Hasil Penelitian
Oleh:
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN vii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
iii
B. Jenis Penelitian 22
C. Bahan Penelitian 22
D. Alat Penelitian 23
E. Variabel Penelitian 24
F. Definisi Operasional 24
G. Kriteria Objektif 25
H. Desain Penelitian 25
I. Prosedur Kerja 26
1. Persiapan Bahan 26
1.1.................................................................. Sterilisasi Alat 26
1.2.................................................. Persiapan Air Laut Steril 26
1.3...............................................Pembuatan Media AMPEP 27
2. Kultivasi Stok Mikroalga C.vulgaris 28
3. Kultivasi Mikroalga dalam Media AMPEP 28
4. Perhitungan Kepadatan C.vulgaris 29
5. Pemanenan Mikroalga 30
6. Perhitungan Pertumbuhan dan Produksi Biomassa 31
7. Ekstraksi dan Analisis Lipid Menggunakan Metode Bligh dan 32
Dyer
8. Analisis Data 33
J. Bagan Alir Penelitian 35
K. Jadwal Penelitian 36
V. PENUTUP 52
A. Simpulan 52
B. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN
vii
Lambang/singkatan Arti dan Keterangan
RAL Rancangan Acak Lengkap
S Sulfur
Sel.ml-1 Satuan Kepadatan sel (sel per milliliter)
SPSS Statistical Package for the Social Sciences
TL Tube Luminescent
v/v Volume per volume
V1 Volume inokulum yang dibutuhkan
V2 Volume air media kultur
W Watt
Zn Seng
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
energi semakin tinggi terutama dalam sektor energi minyak. Menurut Sa’adah
rata sebesar 36 juta barrel oil equivalent (BOE) dari tahun 2000-2014,
sementara energi yang ada semakin menipis. Hal inilah yang membuat
No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, bahwa dalam pasokan
energi nasional harus terpenuhi 17% energi terbarukan (Fandari et al., 2014).
minyak dan dapat diperbarui, salah satunya berasal dari sektor kelautan yakni
mikroalga. Hal ini dikarenakan budidaya mikroalga 10-20 kali lebih produktif
liter/hektar/panen, sedangkan umur panen untuk satu siklus panen antara 5–7
mikroalga yang ada di bumi tetapi baru sekitar 35.000 spesies yang
1
2
protein sebagai sumber pakan dan pangan serta senyawa lipid yang berpotensi
senyawa lipid sebesar 28-75% yang dihasilkan sebagai bahan baku energi
bersifat nonpolar seperti eter atau kloroform tetapi tidak larut dalam air dan
tidak membentuk struktur molekul yang panjang tetapi tergantung pada jenis
asam lemak yang terikat pada gliserin (Zahro, 2014). Lipid juga dapat
diperoleh dari mikroalga yang berpotensi sebagai bahan pengganti minyak fosil
mikroalga sangat ramah lingkungan dan memiliki tingkat fiksasi yang kuat
beberapa faktor seperti cahaya, suhu dan pH serta media kultur yang
3
yang umumnya dipakai untuk kultur mikroalga yakni media Guillard F/2 dan
2015), media Erdscheiber (Regista et al., 2017), pupuk Conwy (Dayanto et al.,
2013), serta dalam penelitian Sarifah (2020), menggunakan pupuk Walne untuk
diperlukan media alternatif yang terus diteliti dan dikembangkan seperti pupuk
Salah satu jenis media organik yang berpotensi untuk dipakai dalam
maupun berbasis rumput laut dengan teknik kultur jaringan (Hurtado et al.,
secara kultur jaringan, serta dapat bertindak sebagai vaksin terhadap patogen
oksidatif (pemutihan talus) pada rumput laut jenis K. alvarezii (Hurtado &
Critchley, 2013).
4
AMPEP untuk produksi lipid yang maksimal akan sangat menguntungkan dari
segi biaya dan dapat menjadi alternatif untuk budidaya mikroalga yang
berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
bidang kultur mikroalga dan dapat menjadi refensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
dimasa depan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikroalga C. vulgaris
mikroalga yang telah banyak diteliti dan dimanfaatkan sebagai energi alternatif
pengganti bahan bakar fosil seperti biodiesel dan bioetanol dari lipid (Rafaelina
kaya akan nutrien antara lain asam lemak omega 3 dan 6, asam amino
essensial, karoten, klorofil serta vitamin yang sangat berpotensi untuk pangan,
bahan baku sintesa biodiesel karena memiliki kandungan lipid yang tinggi
tumbuh sepanjang tahun tanpa mengenal musim dan mampu menghasilkan 10-
100 kali biodiesel dibandingkan tanaman lain untuk luas yang sama serta
6
7
menghasilkan 360 gram minyak mentah dan sekitar 60% dari minyak mentah
yang bisa diubah menjadi biofuel (Ningsih et al., 2017). Mikroalga dapat
dibudidaya pada air tawar, payau atau air laut dan kapasitas fiksasi CO 2 yang
koloni hingga maksimal 64 sel yang terdistribusi secara luas di lingkungan air
mangkuk dengan atau tanpa adanya pirenoid (menyimpan butiran pati) (Ru et
4,8 atau 16 autospora yang dibebaskan bersama dengan pecahnya dinding sel
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
8
Familia : Oocystaceae
Genus : Chlorella
protein, lemak dan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat bermanfaat
karbohidrat, 2-22 % lemak dan 4-6% asam nukleat, selain itu C. vulgaris
mencapai 28,9 g/Kg berat biomassa. Kandungan yang terdapat pada mikroalga
energi fosil karena memiliki kandungan lipid yang cukup tinggi (Wulandaria et
al., 2019).
fase yaitu, fase adaptasi (lag phase), fase eksponensial (log phase), fase
9
baru, dimana pada fase ini fotosintesis masih aktif berlangsung dan
kepekaan antara media kultur dengan cairan tubuh sel mikroalga, dimana
kedalam sel mikroalga, yang terjadi melalui proses difusi sebagai akibat
al., 2019).
10
2017). Pada fase ini mikroalga telah beradaptasi dengan media kultur dan
mulai memanfaatkan nutrisi yang ada untuk perbanyakan jumlah sel, hal ini
karena nutrisi pada media masih sangat melimpah (Kurniawan et al., 2017).
pertambahan jumlah sel namun laju pertumbuhan menurun, hal ini karena
jumlah nutrisi yang tersedia tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
cukup untuk tumbuh dan membelah (Aulia, 2017). Kurniawan et al. (2017),
juga mengatakan bahwa jumlah nutrisi yang sangat sedikit pada media
sehingga yang tidak memperoleh nutrisi akan mati dan sel yang
4. Fase Stansioner
kematian seimbang sehingga jumlah total sel yang hidup tetap, serta jarak
Fase kematian merupakan fase dimana laju kematian lebih cepat dari
persaingan tempat hidup karena semakin banyak jumlah sel dalam volume
kultur serta umur mikroalga yang semakin tua (Padang, 2011). Terjadinya
fase kematian pada mikroalga ditandai dengan perubahan kualitas air kultur,
dipengaruhi oleh suhu, cahaya, pH, jumlah hara yang ada dan kondisi
lingkungan lainnya.
12
1. Intensitas Cahaya
memetabolisme C6H12O6 dengan bantuan sinar matahari dan air yang sesuai
membutuhkan cahaya dalam proses fotosintesis yang terdiri atas dua reaksi
protein dan lipid sedangkan reaksi gelap untuk mensintesis fase biokimia
mikroalga. Hal ini karena intensitas cahaya dan durasi yang diberikan sangat
lux selama 12 jam cahaya dapat menghasilkan hasil biomassa yang lebih
2. pH
ion mineral, sehingga dapat mempengaruhi penyerapan ion mineral oleh sel
sel. Mikroalga C. vulgaris dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas yakni 4-
10,5.
14
3. Suhu
dan 240C sesuai dengan komposisi media kultur, spesies dan strain yang
suhu antara 160 dan 270C, dimana pada suhu rendah akan memperlambat
sel karena aktivitas enzimatis pada siklus calvin. Suhu optimum untuk
kultur C.vulgaris berkisar antara 24-260C, karena pada kisaran suhu tersebut
2016).
4. Salinitas
dibandingkan ke salinitas rendah (30 dan 35 ppt) yang diuji (Iba et al.,
metabolisme yang akan mempengaruhi volume sel dan rasio lipid dalam sel
tubuh.
5. Nutrisi
kultur harus memiliki nitrogen (N), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Kalsium
(Ca), Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Seng (Zn) yang membantu
dimana nitrogen akan membentuk protein dan asam nukleat yang menjadi
bagian dari molekul esensial seperti ATP yang membawa energi dalam sel.
al., 2013).
16
eutrofik yang kaya nutrisi atau oligotrofik yang miskin nutrisi, serta apakah
rendah. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan media dengan kandungan
nutrisi yang sesuai dengan kehidupan spesies kultur (Blinova et al., 2015).
6. Aerasi (pengadukan)
termal dan untuk meningkatkan pertukaran gas antara media budidaya dan
pada faktor jenis strain mikroalga, jenis sistem kultur (sistem terbuka atau
jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar seperti eter,
17
kloroform dan benzene. Penyusun utama lipid adalah trigliserida yaitu ester
gliserol dengan tiga asam lemak serta tidak membentuk struktur molekul yang
panjang tetapi tergantung pada jenis asam lemak yang terikat pada gliserin.
Satu molekul gliserin dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul asam lemak
(Mamuaja, 2017).
mikroalga, hal ini karena lipid pada mikroalga memiliki fungsi sebagai
penyedia asam lemak dan energi. Komponen lipid dalam mikroalga dapat
diklasifikasikan dan diubah menjadi lipid netral dan lipid polar. Lipid polar
dinding sel dan membentuk organel sedangkan lipid netral (mono-, di- dan
Trigliserida) disimpan dalam organel sel. Profil lipid mikroalga sangat luas
yakni berkisar antara 2 hingga 77% tergantung pada spesies dan lingkungan
lipid C. vulgaris mencapai 63, 43% yang telah diinjeksi CO 2 selama 6 menit
pada media kulturnya. Kadar lipid yang dikultur pada media dengan pH yang
berbeda yakni pada pH 8,2 dengan produktivitas yang tinggi yakni 0,5020
penambahan gliserol 600 ppm menghasilkan 23,5 mg/l perhari pada kultur C.
g.l-1.hari-1.
darat serta telah dapat digunakan sebagai media pertumbuhan rumput laut
(pemulihan talus).
pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai yang berbentuk padat
dan cair yang masih mengandung bahan organik yang kompleks. Limbah
cair tahu mengandung bahan-bahan organik yang tinggi berupa protein dan
Harahap et al. (2013), memperoleh bahwa media limbah cair tahu sangat
Chorella sp. yakni pada konsentrasi 15% mampu menghasilkan kadar lipid
seperti limbah air domestik. Limbah air domestik kaya akan nitrogen, fosfat
terendah 3,80% diperoleh pada mikroalga Oscillatoria pada air limbah yang
disterilkan, hal ini karena adanya respon mikroalga terhadap stress biotek
F. Hipotesis Penelitian
3.
III. METODE PENELITIAN
untuk kultur dan analisis lipid, dimana kultur mikroalga C. vulgaris berasal
dari dari stok biakan murni dalam media Walne dari Fakultas Perikanan dan
B. Jenis Penelitian
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.1.
21
22
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian yang tercantum pada Tabel 3.2.
E. Variabel Penelitian
C. vulgaris.
F. Definisi Operasional
berbentuk bulat dan berukuran 2-8 µm yang berasal dari stok biakan murni
oleo.
yang terjadi pada fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner dan fase
free dry weight (AFDW), laju pertumbuhan spesifik (LPS) dan produktivitas
biomassa.
tersedia secara komersial yang berasal dari rumput laut coklat (Ascophyllum
24
nodosum) yang diperkaya unsur hara makro maupun mikro dengan formula
1 ppm, 10 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm yang berbentuk cairan dan
5. Lipid merupakan senyawa organik yang larut dalam pelarut yang bersifat
G. Kriteria Objektif
Kriteria objektif pada penelitian ini yaitu secara kuantitatif dimana data
yang dikumpulkan, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang meliputi
H. Desain Penelitian
dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan yakni P1, P2, P3, P4 dan P5 yang
menambahkan media AMPEP 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, 1000 ppm dan Walne
volume kultur 1000 mL. Desain penelitian ini tercantum pada Tabel 3.3.
I. Prosedur Kerja
ditentukan dari bahan dasar alat tersebut yakni untuk alat-alat berbahan
alkohol 70%.
dari Balai Benih Udang (BBU), Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
dilakukan sebelum memulai penelitian yang mengacu pada Iba et al. (2019)
yang akan kita gunakan sebagai stok kultur dalam media Walne dengan
volume 1000 mL dan disinari lampu TL (90 watt) setara dengan 1000 lux
media AMPEP adalah 10x104 sel.mL-1 dengan salinitas 32 psu yang telah
V1C1 = V2C2....................................................(3.1)
Keterangan:
V1 : Volume inokulum yang dibutuhkan (ml)
V2 : Volume air media kultur (1000 ml)
C1 : Kepadatan sel inokulum (sel/ml)
C2 : Kepadatan awal yang dibutuhkan (10x104 sel.mL-1 )
yakni 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm serta kontrol yang dikultivasi
lampu Philips LED yang memiliki kekuatan cahaya mencapai 1000 lux
(Jumardin, 2020). Selama masa kultivasi dilakukan uji kualitas air sebagai
lightmeter.
28
sel tiap dua hari sekali menggunakan mikroskop, haemocytometer dan hand
10X dan difokuskan hingga terlihat ruang hitung tempat perhitungan sel
(a)
(b)
Gambar 3.2 Alat dan cara menghitung mikroalga dalam
haemocytometer
Keterangan : a. Alat haemocytometer
b. Mikroalga dalam haemocytometer
n n
×10.000=¿ ×10.000=¿
x x
n
× 10.000=… … … … … … … … … … … … … … .
5
n
×10.000=....................................................................................(3.2)
5
Keterangan :
n = Total sel hasil perhitungan
5 = Jumlah kotak dalam haemocytometer
10.000 = Volume kerapatan sel kotak
5. Pemanenan Mikroalga
dilakukan perhitungan dry weight (DW), ash free dry weight (AFDW), laju
Ln ( Nt /No )
μ= .................................................................................(3.3)
T 2−T 1
ln ( N 2 /N 1)
μ= Keterangan :
t 2−t 1
30
.(3.4)
dalam oven selama 5 jam dengan suhu 4500C. Untuk menghitung AFDW
dapat menggunkan rumus yang mengacu pada persamaan Iba et al. (2018)
sebagai berikut :
………(3.5)
Produktivitas Biomassa =berat kering bebas abu x µ. ...... .... ... .. .. . .. .. . .(3.6 )
Keterangan :
dimodifikasi oleh Kates dan Volcani (1966) dan diadaptasi oleh Mercz
tabung reaksi sampai diperoleh pasta hijau dengan ukuran sekitar 0,5 mL.
reaksi untuk mencuci dan membersihkan sisa sel lalu dipindahkan kedalam
pada pelat pemanas pada suhu 500C sampai benar-benar kering. Setelah
yaitu:
LIPI
8. Analisis Data
menggunakan one way ANOVA (Hadi et al., 2015) dan untuk penyajian
33
grafik menggunakan Sigma Plot 14.5. Untuk data yang berbeda selisih
et al., 2018):
a. Jika KK > 10% maka uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan
dengan bantuan aplikasi SPSS statistics versi 24, karena uji ini dapat
b. Jika KK antara 5%-10% maka uji lanjutan yang digunakan adalah uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) karena uji ini dapat dikatakan berketelitian
sedang.
c. Jika KK< 5% maka uji lanjutan yang digunakan adalah uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) karena uji ini dapat dikatakan uji tergolong kurang teliti.
34
J. Tahapan Penelitian
Kultivasi Mikroalga
P1 P2 P3 P4 P5
1 ppm AMPEP 10 ppm 100 ppm 1000 ppm Pupuk Walne
AMPEP AMPEP AMPEP
Pemanenan C. Vulgaris
Analisis Data
K. Jadwal Penelitian
Sterilisasi Alat
Persiapan Air
Laut Steril
Pembuatan Media
AMPEP
Kultivasi Stok
Mikroalga
C.vulgaris
Kultivasi
Mikroalga
C.vulgaris dalam
Media AMPEP
Perhitungan
Kepadatan
C.vulgaris
Pemanenan
Mikroalga
Perhitungan
pertumbuhan dan
Produksi
Biomassa
Ekstraksi dan
Analisis Lipid
Menggunakan
Microwave
Assisted
Extraction
Analisis Data
Konsultasi Hasil
penelitian
Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Abomohra, A. E.-F., El-Naggar, A. H., Alaswadd, S. O., Elsayedb, M., Lia, M., &
Lia, W. (2020). Enhancement Of Biodiesel Yield From A Halophilic Green
Microalga Isolated Under Extreme Hypersaline Conditions Through
Stepwise Salinity Adaptation Strategy. Bioresource Technology, 310, 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2020.123462
Abu-Rezq, T. S., Al-Hooti, S., Jacob, D., Al-Shamali, M., Ahmed4, A., &
Ahmed, N. (2010). Induction And Extraction Of β-Carotene From The
Locally Isolated Dunaliella Salina. Journal Algal Biomass Utln, 1(4), 58–83.
Aditia, D. R. (2010). Pengaruh N2O Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Chlorella
vulgaris Buitenzorg. Skripsi. Universitas Indonesia.
Al-Qasmi, M., Member, N. R., IAENG, Talebi, S., Al-Rajhi, S., & Al-Barwani, T.
(2012). A Review Of Effect Of Light On Microalgae Growth. Proceedings of
the World Congress on Engineering, 1(1), 608–610.
Amalo, D., Gaol, M. L., & Beribe, H. D. (2019). Pengaruh Konsentrasi Air
Kelapa Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris. Jurnal
Biotropikal Sains, 16(1), 28–39.
Amanatin, D. R., & Nurhidayati, T. (2013). Pengaruh Kombinasi Konsentrasi
Media Ekstrak Tauge (MET) dengan Pupuk Urea terhadap Kadar Protein
Spirulina sp. Jurnal Sains Dan Seni Pomits, 2(2), 2337–3520.
Amini, S., & Syamdidi. (2006). Konsentrasi Unsur Hara Pada Media Dan
Pertumbuhan Chlorella vulgaris Dengan Pupuk Anorganik Teknis Dan
Analis. Jurnal Perikanan, 8(2), 201–206.
Andas, J. A. (2020). Pertumbuhan dan Kandungan Karotenoid Mikroalga yang
Dikultur Menggunakan Acadian Marine Plant Extract Powder (AMPEP).
Skripsi. Halu Oleo.
Assadad, L., Utomo, B. S. B., & Sari, R. N. (2010). Pemanfaatan mikroalga
sebagai bahan baku bioetanol. Squalen, 5(2), 51–58.
Aulia, M., Istirokhatun, T., & Sudarno. (2017). Penyisihan Kadar COD Dan Nitrat
Melalui Kultivasi Chlorella sp. Dengan Variasi Konsentrasi Limbah Cair
Tahu. Jurnal Teknik Lingkungan, 6(2), 1-9
Babu, A. G., Wu, X., Kabra, A. N., & Kim, D. (2017). Cultivation of an
indigenous Chlorella sorokiniana with phytohormones for biomass and lipid
production under N-limitation. Algal Research, 23, 178–185.
https://doi.org/10.1016/j.algal.2017.02.004
Basmal, J. (2008). Peluang dan tantangan produksi mikroalga sebagai. Squalen,
3(1), 34–39.
Blinova, L., Bartosova, A., & Gerulova, K. (2015). Cultivation Of Microalgae
(Chlorella vulgaris) For Biodiesel Production [University Of Technology In
Bratislava]. In Research Papers. 23(36). https://doi.org/10.1515/rput-2015-
0010
Budiardi, T., Utomo, N. B. P., & Santosa, A. (2010). Pertumbuhan dan kandungan
nutrisi Spirulina sp . pada fotoperiode yang berbeda. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 9(2), 146–156.
36
37
Carvalho, A. P., Silva, S. O., Baptista, J. M., & Malcata, F. X. (2011). Light
Requirements In Microalgal Photobioreactors: An Overview Of Biophotonic
Aspects. Journal Appl Microbiol Biotechnol, 89, 1275–1288.
https://doi.org/10.1007/s00253-010-3047-8
Chalid, S. Y., Amini, S., & Lestari, S. D. (2011). Kultivasi Chlorella , sp Pada
Media Tumbuh Yang Diperkaya Dengan Pupuk Anorganik Dan Soil Extract.
Skripsi. Uin Syarif Hidayatullah.
Chrismadha, T., Panggabean, L. M., & Mardiati, Y. (2006). Pengaruh Konsentrasi
Nitrogen Dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein,
Karbohidrat Dan Fikosianin Pada Kultur Spirulinafusiformis. Jurnal Berita
Biologi, 8(3), 163–169.
Church, J., Hwang, J.-H., Kim, K.-T., McLean, R., Oh, Y.-K., Nam, B., Joo, J. C.,
& Lee, W. H. (2017). Effect Of Salt Type And Concentration On The
Growth And Lipid Content Of Chlorella Vulgaris In Synthetic Saline
Wastewater For Biofuel Production. Bioresource Technology, 243(1), 147–
153. https://doi.org/10.1016/j.biortech.2017.06.081
Daliry, S., Hallajisani, A., Roshandeh, J. M., Nouri, H., & Golzary, A. (2017).
Investigation Of Optimal Condition For Chlorella Vulgaris Microalgae
Growth. Global Journal of Environmental Science and Management, 3(2),
1–14. https://doi.org/10.22034/gjesm.2017.03.02.010
Dayanto, L. B. D., Rara Diantari, & Hudaidah, S. (2013). Pemanfaatan Pupuk
Cair TNF untuk Budidaya Nannochloropsis sp. Jurnal Rekayasa Dan
Teknologi Budidaya Perairan, 2(1), 164–168.
Devita, I., Isnaini, & Diansyah, G. (2018). Kultivasi Mikroalga Chaetoceros sp.
Dan Spirulina sp. Untuk Potensi Biodiesel. Maspari Journal, 10(2), 123–
130.
Ermavitalini, D., Dwirejeki, S., Nurhatika, S., & Saputro, T. B. (2019). Pengaruh
Kombinasi Cekaman Nitrogen Dan Fotoperiode Terhadap Biomassa,
Kandungan Kualitatif Triasilgliserol Dan Profil Asam Lemak Mikroalga
Nannochloropsis sp. Jurnal Akta Kimindo, 4(1), 32–49.
Fandari, A. El, Daryanto, A., & Suprayitno, G. (2014). Pengembangan Energi
Panas Bumi yang Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 17(1), 68–
82.
Febriani, R., Hasibuan, S., & Syafriadiman. (2020). Pengaruh Intensitas Cahaya
Berbeda terhadap Kepadatan dan Kandungan Karotenoid Dunaliella salina.
Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 25(1), 36–43.
Goa, S., Iba, W., & Indrayani. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk Organik Eceng
Gondok ( Eichhornia crassipes ) yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Chlorella vulgaris [ Effect of Organic Fertilizer Water Hyacinth ( Eichhornia
crassipes) Dosages on The Growth of Chlorella vulgaris ] Mahasiswa
Program. Media Akuatika, 4(2), 68–76.
Gong, Q., Feng, Y., Kang, L., Luo, M., & Yang, J. (2014). Effect Of Light And
Ph On Cell Density Of Chlorella vulgaris. Energy Procedia, 61, 2012–2015.
https://doi.org/10.1016/j.egypro.2014.12.064
Guldhe, A., Renuka, N., Singh, P., & Bux, F. (2019). Effect Of Phytohormones
From Different Classes On Gene Expression Of Chlorella Sorokiniana
38
Imelda, S., Claudia, C., Lambui, O., & Suwastika, I. N. (2018). Kultivasi
Mikroalga Isolat Lokal Pada Medium Ekstrak Tauge Cultivation of Local
Microalga Isolate on Bean Sprouts Extract Medium. Natural Science:
Journal of Science and Technology ISSN, 7(2), 148–157.
Indrayani, I., Haslianti, H., Asmariani, A., Muskita, W. H., & Balubi, M. (2020).
Growth , Biomass And Lipid Productivity Of A Newly Isolated Tropical
Marine Diatom , Skeletonema sp . UHO29 , Under Different Light
Intensities. Jurnal Biodiversitas, 21(4), 1498–1503.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d210430
Indriana, N., Iba, W., Idris, M., Ruslaini, Abidin, L. O. B., & Aslan, L. O. M.
(2020). Pengaruh Kosentrasi Pupuk Organik Cair Lemna ( Lemna minor )
yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris. Jurnal
Ilmiah Jurusan Budidaya Perairan, 5(1), 1–12.
Istirokhatun, T., Aulia, M., & Sudarno. (2017). Potensi Chlorella Sp. untuk
Menyisihkan COD dan Nitrat dalam Limbah Cair Tahu. Jurnal Presipitasi
Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 14(2), 88–96.
Jawa, I. U., Ridlo, A., & Djunaedi, A. (2014). Kandungan Total Lipid Chlorella
vulgaris yang Dikultur Dalam Media yang Diinjeksi CO2. Journal Of
Marine Research, 3(4), 578–585.
Jelizanur, Padil, & Muria, S. R. (2019). Kultivasi Mikroalga Menggunakan Media
AF6 Pada Bebagai pH. Jom Fteknik, 6(2), 1–5.
Jumardin, L. ode M. (2020). Pertumbuhan Dan Kandungan Karotenoid Mikroalga
Chlorella vulgaris Yang Dikultur Menggunakan Media Pupuk Organik Cair
(Poc) Eceng Gondok (Eichornia crassipes). Skripsi. Universitas Halu Oleo.
Juneja, A., Ceballos, R. M., & Murthy, G. S. (2013). Effects of environmental
factors and nutrient availability on the biochemical composition of algae for
biofuels production: A review. Energies, 6, 4607–4638.
https://doi.org/10.3390/en6094607
Juniantari, N. K. E., Anggreni, A. A. M. D., & Gunam, I. B. W. (2015). Pengaruh
Jenis Media Terhadap Pertumbuhan. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Agroindustri, 3(2), 1–9.
Kawaroe, M., Prartono, T., Rachmat, A., Sari, D. W., & Augustine, D. (2012).
Laju Pertumbuhan Spesifik dan Kandungan Asam Lemak pada Mikroalga
Spirulina platensis, Isochrysis sp. dan Porphyridium cruentum. Jurnal Ilmu
Kelautan, 17(3), 125–131.
Khan, M. I., Shin, J. H., & Kim, J. D. (2018). The promising future of microalgae:
Current status, challenges, and optimization of a sustainable and renewable
industry for biofuels, feed, and other products. Microbial Cell Factories,
17(36), 1–21. https://doi.org/10.1186/s12934-018-0879-x
Kurniawan, M. H., Sriati, Agung, M. U. K., & Mulyani, Y. (2017). Pemanfaatan
Skeletonema sp. Dalam Mereduksi Limbah Minyak Solar Di Perairan. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan, 8(2), 68–75.
Leksono, A. W., Mutiara, D., & Yusanti, I. A. (2017). Penggunaan Pupuk
Organik Cair Hasil Fermentasi Dari Azolla pinnata Terhadap Kepadatan Sel
Spirulina sp. Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan Dan Budidaya Perairan, 12(1),
56–65.
40
Xia, L., Ge, H., Zhou, X., Zhang, D., & Hu, C. (2013). Photoautotrophic Outdoor
Two-Stage Cultivation For Oleaginous Microalgae Scenedesmus obtusus XJ-
15. Bioresource Technology, 144, 261–267. https://doi.org/ 10.1016/j.
biortech. 2013.06.112
Yulita, E. (2014). Pemanfaatan Limbah Cair Industri Karet Remah Sebagai Media
Pertumbuhan Chlorella Vulgaris Untuk Pakan Alami Ikan. Jurnal Dinamika
Penelitian Industri, 25(1), 1–11.
Zahro, A. K. (2014). Uji Toksisitas Minyak Dan Asam Lemak Mikroalga
Chlorella sp. Terhadap Larva Udang Artemia Salina. Skripsi. Universitas
Islma Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Zhu, C. J., & Lee, Y. K. (1997). Determination of biomass dry weight of marine
microalgae. Journal OfApplied Phycology, 9(1), 189–194.
43
1
mL AMPEP 1 ppm = x 1.000=0,001mL AMPEP
1.000.000
mL air laut ¿ 1.000−0,001=999,999 mL
10
mL AMPEP 10 ppm = x 1.000=0,01mL AMPEP
1.000.000
mL air laut ¿ 1.000−0,01=999,99 mL
100
mL AMPEP 100 ppm = x 1.000=0,1mL AMPEP
1.000.000
mL air laut ¿ 1.000−0,1=999,9 mL
1000
mL AMPEP 1000 ppm = x 1.000=1mL AMPEP
1.000.000
mL air laut ¿ 1.000−0,01=999 mL
5. 1 mL Media Walne (Kontrol Positif) dalam 1000 mL air laut.