KARYA TULIS
Disusun oleh
KHALIT PUTRA AFANA
0066011035
NIRWAN AVATAR
0059014206
MUHAMMAD NURJAN ADLWAULHAQ
0061934536
MST
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam
senantiasa selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Berkat ridho
dari Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan baik. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat guna
memperoleh kelulusan di MAN INSAN CENDEKIA Kota Batam.
6. Ustazah Fitri Fenny, selaku Pembina kami dalam menulis karya tulis
ilmiah ini.
7. Penguji, selaku Penilai kami dalam menulis karya tulis ilmiah ini.
ii
9. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa di Angkatan 6, terkhusus
kelas MIPA 2, terima kasih atas kebersamaan, semangat dan
motivasinya
Penulis………………………….
ii
ii
isi
ABSTRAK 2
KATA PENGANTAR
BAB I 8
A. Latar Belakang 8
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan 10
D. Manfaat Penelitian 10
E. Hipotesis 11
F. Batasan Masalah 11
BAB II 11
A. Kangkung 12
B. Morfologi Kangkung 13
C. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung 14
D. Manfaat Kangkung 15
E. Hidroponik 15
Tabel 2.1 Perbandingan penanaman secara sistem hidroponik dengan tanah
16
F. Teknik Sistem Hidroponik 18
G. Media Tanam Hidroponik 19
H. Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik Wick 22
I. Nutrisi Tanaman Kangkung 26
BAB III 30
A. Waktu dan Tempat Penelitian 30
B. Alat dan Bahan 30
C. Variabel Penelitian 30
D. Populasi 30
E. Metode Penelitian 31
F. Pelaksanaan Penelitian 31
G. Pengamatan 33
H. Teknik Analisis Data 34
I. Rancangan Percobaan 35
Daftar Isi 37
iv
5
DAFTAR TABEL
BAB I 9
A. Latar Belakang 9
B. Rumusan Masalah 11
C. Tujuan 11
D. Manfaat Penelitian 11
E. Hipotesis 12
F. Batasan Masalah 12
BAB II 13
A. Kangkung 13
B. Morfologi Kangkung 14
C. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung 15
D. Manfaat Kangkung 16
E. Hidroponik 16
BAB III 31
A. Waktu dan Tempat Penelitian 31
B. Alat dan Bahan 31
C. Variabel Penelitian 31
D. Populasi 31
E. Metode Penelitian 32
F. Pelaksanaan Penelitian 32
G. Pengamatan 34
H. Teknik Analisis Data 35
I. Rancangan Percobaan 36
Daftar Isi 37
6
DAFTAR GAMBAR
7
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Firdaus (2014), Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok
tanam merupakan kebudayaan manusia yang paling tua. Sejalan dengan
peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang
menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang sederhana sampai dengan sistem
yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan untuk mencapai
produktivitas yang diinginkan.
9
menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang
memiliki pasokan air yang terbatas. Menurut Achmad, (2012) dalam Akasiska
(2014) Hidroponik adalah metode bercocok tanam atau budidaya tanaman tanpa
menggunakan tanah, melainkan dengan menggunakan media selain tanah sebagai
pengganti media tanah.
Sampah didefinisikan sebagai limbah padat yang terdiri dari zat organik dan
zat anorganik, dan dapat membahayakan lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. menurut Fadhilah (2011). Kulit pisang salah satu contoh sampah organik
yang belum dikelola dengan baik. Menurut Sinaga (2010) kulit pisang berpotensi
dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat maupun pupuk organik cair karena
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, kalium dan
fosfor.
10
(kalsium nitrat, kalium nitrat, Fe) dan pekatan B (kalium dihidro fosfat, kalium
sulfat, magnesium sulfat dan campuran unsur mikro) yang digabungkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu:
1. Apakah pupuk organik kulit pisang lebih efektif dibandingkan pupuk
organik kulit semangka dalam perbandingan antara tumbuhan
kangkung (ipomoea aquatica)?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pertumbuhan tumbuhan
kangkung (Ipomoea aquatica) dengan pupuk organik kulit pisang dan
kulit semangka.
2. Untuk mempelajari pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomoea
aquatica).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi sekolah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk menambah kepustakaan dan referensi
2. Bagi ilmu pengetahuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi pengaruh sistem penanaman hidroponik wick terhadap
pertumbuhan tumbuhan kangkung (Ipomoea aquatica)
3. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada petani perkebunan sayuran tentang pengaruh sistem
11
penanaman hidroponik wick terhadap pertumbuhan tumbuhan
kangkung (Ipomoea aquatica).
E. Hipotesis
Berdasarkan manfaat diatas, maka timbul berbagai hipotesis yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Semua jenis pupuk memiliki kelebihan dan kekurang tersendiri.
2. Kangkung akan tumbuh lebih rapi dan indah ketika ditanam
menggunakan sistem hidroponik wick dibandingkan ditanam
menggunakan sistem cocok tanam di tanah.
3. Kangkung akan lebih mudah menyerap unsur hara dengan sistem
hidroponik dibandingkan dengan cocok tanam.
F. Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka batasan masalah penelitian ini yaitu:
1. Jenis media tanam yang digunakan dalam penelitian adalah rockwool.
2. Limbah yang digunakan dalam Teknik hidroponik adalah limbah kulit
pisang dan kulit semangka.
3. Jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman
kangkung (Ipomoea aquatica).
4. Parameter yang digunakan meliputi tinggi tanaman, lebar daun,
jumlah daun, panjang akar tanaman, berat basah tanaman.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kangkung
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) termasuk sayuran yang sangat populer.
Sayur ini biasa dibuat tumis, cah, atau lalapan. Kangkung juga berkhasiat sebagai
anti racun dan bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan (Istamar, 2004).
menurut Syamsuri, dkk. (1993) Tanaman kangkung berasal dari India, yang
kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina selatan, Australia dan
Afrika. Di Cina, sayuran ini dikenal sebagai weng cai. Di Negara Eropa
kangkung biasa disebut swamp cabbage, water convolvulus, atau water spinach.
Johantika (2002), menyatakan bahwa konsumsi kangkung di Indonesia mencapai
1,02 juta, padahal jumlah tersebut masih jauh dari produksi kangkung darat yang
ada di Indonesia yakni menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2012) sekitar 215,303
ton pada tahun 2000, 229,997ton pada tahun 2005, dan 350,879 ton pada tahun
2012. Indonesia membutuhkan produksi kangkung yang lebih tinggi dari angka
tersebut agar terjadi ketahanan pangan kangkung darat.
Kangkung terdiri dari dua jenis, yaitu kangkung darat yang disebut
kangkung cina yang tumbuh di lahan-lahan yang tidak tergenang air dan
kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan
antara kangkung darat dan kangkung air yang terletak pada warna bunga. Bunga
kangkung air berwarna putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat
berwarna putih bersih. Perbedaan lainnya pada bentuk daun dan batang.
Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar daripada kangkung darat, batang
berwarna lebih hijau, sedangkan kangkung darat batang dan daunnya kecil, warna
batang putih kehijau-hijauan serta berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya
daripada kangkung air itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji,
sedangkan kangkung air dengan cara stek pucuk batang menurut (Istamar, 2004).
13
lebih menjanjikan di masa depan, karena permintaan terus meningkat dan harga
jualnya tinggi, akan lebih baik jika mutu sayuran sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Kualitas sayuran yang diinginkan oleh produsen adalah sayuran
dengan kualitas yang baik, kesegaran bentuk, warna dan tidak mengandung residu
pestisida dan kandungan logam berat menurut Wijaya (2012).
B. Morfologi Kangkung
1. Akar
Menurut Perdana (2009), Tanaman kangkung memiliki sistem
perakaran tunggang dan bercabang-cabang yang menyebar ke segala arah.
Akar mampu menembus tanah hingga kedalaman 60-100 cm, dan juga dapat
tumbuh secara mendatar hingga radius 150 cm terutama kangkung air.
2. Batang
Menurut Anggara (2009), Batang kangkung berbentuk bulat, berwarna
hijau muda sampai tua, berbuku-buku, setiap bukunya mudah sekali tumbuh
14
akar, dan bercabang banyak. Akar kangkung mengandung banyak air dan
kopong di bagian dalam batang.
3. Daun
Daun kangkung memiliki dua warna, warna di permukaan atas daun
hijau tua sedangkan warna di permukaan bawah daun hijau muda. Daun
memiliki tangkai yang melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh percabangan baru. Bagian
ujung daun meruncing dan tumpul menurut Perdana (2009).
4. Bunga
Pada umumnya tanaman kangkung memiliki bunga berbentuk
terompet, berwarna putih sampai merah lembayung menurut Anggara
(2009).
5. Buah
Buah kangkung berbentuk bulat telur, berwarna hijau jika buah masih
muda dan ketika buah tua akan berwarna hitam, ukuran buah hanya 10 mm,
memiliki tiga butir biji dan umur buah tidak lama. Buah seperti melekat
dengan biji menurut Anggara (2009).
6. Biji
Biji tanaman kangkung berbentuk persegi sampai bulat tegak, dan
berwarna coklat sampai kehitaman. Biji kangkung termasuk biji berkeping
satu dan digunakan untuk perbanyakan tanaman menurut Anggara (2009).
15
4. Suhu udara yang cocok untuk ditanami kangkung yaitu 25 – 30
celcius.
5. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
6. Lahan kangkung darat harus memiliki drainase yang baik.
7. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya,
sebab tanah yang memiliki kemiringan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik.
8. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik
kangkung darat.
D. Manfaat Kangkung
E. Hidroponik
Hortikultura berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan
culture/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun.
Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya
di kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan.
Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan,
produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi.
Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi,
hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur),
tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-
obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk
16
hortikultura adalah perishable atau mudah rusak karena segar. Orang yang
menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis.
dikutip dari buku Heru Prihmantoro dan Yovita Hesty Indriyani (1999).
17
4. Tanaman bebas dari hama dan Gulma banyak tumbuh di
gulma. tanaman.
Hidroponik adalah salah satu sistem pertanian di masa depan, sebab dapat
diusahakan di semua tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas
apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan
penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak
menentu, dan hasil yang enggak seragam bisa diperbaiki dengan sistem pertanian
hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. Oleh karena itu, harga jual hasil panen tidak dikhawatirkan akan jatuh.
Pemeliharaan tumbuhan hidroponik juga lebih mudah dikarenakan budidaya
relatif dan, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan,
serangan hama dan penyakit relatif kecil, juga tumbuhan lebih baik dan
produktivitas lebih tinggi. Menurut La Saridodan Junia (2017), Dalam budidaya
hidroponik satu hal yang harus diperhatikan yaitu larutan nutrisi. Larutan nutrisi
18
adalah faktor penting untuk perkembangan dan kualitas hasil tanaman hidroponik,
sehingga harus benar dalam segi jumlah komposisi ion nutrisi dan suhu menurut
Rommy Andhika Laksono, Darso Sugiono (2017).
a. Wick Sistem
Wick Sistem adalah teknik yang paling sederhana dan populer
digunakan oleh para pemula. Sistem ini termasuk pasif karena nutrisi
mengalir ke dalam media pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan
sejenis sumbu, wick sistem hidroponik bekerja dengan baik untuk tanaman
dan tumbuhan kecil. Sistem hidroponik tidak bekerja baik untuk tanaman
yang membutuhkan banyak suplai air.
d. Sistem Aeroponik
19
Kecanggihan sistem ini yaitu memungkinkan mendapatkan hasil yang
baik dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainya, dalam hal ini
disebabkan karena larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung
masuk ke akar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang
banyak mengandung oksigen.
e. Sistem Drip
Selain sistem sumbu, sistem tetes ini merupakan cara yang populer
digunakan dalam berkebun hidroponik. Sistem ini menggunakan waktu
pengontrolan pompa, sehingga pada saat pompa dihidupkan, pompa akan
meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman.
20
Media tanam jenis ini banyak ditemukan telah digunakan oleh banyak
petani di negara kita ini. Hal ini karena karakteristik media tanam rockwool
sangat halus, bentuknya bisa dikatakan hampir menyerupai busa jika dilihat
secara sekilas, serta mempunyai berat yang sangat ringan sehingga mudah
saat digunakan.
21
Media tanam perlite terbuat dari bahan bebatuan yang mengalami
proses pemanasan dengan suhu tertentu untuk dapat mencairkan-nya
sehingga bisa dibentuk dengan ukuran yang sangat kecil sesuai selera
penggunanya. Batu yang dimanfaatkan ini mempunyai warna putih dengan
nama batu silica.
22
Banyak dimanfaatkan untuk hiasan pada vas di atas meja dan bisa
diletakkan tanaman hidup sehingga akan terlihat unik.
Bahan dari organik yaitu media yang dapat mengalami proses pelapukan
atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut,
akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral. Mineral yang
dihasilkan merupakan suatu sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman
sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat
memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus
sering diganti. Oleh karena itu, penambahan media tanam tersebut mengalami
dekomposisi menurut Siswadi (2015). Pemberian pupuk kimia harus diimbangi
dengan pemberian pupuk organik. Pupuk kimia yang berperan menyediakan
nutrisi dalam jumlah yang sangat besar bagi tumbuhan, sehingga bahan organik
cenderung berperan untuk menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah
mudah dimanfaatkan oleh tanaman sebagai menyerap unsur hara yang disediakan
pada pupuk kimia menurut Immanuel Hans Alexander Surbakti, Ratna Rosanty
Lahay, T. Irmansyah (2015).
23
d. Tidak tergantung listrik
e. Menghemat tempat, pemakaian ruang bersifat fleksibel, artinya
instalasi ini bisa disimpan pada tempat-tempat yang sesuai
keinginan
f. Mengutamakan prinsip 3R, artinya memberikan andil besar
dalam pengelolaan limbah lingkungan
g. Nilai seni yang tidak kalah elegan dengan instalasi hidroponik
lainnya. Bisa menata ruang tertentu dengan instalasi sistem
sumbu sehingga menjadi berdaya seni tinggi
24
Kebutuhan air untuk sayuran, Kebutuhan sayuran
Kebutuhan Air
seperti kangkung, bayam, dan hidroponik terhadap air
sejenisnya rata-rata adalah 60 sama dengan sayuran yang
ml, sayuran harus disiram ditanam secara
dengan air sebanyak 500 konvensional, yaitu 60
ml/tanaman. Sisa air yang ml/hari. Namun, pada
tidak diserap tanaman akan sistem hidroponik tidak ada
meresap kedalam tanah atau air terbuang. Apabila
menguap. Apabila terdapat terdapat 20 tanaman. Hanya
200 tanaman, dibutuhkan air sebanyak
Dibutuhkan air sebanyak 12.000 ml atau 12 liter/hari.
100.000 ml atau 100 liter Selama satu periode panen
air/hari. Selama satu periode satu bulan, kebutuhan
panen satu bulan, kebutuhan airnya hanya 360 liter.
airnya mencapai 3.000 liter
25
Waktu Bertanam di lahan Perawatan rutin pada
konvensional membutuhkan hidroponik hanya
waktu untuk berbagai menambahkan air dan
perawatan yang harus nutrisi, yang sebenarnya
dilakukan setiap hari. tidak perlu dilakukan setiap
hari, misalnya setiap tiga
hari sekali. Pemeliharaan
hidroponik lainya, seperti
penyiraman dan menyiangi
gulma tidak perlu dilakukan
26
memandang. Karena itu,
semakin banyak masyarakat
perkotaan yang membuat
hidroponik di rumahnya.
1. Nutrisi AB mix
Nutrisi hidroponik yang terdiri dari kelompok A dan kelompok B,
terdiri dari berbagai garam anorganik dengan komposisi tertentu yang diatur
sesuai kebutuhan tanaman. Garam yang dipakai dalam meramu nutrisi
hidroponik terdiri unsur hara makro (N, P, K, CA, MG, dan S) mutlak
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Fungsi unsur hara makro secara umum
yaitu membentuk tubuh tanaman, dalam rangka memproduksi yang tinggi
kualitas dan kuantitasnya. Nutrisi hidroponik berikutnya yaitu nutrisi mikro
(Fe, Mn, Cu, Zn, B, dan Mo) yang juga esensial, mutlak dibutuhkan waktu
dalam jumlah kecil, dan banyak berperan sebagai enzim.
Selain itu unsur hara makro dan mikro, diperlukan juga unsur hara
tanaman lain yaitu Na, Si, dan Cl, dan dianggap sebagai “beneficial
elements” sebagai unsur hara yang menguntungkan. Na dapat menjadi
pengganti K, pada lahan yang miskin K, dengan gejala pelepah daun kelapa
terkulai. Petani memupuknya dengan garam dapur NaCl, supaya pelepah
yang berikutnya tegak. Si (silikat), memperkuat jaringan tumbuhan,
sehingga penyakit cendawan tidak bisa menyerang. Cl (chlor), patut ditakuti
dan dihindari, karena dapat mengganggu rumah tangga air jaringan
27
tanaman, terbentuknya sel-sel raksasa, penuh dengan air, merusak
konsistensi sel, menyebabkan produk hambar tanpa rasa.
28
kulit pisang mengandung unsur kalium sebesar 1, 137% dan menurut
Dewati (2008) unsur P yang terkandung dalam kulit pisang sebesar 63
mg/100 gram. Dengan banyaknya unsur hara yang terkandung dalam kulit
pisang ini menunjukan bahwa kulit pisang sangat berpotensi untuk dijadikan
bahan pupuk organik cair (POC).
Jika melihat jumlah produksi buah pisang yang cukup tinggi maka
untuk mendapatkan kulit pisang sebagai bahan pembuatan POC bukanlah
hal yang sulit, sehingga dengan begini POC kulit pisang bisa menjadi
alternatif bagi para petani untuk menggantikan peran pupuk anorganik
dalam meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Terutama tanaman
kangkung yang menghendaki tanah yang subur, gembur serta banyak
mengandung bahan organik untuk pertumbuhannya.
3. Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu yang dikehendaki dengan terkandung bantu mikroba.
Produk- produk tersebut biasanya digunakan sebagai minuman atau
makanan. Fermentasi suatu cara telah dikenal digunakan sejak lama sejak
jaman dulu. Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:
a. Mikroba sebagai inokulum
b. Tempat (wadah) untuk proses fermentasi berlangsung dengan
optimal.
c. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi
bagi mikroba.
Fermentasi dibedakan menjadi dua, fermentasi aerobik dan anaerobik.
Fermentasi aerobik adalah fermentasi dimana proses fermentasi tersebut
akan membutuhkan oksigen, sedangkan anaerobik merupakan fermentasi
yang tidak membutuhkan oksigen. Pada fermentasi anaerobik akan
menghasilkan asam laktat.
Effective Microorganisme (EM4) merupakan campuran dari
mikroorganisme yang menguntukan. EM4 akan mempercepat proses
29
fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang bersifat fermentasi
(peragian) yang terdiri dari empat kelompok mikroorganisme bakteri
fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), jamur fermentasi (Saccharomyces
sp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.). mikroorganisme tersebut
memanfaatkan senyawa kompleks yang terkandung dalam limbah cair
sebagai bahan nutrisi dalam proses metabolisme dirinya sendiri sehingga
terbentuknya senyawa yang lebih sederhana yang nantinya dapat langsung
dimanfaatkan oleh mikroba ucap Panji (2017)
30
BAB III
METODE PENELITIAN`
1. Alat
Alat yang digunakan adalah jerigen air, tempat penyemaian, box
sebagai wadah hidroponik wick, netpot, buku atau note sebagai pencatat
data, gelas plastik, timbangan, camera, dan alat ukur berupa penggaris.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah tanaman kangkung (Ipomoea aquatica),
sumbu, air berupa kain flanel, pupuk AB mix dan pupuk organik kulit
pisang, dan media tanam berupa rockwool, bakteri EM4 .
C. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sistem hidroponik wick,
pupuk AB mix dan pupuk organik kulit pisang, dan media tanam berupa
rockwool, pelepah pisang ampas teh, dan serabut kelapa. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomoea
aquatica).
D. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kangkung (Ipomoea
aquatica) dengan jumlah 56, masing masing 7 tanaman untuk hidroponik
wick. menggunakan AB mix dan kulit pisang, disilangkan rockwool, ampas
teh, pelapah pisang, dan serabut kelapa.
31
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan di lapangan dengan menggunakan
metode penelitian eksperimental (percobaan), dengan rancangan lingkungan
menggunakan Rancang Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 faktor,
faktor yang pertama yaitu jenis hidroponik wick. Faktor yang kedua yaitu
konsentrasi pupuk organik kulit pisang 30%, dan nutrisi AB mix. Faktor
yang ketiga yaitu jenis media tanam berupa rockwool, pelepah pisang,
ampas teh, dan serabut kelapa. Unit-unit percobaan sebagai berikut:
T0: Pertumbuhan subjek 1
Faktor 1
1. H0: Hidroponik wick
Faktor 2
1. P0: Pupuk organik kulit pisang
2. P1: Nutrisi AB mix
Faktor 3
1. M0: Rockwool
2. M1: Pelepah pisang
3. M2: Ampas teh
4. M3: Serabut pisang
F. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Fermentasi
Limbah kulit pisang ditimbang sebanyak 5 kg, dipotong kecil-
kecil dan diblender hingga halus. Bakteri EM-4 sebanyak 125 ml dan
gula pasir 125g dilarutkan dalam toples plastik yang berisi 5 liter air
kemudian diaduk hingga rata. Kulit pisang yang telah halus dicampur
dalam toples plastik yang berisi cairan bakteri EM4 dan gula,
kemudian di-aduk kembali hingga tercampur rata dan ditutup rapat.
32
Fermentasi dilakukan selama 8 hari dikutip dari Rambitan & Sari
(2013). Pupuk organik cair hasil dari fermentasi selama 8 hari diaduk
lalu disaring kemudian dimasukkan ke dalam 7 botol aqua berukuran
1500 ml masing-masing sebanyak 1000 ml.
b. Persiapan tempat penelitian
Persiapan tempat dilakukan dengan membersihkan lahan dari
segala sampah atau rumput yang mengganggu kemudian pengukuran
luas tempat penelitian.
3. Penanaman
Bibit yang telah disemai kemudian dimasukan ke dalam netpot. Dalam
memasukan bibit ke netpot hal yang perlu diperhatikan adalah akar bibit.
Akar bibit diharuskan menjulur keluar dari lubang netpot agar akar bibit
tersebut menyentuh sumbu yang menghubungkan ke larutan nutrisi saat
penanaman.
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pengontrolan, penyulaman
dan menjaga tanaman dari organisme pengganggu tanaman (OPT).
33
5. Pemanenan
Pemanenan kangkung dapat dilakukan setelah tanaman berumur
kurang lebih 30 hari setelah tanam, pemanenan dapat dilakukan dengan cara
mencabut seluruh tanam beserta akarnya. Sebaiknya sebelum memanen
dilihat terlebih dahulu fisik tanamannya seperti daun yang sudah melebar,
berwarna hijau segar.
G. Pengamatan
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman dapat diukur mulai dari tanaman kangkung
dipindahkan dari media tanam penyemaian ke dalam rangkaian
hidroponik sampai masa panen dengan bantuan alat ukur penggaris
dari permukaan media tanam sampai ujung daun tertinggi dari
tanaman dengan cara menelungkupkan semua daun. Pengukuran
tinggi tanaman dilakukan setiap 5 hari sekali.
2. Lebar Daun
Pengukuran lebar daun hanya daun yang terlebar pada saat
pengamatan, pengukuran dimulai dari tepi bawah ke tepi atas atau
sebaliknya, diukur menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan 5
hari sekali.
3. Jumlah Daun
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah
membuka sempurna. Jumlah daun dihitung 5 hari sekali.
34
5. Berat Basah Tanaman
Perhitungan berat basah dilakukan setelah masa panen dengan
menggunakan timbangan. Berat basah adalah berat segar sebuah
tanaman yang masih mengandung kadar air di dalamnya.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data
berfungsi sebagai prasyarat diterapkannya statistik uji parametris. Data yang
diuji yaitu data pertumbuhan tinggi, lebar daun, jumlah daun, panjang akar,
dan berat basah tanaman kangkung.
a. Taraf signifikasi: 0.1cm.
b. Kriteria pengujian :
1) T0: jika nilai Sig < 0.1cm maka ditolak atau data
berdistribusi tidak normal.
2) T0: Jika nilai Sig > 0.1cm maka diterima atau data
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan jika data berdistribusi normal. Uji ini untuk
mengetahui apakah semua sampel memiliki varians yang homogen atau
tidak.
a. Taraf signifikasi: 0.1cm.
35
b. Kriteria pengujian :
1) T0: jika nilai Sig < 0.1cm maka ditolak atau data
berdistribusi tidak normal.
2) T0: Jika nilai Sig > 0.1cm maka diterima atau data
berdistribusi normal.
3. Uji Anova
Uji anova dilakukan jika asumsi data normal serta uji normalitas dan
homogenitas terpenuhi. Uji anova yang digunakan”yaitu uji Two Way,
dengan hipotesis sebagai berikut “Setiap variabel tetap memiliki
perkembangan yang berbeda yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang
berbeda”.
I. Rancangan Percobaan
tinggi
lebar
jumlah daun
panjang akar
berat basah
tanaman
36
Daftar Isi
Abdul, Majid dan Aep S. Firdaus. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil
Belajar. Bandung: Interes Media
Santi, S.S. 2008. Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam untuk Pupuk Cair Organik
dengan Proses Fermentasi Tanaman Nilam. Jurnal Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur. Surabaya, halaman
170- 175. http://google.com//eprints. [4 September 2015]
37
Istamar Syamsuri. 2004. Buku Kerja Ilmiah Biologi SMP IB. Jakarta: PT.
Erlangga.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2012. Berita Resmi Statistik. Badan Pusat
Statistik. Jakarta. http://www.bps.go.id/brs_file/aram_01nov13.pdf. Diakses
14 juni 2014.
Heru Prihmantoro dan Yovita Hesty Indriyani 1999. Hidroponik sayuran semusim
untuk hobi dan bisnis / Heru Prihmantoro, Yovita Hety Indriani.
Siti Kamalia, Parawita Dewanti, Raden Soedradjad, Teknologi Hidroponik Sistem
Sumbu Pada Produksi Selada Lollo Rossa (Lactuca sativa L.) Dengan
Penambahan Cacl2 Sebagai Nutrisi Hidroponik”, (Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember Jalan Kalimantan 37,
Kampus Tegal Boto, 2017), h. 97.
Rommy Andhika Laksono, Darso Sugiono. Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian
Journal of Agrotech) Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Agrotek Indonesia
(Indonesian Journal of Agrotech) - Artikel Karakteristik Agronomis
Tanaman Kailan (Brassica oleraceae L. var. acephala DC.) Kultivar Full
White 921 Akibat Jenis Media Tanam Organik dan Nilai EC (Electrical
Conductivity) pada Hidroponik Sistem Wick.
Marsono, L. Pinus.1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya
Amirudin, M., Priyono dan siswadi. 2015. Pengaruh Beberapa Jenis Media
Perendaman Benih pada Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes
falcataria L.) Nielsen). INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian. 14 (1) : 59 –
67.
Immanuel Hans Alexander Surbakti, Ratna Rosanty Lahay *, T. Irmansyah.
Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa
Jarak Tanam
Susetya, Darma. 2012. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik (Untuk
Tanaman Pertanian dan Perkebunan). Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Fadma Juwita Nasution, Lisa Mawarni, Meiriani. APLIKASI PUPUK ORGANIK
PADAT DAN CAIR DARI KULIT PISANG KEPOK UNTUK
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)
Dewanti, R. 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok sebagai Bahan Baku Pembuatan
Etanol. Surabaya. UPN Press.
38
Panji Muhammad Maulana, Sofyatuddin Karina , Siska Mellisa.
PEMANFAATAN FERMENTASI LIMBAH CAIR TAHU
MENGGUNAKAN EM4 SEBAGAI ALTERNATIF NUTRISI BAGI
MIKROALGA Spirulina sp.
La Saridodan Junia 2017. Uji Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica
Rapa L.) Dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Pada System Hidroponik
39
note 👍
huruf besar.
titik.
A.
1.
a.
1)
a)
bab jadikan di tengah DONE
halaman di atur belakangan.DONE
margin. DONE
line spacing. DONE
semuanya times new roman. DONE
saran 👍
panduan di manic
rapikan liat di perpus.
radu ditagih
sama ae
Panduan KTI Revisi 1.pdf
40
Panduan KTI Revisi 1.pdf
41