Oleh :
Heru Santoso
15011007
SKRIPSI
Oleh :
Heru Santoso
15011007
Heru Santoso
15011007
Menyetujui,
Penguji 1, Penguji 2,
Oleh :
Heru Santoso
15011007
Penguji 1, Penguji 2,
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
Heru Santoso
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan lancar. Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pupuk Organik Cair Sabut
Kelapa terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah ” ini merupakan salah
satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan.
Dalam skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, maka
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta;
2. Ketua Program Studi Agroteknologi, Fakultas Agroindustri, Universitas
Mercu Buana Yogyakarta;
3. Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P., Dosen Pembimbing Akademik;
4. Ir. Bambang Sriwijaya, M.P., Dosen Pembimbing Skripsi;
5. Ir. Wafit Dinarto, M.Si., Dosen Penguji Skripsi;
6. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung baik moral maupun
materil; dan
7. Rekan-rekan Agroteknologi 2015 yang telah memberikan bantuan, kritik
dan saran.
Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan di dalam penulisannya.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat serta dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR x
INTISARI xv
ABSTRACT xvi
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Anatomi dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah 6
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah 8
C. Pemupukan 9
D. Sabut kelapa 12
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian 16
B. Bahan dan Alat Penelitian 16
C. Rancangan Percobaan 17
D. Pelaksanaan Penelitian 17
E. Variabel Pengamatan 20
F. Analisis Data 23
vii
halaman
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 25
A. Hasil Analisis 25
B. Pembahasan 31
V. KESIMPULAN 34
DAFTAR PUSTAKA 35
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 6. Purata Bobot Segar dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah 27
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR SABUT KELAPA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH
Heru Santoso
15011007
INTISARI
Kata kunci : kacang tanah; pupuk organik cair; sabut kelapa; pertumbuhan; hasil
xiii
EFFECT OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER OF COCONUT FIBER ON
GROWTH AND YIELD OF PEANUT
Heru Santoso
15011007
ABSTRACT
Peanut is one of the secondary crops which has high economic value in
agricultural business. The need for peanuts (Arachis hypogaea L) as one of the
agricultural food crop products a year still needs to be increased in line with the
increase in income and population. Fertilization is an effort that is often done to
support efforts to increase the yield of peanuts, especially in the area of nutrient
deficiency. The purpose of this study is to determine the effect of liquid organic
coconut husk on the growth and yield of peanut plants. This research has been
carried out from October to December 2019 in Sumber Rahayu Village,
Mertoyudan Sleman DIY. The research site is at an altitude of 100 meters above
sea level with vertisol soil types. This study was a single factor experiment with 5
treatments arranged in a Complete Randomized Block Design (RCBD) with 3
replications. The factors tested were the treatment of POC doses (5 l / ha, 10 l / ha,
15 l / ha, 20 l / ha) and as a comparison the treatment without POC was used.
Each data obtained was analyzed with Analysis of Variance, if there were real
differences between treatments then it was continued with the Duncan's multiple
range test (DMRT) at a significance level of 5%. From the results of the study, the
effect of the dose of liquid organic coconut husk on growth and yield of peanuts
concluded that there was no significant difference between the treatment of liquid
organic coconut fiber fertilizer on the variable of peanut growth.
Keywords: peanut; liquid organic fertilizer; coconut fiber; growth; the results
xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebutuhan pangan yang tinggi tersebut harus didukung dengan sektor penghasil
pangan yang baik, seperti sektor perikanan dan sektor pertanian. Mengingat
bahwa Indonesia adalah negara agraris yang dikenal memiliki lahan pertanian
yang luas, maka sektor pertanian memiliki andil yang besar dalam ketersediaan
nilai ekonomi tinggi dalam usaha pertanian. Kebutuhan akan kacang tanah
langsung dan untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku industri hilirnya
(Tajibu, 2013)
permintaan global yang bersifat stabil, kontinu, dan tidak mengenal musim.
Indonesia sebagai negara produsen kacang tanah justru masih harus mengimpor
sekitar 200.000 ton biji per tahun, atau sekitar 3,5% stok kacang tanah di pasar
internasional. Ekspor kacang tanah dikuasai oleh negara produsen dengan total
1
2
area panen yang luas, termasuk China-Tiongkok, India, Tanzania, Sudan, Nigeria,
maupun produktivitas kacang tanah 3 tahun terakhir. Pada tahun 2015 kacang
tanah nasional tercatat hasil produksi kacang tanah mencapai 605,449 ton, namun
pada tahun 2016 mengalami penurunan produksi menjadi 570,477 ton, dan pada
tahun 2017 mengalami penurunan produksi kembali dengan total 495,447 ton,
sedangkan pada tahun 2018 dengan data perkiraan produksi kacang tanah
produksi tahun 2015. Selain itu, produktivitas kacang tanah juga mengalami
penurunan. Pada tahun 2015 tercatat produktivitas kacang tanah sebesar 13,33
ku/ha, dan pada tahun 2016 terjadi penurunan dengan jumlah produktivitas
sebesar 13.07 kg/ha, namun pada tahun 2017 produktivitas kacang tanah
mengalami sedikit peningkatan dengan total 13,23 ku/ha namun masih dibawah
produktivitas tahun 2015. Maka dari itu perlu dilakukannya kajian berupa inovasi
kacang tanah.
produksi kacang tanah adalah : (1) drainase jelek dan tanah padat, (2) cekaman
daun, dan virus belang (peanut stripe virus/PStV), (4) serangan tikus, (5)
masih mengalami berbagai masalah sehingga hasil yang dicapai masih rendah.
Oleh karena itu diperlukan penggunaan teknologi budidaya kacang tanah yang
handal sehingga kebutuhan kacang tanah dapat terpenuhi dengan kualitas hasil
yang terjamin. Salah satu teknologi budidaya yang dimaksud adalah pemupukan.
peningkatan hasil kacang tanah terutama pada lahan kahat akan unsur hara.
tanah karena pupuk mengandung unsur hara dengan konsentrasi relatif tinggi.
pemupukan. Pemberian pupuk tidak hanya menambah unsur hara tanaman namun
sedikit banyak kondisi tanah mengalami perubahan. (Rinsema dalam Hisani dan
Mallawa 2017).
Sumber pupuk dapat berasal dari berbagai macam bahan baik yang bersifat
alami maupun sintetis. Sabut kelapa merupakan salah satu bahan yang dapat
digunakan untuk pembuatan pupuk organik cair karena di dalam sabut kelapa
terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, yakni
berupa unsur hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam
sabut kelapa, yaitu: air 53,83%, N 0,28%, P 0,1 ppm, K 6,726 ppm, Ca 140 ppm,
4
dan Mg 170 ppm. Unsur-unsur hara tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman
2013)
Sabut kelapa apabila direndam, kalium dalam serabut tersebut dapat larut
dalam air sehingga menghasilkan air rendaman yang mengandung unsur K. Air
hasil rendaman yang mengandung unsur K tersebut sangat baik jika diberikan
sebagai pupuk untuk subtitusi pupuk KCl anorganik(Sari,2015). Hal ini sesuai
bahwa pupuk organik cair sabut kelapa mengandung unsur kalium yang berperan
Pemanfaatan sabut kelapa sebagian besar adalah pada sabut kelapa yang sudah
kering misalnya untuk bahan pembuat kerajinan sapu, keset, sikat, dan sejenisnya,
atau sebagai bahan bakar, sedangkan untuk sabut kelapa yang masih basah masih
Dari berbagai masalah di atas perlu adanya suatu inovasi dalam budidaya
kacang tanah guna meningkatkan produksi dan produktivitas kacang tanah dan
cair, dosis yang tepat menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatian
dosis optimum yang harus diberikan pada tanaman kacang tanah sebagai upaya
B. Rumusan Masalah
2. Berapadosis pupuk organik cair sabut kelapa yang tepat sehingga memberikan
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
2. Mengetahui dosis yang tepat sehingga memberikan pengaruh paling baik untuk
D. Manfaat Penelitian
2. Mengetahui dosis pupuk organik cair sabut kelapa yang paling tepat terhadap
kelapa sebagai pupuk organik cair dalam budidaya tanaman kacang tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Polypetalae
Familia : Leguminosae
Genus :Arachis
Species : Arachishypogaea L.
Sebagian besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
tegak(bunchtype) dan tipe menjalar (runner type). Percabangan kacang tanah tipe
tegakumumnya lurus atau sedikit miring keatas, umur panennya pendek 100-120
hari.Selain itu buahnya hanya pada ruas-ruas pada pangkal utama dan cabangnya.
Kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspesies fastigiata. Sedangkan,
mengarahkeatas, tipe ini umumnya berumur 5 sampai 7 bulan atau sekitar 150-
200 hari.Kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspesies Hypogaea
(Marzuki, 2007).
Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Daunnya terdiri atas empat
anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas
6
7
akhir masa pertumbuhan setelah tua yang dimulai dari bagian bawah (Marzuki,
2007).
Kacang tanah berbunga pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar pada ketiak
daun. Bentuk bunga sangat aneh. Setiap bunga seolah-olah bertangkai panjang
berwarna putih, tangkai ini sebenarnya bukan tangkai bunga tetapi tabung elopak.
Buah kacang tanah berbentuk polong, tiap polong umumnya berisi 2-3 biji.
pohon. Ukuran biji kacang tanah sangat beragam, ada yang besar, sedang dan
kecil. Warna biji juga bermacam-macam juga, ada yang putih, merah, ungu dan
Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak
lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang bersifat sementara dan
berfungsi sebagai alat penyerap hara. Bulu akar dapat mati dan dapat juga menjadi
akar yang permanen atau tetap. Jika menjadi permanen, akar akan berfungsi terus
sebagai penyerap hara makanan dari dalam tanah. Kadang polongnya mempunyai
alat penghisap, seperti bulu akar yang dapat menyerap hara makanan pula. Akar
samping atau akar serabut tanaman kacang terdapat bintil-bintil akar atau modul
yang berisi bakteri yang disebut Rhizobium sp. Bakteri ini mampu mengikat zat
juga memiliki dua fase pertumbuhan yakni fase vegetatif dan fase generatif
pada saat tanaman mulai berbunga, sedangkan fase generatif dimulai sejak
polong, pembentukan biji dan pemasakan biji). Bunga kacang tanah terbentuk
pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan berkembang di dalam tanah dan
mampu menyerap hara langsung dari tanah. Setelah bunga mengalami persarian
dan pembuahan maka bakal buah akan tumbuh memanjang yang disebut ginofor
dan bersifat geotropik. Ginofor tersebut akan terus masuk menembus tanah
permukaan lentisel dan ginofor mengambil posisi horisontal (Danarti dan Najiyati,
1992).
dengan ketinggian maksimal 1000 meter dari permukaan laut. Tanaman kacang
tanah cocok ditanam di dataran yang berketinggian di bawah 500 meter di atas
permukaan laut. Disamping itu, tanaman ini menghendaki sinar matahari yang
cukup oleh karena itu tanaman harus terbebas dari naungan pepohonan. Apabila
maka tanaman akan berumur lebih panjang (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Kacang tanah tumbuh dengan baik apabila didukung oleh iklim yang cocok.
Suhu yang dibutuhkan antara 25oC sampai 32oC. Kacang tanah menghendaki
9
iklim yang panas tetapi sedikit lembab yaitu antara 65% sampai 75%. Iklim tropis
memenuhi syarat bagi tumbuhnya tanaman kacang. Curah hujan yang cocok
untuk bertanam kacang tanah yaitu berkisar 800 mm- 1300 mm per tahun
ditempat terbuka, dan musim kering rata-rata sekitar 4 bulan/tahun (Tim Bina
Kacang tanah dapat tumbuh di berbagai macam tanah. Yang penting itu
dapat menyerap air dengan baik dan mengalirkan kembali dengan lancar. Struktur
tanah yang remah dari tanah lapisan atas dapat mempersubur pertumbuhan dan
yang harus diperhatikan, di antaranya lebih baik menanam kacang tanah pada
jenis tanah yang berstruktur ringan seperti tanah regosol, andosol, latosol dan
Kacang tanah tumbuh dengan baik ditanah ringan (loamy sand, sandy atau
clay) yang cukup mengandung unsur hara (Ca, N,P, dan K), sebaiknya pH
tanahnya antara 5,0 - 6,3. Pada tanah yang sangat asam efisiensi bakteri dalam
mengikat N dari udara berkurang, sedangkan pada tanah yang terlalu basa, unsur
C. Pemupukan
Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila semua unsur hara yang
dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk
adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika
10
Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang
kesuburan tanah yang ada ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi.
Terdapat dua (2) jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk
organik.
1. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang dibentuk dari
kombinasi zat kimia misalnya urea, NPK, SP-36, dan KCl (Anonim, 2013). Pupuk
anorganik pada umumnya mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, praktis
dalam tanah meningkat dan hal tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman
lahan pertanian yang meningkat tersebut hanya akan berlangsung dalam waktu
pupuk anorganik pada usaha pertanian adalah akumulasi residu unsur–unsur kimia
seperti N, P, dan K dalam tanah akibat dari pemakaian pupuk anorganik yang
5% - 25% fosfat mengendap di lahan pertanian, pada tubuh perairan, dan airtanah
(Salikin, 2003).
2. Pupuk organik
dapat diperoleh dari kegiatan rotasi tanaman, tanaman penutup tanah, pupuk hijau
yang ramah lingkungan. Salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan
adalah pupuk hijau dari biomassa tumbuhan berupa daun dan batang. Manfaat
utama yang diperoleh dari pupuk hijau adalah adanya tambahan bahan organik ke
pupuk cair dan padat. Pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih jenis
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan mudah larut. Kelebihan pupuk cair
pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini
adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika
merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain
itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang
(Musnamar, 2004).
Menurut Leovini (2012), pupuk organik cair yaitu pupuk organik cair
memiliki jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air yang lebih banyak
jika dibandingkan dengan pupuk organik padat yang berbahan dasar kotoran sapi
padat. Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan mempermudah tanaman
cair mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur
tumbuh tanaman. Pada pupuk organik cair yang berbahan dasar urin hewan
ternak, aroma atau bau yang dihasilkan sangat khas sehingga dapat mencegah
pupuk organik cair ini memiliki sifat yang aman bagi kesehatan dan ramah
terhadap lingkungan.
D. Sabut kelapa
Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai
ke daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian
utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah
kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa,
daging buah kelapa, dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama,
sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah
13
Limbah sabut kelapa merupakan sisa buah kelapa yang sudah tidak
terpakai yaitu bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa.
Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar
kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter,
sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organik cair, karena didalam kandungan
sabut kelapa terdapat unsur hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara dan air
dalam sabut kelapa adalah sebagai berikut: air 53,83%, N: 0,28%, P:0 ppm, K:
6,726 ppm, Ca: 140 ppm, Mg: 170 ppm (Prawoso, 2001 dalam
Kalium (K), disamping itu terdapat kandungan yang lain seperti Kalsium (Ca),
Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat
dengan serat lainnya, dimana serat adalah bagian yang berharga dari sabut,dengan
0,1%, air 8%, dan abu 0,5%. Berdasarkan penelitian Putranto danRazif (2005)
efesiensi penurunan fenol terbesar didapatkan oleh karbon aktif dengan aktifator
ZnCl2 dengan suhu pemanasan 60oC selama 1 jam sebesar 96,9% sampai 98,5%
Nitrogen 2,251%, Fosfor 0,71% dan Kalium 0,029%. Persentase kandungan unsur
hara makro pada sabut kelapa mengalami kenaikan setelah melalui proses
fermentasi selama 2 minggu dengan campuran air cucian ikan yaitu C-organik
perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair dengan perlakuan 14 hari lama
perendaman memberikan rerata tertinggi pada variabel jumlah umbi, berat segar
umbi per petak dan berat segar umbi pertanaman. Selain itu, penelitian Rizqiani
dkk. (2007) menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik cair sabut kelapa dosis
10 l/ha merupakan aplikasi pupuk yang paling baik dalam menghasilkan bobot
segar polong buncis per hektar. Penelitian Susantidiana dan Hendra Aguzaen
(2015) menyatakan bahwa perlakuan pupok organik cair yang dapat memacu
produksi kacang tanah yaitu 30 ml POC batang pisang + 14 l POC sabut kelapa.
15
E. Hipotesis
merupakan dosis yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah.
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah
vertisol. Alat
Hyipoma1 dari Balitkabi, malang Jawa Timur (Urea, SP-36, dan KCl) dan pupuk
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain cangkul, koret, ember,
C. Rancangan Percobaan
kg/ha)
kg/ha)
kg/ha)
16
17
kg/ha)
kg/ha)
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Lahan
kurang lebih 20 cm. Jarak antar blok 50 cm, jarak antar petak 30 cm dan
2. Penyiapan Benih
Jawa timur. Benih dipilih mulai dari ukurannya seragam, warnanya sama,
3. Pembuatan POC
Alat dan Bahan yang dibutuhkan yaitu parang, sabut kelapa drum,
dan EM4 disiapkan terlebih dahulu. Sabut kelapa yang sudah disiapkan
campuran sabut kelapa dalam air sampai sabut tenggelam rata, kemudian
drum tersebut ditutup dan di simpan di tempat teduh (terhindar dari sinar
drum dibuka kemudian dicek pHnya sampai normal yaitu 6,5 sampai 7,5.
4. Penanaman
kedalaman ± 2-3 cm. Tiap lubang ditanam 2 benih kacang tanah dan
5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari
b. Penyulaman
tanaman yang mati dan dilakukan paling lambat pada umur 7 hari
c. Penjarangan
d. Pemupukkan
tanam pada satu sisi baris benih. Pemupukan dilakukan sekali saat
tanam.
e. Penyiangan
setelah tanam
dipanen.
6. Pemanenan
matang panen ditandai bila 70% polong telah mengeras, berwarna agak
gelap, kulit polong terlihat berurat, dan pada bagian dalam polong
D. Variabel Pengamatan
sampel dan 2 tanaman korban dalam setiap unit perlakuan yang ditentukan secara
acak. Tanaman korban diambil saat tanaman kacang tanah mulai berbunga
50%dari populasi
a Tinggi Tanaman
b Jumlah Daun
c Jumlah Cabang
Semua polong hasil panen pada tanaman sampel dihitung jumlahnya, baik
Jumlah polong isi dihitung dengan cara menghitung semua polong yang
a. Saat Berbunga
mencapai 50% dari populasi. Saat berbunga yaitu dihitung mulai dari
mengalami pembungaan.
Bobot segar akar diukur setelah akar dipisahkan dari tajuknya dan
24 jam. Pada pengovenan ini bobot akar sudah konstan karena bobot tidak
Bobot segar tajuk tanaman diukur dengan cara tajuk tanaman dipisahkan
Setelah itu di oven pada temperatur 105°C selama 24 jam dan timbang,
biji yang mana secara acak yang sudah dijemur selama 3 hari kemudian
Bobot biji kering dihitung dengan cara tanaman yang telah dipanen pada
rumus:
E. Analisis Data
taraf nyata 5%. Bila ada beda nyata dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s
F. Data Pendukung
1. Analisis tanah
tanah yang terkait dengan kandungan unsur hara tanah seperti bahan
A. Hasil Analisis
1. Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara POC Sabut Kelapa dan Tanah
25
26
2. Variabel Pertumbuhan
a. Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah umur 2, 3, dan 4 minggu
setelah tanam tidak beda nyata (lampiran 3). Purata tinggi tanaman kacang tanah
b. Jumlah Daun
Hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanah umur 2, 3,dan 4 mst
tidak beda nyata (lampiran 5). Purata jumlah daun tanaman kacang tanah disajikan
pada Tabel 4.
c. Jumlah Cabang
Hasil sidik ragam jumlah cabang tanaman kacang tanah umur 2, 3,dan 4
mst tidak beda nyata (lampiran 4). Purata jumlah cabang kacang tanah disajikan
pada Tabel 5.
Hasil sidik ragam bobot segar dan bobot kering tanaman kacang tanah
umur 2, 3,dan 4 mst tidak beda nyata (lampiran 6). Purata bobot segar dan bobot
Tabel 6. Purata Bobot Segar & Bobot Kering (g) Tanaman Kacang Tanah
Dosis kompos POC sabut kelapa Bobot segar Bobot kering
(l/ha) Tajuk (g) Tajuk (g)
0 29,17 a 8,83 a
5 37,67 a 9,67 a
10 33,67 a 9,67 a
15 37,83 a 10,00 a
20 31,33 a 10,00 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%
28
Hasil sidik ragam Bobot Segar dan Bobot Kering akar kacang tanah tidak
beda nyata (lampiran 6). Purata Bobot Segar dan Bobot Kering akar kacang tanah
Hasil sidik ragam Jumlah Polong per Tanaman menunjukkan beda nyata
antar Perlakuan (lampiran 7). Hasil rendah didapat pada perlakuan takaran tanpa
POC dan hasil terbaik (tabel 8) didapat pada perlakuan takaran POC 20 l/ha.
Hasil DMRT jumlah polong per tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 8.
Hasil sidik ragam Jumlah Polong isi Per Panaman kacang tanah tidak beda
nyata (lampiran 7). Purata Jumlah Polong isi Per Tanaman kacang tanah disajikan
pada Tabel 9.
Hasil sidik ragam Jumlah Biji Per Polong menunjukkan beda nyata.
(lampiran 7). Dilihat dari hasil notasi menunjukan adanya perbandingan yang
signifikan,dari perlakuan tanpa poc sampai dengan perlakuan poc 20 l/ha. Jumlah
Hasil sidik ragam Bobot Biji Kering Per Tanaman kacang tanah tidak beda
nyata. Purata Bobot Biji Kering Per Tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel
11.
Hasil sidik ragam Bobot 100 Biji Kering kacang tanah menunjukkan beda
nyata antar perlakuan. Dilihat dari hasil notasi menunjukan adanya perbandingan
baik dari tanpa perlakuan poc, sampai dengan perlakuan poc 20 l/ha (lampiran 7).
Bobot 100 Biji Kering tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 12.
Hasil sidik ragam Pobot Biji Kering per ha tidak beda nyata (lampiran 7).
Purata Bobot Biji Kering ton/ha tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 13.
B. Pembahasan
protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan
0,1327 %, dan C/N ratio 31,2037. Hal ini menunjukan bahwa kandungan C/N
ratio tinggi, sehingga belum tersedia bagi tanaman. Sedangkan pada tabel 2
bahwa C/N ratio masih tergolong cukup tinggi yang mengakibatkan unsur hara
32
dalam tanah belum tersedia bagi tanaman, namun pada C-organik lebih tinggi
Menurut Erickson et. al., (2013), nilai C/N tanah sekitar 10-12 %.
Apabila bahan organik mempunyai kandungan C/N rasio mendekati atau sama
dengan C/N rasio tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau diserap
tanaman. Menurut Rosmarkam dan Nasih (2002), bahan organik yang mempunyai
C/N masih tinggi berarti masih mentah sehingga bahan organik tersebut akan
diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh energi dalam
bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan unsur hara yang ada. Pada proses
Menurut Pasaribu (2014), tinggi tanaman dan jumlah daun merupakan indikator
dari komponen pertumbuhan vegetatif tanaman yang ada di atas permukaan tanah.
Pertumbuhan vegetatif tanaman, ditinjau dari aspek pendukung yang berasal dari
dalam tanah cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan unsur
Pada hasil uji F juga menunjukakn bahwa pupuk organik cair sabut
kelapa (POC) yang diuji coba pada lima perlakuan, pada perlakuan tanpa poc
sampai dengan perlakuan poc 20 l/ha tidak berpengaruh beda nyata pada variabel
pertumbuhan tanaman maupun pada hasil panen,hal ini dilihat pada hasil angka
notasi yang diperoleh dari data pertumbuhan dan hasil panen tanaman kacang
tanah. Hasil tidak beda nyata ini dipengaruhi oleh hasil analisis POC yang
menunjukkan bahwa C/N ratio masih tinggi, sehingga hara yang ada pada POC
33
belum tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan syarat mutu yang diterapkan
organik, indikator yang digunakan adalah pH, kandungan C-organik (Walkley &
Black), N-total (Kjeldahl), C/N rasio, unsur makro dan mikro,C/N rasio
dalam pupuk padat minimal 15% Penelitian Ispandi dan Munif (2004),
pada saat pembentukan ginofor akan mengurangi jumlah ginofor. Disamping itu,
jumlah dan bobot polong. Salah satu cara untuk mengurangi perebutan cahaya
matahari pada tanaman kacang tanah yang rimbun yaitu dengan cara pengaturan
tertentu bertujuan memberi ruang tumbuh pada tiap-tiap tanaman agar tumbuh
penggunaan cahaya, persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan unsur
tanaman lebih baik. Sebaliknya pada kerapatan tinggi, tingkat kompetisi diantara
tanaman terhadap cahaya, air dan unsur hara semakin ketat sehingga tanaman
2. Belum ada dosis yang tepat pada pupuk organik cair untuk pertumbuhan
34
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, A.A. 1993. Budidaya kacang tanah. Malang. Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Hlm. 91-107
BPS, 2018. Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah. Badan pusat Statistik dan
Direktorat Jendral Tanaman Pangan
Damanik, M. Madjid B., Fauzi., Wijaya Ray., (2017). Aplikasi Pupuk Organik
Cair dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam terhadap
Ketersediaan dan Serapan Kalium serta Pertumbuhan Tanaman
Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Jurnal Penelitian
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. II; 249- 255.
Danarti dan S. Najiyati. 1992. Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani.
Penebar Swadaya. Jakarta. 116 hal.
Erickson, S.S, Edu, S. dan Netti H. 2013. Pembuatan pupuk cair dan biogas dari
campuran limbah sayuran. Jurnal Teknik Kimia USU. II.(3);40-43
35
36
Hatta, M., dan Nurhayati. 2006. Pengaruh Penambahan Bahan Organik pada
Tanah Bekas Tsunami terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Beberapa Varietas Kacang Hijau di Desa Blang Krueng. Jurnal
Floratek II : 100-106.
Hidayat, N. 2007. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogeae L.)
varietas lokal Madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk
fosfor. Jurnal Agrovigor. 1.(4);55-64
Jamilah, Yopi Napitupulu dan Yunis Marni. 2013. Peran Gulma Chromoleana
odorata dan Sabut Kelapa Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik Cair
Menggantikan Pupuk Kalium Untuk Pertumbuhan dan Hasil Padi
Ladang. Fakultas Pertanian UniversitasTaman Siswa Padang.
Musnamar, E.I. 2004. Pupuk Organik : Cair dan Padat, Pembuatan ,dan
Aplikasi.Penebar Swadaya. Jakarta.
Pasaribu, P.K., Asil, B. dan Mariati. 2014. Pertumbuhan dan produksi kacang
tanah (Arachis hypogeae L.) dengan pupuk kandang sapi dan pupuk
fosfat. Jurnal Online Agroekoteknologi. II ;.(4.):1391-1395
Purnomo dan Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 hal.
Sari, S. Y. 2015. Pengaruh Volume Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Serabut
Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen
Sawi Hijau (Brassica funcos). Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Yrama Widya.
Bandung. 128 hal.
Waryanti, A., Sudarno, dan Endro, S. 2014. “Studi Pengaruh Penambahan Sabut
Kelapa padaPembuatan Pupuk Cair dari Limbah Air Cucian Ikan
terhadap Kualitas Unsur HaraMakro (CNPK)”. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Zulchi,Try dan Husni puad. 2017 Keragaman morfologi dan Kandungan Protein
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Jurnal Litbang Pertanian.XXIII
; (2):91-100
38
Lampiran 1.
2,5 m
U
P0 P2 P1 P3 P4
I
P4 P3 P2 P0 P1
II 2m
P2 P0 P1 S
P4 P3
III
Gambar 1.Tata Letak Percobaan
Keterangan :
1. P0 = Pupuk anorganik (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150 kg/ha)
2. P1 = Dosis POC 5 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
3. P2 = Dosis POC 10 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
4. P3 = Dosis POC 15 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
5. P4 = Dosis POC 20 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
39
200 cm
20 cm
X X X X X X X X X X U
30 cm
X X K X X S X X X X
20 cm 100 cm
X X X X X X X X S X S
10 cm
X S X X X X X X X X 250 cm
100 cm
X X X X X X X X K X
X X X X X X X X X X
X X X X S X X S X X
10 cm
X X X X X X X X X X
20 cm
Keterangan :
: Harvest area (petak panen)
S : Tanaman Sampel
K : Tanaman Korban
X : Tanaman Kacang Tanah
40
= x Luas Petakan
= x 5 m2
= 2,5 ml/petak
c. P2 = POC 10 l/ha
= x Luas Petakan
= x 5 m2
= 5 ml/petak
d. P3 = POC 15 l/ha
= x Luas Petakan
= x 5 m2
= 7,5 ml/petak
e. P4 = POC 20 l/ha
= x Luas Petakan
= x 5 m2
= 10 ml/petak
41
Lampiran 9.
Sumber : baltkabi.litbang.pertanian.(2012)
49
Gambar 18. Menimbang Tajuk Segar Gambar 19. Menimbang Akar Segar
Gambar 26. Pemisahan Tajuk dan Gambar 27. Pemisahan Tajuk dan Kacang
Kacang Tanah Tanah
Gambar 28. Kacang Tanah Busuk Gambar 29. Tanaman Terserang Hama
Tikus
56
Gambar 30. Pemisahan Kacang Tanah dari Gambar 31. Penjemuran Kacang
Kulit Tanah
Gambar 32. Bobot Kering Kacang Tanah Gambar 33. Penimbangan Bobot
Kering Kacang Tanah