OLEH
AGUSTIAN
NIM. C10111141080
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN
BIBIT BUAH NAGA ASAL STEK
Tanggung Jawab Yuridis Material pada:
AGUSTIAN
NIM. C1011141080
Disetujui oleh :
Agustian
NIM. C1011141080
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan
Bibit Buah Naga Asal Stek” tepat pada waktunya. Skripsi ini dibuat sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Tanjungpura.
Pada saat menyusun Skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Ir. Hj. Siti Hadijah, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama,
Ir. Warganda, MMA selaku pembimbing kedua, Ir. Dwi Zulfita, M.Sc selaku
penguji pertama, dan Ir. Putu Dupa Bandem, MMA selaku penguji kedua. Serta
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan cintai serta keluarga yang
memberikan dorongan, semangat, dukungan baik moril maupun materil, dan
doanya dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang S-1 di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
2. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS, selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
4. Ir. Dini Anggorowati, M.Sc selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
5. Ir. Warganda, MMA selaku pembimbing akademik.
6. Civitas akademika Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
7. Rekan kelas Agroteknologi C 2014 serta kawan-kawan lainnya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang dengan penuh keikhlasan membantu
penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan penulis sebagai manusia yang
banyak kekurangan dan kelemahan.
1
Semoga segala dorongan serta batuan pemikiran Bapak/Ibu/Saudara/I
kepada Penulis di rahmati dan di ridhoi serta dijadikan sebagai amal dan ibadah
kepada Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca lainnya.
Agustian
NIM. C1011141080
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFATAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFATAR GAMBAR v
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 2
C. Tujuan Penelitian 3
II. KERANGKA PEMIKIRAN 4
A. Tinjauan Pustaka 4
1. Klasifikasi Tanaman dan Botani Buah Naga 4
2. Syarat Tumbuh 5
3. Perbanyakan Buah Naga dengan Stek Batang 6
4. Faktor Pengaruh Pertumbuhah Stek 7
5. Komposisi Media Tanam 8
B. Kerangaka Konsep 10
C. Hipotesis 11
V. PENUTUP 26
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
3
DAFTAR TABEL
Lampiran
1 Data Rerata Panjang Tunas (cm) ............................................. 32
2 Data Rerata Jumlah Tunas (helai) ............................................ 33
3 Data Rerata Volume Akar (cm3) ............................................. 34
4 Data Rerata Jumlah Akar (Helai) ............................................ 35
5 Data Rerata Suhu Udara Harian (0C) Selama Penelitian ........ 36
6 Data Rerata Kelemaban Harian (%) Selama Penelitian .. 37
7 Data Rerata Curah Hujan (mm) Selama Penelitian ........ 38
8 Data Ph Setelah Inkubasi ........................................................ 39
9 Data Ph Setelah Penelitian ..................................................... 40
4
DAFTAR GAMBAR
Lampiran
1 Denah Penelitian ...................................................................... 31
2 Bibit Buah Naga Berbagai Perlakuan ...................................... 42
3 Volume Akar Bibit Buah Naga (cm3) ...................................... 42
4 Pembibian Buah Naga ............................................................. 42
5 Bibit Buah Naga ..................................................................... 42
6 Lahan Penelitian ..................................................................... 42
5
6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman buah naga bukan asli dataran Asia, melainkan tanaman asal
Meksiko dan Amerika Selatan bagian utara, Colombia. Buah naga mempunyai
beberapa khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, diantaranya sebagai
penyeimbang kadar gula darah, pelindung kesehatan mulut, pencegah kanker
usus, mempelancar pencernaan, mengurangi kolesterol, pencegah pendarahan dan
mengobati keputihan (Triatminingsih, 2009)
Di Indonesia tanaman buah naga belum banyak dibudidayakan, karena
tanaman ini baru masuk ke wilayah Indonesia sejak tahun 2000. Komoditas ini
mempunyai prospek yang cerah sebagai peluang komoditas ekspor dan pasarnya
masih terbuka lebar serta memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan
di Indonesia (Triatminingsih, 2009)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (2016), Produksi
Buah Naga pada tahun 2016 yaitu 9.78 ton/tahun. Namun kebutuhan buah naga
yang dapat dipenuhi masih kurang dari 15%, Oleh karena itu perlu peningkatan
produksi melalui ekstensifikasi (perluasan areal tanam).
Pengembangan areal tanaman buah naga memerlukan bibit yang berkualitas
ketersediaan bibit yang berkualitas dapat ditingkatkan melalui perbanyakan secara
vegetatif, salah satunya dengan stek batang dari tanaman induk yang berkualitas.
Keuntungan yang diperoleh dalam perbanyakan melalui stek yaitu teknik
pelaksanaannya yang mudah dan cepat dan bibit yang dihasilkan memiliki sifat
genetis yang sama dengan induknya (Hardjadinata, 2010).
Upaya memenuhi kebutuhan bibit buah naga dalam jumlah besar dengan
waktu yang singkat maka dilakukan usaha untuk mempercepat pertumbuhan bibit
buah naga, salah satunya dengan memperbaiki media tanam sehingga tempat
pertumbuhan akar akan lebih baik.
1
2
Pertumbuhan bibit stek buah naga diperlukan media yang baik karena
media merupakan faktor utama perkembangan akar stek. Menurut Kristanto
(2014) media tumbuh buah naga harus tepat agar tanaman tumbuh dengan baik
dan dapat memberikan hasil yang maksimal maka media tumbuhnya harus subur,
gembur dan mengandung bahan organik. Media tersebut tidak boleh mengandung
garam, drainase harus baik dan bersifat porous karena tanaman tidak menyukai
genangan dan peka terhadap kekeringan.
Penggunaan tanah aluvial dalam media stek dihadapkan dengan struktur
tanah yang pejal dan miskin unsur hara, oleh sebab itu perlu adanya penambahan
bahan organik pupuk kandang sapi sebagai penyuplai unsur hara bagi tanaman
dan media dalam mengikat air menjadi tinggi. Pemberian pasir diharapkan dapat
memperbaiki sifat fisik tanah, dan aerasi yang baik. Belum diketahui berapa
campuran komposisi yang baik untuk pertumbuhan bibit stek buah naga, maka
perlu dilakukan penelitian.
B. Masalah Penelitian
Salah satu faktor permasalahan dalam penyediaan bibit buah naga yaitu
media tanam yang digunakan. Menurut Kristanto (2008), agar tanaman tumbuh
dengan baik dan dapat memberikan hasil yang maksimal maka media tumbuh
harus subur, gembur dan mengandung bahan organik.
Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, air tanah dan
aerasi didalam tanah oleh sebab itu diperlukan komposisi media tanam yang tepat
antara tanah, pasir dan pupuk kandang. Apabila dalam media tanam terlalu
banyak pasir maka media tanam dalam mengikat air akan kecil. Apabila terlalu
banyak tanah maka akan mengganggu aerasi didalam media tanam. Pemberian
pupuk kandang terlalu banyak akan menyerap air yang banyak, sehingga
kelembaban media menjadi tinggi yang mengakibatkan akar menjadi busuk.
Pemberian campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dimaksudkan untuk
memperbaiki sifat fisik tanah aluvial sehingga dapat menjadi lebih gembur dan
aerasi manjadi baik
Hal ini bisa dilakukan dengan mencampur kan tanah, pasir dan pupuk
kandang dengan komposisi tertentu sehingga media tanam tersebut dapat
memperbaiki sifat fisik tanah yang dapat mempercepat pertumbuhan akar pada
3
stek tanaman buah naga. Oleh sebab itu diperlukan komposisi media tanam yang
tepat, agar pertumbuhan akar stek buah naga menjadi baik.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan mencari komposisi media tanam yang paling baik untuk
pertumbuhan bibit stek tanaman buah naga.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Klasifikasi Tanaman dan Botani Buah Naga
Klasifikasi buah naga menurut Kristanto (2014) adalah :
Divisio : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisio : Angiospermae (biji tertutup)
Classis : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Cactales
Familia : Cactaceae
Subfamilia : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus costaricensis (daging merah)
Morfologi tanaman buah naga daging putih dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Akar
Perakaran tanaman buah naga bersifat epifit, yaitu merambat dan
menempel pada batang tanaman lain. Dalam pembudidayaan, media untuk
merambatkan batang tanaman buah naga ini dapat digantikan dengan tiang
penopang atau kawat. Perakaran buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan
tidak tahan genangan yang cukup lama. Perakaran tanaman buah naga tidak
terlalu panjang dan terbentuk akar cabang. Dari akar cabang tumbuh akar rambut
yang sangat kecil, lembut dan banyak. (Winarsih, 2009).
b) Batang
Penampang melintang batang tanaman buah naga berbentuk segitiga,
memanjang hingga mampu mencapai panjang maksimum sekitar 9 meter dengan
warna hijau hingga hijau tua. Batang tanaman ini mempunyai duri-duri yang
merupakan ciri utama famili kaktus. Bagian batang tanaman buah ini berlapis lilin
dan mampu memanjat pada tembok atau batang penopang. (Cahyono, 2009)
c) Bunga
Tanaman buah naga mempunyai bunga yang indah berwarna putih
kekuning-kuningan sehingga tak jarang orang memelihara tanaman buah naga
4
5
untuk tujuan ornamental. Bunga tanaman buah naga ini mekar sempurna pada
malam hari dengan panjang bisa mencapai 29 cm. (Idawati, 2012)
Buah naga berbentuk bulat lonjong dengan diameter 10–12 cm, berkulit
tebal. Seperti nama sebutannya jenis buah naga daging putih ini mempunyai kulit
berwarna merah ketika masak, berjumbai kehijauan dan daging buah berwarna
putih dengan biji-biji hitam yang bertebaran. Buah yang masak mempunyai berat
rata-rata antara 700– 800 gram per buah dengan kadar kemanisan buah sekitar
10-13 briks. (Andoko dan Nurassyid, 2012).
d) Biji
Biji berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat
tipis, tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara
generatif. Setiap buah terdapat sekitar 1.200 – 2.300 biji (Cahyono, 2009).
2. Syarat tumbuh
a) Topografi tanaman
Tanaman buah naga dapat tumbuh baik di berbagai jenis tanah dan sedikit
tahan kekeringan. Tanaman buah naga menghendaki tanah yang subur dan
berstruktur gembur, memerlukan air yang cukup untuk mendapatkan hasil yang
berkualitas, menyukai tanah yang berdrainase baik dan kaya akan kandungan
bahan organik. Tanaman buah naga dapat dikembangkan di dataran rendah sampai
dataran menengah dengan ketinggian sampai 700 mdpl (Triatminingsih, 2009).
b) Iklim
Buah naga merah termasuk tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi
pada berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari,
angin dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun,
sementara intensitas sinar matahari yang disukai sekitar 70% – 80 %. Oleh karena
itu tanaman ini sebaiknya ditanam di lahan yang tidak terdapat naungan dan
sirkulasi udaranya harus baik. Suhu udara yang ideal bagi tanaman ini antara 26º -
36º C dan kelembapan 70% – 90%. (Hardjadinata, 2010).
c) Kondisi tanah
Buah naga dapat ditanam dilahan sawah maupun dilahan kering. Yang penting
kondisi tanahnya subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Kondisi
6
tanah yang cocok untuk tanaman buah naga pada kisaran pH 5-7. Jika lahan yang
diusahakan bersifat asam maka dapat di lakukan pengapuran. Karena tanah yang
bersifat asam akan mengganggu pertumbuhan buah naga karena selain
menghambat penyerapan unsur hara juga dapat menimbulkan penyakit jamur.
Kondisi tanah harus bersih dari gulma dan drinase pada tanah tersebut harus baik.
Agar dalam pertumbuhan buah naga tidak terhambat.
a) Media
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek
yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban dan cahaya. Media perakaran berfungsi
sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada
stek dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek (Kristanto, 2014). Media
perakaran yang baik menurut Winarsih (2007), adalah yang dapat memberikan
aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen
yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah
tanah dan pasir.
b) Suhu
Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21°C sampai
dengan 27°C pada pagi dan siang hari dan 15°C pada malam hari. Suhu yang
terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui
perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1987).
c) Cahaya
Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang
berperan dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis
antara lain sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk membentuk
reduktan dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2 menjadi
C6H12O6 (Andoko, 2012). Menurut Kristanto (2009), secara fisiologis cahaya
mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada
metabolisme secara langsung melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung
melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat
respon yang langsung dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.
d) Faktor bahan stek
Kondisi fisiologis tanaman mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan
stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan
makanan dan zat pengatur tumbuh (Cahyono, 2009).
8
aluvium muda, mempunyai susunan berlapis atau kadar C-organik tidak teratur
dengan fraksi pasir kurang 60% pada kedalaman antara 25-100 cm dari
permukaan tanah mineral. Tekstur tanah aluvial sangat variabel, baik vertikal
maupun horizontal, jika banyak mengandung lempung, tanahnya sukar diolah dan
menghambat drainase tanah (Sarief, 1986)
Menurut Indranada (1986), proses pembentukan tanah aluvial sangat
tergantung dari bahan induk asal tanah itu dan topografi mempunyai tingkat
kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari liat hingga
berdebu. Kandungan bahan organik dari rendah hingga tinggi, strukturnya
bervariasi, pH tanah berkisar asam hingga alkalis.
Menurut Sarief (1986), bahwa tanah aluvial memiliki sejumlah faktor
pembatas tingkat keasaman tinggi, struktur buruk, C/N ratio yang bervariasi,
kandungan bahan organik yang rendah, peka terhadap erosi dan relatif miskin usur
hara. Menurut (Rachim dan Arifin, 2011), tanah aluvial bisa menjadi media tanam
jika faktor pembatas bisa diperbaiki. Salah satu perbaikannya yaitu penambahan
pupuk organik (pupuk kandang sapi).
b) Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak
padat dan cair serta sisa makanan dari alas kandang (Sarief, 1986). Pupuk
kandang kotoran sapi dapat dikatakan pupuk lengkap karena mengandung
unsur-unsur yang diperlukan tanaman baik mikro maupun makro, serta dapat
menguntungkan kehidupan mikroorganisme tanah.
Menurut Hardjowigeno (1985), selain mengandung unsur hara, pupuk
kandang sapi memiliki keistimewaan yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah
seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, kemampuan manahan
air dan kation-kation tanah.
Pupuk kandang sapi juga mengandung hormon seperti creatin, asam idol
asetat dan auksin yang dapat merangsang pertumbuhan akar. Komposisi
kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain jenis hewan, umur, keadaan hewan, jenis makanan, serta penyimpanan
sebelum diaplikasikan (Munamar, 2006).
10
c) Pasir
Pasir sering menjadi media alternaif dan media campur dalam pembibitan
tanaman, karena pasir memiliki pori-pori yang besar sehingga dapat menciptakan
kondisi porous dan aerasi yang baik (Ashari, 1995). Menurut Sarief (1986), pasir
pada umumnya digunakan sebagai media tanam pembibitan dan campuran tanah
atau bahan organik untuk mendapatkan struktur media yang baik. Pasir yang bisa
digunakan sebagai media tanam dipastikan tidak mengandung racun dan pH
6.0-7,5 (Sutopo, 1993).
B. Kerangka Konsep
Tanaman buah naga termasuk komoditas buah baru yang semakin banyak
peminatnya. Peluang budidaya tanaman buah naga cukup besar karena permintaan
yang tinggi. Oleh karena itu penyediaan bibit tanaman menjadi sangat penting,
karena belum banyak tersedianya bibit di pasaran menyebabkan harga bibit
menjadi mahal.
Salah satu perbanyakan tanaman buah naga dapat dilakukan dengan cara
vegetatif melalui stek batang, cabang/sulur karena waktunya yang relatif singkat,
3–6 bulan dapat menghasilkan tanaman yang serupa dengan sifat tanaman
induknya dan lebih cepat berbuah memerlukan waktu 2-3 tahun dibandingkan
dengan perbanyakan dengan cara generatif (melalui biji).
Penyedian media tanam stek buah naga menghendaki kondisi tanah yang
gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan unsur hara dapat
memberikan mutu bibit yang lebih baik. Hasil penelitian Sumanto (2007),
perbandingan mediah tanah : pasir : pupuk kandang sapi (1 :1: 1 ) berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun bibit kakao.
Diperkuat dengan penelitian Amanah (2009) perlakuan media tanah : pupuk
kandnag : sekam (1:1:1) dalam polybag memberikan jumlah tunas lada yang
terbanyak. Menurut penelitian Haryadi dkk (1996) penggunaan media tanah :
pupuk kandang sapi : pasir dalam polybag dengan perbandingan 1:1:2
memberikan pertumbuhan akar terbaik stek lada perdu, sedangkan dengan
perbandingan 1:1:0 memberikan hasil tajuk tanaman lada perdu yang terbaik.
Penelitian Fitri (2015), menunjukkan bahwa komposisi media tanam top soil
: pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1) menghasilkan tunas terpanjang buah naga
11
merah pada 60, 75 dan 90 MST yaitu dengan panjang 42 cm, dengan volume akar
6.78 ml. Hasil penelitian Mohamad (2016), pengaruh media tanam terhadap bobot
basah tunas tanaman buah naga didapatkan pada media tanam pasir + kompos +
tanah menghasilkan bobot basah tunas buah naga terberat. Menurut penelitian
Endra Syahputra dkk (2014) media tanah + pupuk kandang (3:3) berpengaruh
nyata meningkatkan tinggi tanaman selada 28% pada 35 HST yaitu 12,45 cm.
Menurut penelitian Listyaningsih dkk, (2014) menunjukan bahwa pengaruh
komposis media tanam Tanah + Pasir + Pupuk Kandang Ayam (2 : 1 : 1)
berpengaruh pada bobot basah akar tanaman daun dewa sebesar 24,42 kg pada 8
MST.
Berdasar hasil dari berbagai penelitian mengenai komposisi media tanam,
maka perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan komposisi media tanam
antara tanah pasir dan pupuk kandang sapi yang tepat, dalam menunjang
pertumbuhan bibit buah naga yang baik.
C. Hipotesis
Diduga komposisi pada perlakuan p3= Tanah Aluvial : Pasir : Pupuk
Kandang (1:2:1), memberikan pengaruh terbaik pertumbuhan bibit stek buah
naga.
.
12
III. METODE PENELITIAN
12
13
C. Rancangan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 8
perlakuan yang diberi kode perlakuan ( P ) dan 4 ulangan. Masing –masing
ulangan terdiri dari 3 sampel tanaman. Total penelitian yaitu 96 polybag, adapun
komposisi media sebagai berikut :
p1 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1 : 1 : 1
p2 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1 : 1 : 2
p3 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1 : 2 : 1
p4 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1 : 2 : 2
p5 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2 : 1 : 1
p6 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2 : 1 : 2
p7 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2 : 2 : 1
p8 : tanah : pasir : pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2 : 2 : 2
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Media Tanam
Tanah aluvial diambil pada kedalaman 20 cm, kemudian dikering angin kan dan
diayak, selanjutnya dicampur dengan pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan sesuai dengan perlakuan.
2. Persiapan stek
Pemotongan bahan stek dilakukan dengan menggunakan pisau tajam. Bagian stek
yang diambil berasal dari cabang yang keras, berwarna hijau tua, sehat dan pernah
berbuah. Bahan stek diambil pada bagian tengah dengan panjang 25 cm. Potong
bagian yang akan ditanam membentuk sudut 45o sepanjang 3 cm. Pangkal stek
dipotong miring bertujuan memperluas tempat tumbuhnya akar dan mencegah
pembusukan. Selanjutnya stek dikering anginkan selama 3 hari agar getah
mengering.
3. Persemaian bibit buah naga
Media tanam untuk persemaian dipersiapkan, berupa pupuk kandang sapi dan tanah
aluvial dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya pembuatan lubang tanam sedalam 5
cm, kemudian bahan stek dimasukan dalam lubang tanam dengan posisi tegak
14
E. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
15
a. Suhu (0C)
Suhu diukur satiap hari dengan menggunakan termohigrometer yaitu pada pukul
06:00 WIB, 12:00 WIB dan 18:00 WIB. Hasilnya direratakan dengan rumus:
F. Analisis Statistik
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Menurut Gasperz (1991), model matematika untuk rancangan
acak lengkap adalah sebagai berikut :
𝑌𝑖𝑗 = μ + τ𝑖 + ∑ 𝑖𝑗
Dimana :
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan pemngamatan ke- j
µ = Nilai tengah populasi
τ𝑖 = Pengaruh perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j
i = Banyaknya perlakuan
j = Banyaknya ulangan
Tabel 1. Analisis Keragaman Rancangan Acak Lengkap
SK db JK KT F.Hitung F. Tabel 5%
Perlakuan t-1 JKP/dbp KTP KTP/KTG
Galat t.(r-1) JKG/dbg KTG
Total (t.r)-1 JKT
Sumber : Gasperz (1991)
1. Bila F Hitung > F Tabel 5% maka dinyatakan adanya pengaruh yang nyata.
2. Bila F Hitung ≤ F Tabel 5% maka pengaruh tersebut tidak nyata.
𝐾𝑇𝐺
KK = 𝑥
𝑋 100%
Dimana :
KK = Koefisien keragaman
KTG = Kuadrat tengah galat
X = Nilai rerata
Jika hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata, maka dilanjutkan dengan uji nyata jujur (BNJ) pada tingkat kepercayaan
5%, untuk menentukan perbedaan antar perlakuan mana yang memberikan hasil
terbaik. Menurut Gaspersz (1991), rumus analisis satistik uji BNJ adalah:
Dimana :
A. Kesimpulan
B. Saran
Pada kondisi curah hujan yang tinggi resiko terserang penyakit lebih tinggi
oleh karena itu perlu di lakukan kegiatan preventif terhadap serangan penyakit
seperti memberikan naungan dan membuat rak unutk bibit buah naga, dan
penyemprotan fungsida merek Blocker dengan dosis 3 ml/liter.
26
25
27
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2016. Kalimantan Barat dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kalimantan Barat. Pontianak.
Cahyono, B. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina.
Jakarta.
Dewi, N. 2012. Aneka Bawang. Pustaka Baru Press. Jogjakarta
Djazuli M Dan M, Ismunnadji, 1983. Pengaruh NPK terhadap pertumbuhan
serapan hara, dan komposisi senyawa bahan organik ubi jalar. Jurnal
Penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Bul. Vol 3 (2) : 76.
Endra S, Marai R, dan Said I. 2014. Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan
Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Selada (Lactuca Sativa L.). J. Floratek 9: 39 - 45
Fitri, Z. 2015. Pertumbuhan Bibit Buah Naga Merah (Hylocereuscostaricensis
(Web) Britton & Rose) Pada Berbagai Panjang Stek Dan Komposisi Media
Tanam. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Gasperzs , V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung
Haryadi, I. Darmawan, dan R. Zuabin, 1996. Pengaruh Jenis stek dan Media
Pembibitan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Lada (Piper Nigrum L).
Jurnal Agronomi 24(1):6-9. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hardjadinata, 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.
27
28
Idawati, Nurul. 2012. Budidaya Buah Naga Hitam Varietas Baru yang Kian
Diburu. Pustaka Baru Press.Yogyakarta
Ingels, J.E. 1985. dalam Mustika Aurum, 2005. “Pengaruh Jenis Media Tanam
danPupuk Kandang Terhadap PertumbuhanStek Sambang Colok (Aerva
sanguinolenta Blume.). Skripsi. Fakultas Pertanian Istitut Pertanian Bogor
Harjono, M. S. I. 2000. Sistem Pertanian Organik. Solo : Aneka
Hakim, N. M. Y. Nyapa, A. M. Lubis. S. G. Nugroho, M. R. Saul, A. Diha, Go
Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas lampung,
Bandar Lampung.
Jumin, 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press. Yogyakarta.
Kristanto. D. 2008. Buah Naga : Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar
Swadaya, Jakarta.
, 2009. Buah Naga Pembudidayaan di pot dan Kebun. Penebar Swadaya.
Jakarta
, 2014. Berkebun Buah Naga. Jakarta: Penebar Swadaya
Kartasapoetra, A.G., 1988. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Bina Aksara. Jakarta.
Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Grafindo Persada, Jakarta.
Lenisastri. 2000. Penggunaan metode akumulasi satuan panas (heat unit) sebagai
dasar penelitian umur panen Sembilan varietaskacang tanah (Arachis
hypogaea L). Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Munawar, 2006. Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta
Rachim, A dan Arifin. 2011. Klasifikasi Tanah Di Indonesia. Pustaka Reka Cipta.
Bandung
28
29
Sumanto, 2007. Pengaruh Media Dan Waktu Panen Buah Terhadap Pertumbuhan
Bibit kakao. Jurnal Penelitian Institut Pertanian Bogor Hal 103-106
Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta
Suprapto, A. 2004. Auksin : Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutum
Stek Tanaman. Jurnal Penelitian Universitas Tidar Magelang. 1(21): 81-90
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Buah Naga. Nuansa Aulia,
Bandung.
Triatminingsih, R. 2009. Teknologi Budidaya dan Prospek Pengembangan Buah
Naga (Hylocereus sp.). Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Padang.
Yuhasnita R, M. 2007. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea
terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha Wight). skripsi.
Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.