Oleh :
KHOIRUR ROZIKIN
D0A017120
i
TATALAKSANA PEMELIHARAAN SAPI POTONG DI EXPERIMENTAL FARM FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
Oleh :
KHOIRUR ROZIKIN
D0A017120
Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler pada Program Diploma Program
Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
iii
LAPORAN PRAKTIK KERJA
Oleh :
KHOIRUR ROZIKIN
D0A017120
Pembimbing I Pembimbing II
Novie Andri Setianto, S. Pt., M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Bambang Hartoyo, M.Si.
NIP . 19751130 199903 1 002 NIP 19601031 1987031001
iv
SURAT PERNYATAAN
Khoirur Rozikin
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil praktek
kerja yang berjudul “Tata laksana pemeliharaan sapi potong di experimental farm fakultas
peternakan universiteas jenderal soedirman”. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ismoyowati, S.Pt, MP. selaku Dekan Fakultas Peternakan beserta jajaranya
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
2. Ir. Bahrun, M.P dan Ir. Satrio Widi Purbojo, M.P., Ph.D selaku dosen pembimbing
praktek kerja yang telah membimbing praktik kerja dan penulisan laporan hasil
praktek kerja.
3. Bapak, ibu segenap keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat.
4. Seluruh staff dan karyawan yang ada di Experimental Farm Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan pengalaman praktek kerja.
Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja masih jauh dari sempurna, namun
demikian penulis berharap semoga laporan praktek kerja dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
RINGKASAN xii
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
II. MATERI DAN METODE 3
2.1 Materi 3
2.2 Metode 3
2.3 Cara Kerja 3
2.4 Waktu dan Tempat 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 5
3.1 Profil Exfarm 5
3.2 Profil Ternak 5
3.3 Pemeliharaan Ternak 7
3.3.1 Perkandangan 7
3.3.2 Pengelolaan 8
3.3.3 Pengendalian Penyakit 10
3.4 Pemberian Pakan 10
3.5 Penanganan dan Pengolahan Limbah 15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 22
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pemberian Pakan........................................................................................................ 11
2. Kebutuhan Nutrien Sapi.............................................................................................. 14
3. Kandungan Nutrien Pakan.......................................................................................... 14
4. Evaluasi Kecukupan Nutrien....................................................................................... 15
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sapi Peranakan Ongole............................................................................................... 5
2. Sapi Madura................................................................................................................ 5
3. Pembersihan Kandang................................................................................................ 8
4. Memandikan sapi........................................................................................................ 8
5. Pakan Konsentrat........................................................................................................ 10
6. Pakan Hijauan............................................................................................................. 10
7. Pencacahan Hijauan.................................................................................................... 11
8. Rumput Gajah............................................................................................................. 12
9. Konsentrat Sapi Potong.............................................................................................. 13
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Bobot Sapi Potong Experimental Farm UNSOED........................................................ 17
2. Evaluasi Kecukupan Nutrien....................................................................................... 17
x
RINGKASAN
xi
1
I. PENDAHULUAN
1.1
3
II.1 Materi
Ternak yang digunakan sebagai bahan praktek kerja di Experimental Farm Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman adalah sapi potong jenis peranakan ongole
dan sapi madura. Sapi potong yang digunakan untuk praktik kerja adalah sapi peranakan
ongole berjumlah 6 ekor dan sapi madura berjumlah 4 ekor. Kandang yang digunakan
yaitu kandang koloni tipe tail to tail dengan dinding berupa tembok beton dan lantai
kandang dengan model paving block. Model atap kandang yaitu monitoring roof dan
terbuat dari bahan asbes yang hanya menutupi bagian tempat pakan dan central alley.
Kandang berukuran 20 x 7 m. Hijauan yang diberikan yaitu rumput gajah. Konsentrat yang
diberikan berupa complate feed. Air yang diberikan Adlibitum atau tidak terbatas diambil
dari sumber mata air.
II.2 Metode
Pengumpulan data di lakukan setiap hari di lingkungan peternakan. Data yang di
peroleh penulis di dapatkan dari karyawan, petugas kesehatan, serta staff kandang. Data
yang di peroleh akan di analisis dan di bandingkan dengan literatur kemudian di susun
untuk menjadi laporan yang sesuai dengan format laporan yang sudah di tetapkan.
II.3 Cara Kerja
Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan minum, pencacahan
hijauan, pengadukan konsentrat, kontrol kesehatan, pembersihan tempat pakan dan
minum, pembersihan kandang, dan pengolahan limbah. Kegiatan insidental yang
dilakukan meliputi pemberian obat atau vitamin, desinfeksi. Kegiatan penunjang yang
dilakukan yaitu pencatatan data perkandangan, evaluasi kecukupan pakan, dan analisis
usaha melalui diskusi dan evaluasi dengan manajer dan pegawai.
II.4 Waktu dan Tempat
Praktik kerja dilaksanakan mulai tanggal 6 September 2020 sampai tanggal 6 Oktober
2020. Bertempat di Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
4
5
mempunyai sifat penotipik yang khas yaitu gelambir tebal berlipat-lipat membentuk garis
lurus tidak putus mulai dari dagu sampai ke ambing, warna putih polos dan jinak.
Sapi madura (Gambar 2) adalah sapi potong hibrida lokal asli Indonesia hasil
persilangan antara banteng dengan bos indicus (sapi zebu) yang secara genetik memiliki
sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan
penyakit. Karakteristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil,
kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut
dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas. Kontribusi
sapi madura sebagai sapi potong berkembang baik di Jawa Timur khususnya di pulau
Madura. Kontribusi sapi di Madura cukup besar sampai 24% dari kebutuhan sapi potong
yang berasal dari Jawa Timur.
dengan Arsanti (2018), yang menyatakan bahwa atap kandang bisa terbuat dari bahan
asbes, genting, rumbia, atau seng. Kandang untuk sapi potong bisa menggunakan atap
dari asbes, karena sapi potong lebih tahan terhadap panas. Atap asbes berfungsi agar sapi
dapat terlindung dari panas matahari dan guyuran hujan. Atap juga berfungsi menjaga
sapi dan suhu udara yang dingin agar tidak mudah terserang penyakit. Bentuk dan model
atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang,
sehingga memberikan kenyamanan di dalam kandang. Berdasarkan bentuk atap kandang
(monitor, semi monitor, gable dan shade), untuk atap pada dataran tinggi seharusnya
menggunakan atap model shade atau gable sedangkan untuk dataran rendah
menggunakan monitor dan semi monitor.
Kandang pada Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman yaitu tail to tail yang posisi kandangnya membujur dari barat ke timur.
Kelebihan kandang tail to tail yaitu mempermudah peternak dalam membersihkan
kotoran atau feses. Menurut tata cara pembuatan kandang yang baik, disarankan untuk
membangun kandang tunggal hendaknya menghadap ke timur dan untuk kandang ganda,
disarankan membujur utara ke selatan. Hal tersebut disebabkan karena untuk
pencahayaan arah sinar matahari dan juga arah angin yang baik untuk pertukaran atau
sirkulasi udara di dalam kandang (Arsanti, 2018). Sinar matahari mengandung vitamin D
yang dibutuhkan oleh ternak karena vitamin D berperan mengatur metabolisme mineral
untuk tulang dan organ lainnya.
3.3.2 Pengelolaan
Pembersihan kandang (Gambar 3) dilakukan setiap hari dengan tujuan untuk
mencegah timbulnya bibit penyakit dan mengurangi bau dari kotoran ternak. Kotoran
dialirkan ke selokan-selokan yang berada di setiap sisi kandang yang akan mengalir
menuju tempat penampungan kotoran. Pembersihan kandang dilakukan dengan
menggunakan selang air bertekanan tinggi. Kebersihan kandang merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kesehatan, sesuai dengan pernyataan Syafrial dkk. (2007),
bahwa tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi yaitu dengan memperhatikan
kebersihan kandang termasuk kebersihan ternak. Selain itu, lantai diusahakan selalu
kering untuk mencegah ternak terjatuh akibat licin.
9
Pembersihan bak pakan dilakukan sebelum pemberian pakan. Pakan yang masih
tersisa dikumpulkan kemudian langsung dibuang. Pakan sisa yang dibiarkan dikonsumsi
kembali oleh ternak akan menyebabkan gangguan pencernaan akibat dari sisa pakan yang
sudah terkontaminasi mikroba dan berjamur. Pembersihan air minum juga dilakukan
setiap hari dengan cara menguras bak air minum dan dilakukan bersamaan dengan
pembersihan kandang.
Sapi di Exfarm setiap pagi akan dimandikan. Proses memandikan sapi (Gambar 4)
dilakukan bersamaan dengan proses pembersihan kandang. Sapi dimandikan dengan cara
di siram dengan air melalui selang dan di sikat bagian badan dan kaki agar sapi merasa
nyaman serta mencegah bibit penyakit menyerang ternak dari kotoran yang menempel.
Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Syafrial dkk. (2007), sapi yang dimandikan
akan merasa nyaman dan terhindar dari serangan penyakit.
pakan yaitu konsentrat dan hijauan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siregar (1999),
bahwa pemberian pakan sapi yang baik dianjurkan dalam dua bentuk yaitu pakan kasar
(hijauan dan daun-daunan) yang berperan untuk memenuhi kebutuhan serat, dan pakan
konsentrat (sumber energi dan protein) untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya, seperti
tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemberian Bahan Pakan
Pemberian bahan pakan (Tabel 1) dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi
hari pukul 08.00 dan siang hari pukul 14.00 WIB. Pakan yang diberikan berupa bahan
pakan Konsentrat (Gambar 5) dan hijauan (Gambar 6). Konsentrat diberikan 2 jam
sebelum pemberian hijauan dengan metode component feeding, yaitu masing-masing
pakan diberikan secara terpisah dalam waktu yang berbeda. Petugas yang bertanggung
jawab dalam pemberian pakan adalah petugas feed control yang masih merupakan
kesatuan bagian dari feedlot. Selain memberikan pakan, petugas feed control juga
bertugas untuk memeriksa kebersihan pakan dari benda-benda asing dan mengontrol sisa
pakan.
Hijauan berupa rumput gajah berasal dari kebun di sekitar kandang yang berada di
Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Hijauan yang
diberikan pada sapi potong melalui proses pencacahan secara manual (Gambar 7).
Hijauan tersebut diberikan dengan kondisi sudah dicacah terlebih dahulu,. Pencacahan
dilakukan secara manual ketika akan di berikan pada ternak yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai kecernaan hijauan dan meningkatkan konsumsi pakan karena batang
dari hijauan yang lebih keras dapat dikonsumsi oleh ternak. Pencacahan hijauan
bertujuan agar seluruh bagian hijauan dapat termakan oleh ternak sehingga ternak tidak
bisa memilih pakan. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Utomo (2004)
pencacahan dapat memperluas permukaan hijauan sehingga laju pakan dalam rumen
menjadi cepat dan menurunkan energi untuk mencerna pakan.
Pemberian hijauan berupa rumput gajah sebanyak 30 kg/ ekor, jumlah hijauan yang
diberikan dalam sehari untuk 10 ekor sapi adalah 300 kg hijauan rumput gajah. Hijauan
dilayukan selama 1 hari sebelum diberikan pada ternak, hal tersebut bertujuan untuk
13
mengurangi jumlah kadar air yang terkandung di dalam rumput sehingga akan
meminimalisir adanya bloat atau kembung. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat
Iswandi, dkk. (2016) bahwa pakan hijauan sebaiknya diberikan secukupnya setelah
dilayukan. Pelayuan ini bertujuan mengurangi kadar air yang terkandung di dalamnya.
Sarwono (2002) menambahkan, pelayuan atau memberikan perlakuan terhadap bahan
pakan dapat menghilangkan getah atau racun yang dapat menimbulkan kembung dan
mencret.
konsumsi hijauan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astuti dkk. (2015), bahwa pemberian
konsentrat sebelum hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dalam rumen
sehingga rumen akan cepat kosong yang akhirnya dapat meningkatkan konsumsi ternak.
Hal ini disebabkan karena konsentrat dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen
sehingga proses fermentasi dalam rumen menjadi lebih cepat. Bata dan Sodiq (2014)
menyatakan bahwa pemberian konsentrat terlebih dahulu secara component feeding
dapat menyebabkan waktu makan sapi menjadi lebih singkat. Hal ini disebabkan karena
penurunan pH rumen akibat konsentrat yang mudah dicerna sehingga menyebabkan
kondisi rumen menjadi tidak nyaman dan ternak akan mengurangi konsumsinya yang
kemudian akan mengurangi lama waktu makan. Namun dengan pemberian hijauan
setelah konsentrat dapat menstabilkan kembali pH rumen sehingga ternak akan nyaman
kembali untuk mengonsumsi pakan.
Salah satu sampel sapi dijadikan sampel evaluasi kecukupan pakan, yaitu sapi jenis
sapi madura. Diketahui bahwa bobot rata-rata yaitu 350 kg,. Jumlah ternak dalam
kandang yaitu 10 ekor. Berdasarkan data tersebut, kebutuhan nutrien sapi madura dapat
dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Sapi
Bahan pakan yang diberikan yaitu hijauan berupa rumput gajah dan konsentrat.
Evaluasi nutrisi pakan dihitung berdasarkan bahan kering yang terkandung dalam pakan.
Kandungan nutrien pakan yang diberikan disajikan dalam Tabel 3 dan perhitungan
selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3. Kandungan Nutrien Bahan Pakan
kecukupan pakan dilihat dari selisih konsumsi pakan dengan kebutuhan nutrien pakan
ternak. Evaluasi kecukupan pakan tertera dalam Tabel 4.
Tabel 4. Evaluasi Kecukupan Nutrien
Tabel 4 merupakan hasil perhitungan evaluasi kecukupan pakan (Lampiran 2). Hasil
tersebut menunjukkan selisih nutrisi pada pakan sapi potong yaitu Bahan kering + 0,6
gram; PK + 0,05 gram; TDN – 0,72 gram; Ca +23,2 gram; P +27,8 gram. Selisih pakan
tersebut memberi dampak pada bobot sapi potong. Kebutuhan nutrien sapi cukup
terpenuhi dengan pemberian pakan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Armin
(2014) nutrisi memiliki pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan status reproduksi
ternak ruminan.
III.5 Penanganan dan Pengolahan Limbah
Limbah menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam usaha peternakan.
Limbah peternakan di Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman terbagi menjadi dua jenis, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat
diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan limbah cair digunakan menjadi pupuk organik
cair lalu dialirkan ke kebun hijauan di sekitar kandang. Proses pengolahan limbah
melibatkan agen dekomposer untuk mempercepat proses dekomposisi. Proses
dekomposer di Experimental Farm menggunakan digester sebagai medianya untuk
dimanfaatkan gas hasil dekomposisi menjadi bahan bakar biogas. Penjelasan tersebut
sesuai dengan pendapat Hidayatullah (2005), salah satu upaya untuk mengurangi limbah
adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan usaha lainya seperti pemanfaatan fases
untuk budidaya sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis.
Limbah padat berasal dari kotoran ternak, sedangkan limbah cair berasal dari urin
ternak dan sisa pembersihan kandang dan tempat minum. Kedua limbah tersebut
bercampur saat pembersihan kandang, sehingga yang terbentuk adalah lumpur feses.
Feses dari kandang dibersihkan dengan air bertekanan tinggi menuju tempat
penampungan limbah berupa digester yang nantinya akan di olah dan dimanfaatkan
16
menjadi pupuk organik yang baik untuk tanaman. Penjelasan tersebut sesuai dengan
pendapat Menurut Ariyanto (2011), selama proses pemeraman akan terjadi proses
pembusukan feses menjadi bahan yang lapuk dan terjadi pelepasan unsur hara yang
dapat diserap oleh tanaman.
17
IV.1 Kesimpulan
1. Manajemen pemeliharaan sapi di Exfarm potong sudah cukup baik.
2. Jenis Sapi potong yang di Exfarm adalah jenis sapi Madura dan sapi Peranakan
Ongole.
3. Evaluasi kecukupan nutrien sapi potong di Exfarm sudah cukup baik dalam hal
BK,TDN, PK, Ca, P.
4. Limbah hasil peternakan sapi potong di Exfarm di olah menjadi biogas dan pupuk
organik untuk memupuk lahan hijauan di sekitar kandang.
IV.2 Saran
Tingkatkan program biosekurity agar tidak ada bibit penyakit yang masuk ke area
exfarm dan menjaga agar ternak tidak terserang bibit penyakit dari luar area farm.
18
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A., Erwanto, dan P. E. Santosa. 2015. Pengaruh Cara Pemberian Konsentrat-
Hijauan terhadap Respon Fisiologis dan Performa Sapi Peranakan Simmental. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 3(4): 201-207.
Ariyanto, S.E. 2011. Perbaikan Kualitas Pupuk Kandang Sapi dan Aplikasinya pada
Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Sains dan Teknologi. Vol.
4(2): 164-175.
Bata, M. dan A. Sodiq. 2014. Tingkah Laku Makan Sapi Peranakan Ongole yang Diberi
Pakan Berbasis Jerami Amoniasi dengan Metode Pemberian yang Berbeda. Agripet.
Vol. 14(1); 17-24.
Rasyid. A. dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian.
Sandi, S dan P. P. Purnama. 2017. Manajemen Perkandangan Sapi Potong di Desa Sejaro
Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya 4(1): 13.
Sarwono, B. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Kelinci Potong dan Hias.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Siregar, 1999. Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama. Penebar Swadaya. Jakarta.
19
LAMPIRAN
1. Konsentrat :
BK = 5 kg x 88 % = 4,4 kg
PK = 4,4 kg x 14 % = 0,61 kg
TDN = 4,4 kg x 85 % = 3,74 kg
Ca = 4,4 kg x 0,8 % = 35,2 g
P = 4,4 kg x 0,45 % = 19,8 g
21
2. Rumput gajah :
BK = 30 kg x 18 % = 5,4 kg
PK = 5,4 kg x 9,1 % = 0,49 kg
TDN = 5,4 kg x 55 % = 2,97 kg
Ca = 5,4 kg x 0,5 % = 27 g
P = 5,4 kg x 0,5 % = 27 g
Total Konsumsi Nutrien
A. Biaya Investasi
Modal Satuan Nilai Baru Nilai Sisa (Rp) Daya Tahan Penyusutan
(Rp) (Thn) (Rp)
C. Biaya Variabel
Harga bakalan per tahun
1 kg BB = Rp. 37.000,00
= 10 ekor x 1 periode x Rp. 37.000,00 x 226,5 kg = Rp. 150.849.000,00
Biaya pakan konsentrat per tahun
= 10 ekor x 1 periode x 120 hari x 5 kg pakan x Rp. 2.800,00
= Rp. 16.800.000,00
Biaya hijauan per tahun
= 10 ekor x 1 periode x 120 hari x 30 kg pakan x Rp. 150,00
= Rp. 5.400.000,00
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis mempunyai nama lengkap Khoirur Rozikin kelahiran di Taliwang pada tanggal
27 Februari 1998 dengan alamat rumah Taliwang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan di SDN Negeri 4 Taliwang pada tahun 2004 sampai dengan 2010.
2. Melanjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 1 Taliwang pada tahun 2010 sampai
tahun 2013.
3. Melanjutkan ke tingkat atas di SMK Negeri 1 Taliwang pada tahun 2013 sampai
tahun 2016.
4. Tahun 2017 di terima di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis