Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR SABUT KELAPA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH


SKRIPSI

Oleh :

Heru Santoso
15011007

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2020
PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR SABUT KELAPA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana


Yogyakarta untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna
memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Oleh :
Heru Santoso
15011007

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2020
SKRIPSI
PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR SABUT KELAPA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH

Dipersiapkan dan disusun Oleh :

Heru Santoso
15011007

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal 29 Januari 2020
dan telah diterima sebagai sebagian dari persyaratan
guna memperoleh derajad Sarjana Pertanian

Menyetujui,

Penguji 1, Penguji 2,

Ir. Bambang Sriwijaya, M.P. Ir. Wafit Dinarto, M.Si.


NIDN : 0013016201 NIDN : 0030116501

Yogyakarta, 28 Februari 2020


Mengetahui,
Dekan Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Ir. Wafit Dinarto, M.Si.


NIDN : 0030116501
SKRIPSI

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR SABUT KELAPA TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH

Oleh :

Heru Santoso
15011007

Telah disetujui Dewan Penguji

Penguji 1, Penguji 2,

Ir. Bambang Sriwijaya, M.P. Ir.Wafit Dinarto, M.Si


NIDN. 0013016201 NIDN. 0030116501
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diakui dalam skripsi dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 27 Februari 2020


Yang menyatakan

Heru Santoso
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan lancar. Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pupuk Organik Cair Sabut
Kelapa terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah ” ini merupakan salah
satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan.
Dalam skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, maka
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta;
2. Ketua Program Studi Agroteknologi, Fakultas Agroindustri, Universitas
Mercu Buana Yogyakarta;
3. Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P., Dosen Pembimbing Akademik;
4. Ir. Bambang Sriwijaya, M.P., Dosen Pembimbing Skripsi;
5. Ir. Wafit Dinarto, M.Si., Dosen Penguji Skripsi;
6. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung baik moral maupun
materil; dan
7. Rekan-rekan Agroteknologi 2015 yang telah memberikan bantuan, kritik
dan saran.
Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan di dalam penulisannya.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat serta dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.

Yogyakarta, 27 Februari 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi


DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xii

INTISARI xv

ABSTRACT xvi

I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Anatomi dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah 6
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah 8
C. Pemupukan 9
D. Sabut kelapa 12
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian 16
B. Bahan dan Alat Penelitian 16
C. Rancangan Percobaan 17
D. Pelaksanaan Penelitian 17
E. Variabel Pengamatan 20
F. Analisis Data 23

vii
halaman
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 25
A. Hasil Analisis 25
B. Pembahasan 31
V. KESIMPULAN 34
DAFTAR PUSTAKA 35

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan Hara POC Sabut Kelapa 25

Tabel 2. Kandungan Hara Tanah 25

Tabel 3. Purata Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm) 26

Tabel 4. Purata Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah 26

Tabel 5. Purata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah 27

Tabel 6. Purata Bobot Segar dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah 27

Tabel 7. Purata Bobot Segar dan Bobot Kering Akar 28

Tabel 8. Purata Jumlah Polong Per Tanaman 28

Tabel 9. Purata Jumlah Polong Isi Per Tanaman 29

Tabel 10. Purata Jumlah Biji Per Polong 29

Tabel 11. Purata Bobot Biji Kering Per Tanaman 30

Tabel 12. Purata Bobot 100 Biji Kering 30

Tabel 13. Purata Bobot Biji Kering Per ha (ton) 31

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tata Letak Percobaan 39

Gambar 2. Tata Letak Tanaman Pada Petak Percobaan 40

Gambar 3. Sabut Kelapa 50

Gambar 4. Pencacahan Sabut Kelapa 50

Gambar 5. Pencampuran Sabut Kelapa dan Dekomposer 50

Gambar 6. Sabut Kelapa yang Sudah Tercampur Dekomposer 51

Gambar 7. Benih Kacang Tanah 51

Gambar 8. Mengupas Benih Kacang Tanah 51

Gambar 9. Persiapan Lahan 51

Gambar 10. Proses Penanaman 52

Gambar 11. Mengukur Jarak Tanam 52

Gambar 12. Sanitasi 52

Gambar 13. Mengukur Takaran POC 52

Gambar 14. Pengaplikasian POC 53

Gambar 15. PenyiramanTanaman 53

Gambar 16. Pengamatan Tanaman 53

Gambar 17. Pengambilan Tanaman Sampel 53

Gambar 18. Menimbang Tajuk Segar 54

Gambar 19. Penimbang Akar Segar 54

Gambar 20. Memasukkan Tanaman Sampel Ke dalam Oven 54

x
halaman

Gambar 21. Proses Pengovenan 54

Gambar 22. Menimbang Bobot Kering Tajuk 55

Gambar 23. Tanaman Kacang Tanah Berbunga 55

Gambar 24. Hasil Panen 55

Gambar 25 Prosen Pemanenan 55

Gambar 26. Pemisahan Tajuk dan Kacang Tanah 56

Gambar 27. Kacang Tanah Busuk 56

Gambar 28. Tanaman Terserang Hama Tikus 56

Gambar 29. Pemisahan Kacang Tanah Dari Kulit 56

Gambar 30. Penjemuran Kacang Tanah 57

Gambar 31. Bobot Kering Kacang Tanah 57

Gambar 32. Penimbangan Bobot Kering Kacang Tanah 57

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tata Letak Percobaan 39

Lampiran 2. Tata Letak Tanaman Petak Percobaan 40

Lampiran 3. Perhitungan Pupuk 41

Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 2, 3, dan 4 MST 42

Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Cabang Umur 2, 3, dan 4 MST 43

Lampiran 6. Sidik Ragam Daun Umur 2, 3, dan 4 MST 44

Lampiran 7. Sidik Ragam Variabel Tanaman Korban 45

Lampiran 8. Sidik Ragam Hasil Tanaman Kacang Tanah 46

Lampiran 9. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Hypoma1 48

Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Penelitian 50

xii
PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR SABUT KELAPA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH

Heru Santoso
15011007

INTISARI

Kacang tanah merupakan salah satu komoditas palawija yang mempunyai


nilai ekonomi tinggi dalam usaha pertanian. Kebutuhan akan kacang tanah
(Arachis hypogaea L) sebagai salah satu produk pertanian tanaman pangan
setahun masih perlu ditingkatkan sejalan dengan kenaikan pendapatan dan jumlah
penduduk. Pemupukan merupakan upaya yang sering dilakukan untuk
mendukung upaya peningkatan hasil kacang tanah terutama pada lahan kahat akan
unsur hara.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk
organik cair sabut kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Penelitian
ini telah dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai Desember 2019 di Desa
Sumber Rahayu, Mertoyudan, Sleman, DIY. Tempat penelitian berada pada
ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah vertisol.
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan 5 perlakuan yang
disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan.
Faktor yang diuji yaitu perlakuan Dosis POC (5 l/ha, 10 l/ha, 15 l/ha, 20 l/ha) dan
sebagai pembandingnya digunakan perlakuan tanpa POC. Setiap data yang
diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance taraf 5%, Apabila terdapat beda
nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan’s Multiple Range
Test (DMRT) pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada pengaruh beda nyata antara perlakuan pemberian pupuk organik cair sabut
kelapa terhadap pertumbuhan kacang tanah.

Kata kunci : kacang tanah; pupuk organik cair; sabut kelapa; pertumbuhan; hasil

xiii
EFFECT OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER OF COCONUT FIBER ON
GROWTH AND YIELD OF PEANUT

Heru Santoso
15011007

ABSTRACT

Peanut is one of the secondary crops which has high economic value in
agricultural business. The need for peanuts (Arachis hypogaea L) as one of the
agricultural food crop products a year still needs to be increased in line with the
increase in income and population. Fertilization is an effort that is often done to
support efforts to increase the yield of peanuts, especially in the area of nutrient
deficiency. The purpose of this study is to determine the effect of liquid organic
coconut husk on the growth and yield of peanut plants. This research has been
carried out from October to December 2019 in Sumber Rahayu Village,
Mertoyudan Sleman DIY. The research site is at an altitude of 100 meters above
sea level with vertisol soil types. This study was a single factor experiment with 5
treatments arranged in a Complete Randomized Block Design (RCBD) with 3
replications. The factors tested were the treatment of POC doses (5 l / ha, 10 l / ha,
15 l / ha, 20 l / ha) and as a comparison the treatment without POC was used.
Each data obtained was analyzed with Analysis of Variance, if there were real
differences between treatments then it was continued with the Duncan's multiple
range test (DMRT) at a significance level of 5%. From the results of the study, the
effect of the dose of liquid organic coconut husk on growth and yield of peanuts
concluded that there was no significant difference between the treatment of liquid
organic coconut fiber fertilizer on the variable of peanut growth.

Keywords: peanut; liquid organic fertilizer; coconut fiber; growth; the results

xiv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia yang besar nomor 4 di dunia, menjadikan

kebutuhan akan pasokan pangan di Indonesia tergolong tinggi. Untuk memenuhi

kebutuhan pangan yang tinggi tersebut harus didukung dengan sektor penghasil

pangan yang baik, seperti sektor perikanan dan sektor pertanian. Mengingat

bahwa Indonesia adalah negara agraris yang dikenal memiliki lahan pertanian

yang luas, maka sektor pertanian memiliki andil yang besar dalam ketersediaan

pangan di Indonesia (Gultom, 2017)

Kacang tanah merupakan salah satu komoditas palawija yang mempunyai

nilai ekonomi tinggi dalam usaha pertanian. Kebutuhan akan kacang tanah

(Arachis hypogaea L) sebagai salah satu produk pertanian tanaman pangan

setahun masih perlu di tingkatkan sejalan dengan kenaikan pendapatan dan

jumlah penduduk. Terjadinya peningkatan permintaan dicerminkan dari adanya

kecendrungan meningkatnya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

langsung dan untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku industri hilirnya

(Tajibu, 2013)

Kacang tanah menjadi komoditas perdagangan internasional dengan

permintaan global yang bersifat stabil, kontinu, dan tidak mengenal musim.

Indonesia sebagai negara produsen kacang tanah justru masih harus mengimpor

sekitar 200.000 ton biji per tahun, atau sekitar 3,5% stok kacang tanah di pasar

internasional. Ekspor kacang tanah dikuasai oleh negara produsen dengan total

1
2

area panen yang luas, termasuk China-Tiongkok, India, Tanzania, Sudan, Nigeria,

Senegal dan Amerika Serikat (FAO 2014).

Dari data BPS (2018) menunjukkan bahwa terjadi penurunan produksi

maupun produktivitas kacang tanah 3 tahun terakhir. Pada tahun 2015 kacang

tanah nasional tercatat hasil produksi kacang tanah mencapai 605,449 ton, namun

pada tahun 2016 mengalami penurunan produksi menjadi 570,477 ton, dan pada

tahun 2017 mengalami penurunan produksi kembali dengan total 495,447 ton,

sedangkan pada tahun 2018 dengan data perkiraan produksi kacang tanah

mengalami peningkatan dengan jumlah total produksi sebanyak 512,198 ton.

Meskipun mengalami peningkatan di tahun 2018, namun masih dibawah jumlah

produksi tahun 2015. Selain itu, produktivitas kacang tanah juga mengalami

penurunan. Pada tahun 2015 tercatat produktivitas kacang tanah sebesar 13,33

ku/ha, dan pada tahun 2016 terjadi penurunan dengan jumlah produktivitas

sebesar 13.07 kg/ha, namun pada tahun 2017 produktivitas kacang tanah

mengalami sedikit peningkatan dengan total 13,23 ku/ha namun masih dibawah

produktivitas tahun 2015. Maka dari itu perlu dilakukannya kajian berupa inovasi

ataupun solusi guna meningkatkan kembali produksi maupun produktivitas

kacang tanah.

Adisarwanto cit. (1993) dalam Dinarto dan Astriani (2012) mengatakan

bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas kacang tanah berbeda

untuk masing-masing daerah produksi. Secara umum kendala utama dalam

produksi kacang tanah adalah : (1) drainase jelek dan tanah padat, (2) cekaman

kekeringan, (3) serangan penyakit, khususnya bercak daun Cercospora, karat


3

daun, dan virus belang (peanut stripe virus/PStV), (4) serangan tikus, (5)

kekurangan unsur hara, (6) persaingan dengan gulma.

Upaya peningkatan hasil kacang tanah telah banyak dilakukan, namun

masih mengalami berbagai masalah sehingga hasil yang dicapai masih rendah.

Oleh karena itu diperlukan penggunaan teknologi budidaya kacang tanah yang

handal sehingga kebutuhan kacang tanah dapat terpenuhi dengan kualitas hasil

yang terjamin. Salah satu teknologi budidaya yang dimaksud adalah pemupukan.

Pemupukan merupakan upaya yang sering dilakukan untuk mendukung upaya

peningkatan hasil kacang tanah terutama pada lahan kahat akan unsur hara.

(Laode cit Hisani dan Mallawa 2017).

Dalam penelitiannya, Hisani dan Mallawa (2017) menyatakan bahwa

pemupukan merupakan hal yang penting dalam peningkatan produksi kacang

tanah karena pupuk mengandung unsur hara dengan konsentrasi relatif tinggi.

Pertumbuhan dan produksi kacang tanah dapat ditingkatkan dengan melakukan

pemupukan. Pemberian pupuk tidak hanya menambah unsur hara tanaman namun

sedikit banyak kondisi tanah mengalami perubahan. (Rinsema dalam Hisani dan

Mallawa 2017).

Sumber pupuk dapat berasal dari berbagai macam bahan baik yang bersifat

alami maupun sintetis. Sabut kelapa merupakan salah satu bahan yang dapat

digunakan untuk pembuatan pupuk organik cair karena di dalam sabut kelapa

terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, yakni

berupa unsur hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam

sabut kelapa, yaitu: air 53,83%, N 0,28%, P 0,1 ppm, K 6,726 ppm, Ca 140 ppm,
4

dan Mg 170 ppm. Unsur-unsur hara tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman

untuk pertumbuhan dan perkembangannya. (Prawoso, 2001 dalam Jamilah cit,

2013)

Sabut kelapa apabila direndam, kalium dalam serabut tersebut dapat larut

dalam air sehingga menghasilkan air rendaman yang mengandung unsur K. Air

hasil rendaman yang mengandung unsur K tersebut sangat baik jika diberikan

sebagai pupuk untuk subtitusi pupuk KCl anorganik(Sari,2015). Hal ini sesuai

dengan pendapat Poerwowidodo dalam Nugroho, Purwani dan Suripno (2018),

bahwa pupuk organik cair sabut kelapa mengandung unsur kalium yang berperan

penting dalam setiap proses metabolisme tanaman.

Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan

sepenuhnya untuk kegiatan produktif sehingga meningkatkan nilai tambahnya.

Pemanfaatan sabut kelapa sebagian besar adalah pada sabut kelapa yang sudah

kering misalnya untuk bahan pembuat kerajinan sapu, keset, sikat, dan sejenisnya,

atau sebagai bahan bakar, sedangkan untuk sabut kelapa yang masih basah masih

jarang dimanfaatkan. (Nugroho, Purwani dan Suripno, 2018)

Dari berbagai masalah di atas perlu adanya suatu inovasi dalam budidaya

kacang tanah guna meningkatkan produksi dan produktivitas kacang tanah dan

salah satunya dengan pemberian suplemen dengan pengaplikasian pupuk organik

cair, dosis yang tepat menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatian

untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil suatu budidaya tanaman. Maka

dari itu, dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat menentukan besarnya


5

dosis optimum yang harus diberikan pada tanaman kacang tanah sebagai upaya

pemenuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pupuk organik cair sabut kelapa terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang tanah.

2. Berapadosis pupuk organik cair sabut kelapa yang tepat sehingga memberikan

pengaruh terbaikterhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh pupuk organik cair sabut kelapa terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang tanah.

2. Mengetahui dosis yang tepat sehingga memberikan pengaruh paling baik untuk

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat peroleh dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi terkait dengan pengaruh pemberian pupuk organik cair

sabut kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.

2. Mengetahui dosis pupuk organik cair sabut kelapa yang paling tepat terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.

3. Memberikan pengetahuan baru pada petani agar dapat menggunakan sabut

kelapa sebagai pupuk organik cair dalam budidaya tanaman kacang tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Morfologi Tanaman Kacang Tanah

Menurut Suprapto (2006), kacang tanah diklasifikasikan seperti berikut ini:

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetalae

Familia : Leguminosae

Sub Familia : Papilionoidae

Genus :Arachis

Species : Arachishypogaea L.

Sebagian besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe

tegak(bunchtype) dan tipe menjalar (runner type). Percabangan kacang tanah tipe

tegakumumnya lurus atau sedikit miring keatas, umur panennya pendek 100-120

hari.Selain itu buahnya hanya pada ruas-ruas pada pangkal utama dan cabangnya.

Kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspesies fastigiata. Sedangkan,

tipemenjalar cabang-cabangnya tumbuh kesamping, tetapi ujung-ujungnya

mengarahkeatas, tipe ini umumnya berumur 5 sampai 7 bulan atau sekitar 150-

200 hari.Kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspesies Hypogaea

(Marzuki, 2007).

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap. Daunnya terdiri atas empat

anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas

mendapatkan cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Daun mulai gugur pada

6
7

akhir masa pertumbuhan setelah tua yang dimulai dari bagian bawah (Marzuki,

2007).

Kacang tanah berbunga pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar pada ketiak

daun. Bentuk bunga sangat aneh. Setiap bunga seolah-olah bertangkai panjang

berwarna putih, tangkai ini sebenarnya bukan tangkai bunga tetapi tabung elopak.

Mahkota bunga (Corolla) berwarna kuning. Bunga kacang tanah melakukan

penyerbukan sendiri dan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum

bunga mekar (Marzuki, 2007).

Buah kacang tanah berbentuk polong, tiap polong umumnya berisi 2-3 biji.

Jumlah polong perpohon bermacam-macam, rata-rata adalah 15 polong per

pohon. Ukuran biji kacang tanah sangat beragam, ada yang besar, sedang dan

kecil. Warna biji juga bermacam-macam juga, ada yang putih, merah, ungu dan

kesumba (Suprapto, 2006).

Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak

lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang bersifat sementara dan

berfungsi sebagai alat penyerap hara. Bulu akar dapat mati dan dapat juga menjadi

akar yang permanen atau tetap. Jika menjadi permanen, akar akan berfungsi terus

sebagai penyerap hara makanan dari dalam tanah. Kadang polongnya mempunyai

alat penghisap, seperti bulu akar yang dapat menyerap hara makanan pula. Akar

samping atau akar serabut tanaman kacang terdapat bintil-bintil akar atau modul

yang berisi bakteri yang disebut Rhizobium sp. Bakteri ini mampu mengikat zat

lemas (nitrogen) bebas dari udara (Marzuki, 2007).


8

Sama halnya dengan tanaman kacang-kacangan yang lain, kacang tanah

juga memiliki dua fase pertumbuhan yakni fase vegetatif dan fase generatif

(reproduktif). Fase vegetatif ditandai dengan munculnya kecambah dan berakhir

pada saat tanaman mulai berbunga, sedangkan fase generatif dimulai sejak

timbulnya bunga sampai dengan polong masak (pembungaan, pembentukan

polong, pembentukan biji dan pemasakan biji). Bunga kacang tanah terbentuk

pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan berkembang di dalam tanah dan

mampu menyerap hara langsung dari tanah. Setelah bunga mengalami persarian

dan pembuahan maka bakal buah akan tumbuh memanjang yang disebut ginofor

dan bersifat geotropik. Ginofor tersebut akan terus masuk menembus tanah

sedalam 2 cm – 7 cm, kemudian akan terbentuk rambut - rambut halus pada

permukaan lentisel dan ginofor mengambil posisi horisontal (Danarti dan Najiyati,

1992).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah

Di Indonesia pada umumnya kacang tanah ditanam di dataran rendah

dengan ketinggian maksimal 1000 meter dari permukaan laut. Tanaman kacang

tanah cocok ditanam di dataran yang berketinggian di bawah 500 meter di atas

permukaan laut. Disamping itu, tanaman ini menghendaki sinar matahari yang

cukup oleh karena itu tanaman harus terbebas dari naungan pepohonan. Apabila

ditanam di suatu daerah dengan ketinggian melebihi ketinggian tempat tersebut

maka tanaman akan berumur lebih panjang (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Kacang tanah tumbuh dengan baik apabila didukung oleh iklim yang cocok.

Suhu yang dibutuhkan antara 25oC sampai 32oC. Kacang tanah menghendaki
9

iklim yang panas tetapi sedikit lembab yaitu antara 65% sampai 75%. Iklim tropis

memenuhi syarat bagi tumbuhnya tanaman kacang. Curah hujan yang cocok

untuk bertanam kacang tanah yaitu berkisar 800 mm- 1300 mm per tahun

ditempat terbuka, dan musim kering rata-rata sekitar 4 bulan/tahun (Tim Bina

Karya Mandiri, 2009).

Kacang tanah dapat tumbuh di berbagai macam tanah. Yang penting itu

dapat menyerap air dengan baik dan mengalirkan kembali dengan lancar. Struktur

tanah yang remah dari tanah lapisan atas dapat mempersubur pertumbuhan dan

mempermudah pembentukan polong. Selain kegemburan tanah, ada sebab lain

yang harus diperhatikan, di antaranya lebih baik menanam kacang tanah pada

jenis tanah yang berstruktur ringan seperti tanah regosol, andosol, latosol dan

aluvial (Suprapto, 2006).

Kacang tanah tumbuh dengan baik ditanah ringan (loamy sand, sandy atau

clay) yang cukup mengandung unsur hara (Ca, N,P, dan K), sebaiknya pH

tanahnya antara 5,0 - 6,3. Pada tanah yang sangat asam efisiensi bakteri dalam

mengikat N dari udara berkurang, sedangkan pada tanah yang terlalu basa, unsur

N-nya kurang tersedia (Suprapto, 2006).

C. Pemupukan

Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila semua unsur hara yang

dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk

yang siap diabsorbsi oleh tanaman (Hatta dan Nurhayati, 2006).

Badan Penyuluhan dan Pengembangan (2015), mengemukakan pupuk

adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika
10

diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang

tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk mempertahankan

kesuburan tanah yang ada ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi.

Terdapat dua (2) jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk

organik.

1. Pupuk anorganik

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang dibentuk dari

kombinasi zat kimia misalnya urea, NPK, SP-36, dan KCl (Anonim, 2013). Pupuk

anorganik pada umumnya mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, praktis

dalam pemakaian, dan mudah dalam menentukan dosisnya.Pemberian pupuk yang

dianjurkan untuk kacang tanah adalah 50 kg Urea/ha, SP-36 75 kg/ha dan 50 kg

KCl/ha (Purnomo dan Hartono, 2005).

Penggunaan pupuk anorganik menyebabkan kandungan unsur-unsur hara

dalam tanah meningkat dan hal tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman

padi dengan cepat serta meningkatkan hasil produksi pertanian. Produktivitas

lahan pertanian yang meningkat tersebut hanya akan berlangsung dalam waktu

yang tidak lama, karena penggunaan pupuk anorganik terus-menerus akan

menyebabkan perubahan struktur tanah, pemadatan, kandungan unsur hara dalam

tanah menurun, dan pencemaran lingkungan. Salah satu pengaruh penggunaan

pupuk anorganik pada usaha pertanian adalah akumulasi residu unsur–unsur kimia

seperti N, P, dan K dalam tanah akibat dari pemakaian pupuk anorganik yang

berlebihan dan terus-menerus. Sekitar 50% nitrogen,40% - 75% potassium, dan


11

5% - 25% fosfat mengendap di lahan pertanian, pada tubuh perairan, dan airtanah

(Salikin, 2003).

2. Pupuk organik

Pupuk organik merupakan kunci dalam pengelolaan tanah berkelanjutan

sistem pertanian organik. Sumber pupuk, dalam kegiatan pertanian berkelanjutan

dapat diperoleh dari kegiatan rotasi tanaman, tanaman penutup tanah, pupuk hijau

yang ramah lingkungan. Salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan

adalah pupuk hijau dari biomassa tumbuhan berupa daun dan batang. Manfaat

utama yang diperoleh dari pupuk hijau adalah adanya tambahan bahan organik ke

dalam tanah. Peningkatan kandungan bahan organik tanah juga akan

meningkatkan humus tanah (Nurhidayati dkk., 2008).

Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni

pupuk cair dan padat. Pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih jenis

unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan mudah larut. Kelebihan pupuk cair

adalah mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu,

pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan

tanaman (Musnamar, 2004).

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini

adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam

pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika

dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak


12

merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin. Selain

itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang

diberikan kepermukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman

(Musnamar, 2004).

Menurut Leovini (2012), pupuk organik cair yaitu pupuk organik cair

memiliki jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air yang lebih banyak

jika dibandingkan dengan pupuk organik padat yang berbahan dasar kotoran sapi

padat. Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan mempermudah tanaman

dalam menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya. Pupuk organik

cair mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur

tumbuh tanaman. Pada pupuk organik cair yang berbahan dasar urin hewan

ternak, aroma atau bau yang dihasilkan sangat khas sehingga dapat mencegah

datangnya berbagai hama tanaman. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik,

pupuk organik cair ini memiliki sifat yang aman bagi kesehatan dan ramah

terhadap lingkungan.

D. Sabut kelapa

Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai

ke daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian

utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah

kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa,

daging buah kelapa, dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama,

sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah
13

kelapa. Buah kelapa mempunyai diameter 15 – 20 cm berwarna hijau, coklat, atau

kuning (Mahmud Zainal, 2005).

Limbah sabut kelapa merupakan sisa buah kelapa yang sudah tidak

terpakai yaitu bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa.

Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar

(exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Satu butir buah kelapa

menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30 % serat. Dengan komposisi

kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter,

tannin, dan potassium (Rindengan et al., 1995).Sabut kelapa bisa digunakan

sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organik cair, karena didalam kandungan

sabut kelapa terdapat unsur hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara dan air

dalam sabut kelapa adalah sebagai berikut: air 53,83%, N: 0,28%, P:0 ppm, K:

6,726 ppm, Ca: 140 ppm, Mg: 170 ppm (Prawoso, 2001 dalam

jamilah,Napitupulu dan Marni, 2013). Unsur –unsur hara tersebut sangat

dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Sabut kelapa mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman yaitu

Kalium (K), disamping itu terdapat kandungan yang lain seperti Kalsium (Ca),

Magnesium (Mg), Natrium (Na) serta Fosfor (P) (Zainal, 2005).

Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat

dengan serat lainnya, dimana serat adalah bagian yang berharga dari sabut,dengan

pemanfaatan limbah tersebut maka akan dihasilkan produk yang bernilai

ekonomis (Dini Pertiwi dan Welly Herumurti, 2013).


14

Sabut kelapa mengandung senyawa lignin 29,4%, selulosa 26,6%, nitrogen

0,1%, air 8%, dan abu 0,5%. Berdasarkan penelitian Putranto danRazif (2005)

efesiensi penurunan fenol terbesar didapatkan oleh karbon aktif dengan aktifator

ZnCl2 dengan suhu pemanasan 60oC selama 1 jam sebesar 96,9% sampai 98,5%

dengan konsentrasi awal fenol 300 mg/L.

Waryanti (2013) menyatakan bahwa, penambahan pupuk cair sabut kelapa

sebanyak 100 ml mampu meningkatkan kandungan C-organik sebesar 11,69%,

Nitrogen 2,251%, Fosfor 0,71% dan Kalium 0,029%. Persentase kandungan unsur

hara makro pada sabut kelapa mengalami kenaikan setelah melalui proses

fermentasi selama 2 minggu dengan campuran air cucian ikan yaitu C-organik

11,28%, Nitrogen 2,366%, Fosfor 0,70% dan Kalium 0,041%.

Dari hasil penelitian Tifani dkk.(2013), menyebutkan bahwa lama

perendaman sabut kelapa sebagai pupuk cair dengan perlakuan 14 hari lama

perendaman memberikan rerata tertinggi pada variabel jumlah umbi, berat segar

umbi per petak dan berat segar umbi pertanaman. Selain itu, penelitian Rizqiani

dkk. (2007) menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik cair sabut kelapa dosis

10 l/ha merupakan aplikasi pupuk yang paling baik dalam menghasilkan bobot

segar polong buncis per hektar. Penelitian Susantidiana dan Hendra Aguzaen

(2015) menyatakan bahwa perlakuan pupok organik cair yang dapat memacu

produksi kacang tanah yaitu 30 ml POC batang pisang + 14 l POC sabut kelapa.
15

E. Hipotesis

1. Diduga pemberian pupuk organik cair sabut kelapa dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil kacang tanah.

2. Diduga penggunaan pupuk organik cair sabut kelapa dosis 10 l/ha

merupakan dosis yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang

tanah.
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai Desember

2019 di Desa Sumber Rahayu, Mertoyudan Sleman DIY. Tempat penelitian

berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah

vertisol. Alat

B. Bahan dan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan meliputi benih kacang tanah varietas

Hyipoma1 dari Balitkabi, malang Jawa Timur (Urea, SP-36, dan KCl) dan pupuk

organik cair dari sabut kelapa.

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain cangkul, koret, ember,

gembor, penggaris, timbangan analitik, oven.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan 5 perlakuan

yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3

ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah:

1. P0 = Pupuk anorganik (Urea= 125 kg/ha, SP-36=200 kg/ha, KCl=150

kg/ha)

2. P1 = Dosis POC 5 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36=200 kg/ha, KCl=150

kg/ha)

3. P2 = Dosis POC 10 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36=200 kg/ha, KCl=150

kg/ha)

16
17

4. P3 = Dosis POC 15 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36=200 kg/ha, KCl=150

kg/ha)

5. P4 = Dosis POC 20 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36=200 kg/ha, KCl=150

kg/ha)

Banyaknya ulangan pada masing masing perlakuan sebanyak tiga

kali,sehingga didapatkan 15 petak.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lahan

Tanah yang digunakan diolah dengan cangkul, digemburkan dan

diratakan serta dibersihkan dari gulma. Lahan dibagi menjadi 3 blok,

masing-masing blok terdapat 5 petak, sehingga jumlah petak seluruhnya

15 petak. Setiap petak berukuran 2,5 m x 2 m dengan tinggi bedengan

kurang lebih 20 cm. Jarak antar blok 50 cm, jarak antar petak 30 cm dan

jarak blok dari tepi lahan 50 cm (lampiran 1 dan 2).

2. Penyiapan Benih

Benih kacang tanah didapatkan dari balai benih balitkabi, Malang,

Jawa timur. Benih dipilih mulai dari ukurannya seragam, warnanya sama,

utuh, sehat, dan tenggelam saat dilakukan perendaman dalam air.

3. Pembuatan POC

Alat dan Bahan yang dibutuhkan yaitu parang, sabut kelapa drum,

dan EM4 disiapkan terlebih dahulu. Sabut kelapa yang sudah disiapkan

dicuci dengan air bersih kemudian di timbang sebanyak 15 kg. Kemudian

menyiapkan drum bertutup ukuran 80 liter yang digunakan sebagai tempat


18

pendekomposisian. Memasukkan air sebanyak 40 liter ke dalam drum

kemudian memasukkan sabut kelapa sebanyak 15 kg tadi ke dalam drum

tersebut, dan dicampur dengan larutan EM4 3 tutup botol. Mengaduk

campuran sabut kelapa dalam air sampai sabut tenggelam rata, kemudian

drum tersebut ditutup dan di simpan di tempat teduh (terhindar dari sinar

matahari). Mendiamkan rendaman sampai 14 hari. Setelah 14 hari tutup

drum dibuka kemudian dicek pHnya sampai normal yaitu 6,5 sampai 7,5.

Pupuk cair siap diaplikasikan ke tanaman.

4. Penanaman

Penanaman kacang tanah dilakukan pada pagi hari dengan jarak

tanam 25 cm x 25 cm. Penanaman menggunakan sistem tugal dengan

kedalaman ± 2-3 cm. Tiap lubang ditanam 2 benih kacang tanah dan

diberi Furadan 3G secara bersamaan dengan dosis 0,5 g/lubang.

Selanjutnya ditutup dengan tanah, dan disiram air secukupnya.

5. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Pemberian air pada tiap penyiraman sebanyak 2 gembor per bedengan.

Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari

tergantung kondisi di lapangan.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau

tanaman yang mati dan dilakukan paling lambat pada umur 7 hari

setelah tanam (hst).


19

c. Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan mengurangi tanaman pada lubang

tanam. Penjarangan dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam dengan

meninggalkan satu tanaman per lubang tanam.

d. Pemupukkan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik cair dari

sabut sesuai masing masing perlakuan kelapa yang dicampur dengan 1

liter air, keumdian diberikan sesuai dengan dosis masing-masing

perlakuan, (pengaplikasiannya 2 minggu setelah tanam). Untuk seluruh

tanaman dipupuk menggunakan urea125 kg/ha, SP-36 200kg/ha, dan

KCl150 kg/ha. Pemberian pupuk dengan cara alur. Alur dibuat

sedalam kurang lebih 5 cm dan berjarak 3-5 cm disamping lubang

tanam pada satu sisi baris benih. Pemupukan dilakukan sekali saat

tanam.

e. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma atau tumbuhan

pengganggu yang ada di sekitar tanaman kacang tanah dan petak

percobaan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan setiap 2 minggu

sekali.penyiangan dilakukan 2 minggu setelah tanam, dan 4 minggu

setelah tanam

f. Pengendalian Hama & Penyakit

Serangan hama dan penyakit saat penelitian berlangsung, tidak terjadi.

Namun saat memasuki fase pemanenan (umur kacang tanah 75 hari


20

setelah tanam) terjadi serangan hama tikus, disitu saya langsung

mengambil sikap dilakukan pemanenan, mengingat kacang sudah siap

dipanen.

6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada umur 75 hari setelah tanam, kriteria

matang panen ditandai bila 70% polong telah mengeras, berwarna agak

gelap, kulit polong terlihat berurat, dan pada bagian dalam polong

berwarna agak gelap.

D. Variabel Pengamatan

Pengamatan variabel pertumbuhan dan hasil dilakukan pada 5 tanaman

sampel dan 2 tanaman korban dalam setiap unit perlakuan yang ditentukan secara

acak. Tanaman korban diambil saat tanaman kacang tanah mulai berbunga

50%dari populasi

1. Variabel Pada Tanaman Sampel

a Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dimulai 2 minggu setelah tanam dengan

interval waktu pengamatan satu minggu. Tinggi tanaman diukur dari

permukaan tanah sampai titik tumbuh.

b Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh daun trifoliata

yang telah membuka penuh dan masih produktif melakukan fotosintesis.

Pengamatan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 minggu setelah


21

tanam dengan interval pengamatan 1 minggu sekali sampai dengan

berakhirnya fase fegetatif (4minggu setelah tanam).

c Jumlah Cabang

Jumlah cabang dihitung pada seluruh cabang tiap tanaman sampel.

Penghitungan dilakukan satu minggu sekali sejak 2 minggu setelah tanam

sampai dengan 4 minggu setelah tanam.

d Jumlah Polong Per tanaman

Semua polong hasil panen pada tanaman sampel dihitung jumlahnya, baik

polong isi maupun polong hampa. Pengamatan dilakukan setelah panen.

e Jumlah Polong Isi Per Tanaman

Jumlah polong isi dihitung dengan cara menghitung semua polong yang

berisi biji pada setiap tanaman.

f Jumlah Biji Per Polong

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah biji per polong dari

tanaman sampel kemudian dihitung rata-ratanya.

g Bobot Biji Kering Per Tanaman

Setelah biji dikeringkan di bawah sinar matahari selama lebih kurang 3

hari, kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot biji per tanaman.

2. Variabel Pada Tanaman Korban

Pegambilan tanaman korban dimulai saat tanaman kacang tanah berbunga

50% dari populasi dengan variabel :


22

a. Saat Berbunga

Pengamatan saat berbunga dilakukan pada saat tanaman sudah berbunga

mencapai 50% dari populasi. Saat berbunga yaitu dihitung mulai dari

waktu penanaman sampai dengan saat dicapai 50% dari populasi

mengalami pembungaan.

b. Bobot Segar Akar

Bobot segar akar diukur setelah akar dipisahkan dari tajuknya dan

dibersihkan dari tanah kemudian ditimbang dalam keadaan segar.

c. Bobot Kering Akar

Setelah akar diketahui bobot segarnya, kemudian dijemur di bawah sinar

matahari selama 3hari, kemudian dioven pada temperatur 105°C selama

24 jam. Pada pengovenan ini bobot akar sudah konstan karena bobot tidak

lebih dari 0,2 g.

d. Bobot Segar Tajuk Tanaman

Bobot segar tajuk tanaman diukur dengan cara tajuk tanaman dipisahkan

dari akarnya dengan cara memotong bagian pangkal batangnya.

e. Bobot Kering Tajuk Tanaman

Setelah bobot segarnya diketahui bobotnya, kemudian dijemur di bawah

sinar matahari selama 3 hari. Setelah itu dimasukkan ke dalam bungkus

koran yang sudah diketahui bobotnya, lalu ditimbang terlebih dahulu.

Setelah itu di oven pada temperatur 105°C selama 24 jam dan timbang,

dioven kembali selama 24 jam lalu ditimbang kembali. Penimbangan ini

dilakuan sampai denfan mendapatkan bobot konstan. Yang dapat dilihat


23

dengan perbandingan penyusutan bobot timbangan yang kecil dengan

nilai penyusutan bobot timbangan sebelumnya tidak lebih dari 0,2 g.

3. Variabel Pada Petak Panen

a. Bobot 100 Biji Kering

Penimbangan dilakukan dengan cara mengambil biji kering sebanyak 100

biji yang mana secara acak yang sudah dijemur selama 3 hari kemudian

ditimbang. Pekerjaan ini diulang 3 kali, kemudian dihitung rata-ratanya.

b. Bobot Biji Kering Per Hektar

Bobot biji kering dihitung dengan cara tanaman yang telah dipanen pada

petak panen dengan ukuran 1 m x 1 m kemudian diambil bijinya dan

dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari hingga kering.

Kemudian dihitung dengan mengkonversikan ke luasan per hektar dengan

rumus:

Bobot biji kering per ha = x 10.000 m2

E. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian dengan

taraf nyata 5%. Bila ada beda nyata dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s

Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.


24

F. Data Pendukung

1. Analisis tanah

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan analisis

tanah yang terkait dengan kandungan unsur hara tanah seperti bahan

organik, N, P, K, dan pH, serta C/N rasio.

2. Analisis pupuk sabut kelapa

Sebelum pupuk organik cair sabut kelapa diaplikasikan di lapangan

terlebih dahulu dilakukan analisis kandungan unsur hara seperti bahan

organik, N, P, K, dan C/N rasio.


IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis

1. Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara POC Sabut Kelapa dan Tanah

Tabel 1. Kandungan Hara POC Sabut Kelapa


Kode Sampel Analisa Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-Rata

POC Sabut C 0,7599 % 0,7891 % 0,7745 %


Kelapa
N 0,0255 % 0,0242 % 0,02485 %
P 0,2451 % 0,2435 % 0,2443 %
K 0,1377 % 0,1327 % 0,1352 %
C/N ratio 29,8000 32,6074 31,2037
pH 6,5 7,5 7

Sumber: Lab CV Chem-Mix Pratama (2019)

Tabel 2. Kandungan Hara Tanah


Kode Sampel Analisa Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-Rata

Tanah C 6,4992 % 6,7195 % 6,60935 %


N 0,2581 % 0,2595 % 0,2588 %
P 0,2080 % 0,2064 % 0,2072 %
K 0,0725 % 0,0873 % 0,0799 %
C/N ratio 25,1809 25,8940 25,53745
pH 6,5 6,5 6,5

Sumber: Lab CV Chem-Mix Pratama(2019)

25
26

2. Variabel Pertumbuhan

a. Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam tinggi tanaman kacang tanah umur 2, 3, dan 4 minggu

setelah tanam tidak beda nyata (lampiran 3). Purata tinggi tanaman kacang tanah

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Purata Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm)


Dosis kompos POC sabut Tinggi Tanaman (cm) Minggu Ke-
kelapa (l/ha) 2 3 4
0 5,43 a 7,47 a 12,57 a
5 5,13 a 7,00 a 13,17 a
10 5,73 a 7,17 a 12,50 a
15 5,97 a 8,30 a 14,07 a
20 5,87 a 7,97 a 12,77 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama pada umur tanaman
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji F taraf 5%

b. Jumlah Daun

Hasil sidik ragam jumlah daun tanaman kacang tanah umur 2, 3,dan 4 mst

tidak beda nyata (lampiran 5). Purata jumlah daun tanaman kacang tanah disajikan

pada Tabel 4.

Tabel 4. Purata Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah


Dosis kompos POC sabut Jumlah Daun Minggu Ke-
kelapa (l/ha) 2 3 4
0 8,27 a 15,80 a 26,80 a
5 8,67 a 15,47 a 26,60 a
10 8,47 a 15,87 a 29,40 a
15 9,47 a 17,33 a 30,80 a
20 9,80 a 15,40 a 30,53 a
Keterangan : Nilai Purata yang diikuti notasi huruf yang sama, pada umur
tanaman yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji F
taraf 5%
27

c. Jumlah Cabang

Hasil sidik ragam jumlah cabang tanaman kacang tanah umur 2, 3,dan 4

mst tidak beda nyata (lampiran 4). Purata jumlah cabang kacang tanah disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Purata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah


Dosis kompos POC sabut Jumlah Cabang Minggu Ke-
kelapa (l/ha) 2 3 4
0 2,87 a 8,00 a 15,20 a
5 3,13 a 9,00 a 15,80 a
10 2,93 a 8,33 a 16,40 a
15 3,00 a 9,07 a 19,40 a
20 3,00 a 9,27 a 17,80 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama, pada umur
tanaman yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji F
taraf 5%

d. Bobot Segar dan Bobot Kering Tajuk Tanaman

Hasil sidik ragam bobot segar dan bobot kering tanaman kacang tanah

umur 2, 3,dan 4 mst tidak beda nyata (lampiran 6). Purata bobot segar dan bobot

kering tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Purata Bobot Segar & Bobot Kering (g) Tanaman Kacang Tanah
Dosis kompos POC sabut kelapa Bobot segar Bobot kering
(l/ha) Tajuk (g) Tajuk (g)
0 29,17 a 8,83 a
5 37,67 a 9,67 a
10 33,67 a 9,67 a
15 37,83 a 10,00 a
20 31,33 a 10,00 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%
28

e. Bobot Segar dan Bobot Kering akar

Hasil sidik ragam Bobot Segar dan Bobot Kering akar kacang tanah tidak

beda nyata (lampiran 6). Purata Bobot Segar dan Bobot Kering akar kacang tanah

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Purata Bobot Segar dan Bobot Kering akar


Dosis kompos POC sabut kelapa Bobot segar akar Bobot kering akar
(l/ha) (g) (g)
0 2,83 a 0,94 a
5 3,17 a 1,22 a
10 2,50 a 1,77 a
15 3.00 a 1,29 a
20 3,00 a 1,31 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%

f. Jumlah Polong per Tanaman

Hasil sidik ragam Jumlah Polong per Tanaman menunjukkan beda nyata

antar Perlakuan (lampiran 7). Hasil rendah didapat pada perlakuan takaran tanpa

POC dan hasil terbaik (tabel 8) didapat pada perlakuan takaran POC 20 l/ha.

Hasil DMRT jumlah polong per tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Purata jumlah polong per tanaman


Dosis POC sabut Jumlah polong per
kelapa (l/ha) tanaman (biji)
0 23,20 d
5 25,00 cd
10 25,73 bc
15 27,13 b
20 28,60 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%
29

g. Jumlah Polong isi Per Tanaman

Hasil sidik ragam Jumlah Polong isi Per Panaman kacang tanah tidak beda

nyata (lampiran 7). Purata Jumlah Polong isi Per Tanaman kacang tanah disajikan

pada Tabel 9.

Tabel 9. Purata jumlah polong isi per tanaman


Dosis POC sabut kelapa Jumlah polong isi per tanaman
(l/ha)
0 14,20 a
5 12,27 a
10 15,00 a
15 15,13 a
20 15,53 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%

h. Jumlah Biji Per Polong

Hasil sidik ragam Jumlah Biji Per Polong menunjukkan beda nyata.

(lampiran 7). Dilihat dari hasil notasi menunjukan adanya perbandingan yang

signifikan,dari perlakuan tanpa poc sampai dengan perlakuan poc 20 l/ha. Jumlah

Biji Per Polong kacang tanah disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Purata Jumlah Biji Per Polong


Dosis POC sabut kelapa Jumlah biji per polong
(l/ha) (biji)
0 1,88 b
5 1,96 ab
10 1,92 b
15 1,97 ab
20 2,01 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%
30

i. Bobot Biji Kering Per Tanaman

Hasil sidik ragam Bobot Biji Kering Per Tanaman kacang tanah tidak beda

nyata. Purata Bobot Biji Kering Per Tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel

11.

Tabel 11. Purata bobot biji kering per tanaman


Dosis POC sabut kelapa bobot biji kering per tanaman
(l/ha) (g)
0 10,67 a
5 11,85 a
10 14,37 a
15 15,50 a
20 15,28 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%

j. Bobot 100 Biji Kering

Hasil sidik ragam Bobot 100 Biji Kering kacang tanah menunjukkan beda

nyata antar perlakuan. Dilihat dari hasil notasi menunjukan adanya perbandingan

baik dari tanpa perlakuan poc, sampai dengan perlakuan poc 20 l/ha (lampiran 7).

Bobot 100 Biji Kering tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Purata bobot 100 biji kering


Dosis POC sabut kelapa bobot 100 biji kering
(l/ha) (g)
0 39,60 c
5 41,27 bc
10 42,87 ab
15 44,93 a
20 45,20 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama, menunjukkan
berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%
31

k. Bobot Biji Kering ton

Hasil sidik ragam Pobot Biji Kering per ha tidak beda nyata (lampiran 7).

Purata Bobot Biji Kering ton/ha tanaman kacang tanah disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Purata bobot biji kering per ha (ton)


Dosis POC sabut bobot biji kering
kelapa per ha (ton)
(l/ha) (g)
0 1,9 a
5 1,9 a
10 1,9 a
15 2,0 a
20 2,0 a
Keterangan : Nilai purata yang diikuti notasi huruf yang sama, menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji F taraf 5%

B. Pembahasan

Kacang tanah (Arachis hypogaea) kaya dengan lemak, mengandung

protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan

Fosforus,vitamin A dan K, lesitin, kolon, dan kalsium. (Rahmiana & Ginting

2012; Respati et al 2013).

Pada tabel 1 menunjukan bahwa analisis kandungan hara yang

terkandung dalam poc sabut kelapa C 0,7745 %, N 0,002485 %, P 0,2443 %, K

0,1327 %, dan C/N ratio 31,2037. Hal ini menunjukan bahwa kandungan C/N

ratio tinggi, sehingga belum tersedia bagi tanaman. Sedangkan pada tabel 2

menunjukan bahwa analisis kandungan hara pada tanah yaitu,C 6,60935 %, N

0,2588 % P 0,2072 %, K 0,0799 %, dan C/Nratio 25,53745 yang menujukan

bahwa C/N ratio masih tergolong cukup tinggi yang mengakibatkan unsur hara
32

dalam tanah belum tersedia bagi tanaman, namun pada C-organik lebih tinggi

dibandingkan C-organik pada sabut kelapa.

Menurut Erickson et. al., (2013), nilai C/N tanah sekitar 10-12 %.

Apabila bahan organik mempunyai kandungan C/N rasio mendekati atau sama

dengan C/N rasio tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau diserap

tanaman. Menurut Rosmarkam dan Nasih (2002), bahan organik yang mempunyai

C/N masih tinggi berarti masih mentah sehingga bahan organik tersebut akan

diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh energi dalam

proses dekomposisi. Populasi mikrobia yang tinggi menyebabkan mikrobia

bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan unsur hara yang ada. Pada proses

dekomposisi unsur hara banyak digunakan oleh mikroorganisme seperti unsur N.

Menurut Pasaribu (2014), tinggi tanaman dan jumlah daun merupakan indikator

dari komponen pertumbuhan vegetatif tanaman yang ada di atas permukaan tanah.

Pertumbuhan vegetatif tanaman, ditinjau dari aspek pendukung yang berasal dari

dalam tanah cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan unsur

nitrogen dan kalium.

Pada hasil uji F juga menunjukakn bahwa pupuk organik cair sabut

kelapa (POC) yang diuji coba pada lima perlakuan, pada perlakuan tanpa poc

sampai dengan perlakuan poc 20 l/ha tidak berpengaruh beda nyata pada variabel

pertumbuhan tanaman maupun pada hasil panen,hal ini dilihat pada hasil angka

notasi yang diperoleh dari data pertumbuhan dan hasil panen tanaman kacang

tanah. Hasil tidak beda nyata ini dipengaruhi oleh hasil analisis POC yang

menunjukkan bahwa C/N ratio masih tinggi, sehingga hara yang ada pada POC
33

belum tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan syarat mutu yang diterapkan

dalam Permentan/SR.130/5/2009 tentang pernyataan teknis minimal pupuk

organik, indikator yang digunakan adalah pH, kandungan C-organik (Walkley &

Black), N-total (Kjeldahl), C/N rasio, unsur makro dan mikro,C/N rasio

memenuhi standar pupuk yang telah dipersyaratkan yakni <25,0,sedang C-organik

dalam pupuk padat minimal 15% Penelitian Ispandi dan Munif (2004),

menghasilkan bahwa unsur kalium sangat memacu dalam peningkatan

pembentukan polong dan pengisian biji.

Menurut Rahmianna et. al., (2015), intensitas cahaya yang rendah

pada saat pembentukan ginofor akan mengurangi jumlah ginofor. Disamping itu,

rendahnya intensitas penyinaran pada masa pengisian polong akan menurunkan

jumlah dan bobot polong. Salah satu cara untuk mengurangi perebutan cahaya

matahari pada tanaman kacang tanah yang rimbun yaitu dengan cara pengaturan

jarak tanamMenurut Hidayat (2007), pengaturan jarak tanam dengan kepadatan

tertentu bertujuan memberi ruang tumbuh pada tiap-tiap tanaman agar tumbuh

dengan baik. Jarak tanam akan mempengaruhi kepadatan dan efisiensi

penggunaan cahaya, persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan unsur

hara sehingga akan mempengaruhi produksi tanaman. Pada kerapatan rendah,

tanaman kurang berkompetisi dengan tanaman lain, sehingga penampilan individu

tanaman lebih baik. Sebaliknya pada kerapatan tinggi, tingkat kompetisi diantara

tanaman terhadap cahaya, air dan unsur hara semakin ketat sehingga tanaman

dapat terhambat pertumbuhannya.


V. KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan percobaan didapat kesimpulan bahwa :

1. Penambahan pupuk organik sabut kelapa tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan kacang tanah.

2. Belum ada dosis yang tepat pada pupuk organik cair untuk pertumbuhan

dan hasil kacang tanah.

34
DAFTAR PUSTAKA

Afandie, Rosmakam dan Nasih Widya Yuwono, 2002.Ilmu Kesuburan Tanah.


Kanisius. Yogyakarta.

Adisarwanto, A.A. 1993. Budidaya kacang tanah. Malang. Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Hlm. 91-107

Badan Penyuluhan dan Pengembangan. 2015. Pemupukan. Badan Penyuluhan dan


Pengembangan, SDM Pertanian, Pusat Pelatihan Pertanian. 12 hal.

BPS, 2018. Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah. Badan pusat Statistik dan
Direktorat Jendral Tanaman Pangan

Damanik, M. Madjid B., Fauzi., Wijaya Ray., (2017). Aplikasi Pupuk Organik
Cair dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam terhadap
Ketersediaan dan Serapan Kalium serta Pertumbuhan Tanaman
Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Jurnal Penelitian
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. II; 249- 255.

Danarti dan S. Najiyati. 1992. Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani.
Penebar Swadaya. Jakarta. 116 hal.

Delvita, Haryona. 2015. Pengaruh Variasi Temperatur Kalsinasi terhadap


Karakteristik Kalsium Karbonat (CaCO3) dalam Cangkang Keong
Sawah (pila ampullaceal) yang terdapat di Kabupaten Pasaman”.
Jurnal Pillar Of Physics. VI : 17-24.

Dinarto W. Dan Dian Astriani.2012.ProduktivitasKacang Tanah Di Lahan Kering


Pada Berbagai Intensitas Penyiangan. Program Studi Agroteknologi.
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. 2012. PedomanTeknis


Pengelolaan Kacang Tanah, Kacang Hijau, dan Aneka Kacang Tahun
2012. Direktorat Jendral Tanaman Pangan Kementrian Pertanian.
Jakarta. 14 hal.

Erickson, S.S, Edu, S. dan Netti H. 2013. Pembuatan pupuk cair dan biogas dari
campuran limbah sayuran. Jurnal Teknik Kimia USU. II.(3);40-43

FAO. 2014. FAO statistics. FAOSTAT. http://faostat3.fao.org/faostat-gateway.


Diakses Pada 6 Oktober 2018 Pukul 13.23 WIB.

35
36

Gultom, Reynand D.P.2017. Pemanfaatan Limbah Air Kelapa menjadi Pupuk


Organik Cair menggunakan Mikroorganisme Aspergillus niger,
Pseudomonas putida dan Bioaktivator EM4. Skripsi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Fakultas Teknologi Industri.

Hatta, M., dan Nurhayati. 2006. Pengaruh Penambahan Bahan Organik pada
Tanah Bekas Tsunami terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Beberapa Varietas Kacang Hijau di Desa Blang Krueng. Jurnal
Floratek II : 100-106.

Hidayat, N. 2007. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogeae L.)
varietas lokal Madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk
fosfor. Jurnal Agrovigor. 1.(4);55-64

Hisani, Wakifatul. Mallawa, Andi Muhammad Israwan. 2017. Peningkatan


Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dengan
Memanfaatkan Pupuk Organik Cair dari Kulit Pisang, Cangkang
Telur serta Limbah Rumput Laut. Jurnal Pertanian. III;55-64.
Universitas Cokroaminoto Palopo.

Ispandi, A. dan A. Munif. 2004. Efektivitas pupuk PK dan frekwensi pemberian


pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang
tanah di lahan kering alpisol. XI (2) : 11-24

Jamilah, Yopi Napitupulu dan Yunis Marni. 2013. Peran Gulma Chromoleana
odorata dan Sabut Kelapa Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik Cair
Menggantikan Pupuk Kalium Untuk Pertumbuhan dan Hasil Padi
Ladang. Fakultas Pertanian UniversitasTaman Siswa Padang.

Leovini, H. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair pada Budidaya


TanamanTomat (SolanumlycopersicumL.). Seminar Umum. Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 24 hal.

Musnamar, E.I. 2004. Pupuk Organik : Cair dan Padat, Pembuatan ,dan
Aplikasi.Penebar Swadaya. Jakarta.

Nugroho, B., Purwani, T., Suripto, W. 2018. Peran Keanekaragaman Hayati


untuk Mendukung Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia.
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Nurhidayati, Pujiwati, I., Solichah, A., Djuhari, Basit, A. 2008. Pertanian


Organik Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan.
Fakultas Pertanian. Universitas Islam Malang. 196 hal.
37

Pasaribu, P.K., Asil, B. dan Mariati. 2014. Pertumbuhan dan produksi kacang
tanah (Arachis hypogeae L.) dengan pupuk kandang sapi dan pupuk
fosfat. Jurnal Online Agroekoteknologi. II ;.(4.):1391-1395

Paturohman, Eman., dan Sumarno. 2014. Peningkatan Produktivitas Kacang


Tanah Melalui Penerapan Komponen Teknologi Kunci. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Pradipta, R. Kurniawan P. W. Dan Bambang G. 2014. Pengaruh Umur Panen


Dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kalium terhadap
Pertumbuhan dan Kualitas Jagung Manis. Jurnal Produksi Tanaman.
II (7): 592-599.

Purnomo dan Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 56 hal.

Rahmianna, A.A., Herdina, P. dan Didik, H. 2015. Budidaya kacang tanah.


Monograf Balitkabi. XIII; 2015.

Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan.Penerbit Kanisius.


Yogyakarta. Dalam Triyono, A., Purwanto, Budiyono, 2013. Efisiensi
Penggunaan Pupuk-N Untuk Pengurangan Kehilangan Nitrat Pada
Lahan Pertanian. (Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, Semarang).

Sari, S. Y. 2015. Pengaruh Volume Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Serabut
Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen
Sawi Hijau (Brassica funcos). Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

Suprapto. 2006. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 33 hal.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Budidaya Tanaman Kacang Tanah. Yrama Widya.
Bandung. 128 hal.

W. J. Rinsema.1983. Pupuk dan Cara Pemupukan.Bharatara KaryaAksara,235


hlm

Waryanti, A., Sudarno, dan Endro, S. 2014. “Studi Pengaruh Penambahan Sabut
Kelapa padaPembuatan Pupuk Cair dari Limbah Air Cucian Ikan
terhadap Kualitas Unsur HaraMakro (CNPK)”. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Zulchi,Try dan Husni puad. 2017 Keragaman morfologi dan Kandungan Protein
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Jurnal Litbang Pertanian.XXIII
; (2):91-100
38

Lampiran 1.

2,5 m

U
P0 P2 P1 P3 P4
I

P4 P3 P2 P0 P1
II 2m

P2 P0 P1 S
P4 P3

III
Gambar 1.Tata Letak Percobaan

Keterangan :

: Petakan dengan luas 2,5 m x 2 m


I, II, III : Blok

1. P0 = Pupuk anorganik (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150 kg/ha)
2. P1 = Dosis POC 5 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
3. P2 = Dosis POC 10 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
4. P3 = Dosis POC 15 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
5. P4 = Dosis POC 20 l/ha + (Urea= 125 kg/ha, SP-36= 200 kg/ha, KCl= 150
kg/ha)
39

Lampiran 2. Tata Letak Tanaman Pada Petak Percobaan

200 cm

20 cm

X X X X X X X X X X U

30 cm

X X K X X S X X X X

20 cm 100 cm

X X X X X X X X S X S

10 cm

X S X X X X X X X X 250 cm

100 cm

X X X X X X X X K X

X X X X X X X X X X

X X X X S X X S X X

10 cm

X X X X X X X X X X

20 cm

Gambar 2. Tata Letak Tanaman Pada Petak Percobaan

Keterangan :
: Harvest area (petak panen)

S : Tanaman Sampel
K : Tanaman Korban
X : Tanaman Kacang Tanah
40

Lampiran 3. Perhitungan Pupuk

Luas lahan 1 ha = 10.000 m2


Luas Petakan = 2,5 m x 2 m = 5 m2
Dosis pupuk dalam penelitian
a. P0 = POC 0 l/ha
b. P1 = POC 5 l/ha

= x Luas Petakan

= x 5 m2

= 2,5 ml/petak
c. P2 = POC 10 l/ha

= x Luas Petakan

= x 5 m2

= 5 ml/petak
d. P3 = POC 15 l/ha

= x Luas Petakan

= x 5 m2

= 7,5 ml/petak
e. P4 = POC 20 l/ha

= x Luas Petakan

= x 5 m2

= 10 ml/petak
41

Lampiran 4. Sidik ragam tinggi tanaman umur 2 MST, 3MST, 4MST


a. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 1,396 0,349 1,3320NS 3,8378
Blok 2 1,0173 0,5086 1,9414 NS 3,8378
Eror 8 2,096 0,262
Total 14 4,5093
Keterangan : NS : Non Signfikan

b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 3,564 0,891 2,9503NS 3,8378
Blok 2 2,524 1,262 4,1788S 3,8378
Eror 8 2,416 0,302
Total 14 8,504
Keterangan : NS : Non Signfikan
S : Signifikan

c. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 4,9706 1,2426 0,6024NS 3,8378
Blok 2 2,7253 1,3626 0,6606NS 3,8378
Eror 8 16,5013 2,0626
Total 14 24,1973
Keterangan : NS : Non Signfikan
42

Lampiran 5. Sidik ragam jumlah cabang umur 2 MST, 3MST, 4MST


a. Sidik Ragam jumlah cabang 2 MST
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 0,117 0,0293 1,517NS 3,837
Blok 2 0,005 0,002 0,137 NS 3,837
Eror 8 0,154 0,019
Total 14 0,277
Keterangan : NS : Non Signfikan

b. Sidik Ragam jumlah cabang 3 MST


SV Db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 3,386 0,846 1,054NS 3,837
Blok 2 1,445 0,722 0,900 NS 3,837
Eror 8 6,421 0,802
Total 14 11,253
Keterangan : NS : Non Signfikan

c. . Sidik Ragam jumlah cabang 4 MST


SV Db JK KT F.hit F.Tab.0,05
NS
Perlakuan 4 3,493 0,873 1,462 3,837
Blok 2 1,381 0,690 1,156 NS 3,837
Eror 8 4,778 0,597
Total 14 9,653
Keterangan : NS : Non Signfikan
43

Lampiran 6. Sidik ragam jumlah daun umur 2 MST, 3MST, 4MST


a. Sidik Ragam jumlah daun 2 MST
SV Db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 5,306 1,326 1,492NS 3,837
Blok 2 12,037 6,018 6,772S 3,837
Eror 8 7,109 0,888
Total 14 24,453
Keterangan : NS : Non Signfikan
S : Signifikan

b. Sidik Ragam jumlah daun 3 MST


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 7,429 1,857 0,341NS 3,837
Blok 2 29,797 14,898 2,736 NS 3,837
Eror 8 43,562 5,445
Total 14 80,789
Keterangan : NS : Non Signfikan

c. Sidik Ragam jumlah daun 4 MST


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
NS
Perlakuan 4 48,602 12,150 0,756 3,837
Blok 2 60,709 30,354 1,889 NS 3,837
Eror 8 128,51 16,064
Total 14 237,82
Keterangan : NS : Non Signfikan
44

Lampiran 7. Sidik ragam variabel tanaman korban


a. Sidik Ragam bobot basah tanaman
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 176,1 44,025 0,576NS 3,837
Blok 2 367,433 183,716 2,405 NS 3,837
Eror 8 610,9 76,362
Total 14 1154,43
Keterangan : NS : Non Signfikan

b. Sidik Ragam bobot kering tanaman


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
NS
Perlakuan 4 48,602 12,150 0,756 3,837
NS
Blok 2 60,709 30,354 1,889 3,837
Eror 8 128,517 16,064
Total 14 237,829
Keterangan : NS : Non Signfikan

c. Sidik Ragam bobot basah akar


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 0,766 0,191 0,754NS 3,837
Blok 2 0,3 0,15 0,590 NS 3,837
Eror 8 2,033 0,254
Total 14 3,1
Keterangan : NS : Non Signfikan

d.sidik ragam bobot kering akar


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 0,273 0,068 2,722NS 3,837
Blok 2 0,018 0,009 0,363 NS 3,837
Eror 8 0,201 0,025
Total 14 0,493
Keterangan : NS : Non Signfikan
45

Lampiran 8. Sidik ragam variabel Hasil Tanaman Kacang Tanah


a.sidik ragam jumlah polong per tanaman
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 50,8 12,7 32,397S 3,837
Blok 2 3,397 1,698 4,333S 3,837
Eror 8 3,136 0,392
Total 14 57,33
Keterangan : S : Signfikan
b.sidik ragam jumlah polong isi per tanaman
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
NS
Perlakuan 4 3,989 0,997 3,065 3,837
NS
Blok 2 0,037 0,018 0,057 3,837
Eror 8 2,602 0,325
Total 14 6,629
Keterangan : NS : Non Signfikan
c.sidik ragam biji per polong
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
Perlakuan 4 0,029 0,007 5,337S 3,837
NS
Blok 2 0,003 0,001 1,257 3,837
Eror 8 0,010 0,001
Total 14 0,043
Keterangan : NS : Non Signfikan
S : Signifikan
d.sidik ragam bobot biji kering per tanaman
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
NS
Perlakuan 4 55,912 13,978 1,080 3,837
Blok 2 73,913 36,956 2,856 NS 3,837
Eror 8 103,502 12,937
Total 14 233,328
Keterangan : NS : Non Signfikan
46

e.sidik ragam bobot 100 biji kering


SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05
S
Perlakuan 4 68,709 17,177 6,220 3,837
Blok 2 1,109 0,554 0,200NS 3,837
Eror 8 22,090 2,761
Total 14 91,909
Keterangan : NS : Non Signfikan
S : Signifikan
f.sidik ragam bobot biji kering per ha
SV db JK KT F.hit F.Tab.0,05

Perlakuan 4 22427066667 5606766667 0,5005NS 3,8378


Blok 2 23052400000 11526200000 1,0290 NS 3,8378
Eror 8 89604933333 11200616667
Total 14 1,350
Keterangan : NS : Non Signfikan
47

Lampiran 9.

DESKRIPSI KACANG TANAH VARIETAS HypoMa 1

Dilepas tanggal : 28 Maret 2012


SK mentan : 1107/Kpts/SR.120/3/2012
Nomor induk : 976
Nama galur : LM/TB-93-B2-218
Asal : silang tunggal lokal lamongan dengan lokal tuban
Umur : 91 hari
Tipe tumbuh : tegak
Rata-rata tinggi
Tanaman : 38,4 cm
Bentuk batang : bulat
Warna batang : ungu kehijauan
Warna daun : hijau
Warna bunga
Pusat bendera : kuning muda
Matahari : ungu kemerahan
Warna ginofor : ungu
Bentuk polong : bulat agak berpinggang
Bentuk dan warna biji : oval/rose ( merah muda)
Jumlah biji/polong : 2/1/3
Jumlah polong/tanaman : 26,8 polong
Warna polong muda : coklat muda
Warna polong tua : coklat muda
Posisi polong : di dalam tanah, dari batang utama dan cabang
primer
Bobot 100 biji : 36,4 gram
Potensi hasil : 3,7 ton/ha
Rata-rata hasil : 2,3 ton/ha
Kadar protein : 21,68
Kadar lemak : 47,22
Kadar lemak essensial
- Oleat : 39,31%
- Linoleat : 35,34%
- Arachdonat : 2,98%
Ketahanan terhadap : Agak tahan penyakit layu, tahan hama/penyakit
penyakit karat dan bercak daun
Keterangan : Toleran lahan alfisol
Pemulia : Joko Purnomo,Novita Nugraheni, Trustinah,
Astanto Kasno, Paidi
Peneliti
- Fitopatologist : Nasir saleh
- Agronomis : A.A. Rahmianna
48

Pengusul : Balai PenelitianTanaman Kacang-Kacanganan dan


Umbi-umbian
Ketersediaan Benih : Balai PenelitianTanaman Kacang-penjenis
kacanganan dan Umbi-umbian

Sumber : baltkabi.litbang.pertanian.(2012)
49

Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Gambar 3. Sabut Kelapa Gambar 4. Pencacahan Sabut Kelapa

Gambar 4. Pencacahan Sabut Kelapa Gambar 5. Pencampuran Sabut Kelapa


dan Dekomposer
50

Gambar 6. Sabut Kelapa yang Sudah Gambar 7. Benih Kacang Tanah


Tercampur Dekomposer

Gambar 9. Persiapan Lahan


Gambar 8. Mengupas Benih Kacang
Tanah
51

Gambar 10. Proses penanaman Gambar 11. Mengukur Jarak Tanam

Gambar 12. Senitasi Gambar 13. Mengukur Takaran POC


52

Gambar 14. Pengaplikasian POC Gambar 15. Penyiraman Tanaman

Gambar 16. Pengamatan Tanaman Gambar 17. Pengambilan Tanaman


Sampel
53

Gambar 18. Menimbang Tajuk Segar Gambar 19. Menimbang Akar Segar

Gambar 20. Memasukan Tanaman Gambar 21. Proses Pengovenan


Sampel Kedalam Oven
54

Gambar 22. Menimbang Bobot Gambar 23. Tanaman Kacang Tanah


Kering Tajuk Berbunga

Gambar 24. Hasil Panen Gambar 25. Proses Pemanenan


55

Gambar 26. Pemisahan Tajuk dan Gambar 27. Pemisahan Tajuk dan Kacang
Kacang Tanah Tanah

Gambar 28. Kacang Tanah Busuk Gambar 29. Tanaman Terserang Hama
Tikus
56

Gambar 30. Pemisahan Kacang Tanah dari Gambar 31. Penjemuran Kacang
Kulit Tanah

Gambar 32. Bobot Kering Kacang Tanah Gambar 33. Penimbangan Bobot
Kering Kacang Tanah

Anda mungkin juga menyukai