekron di anoda.

c. Apabila anoda dan katoda dihubungkan dengan sebuah penghantar melalui

sebuah resistor, maka akan terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda,

sehingga menimbulkan arus listrik.


12

d. Elektron yang mengalir ke katoda akan mereduksi pottasium ferrocyianida

menjadi pottasium ferricyianida. Karena adanya positron pada bagian

katoda menyebabkan pottasium ferricyianida dioksidasi kembali menjadi

pottasium ferrocyanida. Sedang hydrogen bereaksi dengan oksigen

membentuk air (H2O).

D. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Microbial Fuel Cell (MFC)

Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja MFC diantaranya adalah

komponen penyusun MFC (seperti membran pemukar proton, bilik ganda

anoda dan katoda), kecepatan degradasi substrat dan kecepatan transfer

elektron dari bakteri ke anoda (Musrinah dkk. 2018).

Substrat berada pada bejana anoda untuk nutrisi mikroba. Berbagai

macam substrat telah digunakan sampai sekarang dalam sistem MFC mulai

dari senyawa murni hingga campuran kompleks bahan organik yang ada dalam

air limbah (Chhazedet al. 2019). Bahan yang banyak digunakan untuk substrat

seperti glukosa (Biffinger et al. 2007), substrat limbah industry seperti POME

(Palm Oil Mill Effluent) (Yogaswara dkk. 2017), limbah sayur (Imaduddin

dkk. 2014), limbah kulit papaya (Utami dkk. 2018), limbah whey tahu (Sinaga

dkk. 2014) dan limbah cair perikanan (Ibrahim dkk. 2017).

Mikroba yang pernah digunakan dalam MFC yaitu E. coli (Permana

dkk. 2015) dan Lactobacillus bulgaricus (Fitriani dkk. 2017). Namun, dari

sekian banyak penelitian tentang mikroba MFC hanya kelompok bakteri yang

mampu menghasil energi lebih banyak dan berkelanjutan. Proses metabolisme

bakteri dalam menghasilkan energi terjadi dalam sitokrom bakteri. Bakteri


13

yang memiliki phili maka dengan mudah menempel pada elektroda anoda dan

melepaskan elektron langsung mengalir ke elekroda. Namun tidak semua

bakteri mempunyai phili maka untuk mempercepat reaksi diperlukan mediator

sebagai katalisator untuk mempercepat transfer elektron yang telah dilepaskan

bakteri menuju elektroda anoda.

Elekroda yang digunakan juga perlu diperhatikan supaya tidak menjadi

racun untuk mikroba, tidak mudah terjadi oksidasi, berkelanjutan dan

konduktivitas yang bagus. Contoh elektroda yang dapat digunakan yaitu

berbahan karbon (Akbar dkk. 2017), aluminum (Ibrahim dkk. 2017),

besi(Ibrahim dkk. 2017), tembaga(Akbar dkk. 2017), dan kombinasi dua

mineral seperti Zn-C (Meshram &Jadhav, 2017), Zn-Cu (Akbar dkk. 2017).

Membran merupakan salah satu komponen MFC yang memisahkan

ruang anoda dan katoda serta berfungsi sebagai transfer proton dari anoda ke

katoda. Membran yang umum digunakan adalah Proton Exchage Membran

(PEM) seperti nafion (Kim et al., 2016) dan ultrex (Kim et al., 2016). Harga

membran PEM tersebut relatif mahal, namun penghilangan PEM dari sistem

MFC juga memiliki kelemahan yaitu karena tanpa membran maka oksigen

akan berdifusi ke bejana anoda. Oksigen pada bejana anoda (Kim et al., 2016)

mengakibatkan penurunan potensial pada substrat karena reaksi oksidasi

aerobik bakteri. Sehingga diperlukan membran MFC lebih murah dan ramah

lingkungan serta penggunaannya lebih berkepanjangan yaitu dengan

menggunakan membran gerabah.


14

E. Membran Gerabah

Gerabah merupakan kerajinan tradisional yang terbuat dari bahan baku

utamanya yaitu tanah dasar (lempung). Lempung merupakan partikel mineral

yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. berdasarkan mineralogy lempung

terdiri dari Kaolinit 1:1 Al2 (Si2O5 (H2O)), illit 2:1 KAl2 (AlSi3O10

(OH)2),Smektit 2:2 (AlMg)4Si8 O20 (OH)10, Klorit 2:1:1 (MgFe)6-x (AlFe)x Si4-

x Alx (OH)10 sedangkan berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya

terdiri dari kaolinit, halloysite, momtmorillonite (bentonites), illite, smectite,

vermiculite, chlorite, attaulgite dan allophone.(Jone & Hera, 2015). Sifat bahan

gerabah ini tergantung pada ikatan kimianya. Ikatan kovalen memberi sifat

dapat mengarah pada kekuatan Kristal dan strukturnya lebih rumit dari ikatan

logam atau ion dan menyebabkan memiliki titik didih yang tinggi sehingga

memiliki sifat isolator yang baik (Siagian&Hutabalian 2012).

Struktur kimia gerabah yang unik dan bermanfaat dalam pertukaan ion

yaitu Montmorillonit. Montmorillonit merupakan mineral lempung yang

mampu menyerap air dan mengembang. Lempung merupakan partikel mineral

yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm (Jone & Hera, 2015). Montmorillonit

memiliki sifat pertukaran ion dan sifat ini yang menentukan jumlah air (uap air

yang dapat diserap). Hal ini disebabkan struktur kisi-kisi kristal mineral

montmorillonit dan adanya unsur kation (ion bermuatan positif) yang mudah

tertukar maupun menarik air (Nugraha & Hidayati, 2017). Montmorillonit

kristal gerabah yang dapat berperan sebagai katalis dalam pertukaran proton

dari anoda ke katoda sehingga gerabah dapat digunakan sebagai membran


15

transfer proton dalam MFC. Selain membran bagian yang lain penting untuk

dikaji dalam sistem MFC yaitu substrat.

Syarat lempung yang dapat digunakan dalam pembuatan gerabah yaitu

(Jone & Hera, 2015) lempung memiliki sifat plastis yang tinggi, mempunyai

kekuatan kering yang tinggi dan susut kering rendah (<10%), bila susut terlalu

besar bisa ditambah pasir halus. Lempung harus berbutir halus kurang dari

1,410 mm, mengandung butiran kapur berukuran >0,5 mm, perlu dihaluskan

sampai menembus ayakan dengan ukuran 0,5 mm, telah padat pada

pembakaran 900-1000 oC.

Murray (2007) menyebutkan bahwa satuan struktur dasar mineral

lempung terdiri dari silika tetrahedron dan alumina oktahedron. Satuan-satuan

dasar tersebut bersatu membentuk struktur lembaran. Jenis-jenis mineral

lempung tergantung dari kombinasi susunan satuan struktur dasar atau

tumpukan lembaran serta macam ikatan masing-masing lembaran.

Oksigen
Hidroksil
Aluminium

Gambar 2.4. Sketsa susunan dari lembar oktahedral (Murray, 2007).

Lembaran oktahedral terdiri atas kumpulanoksigen dan hidroksil yang

terikat kuat dimana atom aluminium, besi dan magnesium diatur dalam

koordinasi oktahedral (Gambar 2.4.). Ketika aluminium dengan ketiga kation

bervalensi positif mengisi lembar oktahedral,hanya dua per tiga dari posisi

yang mungkin diisi untuk menyeimbangkan muatan. Ketika hanya dua per tiga
16

posisi yang terisi mineral disebut dioktahedral. Ketika magnesium dengan

muatan positif mengisi, ketiga posisi akan terisi semua untuk menyeimbangkan

struktur dan mineral tersebut disebut trioktahedral.

Oksigen
Silika

Gambar 2.5. Sketsa susunan dari lembar tetrahedral (Murray, 2007).

Unit kedua layar silika tetrahedral dimana atom silikon berjarak sama

dari empat atom oksigen atau mungkin hidroksil yang tersusun dalam bentuk

tetrahedron dengan atom silikon berada ditengah. Lembar silika tertrahedral

dan lembar oktahedral bergabung dengan berbagi oksigen atau hidroksil untuk

membentuk mineral lempung (Gambar 2.5.).

Berikut ini senyawa yang ditambahkan pada membran keramik dan

energi (density g/cm2) yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.2. Tipe membran dan voltage (Midyurova et al. 2016).


Penyusun Density
No. membran Constituents Ratio g/cm2 mV
keramik
1. Trojan clay/MnO2 Dicomponent 5:1 2,00 17,8
membrane
2. Trojan clay/ Dicomponent 15:15 2.02 20,2
Electrocorundum membrane

3. Trojan clay Monocomponent - 1,68 15,5


membrane

4. Trojan clay/ PAN Polycomponent 30:1:5:7 1,24 19,6


feber/ carbon membrane
/dextrin
17

Klasifikasi mineral lempung pertama kali diusulkan oleh Grim (1968)

dan klasifikasi ini menjadi dasar untuk menjabarkan nomenklatur dan

perbedaan diantara berbagai mineral lempung (Murray, 2007). Gerabah juga

memiliki sifat kelistrikan yang meliputi isolator, semikonduktor, konduktor,

bahan superkonduktor, magnetik dan non magnetik (Siagian & Hutabalian,

2012).

F. Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)

Lindi (leachate) merupakan cairan yang merembes melalui tumpukan

sampah dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses

dekomposisi materi organik ataupun anorganik dari sampah (Kartikasari dkk.

2020). Lindi dapat meresap ke dalam tanah yang dapat menyebabkan

pencemaran tanah dan air tanah secara langsung (Susanto et al. 2004).

TPA menjadi tempat penampungan berbagai macam sampah sehingga

lindi mengandung berbagai jenis bahan pencemar yang berpotensi mengganggu

lingkungan dan kesehatan manusia (Sari & Hidaya, 2017).Sari dan Afdal.

(2017)menemukan bahwa hasil pengujian sampel air lindi di TPA Kota Padang

memiliki nilai COD, BOD dan TSS yang tinggi. Sari dan Hidaya

(2017)melakukan penelitian mengenai karakteristik lindi di TPA Winongo

menemukan bahwa lindi di lokasi tersebut mengandung Chemical Oxygen

Demand (COD), Biology Oxygen Demand (BOD), Electrical Conductivity

(EC), Total Suspended Solid (TSS) dengan konsentrasi yang tinggi tetapi

memiliki pH yang rendah.


18

Pengolahan air lindi sebagian besar TPA di Indonesia, masih

menggunakan teknologi sistem kolam, yaitu menggunakan kolam penampung,

kolam anaerobik, kolam aerobik, kolam stabilisasi dan dilanjutkan

menggunakan wet land(Said& Hartaja 2015). Kelemahan dari teknologi

tersebut yaitu memerlukan waktu tampung yang cukup lama sekitar 30-50 hari

setiap tahap (Syawalian et al. 2019).

G. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis

yang diajukan yaitu:

H0 :μ = 0 tidak terdapat perbedaan kuat arus dan tegangan pada sistem MFC

dari substrat air lindi yang divariasi ketebalan membran gerabah

selama 2 hari pengamatan.

H1 : µ ≠ 0 terdapat perbedaan kuat arus dan tegangan pada sistem MFC dari

substrat air lindi yang divariasi ketebalan membran gerabah selama 2

hari pengamatan.

H0 :μ = 0 tidak terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri pada sistem MFC

sebelum dan sesudah menghasilkan listrik.

H1 : µ ≠ 0 terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri pada sistem MFC sebelum

dan sesudah menghasilkan listri.


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian ini akandilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2021 bertempat

di Laboratorium Lahan Basah Ekologi, Laboratorium Mikrobiologi dan

Laboratorium Molekuler dan lingkungan, Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo, Kendari,

Sulawesi Tenggara.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan

membandingkan kuat arus listrik dan voltase yang dihasilkan pada sistem

MFC, menggunakan membran gerabah yang divariasikan ketebalannya.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1Bahan dan kegunaan.


No. Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Air Lindi TPA - Sebagai substrat dan sumber
mikrobadalam produksi MFC

2. Aquades mL Sebagai larutan pengencer dan


pelarut

3. Membran gerabah - Sebagai penghantar proton dan


ruang katoda
4. Media NA dan NB mL Sebagai media pertumbuhan bakteri
5. Spritus mL Sebagai bahan bakar bunsen
6. Larutan alkohol 75% mL Untuk desinfektan
7. Air Lindi mL Sebagai bahan uji
8. Tissu - Untuk membersihkan alat dan
tempat kerja

19
20

Tabel 3.1Lanjutan.
1 2 3 4
9. Kertas Whatmaan no. 41 - Untuk menyaring sampel
10. K2Cr2O7 1N mL Larutan untuk mengukur C-
organik
11. H2SO4 mL Larutan untuk mengukur C-
organik
12. NaOH-Na2S2O3 mL Larutan untuk mengukur N-total
13. HCl 0,02 N mL Larutan untuk mengukur N-total

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Alat dan kegunaan.


No. Nama Alat Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Kabel N.Y.A - Sebagai alat untuk mengalirkan
ETERNA (1x2,5) electron
2. Chamber (glass mL Sebagaai ruang anoda
reaktor)
3. Multimeter mV/µA Untuk mengukur Voltase dan
Amper
4. pH meter - Untuk mengukur keasaman substrat
5. Timbangan analitik - Untuk menimbang bahan
6. Gelas ukur - Untuk mengukur sampel
7. Autoklave - Untuk sterilisasi alat dan bahan
8. Laminar Air Flow - Tempat kerja aseptis dengan bakteri
9. Cawan petri - Wadah membiakan baktri saat
menghitung koloni
10. Mikropipet (blue tip, mL Untuk mengambil larutan
white tip dan yellow
tip)
11. Vortex - Untuk menghomogenkan media NA
dan NB
12. Micrometer sekrub mm Untuk mengukur ketebalan gerabah
21

Tabel 3.2 Lanjutan.


1 2 3 4
13. Penggaris cm Untuk mengukur tinggi gerabah
14. Viskometer Ostwald - Untuk mengukur kekentalan air
Alternatif lindi
15. Plastik kontainer - Sebagai ruang anoda
16. Aerator - Sebagai alat mengalirkan
oksigen di ruang katoda
17. Logam aliminum - Sebagai elektroda
18. Colony counter - Untuk menghitung koloni
bakteri
19. Gelas ukur mL Untuk mengukur larutan

E. Variable Penelitian

Variabel yang akan diteliti beserta data yang akan dikumpulkan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. Variabel bebas : variasi ketebalan membran gerabah (8,63 mm; 9,94 mm

dan 11,76 mm).

b. Variabel terikat : Kuat arus dan tegangan listrik yang dihasilkan serta

jumlah total bakteri sebelum dan sesudah menghasilkan listrik.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional yang telah ditetapkan pada penelitian ini sebagai

berikut :

a. Membran dalam MFC merupakan komponen yang memisahkan ruang anoda

dan katoda.

b. Gerabah merupakan kerajinan tanah liat danmemiliki senyawapenyusun

yaitu Montmorillonityang dapat berperan dalam pertukaran ion.


22

c. Ketebalan membran gerabah diperoleh dengan diukur tiga bagian sisi

dinding gerabah menggunakan mikrometer skrub nilai rata-rata ketiga sisi

gerabah tersebut itulah nilai ketebalan dinding gerabah.

d. Kuat arus listrik merupakan aliran muatan listrik melalui sebuah konduktor

dalam selang waktu. Kuat arus diukur dengan alat multimeter dan jenis

energi listrik DC (Direct Current) dalam MFC serta satuan kuat arus yaitu

mili Ampere (mA).

e. Tegangan atau beda potensiallistrik merupakan energi listrik yang diperlukan

untuk mengalirkan setiap muatan listrik dari ujung-ujung penghantar

sehingga tengangan listrik menjadi sebab munculnya arus listrik.Alat ukur

tegangan yaitu multimeterdan jenis energi listrik DC (Direct Current) dalam

MFC serta satuan tegangan listrik yaitu mili Volt (mV).

f. Jumlah total bakteri (cfu/mL) merupakan total bakteri yang terdapat pada

substrat MFC yang diperoleh dengan pengenceran dan menumbuhkan pada

media Nutrient Agar (NA) serta koloni bakteri dihitung dengan alat colony

counter berdasarkan Standar Plate Count (SPC) yaitu 30-300 cfu/mL.

G. Indikator Penelitian

Indikator dalam penelitian ini adalah terdapatnya arus dan tegangan

yang dihasilkan serta terdapat perbedaan jumlah total koloni bakteri sebelum

dan sesudah menghasilkan listrik.


23

H. Kriteria Objektif

Kriteria objektif pada penelitian ini yaitu kriteria objektif secara

kuantitatif yakni data dikumpulkan serta disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik meliputi kuat arus (mA), tegangan (mV) dan jumlah total bakteri

(cfu/mL).

I. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan metode

rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 kali ulangan.

Perlakuannya yaitu rangkaian MFC dengan ketebalan membran gerabah 1

(KM1), rangkaian MFC dengan ketebalan membran gerabah 2 (KM2) dan

rangkaian MFC dengan ketebalan membran gerabah 3 (KM3) sehingga

diperoleh 9 unit percobaan (Tabel 3.3).

Tabel 3.3 Perlakuan dan Jumlah Ulangan


Perlakuan
Ulangan ke- KM1 KM2 KM3
1 KM1.1 KM2.1 KM3.1
2 KM1.2 KM2.2 KM3.2
3 KM1.3 KM2.3 KM3.3
Total perlakuan Rata-rata Rata-rata Rata-rata

J. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari pengambilan sampel air lindi,

persiapan komponen reaktor, pembuatan reaktor MFC, karakterisasi substrat

dan analisis data.


24

1. Pengambilan Sampel Air Lindi

Pengambilan sampel substrat limbah TPA diambil di TPA Puwatu,

Kendari, Sulawesi Tenggara.Substrat air lindi diambil menggunakan wadah

plastik container.Terjadi perbedaan teknik pengambilan sampel saat musim

hujan dan musim kemarau. Saat musim kemarau sampel yang diperoleh

murni air lindi sehingga dapat diambil langsung pada kolam penampungan

(Alwahab, 2017). Ketika musim hujan lindi yang diperoleh telah banyak

tercampur air hujan maka cara mengambil sampel diupayakan diambil

sebelum turun hujan dan baru keluar dari pipa yang terhubung langsung ke

tumpukan sampahagar sampel yang diperoleh lebih banyak air lindi.

2. Persiapan Komponen Reaktor MFC

Komponen reaktor MFC yang paling utama disiapkan yaitu

elektroda dan membran gerabah.

2.1 Elektroda

Elektroda yang digunakan pada penelitian ini yaitu ram

kawat.Preparasi elektroda dilakukan dengan merendam dalam larutan

HCl 1 M selama 1 hari dan dibilas menggunakan aquades. Kemudian

elektroda direndam kembali ke dalam larutan NaOH 1 M selama satu

hari dan dibilas kembali menggunakan aquades. Elektroda direndam

dalam aquades sampai saat akan digunakan(Utami dkk., 2019).

2.2 Membran Gerabah

Membran yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu gerabah

dengan memvariasikan ketebalannya. Milawati (2020) mengatakan


25

bahwa semakin tebal membran MFC semakin tinggi energi yang di

hasilkan. Maka membran gerabah yang akan digunakan pada penelitian

ini yaitu tiga gerabah dengan memvariasikan ketebalannya. Bagian

dinding gerabah polos tanpa corak bagian bawah tertutup dan bagian

atas terbuka serta berbentuk tabung. Mengecek kualitas bahan dengan

mengisi tabung gerabah dandi tunggu beberapa jam jika air merembes

tetapi dinding gerabah tidak bocor maka gerabah tersebut siap

digunakan.

3.Pembuatan Reaktor Microbial Fuel Cell

Desain reaktor pada penelitian ini yaitu menyiapkan elektroda

(logam aluminium yang dianyam) kemudian melilitkan pada dinding

gerabah bagian dalam dan luar. Kemudian menaruh gerabah berisi elektroda

kedalam bejana plastik. Bagian dalam gerabah berfungsi sebagai ruang

katoda dan bejana plastik sebagai ruang anoda. Skema MFC yang akan

digunakan pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema MFC pada penelitian ini.


26

Ruang anoda diisi dengan substrat air lindi TPA yang berisikan

konsorsium mikroba sedangkan pada ruang katoda dialirkan oksigen buatan

menggunakan aerator.

4. Karakterisasi Substrat

Karakterisasi substrat air lindi TPA yang akan dilakukan terdiri dari

pengukuran kekentalan (viskositas), pengukuran senyawa organik total (%),

pengukuran TSS (Total Suspended Solid), pengukuran C-organik,

pengukuran N-total, pengukuran pH, pengukuran konduktivitas dan

perhitungan koloni bakteri.

4.1 Pengukuran kekentalan (viskositas)

Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kekentalan suatu

zat cair yaitu viskometer. Alat ukur kekentalan ini dapat mengukur zat

cair secara akurat dan spesifik sesuai dengan standar yang telah

ditentukandipenuhi (Regina dkk., 2018). Apabila volume zat cair yang

mengalir melalui penampang persatuan waktu disebut dengan debit (Q),

maka sesuai persamaan Poiseuille dipenuhi (Regina dkk., 2018):

𝜋𝑟𝟦 . 𝛥𝑃
Q= (3.1)
8ɳɳ

Atau

𝜋𝑟𝟦 . 𝛥𝑃
Q= (3.2)
128ɳ2

Keterangan:

Q=volume cairan yang mengalir (m3/s)

ΔP =beda tekanan antara ujung-ujung pipa (N/m2)


27

ɳ = viskositas zat cair (Ns/m2),

r = jari-jari dalam penampang pipa (m),

d = diameter dalam pipa (m)

L = adalah panjang pipa (m).

Ƞ = viskositas

Jika zat cair yang diiuji mempunyai viskositas Ƞ1 maka

pembandingnya (air) berviskositas Ƞ2 .

Selanjutnya, hasil perbandingan kedua viskositas itu pada debit

yang sama memenuhi persamaan (3) dan (4) (Sutiah et al, 2008).

Ƞ1 πr 4 (𝜌.𝑡)1 8 𝑉𝐿
= x (3.3)
Ƞ2 8 𝑉𝐿 πr 4 (𝜌.𝑡)2

dan

Ƞ1 𝜌 1𝑡 1
= (3.4)
Ƞ2 𝜌 2𝑡 2

Keterangan:

r4= jari-jari

ρ = densitas

t = waktu

V = volume

L = panjang pipa

Sampel air lindi yang telah melalui tahap pengukuran dengan

Viskometer kemudian dicari nilai viskositasnya melalui persamaan diatas


28

dan membandingkan dengan viskositas zat cair yang telah ada nilai

ketetapannya pada suhu tertentu (Tabel 3.3.) agar nilai viskositas sampel

lebih akurat.

Table 3.4. Nilai viskositas zat cair pada berbagai suhu (dalam Poise)
Cairan 0oC 10 oC 20oC 30oC 40oC 50 oC
1 2 3 4 5 6 7
Air 0,0179 0,013 0,0101 0,008 0,0065 0,0055
Gliserin 105,9 34,4 13,4 6,29 2,89 1,41
Amilin 0,102 0,065 0,0044 0,0316 0,0227 0,0185
Bensin 0,0091 0,0076 0,0065 0,0056 0,005 0,0044
Etanol 0,0177 0,0147 0,012 0,0100 0,0083 0,007
Minyak 25,3 3,84 1,63 0,96 - -
Sumber:(Regina dkk., 2018)

Rangakain penyusun pengukur viskositas zat cair terdiri dari

buret, bak penampung untuk menampung zat cair yang keluar dari buret,

corong, serta stopwatchuntuk pennunjuk waktu lamanya zat cair tersebut

mengalir melewati buret.Desain alat viskometer Ostwald yang akan akan

digunakan pada penelitian ini, ditampilkan pada Gambar 3.2.

Keterangan:

1. Corong berfungsi untuk memudahkan


memasukkan zat cair ke dalam buret.
2. Buret berfungsi sebagai tabung
penampung zat cair yang akan diukur
viskositasnya berdasarkan waktu alir
zat cair tersebut.
3. Akrilik berfungsi sebagai penyangga
buret.
4. Kran berfungsi sebagai penahan zat
cair.
5.Akrilik berfungsi sebagai alas dari alat.

Gambar 3.2. Desain alat viskometer Ostwald alternatif (Regina dkk., 2018).
29

4.2 Pengukuran Senyawa OrganikTotal (%)

Pengukuran senyawa organik total (%) dilakukan dengan mencari

berat kering sampel lindi dan kadar abu lalu senyawa organik total di

peroleh dengan persamaan berikut:

Rumus memperolehsenyawa organik (%):


Organik (%) = Berat kering (%)-Anorganik(%) (3.5)

Berat kering sampel

Sampel air lindi TPA sebanyak 50 mL disimpan dalam gelas

beker. Sampel air lindi diaduk hingga homogen kemudian disaring

menggunakan kertas Whatman no.41 (Sari dan Afdal, 2017). Sampel

tersebut dipanaskan di dalam gelas beaker menggunakan hote plate

dengan suhu 250C selama 1 jam hingga air dalam gelas beaker habis.

Sampel air yang telah dipanaskan kemudian diuapkan menggunakan

oven dengan suhu 105oC selama 1 jam agar sampel benar-benar

kering. Kemudian gelas beaker yang berisi sampel tersebut

didinginkan lalu ditimbang dengan timbangan moisture hingga

didapatkan massa gelas beaker dan massa zat yang telah kering (B)

(Marta& Afdal. 2019).

Rumus menghitung % berat kering (Marta& Afdal. 2019):


𝐴−𝑆
% berat kering = 𝐵−𝑆 𝑥100% (3.6)
30

Keterangan:

A = berat akhir (setelah di oven) (g)

B = berat awal (sebelum di oven) (g)

S = berat kertas saring (g)

Kadar abu (anorganik)

Cawan pengabuan dikeringkan didalam oven selama satu jam

pada suhu 105oC, didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan

ditimbang sampai berat yang konstan (Marta dan Afdal, 2019).

Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan

dipijarkan di atas nyala api bunsenhingga tidak berasap. Sampel

dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600oC selama 1

jam, kemudian ditimbang hingga berat yang konstan. Kadar abu

ditentukan dengan rumus (Huriawati dkk., 2016):


𝐶−𝐴
Kadar abu (%) = 𝐵−𝐴 x 100%

Keterangan:
A = berat kering cawan porselen kosong (g)

B = berat cawan dengan sampel (g)

C = berat cawan dengan sampel dikeringkan

4.3 Pengukuran TSS (Total Suspended Solid)

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan

kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap.

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid) adalah bahan-bahan


31

yang tersuspensi (diameter > 1 mm) yang tertahan pada saringan milli-

pore dengan diameter pori 0,45mm (Effendi 2003).

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989-

26 tahun 2005, untuk menganalisis zat padat tersuspensi

menggunakan metode kertas saring934-AHTM circle90 mm dibilas

terlebih dahulu dengan air aquades dan dipanaskan dengan oven

selama 1 jam (Nicola, 2015). Didinginkan dalam desikator selama 15

menit dan kemudian ditimbang dengan cepat. Sampel yang telah

dikocok merata, sebanyak 100 mL dipindahkan dengan menggunakan

pipet, ke dalam alat penyaring yang sudah ada kertas saring

didalamnya dan disaring dengan sistem vakum(Huriawati dkk.,

2016). Kertas saring yang diambil dari alat penyaring secara hati-hati

kemudian dikeringkan didalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam di

desikator selama 15 menit dan ditimbang (Nicola, 2015).

Hitung menggunakan rumus (Nicola, 2015):

𝑚𝑔 (𝑎−𝑏)×10 6
zat padat terlarut =
𝐿 𝑐

Keterangan:

a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105oC (g)

b = berat filter kering (sesudah pemanasan 105oC) (g)

c = mL sampel

4.4 Pengukuran C-Organik

Pengukuran kadar C-Organik dengan metode Walky and Black.

Sampel ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam erlenmeyer.


32

Kemudian ditambahkan 5 mL K2Cr2O7 1 N dan dikocok

agartercampur. Selanjutnya ditambahkan 7,5 mL H2SO4 pekat, dan

dikocok lalu didiamkan selama 30 menit (Milawati, 2020).

Selanjutnya diencerkan dengan akuades hingga 100 mL. Keesokan

harinya dengan dilakukan pengukuran serapan larutan jernih dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 561 nm

(Afqdzakun, 2020).

Sebagai pembanding dibuat standar 0 ppm dan 250ppm C dari

glukosa dengan memipet 0 dan 5mL larutan standar 5000 ppm C dari

glukosa ke dalam labu ukur 100 mL dengan perlakuan yang sama

terhadap pengerjaan sampel (Milawati, 2020). Kemudian dibuat kurva

standar C dari glukosa dan nilai serapan sampel ditransformasikan

pada persamaan garis kurva standar C dari glukosa dan dilakukan

perhitungan (Afqdzakun, 2020).

Kadar C-Organik total (%) dihitung dalam formula sebagai

berikut (Milawati, 2020):

ppm kurva x 100/mg contoh x 100 ml/1.000 ml x fk (3.7)

Keterangan:

ppm kurva = nilai kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan

antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah

dikoreksi blanko.

100 = nilai konversi ke %

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)


33

4.5 Pengukuran N-Total

Sampel lindi yang kering sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam

labu lalu ditambah katalis nitrogen sebanyak 2 gram dan H2SO4 pekat

sebanyak 10 ml untuk didestruksi dalam lemari asam sampai cairan

berwarnabening, selanjutnya larutan dikeluarkan dari lemari asam dan

dibiarkan hingga dingin. kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu

destilasi lalu dibilas menggunakan aquades sebanyak 100 ml

(Milawati, 2020). Sampel ditambah 10 ml aquades dan 20 ml larutan

NaOH-Na2S2O3, kemudian batu didih dimasukkan ke dalam labu

destilasi yang berisi sampel. Larutan NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml

dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambah 3 tetes MR (merah

metil). Sampel didestilasi hingga menghasilkan filtrat sebanyak 75 ml.

Filtrat tersebut dititrasi HCl 0,02 N hingga berwarna kuning jerami

(Indrayani et al., 2015).

Kadar N total dihitung dengan rumus(Indrayani et al., 2015):

VA −VB ×n HCl ×14.008


Kadar N = × 100% (3.8)
mg Sampel

Keterangan:
N = Nitrogen
VA = Volume H2SO4 Hasil Titrasi Awal

VB = Volume H2SO4 Hasil Titrasi Blanko

n = normalitas HCl
34

4.6 Pengukuran pH

Sampel ditimbang 10 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer,

kemudian ditambah 50 ml air aquadest. Sampel dihomogenkan dengan

vortex. Kemudian pH sampel diukur dengan pH meter (Milawati, 2020).

4.7 Pengukuran Konduktivitas

Sampel sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam botol kocok dan

ditambahkan 50 mL akuades. Dikocok dengan mesin pengocok selama

30 menit diukur daya hantar listrik dengan konduktometer sel platina

yang telah dikalibrasi menggunakan larutan baku NaCl dan dibaca

setelah angka konstan. Setiap melakukan kalibrasi dan mengukur sampel

elektroda dicuci dan dikeringkan dengan tisu (Afqdzakun, 2020).

4.8 Penghitungan Jumlah Total Bakteri

Perhitungan jumlah total bakteri pada substrat air lindi TPA

dilakukan pada hari ke-0 (sebelum inkubasi) dan hari terakhir

pengamatan. Tahapan kerja dilakukan sebagai berikut:

4.8.1 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) untuk Pertumbuhan


Bakteri

Media Nutrient Agar (NA) digunakan sebagai media

pertumbuhan bakteri. Media ini terdiri atas 8 g Nutrient Broth (NB)

dan 20 g agar dalam 1000 mL akuades. Media dipanaskan dengan

menggunakan alat pemanas (hot plate) dan dihomogenkan dengan

magnet pengaduk (magnetic stirrer) (Afqdzakun, 2020).


35

4.8.2 Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan.

Sterilisasi alat dan media menggunakan metode uap panas bertekanan

dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC(Putri&Kurnia 2018).

Waktu sterilisasi alat selama 20 menit sedangkan media hanya 15 menit

(Afqdzakun, 2020).

4.8.3 Persiapan Larutan Pengencer dan Pengenceran Sampel

Larutan pengencer dibuat dari 90 mL akuades, selanjutnya

disterilkan dengan menggunakan autoklaf bertekanan 1 atm pada suhu

121oC selama 15 menit. Sampel (Sumber isolat bskteri) berupa substrat

air lindiTPAS diambil sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam 90

mL larutan pengencer. Kemudian sampel tersebut digoyang (shaker)

selama 15 menit yang bertujuan agar sampel homogen(Afqdzakun,

2020).

4.8.4 Pengenceran berseri sampel

Pengenceran berseri sampel untuk ditumubhkan (dikulturkan)

pada media dilakukan dengan cara sampel air lindi TPA yang telah

diencerkan pada 90 ml (yang telah dipersiapkan sebelumnya) dihitung

sebagai pengenceran 10-1, selanjutnya dari pengenceran tersebut

diambil sebanyak 1 ml menggunakan mikropipet dan blue tip

kemudian dimasukkan ke dalam botol ampul berisi 9 mL larutan

pengencer dan disuspensi untuk memperoleh pengenceran 10-2. Hal

tersebut dilakukan sampai pengenceran 10-5 (Fitrianti, 2020).


36

4.8.5 Kultur Bakteri dan Perhitungan Koloni Bakteri

Sampel hasil pengenceran dari tahapan sebelumnya akan

ditumbuhkan bakterinya pada media NA dengan metode tuang (pour

plate) dengan metode sebagai berikut, sampel lindi TPAS dari

pengenceran 10-3, 10-4 dan 10-5, diambil masing-masing 1 mL dan

dituang ke dalam cawan petri steril, kemudian media NA cair dituang

ke dalam masing-masing cawan petri yang telah berisi sampel

(Fitrianti, 2020). Setelah itu, media tersebut dihomogenkan

membentuk angka delapan dan diinkubasi pada suhu ruang selama 1

hari dalam kondisi gelap. Setelah 1 hari koloni bakteri dihitung

menggunakan alat colony counter dan akan dianalisis jumlahnya

menggunakan rumus berdasarkan Standard Plate Count (SPC)

(Afqdzakun, 2020).

5. Inkubasi (Masa Produksi MFC)

Rangkaian sistem MFC yang telah berisi substrat air lindi TPAS

beserta konsersium bakteri yang telah disiapkan sebelumnya kemudian

diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang (Ibrahim dkk., 2019).

6. Pengukuran Kuat Arus dan Potensial Listrik

Kuat arus dan potensial listrik diukur menggunakan alat multimeter

digital dengan jenis energi DC (Direct Current) dalam sekali mengukur

dilakukan tiga kali pengulangan. Rangkaian sistem MFC terdapat

konduktor anoda dan katoda yang dihubungkan dengan kabel klip buaya
37

pada multimeter untuk mengukur kuat arus dengan satuan mA dan

potensial listrik dengan satuan mV.

7. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini yaitu analisis data koloni bakteri

serta analisis data voltase dan kuat arus.

7.1 Analisis data koloni bakteri

Koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri dihitung menggunkan

alat colony counterselanjutnya ditentukan jumlah total bakteri

berdasarkan Standar Plate Count (SPC) (Putri&Kurnia, 2018):


1
SPC = ∑ koloni ×F.pengenceran (3.9)

Keterangan:

SPC (Standar Plate Count)

Standar SPC 30-300 CFU/mL

F. Pengenceran (Faktor Pengenceran)

7.2 Analisis data voltase dan kuat arus

Energi listrik sistem MFC berupa arus dan potensial listrik

yang diukur dengan menggunakan multimeter digital (DT-830B)

dilakukan dengan selang waktu 3 jam/hari sehingga dapat terlihat fase

eksponensial konsorsium mikroba yang bekerja dalam sistem MFC

(Milawati 2020).

Besar hambatan sistem MFC dihitung menggunakan rumus

(Kurniawati dkk., 2017).


38

V
Hambatan (𝛺) = (3.10)
I

Keterangan :
I (mA) = Arus
V (V) = Voltase

Nilai kuat arus dan tegangan yang didapatkan kemudian dikonversi ke

power densityP (mW/m2) sesuai dengan rumus (Januarita et al., 2014):

mW IxV
Power Density = (3.11)
m2 A

Keterangan :
I (mA/µA) : Arus
V (V) : Voltase
2
A (m ) : Luas permukaan elektroda.
39

K. Bagan Alur Sistematika Penelitian

Skema tahapan kegiatan pada penelitian ini ditampilkan seperti Gambar 3.3.

Pengambilan Sampel
Lindi

Persiapan reaktor MFC Karakterisasi Substrat Lindi

Elektroda Membran Gerabah

- Pengukuran kekentalan
(viskositas)
Pembuatan Reaktor MFC
- Pengukuran senyawa
- Perhitungan total bakteri organik total (%)
Inkubasi (Masa Produksi MFC) - Pengukuran TSS
- Pengukuran C-organik
- Pengukuran N-total
Pengukuran Arus dan Potensial Listrik - Pengukuran pH
- Pengukuran
- Perhitungan total bakteri konduktivitas
Analisis Data - Perhitungan total
bakteri (sebelum dan
sesudah menghasilkan
listrik)

Gambar 3.3. Bagan alur sistematika penelitian


40

L. Jadwal Penelitian

Jadwal rencana kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.5 Jadwal Penelitian


Bulan
Jenis Kegiatan April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan Sampel Air
Lindi
Persiapan Reaktor MFC
Pembuatan reaktor MFC
Karakterisasi substrat
lindi
- Pengukuran kekentalan
(viskositas)
- Pengukuran senyawa
organik total (%)
- Pengukuran TSS
- Pengukuran C-organik
- Pengukuran N-total
- Pengukuran pH
- Pengukuran
konduktivitas
- Perhitungan koloni
bakteri (sebelum dan
sesudah menghasilkan
lisrik
Inkubasi (Masa Produksi
MFC)
Pengukuran Arus dan
Potensial Listrik
Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA

Afqdzakun, A. 2020. “Produksi Biolistrik Dari Sedimen Mangrove Menggunakan


Teknologi Sediment Microbial Fuel Cell (SMFC).” In Skripsi, Kendari:
Universitas Halu Oleo.

Akbar, T.N., Kirom, M.R. & Iskandar, R.F., 2017. “Analisis Pengaruh Material
Logam Sebagai Elektroda Microbial Fuel Cell Terhadap Produksi Energi
Listrik.” e-Proceeding of Engineering 4(2): 2123–38.

Alwahab. 2017. “Profil Energi Listrik Terbarukan Melalui Teknologi Microbial


Fuel Cell Dari Beberapa Subtrat Potensial.” In Tesis, Kendari:
Universitas Halu Oleo.

Biffinger, J.C., Pietron, J., Ray, R., Little, B., Ringeisen, B.R., 2007. “A Biofilm
Enhanced Miniature Microbial Fuel Cell Using Shewanella oneidensis
DSP10 and Oxygen Reduction Cathodes.” Biosensors and Bioelectronics
22: 1672–167.
https://digitalcommons.unl.edu/usnavyresearch/14%0AThis.

Chhazed, A.J., Makwana, M.V. & Chavda, N.K. 2019. “Microbial Fuel Cell
Functioning , Developments And Applications-A Review.” International
Journal of Scientific & Technology Research 8(12): 3620–33.

Effendi, H. 2003. “Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan.” In Penerbit Kanisius., Yogyakarta.

Fitriani, F.Z., Suyatia, L. & Rahmanto, W.H. 2017. “Pengaruh Konsentrasi


Substrat Maltosa Terhadap Potensial Listrik Baterai Lactobacillus
Bulgaricus ( MFC ).” Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 20(2): 74–78.

Fitrianti. 2020. “Potensi Bakteri Microbial Fuel Cell (MFC) Dari Sedimen
Mangrove.” In Skripsi, Kendari: Universitas Halu Oleo.

Flimban, S.G.A., Ismail, I.M.I. & Sang-Eun Oh. 2019. “Overview of Recent
Advancements in the Microbial Fuel Cell from Fundamentals to
Applications :” Energies 12(3390): 1–20. www.mdpi.com/journal/energi.

Huriawati, F., Yuhanna, W.L. & Mayasari, T. 2016. “Pengaruh Metode


Pengeringan Terhadap Kualitas Serbuk Seresah Enhalus Acoroides.”
Bioeksperimen 2(1): 35–43.

Ibrahim, B., Suptijah, P. & Adjani, Z.N. 2017. “Performance of Microbial Fuel
Cell to Generate Bioelectricity Uses Different Kinds of Electrode in the
Fish Processing Wastewater.” Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia 20(2): 296–304.

41
42

Ibrahim, B., P., Suptijah, B.K. & Agung. 2017. “Pengaruh Jarak Elektroda
Microbial Fuel Cell Pada Limbah Cair Pemindangan Ikan Terhadap
Elektrisitas Dan Beban Pencemaran.” Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 20(3): 559–67.

Ibrahim, B., Uju & Mukti, A.C., 2019. “Densitas Biofilm pada Elektroda
Berpengaruh Positif terhadap Produksi Biolistrik Microbial Fuel Cell
Limbah Cair Perikanan.” Jphpi 22(1): 71–79.

Imaduddin, M., Hermawan, Hadiyanto & Wawan. 2014. “Pemanfaatan Sampah


Sayur Pasar Dalam Produksi Listrik Melalui Microbial Fuel Cells
(Utilization of Market Vegetable Waste in Electricity Production
Through Microbial Fuel Cells).” Media Elektrika 7(2): 22–35.

Jone, Y. & Hera, M.D.T. 2015. “Lempung Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan
Baku Gerabah ( Studi Kasus Di Desa Webriamata , Kecamatan Wewiku ,
Kabupaten Malaka.” Proceeding Seminar Nasional Kebumian ke-8
Academia-Industry Linkage: 174–85.

Kartikasari, I.B., Widyastuti, M. & Hadisusanto, S. 2020. “Pengujian Toksisitas


Lindi Instalasi Pengolahan Lindi TPA Piyungan Pada Daphnia Sp .
Dengan Whole Effluent Toxicity.” Jurnal Ilmu Lingkungan 18(2): 297–
304.

Khan, M.R., Amin, M .S.A., Rahman, M .T., Akbar, F. & Ferdaus, K. 2013.
“Factors Affecting the Performance of Double Chamber Microbial Fuel
Cell for Simultaneous Wastewater Treatment and Power Generation.”
Polish Journal of Chemical Technology 15(1): 7–11.

Kim, T., Kang, S., Sung, J.H., Kang, Y.K., Kim, Y.H. & Jang, J.K. 2016.
“Characterization of Polyester Cloth as an Alternative Separator to
Nafion Membrane in Microbial Fuel Cells for Bioelectricity Generation
Using Swine Wastewater.” Journal Microbiol Biotecnol 26(12): 2171–
78.

Kurniawati, A.D., Zaman, B. & Purwoto. 2017. “Pemanfaatan Sistem Microbial


Fuel Cell (MFC) Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif Pada
Pengolahan COD Dalam Lindi Menggunakan Tumbuhan Sendte
(Alocasia Macrorrhiza).” Jurnal Teknik Lingkungan 6(2): 1–10.

Latif, M., Fajri, A.D., Muharam, M. 2020. “Penerapan Sampah Buah Tropis
Untuk Microbial Fuel Cell.” Jurnal Rekayasa Elektrika 16(1).

Marta, Y.M. & Afdal. 2019. “Karakteristik Lindi Dan Air Permukaan Di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Sungai Andok Kota Padang Panjang.”
Jurnal Ilmu Fisika 11(1): 1–8.
43

Meshram, R. & Jadhav, S.K. 2017. “Bioelectricity Production and Comparative


Evaluation of Electrode Materials in Microbial Fuel Cells Using
Indigenous Anode-Reducing Bacterial Community from Wastewater of
Rice-Based Industries.” Int. Journal of Renewable Energy Development
6(1): 83–92.

Midyurova, B., Nenov, V., Ates, M. & Uludag, N., 2016. “Improvements of MFC
’ s Proton Exchange Membranes and Cathodes.” 7(1): 85–95.

Milawati, D., 2020. “Potensi Listrik Dari Sedimen Mangrove Dengan Metode
Microbial Fuel Cell (MFC) Menggunakan Variasi Ketebalan Membran
Kitosan.” In Skripsi, Kendari: Universitas Halu Oleo.

Mufandi, I., Azizah, I.N., Efendi, A. & Mufrodi, Z., 2018. “Pengolahan Slurry
Sampah Melalui Microbial Fuel Cells di Pasar Giwangan Yogyakarta.”
Jurnal Teknik Kimia 5(1): 29–36.

Murray, H.H. 2007. Applied Clay Mineralogy Occurrences, Processing and


Application of Kaolins, Bentonites, Palygorskite-Sepiolite, and Common
Clays. Amsterdam: Elsevier.

Musrinah, Kirom, M.R., Qurthobi, A. 2018. “Analisis Pengaruh Penambahan


Variasi Konsentrasi Limbah Nasi Sebagai Substrat Pada Sel Tunam
Mikroba Terhadap Produksi Energi Listrik.” e-Proceeding of
Engineering 5(2): 2306–13.

Nicola, F., 2015. “Hubungan Antara Konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid)
dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total pada
Air Sumur Gali." In Skripsi, Jember: Universitas Jember.

Nugraha, I. & Hidayati, K., 2017. “Pengaruh Penambahan Montmorillonit Pada


Sifat Mekanik Material Komposit Edible Film Gelatin Ceker Ayam-
Montmorillonit.” Journal of Chemistry 5(3): 92–99.

Permana, D., Rosdianti, D., Ishmayana, S., Rachman, S.D., Putra, H.E.,
Rahayuningwulan, D., Hariyadi, H.R., 2015. “Preliminary Investigation
of Electricity Production Using Dual Chamber Microbial Fuel Cell (
DCMFC ) with Saccharomyces Cerevisiae as Biocatalyst and Methylene
Blue as an Electron Mediator.” Procedia Chemistry 17: 36–43.
http://dx.doi.org/10.1016/j.proche.2015.12.123.

Purwono, Hermawan & Hadiyanto. 2015. “Penggunaan Teknologi Reaktor


Microbial Fuel Cells (MFCs) Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri
Tahu Untuk Menghasilkan Energi Listrik.” Jurnal Presipitasi 12(2): 57–
65.

Putri, A.M. & Kurnia, P. 2018. “Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform Dan
44

Total Mikroba Dalam Es Dung-Dung di Sekitar Kampus Universitas


Mumammadiyah Surakarta.” Media Gizi Indonesia 13(1): 41–48.

Regina, O.Sudrajad , H. & Syaflita, D., 2018. “Measurement of Viscosity Uses an


Alternative Viscometer.” Jurnal Geliga Sains 6(2): 127–32.

Said, N.I. & Hartaja, D.R.K. 2015. “Pengolahan Air Lindi Dengan Proses
Biofilter Anaerob-Aerob Dan Denitrifikasi.” JAI 8(1): 1–21.

Saravanan, N. & Karthikeyan, M. 2018. “Study of Single Chamber and Double


Chamber Efficiency and Losses of Wastewater Treatment.” International
Research Journal of Engineering and Technology 5(3): 1225–30.

Sari, D.S. & Hidaya, C. 2017. “Studi Pemanfaatan Lumpur Sebagai Sumber
Alternatif Energi Dengan Menggunakan Microbial Fuel Cells (MFCs).”
In Skripsi, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Sari, R.N. & Afdal. 2017. “Karakteristik Air Lindi ( Leachate ) Di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang.” 6(1): 93–99.

Siagian, H. & Hutabalian, M. 2012. “Studi Pembuatan Keramik Berpori Berbasis


Clay Dan Kaolin Alam Dengan Aditif Abu Sekam Padi.” Jurnal Saintika
12(1): 14–23.

Sinaga, D. H., Suyati, L. & Aminin, A.L.N., 2014. “David H, Linda S.Pdf.”
Jurnal Sains Dan Matematika 22(2): 30–35.

Sulistiyawati, I., Rahayu, N.L. & Purwitaningrum, F.S., 2020. “Produksi


Biolistrik Menggunakan Microbial Fuel Cell ( MFC ) Lactobacillus
Bulgaricus Dengan Substrat Limbah Tempe Dan Tahu.” A Scientific
Journal 37(2): 112–17.

Susanto, J.P., Ganefati, S.P., Muryani, S. & Istiqomah, S.H., 2004. “Pengolahan
Lindi ( Leachate ) dari TPA dengan Sistem Koagulasi - Biofilter
Anaerobic.” 5(2): 167–73.

Syahri, M., Mahargiani, T. Indrabrata, A.G. & Orlanda, O.O., 2019. “Teknologi
Bersih Microbial Fuel Cell ( MFC ) Dari Limbah Cair Tempe Sebagai
Sumber Energi Listrik Terbarukan.” Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia ISSN 1693-: 1–6.

Syawalian, M.A.R., Yuhana & Khahar, A. 2019. “Pengaruh Kuat Arus dan
Tegangan Terhadap Perubahan Kandungan Logam Pada Lindi TPA
Sampah Dengan Metode Elektrolisis The Effect of Current and Voltage
Strength on Metal Content Changes in Water Disposal Landfill by Using
Electrolysis Method Lindi Merupakan.” Jurnal Chemurgy 3(1): 6–10.
45

Usman, S. & Santosa, I. 2014. “Pengolahan Air Limbah Sampah (Lindi) Dari
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Menggunakan Metoda
Constructed Wetland.” Jurnal Kesehatan 5(2): 98–108.

Utami, L., Lazulfa &Yenti, E. 2018. “Produksi Energi Listrik Dari Limbah Kulit
Pepaya (Carica Papaya) Menggunakan Teknologi Microbial Fuel Cells.”
Al-Kimia 6(1): 52–62.

Utami, L.L., Lazulva & Y. Fatisa. 2019. “Produksi Energi Listrik Dari Limbah
Kulit Pisang (Musa Paradisiaca L.) Menggunakan Teknologi Microbial
Fuel Cells Dengan Permanganat Sebagai Katolit.” al-Kimiya 5(2): 62–67.

Yogaswara, Farha, R.R., Khairunnisa, A.S., Pusfitasari, K., Gunawan, M.D. &
Adrian. 2017. “Studi Penambahan Mikroorganisme Pada Substrat
Limbah Pome Terhadap Kinerja Microbial Fuel Cell.” Jurnal Teknik
Kimia 12(1): 14–18.

Anda mungkin juga menyukai