PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KARAKTERISTIK KIMIA DAN MINERALOGI PADA LAPUKAN BATUAN
ULTRABASA SEKITAR DANAU TOWUTI KABUPATEN LUWU TIMUR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Laporan Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Geologi
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN TESIS
tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Yang menyatakan
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Dr. Ir. Hj. Ratna Husain L, M.T Dr. Ir. Busthan Azikin, M.T
Ketua Anggota
Dr. Ir. Adi Tonggiroh. ST. MT Dr. -Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME
PRAKATA
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat yang telah tercurah dalam segenap aktivitas. Salam dan
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Ratna
Husain L, MT selaku pembimbing pertama dan bapak Dr. Ir. Busthan Azikin,
dengan penuh kesabaran. Tim penguji Prof. Dr.rer.nat. Ir. A. M. Imran., dan
ibu Dr. Eng. Meutia Farida,. ST.MT serta Bapak Dr. Ir. M. Fauzi Arifin. MSi.
atas saran, masukan serta koreksi yang bersifat konstruktif, yang telah
ST., MT. serta seluruh staf dosen pengajar dan pegawai Departemen Teknik
ini.
besarnya kepada kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan. Ayah H.
Abd. Ginal Sambari S.Sos. MSi dan Ibu Hj. Martini Lakawe S.Sos. Penulis
partisipasi dan kerjasama serta dorongannya yang bersifat positif selama ini.
Terima Kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA v
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Ruang Lingkup 4
G. Peneliti Terdahulu 5
A. Geologi Regional 6
1. Geomorfologi 6
Halaman
2. Stratigrafi 8
B. Landasan Teori 15
1. Batuan Ultrabasa 15
2. Soil 16
3. Pelapukan 20
d. Pelapukan Fisika 31
A. Tahap Pendahuluan 32
1. Studi Literatur 32
B. Sampel Lapangan 33
C. Analisis Laboratorium 33
1. Analisis Petrografi 33
D. Penyusunan Tesis 35
E. Lokasi Penelitian 36
Halaman
B. Soil 48
C. Karakteristik Soil 49
BAB V PENUTUP 66
A. Kesimpulan 68
B. Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
Gambar 16. Sampel batuan Grainstone Cristalline kode sampel 47
(Tow Bed 15/ ST Tow 05)
Gambar 17. Petrografi batuan Grainstone Cristalline 48
Gambar 18. Pengambilan sampel soil pada daerah penelitian 49
Gambar 19. Kenampakan soil kedalaman a. 70 cm, b. 140 cm, 51
c. 220 cm, d.300 cm, e. 350 cm
Gambar 20. Grafik senyawa SiO2 53
Gambar 21. Grafik senyawa Al2O3 54
Gambar 22. Grafik senyawa Fe2O3 54
Gambar 23. Grafik senyawa CaO 55
Gambar 24. Grafik senyawa Na2O 56
Gambar 25. Grafik senyawa K2O 57
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh sisa tanah dari pelapukan batuan yang berlangsung intensif. Tanah
penelitian yakni pada sekitar danau towuti, kita dapat mengetahui batuan
Sehingga kita dapat mengetahui tipe dan jenis mineral yang terkandung
pada soil dari batuan dasar dan jenis batuan dasar yang terlapukkan serta
pengambilan sampel dengan metode parit uji dan sumur uji. Penerapan
karakteristik kimia dan mineral pada batuan ultrabasa yang diakibatkan oleh
proses pelapukan.
untuk mengetahui ciri fisik batuan dalam hal ini mendeskripsikan sampel
mineral pada batuan yang akan diteliti. Analisis XRD untuk mengetahui
mineral hasil pelapukan dan analisis XRF untuk penentuan senyawa yang
B. Rumusan Masalah
penelitian.
kimia X-ray Diffraction dan X-ray Fluoresence yang ditinjau dari indeks
pelapukan.
C. Tujuan Penelitian
penelitian.
3. Menentukan indeks pelapukan pada tanah (soil) yang berada pada lokasi
D. Manfaat Penelitian
bernilai ekonomis.
Selatan.
3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian yang sama pada kondisi geologi
yang berbeda.
E. Ruang lingkup
data lapangan, untuk mengetahui mineral pada batuan dasar dengan kadar
2. soil sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang
ultramafik
G. Peneliti Terdahulu
Golightly, J.P., Atmadja, R.S., and Wahyu, B.N., 1979 , Mafic and
TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Regional
membagi Pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu
:1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupa batuan ultramafik
alluvium. Dapat dilihat pada gambar 1 peta geologi regional Lembar Malili
1. Geomorfologi
batuan granit dan malihan. Sedangkan di bagian tenggara lembar peta terda
puncaknya antara lain G. Baliase (3016 m), G. Tambake (1838 m), Bulu
Nowinokel (1700 m), G. Kaungabu (1760 m), Buhi Taipa (1346 m), Bulu
Ladu (1274 m), Bulu Burangga (1032 m) dan Bulu Lingke (1209 m). Sungai-
Daerah Pebukitan menempati bagian tengah dan timur laut lembar peta
daerah ini di antaranya Bulu Tiruan ((630 m), Bulu Tambunana (477 m) dan
Teluk Bone. Pola alirannya dendrit. Daerah Kars menempati bagian timurlaut
lembar peta dengan ketinggian antara 800 - 1700 m dari permukaan laut
dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina,
“Sinkhole” dan sungai bawah permukaan. Puncak yang tinggi di daerah m di
m). Daerah Pedataran menempati daerah selatan lembar peta, mulai dan
pemukiman dan pertanian yang baik. Sungai yang mengaliri di daerah ini
yang deras, serta dengan memperhatikan dataran yang agak luas di bagian
2. Stratigrafi
(1982), bahwa stratigrafi daerah sekitar Danau Towuti tersusun oleh batuan
yang dijelaskan berdasarkan urutan umur dari yang tertua hingga termuda
sebagai berikut :
bahkan ratusan meter; terutama dalam masa dasar lempung merah bersisik
ialah olivin (45%), piroksen (25%), dan sisanya epidot, klorit dan bijih dengan
mineral berukuran halus sampai kasar. Wehrlit, bersifat padu dan pejal;
tersusun oleh mineral olivin yang berukuran halus sampai sedang. Juga
struktur kataklas.
dialami oleh batuan ini. Di beberapa tempat dunit terserpentinkan kuat yang
ditunjukkan dari struktur sisa seperti jaring pada mineral olivin dan piroksen.
perselingan antara batugamping pejal dan terhablur ulang, napal dan serpih
kalsilutit yang telah menghablur ulang dan berbutir halus, perlapisán sangat
tebal lapisan sampai 15 cm. Di beberapa tempat terdapat lensa rijang dan
sisipan batusabak.
dan padat. berupa lensa atau sisipan dalam batugamping dan napal;
antara daerah Ulu Uwoi dan Balu Wasopute, memanjang pada arah
Ultramafik berupa sesar naik; biasanya berupa suatu lajur termilonitkan atau
(1930)
Gastropoda, tebal tiap lapisan sampai 10 cm. Tufa berwarna kelabu, berbutir
cm.
Laorana tertindih secara tidak selaras oleh endapan danau dan aluvium
(Simanjumtak, 1980).
Endapan Danau (Ql) : Terdiri dari lempung, pasir dan kerikil. Lempung
tebal lapisan antara beberapa sampai 100 mm. Pasir dan kerikil, kelabu
cukup baik, dengan tebal lapisan antara beberapa hingga 20 cm. Sebaran
B. Landasan Teori
Kota kecil di sisi timur Sulawesi Inilah singkapan batuan ultrabasa atau
dkk. 1980).
1. Batuan Ultrabasa
Ultrabasa dimana batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara
oleh faktor kekar, air permukaan, stabilitas mineral, mobilitas unsur dan pH,
mineral baru yang lebih stabil, Batuan beku ultrabasa hanya dapat terbentuk
33
(Carpenter et al.,1978).
Batuan ultrabasa di jalur ofiolit ini berasal dari kerak samudra yang
lapukan batuan ultrabasa ini, ada banyak mineral yang bisa diambil, di
antaranya nikel, kobalt, mangan, bijih besi, dan kromit, Karena kita berada di
daerah tropis yang mendapat banyak hujan dan panas matahari, pelapukan
2012).
2. Soil
dan pemecahan batuan dan materi pada atau dekat permukaan bumi oleh
dekomposisi kimia dan disintegrasi fisik, yang dapat disebabkan oleh proses
sedimen atau tanah residual (residual soil) dari proses pelarutan atau
penghancuran batuan (source rocks) dari batuan sedimen, batuan beku atau
bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi soil atau
Inilah sebabnya dalam studi soil atau batuan klastika mempunyai komposisi
yang dapat sangat berbeda dengan batuan nya. Komposisi soil tidak hanya
tergantung batuan induk (nya), tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas
dan waktu lama pelapukan dan proses jenis pembentukan soil itu sendiri
batuan dimana tanah leterit merupakan jenis tanah yang telah mengalami
dan pencucian yang berlangsung dalam waktu yang lama (Mohr et al., 1972).
Sifat-sifat soil bergantung pada dua faktor utama, yaitu komposisi serta
serta jenis mineral dan struktur meliputi keadaan asli soil setempat meliputi
kepadatan, gaya tarik menarik yang kuat antara butir (Wesley, 2012).
35
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sifat soil dan cara lain untuk
klasifikasi soil, pada soil berbutir halus ternyata tidak ada lagi hubungan
secara langsung antara perilaku soil dengan ukuran butir. Pada soil berbutir
halus akan memperlihatkan sifat kohesi, plastis dengan ukuran butir 0.002
mm, sehingga cara pengujian yang mengukur sifat ini merupakan petunjuk
seragam dan penggolongan butirnya, tergantung dari butir yang lolos pada
Karakteristik soil dapat diketahui dari beberapa sifat dinamika sebagai berikut
Kondisi fisis dari suatu tanah berbutir halus pada kadar air tertentu,
Batas paling penting adalah batas cair = batas cair pada ketukan 25
(Liquid Limit), batas plastis (Plastic Limit), dan parameter ketiga yang
ditentukan dari batas plastis dan batas cair, yaitu panjang daerah
interval kadar air tanah pada kondisi plastis disebut Indeks Plastisitas
LL = Liquid Limit ( % )
PL = Plastis Limit ( % )
proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultrabasa
3. Pelapukan
Pelapukan tanah dan mineral yang melalui kontak dengan atmosfer bumi,
biota dan air, terjadi pada tempat sama, tanpa melalui pergerakan atau
(Boggs, 1995).
dalam batuan menjadi rusak atau larut oleh air, kemudian bereaksi dengan
udara (O2 atau CO2), menyebabkan unsur mineral yang lain dapat
1995).
Pada pelapukan kimia, air dan gas terlarut memegang peran yang
semua jenis pelapukan. Hal ini disebabkan karena air ada pada hampir
semua batuan walaupun di daerah kering sekalipun, akan tetapi pada suhu
udara < 300C, pelapukan kimia berjalan lebih lambat. Komposisi mineral
basa pada umumnya akan lebih cepat lapuk dari pada mineral asam.
komposisi mineral dan bahan semennya. Salah satu mineral yang mudah
hydration dan solution, yang akan menghasilkan mineral baru yang berbeda
Gambar 4. Sketsa perubahan dari batuan asal menjadi laterit (Ahmad, 2006)
(Ahmad, 2006) seperti lizardit dan mineral talk. Talk dapat terbentuk karena
hydration, dengan reaksi kimia dibawah ini, melepaskan air dan ion Mg
Tahap 2 : Pelapukan tahap pertama ini akan melepaskan unsur Mg2+ dan
Si2+, Fe, Ni, Al menjadi ion-ion yang bersifat lepas. Mineral olivin akan
Golightly (1979, dalam Ahmad, 2006). Olivin yang lapuk, akan membentuk
Eggleton, 2001).
1979)
Piroksen + ion hidrogen + air Ion Mg, Fe + molekul silicic acid (Golightly,
1979)
Jika pada proses pelapukan terdapat mineral yang bersifat tidak stabil seperti
olivin (cepat larut) dan mineral yang lebih stabil (tidak mudah larut), maka
Tahap 3 : Pada tahap ini terjadi proses oksidasi, berupa penambahan O 2-, di
goethite FeOOH dan hematit Fe2O3. Cobalt hadir dalam jumlah kecil, Al
8 pada bagian atas laterit. Mineral-mineral yang tidak stabil pada lingkungan
asam menjadi tidak stabil dan terlarutkan. Menurut Golightly (1979) di dalam
beberapa mineral seperti olivin, piroksen, serpentin, talk dan silica amorf
Tahap 4 : Pada tahap ini, unsur-unsur yang bersifat mobile sudah melarut
dalam air, dan tinggal beberapa unsur yang bersifat semi mobile seperti Ni
bersifat mobilitas rendah dan cenderung turun ke zona transisi dan zona
menjadi zona pengayaan. Selain itu Ni, yang menggantikan unsur Mg pada
serpentine.
Serpentine + Ni Ni serpentine + Mg
mengandung fragmen batuan, dan mineral yang tidak stabil seperti biotit,
yang terbentuk pada proses pelapukan kimia tingkat sedang adalah illit dan
aluminium hidroksida seperti gibsit. Mineral ini sering sebagai mineral bijih
43
a) Komposisi Batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam
arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air,
oksigen dan gas asam arang akan lebih cepat lapuk daripada mineral yang
b) Iklim
Daerah yang iklim basah dan panas, misalnya hujan tropis akan
c) Ukuran Batuan
Makin kecil ukuran batuan, makin intensif reaksi kimia pada batuan
oksigen dan gas asam arang, sehingga mudah bereaksi dengan batuan dan
2006):
Si(OH)4)
seperti K+, Na+, Ca+, Mg+, oleh ion H+. Dekomposisi mineral yang disebabkan
oleh ion hidrogen diperlihatkan pada contoh mineral Kalium feldspar. Ion
H+ masuk ke dalam Kalium feldspar KAlSi3O8 dan mengganti ion kalium yang
keluar dari kristal dan terlarut. Air yang bercampur dengan sisa molekul
8SiO2 Kaolinit adalah mineral lempung yang tidak terdapat pada batuan asal
(original rock) dan terbentuk oleh reaksi kimia, dan termasuk regolith. Reaksi
kimia dimana ion dalam mineral digantikan oleh ion-ion H+ dan OH- dalam air,
batuan.
3). Karbonasi yaitu pelapukan yang disebabkan oleh CO2 dan air membentuk
yang mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg, Na dan K. Pada proses ini
batuan gabro.
terhadap mineral besi pada batuan, terutama jika batuan dalam keadaan
45
basah. Unsur besi (fe), umum dijumpai dalam mineral pembentuk batuan,
pelapukan kimia, besi terlepas dan segera teroksidasi dari Fe2+ menjadi
ini pada batuan yang lapuk dan tanah, dapat dipergunakan untuk
5). Hidrasi yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh penyerapan air oleh
molekul air pada hematit yang membentuk gutit, atau pada anhidrit yang
membentuk gipsum.
6). Desiliksi yaitu pelapukan kimia yang di sebabkan oleh hilangnya silikat
7). Pencucian (leaching) Proses lain yang umum dijumpai pada pelapukan
dapat larut dalam batuan atau regolith oleh air. Oleh karena itu, sering juga
silika yang terlepas dari batuan oleh pelapukan kimia, sebagian tertinggal
terlarut di dalam air yang mengalir di dalam tanah. Ion kalium yang terpisah
46
dari batuan, juga terlepas sebagai larutan dalam air. Air dikenal sebagai
pelarut yang efektif dan universal, susunan molekulnya polar. Oleh sebab itu,
Beberapa jenis batuan ada yang dapat larut seutuhnya dan terbawa hanyut.
Contohnya batu garam yang dapat larut seutuhnya. Gypsum dan batu
gamping yang mineral utamanya CaCo3 juga dapat larut, terutama bila airnya
kelimpahan unsur kimia, diantaranya unsur oksida pada setiap lapisan soil
et,all, 2003 dalam Haskins, 2006). Beberapa indeks pelapukan kimia yakni :
Al2O3
CIW = x 100
Al2O3 + CaO + Na2O + k2O
dapat diterapkan dengan standar pelapukan nilai material yang didirikan oleh
diterapkan.
pada bagian luar batuan yang kemudian terlepaskan dari massa batuan
- Jenis lain ; Cracking batuan oleh akar tanaman dan hewan menggali, dapat
cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah
kering atau sangat dingin. Namun secara umum, kecepatan pelapukan kimia
(Boogs 1995).
pelapukan oleh karena air tanah dapat mengalir ke bawah dengan lancar,