Anda di halaman 1dari 36

TATALAKSANA PEMELIHARAAN SAPI POTONG DI EXPERIMENTAL FARM FAKULTAS

PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA

Oleh :

KHOIRUR ROZIKIN
D0A017120

KEMENTERIAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2021

i
TATALAKSANA PEMELIHARAAN SAPI POTONG DI EXPERIMENTAL FARM FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Tata laksana pemeliharaan sapi potong di experimental farm fakultas peternakan


universiteas jenderal soedirman

LAPORAN PRAKTIK KERJA

Oleh :

KHOIRUR ROZIKIN
D0A017120

Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler pada Program Diploma Program
Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
ii
2021

iii
LAPORAN PRAKTIK KERJA

TATALAKSANA PEMELIHARAAN SAPI POTONG DI EXPERIMENTAL FARM FAKULTAS


PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Oleh :
KHOIRUR ROZIKIN
D0A017120

Diterima dan Disetujui


Pada tanggal……..

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Bahrun, M.P Ir. Satrio Widi Purbojo, M.P., Ph.D


NIP. 19570403 198503 1 002 NIP . 19571108 198601 1 001

Wakil Dekan Bidang Akademik Koordinator Program Studi D-III


Budidaya Ternak

Novie Andri Setianto, S. Pt., M.Sc., Ph.D Dr. Ir. Bambang Hartoyo, M.Si.
NIP . 19751130 199903 1 002 NIP 19601031 1987031001

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Khoirur Rozikin
NIM : D0A017120
Angkatan : 2017
Saya menyatakan bahwa dalam menyusun Laporan Kerja Praktik tidak terdapat karya
orang lain yang pernah diajukan untuk keperluan penulisan ilmiah di suatu perguruan
tinggi, kecuali secara tertulis saya ajukan dalam naskah ini dan saya sebutkan dalam
daftar pustaka.
Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dalam pembuatan
pernyataan ini ada yang tidak benar saya bersedia menerima sangsi yang berlaku.

Purwokerto, April 2021


Yang menyatakan,

Khoirur Rozikin

v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil praktek
kerja yang berjudul “Tata laksana pemeliharaan sapi potong di experimental farm fakultas
peternakan universiteas jenderal soedirman”. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ismoyowati, S.Pt, MP. selaku Dekan Fakultas Peternakan beserta jajaranya
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
2. Ir. Bahrun, M.P dan Ir. Satrio Widi Purbojo, M.P., Ph.D selaku dosen pembimbing
praktek kerja yang telah membimbing praktik kerja dan penulisan laporan hasil
praktek kerja.
3. Bapak, ibu segenap keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat.
4. Seluruh staff dan karyawan yang ada di Experimental Farm Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan pengalaman praktek kerja.
Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja masih jauh dari sempurna, namun
demikian penulis berharap semoga laporan praktek kerja dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Purwokerto, April 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
RINGKASAN xii
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
II. MATERI DAN METODE 3
2.1 Materi 3
2.2 Metode 3
2.3 Cara Kerja 3
2.4 Waktu dan Tempat 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 5
3.1 Profil Exfarm 5
3.2 Profil Ternak 5
3.3 Pemeliharaan Ternak 7
3.3.1 Perkandangan 7
3.3.2 Pengelolaan 8
3.3.3 Pengendalian Penyakit 10
3.4 Pemberian Pakan 10
3.5 Penanganan dan Pengolahan Limbah 15
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 22

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Pemberian Pakan........................................................................................................ 11
2. Kebutuhan Nutrien Sapi.............................................................................................. 14
3. Kandungan Nutrien Pakan.......................................................................................... 14
4. Evaluasi Kecukupan Nutrien....................................................................................... 15

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Sapi Peranakan Ongole............................................................................................... 5
2. Sapi Madura................................................................................................................ 5
3. Pembersihan Kandang................................................................................................ 8
4. Memandikan sapi........................................................................................................ 8
5. Pakan Konsentrat........................................................................................................ 10
6. Pakan Hijauan............................................................................................................. 10
7. Pencacahan Hijauan.................................................................................................... 11
8. Rumput Gajah............................................................................................................. 12
9. Konsentrat Sapi Potong.............................................................................................. 13

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Bobot Sapi Potong Experimental Farm UNSOED........................................................ 17
2. Evaluasi Kecukupan Nutrien....................................................................................... 17

x
RINGKASAN

Praktik kerja di yang berjudul “Tatalaksana Pememliharaan Sapi Potong di


Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman” dilaksanakan di
Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto,
Kabupaten Banyumas pada tanggal 6 September 2020 sampai 6 Oktober 2020.
Experimental Farm mengelola usaha pengggemukan, dan sarana edukasi pembelajaran
mahasiswa fakultas peternakan. Fokus utama dari experimental farm adalah bidang
penggemukan. Jumlah populasi sapi penggemukan terakhir yaitu sebanyak 10 ekor.
Kegiatan yang dilakukan selama praktik kerja meliputi pemeriksaan kesehatan hewan,
pemberian pakan dan minum, produksi pakan, pembersihan kandang, tempat pakan, dan
tempat minum, penanganan dan pengolahan limbah, penerimaan dan penjualan ternak,
induksi, desinfeksi ternak dan kandang, serta pencatatan data perkandangan, evaluasi
kecukupan pakan, dan analisis usaha.
Sapi yang dipelihara terdiri dari sapi Peranakan Ongole dan Madura. Metode yang
digunakan adalah metode partisipatif yaitu dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan sapi
potong. Data diperoleh dari pengamatan langsung, kegiatan tanya jawab dan arsip di
Experimental Farm Fakultas Peternakan.
Jenis kandang yang digunakan yaitu kandang koloni tipe tail to tail dengan dinding
berupa tembok beton dan lantai kandang dengan model paving block. Model atap
kandang yaitu monitoring roof dan terbuat dari bahan asbes yang hanya menutupi bagian
tempat pakan dan central alley. Tempat pakan berbentuk palungan dengan bahan dasar
semen, sedangkan tempat minum berbahan dasar semen yang dilapisi dengan keramik.
Pembersihan kandang dilakukan setiap hari. Penanganan limbah yang dilakukan yaitu
limbah padat dan cair untuk dijadikan biogas dan pupuk kompos.
Pakan diberikan secara component feeding dengan frekuensi dua kali per hari pada
pagi dan siang hari, diawali oleh pemberian konsentrat sebelum hijauan. Hijauan yang
diberikan berupa rumput gajah. Rasio konsentrat diperbesar seiring bertambahnya lama
pemeliharaan, namun pemberian hijauan sedikit diperbanyak pada fase akhir
pemeliharaan untuk mengurangi lemak karkas. Konsentrat yang diberikan dibeli dari
pabrik konsentrat di wilayah purwokerto.

Kata kunci : Experimentalfarm, penggemukan, peranakan ongole (PO)

xi
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan jumlah penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun di imbangi
dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Nilai gizi dapat di
peroleh dari hasil olahan peternakan salah satunya daging. Kebutuhan daging yang terus
meningkat dari tahun ketahun mengakibatkan dunia peternakan khususnya sapi potong
mempunyai nilai lebih. Permintaan daging terus meningkat di karenakan populsi manusia
yang semakin bertambah, tetapi tidak sebanding dengan populasi sapi potong di
indonesia sehingga jumlah import sapi potong dan daging masih sangat tinggi.
Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai
produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengandangkan secara terus-
menerus selama periode tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan produksi daging
dengan mutu yang lebih baik dan berat yang lebih sebelum ternak dipotong. Sapi potong
adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya,
seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik.
Experimental Farm sebagai sarana peningkatan mutu pendidikan dengan optimalisasi
sumberdaya manusia serta sarana prasarana yang memadai dalam menuju kemajuan dan
eksistensi Fakultas Peternakan Unsoed dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas,
yang berorientasi pada pembentukan lulusan yang cerdas serta kompeten pada
pengembangan sumberdaya peternakan dan kearifan lokal secara berkelanjutan, melalui
penguasaan sains juga teknologi peternakan, yang berdaya saing dan berahkhlaq.
Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya bertumpu pada tenaga pengajar dan SDM,
sarana prasarana jadi pendukung dalam upaya peningkatan mutu pendidikan tinggi.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui secara langsung serangkaian manajemen pemeliharaan sapi potong secara
umum dan khusus mengenai manajemen pemeliharaan di Experimental Farm dengan
mengikuti kegiatan secara langsung bersama tenaga kerja yang ada.
2. Menerapkan dan membandingkan semua dasar-dasar teori baik manajemen secara
umum dan secara khusus terkait manajemen pemeliharaan sapi potong secara teori
2

dengan kenyataan di Experimental Farm agar bisa membedakan kebenaran teori


dengan kenyataan di lapangan.
I.3 Manfaat
1. Mendapat pengalaman, wawasan, keterampilan dan kemampuan dalam manajemen
pemeliharaan secara umum dan secara khusus yaitu manajemen pakan sapi potong
dalam lingkup suatu farm..
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman serta kemampuan untuk bekerja secara tim
maupun individual dalam memelihara sapi potong.
3. Mahasiswa memiliki keterampilan dalam pemeliharaan sapi potong sehingga dapat
diterapkan di kemudian hari.

1.1
3

II. MATERI DAN METODE

II.1 Materi
Ternak yang digunakan sebagai bahan praktek kerja di Experimental Farm Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman adalah sapi potong jenis peranakan ongole
dan sapi madura. Sapi potong yang digunakan untuk praktik kerja adalah sapi peranakan
ongole berjumlah 6 ekor dan sapi madura berjumlah 4 ekor. Kandang yang digunakan
yaitu kandang koloni tipe tail to tail dengan dinding berupa tembok beton dan lantai
kandang dengan model paving block. Model atap kandang yaitu monitoring roof dan
terbuat dari bahan asbes yang hanya menutupi bagian tempat pakan dan central alley.
Kandang berukuran 20 x 7 m. Hijauan yang diberikan yaitu rumput gajah. Konsentrat yang
diberikan berupa complate feed. Air yang diberikan Adlibitum atau tidak terbatas diambil
dari sumber mata air.
II.2 Metode
Pengumpulan data di lakukan setiap hari di lingkungan peternakan. Data yang di
peroleh penulis di dapatkan dari karyawan, petugas kesehatan, serta staff kandang. Data
yang di peroleh akan di analisis dan di bandingkan dengan literatur kemudian di susun
untuk menjadi laporan yang sesuai dengan format laporan yang sudah di tetapkan.
II.3 Cara Kerja
Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan minum, pencacahan
hijauan, pengadukan konsentrat, kontrol kesehatan, pembersihan tempat pakan dan
minum, pembersihan kandang, dan pengolahan limbah. Kegiatan insidental yang
dilakukan meliputi pemberian obat atau vitamin, desinfeksi. Kegiatan penunjang yang
dilakukan yaitu pencatatan data perkandangan, evaluasi kecukupan pakan, dan analisis
usaha melalui diskusi dan evaluasi dengan manajer dan pegawai.
II.4 Waktu dan Tempat
Praktik kerja dilaksanakan mulai tanggal 6 September 2020 sampai tanggal 6 Oktober
2020. Bertempat di Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
4
5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Profil Exfarm


Fakultas peternakan yang berdiri melalui Keputusan Menteri PTIP No. 275/1965
tertanggal 3 Desember 1965 dan diresmikan pada 10 Pebruari 1966 terus berbenah
dalam memberikan pelayanan pendidikan dari peningkatan sarana perkuliahan yang
representative, didukung infrastruktur perkuliahan dan laboratorium yang representatif
seperti, Experimental atau Teaching Farm, Pabrik Pakan Mini, Perpustakaan, Jaringan
Internet, Laboratorium Komputer, & Bahasa Inggris. Fakultas peternakan memiliki unit
Experimental Farm dengan fasilitas ternak sapi potong, sapi perah, domba, kambing dan
aneka unggas. Luas bangunan kandang dan kebun rumput 23.041 m2. Luas lahan yang
digunakan untuk kandang adalah 1834,5 m2 yang terdiri dari 15 unit kandang (sapi perah,
sapi potong, domba, kambing, ayam, kandang penelitian dan kandang karantina) dengan
luas 1533 m2, closed house kapsitas 20.000 ekor ayam broiler per periode dan ruang
kantor, ruang pertemuan dan gudang seluas 301,54 m2.  Disamping itu Experimental
Farm juga mengelola lahan rumput seluas 18.237,4 m2 dan rumah kaca seluas 415,96 m2.
III.2 Profil Ternak
Sapi Ongole (Bos indicus) memberikan peran yang penting dalam sejarah sapi di
Indonesia. Sapi Ongole jantan dibawa dari daerah Madras, dan daerah Zebu India ke
pulau Jawa, Madura dan Sumba. Di Sumba dikenal dengan sapi Sumba Ongole. Sapi
Sumba Ongole (SO) dibawa ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi asal jawa dan kemudian
dikenal dengan peranakan ongole (PO). Istilah sebutan lainnya adalah sapi putih, sapi
lokal atau sapi jawa. Wilayah sebaran pengembangan sapi PO yaitu Kabupaten Kebumen,
Pati, Rembang, Blora, Grobogan, Wonogiri, dan Boyolali.
Sapi PO Kebumen (Gambar 1) merupakan aset ternak Jawa Tengah yang mempunyai
nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Sapi PO tersebut terbukti memberikan manfaat bagi
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pupuk organik untuk mendukung
usaha pertanian. Selain itu, Sapi PO Kebumen mempunyai pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan sapi PO pada umunya yang tersebar di Indonesia, bobot badannya dapat
mencapai 900 kg, mempunyai sifat tahan terhadap kondisi pakan yang terbatas, serta
6

mempunyai sifat penotipik yang khas yaitu gelambir tebal berlipat-lipat membentuk garis
lurus tidak putus mulai dari dagu sampai ke ambing, warna putih polos dan jinak.

Gambar 1. Sapi Peranakan Ongole

Sapi madura (Gambar 2) adalah sapi potong hibrida lokal asli Indonesia hasil
persilangan antara banteng dengan bos indicus (sapi zebu) yang secara genetik memiliki
sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan
penyakit. Karakteristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil,
kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut
dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas. Kontribusi
sapi madura sebagai sapi potong berkembang baik di Jawa Timur khususnya di pulau
Madura. Kontribusi sapi di Madura cukup besar sampai 24% dari kebutuhan sapi potong
yang berasal dari Jawa Timur.

Gambar 2. Sapi Madura


7

III.3 Pemeliharaan Ternak


2
3.3.1 Perkandangan
Menurut Sandi dan Purnama (2017), kandang merupakan salah satu faktor
lingkungan hidup ternak, harus bisa memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan
nyaman sesuai dengan tuntutan hidup ternak dan bangunan kandang diupayakan harus
mampu melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari luar seperti sengatan
matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Lokasi kandang Experimental
Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman berdekatan dengan jalan raya
sehingga mempermudah transportasi dan distribusi, persyaratan kandang sesuai dengan
RUTR (Rotasi Umum Tata Ruang). Letak kandang dekat dengan penduduk tetapi
disekeliling kandang terdapat lahan yang digunakan sebagai kebun pertanian sehingga
tidak menimbulkan pencemaran bagi penduduk sekitar. Suhu lingkungan di sekitar
kandang berkisar 29˚C dengan kelembapan 73%. Hal tersebut tidak sesuai dengan Siregar
(2003), yang menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi kandang syaratnya tidak
berdekatan dengan pemukiman penduduk dan sekurang-kurangnya jarak antara
peternakan dan pemukiman sekitar 10 meter, pembuangan limbah tersalurkan,
persediaan air cukup dan jauh dari keramaian.
Kandang yang digunakan yaitu kandang koloni tipe tail to tail dengan dinding berupa
tembok beton dan lantai kandang dengan model paving block. Kandang berukuran 20 x 7
m. Kandang sapi potong di Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman memiliki tipe tail to tail yang berfungsi memudahkan peternak dalam
pengamatan pada ternak sapi potong dan memberikan kenyamanan pada ternak.
Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Rasyid dan Hartati (2007), bahwa tipe
kandang sangat mempengaruhi untuk menciptakan kenyamanan bagi ternak maka
pembangunan kandang harus didasarkan pada agroekosistem wilayah setempat, tujuan
pemeliharaan, dan status fisiologis ternak.
Model atap kandang sapi potong di Experimental Farm Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman yaitu monitoring roof dan terbuat dari bahan asbes yang
hanya menutupi bagian tempat pakan dan central alley. Penggunaan atap berbahan asbes
karena mudah didapat, tahan lama dan harga yang terjangkau. Hal tersebut sesuai
8

dengan Arsanti (2018), yang menyatakan bahwa atap kandang bisa terbuat dari bahan
asbes, genting, rumbia, atau seng. Kandang untuk sapi potong bisa menggunakan atap
dari asbes, karena sapi potong lebih tahan terhadap panas. Atap asbes berfungsi agar sapi
dapat terlindung dari panas matahari dan guyuran hujan. Atap juga berfungsi menjaga
sapi dan suhu udara yang dingin agar tidak mudah terserang penyakit. Bentuk dan model
atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang,
sehingga memberikan kenyamanan di dalam kandang. Berdasarkan bentuk atap kandang
(monitor, semi monitor, gable dan shade), untuk atap pada dataran tinggi seharusnya
menggunakan atap model shade atau gable sedangkan untuk dataran rendah
menggunakan monitor dan semi monitor.
Kandang pada Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman yaitu tail to tail yang posisi kandangnya membujur dari barat ke timur.
Kelebihan kandang tail to tail yaitu mempermudah peternak dalam membersihkan
kotoran atau feses. Menurut tata cara pembuatan kandang yang baik, disarankan untuk
membangun kandang tunggal hendaknya menghadap ke timur dan untuk kandang ganda,
disarankan membujur utara ke selatan. Hal tersebut disebabkan karena untuk
pencahayaan arah sinar matahari dan juga arah angin yang baik untuk pertukaran atau
sirkulasi udara di dalam kandang (Arsanti, 2018). Sinar matahari mengandung vitamin D
yang dibutuhkan oleh ternak karena vitamin D berperan mengatur metabolisme mineral
untuk tulang dan organ lainnya.
3.3.2 Pengelolaan
Pembersihan kandang (Gambar 3) dilakukan setiap hari dengan tujuan untuk
mencegah timbulnya bibit penyakit dan mengurangi bau dari kotoran ternak. Kotoran
dialirkan ke selokan-selokan yang berada di setiap sisi kandang yang akan mengalir
menuju tempat penampungan kotoran. Pembersihan kandang dilakukan dengan
menggunakan selang air bertekanan tinggi. Kebersihan kandang merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kesehatan, sesuai dengan pernyataan Syafrial dkk. (2007),
bahwa tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi yaitu dengan memperhatikan
kebersihan kandang termasuk kebersihan ternak. Selain itu, lantai diusahakan selalu
kering untuk mencegah ternak terjatuh akibat licin.
9

Gambar 3. Pembersihan Kandang

Pembersihan bak pakan dilakukan sebelum pemberian pakan. Pakan yang masih
tersisa dikumpulkan kemudian langsung dibuang. Pakan sisa yang dibiarkan dikonsumsi
kembali oleh ternak akan menyebabkan gangguan pencernaan akibat dari sisa pakan yang
sudah terkontaminasi mikroba dan berjamur. Pembersihan air minum juga dilakukan
setiap hari dengan cara menguras bak air minum dan dilakukan bersamaan dengan
pembersihan kandang.
Sapi di Exfarm setiap pagi akan dimandikan. Proses memandikan sapi (Gambar 4)
dilakukan bersamaan dengan proses pembersihan kandang. Sapi dimandikan dengan cara
di siram dengan air melalui selang dan di sikat bagian badan dan kaki agar sapi merasa
nyaman serta mencegah bibit penyakit menyerang ternak dari kotoran yang menempel.
Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Syafrial dkk. (2007), sapi yang dimandikan
akan merasa nyaman dan terhindar dari serangan penyakit.

Gambar 4. Memandikan sapi


10

3.3.3 Pengendalian Penyakit


Kegiatan pengendalian penyakit di Experimental Farm Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman yang dilakukan meliputi pengontrolan kesehatan,
penanganan ternak sakit, dan pengobatan. Pengontrolan dilakukan setiap hari dengan
cara mengamati ternak satu persatu. Tingkah laku ternak akan terlihat apabila ternak
tersebut terkena penyakit, baik nafsu makan serta gerakan yang tidak aktif menandakan
ternak terjadi masalah pada kesehatanya.
Pengontrolan kesehatan di Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman dilakukan melalui pengamatan pada kondisi tubuh, cara berjalan dan
alat vital ternak, seperti kelembaban hidung, alat pernapasan, dan nafsu makan ternak
dengan melihat sisa pakan. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui perubahan
fisik ternak sehingga dapat menentukan apakah ternak tersebut terkena penyakit atau
tidak. Menurut Kartasudjana (2001), secara visual ternak yang sakit terlihat lemas, kurang
aktif, hidung kering dan terdapat leleran tidak normal, serta bila berjalan terlihat pincang.
Pertimbangan pengobatan ternak didasarkan atas beberapa hal seperti biaya
pengobatan dan tingkat kemungkinan sembuh. Ternak sakit yang memiliki peluang
sembuh kecil akan segera diafkirkan. Pengobatan tidak hanya diberikan pada ternak yang
terserang penyakit, tetapi juga diberikan pada ternak yang menunjukan gejala penyakit,
seperti anoreksia atau hilang nafsu makan. Ternak yang memiliki gejala anoreksia disuntik
dengan injectamin atau vitamin B12 untuk meningkatkan nafsu makan.
Pemberian antibiotik harus memperhatikan kondisi ternak dan biasanya dijadikan
obat terakhir yang diberikan jika ternak tidak menunjukkan tanda kesembuhan.
Pengobatan berulang juga dilakukan agar ternak tidak resisten terhadap antibiotik yang
diberikan. Ternak yang diidentifikasi terkena penyakit dipisahkan dengan sapi lainya
dengan pertimbangan agar lebih mudah mengontrol kesehatan dan mencegah perluasan
penyakit, terutama penyakit yang disebabkan karena infeksi bakteri.
III.4 Pemberian Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang strategis, karena memberikan kontribusi 70
persen dari total biaya produksi. Pakan yang diberikan kepada ternak harus mampu
memenuhi kebutuhan ternak secara kuantitatif, kualitatif dan seimbang diantara zat gizi
yang dikandungnya. Pakan yang diberikan pada ternak sapi potong terdiri atas dua bahan
11

pakan yaitu konsentrat dan hijauan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siregar (1999),
bahwa pemberian pakan sapi yang baik dianjurkan dalam dua bentuk yaitu pakan kasar
(hijauan dan daun-daunan) yang berperan untuk memenuhi kebutuhan serat, dan pakan
konsentrat (sumber energi dan protein) untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya, seperti
tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemberian Bahan Pakan

No Pakan Jumlah/ekor/hari (kg)


1 Rumput Gajah 30
2 Konsentrat 5

Pemberian bahan pakan (Tabel 1) dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi
hari pukul 08.00 dan siang hari pukul 14.00 WIB. Pakan yang diberikan berupa bahan
pakan Konsentrat (Gambar 5) dan hijauan (Gambar 6). Konsentrat diberikan 2 jam
sebelum pemberian hijauan dengan metode component feeding, yaitu masing-masing
pakan diberikan secara terpisah dalam waktu yang berbeda. Petugas yang bertanggung
jawab dalam pemberian pakan adalah petugas feed control yang masih merupakan
kesatuan bagian dari feedlot. Selain memberikan pakan, petugas feed control juga
bertugas untuk memeriksa kebersihan pakan dari benda-benda asing dan mengontrol sisa
pakan.

Gambar 5. Bahan Pakan Konsentrat


12

Gambar 6. Bahan Pakan Hijauan

Hijauan berupa rumput gajah berasal dari kebun di sekitar kandang yang berada di
Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Hijauan yang
diberikan pada sapi potong melalui proses pencacahan secara manual (Gambar 7).
Hijauan tersebut diberikan dengan kondisi sudah dicacah terlebih dahulu,. Pencacahan
dilakukan secara manual ketika akan di berikan pada ternak yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai kecernaan hijauan dan meningkatkan konsumsi pakan karena batang
dari hijauan yang lebih keras dapat dikonsumsi oleh ternak. Pencacahan hijauan
bertujuan agar seluruh bagian hijauan dapat termakan oleh ternak sehingga ternak tidak
bisa memilih pakan. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Utomo (2004)
pencacahan dapat memperluas permukaan hijauan sehingga laju pakan dalam rumen
menjadi cepat dan menurunkan energi untuk mencerna pakan.

Gambar 7. Pencacahan Hijauan

Pemberian hijauan berupa rumput gajah sebanyak 30 kg/ ekor, jumlah hijauan yang
diberikan dalam sehari untuk 10 ekor sapi adalah 300 kg hijauan rumput gajah. Hijauan
dilayukan selama 1 hari sebelum diberikan pada ternak, hal tersebut bertujuan untuk
13

mengurangi jumlah kadar air yang terkandung di dalam rumput sehingga akan
meminimalisir adanya bloat atau kembung. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat
Iswandi, dkk. (2016) bahwa pakan hijauan sebaiknya diberikan secukupnya setelah
dilayukan. Pelayuan ini bertujuan mengurangi kadar air yang terkandung di dalamnya.
Sarwono (2002) menambahkan, pelayuan atau memberikan perlakuan terhadap bahan
pakan dapat menghilangkan getah atau racun yang dapat menimbulkan kembung dan
mencret.

Gambar 8. Rumput Gajah

Gambar 9. Konsentrat Sapi Potong

Pemberian konsentrat (Gambar 9) adalah 5 kg/ekor dalam waktu sehari, pemberian


dengan populasi 10 ekor maka konsentrat yang dibutuhkan adalah 50 kg/hari. Pemberian
konsentrat dilakukan dua jam sebelum pemberian hijauan bertujuan untuk meningkatkan
14

konsumsi hijauan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astuti dkk. (2015), bahwa pemberian
konsentrat sebelum hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dalam rumen
sehingga rumen akan cepat kosong yang akhirnya dapat meningkatkan konsumsi ternak.
Hal ini disebabkan karena konsentrat dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen
sehingga proses fermentasi dalam rumen menjadi lebih cepat. Bata dan Sodiq (2014)
menyatakan bahwa pemberian konsentrat terlebih dahulu secara component feeding
dapat menyebabkan waktu makan sapi menjadi lebih singkat. Hal ini disebabkan karena
penurunan pH rumen akibat konsentrat yang mudah dicerna sehingga menyebabkan
kondisi rumen menjadi tidak nyaman dan ternak akan mengurangi konsumsinya yang
kemudian akan mengurangi lama waktu makan. Namun dengan pemberian hijauan
setelah konsentrat dapat menstabilkan kembali pH rumen sehingga ternak akan nyaman
kembali untuk mengonsumsi pakan.
Salah satu sampel sapi dijadikan sampel evaluasi kecukupan pakan, yaitu sapi jenis
sapi madura. Diketahui bahwa bobot rata-rata yaitu 350 kg,. Jumlah ternak dalam
kandang yaitu 10 ekor. Berdasarkan data tersebut, kebutuhan nutrien sapi madura dapat
dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Sapi

Bobot Sapi (kg) BK (kg) PK (kg) TDN (kg) Ca (g) P (g)


350 9,2 1,05 6,5 39 19
Sumber : Nutrient Requirements of Beef Cattle, NRC (2000)

Bahan pakan yang diberikan yaitu hijauan berupa rumput gajah dan konsentrat.
Evaluasi nutrisi pakan dihitung berdasarkan bahan kering yang terkandung dalam pakan.
Kandungan nutrien pakan yang diberikan disajikan dalam Tabel 3 dan perhitungan
selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3. Kandungan Nutrien Bahan Pakan

Pakan BK (kg) PK (kg) TDN (kg) Ca (g) P (g)


Konsentrat 4,4 0,61 3,74 35,2 19,8
Rumput gajah 5,4 0,49 2,97 27 27
Total 9,8 1,1 6,71 62,2 46,8

Kecukupan pakan sapi madura di kandang Experimental Farm Fakultas Peternakan


Universitas Jenderal Soedirman evaluasi berdasarkan data-data tersebut. Evaluasi
15

kecukupan pakan dilihat dari selisih konsumsi pakan dengan kebutuhan nutrien pakan
ternak. Evaluasi kecukupan pakan tertera dalam Tabel 4.
Tabel 4. Evaluasi Kecukupan Nutrien

BK (kg) PK (kg) TDN (kg) Ca (g) P (g)


Kebutuhan 9,2 1,05 6,5 39 19
Pemberian 9,8 1,1 6,71 62,2 46,8
Selisih + 0,6 + 0,05 + 0,21 +23,2 + 27,8

Tabel 4 merupakan hasil perhitungan evaluasi kecukupan pakan (Lampiran 2). Hasil
tersebut menunjukkan selisih nutrisi pada pakan sapi potong yaitu Bahan kering + 0,6
gram; PK + 0,05 gram; TDN – 0,72 gram; Ca +23,2 gram; P +27,8 gram. Selisih pakan
tersebut memberi dampak pada bobot sapi potong. Kebutuhan nutrien sapi cukup
terpenuhi dengan pemberian pakan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Armin
(2014) nutrisi memiliki pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan status reproduksi
ternak ruminan.
III.5 Penanganan dan Pengolahan Limbah
Limbah menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam usaha peternakan.
Limbah peternakan di Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman terbagi menjadi dua jenis, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat
diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan limbah cair digunakan menjadi pupuk organik
cair lalu dialirkan ke kebun hijauan di sekitar kandang. Proses pengolahan limbah
melibatkan agen dekomposer untuk mempercepat proses dekomposisi. Proses
dekomposer di Experimental Farm menggunakan digester sebagai medianya untuk
dimanfaatkan gas hasil dekomposisi menjadi bahan bakar biogas. Penjelasan tersebut
sesuai dengan pendapat Hidayatullah (2005), salah satu upaya untuk mengurangi limbah
adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan usaha lainya seperti pemanfaatan fases
untuk budidaya sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis.
Limbah padat berasal dari kotoran ternak, sedangkan limbah cair berasal dari urin
ternak dan sisa pembersihan kandang dan tempat minum. Kedua limbah tersebut
bercampur saat pembersihan kandang, sehingga yang terbentuk adalah lumpur feses.
Feses dari kandang dibersihkan dengan air bertekanan tinggi menuju tempat
penampungan limbah berupa digester yang nantinya akan di olah dan dimanfaatkan
16

menjadi pupuk organik yang baik untuk tanaman. Penjelasan tersebut sesuai dengan
pendapat Menurut Ariyanto (2011), selama proses pemeraman akan terjadi proses
pembusukan feses menjadi bahan yang lapuk dan terjadi pelepasan unsur hara yang
dapat diserap oleh tanaman.
17

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
1. Manajemen pemeliharaan sapi di Exfarm potong sudah cukup baik.
2. Jenis Sapi potong yang di Exfarm adalah jenis sapi Madura dan sapi Peranakan
Ongole.
3. Evaluasi kecukupan nutrien sapi potong di Exfarm sudah cukup baik dalam hal
BK,TDN, PK, Ca, P.
4. Limbah hasil peternakan sapi potong di Exfarm di olah menjadi biogas dan pupuk
organik untuk memupuk lahan hijauan di sekitar kandang.
IV.2 Saran
Tingkatkan program biosekurity agar tidak ada bibit penyakit yang masuk ke area
exfarm dan menjaga agar ternak tidak terserang bibit penyakit dari luar area farm.
18

DAFTAR PUSTAKA

Arsanti, V. 2018. Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan Kandang Sapi di Kelurahan


Bener Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Jurnal Media Komunikasi Geografi 19(1): 67-
68.

Amin, R. U. 2014. Nutrition Its role in reproductive functioning of cattle-a review.


Veterinary Clinical Science. Vol 2 (1) : 1 – 9

Astuti, A., Erwanto, dan P. E. Santosa. 2015. Pengaruh Cara Pemberian Konsentrat-
Hijauan terhadap Respon Fisiologis dan Performa Sapi Peranakan Simmental. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 3(4): 201-207.

Ariyanto, S.E. 2011. Perbaikan Kualitas Pupuk Kandang Sapi dan Aplikasinya pada
Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Sains dan Teknologi. Vol.
4(2): 164-175.

Bata, M. dan A. Sodiq. 2014. Tingkah Laku Makan Sapi Peranakan Ongole yang Diberi
Pakan Berbasis Jerami Amoniasi dengan Metode Pemberian yang Berbeda. Agripet.
Vol. 14(1); 17-24.

Hidayatullah, Gunawan, K. Mudikjdo, Erliza, N. 2005. Pengolahan Limbah Cair Usaha


Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan Konsep Produksi Bersih. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8 (1) : 124-136

Iswandi, M. Dahlan, dan D. Wahyuning. 2016. Gambaran Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Minat Peternakan dalam Budidaya Ternak Sapi di Kecamatan Bluluk
Kabupaten Lamongan. Jurnal Penelitian.

Kartasudjana, R. 2001. Modul Program Keahlian: Teknik Kesehatan Ternak. Departemen


Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.

Rasyid. A. dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian.

Sandi, S dan P. P. Purnama. 2017. Manajemen Perkandangan Sapi Potong di Desa Sejaro
Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya 4(1): 13.

Sarwono, B. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Kelinci Potong dan Hias.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Siregar, S.B. 2003. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, 1999. Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama. Penebar Swadaya. Jakarta.
19

Syafrial, E. Susilawati, dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi


Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.
20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bobot Sapi Potong Experimental Farm UNSOED

no Jenis Sapi Bobot (kg)


1 Madura 350
2 Peranakan Ongole 468
3 Peranakan Ongole 443
4 Peranakan Ongole 429
5 Peranakan Ongole 457
6 Peranakan Ongole 636
7 Peranakan Ongole 600
8 Peranakan Ongole 660
9 Peranakan Ongole 544
10 Peranakan Ongole 512

Lampiran 2. Evaluasi Kecukupan Nutrien

Kandungan Nutrien Bahan Pakan


Pakan BK (%) PK (%) TDN (%) Ca (%) P (%)
Konsentrat 88 14 70 0,8 0,45
Rumput Gajah 18 9,1 51 0,5 0,5

Kebutuhan Nutrien Sapi Potong


Bobot Sapi (kg) BK (kg) PK (kg) TDN (kg) Ca (g) P (g)
350 9,2 1,05 6,5 39 19

Sampel : Sapi Madura bobot 350


Pemberian pakan : Rumput gajah 30 kg
Konsentrat 5 kg

Perhitungan konsumsi nutrien pakan :

1. Konsentrat :

 BK = 5 kg x 88 % = 4,4 kg
 PK = 4,4 kg x 14 % = 0,61 kg
 TDN = 4,4 kg x 85 % = 3,74 kg
 Ca = 4,4 kg x 0,8 % = 35,2 g
 P = 4,4 kg x 0,45 % = 19,8 g
21

2. Rumput gajah :

 BK = 30 kg x 18 % = 5,4 kg
 PK = 5,4 kg x 9,1 % = 0,49 kg
 TDN = 5,4 kg x 55 % = 2,97 kg
 Ca = 5,4 kg x 0,5 % = 27 g
 P = 5,4 kg x 0,5 % = 27 g
Total Konsumsi Nutrien

Pakan BK (kg) PK (kg) TDN (kg) Ca (g) P (g)


Konsentrat 4,4 0,61 3,74 35,2 19,8
Rumput gajah 5,4 0,49 2,97 27 27
Total 9,8 1,1 6,71 62,2 46,8

Evaluasi Kecukupan Nutrien

BK (kg) PK (kg) TDN (kg) Ca (g) P (g)


Kebutuhan 9,2 1,05 6,5 39 19
Pemberian 9,8 1,1 6,71 62,2 46,8
Selisih + 0,6 + 0,05 + 0,21 +23,2 + 27,8

Lampiran 3 Perhitungan analisis ekonomi

A. Biaya Investasi

Modal Satuan Nilai Baru Nilai Sisa (Rp) Daya Tahan Penyusutan
(Rp) (Thn) (Rp)

Kandang 1 25.000.000,00 2.500.000,00 10 2.300.000,00

Sekop 3 150.000,00 - 3 46.500.000,00

Selang 3 300.000,00 - 3 90.000,00

Sanyo 1 1.000.000,00 - 1,5 600.000,00

Lampu 12 300.000,00 - 2 135.000,00

Ember kecil 20 250.000,00 - 2 -

Sapu Lidi 3 3.000,00 - 1 -

Troli 1 350.000,00 - 4 78.750.000,00


22

Tali 1 100.000,00 - 0,75 -

Total 27.480.000,00 3.250.250.000

1 kandang Rp. 25.000.000,00


Pembelian peralatan Rp. 2.480.000,00 +
Total biaya investasi Rp. 27.480.000,00
Biaya penyusutan (1 tahun)
Kandang Rp. 2.300.000,00
Peralatan Rp. 950.250,00 +
Rp. 3.250.250,00
B. Biaya tetap
 Penyusutan kandang Rp. 2.300.000,00
 Penyusutan peralatan Rp 950.250,00
 Gaji karyawan tetap:
1 kandang membutuhkan karyawan 2 orang
2 orang x Rp 1.050.000,00/bln = 2.100.000/bln
= 25.200.000/thn
Nilai pajak diasumsikan sebesar Rp 1.500.000,00/thn
Total Rp. 29.950.250

C. Biaya Variabel
 Harga bakalan per tahun
1 kg BB = Rp. 37.000,00
= 10 ekor x 1 periode x Rp. 37.000,00 x 226,5 kg = Rp. 150.849.000,00
 Biaya pakan konsentrat per tahun
= 10 ekor x 1 periode x 120 hari x 5 kg pakan x Rp. 2.800,00
= Rp. 16.800.000,00
 Biaya hijauan per tahun
= 10 ekor x 1 periode x 120 hari x 30 kg pakan x Rp. 150,00
= Rp. 5.400.000,00
23

 Rincian biaya obat – obatan per tahun


= 10 ekor x Rp. 40.000,00 = Rp 400.000,00
Total biaya variabel = Rp. 173.449.000,00
Total biaya produksi = biaya tetap + biaya variabel + biaya investasi
= Rp. 29.950.250+ Rp. 173.449.000,00+ Rp. 27.480.000,00
= Rp 230.879.250,00
D. Penerimaan
 Harga jual per ekor
Rata-rata BB diambil sampel random dari 10 ekor sapi
= 289 kg
= 10 ekor x 289 kg x Rp. 65.000,00 x 2 periode
= Rp. 375.700.000,00
Total penerimaan = Rp. 375.700.000,00
a. Keuntungan per tahun
= Pendapatan – Biaya Produksi
= Pendapatan – (biaya tetap + biaya variabel + biaya investasi)
= Rp. 375.700.000,00 – (Rp. 29.950.250 + Rp. 173.449.000,00 + Rp. 27.480.000,00)
= Rp. 375.700.000,00 – Rp. 230.879.250,00
= Rp. 144.820.750,00
b. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)
Pendapatan
R/C =
Total Biaya Produksi
R/C = Rp. 375.700.000,00
Rp 230.879.250,00
R/C = 1,62
c. Rentabilitas
Laba
Re = x 100%
Investasi
Rp . 144.820.750,00
= x 100%
Rp . 27.480.000,00
= 52,7 %
d. Titik Impas (Break Even Point)
24

 Biaya variabel per unit = Rp 230.879.250,00÷ (10 ekor x 289 kg)


= Rp. 79.889,00
 BEP dalam produk = Rp. 29.950.250 ÷ (Rp. 104.252,00 – Rp. 65.000,00)
= 1.068 kg
 BEP dalam rupiah = Rp. 41.950.250,00 ÷ (1-(Rp. 104.252/Rp. 65.000))
= Rp 69.900,00
25

RIWAYAT HIDUP

Penulis mempunyai nama lengkap Khoirur Rozikin kelahiran di Taliwang pada tanggal
27 Februari 1998 dengan alamat rumah Taliwang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan di SDN Negeri 4 Taliwang pada tahun 2004 sampai dengan 2010.
2. Melanjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 1 Taliwang pada tahun 2010 sampai
tahun 2013.
3. Melanjutkan ke tingkat atas di SMK Negeri 1 Taliwang pada tahun 2013 sampai
tahun 2016.
4. Tahun 2017 di terima di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.

Purwokerto, November 2020

Penulis

Anda mungkin juga menyukai