PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
i
KARAKTERISTIK ENDAPAN SEDIMEN KUARTER
SALO CENRANA SULAWESI SELATAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
i
KARAKTERISTIK ENDAPAN SEDIMEN KUARTER
SALO CENRANA SULAWESI SELATAN
Proposal Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2017
ii
PROPOSAL TESIS
Menyetujui
Komisi Penasihat,
7
r
i
Prof. Dr .rer.nat. Ir. A.M. Imran Dr. Eng. Meutia Farida. S.T., M.T
Ketua Anggota
HI
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL TESIS
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga proposal tesis dengan judul
dapat diselesaikan
dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.rer.nat. Ir. A.M. Imran selaku
Pembimbing Utama dan Ibu Dr. Eng. Meutia Farida, S.T., M.T selaku
tepat pada waktunya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Dr. Eng. Asri Jaya HS, S.T., M.T, Ibu Dr. Ir. Hj. Ratna Husain L, M.T dan
Ibu Dr. Ir. Haerany Sirajuddin, M.T selaku dosen penguji, Bapak Dr. Adi
Tonggiroh, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Geologi
Unhas dan Bapak Dr. Eng. Asri Jaya HS, S.T., M.T selaku Ketua
orangtua penulis atas segala dukungan yang telah diberikan kepada penulis
selama menjalani pendidikan dan penelitian, serta seluruh pihak yang tidak
v
dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan dan dukungan yang
vi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN TUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
PRAKATA v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Batasan Masalah 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Tujuan Penelitian 6
F. Peneliti Terdahulu 6
G. Daftar Istilah 7
vii
halaman
BAB III. METODE PENELITIAN 48
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah 48
B. Alat dan Bahan 50
1. Alat 50
2. Bahan 50
C. Metode Penelitian 51
1. Tahap Persiapan 51
2. Tahap Pengumpulan Data 52
3. Tahap Analisa Laboratorium 56
4. Tahap Analisa Data 57
BAB V. PENUTUP 62
DAFTAR PUSTAKA 63
viii
DAFTAR TABEL
nomor halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
x
12 Bagan alir penelitian 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
standar deviasi
BT bujur timur
KG kurtosis
LS lintang selatan
LU lintang utara
xiii
Lambang/ Arti dan keterangan
singkatan
MZ mean
Sk skewness
δ isotop unsur
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan salah satu isu terpenting dunia saat ini.
pada berbagai lokasi di bumi dilakukan intensif dalam tiga dekade terakhir.
2013).
tanah, sedimen laut dan sedimen danau. Hingga saat ini sudah ribuan
kajian tentang iklim purba yang telah dilakukan di seluruh dunia. Namun
1
2
lingkungan (Caldwell dan Lillie, 2004), yaitu survei lubang bor dangkal
tepatnya di daerah lembah Salo Cenrana dan Danau Tempe yang terletak
purba Danau Tempe dan Salo Cenrana dalam rentang waktu interglasial-
tentang sejarah panjang iklim purba di wilayah ini masih perlu untuk
memahami kondisi iklim purba daerah Danau Tempe dan Salo Cenrana
B. Rumusan Masalah
arus laut dan memiliki laju pengendapan yang relatif rendah (kecuali pada
yang umumnya terbentuk pada suatu sistem tertutup dan menurut Li et al.
(2006) memiliki laju pengendapan yang relatif lebih tinggi. Hal ini
korelasinya dengan iklim global yang terjadi pada saat itu. Permasalahan
Cenrana?
C. Batasan Masalah
Selatan, sehingga batasan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini,
yaitu:
D. Manfaat Penelitian
di Danau Tempe dan Salo Cenrana untuk rentang waktu geologi serta
E. Tujuan Penelitian
Cenrana.
F. Peneliti Terdahulu
Selatan.
G. Daftar Istilah
1. Batuan dasar (basement rock); batuan beku atau batuan malihan yang
berlapis lainnya; Wilayah amblesan yang luas dan kemudian terisi oleh
4. Litologi; sifat atau ciri fisik dari batuan, terdiri dari struktur, warna,
mencakup kerak bumi dan selubung bagian atas; lapisan ini relatif lebih
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Geologi
Tempe berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl. Struktur wilayah
terdiri atas dataran rendah, berada pada pesisir Danau Tempe, Danau
Tempe secara umum relatif datar. Sungai yang menuju ke danau terdiri dari
23 sungai, yang termasuk dalam DAS Bila dan DAS Walanae. Danau
Tempe termasuk tipe danau eutropis, yaitu tipe danau yang berbentuk
yang luas di sekitar danau (Gambar 2). Danau Tempe terletak pada dataran
2006).
Wilayah Danau Tempe relatif kering dengan curah hujan bulanan rata-
rata kurang dari 100 mm. Daerah ini termasuk daerah peralihan antara iklim
barat dan iklim timur di Sulawesi Selatan. Musim kemarau terjadi dua kali
yaitu pada Bulan Januari – Februari dan Bulan Agustus – Oktober. Suhu
9
10
sekitar 85-90%. Dengan demikian daerah ini merupakan daerah yang relatif
kering dengan kelembaban yang tinggi. Saat musim hujan, volume air yang
turmalin dan rutil (ZTR) sebagai mineral ultra stabil. Mineral yang metastabil
brookit dan apatit, serta mineral opak berupa magnetit dan iron oxide.
Batuan sumber mineral diindikasikan berasal dari batuan beku yang bersifat
sekitar 4.000 tahun yang lalu (Maloney, 1992). Hal ini didukung oleh
dketahui telah ada sejak 7.100 – 2.600 tahun yang lalu, sedangkan
keberadaan rawa air tawar di sekitar Danau Tempe muncul sekitar 4.500
1992).
Sulawesi. Survei lubang bor yang dilakukan oleh Caldwell dan Lillie (2004)
di daerah ini lebih bersifat musiman dan tidak permanen, fluktuasi di Danau
Akhir dari aktivitas gunungapi pada Kala Miosen Awal diikuti oleh
(Sukamto, 1982).
kala sebelum Pliosen Atas. Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih
timur dan barat Sulawesi Selatan dan mengakibatkan deposisi pada Miosen
mengemukakan bahwa sesar ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu
bagian barat yang dikenal sebagai West Walanae Fault (WWF) dan bagian
timur yang dikenal sebagai East Walanae Fault (EWF). Patahan ini
Sengkang Barat dan Timur (WSB dan ESB). Cekungan Sengkang barat
terdiri dari depresi Walanae dan Danau Tempe (Suyono dan Kusnama,
2010).
Akhir dan tersusun oleh sedimen klastik yang mengandung fosil berumur
Miosen Akhir.
14
selaras dan menerus sampai ke dataran tinggi dan di sekitar Danau Tempe.
Selain itu, pada bagian bawah Formasi Walanae terdapat reef talus dari
1982).
dan Pantai, terdiri dari lempung, lanau, lumpur, pasir, kerikil di sepanjang
Pompanua dan Sengkang, daerah utara, selain itu pada formasi ini
ditemukan fosil-fosil lain seperti moluska, ganggang dan koral (Kadar, 1973,
yang sama, interkalasi antara batupasir berbutir halus yang tipis dan
lamination. Bagian tengah dari sikuen ini ditandai dengan laminasi paralel
lain, Anggota Beru yang merupakan bagian atas dari Formasi Walanae,
sekitarnya.
kemiringan batupasir dengan bedding dip antara 54º dan 60º ke arah
berupa struktur mud drape tersingkap pada batupasir halus. Stratigrafi pada
2010).
18
yang terdiri dari batupasir halus dengan struktur mud drape. Bagian tengah
lingkungan pasang surut menjadi point bar atau bench yang terus berlanjut
menjadi lingkungan fluvial. Sikuen ini sebagian besar terdiri dari batupasir
19
dengan energi transportasi yang tinggi pada sistem Sungai Paleo Walanae
B. Landasan Teori
(Pettijohn, 1975).
zirkon (Zr [SiO4]), rutil dan anatase seperti TiO2, (Zabel et al., 2001). Sebuah
afiliasi sama yang tepat dari Al dan K untuk fase mineral tertentu tidak ada.
aluminosilikat halus (Zabel et al., 2001). Rasio Ti/Al dan Zr/Al umumnya
1) Mineral Opak
Mineral opak atau opaq ialah salah satu jenis mineral yang memiliki
berat jenis yang sangat tinggi, hal ini karena mineral opak dominan
mengandung unsur besi atau Fe. Mineral ini memiliki sifat kejernihan
Mineral Ciri-ciri
Hitam besi, pecahan conchoidal
Ilmenit Cerat hitam kecoklatan
(FeTiO3) Berbentuk amorf dengan sifat dalam yang rapuh
Kemagnetan termasuk golongan diamagnetik
Kilap logam dengan warna hitam
Magnetit Isometrik dan tidak ada belahan
(Fe+2Fe+32O4) Memiliki sifat dalam dapat ditempa
Kemagnetan termasuk golongan ferromagnetik
Kilap logam dengan warna abu-abu perak
Hematit Cerat merah kecoklatan
(Fe2O3) Hexagonal, tanpa belahan dan dengan pecahan uneven
Kemagnetan termasuk golongan diamagnetik
Kilap logam, warna kuning keemasan dan pucat
Pirit Cerat hitam kehijauan, pecahan conchoidal
(FeS2) Bentuk isometrik dengan sifat dalam brittle
Kemagnetan termasuk golongan diamagnetik
Kilap logam, warna kuning gelap
Kalkopirit Cerat hijau tua, pecahan conchoidal
(CuFeS2) Bentuk isometrik dengan sifat dalam rapuh
Kemagnetan termasuk golongan ferromagnetik
2) Kelompok Metastabil
proses eksternal.
22
Mineral Ciri-ciri
Warna hijau kekuningan
Sistem kristal ortorombik
Olivin
Pecahan conchoidal, kilap kaca
(Mg,Fe)2SiO4
Umum dijumpai pada batuan beku basa-ultrabasa dan
batuan metamorf
Warna hitam kehijauan hingga merah kecoklatan
Prismatik, sistem kristal oktagonal, cerat putih
Piroksen
Kilap kaca, pecahan tidak rata-subconchoidal
CaMgSi2O6
Umum dijumpai pada batuan beku basa-ultrabasa dan
batuan metamorf
Warna merah gelap-merah kecoklatan
Granular, isometrik dan tanpa belahan
Garnet
Kilap kaca hingga damar, pecahan subconchoidal
Mg3Al2(SiO4)3
Umum dijumpai pada batuan beku basa-ultrabasa dan
batuan metamorf
Warna kuning, hijau, coklat dan kadang merah atau biru
Grup Apatit Prismatik panjang, sistem kristal heksagonal, granular
A5(XO4)3(F,Cl,OH) Kilap kaca hingga damar, pecahan conchoidal
A = Ca, Sr, Pb, Na, K Belahan satu arah, cerat berwarna putih
X = P, As, V, Si Umum dijumpai pada batuan sedimen laut dalam
(organogenetic deposits), dan batuan metamorf
Warna hijau kekuningan hingga hijau kecoklatan
Prismatik, berserat, sistem kristal monoklin
Epidot Kilap lemak hingga kaca, belahan satu arah
Ca2(Al,Fe)3Si3O12(OH) Pecahan tidak rata hingga conchoidal
Umum dijumpai pada batuan beku basa-ultrabasa dan
batuan metamorf
Warna kuning keabu-abuan hingga biru kehijauan
Prismatik lonjong, striasi vertikal, sistem kristal ortorombik
Zoisit Kilap lemak hingga kaca
Ca2Al3(Si3O12)(OH) Pecahan tidak rata hingga subconchoidal, belahan satu
arah
Umum dijumpai pada batuan metamorf
Warna putih hingga hijau kekuningan
Tabular, sistem kristal triklin, belahan satu arah
Kyanit
sempurna, cerat berwarna putih
Al2SiO5
Kilap mutiara hingga kaca, pecahan tidak rata
Umum dijumpai pada batuan metamorf (sekis)
23
3) Mineral Ultrastabil
Mineral Ciri-ciri
Jernih-kuning, hijau atau kadang coklat atau biru
Kilap kaca hingga andamantin/damar
Zirkon (ZrSiO4)
Prismatik, tetragonal, granular
Pecahan subconchoidal hingga tidak rata
Grup Tourmalin Kuning anggur kecoklatan
(Na,Ca) Hexagonal, prismatik memanjang/meniang
(Mg,Fe2+,Fe3+,Al,Mn,Li)3
Al6(BO3)3 (Si6O18)
Kilap damar hingga kaca
(OH,F)4 Transparan, pecahan tidak rata hingga conchoidal
Coklat atau coklat kemerahan
Tetragonal bipiramidal, ramping, striasi memanjang
Rutil (TiO2) prisma serta kompak/masif
Kilap andamantin hingga submetalik
Belahan Sempurna
provenans.
Grain size adalah sifat dasar batuan sedimen silisiklastik dan menjadi
salah satu sifat deskriptif yang penting batuan tersebut (Boggs, 2006). Ahli
oleh Wentworth pada tahun 1922, di mana skala geometri pada tiap nilai
tersebut dua kali lebih besar dari nilai terdahulu (Tabel 4). Skala Udden-
terbagi menjadi empat kategori utama (lempung, lanau, pasir dan kerikil).
logaritma, yang mana data ukuran butir dinyatakan dalam satuan angka
yang sama untuk tujuan plotting grafik dan perhitungan statistik. Skala ini
hubungan berikut:
= -log2 S
dimana adalah ukuran phi dan S adalah ukuran butir dalam milimeter.
Ukuran phi () dan milimeter yang setara ditunjukkan pada Tabel 4.
25
matematika dan grafik. Terdapat tiga metode grafik yang umum digunakan
a) Histogram
ukuran butir diplot pada sumbu absis dari grafik dan persentase berat
b) Kurva Frekuensi
kurva halus menunjukkan batang grafik yang tidak menerus. Titik yang
saling terhubung dari tiap kelas pada histogram dengan kurva halus
memberikan perkiraan bentuk kurva frekuensi. Akan tetapi posisi dari poin
terbesar pada kurva akan tergambar dengan teliti. Histogram ukuran butir
dengan metode grafik khusus yang digambar secara detail oleh Folk (1974).
c) Kurva Kumulatif
Kurva kumulatif ukuran butir dihasilkan dengan memplot ukuran butir dan
berkaitan dengan interval ayakan. Selain itu, data yang diperoleh dari kurva
ukuran butir yang penting dalam parameter statistik. Kurva kumulatif dapat
diplot pada skala ordinat aritmatika atau pada skala log dimana ordinat
aritmatika digantikan dengan ordinat log. Ketika data ukuran-phi telah diplot
pada ordinat aritmatika, kurva kumulatif memiliki bentuk “S”. Slope pada
bagian tengah kurva menunjukkan sortasi dari sampel. Slope yang sangat
menunjukkan sortasi buruk. Jika kurva kumulatif telah diplot pada kertas
log, bentuk kurva akan cenderung ke arah garis lurus jika jumlah butiran
menunjukkan distribusi yang datar, lebar atau nilai rata-rata. Dalam statistik
dapat dengan mudah dilihat pada plot log dengan deviasi pada kurva
kumulatif dari garis lurus. Sebagian besar populasi normal dari butiran
a) Mode
populasi butiran. Diameter dari ukuran mode yang sesuai dengan diameter
butiran digambarkan oleh titik yang paling curam (titik infleksi) pada kurva
dengan satu mode pada bagian akhir yang kasar dari distribusi ukuran butir
dan satu mode lagi pada bagian akhir yang halus. Bahkan beberapa
b) Median
Titik tengah dari distribusi ukuran butir. Sebagian dari butiran dengan berat
yang lebih besar dari median dan sebagian lainnya memiliki berat yang
kumulatif.
c) Mean
Rata-rata aritmatika dari seluruh ukuran butir pada sampel. Mean aritmatika
ditentukan. Hal ini karena angka total dari butiran pada sebuah sampel
29
(tiap-tiap butiran kecil) tidak dapat dihitung atau diukur. Perkiraan dari mean
aritmatika dapat ditentukan dari pengambilan nilai persentil yang terpilih dari
meliputi 68% bagian tengah dari area di bawah kurva frekuensi. 68% dari
nilai ukuran butir tergantung pada plus atau minusnya suatu standar deviasi
pada mean. Istilah verbal untuk sortasi yang sesuai dengan beragam nilai
butir. Populasi yang memiliki butiran halus berlebih pada bagian akhir
dengan nilai ke arah positif. Populasi yang memiliki butiran kasar yang
berlebih pada bagian akhir adalah skewness negatif atau skewness kasar.
diindikasikan memiliki sedikit nilai dalam studi ukuran butir (Boggs, 2006).
material sedimen suatu daerah berupa air tawar (fresh water) atau air laut
(marine). Konsentrasi sulfur air danau akan meningkat dan sifat geokimia
sulfur akan berubah jika danau tersebut terhubung dengan lautan terbuka
sulfur dan kurva akomodasi (Yongjian et al., 2013). Kejadian incursion laut
sedimen. Pada kondisi tersebut, reduksi sulfur pada daerah yang berupa
Analisis citra penginderaan jauh (citra radar dan radar imagery) dan
dipengaruhi oleh kondisi iklim dan ada atau tidaknya tutupan vegetasi di
1. Radarsat-1
Data SRTM yang tersedia secara umum dan memiliki resolusi ruang 90
3. Landsat ETM+
fitur tersebut.
oleh air (Cohen, 2003). Faktor depresi topografi tersebut terbentuk pada
kerak benua dan sering dikaitkan sebagai salah satu asal mula danau.
jelas, atau pada danau Pleistosen dengan kondisi geomorfologi yang masih
yaitu cekungan danau yang terbentuk dari proses glasial, tektonik atau
Danau glasial menempati 48% dari luas total danau dunia, dengan
volume 22% dari volume total dunia (Cohen, 2003). Sebagian besar danau
yang terbentuk secara glasial terletak di daerah lintang 40ºN. Danau glasial
relatif sedikit dijumpai di dataran tinggi lintang selatan, hal ini disebabkan
oleh kombinasi antara luas daratan yang terbatas dan kondisi iklim yang
paling tua di planet ini. Meski demikian jika dibandingkan dengan danau
glasial, jenis danau ini memiliki proporsi yang lebih kecil dari seluruh luas
danau yang ada, yaitu sekitar 40% dari luas total danau dunia, dengan
kedalaman rata-rata lebih besar yaitu 75% dari volume total danau dunia.
Danau jenis ini memiliki rekaman stratigrafi yang sangat baik dibandingkan
dunia, namun hanya sekitar 0,3% dari total volume danau dunia (Cohen,
fluvial hampir selalu dangkal (Cohen, 2003). Danau fluvial terbentuk pada
dan tingkat variasi subsidence lokal. Proses ini sangat umum terjadi pada
kedalaman dan luas danau jenis ini sangat dinamis (Cohen, 2003).
6. Iklim Purba
kimiawi yang terekam di hidrosfer, biosfer dan litosfer. Beberapa dari artefak
numerik iklim, data iklim purba dapat membantu para klimatolog untuk
Metode ini mirip dengan studi proxy lain, studi iklim purba memeriksa
isotop oksigen dalam sedimen lautan dan dengan mengukur lapisan varve
Curah hujan
dan formainifera), mikrobiota, pollen (serbuk sari) dan coral (karang). Hal ini
endapan sedimen di dasar danau dan lautan. Fosil-fosil yang paling penting
dalam penyelidikan iklim masa lalu yang terdapat pada inti sedimen laut
berasal dari foraminifera. Salah satu studi kasus yaitu di lepas pantai
yang hidup di kutub. Hal ini membuktikan bahwa di masa lampau daerah
bumi yang berumur sama, sehingga data tersebut dapat digunakan untuk
dengan kondisi fisik dan kimiawi lautan. Cangkang kalsium karbonat pada
mengandung oksigen. Seperti juga pada oksigen pada air tawar, oksigen
pada air laut juga mengandung dua isotop yang berbeda, yaitu isotop berat
lautan waktu itu dan seberapa luas lapisan es global pada masa hidup
mikrofosil tersebut.
yang dapat bercerita tentang pola arus laut. Melalui distribusi butir mineral
tersebut dapat diketahui arah arus dan kekuatan arus yang membawanya.
Arus laut juga membawa gunung es dari kutub menuju ekuator, hingga
akhirnya meleleh. Batuan dan tanah yang terbawa oleh gunung es tersebut
bawah laut. Melalui temuan ini dapat disimpulkan tentang arah arus laut dan
secara tidak langsung dapat diketahui pada lokasi mana di lautan yang
disajikan data iklim hingga jutaan tahun yang lalu. Proyek ilmiah Climate:
dalam studi iklim purba. Oksigen memiliki dua jenis isotop, yaitu isotop
oksigen berat dan ringan. Perbandingan kedua jenis isotop oksigen ini
41
berguna dalam seluruh penelitian iklim purba. Seperti seluruh unsur kimiawi
lainnya, atom oksigen memiliki inti yang terdiri dari proton dan neutron yang
dikelilingi oleh awan elektron. Seluruh atom oksigen memiliki delapan buah
proton, akan tetapi inti atom oksigen mungkin memiliki 8, 9 atau 10 buah
Molekul air terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Molekul
Sementara itu, molekul uap air yang mengandung oksigen atom oksigen
lebih banyak air yang mengandung isotop oksigen berat. Cangkang yang
diterapkan pada berbagai macam proxy yang diambil dari wilayah yang
berbeda.
Bumi terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Banyak peristiwa
yang menjadi penanda evolusi bumi hingga kini, salah satunya adalah
periode dimana iklim bumi berubah menjadi lebih dingin. Terdapat tiga fase
glasiasi utama yang terjadi antara 900 – 600 juta tahun silam. Endapan
hipotesa bahwa pada waktu tersebut lapisan es menutupi seluruh bumi dari
kutub utara hingga kutub selatan. Pemikiran ini disebut sebagai “Snowball
salah satu bukti yang diajukan untuk mendukung hipotesis tersebut, akan
Antara 600 – 100 juta tahun yang lalu, bumi beriklim sejuk, diselingi
lintang tengah lainnya baru terbentuk pada 4 – 2,4 juta tahun yang lalu.
Salah satu studi kasus perubahan iklim dan dan zaman es yaitu
fluktuasi muka air laut di Selat Makassar oleh Klerk (1982) menunjukkan
fluktuasi permukaan laut sejak 7.000 tahun lalu terkait dengan glasiasi dan
berbeda antar satu sama lain. Studi Klerk (1982) menunjukkan bahwa
(setinggi 5 m dari dasar laut) sejak 4.500 tahun yang lalu. Namun, karena
kedua yaitu 3.000 tahun yang lalu dan menjadi lebih luas dalam periode
1.000 tahun yang lalu (Gambar 8). Berbeda dengan perkembangan Pulau
Bone Tambung, pada periode yang sama Pulau Bone Tambung mencapai
ketinggian ± 1 m dari dasar laut. Pulau ini tumbuh secara vertikal dan
periode tersebut merupakan kondisi regresi. Sejak 1.000 tahun yang lalu
pulau ini tumbuh secara lateral dan mencapai permukaan laut (Gambar 8).
terjadi kenaikan permukaan laut sekitar 100 m. Pada saat itu terumbu
temperatur darat – laut – es, siklus karbon dan sirkulasi laut. Bagian–bagian
46
yang berbeda dari sistem iklim seperti litosfer, atmosfer, hidrosfer dan
iklim purba menyatakan bahwa kondisi saat itu lebih hangat ketimbang saat
pergeseran bioma tundra dan taiga ke arah utara yang sesuai dengan
berkaitan dengan konsentrasi gas CO2, es laut, temperatur laut dan albedo
bergantung pada waktu, dengan rentang waktu yang cukup panjang. Earth
dalam dan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. EMICs juga dapat
rata–rata pada bulan Juli di lintang 60°LU (garis merah tebal) dan
proxy dari volume es kontinental, yang terdiri dari isotop oksigen sebagai
fungsi umur dalam skala waktu SPECMAP (garis biru tua tebal), rekaman
δ18O dari inti sedimen laut dalam MD900963 (garis biru putus–putus
panjang), rekonstruksi tinggi permukaan laut dari foraminifera bentik dari inti
sedimen laut dalam V19 – 30 (garis biru putus–putus pendek); dan (C)
(Herho, 2017).
METODE PENELITIAN
Penelitian iklim purba global Danau Tempe dan Salo Cenrana yang
mineral dan sulfur), dilakukan pada daerah Salo Cenrana Provinsi Sulawesi
Selatan.
1074,27 km2 dan terpetakan dalam beberapa Peta Rupa Bumi Indonesia
yaitu:
48
49
1. Alat
lain, yaitu kompas geologi, palu geologi, GPS (Global Positioning System)
untuk plotting titik dan tracking lintasan pengamatan (navigasi dan orientasi
danau, loupe dengan pembesaran 20x, komparator ukuran butir, pita meter
dan roll meter, bak ukur, kamera digital, alat tulis menulis, clipboard, dan
ransel lapangan. Adapun alat yang akan digunakan pada saat analisa
timbangan digital, oven, 1 set ayakan mekanik (sieve nest and shacker), lap
halus dan lap kasar, sampel splitter atau quartering, pinset, mikroskop
2. Bahan
dari Peta Rupa Bumi Lembar Sengkang, Batubatu, Uloe dan Tokaseng
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1982, peta citra satelit
sampel, larutan asam klorida (HCl) 0,1M dan perlengkapan pribadi. Adapun
data dan penyusunan laporan yaitu, sampel sedimen yang telah ditimbang
dan dikeringkan, kaca preparat, lem epoxy resin, lem epoxy hardener,
larutan asam klorida (HCl) 0,1M, larutan hidrogen peroksida (H2O2) 0,1M,
aquades, alkohol, software Garmin Mapsource ver. 6.1, Global Mapper ver.
C. Metode Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Studi pustaka/literatur
penelitian.
b. Persiapan administrasi
kegiatan penelitian.
penelitian.
penelitian.
untuk mendapatkan fraksi sedimen pada ukuran 18, 35, 60, 120
sulfur).
56
a. Analisis Petrografi
b. Analisis Sedimentologi
danau. Data dari hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel dan
Setelah itu tentukan persentil Ф5, Ф6, Ф25, Ф50, Ф75, Ф84 dan Ф95
16+50+84
Mean: MZ = 3
84−16 95− 5
Standar deviasi: 1 = +
4 6.6
95− 5
Kurtosis: KG = 2.44(75−25
perubahan lingkungan dan iklim purba daerah Salo Cenrana. Pada tahap
kandungan mineral dan sulfur pada endapan sedimen Kuarter sungai yang
penelitian. Berikut ini beberapa hasil kajian yang akan ditampilkan sebagai
Kuarter sungai.
58
berupa data primer maupun data sekunder akan disusun menjadi sebuah
tulisan sesuai dengan format atau aturan penulisan yang telah ditentukan
yang dimulai pada bulan Juni 2017 dan berakhir pada bulan Juni 2018,
60
61
PENUTUP
berbagai pihak.
baik sebagai objek kajian dan penelusuran informasi perubahan iklim masa
lampau di daerah Danau Tempe dan Salo Cenrana untuk rentang waktu
62
DAFTAR PUSTAKA
Bakosurtanal. 1991. Peta Rupa Bumi Lembar Uloe nomor 2111–41, Edisi I.
Bakosurtanal, Cibinong, Bogor.
Chawchai, S., Chabangborn, A., Kylander, M., Löwemark, L., Mörth, C.M.,
Blaauw, M., Klubseang, W., Reimer, P.J., Fritz, S.C., and Wohlfarth,
B. 2013. Lake Kumphawapi an Archive of Holocene
Palaeoenvironmental and Palaeoclimatic Changes in Northeast
Thailand. Quaternary Science Reviews. 68: 59-75.
Douglas, M.S.V. and Smol, J.P. 2001. Siliceous Protozoan Plates and
Scales. Tracking Environmental Change Using Lake Sediments. 3:
265-279.
63
64
Gagan, M.K., Hendy, E.J., Haberle, S.G., and Hantoro, W.S. 2004. Post-
Glacial Evolution of the Indo-Pacific Warm Pool and El Niño-
Southern Oscillation. Quaternary International. 118-119: 127-143.
Kasim, M., Imran, A.M., Hamzah, A., Busthan, and Pachri, H. 2016.
Provenance of Sediment Deposits in Lake Tempe, South Sulawesi.
International Journal of Engineering and Sciene Applications. 3: 87-
96.
Kurniawan, A., Mc. Kenzie, J., and Putri, J.A. 2009. General Dictionary of
Geology. Environmental Geographic Student Association:
Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia.
Li, Y-X., Yu, Z., Kodama, K.P., and Moeller, R.E. 2006. A 14.000-year
Environmental Change History Revealed by Mineral Magnetic Data
from White Lake, New Jersey, USA. Earth and Planetary Science
Letters. 246: 27-40.
Lin, C-Y., Ho, C-R., Lee, Y-H., Kuo, N-J., and Liang, S-J. 2013. Thermal
Variability of the Indo-Pacific Warm Pool. Global and Planetary
Change. 100: 234-244.
Mottana, A., Crespi, R., and Liborio, G. 1978. Rocks and Minerals. Simon &
Schucter Inc.: New York.
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary Rocks. Harper & Row: New York.
van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, vol. 1A: General
Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. Government
Printing Office, The Hague: Amsterdam.
Yongjian, H., Yang, G., Jian, G., Pingkang, W., Qinghua, H., Zihui, F., and
Lianjun, F. 2013. Marine Incursion Events in the Late Cretaceous
Songliao Basin: Constraints from Sulfur Geochemistry Records.
Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology. 385: 152-161.
Zabel, M., Schneider, R.R., Wagner, T., Adegbie, A.T., de Vries, U., and
Kolonic, S. 2001. Late Quaternary Climate Changes in Central Africa
as Inferred from Terrigenous Input to the Niger Fan. Quaternary
Research. 56: 207-217.
LAMPIRAN: Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
B. Riwayat Pendidikan
C. Pengalaman Kerja
D. Kemampuan Komputasi
66
LAMPIRAN: Curriculum Vitae
Global Mapper 19
Res2Dinv
GCDKit 4.1
GARMIN MapSource 6.1
Google Earth 7.3.1
CorelDraw 2017
Adobe Premiere CC 2018
Foxit PhantomPDF Business 9.0
Microsoft Office 2007, 2016 dan Microsoft Visio 2016
WPS Office 2016
Match 3.6
Basic homegroup, local area Networking dan Internet
F. Riwayat Organisasi
67