Anda di halaman 1dari 42

Perbandingan pengaruh pupuk organik kulit pisang dengan kulit

semangka menggunakan hidroponik wick terhadap respon pertumbuhan


tanaman kangkung (Ipomoea aquatica)

KARYA TULIS

Disusun oleh
KHALIT PUTRA AFANA
0066011035
NIRWAN AVATAR
0059014206
MUHAMMAD NURJAN ADLWAULHAQ
0061934536

MST

Karya Tulis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik di MAN


Insan Cendekia Kota Batam

MAN INSAN CENDEKIA KOTA BATAM, JL. HANG LEKIU RT 02


RW 10 Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa

TAHUN PELAJARAN 2021/202


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui perbedaan


Perbandingan pengaruh pupuk organik kulit pisang dengan kulit semangka
menggunakan hidroponik wick terhadap respon pertumbuhan tanaman
kangkung (Ipomoea aquatica). Penelitian ini dilaksanakan di MAN INSAN
CENDEKIA Kota Batam. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 faktor, faktor pertama
yaitu H0 = (hidroponik wick), faktor kedua yaitu P0 = (pupuk organik kulit
pisang), P1 = (pupuk organik kulit semangka). Parameter yang diamati adalah
tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, panjang akar, dan berat basah. Data
yang diperoleh menggunakan Analisis Two Way Anova. Hasil pengukuran
pada parameter yang diamati dan analisis yang dilakukan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap semua parameter.

Kata kunci : limbah kulit pisang, media organik, kangkung (Ipomoea


aquatica.), hidroponik sistem wick :

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam
senantiasa selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Berkat ridho
dari Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan baik. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat guna
memperoleh kelulusan di MAN INSAN CENDEKIA Kota Batam.

Penyelesaian Karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan,


bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:

1. Ustazah Aliyah S.Pd, Mm, selaku ketua PLT MAN INSAN


CENDEKIA Kota Batam.

2. Ustad Muh Faodjan Makruf, sebagai wakil ketua bidang kesiswaan.

3. Ustad M. Saini, sebagai wakil ketua bidang keasramaan.

4. Ustad Raja Haris, sebagai wakil ketua bidang akademik.

5. Ustad Mulyanto, sebagai wakil bidang sarana dan prasarana.

6. Ustazah Fitri Fenny, selaku Pembina kami dalam menulis karya tulis
ilmiah ini.

7. Penguji, selaku Penilai kami dalam menulis karya tulis ilmiah ini.

8. Seluruh guru MAN INSAN CENDEKIA Kota Batam yang telah


membantu kami dalam menulis karya tulis ilmiah ini.

ii
9. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa di Angkatan 6, terkhusus
kelas MIPA 2, terima kasih atas kebersamaan, semangat dan
motivasinya

Alhamdulillahilladzi Bini'matihi Tatimushalihat (segala puji bagi Allah


yang dengan nikmatnya amal shaleh menjadi sempurna). Semoga semua bantuan,
bimbingan dan kontribusi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho
dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT.Aamiin Ya Robbal
‘Alamin.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah


ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa
mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kota Batam, tanggal-bulan-tahun

Penulis………………………….

Khalit putra afana,Nirwan Avatar,…

dan Muhammad Nurjan Adlwaulhaq

ii
ii
isi

ABSTRAK 2
KATA PENGANTAR

BAB I 8
A. Latar Belakang 8
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan 10
D. Manfaat Penelitian 10
E. Hipotesis 11
F. Batasan Masalah 11
BAB II 11
A. Kangkung 12
B. Morfologi Kangkung 13
C. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung 14
D. Manfaat Kangkung 15
E. Hidroponik 15
Tabel 2.1 Perbandingan penanaman secara sistem hidroponik dengan tanah
16
F. Teknik Sistem Hidroponik 18
G. Media Tanam Hidroponik 19
H. Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik Wick 22
I. Nutrisi Tanaman Kangkung 26
BAB III 30
A. Waktu dan Tempat Penelitian 30
B. Alat dan Bahan 30
C. Variabel Penelitian 30
D. Populasi 30
E. Metode Penelitian 31
F. Pelaksanaan Penelitian 31
G. Pengamatan 33
H. Teknik Analisis Data 34
I. Rancangan Percobaan 35
Daftar Isi 37

iv
5
DAFTAR TABEL

BAB I 9
A. Latar Belakang 9
B. Rumusan Masalah 11
C. Tujuan 11
D. Manfaat Penelitian 11
E. Hipotesis 12
F. Batasan Masalah 12

BAB II 13
A. Kangkung 13
B. Morfologi Kangkung 14
C. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung 15
D. Manfaat Kangkung 16
E. Hidroponik 16

Tabel 2.1 Perbandingan penanaman secara sistem hidroponik dengan


tanah 17
F. Teknik Sistem Hidroponik 19
G. Media Tanam Hidroponik 20
H. Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik Wick 23
I. Nutrisi Tanaman Kangkung 27

BAB III 31
A. Waktu dan Tempat Penelitian 31
B. Alat dan Bahan 31
C. Variabel Penelitian 31
D. Populasi 31
E. Metode Penelitian 32
F. Pelaksanaan Penelitian 32
G. Pengamatan 34
H. Teknik Analisis Data 35
I. Rancangan Percobaan 36
Daftar Isi 37

6
DAFTAR GAMBAR

7
8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Firdaus (2014), Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok
tanam merupakan kebudayaan manusia yang paling tua. Sejalan dengan
peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang
menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang sederhana sampai dengan sistem
yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan untuk mencapai
produktivitas yang diinginkan.

Kangkung (Ipomoea aquatica) adalah sayuran yang sangat familiar di


kalangan masyarakat Indonesia, bahkan banyak daerah yang mengolah sayuran ini
menjadi berbagai macam makanan yang enak. Menurut Priyowidodo (2012),
kangkung (Ipomoea aquatica) termasuk sayuran yang populer di Indonesia. Di
Indonesia dikenal dua tipe kangkung yaitu kangkung darat dan kangkung air.
Tanaman ini berasal dari daerah tropis, terutama daerah Afrika dan Asia.
Kangkung mengandung gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor,
zat besi, natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.

Kebutuhan kangkung darat semakin meningkat sejalan dengan


meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi. Produksi kangkung
darat di tingkat petani di Jawa Tengah masih tergolong rendah yaitu rata-rata 8
ton/ha, dibandingkan dengan potensi hasil tanaman kangkung yaitu rata-rata 25
ton/ha menurut Inggah, dkk.,(2015).

Hidroponik adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan


memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan mementingkan
pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik
lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik

9
menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang
memiliki pasokan air yang terbatas. Menurut Achmad, (2012) dalam Akasiska
(2014) Hidroponik adalah metode bercocok tanam atau budidaya tanaman tanpa
menggunakan tanah, melainkan dengan menggunakan media selain tanah sebagai
pengganti media tanah.

Sistem wick merupakan sistem hidroponik yang paling sederhana dan


mudah diaplikasikan bagi seorang pemula yang ingin melakukan budidaya
hidroponik. Menurut Munalia Eka Kurnia, (2018) Dalam sistem hidroponik ini,
wick untuk alat penyaluran nutrisi untuk tanaman pada media tanaman. Larutan
nutrisi ditarik ke media tanam dari bak/tangki penampungan melalui sumbu. Air
dan nutrisi akan dapat mencapai akar tanaman dengan memanfaatkan daya
kapilaritas pada sumbu. Sistem bersifat pasif, dikarenakan tidak adanya bagian
yang bergerak pada media ini. Hidroponik ini tidak memerlukan sumber daya
listrik, jumlah pupuk dan pengairannya mudah dikontrol.

Sampah didefinisikan sebagai limbah padat yang terdiri dari zat organik dan
zat anorganik, dan dapat membahayakan lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. menurut Fadhilah (2011). Kulit pisang salah satu contoh sampah organik
yang belum dikelola dengan baik. Menurut Sinaga (2010) kulit pisang berpotensi
dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat maupun pupuk organik cair karena
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, kalium dan
fosfor.

Pemanfaatan sampah organik selama ini lebih banyak digunakan sebagai


pupuk organik dalam bentuk padat, masyarakat jarang memanfaatkan sampah
organik menjadi pupuk organik cair. Santi (2008) memaparkan bahwa, pupuk
organik cair memiliki kelebihan dari pupuk organic dalam bentuk padat seperti
lebih mudah diserap oleh tanaman karena unsur-unsur hara yang terdapat
didalamnya sudah terurai dan pengaplikasiannya lebih mudah.

Dalam hidroponik, nutrisi yang dipakai pada umumnya menggunakan


larutan AB mix. Menurut Sutiyoso (2004), larutan AB mix terdiri dari pekatan A

10
(kalsium nitrat, kalium nitrat, Fe) dan pekatan B (kalium dihidro fosfat, kalium
sulfat, magnesium sulfat dan campuran unsur mikro) yang digabungkan.

Dari penjelasan diatas kami penulis ingin melakukan penelitian berjudul


Pengaruh sistem penanaman hidroponik wick menggunakan limbah kulit pisang
terhadap respon pertumbuhan tumbuhan kangkung (Ipomoea aquatica), untuk
mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman kangkung dengan metode
penanaman hidroponik yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu:
1. Apakah pupuk organik kulit pisang lebih efektif dibandingkan pupuk
organik kulit semangka dalam perbandingan antara tumbuhan
kangkung (ipomoea aquatica)?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pertumbuhan tumbuhan
kangkung (Ipomoea aquatica) dengan pupuk organik kulit pisang dan
kulit semangka.
2. Untuk mempelajari pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomoea
aquatica).

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi sekolah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk menambah kepustakaan dan referensi
2. Bagi ilmu pengetahuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi pengaruh sistem penanaman hidroponik wick terhadap
pertumbuhan tumbuhan kangkung (Ipomoea aquatica)
3. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada petani perkebunan sayuran tentang pengaruh sistem

11
penanaman hidroponik wick terhadap pertumbuhan tumbuhan
kangkung (Ipomoea aquatica).

4. Bagi peneliti sebagai latihan untuk menghadapi tugas skripsi yang


sebenarnya di jenjang kuliah nanti

E. Hipotesis
Berdasarkan manfaat diatas, maka timbul berbagai hipotesis yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Semua jenis pupuk memiliki kelebihan dan kekurang tersendiri.
2. Kangkung akan tumbuh lebih rapi dan indah ketika ditanam
menggunakan sistem hidroponik wick dibandingkan ditanam
menggunakan sistem cocok tanam di tanah.
3. Kangkung akan lebih mudah menyerap unsur hara dengan sistem
hidroponik dibandingkan dengan cocok tanam.

F. Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka batasan masalah penelitian ini yaitu:
1. Jenis media tanam yang digunakan dalam penelitian adalah rockwool.
2. Limbah yang digunakan dalam Teknik hidroponik adalah limbah kulit
pisang dan kulit semangka.
3. Jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman
kangkung (Ipomoea aquatica).
4. Parameter yang digunakan meliputi tinggi tanaman, lebar daun,
jumlah daun, panjang akar tanaman, berat basah tanaman.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kangkung
Kangkung (Ipomoea reptans Poir) termasuk sayuran yang sangat populer.
Sayur ini biasa dibuat tumis, cah, atau lalapan. Kangkung juga berkhasiat sebagai
anti racun dan bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan (Istamar, 2004).
menurut Syamsuri, dkk. (1993) Tanaman kangkung berasal dari India, yang
kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina selatan, Australia dan
Afrika. Di Cina, sayuran ini dikenal sebagai weng cai. Di Negara Eropa
kangkung biasa disebut swamp cabbage, water convolvulus, atau water spinach.
Johantika (2002), menyatakan bahwa konsumsi kangkung di Indonesia mencapai
1,02 juta, padahal jumlah tersebut masih jauh dari produksi kangkung darat yang
ada di Indonesia yakni menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2012) sekitar 215,303
ton pada tahun 2000, 229,997ton pada tahun 2005, dan 350,879 ton pada tahun
2012. Indonesia membutuhkan produksi kangkung yang lebih tinggi dari angka
tersebut agar terjadi ketahanan pangan kangkung darat.
Kangkung terdiri dari dua jenis, yaitu kangkung darat yang disebut
kangkung cina yang tumbuh di lahan-lahan yang tidak tergenang air dan
kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan
antara kangkung darat dan kangkung air yang terletak pada warna bunga. Bunga
kangkung air berwarna putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat
berwarna putih bersih. Perbedaan lainnya pada bentuk daun dan batang.
Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar daripada kangkung darat, batang
berwarna lebih hijau, sedangkan kangkung darat batang dan daunnya kecil, warna
batang putih kehijau-hijauan serta berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya
daripada kangkung air itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji,
sedangkan kangkung air dengan cara stek pucuk batang menurut (Istamar, 2004).

Dari segi ekonomi, tanaman sayuran dapat dijadikan sumber penghasilan


masyarakat. Adanya arus globalisasi di bidang perdagangan, maka orientasi pasar
kangkung tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di pasar luar negeri yang justru

13
lebih menjanjikan di masa depan, karena permintaan terus meningkat dan harga
jualnya tinggi, akan lebih baik jika mutu sayuran sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Kualitas sayuran yang diinginkan oleh produsen adalah sayuran
dengan kualitas yang baik, kesegaran bentuk, warna dan tidak mengandung residu
pestisida dan kandungan logam berat menurut Wijaya (2012).

Menurut Anggara (2009), sistematis tanaman kangkung darat (Ipomoea


reftans) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica Forsk (kangkung air)

Ipomea reptans poir (kangkung darat)

B. Morfologi Kangkung
1. Akar
Menurut Perdana (2009), Tanaman kangkung memiliki sistem
perakaran tunggang dan bercabang-cabang yang menyebar ke segala arah.
Akar mampu menembus tanah hingga kedalaman 60-100 cm, dan juga dapat
tumbuh secara mendatar hingga radius 150 cm terutama kangkung air.

2. Batang
Menurut Anggara (2009), Batang kangkung berbentuk bulat, berwarna
hijau muda sampai tua, berbuku-buku, setiap bukunya mudah sekali tumbuh

14
akar, dan bercabang banyak. Akar kangkung mengandung banyak air dan
kopong di bagian dalam batang.
3. Daun
Daun kangkung memiliki dua warna, warna di permukaan atas daun
hijau tua sedangkan warna di permukaan bawah daun hijau muda. Daun
memiliki tangkai yang melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh percabangan baru. Bagian
ujung daun meruncing dan tumpul menurut Perdana (2009).

4. Bunga
Pada umumnya tanaman kangkung memiliki bunga berbentuk
terompet, berwarna putih sampai merah lembayung menurut Anggara
(2009).

5. Buah
Buah kangkung berbentuk bulat telur, berwarna hijau jika buah masih
muda dan ketika buah tua akan berwarna hitam, ukuran buah hanya 10 mm,
memiliki tiga butir biji dan umur buah tidak lama. Buah seperti melekat
dengan biji menurut Anggara (2009).

6. Biji
Biji tanaman kangkung berbentuk persegi sampai bulat tegak, dan
berwarna coklat sampai kehitaman. Biji kangkung termasuk biji berkeping
satu dan digunakan untuk perbanyakan tanaman menurut Anggara (2009).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung

berikut adalah syarat tumbuh tanaman kangkung menurut perdana (2009) :


1. Kangkung sangat cocok di tanaman di iklim tropis.
2. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kangkung
berkisar antara 500-5000 mm/tahun.
3. Tanaman kangkung membutuhkan sinar matahari yang cukup. Di
tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan
mengalami etiolasi (tumbuh memanjang dan kurus-kurus).

15
4. Suhu udara yang cocok untuk ditanami kangkung yaitu 25 – 30
celcius.
5. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
6. Lahan kangkung darat harus memiliki drainase yang baik.
7. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya,
sebab tanah yang memiliki kemiringan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik.
8. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik
kangkung darat.

D. Manfaat Kangkung

Kangkung darat (Ipomoea reftans) tergolong sayur yang sangat populer,


karena banyak peminatnya. Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah
batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung
memiliki rasa yang enak dan kandungan gizi cukup tinggi, vitamin A, B dan
vitamin C serta bahan mineral terutama zat besi yang berguna kesehatan dikutip
dari menurut Perdana (2009).

E. Hidroponik
Hortikultura berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan
culture/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun.
Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya
di kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan.
Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan,
produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi.
Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi,
hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur),
tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-
obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk

16
hortikultura adalah perishable atau mudah rusak karena segar. Orang yang
menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis.
dikutip dari buku Heru Prihmantoro dan Yovita Hesty Indriyani (1999).

Pemanfaatan lahan non pertanian dapat didukung dengan intensifikasi


pertanian salah satunya yaitu teknologi hidroponik. Teknologi hidroponik adalah
inovasi dalam budidaya tanaman tanpa media tanah namun memanfaatkan nutrisi,
air, serta bahan yang porus sebagai media tanam. Teknologi hidroponik dapat
meminimalisir kondisi lingkungan non ideal bagi tanaman menurut Siti Kamalia,
Parawita Dewanti, Raden Soedradjad (2017).

Sistem penanaman secara hidroponik mempunyai banyak keunggulan


dibandingkan sistem penanaman di tanah. Perbandingan antara sistem penanaman
secara hidroponik dengan sistem penanaman di tanah pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan penanaman secara sistem hidroponik dengan


tanah

nomor Penanaman Hidroponik Penanaman di tanah

1. Bekerja secara tidak kotor, semua Bekerja tidak bersih, tidak


dalam keadaan steril. dalam keadaan steril.

2. Nutrien yang diberikan Penggunaan nutrien oleh


digunakan secara efisien oleh tanaman kurang efisien.
tanaman.

3. Nutrien yang diberikan sesuai Nutrien yang diletakan akan


dalam yang dibutuhkan tanaman bereaksi dengan zat yang akan
karena tidak ada zat lain yang mungkin ada di dalam tanah
akan dapat bereaksi sama nutrien. (karena tanah belum steril).

17
4. Tanaman bebas dari hama dan Gulma banyak tumbuh di
gulma. tanaman.

5. Tanaman sangat jarang terserang Tanaman sangat sering terserang


hama dan penyakit. penyakit.

6. Pertumbuhan tumbuhan akan Pertumbuhan tanaman kurang


terkontrol. terkontrol.

7. Tanaman sayuran dapat Kuantitas serta kualitas produksi


berproduksi dengan kuantitas dan tanaman kurang.
kualitas yang tinggi.

8. Penanaman hidroponik Pertanian tanah mempunyai ciri:


mempunyai ciri: a. Lahan yang dipakai luas,
a. Lahan yang dibutuhkan b. Mengandalkan unsur
sempit, lahan, dan
b. Kesuburan dapat diatur, c. Nilai jual tidak begitu
dan tinggi
c. Nilai jual tinggi

Hidroponik adalah salah satu sistem pertanian di masa depan, sebab dapat
diusahakan di semua tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas
apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan
penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak
menentu, dan hasil yang enggak seragam bisa diperbaiki dengan sistem pertanian
hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. Oleh karena itu, harga jual hasil panen tidak dikhawatirkan akan jatuh.
Pemeliharaan tumbuhan hidroponik juga lebih mudah dikarenakan budidaya
relatif dan, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan,
serangan hama dan penyakit relatif kecil, juga tumbuhan lebih baik dan
produktivitas lebih tinggi. Menurut La Saridodan Junia (2017), Dalam budidaya
hidroponik satu hal yang harus diperhatikan yaitu larutan nutrisi. Larutan nutrisi

18
adalah faktor penting untuk perkembangan dan kualitas hasil tanaman hidroponik,
sehingga harus benar dalam segi jumlah komposisi ion nutrisi dan suhu menurut
Rommy Andhika Laksono, Darso Sugiono (2017).

F. Teknik Sistem Hidroponik


Ada enam teknik penanaman yang dapat digunakan dalam berkebun
hidroponik. Keenam teknik ini memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-
masing.

a. Wick Sistem
Wick Sistem adalah teknik yang paling sederhana dan populer
digunakan oleh para pemula. Sistem ini termasuk pasif karena nutrisi
mengalir ke dalam media pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan
sejenis sumbu, wick sistem hidroponik bekerja dengan baik untuk tanaman
dan tumbuhan kecil. Sistem hidroponik tidak bekerja baik untuk tanaman
yang membutuhkan banyak suplai air.

b. Sistem Ebb & flow


Sebuah media tumbuh ditempatkan di dalam sebuah wadah yang
kemudian diisi oleh larutan nutrisi. Kemudian nutrisi dikembalikan ke
dalam penampungan, dan begitu seterusnya. Sistem ini memerlukan pompa
yang dikoneksikan ke waktu. Dipastikan menggunakan wadah yang cukup
besar dan atur jarak antar tanaman agar pertumbuhan tanaman tidak saling
mengganggu.

c. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)


Sistem ini merupakan cara yang paling populer dalam istilah
hidroponik. Konsepnya sederhana dengan menempatkan tanaman dalam
sebuah wadah atau tabung dimana akarnya dibiarkan menggantung dalam
larutan nutrisi. Sistem ini dapat terus menerus mengalir nutrisi yang terlarut
dalam air sehingga tidak memerlukan waktu untuk memompanya.

d. Sistem Aeroponik

19
Kecanggihan sistem ini yaitu memungkinkan mendapatkan hasil yang
baik dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainya, dalam hal ini
disebabkan karena larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung
masuk ke akar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang
banyak mengandung oksigen.

e. Sistem Drip
Selain sistem sumbu, sistem tetes ini merupakan cara yang populer
digunakan dalam berkebun hidroponik. Sistem ini menggunakan waktu
pengontrolan pompa, sehingga pada saat pompa dihidupkan, pompa akan
meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman.

f. Sistem Water Culture


Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang tersuspensi dalam air
yang kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar. Tanaman dapat
ditempatkan di rakit dan menampung di bak nutrisi juga. Dengan sistem
hidroponik ini, akar tanaman terendam dalam air dan udara diberikan
kepada akar tanaman melalui pompa akuarium dan diffuser udara. Semakin
gelembung yang lebih baik, tanaman akar akan kembali dengan cepat untuk
mengambil air nutrisi.

G. Media Tanam Hidroponik


Ada dua jenis media tanam yang biasa digunakan pada sistem hidroponik
yaitu media tanam organik diantaranya arang sekam, serbuk gergaji, akar pakis,
dll. Sedangkan untuk media tanam anorganik diantaranya, hidroton, clay,
rockwool, dll. Fungsi dari media tanam untuk sistem hidroponik adalah untuk
tempat tumbuh dan tempat penyimpanan unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. jenis media tanam yang mau digunakan lagi berpengaruh
bagi perkembangan serta pertumbuhan tanaman menurut Pinus Ligga (1999).
Berikut ini macam-macam media tanam yang dapat digunakan:

1. Media Tanam Mineral Wool Atau Rockwool

20
Media tanam jenis ini banyak ditemukan telah digunakan oleh banyak
petani di negara kita ini. Hal ini karena karakteristik media tanam rockwool
sangat halus, bentuknya bisa dikatakan hampir menyerupai busa jika dilihat
secara sekilas, serta mempunyai berat yang sangat ringan sehingga mudah
saat digunakan.

2. Media Tanam Arang Sekam


Penggunaan media tanam arang sekam adalah yang paling populer di
masyarakat kita sekarang ini. Pasalnya selain bisa diterapkan sebagai
penanaman dengan menggunakan sistem hidroponik, ternyata bisa juga
digunakan di dalam pot.

3. Media Tanam Hydroton


Hydroton merupakan salah satu media tanam yang mudah didapatkan,
karena terbuat dari bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita.
Proses pembuatannya menggunakan bahan utama tanah lempung yang
biasanya dibuat bulatan – bulatan kecil kemudian dipanaskan terlebih
dahulu.

4. Media Tanam Serbuk Serabut Kelapa


Kebanyakan orang sebelumnya banyak memanfaatkan serabut kelapa
hanya untuk digunakan sebagai bahan bakar saat memasak atau diubah
menjadi sapu. Namun saat ini sudah banyak orang yang menggunakannya
untuk kebutuhan lain, yakni sebagai media tanam hidroponik.

5. Media Tanam Spons


Macam–macam sistem hidroponik selanjutnya ialah spons. Spons
mempunyai ciri – ciri utama sangat baik dalam menyerap air dan
menyimpannya. Berarti akan sangat menguntungkan bagi tanaman yang
nantinya akan dibudidayakan di media tanam tersebut. Tekstur yang lembut
dan mudah mengalirkan air inilah yang membuat banyak orang
memanfaatkannya selain fungsi utamanya untuk mencuci piring di dapur.

6. Media Tanam Perlite

21
Media tanam perlite terbuat dari bahan bebatuan yang mengalami
proses pemanasan dengan suhu tertentu untuk dapat mencairkan-nya
sehingga bisa dibentuk dengan ukuran yang sangat kecil sesuai selera
penggunanya. Batu yang dimanfaatkan ini mempunyai warna putih dengan
nama batu silica.

7. Media Tanam Vermiculite


Untuk media tanam yang satu ini belum banyak orang yang
mengetahuinya, namun bisa juga dimanfaatkan sebagai media tanam
hidroponik. Jika dilihat dari proses pembuatannya, bisa dikatakan
menyerupai dengan media tanam perlite karena memang kenyataannya
sama–sama melewati proses pemanasan terlebih dahulu sebelum digunakan.

8. Media Tanam Akar Pakis


Jika dilihat dari penjelasan di atas, yang termasuk dalam media tanam
yang berbentuk organik ialah arang sekam dan serbuk serabut kelapa.
Namun ternyata akar pakis pun juga termasuk dalam kategori tersebut.
Meskipun demikian saya tidak menyarankan menggunakan media tanam ini.
Alasannya ialah karena mempunyai karakteristik yang sangat mudah
membusuk dan terkenal tidak baik dalam upaya melakukan proses
penyerapan air.

9. Media Tanam Kapas


Kapas memang mempunyai karakteristik sangat mudah menyerap air.
Tidak heran jika kapas sering dijadikan sebagai media tanam, khususnya
untuk membantu para siswa melakukan uji coba dan praktek dalam upaya
mengamati proses pertumbuhan tanaman yang dimulai dari biji sebagai
media utama penelitiannya.

10. Media Tanam Hydrogel


Untuk jenis media tanam yang satu ini sedang tren karena warna yang
ditawarkan sangat menarik. Cocok digunakan untuk mempercantik ruangan.

22
Banyak dimanfaatkan untuk hiasan pada vas di atas meja dan bisa
diletakkan tanaman hidup sehingga akan terlihat unik.

11. Media Tanam Kerikil


Kerikil sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita dan
jumlahnya pun sangat melimpah. Daripada kerikil yang ada tidak
mempunyai memberi manfaat, lebih baik digunakan untuk hal – hal yang
lebih menguntungkan.

Bahan dari organik yaitu media yang dapat mengalami proses pelapukan
atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut,
akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral. Mineral yang
dihasilkan merupakan suatu sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman
sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat
memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus
sering diganti. Oleh karena itu, penambahan media tanam tersebut mengalami
dekomposisi menurut Siswadi (2015). Pemberian pupuk kimia harus diimbangi
dengan pemberian pupuk organik. Pupuk kimia yang berperan menyediakan
nutrisi dalam jumlah yang sangat besar bagi tumbuhan, sehingga bahan organik
cenderung berperan untuk menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah
mudah dimanfaatkan oleh tanaman sebagai menyerap unsur hara yang disediakan
pada pupuk kimia menurut Immanuel Hans Alexander Surbakti, Ratna Rosanty
Lahay, T. Irmansyah (2015).

H. Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik Wick

1. Kelebihan Hidroponik Wick

a. Tanaman dapat mensuplai air dan nutrisi secara terus-menerus.


b. Biaya pembuatan yang murah, dengan biaya minimal bisa
berkebun hidroponik dan menghasilkan tanaman pangan yang
maksimal
c. Mempermudah perawatan tanaman karena tidak perlu
melakukan penyiraman

23
d. Tidak tergantung listrik
e. Menghemat tempat, pemakaian ruang bersifat fleksibel, artinya
instalasi ini bisa disimpan pada tempat-tempat yang sesuai
keinginan
f. Mengutamakan prinsip 3R, artinya memberikan andil besar
dalam pengelolaan limbah lingkungan
g. Nilai seni yang tidak kalah elegan dengan instalasi hidroponik
lainnya. Bisa menata ruang tertentu dengan instalasi sistem
sumbu sehingga menjadi berdaya seni tinggi

2. Kekurangan Hidroponik Wick

a. Air dan nutrisi yang diberikan tidak dapat kembali ke bak


penampungan sehingga lebih boros
b. Proses penambahan nutrisi yang bersifat manual, harus rajin
mengontrol bak nutrisi untuk memastikan apakah nutrisinya
masih banyak atau sudah surut

3. Keunggulan Hidroponik secara Umum


Sistem hidroponik dengan keunggulannya menjadikan sistem ini
populer untuk diaplikasikan dengan budidaya tanaman. Tidak hanya
tanaman hias, hidroponik juga bisa untuk menanam sayuran daun dan buah,
baik untuk skala rumah tangga maupun usaha. Berikut berbagai keunggulan
budidaya hidroponik dibandingkan dengan budidaya tanaman secara
konvensional. dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Keunggulan Budidaya Hidroponik Dibandingkan Dengan


Konvensional

Perbandingan Pertanian Konvensional Pertanian Hidroponik

24
Kebutuhan air untuk sayuran, Kebutuhan sayuran
Kebutuhan Air
seperti kangkung, bayam, dan hidroponik terhadap air
sejenisnya rata-rata adalah 60 sama dengan sayuran yang
ml, sayuran harus disiram ditanam secara
dengan air sebanyak 500 konvensional, yaitu 60
ml/tanaman. Sisa air yang ml/hari. Namun, pada
tidak diserap tanaman akan sistem hidroponik tidak ada
meresap kedalam tanah atau air terbuang. Apabila
menguap. Apabila terdapat terdapat 20 tanaman. Hanya
200 tanaman, dibutuhkan air sebanyak
Dibutuhkan air sebanyak 12.000 ml atau 12 liter/hari.
100.000 ml atau 100 liter Selama satu periode panen
air/hari. Selama satu periode satu bulan, kebutuhan
panen satu bulan, kebutuhan airnya hanya 360 liter.
airnya mencapai 3.000 liter

Tenaga Kerja Budidaya tanaman sayuran di Persiapan pada budidaya


lahan konvensional hidroponik relatif sederhana
membutuhkan banyak dan tidak memerlukan
persiapan dan tenaga kerja. banyak
Mulai persiapan lahan, tahapan. Begitu pula pada
termasuk pemberian pupuk pemeliharaan harian
dasar, penyiangan gulma tanaman, tidak perlu
(rumput liar dan tanaman liar melakukan penyiraman
pengganggu lainnya) di awal secara rutin. Pemberian
penanaman dan susulan pupuk pun lebih mudah,
secara rutin, penyiraman, karena pupuk telah
hingga pemupukan secara tercampur langsung dengan
rutin air. Pada hidroponik, satu
orang dapat mengurus 2.000
lubang tanaman. dengan air.
Pada

25
Waktu Bertanam di lahan Perawatan rutin pada
konvensional membutuhkan hidroponik hanya
waktu untuk berbagai menambahkan air dan
perawatan yang harus nutrisi, yang sebenarnya
dilakukan setiap hari. tidak perlu dilakukan setiap
hari, misalnya setiap tiga
hari sekali. Pemeliharaan
hidroponik lainya, seperti
penyiraman dan menyiangi
gulma tidak perlu dilakukan

Biaya Biaya pengolahan lahan di Biaya pembuatan 1 unit


pertanian organic hidroponik dengan 200
konvensional meliputi biaya lubang tanam berkisar Rp.
persiapan lahan biaya 4.000.000 dengan masa
pemupukan dasar, biaya pakai mencapai 5 tahun.
penyiangan gulma, hingga Berarti, biaya pembuatan 1
biaya panen di kebun milik unit adalah Rp. 83.000/
penulis di padalarang bulan. Ditambah dengan
Bandung, sekitar Rp. 150.000 biaya perawatan tanaman
untuk 200 lubang tanaman dan listrik, biaya budidaya
(tahun 2017). hidroponik hanya berkisar
Rp. 100.000/musim untuk
200 lubang tanam.

Estetika Tidak dipungkiri lagi


Lingkungan kehadiran hidroponik telah
menciptakan keasrian dan
keindahan di rumah,
berbagai model dan ukuran
instalasi serta aneka jenis
sayuran yang ditanam rapi
akan menyejukan mata yang

26
memandang. Karena itu,
semakin banyak masyarakat
perkotaan yang membuat
hidroponik di rumahnya.

I. Nutrisi Tanaman Kangkung

1. Nutrisi AB mix
Nutrisi hidroponik yang terdiri dari kelompok A dan kelompok B,
terdiri dari berbagai garam anorganik dengan komposisi tertentu yang diatur
sesuai kebutuhan tanaman. Garam yang dipakai dalam meramu nutrisi
hidroponik terdiri unsur hara makro (N, P, K, CA, MG, dan S) mutlak
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Fungsi unsur hara makro secara umum
yaitu membentuk tubuh tanaman, dalam rangka memproduksi yang tinggi
kualitas dan kuantitasnya. Nutrisi hidroponik berikutnya yaitu nutrisi mikro
(Fe, Mn, Cu, Zn, B, dan Mo) yang juga esensial, mutlak dibutuhkan waktu
dalam jumlah kecil, dan banyak berperan sebagai enzim.

Selain itu unsur hara makro dan mikro, diperlukan juga unsur hara
tanaman lain yaitu Na, Si, dan Cl, dan dianggap sebagai “beneficial
elements” sebagai unsur hara yang menguntungkan. Na dapat menjadi
pengganti K, pada lahan yang miskin K, dengan gejala pelepah daun kelapa
terkulai. Petani memupuknya dengan garam dapur NaCl, supaya pelepah
yang berikutnya tegak. Si (silikat), memperkuat jaringan tumbuhan,
sehingga penyakit cendawan tidak bisa menyerang. Cl (chlor), patut ditakuti
dan dihindari, karena dapat mengganggu rumah tangga air jaringan

27
tanaman, terbentuknya sel-sel raksasa, penuh dengan air, merusak
konsistensi sel, menyebabkan produk hambar tanpa rasa.

Kandungan unsur-unsur utama dinyatakan sebagai N, dan P, K, Ca,


Mg, S. Hal ini harus dibedakan dengan pupuk tabur untuk pertanian
konvensional, yang menggunakan sebutan P2O5, CaO, MgO, SO2.
Hidroponik memerlukan “mental switch” dalam perhitungan membuat
formula pupuk hidroponik. dikutip dari jurnal Munalia Eka kurniati (2018)

2. Limbah kulit pisang


Dalam pengembangan industri ada hal-hal yang perlu diperhatikan
selain dampak positif akibat pengembangan industri ada pula dampak
negatifnya. Seperti adanya pencemaran lebih lanjut limbah industri akan
memperpanjang arus energi yang ada pada bahan baku pabrik, dengan
demikian proses produksi akan berjalan lebih efisien.

Limbah berarti bahan yang dibuang berupa sampah atau kotoran,


berbentuk cair, padat, dan gas. Limbah itu berasal dari aktivitas manusia
misalnya limbah industri, limbah pasar, limbah rumah tangga, limbah
peternakan dan limbah pertanian. Sampah-sampah industri sangat beda sifat
dan komposisinya. Mereka mempunyai sifat khas yang membedakan satu
daripada yang lainnya. Seperti kebutuhan akan oksigen yang sangat tinggi
disebabkan karena adanya zat-zat organik maupun zat-zat anorganik. Kadar
suatu zat dapat diketahui dari panas, warna, kandungan alkali, keasaman
yang menonjol dan suhu yang tinggi. menurut Rustiati Ridwan (2007) .

Susetya (2012) memaparkan kulit pisang mengandung protein,


kalium, fosfor, magnesium, sodium dan sulfur, sedangkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fadma Juwita Nasution, (2014) menunjukan bahwa

28
kulit pisang mengandung unsur kalium sebesar 1, 137% dan menurut
Dewati (2008) unsur P yang terkandung dalam kulit pisang sebesar 63
mg/100 gram. Dengan banyaknya unsur hara yang terkandung dalam kulit
pisang ini menunjukan bahwa kulit pisang sangat berpotensi untuk dijadikan
bahan pupuk organik cair (POC).

Jika melihat jumlah produksi buah pisang yang cukup tinggi maka
untuk mendapatkan kulit pisang sebagai bahan pembuatan POC bukanlah
hal yang sulit, sehingga dengan begini POC kulit pisang bisa menjadi
alternatif bagi para petani untuk menggantikan peran pupuk anorganik
dalam meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Terutama tanaman
kangkung yang menghendaki tanah yang subur, gembur serta banyak
mengandung bahan organik untuk pertumbuhannya.

3. Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu yang dikehendaki dengan terkandung bantu mikroba.
Produk- produk tersebut biasanya digunakan sebagai minuman atau
makanan. Fermentasi suatu cara telah dikenal digunakan sejak lama sejak
jaman dulu. Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:
a. Mikroba sebagai inokulum
b. Tempat (wadah) untuk proses fermentasi berlangsung dengan
optimal.
c. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi
bagi mikroba.
Fermentasi dibedakan menjadi dua, fermentasi aerobik dan anaerobik.
Fermentasi aerobik adalah fermentasi dimana proses fermentasi tersebut
akan membutuhkan oksigen, sedangkan anaerobik merupakan fermentasi
yang tidak membutuhkan oksigen. Pada fermentasi anaerobik akan
menghasilkan asam laktat.
Effective Microorganisme (EM4) merupakan campuran dari
mikroorganisme yang menguntukan. EM4 akan mempercepat proses

29
fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang bersifat fermentasi
(peragian) yang terdiri dari empat kelompok mikroorganisme bakteri
fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), jamur fermentasi (Saccharomyces
sp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.). mikroorganisme tersebut
memanfaatkan senyawa kompleks yang terkandung dalam limbah cair
sebagai bahan nutrisi dalam proses metabolisme dirinya sendiri sehingga
terbentuknya senyawa yang lebih sederhana yang nantinya dapat langsung
dimanfaatkan oleh mikroba ucap Panji (2017)

30
BAB III
METODE PENELITIAN`

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan januari 2023.


Penyemaian tanaman dan Pengamatan pertumbuhan tanaman Kangkung
(Ipomoea aquatica) dilakukan di lingkungan Man Insan Cendekia Kota
Batam

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan adalah jerigen air, tempat penyemaian, box
sebagai wadah hidroponik wick, netpot, buku atau note sebagai pencatat
data, gelas plastik, timbangan, camera, dan alat ukur berupa penggaris.

2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah tanaman kangkung (Ipomoea aquatica),
sumbu, air berupa kain flanel, pupuk AB mix dan pupuk organik kulit
pisang, dan media tanam berupa rockwool, bakteri EM4 .

C. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sistem hidroponik wick,
pupuk AB mix dan pupuk organik kulit pisang, dan media tanam berupa
rockwool, pelepah pisang ampas teh, dan serabut kelapa. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomoea
aquatica).

D. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kangkung (Ipomoea
aquatica) dengan jumlah 56, masing masing 7 tanaman untuk hidroponik
wick. menggunakan AB mix dan kulit pisang, disilangkan rockwool, ampas
teh, pelapah pisang, dan serabut kelapa.

31
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan di lapangan dengan menggunakan
metode penelitian eksperimental (percobaan), dengan rancangan lingkungan
menggunakan Rancang Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 faktor,
faktor yang pertama yaitu jenis hidroponik wick. Faktor yang kedua yaitu
konsentrasi pupuk organik kulit pisang 30%, dan nutrisi AB mix. Faktor
yang ketiga yaitu jenis media tanam berupa rockwool, pelepah pisang,
ampas teh, dan serabut kelapa. Unit-unit percobaan sebagai berikut:
T0: Pertumbuhan subjek 1

Faktor 1
1. H0: Hidroponik wick

Faktor 2
1. P0: Pupuk organik kulit pisang
2. P1: Nutrisi AB mix

Faktor 3
1. M0: Rockwool
2. M1: Pelepah pisang
3. M2: Ampas teh
4. M3: Serabut pisang

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap persiapan
a. Fermentasi
Limbah kulit pisang ditimbang sebanyak 5 kg, dipotong kecil-
kecil dan diblender hingga halus. Bakteri EM-4 sebanyak 125 ml dan
gula pasir 125g dilarutkan dalam toples plastik yang berisi 5 liter air
kemudian diaduk hingga rata. Kulit pisang yang telah halus dicampur
dalam toples plastik yang berisi cairan bakteri EM4 dan gula,
kemudian di-aduk kembali hingga tercampur rata dan ditutup rapat.

32
Fermentasi dilakukan selama 8 hari dikutip dari Rambitan & Sari
(2013). Pupuk organik cair hasil dari fermentasi selama 8 hari diaduk
lalu disaring kemudian dimasukkan ke dalam 7 botol aqua berukuran
1500 ml masing-masing sebanyak 1000 ml.
b. Persiapan tempat penelitian
Persiapan tempat dilakukan dengan membersihkan lahan dari
segala sampah atau rumput yang mengganggu kemudian pengukuran
luas tempat penelitian.

c. Persiapan media tanam


Membersihkan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan.

2. Penyemaian dan pemindahan bibit


Penyemaian benih ini dilakukan benih disemai di dalam baskom
dengan media rockwool, pelepah pisang, ampas teh, dan serabut kelapa
sampai umur 7 hingga 10 hari, setelah bibit berumur 2 minggu dipindahkan
ke dalam instalasi dilakukan perawatan dengan mengganti nutrisi setiap
seminggu sekali dengan konsentrasi 10 ml larutan AB mix untuk 1 liter air.
perawatan dilakukan hingga tanaman kangkung mencapai umur sekitar 1
bulan.

3. Penanaman
Bibit yang telah disemai kemudian dimasukan ke dalam netpot. Dalam
memasukan bibit ke netpot hal yang perlu diperhatikan adalah akar bibit.
Akar bibit diharuskan menjulur keluar dari lubang netpot agar akar bibit
tersebut menyentuh sumbu yang menghubungkan ke larutan nutrisi saat
penanaman.

4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pengontrolan, penyulaman
dan menjaga tanaman dari organisme pengganggu tanaman (OPT).

33
5. Pemanenan
Pemanenan kangkung dapat dilakukan setelah tanaman berumur
kurang lebih 30 hari setelah tanam, pemanenan dapat dilakukan dengan cara
mencabut seluruh tanam beserta akarnya. Sebaiknya sebelum memanen
dilihat terlebih dahulu fisik tanamannya seperti daun yang sudah melebar,
berwarna hijau segar.

G. Pengamatan

1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman dapat diukur mulai dari tanaman kangkung
dipindahkan dari media tanam penyemaian ke dalam rangkaian
hidroponik sampai masa panen dengan bantuan alat ukur penggaris
dari permukaan media tanam sampai ujung daun tertinggi dari
tanaman dengan cara menelungkupkan semua daun. Pengukuran
tinggi tanaman dilakukan setiap 5 hari sekali.

2. Lebar Daun
Pengukuran lebar daun hanya daun yang terlebar pada saat
pengamatan, pengukuran dimulai dari tepi bawah ke tepi atas atau
sebaliknya, diukur menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan 5
hari sekali.

3. Jumlah Daun
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah
membuka sempurna. Jumlah daun dihitung 5 hari sekali.

4. Panjang Akar Tanaman


Pengukuran akar terpanjang dilakukan pada saat tanaman
kangkung telah panen. Pengukuran akar tanaman diukur dari leher
akar tanaman atau tempat munculnya akar sampai ujung akar
terpanjang.

34
5. Berat Basah Tanaman
Perhitungan berat basah dilakukan setelah masa panen dengan
menggunakan timbangan. Berat basah adalah berat segar sebuah
tanaman yang masih mengandung kadar air di dalamnya.

H. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui apakah ada pengaruh sumbu terhadap pertumbuhan
tanaman kangkung maka analisis data yang dilakukan menggunakan analisis data
kuantitatif dengan analisis yaitu:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data
berfungsi sebagai prasyarat diterapkannya statistik uji parametris. Data yang
diuji yaitu data pertumbuhan tinggi, lebar daun, jumlah daun, panjang akar,
dan berat basah tanaman kangkung.
a. Taraf signifikasi: 0.1cm.
b. Kriteria pengujian :
1) T0: jika nilai Sig < 0.1cm maka ditolak atau data
berdistribusi tidak normal.
2) T0: Jika nilai Sig > 0.1cm maka diterima atau data
berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan jika data berdistribusi normal. Uji ini untuk
mengetahui apakah semua sampel memiliki varians yang homogen atau
tidak.
a. Taraf signifikasi: 0.1cm.

35
b. Kriteria pengujian :
1) T0: jika nilai Sig < 0.1cm maka ditolak atau data
berdistribusi tidak normal.
2) T0: Jika nilai Sig > 0.1cm maka diterima atau data
berdistribusi normal.

3. Uji Anova
Uji anova dilakukan jika asumsi data normal serta uji normalitas dan
homogenitas terpenuhi. Uji anova yang digunakan”yaitu uji Two Way,
dengan hipotesis sebagai berikut “Setiap variabel tetap memiliki
perkembangan yang berbeda yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang
berbeda”.

I. Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan, menggunakan Rancangan Acak


Kelompok (RA). Desain penelitian dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Tabel rancangan percobaan Hidroponik Wick


1. Tinggi tanaman

kulit pisang kulit semangka keterangan

tinggi

lebar

jumlah daun

panjang akar

berat basah
tanaman

36
Daftar Isi

Perdana, D. 2009. Budidaya Kangkung. Http://.blogspot.com/06/html. Diakses


pada tanggal 29 Oktober 2010 pukul 19:17 WIB.

Abdul, Majid dan Aep S. Firdaus. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil
Belajar. Bandung: Interes Media

Anggara, R. 2009. Pengaruh Kangkung Darat (Ipomoea reptans L. Poir) terhadap


efek Sedasi pada Mencit BALB/C. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang.

Inggah, H. N., H. Windiyani dan Y.Byarwati. 2015. Budidaya Kangkung.


http://www.academia.edu/8354987/budidaya _kangkung. Diunduh 2 Juli
2015.

Afrizal, Achmad. 2012. Tanaman Hidroponik-Manfaat dan Keunggulannya.


[Online]. Tersedia : http://carahidroponik.blogspot.com/2012/05/tanaman-
hidroponik-manfaat-dan.html . [11 Juli 2013]

Munalia Eka Kurnia, 2018. Sistem Hidroponik Wick Organik Menggunakan


Limbah Ampas Tahu Terhadap Respon Pertumbuhan Tanaman Pakcoy
(Brassica chinensis L.)

Sinaga, D, 2010. Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan


Menggunakan Boisca sebagai Starter. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Santi, S.S. 2008. Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam untuk Pupuk Cair Organik
dengan Proses Fermentasi Tanaman Nilam. Jurnal Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur. Surabaya, halaman
170- 175. http://google.com//eprints. [4 September 2015]

Sutiyoso. 2004. Proses Sirkulasi Larutan pada Hidroponik Sistem NFT.


Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

37
Istamar Syamsuri. 2004. Buku Kerja Ilmiah Biologi SMP IB. Jakarta: PT.
Erlangga.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2012. Berita Resmi Statistik. Badan Pusat
Statistik. Jakarta. http://www.bps.go.id/brs_file/aram_01nov13.pdf. Diakses
14 juni 2014.

Heru Prihmantoro dan Yovita Hesty Indriyani 1999. Hidroponik sayuran semusim
untuk hobi dan bisnis / Heru Prihmantoro, Yovita Hety Indriani.
Siti Kamalia, Parawita Dewanti, Raden Soedradjad, Teknologi Hidroponik Sistem
Sumbu Pada Produksi Selada Lollo Rossa (Lactuca sativa L.) Dengan
Penambahan Cacl2 Sebagai Nutrisi Hidroponik”, (Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember Jalan Kalimantan 37,
Kampus Tegal Boto, 2017), h. 97.
Rommy Andhika Laksono, Darso Sugiono. Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian
Journal of Agrotech) Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Agrotek Indonesia
(Indonesian Journal of Agrotech) - Artikel Karakteristik Agronomis
Tanaman Kailan (Brassica oleraceae L. var. acephala DC.) Kultivar Full
White 921 Akibat Jenis Media Tanam Organik dan Nilai EC (Electrical
Conductivity) pada Hidroponik Sistem Wick.
Marsono, L. Pinus.1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya
Amirudin, M., Priyono dan siswadi. 2015. Pengaruh Beberapa Jenis Media
Perendaman Benih pada Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes
falcataria L.) Nielsen). INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian. 14 (1) : 59 –
67.
Immanuel Hans Alexander Surbakti, Ratna Rosanty Lahay *, T. Irmansyah.
Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa
Jarak Tanam
Susetya, Darma. 2012. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik (Untuk
Tanaman Pertanian dan Perkebunan). Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Fadma Juwita Nasution, Lisa Mawarni, Meiriani. APLIKASI PUPUK ORGANIK
PADAT DAN CAIR DARI KULIT PISANG KEPOK UNTUK
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)

Dewanti, R. 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok sebagai Bahan Baku Pembuatan
Etanol. Surabaya. UPN Press.

38
Panji Muhammad Maulana, Sofyatuddin Karina , Siska Mellisa.
PEMANFAATAN FERMENTASI LIMBAH CAIR TAHU
MENGGUNAKAN EM4 SEBAGAI ALTERNATIF NUTRISI BAGI
MIKROALGA Spirulina sp.

Vandalita Maria Mahdalena Rambitan, Mirna Puspita Sari (2013). PENGARUH


PUPUK KOMPOS CAIR KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG
TANAH (Arachis hypogaea L.) SEBAGAI PENUNJANG PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
Wijaya, K.A. 2012. Pengantar Agronomi Sayuran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Fadhilah Arief, Heri Sugianto, dkk. 2011. Kajian Pengelolaan Sampah Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro
Semarang.
Rustiati Ridwan (2007). DAMPAK INDUSTRI TERHADAP LINGKUNGAN
DAN SOSIAL

La Saridodan Junia 2017. Uji Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica
Rapa L.) Dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Pada System Hidroponik

39
note 👍

huruf besar.
titik.
A.
1.

a.

1)

a)
bab jadikan di tengah DONE
halaman di atur belakangan.DONE
margin. DONE
line spacing. DONE
semuanya times new roman. DONE

saran 👍
panduan di manic
rapikan liat di perpus.
radu ditagih

sama ae
Panduan KTI Revisi 1.pdf

40
Panduan KTI Revisi 1.pdf

Panduan KTI Revisi 1.pdf

41

Anda mungkin juga menyukai