SKRIPSI
NIM 11170970000072
berdasarkan nilai resistivitas batuan untuk mengetahui adanya akuifer air tanah di
geolistrik resistivitas dan konfigurasi Wenner. Pada penelitian ini, data yang
penelitian, pada model 2D, akuifer air tanah terdeteksi berada pada setiap lintasan
batu andesit, lanau, batu pasir dan mata air. Selain itu, hasil 3D juga menunjukkan
v
ABSTRACT
Program : Physics
2. Nur Hidayat S. T, M. Si
Progo area. This identification is done by using geoelectric resistivity method and
Wenner configuration. In this study, data were obtained from 7 tracks with a space
of 5 m. To obtain 2D and 3D models, the Res2Dinv and Voxler programs were used,
aquifers were detected in each track in the resistivity range of ± 0.5 – 17m and
the presence of limestone, andesite, silt, sandstone and springs were identified. In
addition, the 3D results also show the continuity of the groundwater aquifer on
tracks 3 and 4.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allahb SWT atas segala rahmat dan
rencakan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
strata satu (S1) pada Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena
1. Kedua orang tua, adik-adik, dan keluarga besar yang tidak henti-hentinya
menyelesaikan Skripsi.
2. Ibu Tati Zera, M. Si selaku Ketua Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan
5. Bapak Nashrul Hakiem, S.Si., M.T, Ph. D selaku dekan Fakultas Sains dan
vii
6. Saudara Claresta Aprila Mahardika selaku sahabat yang selalu memberikan
hingga akhir.
Skripsi ini tanpa mengurangi rasa hormat penulis tidak dapat sebutkan satu-
persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari kesalahan, oleh
pembaca agar penelitian ini menjadi lebih baik di masa yang akan dating.
Dengan demikian, penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat serta
menginspirsi membaca.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Batasan Masalah 5
1.6 Sistematika Penulisan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Kondisi Daerah Penelitian 7
2.1.1 Letak Geografis 7
2.1.2 Struktur Geologi 8
2.1.3 Stratigrafi 8
2.2 Air tanah 10
2.3 Akuifer 12
2.4 Metode Geofisika 14
2.5 Metode Geolistrik 17
2.5.1 Metode Geolistrik Resistivitas 18
2.5.2 Resistivitas Semu (Apparent Resistivity) 24
2.5.3 Konfigurasi Elektroda 25
2.5.4 Konfigurasi Wenner 29
2.6 Sifat Kelistrikan Batuan dan Mineral 30
ix
2.7 Porositas dan Pemeabilitas 32
2.8 Resistivitas Batuan 33
2.9 Prinsip Dasar Kelistrikan Bumi 35
BAB III METODE PENELITIAN 37
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 37
3.2 Peralatan Penelitian 38
3.4 Pengolahan Data Penelitian 39
3.5 Tahapan Penelitian 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46
4.1 Analisa Data Geolistrik 46
4.3 Hasil Pemodelan 3D 61
4.3.1 Lintasan 1, Lintasan 2, Lintasan 3, dan Lintasan 4 62
4.3.2 Lintasan 5, Lintasan 6, dan Lintasan 7 65
BAB V PENUTUP 69
5.1 Kesimpulan 69
5.2 Saran 70
DAFTAR REFERENSI 71
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.12 Hasil Permodelan penampang 2D Lintasan 5 56
Gambar 4.13 Hasil Permodelan penampang 2D Lintasan 5 Beserta
Interpretasi 57
Gambar 4.14 Hasil Permodelan penampang 2D Lintasan 6 58
Gambar 4.15 Hasil Permodelan penampang 2D Lintasan 6 Beserta
Interpretasi 59
Gambar 4.16 Hasil Permodelan penampang 2D Lintasan 7 60
Gambar 4.17 Hasil Permodelan penampang 2D Lintasan 7 Beserta
Interpretasi 60
Gambar 4.18 Penampang Permodelan 3D dari Arah Barat 62
Gambar 4.19 Penampang Permodelan 3D dari Arah Selatan 63
Gambar 4.20 Penampang Permodelan 3D dari Arah Timur 63
Gambar 4.21 Penampang Permodelan 3D dari Arah Utara 64
Gambar 4.22 Permodelan Penampang 3D Lintasan 1, Lintasan 2, Lintasan
3, Lintasan 4 64
Gambar 4.23 Penampang Permodelan 3D dari Arah Barat 65
Gambar 4.24 Penampang Permodelan 3D dari Arah Selatan 66
Gambar 4.25 Penampang Permodelan 3D dari Arah Timur 66
Gambar 4.26 Permodelan Penampang 3D Lintasan 5, Lintasan 6, dan
Lintasan 7 67
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sumber daya alam penting yang mendapatkan perhatian khusus
Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam
mendukung kehidupan manusia. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang
memiliki peranan penting bagi makhluk hidup. Sebagai sumber daya alam
ketersediaan air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan domestik, irigasi dan
industri. Oleh karena itu kebutuhan air semakin lama semakin meningkat, maka
bukan tidak mungkin air di muka bumi akan tidak mencukupi karena ketersedian
Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubang
pori di antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini
disebut akuifer. Akuifer merupakan kata yang terdiri dari kata aqui atau aqua, yang
bermakna air, dan kata ferre, yang berarti membawa. Selanjutnya, dari beberapa
para ahli pengertian akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan
mampu mengalirkan air. Akuifer mengandung air karena lapisan tersebut bersifat
permeable (lolos air) yaitu mampu mengalirkan air baik karena adanya pori-pori
pada lapisan tersebut ataupun memang sifat dari lapisan batuan tertentu [2]. Salah
satu bentuk identifikasi akuifer bawah permukaan yang akan diteliti berada di
1
Kulon progo merupakan salah satu kabupaten yang mengalami
semakin tinggi. Air tanah adalah salah satu sumberdaya yang paling banyak di
manfaatkan. Di daerah ini memiliki potensi airtanah yang baik dilihat dari litologi
dan akuifer yang dapat menyimpan air dan meloloskan air dengan baik.
(Akuifer), ketebalan lapisan dan kedalaman lapisan pembawa air tanah tersebut
air tanah dapat dilakukan dengan banyak metode salah satunya metode geolistrik.
elektroda arus dan beda potensial dapat diukur melalui dua elektroda potensial[4].
Berdasarkan hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda
resisitivitas salah satu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, konfigunasi
Wenner. Metode geolistrik resistivitas ini sangat tepat untuk penelitian pada
lapangan dengan metode geolistrik resistivitas telah dikaji untuk survei akuifer
2
daerah rawan air bersih pada musim kemarau daerah Telogorejo, Kecamatan
pengukuran geolistrik tahanan jenis untuk menentukan letak akuifer air bawah
penelitian akuifer air tanah kota palopo menggunakan metode geolistrik jenis
akuifer airtanah kota makassar. Sugito dkk (2019) melakukan penelitian eksplorasi
Dalam penelitian tersebut, mereka berhasil dalam memetakan akuifer air tanah
metode geolistrik konfigurasi Wenner di daerah Kulon Progo”. Metode ini sangat
3
1.2 Rumusan Masalah
Progo?
Progo
berikut.
4
1. Mampu memberikan informasi tentang kondisi geologi bawah permukaan
dalam menentukan dan memetakan akuifer air tanah dan pesebaran akuifer
2. Data yang digunakan merupakan data sekunder geolistrik yang berasal dari
BRIN.
Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dari lima bab dengan uraian
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dengan penelitian.
Pada metode penelitian diuraikan lokasi dan waktu penelitian, peralatan yang
digunakan dalam penelitian, tahapan yang dilakukan dalam penelitian dan cara
Pada hasil dan pembahasan diuraikan bagaimana hasil dari penelitian yang
telah dilakukan beserta interpretasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB V KESIMPULAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kabupaten Kulon Progo terletak pada 70 38'42" – 70 59'3" Lintang Selatan dan 1100
Peta lokasi daerah penelitian Kulon Progo, Jawa Tengah disajikan pada Gambar 2.1
7
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian.
menjadi tujuh bagian yang membentang dari utara ke selatan, terdiri atas Zona
Zona Kubah dan Perbukitan Dalam Depresi Sentral, dan Zona Pegunungan Selatan.
[5].
2.1.3 Stratigrafi
Tengah. Adapum stratigrafi Kulon Progo dimulai dari yang paling tua sampai yang
8
1. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan disusun oleh batu pasir dengan sisipan lignit, napal
pasiran, batu lempung dengan konkrensi limonit, sisipan napal dan batu
gamping, batu pasir, tif kaya akan foraminifera dan moluska, diperkirakan
ketebalannya 350 m. wilayah tipe formasi ini tersusun oleh endapan laut
Formasi Andesit Tua disusun oleh breksi volkanik dengan fragmen andesit,
lapilli tuf, tuf, lapilli breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta batu
pasir volkanik yang tersikap di daerah Kulon Progo. Formasi ini tersikap
baik di bagian tengan, utara, dan barat daya daerah Kulon Progo yang
3. Formasi Jonggrangan
napal tufan, dan batu pasir gampingan dengan kandungan moluska serta
batu lempung dengan sisipan lignit. Di bagian atas, berupa batu gamping
berlapis dan batu gamping koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan
9
4. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo disusun oleh batu gamping dan batu pasir napalan. Bagian
bawah terdiri dari konglomerat yang ditumpuki oleh napal tufan dengan
sisipan tuf kaca. Batuan ini ke arah atas berangsur-angsur berubah menjadi
Endapan Aluvial ini terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung
Air tanah merupakan salah satu jenis sumber daya air yang banyak di
gunakan oleh manusia. Air tanah juga memiliki keunggulan dibandingkan air
permukaan. Keunggulan air tanah yaitu kualitas dan kuantitas yang lebih baik
dalam pemanfaatan oleh manusia. Air tanah memiliki sifat yang lebih sulit untuk
tercemar karena terletak di bawah permukaan tanah [6]. Kebutuhan air akan
seperti peternakan, pertanian, maupun kebutuhan rumah tangga. Oleh kerena itu
persediaan air juga semakin terbatas. Di sisi lain masyarakat masih banyak yang
10
kebutuhan tersebut. Akibat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, maka
Air ditemukan diudara dalam bentuk awan dan hujan, dipermukaan bumi
air ada di danau dan sungai, dan proses dalam permukaan bumi sebagai air bawah
tanah [8]. Air tanah yang terbentuk berasal dari air hujan maupun aliran air
permukaan yang meresap (infiltrate) ke zona tak jenuh (zona of aeration) dan
selanjutnya meresap semakin dalam (percolate) sehingga mencapai zona jenuh air
dan menjadi air tanah [2]. Air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam
ruang antara butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang mempunyai kualitas
paling baik. Kualitas air tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan geologi, jenis
material tanah, dan penggunaan lahan. Air tanah terdapat di suatu lapisan geologi
yang mempunyai kemampuan untuk meloloskan dan menyimpan air tanah dalam
jumlah berarti. Menurut Todd (1980) secara umum formasi geologi penyusun air
1. Akuifer
11
2. Akuiklud
3. Akuifuge
mampu meloloskan air. Contoh material akuifuge seperti batuan granit yang
solid.
4. Akuitard
meneruskan air tanah walaupun tidak dalam jumlah yang besar. Contoh
2.3 Akuifer
Akuifer adalah lapisan pembawa air. Akuifer merupakan lapisan bawah tanah
yang mengandung air dan mampu mengalirkan air. Oleh karena itu, Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable [10]. Lapisan impermeable terdiri dari dua jenis yaitu
lapisan kedap air (aquiclude) dan lapisan kebal air (aquifuge). Berdasarkan
12
1. Akuifer Bebas (Akuifer Tidak Tertekan) (Uncofined Aquifer)
pembatasnya (aquitard) hanya dibagian bawah saja dan tidak ada lagi sekat
dengan atasnya, yakni pada muka air tanah. Air tanah dalam akuifer tertutup
oleh lapisan impermeable. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas
adalah permukaan air bebas, maka permukaan air tanah bebas adalah batas
antara zona yang jenuh. Akuifer ini disebut Phriatic aquifer atau free
aquifer.
Akuifer tertekan atau terkekang merupakan suatu akuifer jenuh air yang
pada lapisan atas dan bawah merupakan lapisan yang kedap air sebagai
pembatasanya. Akuifer ini dipastikan tidak terdapat air yang mengalir. Pada
akuifer ini tekanan air lebih besar dari tekanan atmosfer. Oleh karena itu,
jenuh air, dengan bagian atas dibatasi oleh lapisan setengah kedap air dan
pada bagian bawah di batasi oleh lapisan kedap air. Pada lapisan
4. Akuifer menggantung
tanahnya terpisah dari air tanah induk. Di pisahlan dengan suatu lapisan
13
yang relative kedap air yang begitu luas dan terletas di atas daerah jenuh air.
Akuifer ini biasanya terletak di atas lapisan formasi geologi yang kedap air.
berbeda-beda. Formasi geologi dalam hal ini adalah akuifer dapat di identifikasi
dengan menggunakan metode geofisika. Salah satu metode gosfisika yang banyak
di gunakan yaitu metode geolistrik tahanan jenis. Material atau batuan dengan
rongga atau pori-pori akan banyak memiliki tingkat tahanan jenis (resistivitas) yang
beda dengan material atau batuan yang memiliki sedikit pori-pori [12].
alam, khususnya ditinjau dari aspek-aspek Fisika, geologi dan matematika. Dobrin
mitigasi bencana gempa bumi, mitigasi bencana gunung api, eksplorasi minyak
bumi, eksplorasi mineral dan logam, dan juga dapat dimanfaatkan untuk
14
kepentingan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan bangunan.
Untuk pemanfaatan ilmu geofisika tersebut, maka diperlukan metode yang sesuai.
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode
pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang
bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan
ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan
lain sebagainya.
metode utama, yaitu metode seismik, metode gravitasi, metode magnetik, dan
metode elektrik. Metode elektrik sendiri dibagi lagi menjadi metode resistivitas,
induksi polarisasi, potesial diri, elektromagnetik, dan radar. Perbedaan dari keempat
15
Tabel 2.1 Metode Geofisika (Kearey, 2002).
yang berbeda terhadap parameter fisika yang diukur. Sebagai contoh, jika ingin
melakukan eksplorasi mineral logam, akan jauh lebih efektif menggunakan metode
Beberapa contoh penggunaan metode geofisika dapat dilihat pada Tabel 2.2
dibawah ini:
16
Tabel 2.2 Aplikasi metode geofisika (Kearey, 2002).
Magnetik, Elektromagnetik,
Eksplorasi mineral mengandung
Resistivitas, Potensial Diri, Indksi
logam
Polarisasi, Radiometrik
pada tahun 1912. Metode geolistrik adalah salah satu metode yang paling akurat di
air tanah maupun dalam penelitian pencemaran air tanah, merancang bangunan, dan
17
penemuan arkeologi pondasi terpendam [15]. Metode geolistrik mempunyai
banyak macam, termasuk di dalam nya yaitu : Metode Potensial Diri/Self Potensial
polarization) [4].
mempelajari sifat resistivitas dan lapisan batuan yang ada di dalam bumi. Prinsip
permukaan tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda potensial dengan
sepasang elektroda yang lain [16]. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah
permukaan dengan arus yang sama akan di peroleh suatu varisai beda tegangan
yang berakibat akan terdapat variasi kekuatan yang akan membawa suatu informasi
tentang struktur yang akan dilewati [17]. Parameter penting dari resistivitas adalah
arus lisrik kedalam bumi melalui dua elektroda arus dan potensialnya di ukur
permukaan ekipotensialnya[19].
Dalam penelitian, Hendri Azwar (2004) pemodelan lapisan air tanah dalam
18
akuifer dengan nilai resistivitas antara 9-40 m dengan kedalaman sekitar 5-50m
untuk akuifer permukaan dan sekitar 90-125 m untuk akuifer dalam permukaan
menyimpan air tanah berdasarkan nilai resistivitas lapisan batuan. Hasil interpretasi
di enam titik pengukuran daerah penelitian dapat dijumpai dua sistem akuifer, yakni
lapisan penyusun berupa pasir, terletak pada kedalamanan 0.84 – 12.02 meter dan
lapisan penyusun material berupa batu pasir, dijumpai pada kedalaman 38.79 meter.
Daerah potensi akuifer dijumpai pada titik pengukuran pertama yakni kelurahan
Trimulyo dengan ketebalan lapisan 9.66 meter untuk jenis uncofined aquifer,
struktur dan kondisi lapisan bawah permukaan bumi berdasarkan nilai resistivtas
batuan perencanaan sipil. Secara umum kondisi litologi lapisan bawah permukaan
pada daerah penelitian mengandung alluvium, batupasir tufan baik dengan tekstur
halus dan keras, juga terdapat lapisan akuifer dengan besar nilai resistivitas antara
menentukan letak akuifer air bawah tanah Dari hasil pengukuran, pengolahan dan
19
interpretasi data didapatkan sebaran nilai resistivitas pada area penelitian berkisar
antara 1 – 262 m. Nilai resistivitas yang dapat diinterpretasikan sebagai akuifer
air tanah adalah 1 – 60 m. Pada Lintasan L01 didapatkan akuifer Bebas, pada
lintasan L-02 didapatkan akuifer terkekang dan pada lintasan L-3 didapatkan
di kecamatan Sendana kota Palopo berupa pasir dan kerikil yang memiliki nilai
lapisan akuifer dan lapisan Breksi berselingan Lava (76 Ωm – 2.203,19 Ωm). Posisi
akuifer pada daerah penyelidikan tersebar di setiap lintasan. Jenis akuifer yang ada
pada daerah tersebut yaitu akuifer bebas dan akuifer menggantung [25].
bahwa terdapat dua jenis akuifer di lokasi penelitian yang berada pada kisaran <12,3
Ohm.m dan >12,9 Ohm.m yang dimana resistivity dengan nilai <12,3 Ohm.m
diinterpretasikan sebagai lapisan tufa yang mengandung air kualitas rendah (payau)
mengandung air kualitas baik (tawar). Kedua jenis akuifer baik yang mengandung
air tawar atau payau berselang seling berdasarkan level kedalaman yang berbeda.
20
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa karakteristik lapisan akuifer Kota
Delta [26].
pada kedalaman lebih dari 40,0 m, yaitu pada titik sounding Sch-L1, diperkirakan
berupa lapisan pasir dengan nilai resistivitas 4,88 Ω.m. Pada titik sounding Sch-L2,
akuifer merupakan lapisan pasir dengan nilai resistivitas 5,15 Ω.m pada kedalaman
≤ 56,0 m, dan pada titik sounding Sch-L3, berupa lapisan pasir dengan nilai
akuifer dangkal yang dapat dimanfaatkan oleh manusia secara mudah dan efisien.
pasir dengan resisitivitas 20 – 70 Ωm, lapisan soil dan sisipan batu gamping dengan
resistivitas 70 – 300 Ωm. Lapisan pasir berperan sebagai akuifer karena dapat
menyimpang dan meyoloskan air. Pada lokasi penelitian lapisan pasir berada pada
21
kedalaman 5 – 10 meter yang berpotensi sebagai akuifer dangkal yang tergolong
kualitatif menunjukkan hasil bahwa struktur bawah permukaan pada setiap titik
pengukuran memiliki kesamaan, yaitu pada lapisan teratas merupakan lapisan top
lempung yang lolos air (permeable), selanjutnya adalah lapisan pasir yang memiliki
fungsi sebagai lapisan akuifer air tanah. Kedalaman lapisan akuifer air tanah
kedua yaitu 1,15–7,68 meter dan akuifer terdalam pada titik pengukuran ketiga
yaitu 41,2–61,7 meter. Rentang nilai resistivitas akuifer pada tiap titik pengukuran
22
Menurut hukum Ohm, hubungan antara arus listrik yang mengalir di sebuah
kawat berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan. Secara matematis
di tuliskan sebagai:
𝑉=𝐼× 𝑅 (1)
Dimana:
Aliran arus di dalam batuan dan mineral dapat terjadi jika batuan atau
mineral memiliki banyak ekeltron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam
batuan atau mineral oleh elektron bebas tersebut. Aliran listrik juga di pengaruhi
oleh karakteristik dan sifat masing-masing batuan yang dilewati. Salah satu
karakteristik dan sifat batuan tersebut adalah resistivitas. Resistivitas ini disebut
juga hambatan jenis yang merupakan parameter yang mengalirkan arus listrik [18].
yang merupakan kemampuan bahan dalam menghambat aliran arus listrik yang
23
Jika di lihat dari sebuah penampang berbentuk silinder dengan panjang (L),
luas penampang (A) dan resistansi (R), maka hubungan anatar resistansi dan
𝐿 (2)
𝑅=𝜌
𝐴
Dimana:
R = Resistansi (Ohm)
𝜌 = Resistivitas (Ohm)
mengalirkan arus melalui elektroda C1 dan C2 dan pengukuran beda potensial pada
P1 dan P2. Jika diasumsikan bahwa bumi homogen isotropis, maka tahanan jenis
yang diperoleh adalah tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada
24
pengaruh lapisan-lapisan tersebut. Harga resisitivitas yang diukur seolah-olah
merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, sehingga resistivitas yang
2∆𝑉 1 (3)
𝜌𝑎 =
𝐼 1 1 1 1
(𝑟1 − 𝑟2) − (𝑟3 − 𝑟4)
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1
[(𝑟1 − 𝑟2) − (𝑟3 − 𝑟4)]
K merupakan suatu teteapan dan nilainya terganting pada susunan elektroda yang
∆𝑉 (4)
𝜌𝑎 = 𝐾
𝐼
Dimana:
yang terdiri dari lima jenis yang sesuai dengan factor geometrinya, yaitu:
1. Wenner
2. Pole – Pole
25
3. Dipole – Dipole
4. Pole – Dipole
5. Wenner – Schlumberger
beda. Hal ini disebabkan karena letak elektroda arus dan elektroda potensial
26
Tabel 2.3 Konfigurasi keunggulan dan kekurangan.
27
detektor (potensial) yang berjarak relatif dekat
28
Konfigurasi ini menghasilkan resolusi yang tinggi
sensitive baik
konfigurasi Wenner elektroda arus (C1 dan C2) dan potensial (P1 dan P2) terletak
simetris dengan titik sounding dimana jarak antar elektroda arus (C1 dan C2)
besarnya tiga kali jarak antar elektroda potensial. Oleh karena itu, jika jarak masing-
elektroda arus (C1 dan C2) terhadap titik sounding merupakan 3a dimana dengan
jarak spasi elektroda tersebut tidak berubah-ubah untuk setiap titik sounding yang
diamati.
29
Gambar 2.4 Susunan Konfigurasi Wenner[34] .
yang sensitif karena konfigurasi Wenner memiliki lebar spasi elektroda potensial
yang besar lalu memiliki kuat sinyal yang besar, sehingga baik digunakan di daerah
dengan noise yang tinggi. Kelemahannya ialah jika ingin mendapatkan tingkat
sensitivitas yang tinggi untuk daerah dekat permukaan, semua elektroda harus
[35]:
K = 2𝜋𝑎 (5)
kedalamnya. Aliran arus listrik di pengaruhi oleh porositas batuan dan dipengaruhi
< ρ < 1 Ωm, Konduktor sedang : 1 < ρ < 107 Ωm, dan Isolator : ρ > 107 Ωm [36].
30
Aliran listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi tiga,
1. Konduksi Elektronik
electron bebas. Akibatnya arus listrik mudah mengalir pada batuan ini.
Aliran arus listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakterisrik masing-
masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan
listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu batuan, maka semakin sulit
semakin mudah nilai resistivitas suatu batuan, maka semakin mudah pula
2. Konduksi Elektrolit
resistivitas yang tinggi. Konduksi elektrolit banyak terjadi pada batuan atau
materi yang bersifat porous dan pada pori-pori tersebut terisi oleh larutan
konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit dalam air. Konduktivitas
dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-
31
3. Konduksi Dielektrik
batuan tersebut mempunyai electron bebas sedikit bahkan tidak sama sekali.
Namun dikarenakan adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektrin-
yang terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara
keseluruhan dan nilai porositas biasanya dinyatakan dalam persen. Ukuran suatu
merupakan ruang di dalam batuan selalu terisi oleh fluida, seperti air tawar atau
asin, udara, atau gas bumi. Porositas efektif adalah apabila bagian rongga pori-pori
Porositas berdasarkan waktu dan proses terjadi diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu:
32
Permeabilitas (k) merupakan kemampuan medium berpori untuk
laju air didalam tanah. Permeabilitas sangat penting untuk menentukan besarnya
variasi harga yang sangat banyak. Konduktor merupakan bahan yang memiliki
dari 107 m. Kondisi didalam konduktor berisi banyak electron bebas dengan
bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh ikatan ionic maka electron valensi
33
Tabel 2.4 Nilai resistivitas beberapa macam material (Telford,1990).
Resistivas menyatakan pada sifat khas dari suatu bahan, yaitu kemampuan
bahan menghantarkan suatu arus listrik dengan satuan m. Satu m menyatakan
besarnya hambatan suatu bahan yang memiliki panjang 1 m dan luas penampang 1
m2. hal ini berate bahwa untuk bahan tertentu, harga resistivitas juga bernilai
resistivitas hanya bergantung pada jenis mineral penyusun dan tidak bergantung
pada factor geometri [18]. Jenis mineral tanah memiliki sifat fisik yaitu sifat yang
34
berhubungan dengan elemen penyusun massa tanah yang mengindikasikan jenis
dan kondisi tanah. Tanah terdiri dari elemen fase yaitu: butiran padat (solid), air
dan udara. Fase dan elemen penyusun tanah berpengaruh terhadap resistivitas
tanah.
Metode Geolistrik mempelajari sifat resistivitas (Tahanan Jenis) dari lapisan batuan
didalam bumi sifat tahanan jenis sebagai media/alat untuk mempelajari keadaan
bawah permukaan.
Dalam suatu materi, baik itu berupa padatan, cairan maupun gas, terjadi
interaksi antara satu atom dengan atom lainnya. Interaksi ini menyebabkan
beberapa elektron dapat lepas dari ikatannya dan menjadi electron bebas. Banyak
tidaknya electron bebas ini dalam suatu materi menentukan sifat materi tersebut
dalam menghantarkan arus listrik. Makin banyak mengandung electron bebas yang
Materi yang banyak mengandung electron bebas disebut konduktor, dan yang tidak
35
Batuan merupakan suatu jenis materi sehingga batuan pun mempunyai sifat-
sifat kelistrikan. Sifat listrik batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan
arus listrik ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat
[39].
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2021. Data yang digunakan
berasal dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dilakukan secara
daring. Peta lokasi daerah penelitian Kulon Progo, Jawa Tengah disajikan pada
37
3.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat keras dan
perangkat lunak.
a) Perangkat keras
Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini berupa 1 buah laptop
b) Perangkat lunak
laporan.
2. Notepad
3. Res2Dinv
38
digunakan untuk membuat pemodelan penampang 2D bawah
banyak didalamnya.
4. Voxler
5. ArcMap 10.6
Res2Dinv yaitu dilakukan penyusunan raw data pada Notepad yang kemudian akan
39
Gambar 3.2 Hasil Raw Data Resistivitas (Kiri) dan Data Topografi (Kanan) pada Notepad.
Pada penelitain ini ada beberapa tahapan dalam pengolan data penelitian
bawah permukaan dari data hasil survei geolistrik [40]. Program ini
Shlumberger = 7)
40
4. Line 4= jumlah titik datum.
terinduksi (IP).
semu.
permukaan.
41
data yang diihasilkan pada bawah permukaan (dekat dengan
daerah penelitian.
menginput file data dengan format .dat yang nantinya jika berhasil akan
proses inversi data, dimana pada Res2Dinv ini digunakan proses inversi
3.3.
42
Gambar 3.3 Hasil Permodelan 2D Penampang Bawah Permukaan dengan topografi.
untuk mengetahui akuifer bawah permukaan untuk lebih detail yang tidak diketahui
pada Res2Dinv. Pada voxler data diinput dengan format .dat. data yang digunakan
pada voxler merupakan data hasil inversi pada Res2Dinv yang disimpan dengan
format .xyz yang selanjutnya disusun pada Notepad dan disimpan dengat format
.dat.
Gambar 3.4 Susunan Data pada Notepad untuk Permodelan Penampang 3D di Voxler.
43
Keterangan pada gambar 3.4:
X: Lokasi Elektroda
Y: Lokasi Lintasan
Z: Kedalaman
44
3.5 Tahapan Penelitian
Alur tahapan penelitian di dapat di gambar dengan diagram alir berikut ini:
Penelitian ini dimulai dengan penentuan topik dan melakukan studi literatur
mengenai topik, lokasi daerah penelitian, dan konfigurasi yang digunakan pada
terdiri dari data resistivitas semu, data koordinat lokasi penelitian dan data
dan Voxler untuk 3D. Terakhir, menginterpretasi hasil permodelan 2D dan 3D,
kemudian selesai.
45
BAB IV
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lokasi penelitian dan
pengambilan data di daerah Kulon Progo, Jawa Tengah. Data yang diperoleh dari
instansi sebanyak 7 lintasan. Setiap lintasan memiliki panjang lintasan 235 meter
46
Data lokasi pengukuran data geolistrik resistivitas diplot ke dalam Google
Earth Pro sehingga lintasan penelitian dapat dipetakan. Pada gambar 4.1, lintasan
pengukuran terlihat terletak pada tanah kosong, dan dipisahkan oleh jalan yaitu
dikarekana map Google Earth Pro yang digunakan merupakan data citra terbaru
2021 sehingga terdapat perbedaan dengan kondisi pada saat pengambilan data.
permodelan penampang 2D. Data geolistrik hasil pengukuran yang terdapat pada
Notepad, yaitu yang berupa resistivitas semu dan topografi diinput ke pada
Res2Dinv dengan format .dat. Pada Res2Dinv data geolistrik hasil pengukuran di
input dengan memilih read data file. Setelah proses read data file selesai akan
47
terlihat informasi-informasi hasil pengukuran berupa jarak antar elektroda,
Untuk memilih jumlah iterasi dalam proses inversi diatur pada menu change
settings dan memilih number of iterations. Selanjutnya pada menu inversion untuk
melihat sebaran data geolistrik hasil pengukuran dapat dilihat pada menu display
Sebelum proses inversi data, pada choose logarithm of apparent resistivity dipilih
2D. untuk memasukkan data topografi dapat dilakukan pada menu display
selanjutnya show inversion results. Selanjutnya akan tampil tab baru, lalu pada
keterangan besar resistivitas yang terdapat pada hasil permodelan dan dicocokkan
48
dengan warna dalam penampang 2D yang dihasilkan. Selanjutnya, untuk hasil
memetakan akuifer air tanah dan kedalaman akuifer yang berada di daerah
memetakan akuifer air tanah dan kedalaman akuifer didaerah penelitian tersebut.
menggunakan software Voxler dengan menggunakan data hasil inversi tiap lintasan
dari Res2Dinv yang disimpan dengan format .xyz. Data yang berbentuk .xyz
disusun dan disimpan pada Notepad dengan format .dat unruk dilakukan
49
Berdasarkan peta geologi regional Kulon Progo, Jawa Tengah, Yogyakarta
memiliki titik penelitian litologi penyusun formasi alluvium (Qa), yaitu yang
meliputi kerakal, pasir, lanau dan lempung dan formasi sentolo (Tmps), yaitu batu
gamping dan batu pasir napalan. Didaerah penelitian di perkirakan terdapat adanya
banyak akuifer.
1. Lintasan 1
elektroda dengan jarak spasi antar elektroda sebesar 5 meter. Di lintasan 1 terdapat
291 titik datum. Dalam proses inversi lintasan 1 dilakukan iterasi sebanyak 5 kali
dan diperoleh error sebesar 1,2%. Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini
50
Dugaan hasil investigasi struktur bawah permukaan pada lintasan 1 didominasi oleh
lapisan dengan nilai resistivitas antara 3.4 – 11.9 m di kedalaman ± 12,4 – 19,8
m yang ditujukkan oleh warna biru tua hingga biru muda,dimana lapisan tersebut
terdiri dari akuifer air tanah. Untuk lapisan dengan nilai resistivitas antara 22.9 –
79.2 m dikedalaman ± 28,7 yang ditujukkan oleh warna hijau hingga kuning,
dimana lapisan tersebut terdiri dari batu lempung dan batu gamping. Dan untuk
lapisan dengan resistivitas 149 – 280 m dikedalaman ±1,25 – 6,38 dan ±33,8 yang
ditunjukkan oleh warna coklat hingga ungu, dimana lapisan tersebut lanau dan batu
tahanan jenis rendah yang diperkirakan sebagai akuifer menengah dengan ketebalan
51
2. Lintasan 2
dengan jarak spasi antar elektroda sebesar 5 meter. Di lintasan 2 terdapat 291 titik
datum. Dalam proses inversi lintasan 2 dilakukan iterasi sebanyak 5 kali dan
diperoleh error sebesar 1,6 %. Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini adalah
lapisan dengan nilai resistivitas antara 1.4 – 12.2 m di kedalaman ± 39,4 m yang
ditunjukkan oleh warna biru tua hingga biru muda, dimana lapisan tersebut terdiri
dari akuifer air tanah. Untuk lapisan dengan nilai resistivitas antara 12.2 – 51.0 m
di kedalaman ±6.38 – 33,8 m yang ditujukkan oleh warna hijau hingga tosca,
dimana lapisan tersebut terdapat batu lempung dan batu gamping. Dan untuk
lapisan dengan nilai resistivitas 104 – 214 m di kedalaman ± 1,25 dan ± 19,8 –
28,7 m yang ditunjukkan oleh warna coklat hingga ungu, dimana lapisan tersebut
terdapat lanau dan batu andesit. Dengan adanya warna biru hingga hijau dapat
diperkirakan adanya nilai tahanan jenis rendah dengan nilai kurang dari 25 m.
52
Lapisan yang diperkirakan sebagai akuifer dangkal pada lintasan ini terdapat di
3. Lintasan 3
dengan jarak spasi antar elektroda sebesar 5 meter. Di lintasan 3 terdapat 359 titik
datum. Dalam proses inversi lintasan 3 dilakukan iterasi sebanyak 5 kali dan
diperoleh error sebesar 5.0 %. Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini adalah
53
350 m dengan kedalaman yang diperoleh 65 meter dibawah permukaan tanah.
lapisan dengan nilai resistivitas antara 0.60 – 10.1 m dikedalaman ± 6,38 – 19,8
dan ± 39,4 m yang ditunjukkan oleh warna biru muda hingga warna biru hingga
hijau, dimana lapisan tersebut terdapat akuifer air tanah. Dan untuk lapisan dengan
warna kuning, dimana lapisan tersebut terdapat batu lempung. Dan untuk lapisan
dengan nilai resistivitas 107 – 350 m di kedalaman ± 1,25 san ± 12,4 – 33,8 m
yang ditunjukkan oleh warna coklat hingga ungu, dimana lapisan tersebut terdapat
lanau, batu andesit, dan batu pasir. Lapisan yang di perkirakan sebagai akuifer pada
54
4. Lintasan 4
dengan jarak spasi antar elektroda sebesar 5 meter. Di lintasan 4 terdapat 323 titik
datum. Dalam proses inversi lintasan 4 dilakukan iterasi sebanyak 5 kali dan
diperoleh error sebesar 9.6 %. Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini adalah
lapisan dengan nilai resistivitas antara 0.50 – 10.2 m di kedalaman ± 1,25 – 33,8
m yang ditunjukkan oleh warna biru hingga hijau, dimana lapisan tersebut terdapat
akuifer air tanah. Untuk lapisan dengan resistivitas 33.0 m di kedalaman ± 1,25
– 28,7 m yang ditunjukkan oleh warna kuning, dimana lapisan tersebut terdapat
batu lempung. Dan untuk lapisan dengan resistivitas 107 – 346 m di kedalaman
± 1,25 m yang ditunjukkan oleh warna coklat hingga ungu, dimana lapisan tersebut
lanau, batu andesit, dan batu pasir. Lapisan yang diperkirakan sebagai akuifer pada
55
Gambar 4.11 Hasil Permodelan Penampang 2D Lintasan 4 Beserta Interpretasi.
5. Lintasan 5
dengan jarak spasi antar elektroda sebesar 5 meter. Di lintasan 5 terdapat 360 titik
datum. Dalam proses inversi lintasan 5 dilakukan iterasi sebanyak 5 kali dan
diperoleh error sebesar 0.74%. Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini adalah
56
lapisan dengan nilai resistivitas antara 5.0 – 17.0 m di kedalaman ± 1,25 – 12,4
dan ± 39,4 m yang ditunjukkan oleh warna biru tua hingga biru muda, dimana
lapisan tersebut terdapat akuifer air tanah. Untuk lapisan dengan resistivitas 31.2 –
57.4 m di kedalaman ± 6,38 dan ± 28,7 – 33,8 m yang ditunjukkan oleh warna
tosca hingga hijau, dimana lapisan tersebut terdapat lempung dan batu gamping.
Dan untuk lapisan dengan resistivitas 105- 356 m di kedalaman ± 1,25 – 12,4
dan ± 19,8 – 33,8 m yang ditunjukkan oleh warna kuning hingga ungu, dimana
lapisan tersebut terdapat lanau, batu andesit, dan batu pasir. Di bagian permukaan
terdapat nilai tahanan jenis rendah yang di duga sebagai akuifer dangkal. Di
kedalaman sekitar 0 – 5 meter di duga terdapat lapisan dengan nilai tahanan jenis
rendah.
57
6. Lintasan 6
dengan jarak spasi antar elektroda sebesar 5 meter. Di lintasan 6 terdapat 360 titik
datum. Dalam proses inversi lintasan 6 dilakukan iterasi sebanyak 5 kali dan
diperoleh error sebesar 0.78 %. Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini adalah
lapisan dengan nilai resistivitas antara 4.4 – 13.0 m di kedalaman ± 12,5 dan ±
12,4 – 39,4 m yang ditunjukkan oleh warna biru tua hingga biru muda, dimana
lapisan tersebut terdapat akuifer air tanah. Untuk lapisan dengan resistivitas 22.6 –
67.4 m di kedalaman ± 6,38 m yang ditunjukkan oleh warna hijau hingga kuning,
dimana lapisan tersebut terdapat batu lempung dan batu gamping. Dan untuk
lapisan dengan resistivtas 116 – 201 m di kedalaman ± 1,25 dan ± 6,38 – 33,8
m yang ditunjukkan oleh warna coklat hingga ungu, dimana lapisan tersebut
terdapat lanau dan batu andesit. Area ini dekat dengan mata ir di elektroda 0 m
58
terdapat adanya ciri patahan turun yang terlihat menggeser dan memotong lapisan
7. Lintasan 7
elektroda dengan jarak spasi antar elektroda sebesar 5 meter. Di lintasan 7 terdapat
360 titik datum. Dalam proses inversi lintasan 7 dilakukan iterasi sebanyak 5 kali
dan diperoleh error sebesar 2,7 %. Nilai resistivitas maksimal pada lintasan ini
59
tanah. Dugaan hasil investigasi struktur bawah permukaan lintasan 7 didominasi
oleh lapisan dengan nilai resistivitas antara 0.6 – 13.7 m di kedalaman ± 12,4 –
39,4 m yang ditunjukkan oleh warna biru tua hingga hijau, dimana lapisan tersebut
terdapat akuifer air tanah. Dan untuk lapisan dengan resistivitas 30.0 – 65.5 m di
kedalaman ± 1,25 dan ± 12,4 – 33,8 m yang ditunjukkan oleh warna kuning hingga
hijau, dimana lapisan tersebut terdapat batu lempung dan batu gamping. Dan untuk
lapisan dengan nilai resistivitas 143 m di kedalaman ± 1,25 dan ± 19,8 – 28,7
m ditunjukkan oleh warna merah hingga ungu, dimana lapisan tersebut terdapat
lanau dan batu andesit. Di lintasan ini dekat dengan mata air yang melintas pada
elektroda 115 m. Dimana pada elektroda 60 meter terdapat tanda patahan yang
diduga menjadi tempat keluarnya air dan pada lapisan akuifer dibawahnya menjadi
sumber mata air yang yang keluar disekitar elektroda 115 meter. Dapat dilihat
dengan sangat jelas dari penampang resistivity bahwa supply air tanah sebagai
sumber mata air berasal dari akuifer dibawah mata air yang tertutup rapi oleh batuan
60
Berdasarkan hasil permodelan 2D ketujuh lintasan penelitian dapat diketahui
besar resisistivitas material yang di sajikan dalam Tabel 4.2 dan klasifikasi patahan
Lintasan Patahan
Data hasil inversi pada Res2Dinv disimpan dalam bentuk .xyz untuk
model 3D ini adalah untuk mengetahui distribusi nilai resistivitas secara vertical
dan horizontal. Data yang dimasukkan pada software ini yaitu panjang lintasan,
jarak lintasan, kedalaman, nilai resistivitas dan nama lintasan. Pada voxler
umtuk melihat adanya akuifer air tanah. Pada permodelan penampang 3D hasil
61
permodelan dikorelasikan dengan hasil permodelan penampang 2D yang
bertujuan untuk mengetahui kemenerusan, potensi akuifer air tanah dimana besar
resistivitasnya berada di nilai 0,5 – 300 m akan ditandai dengan warna hijau.
62
Gambar 4.19 Penampang Permodelan 3D dari Arah Selatan.
63
Gambar 4.21 Penampang Permodelan 3D dari Arah Utara.
air tanah pada lintasan 3 dan lintasan 4 yang ditandai berwarna hijau saling
berdekatan.
64
4.3.2 Lintasan 5, Lintasan 6, dan Lintasan 7
Lintasan 5, Lintasan 6, dan Lintasan 7 masing-masing memiliki panjang
berada di nilai 0,5 – 300 m akan ditandai dengan warna hijau. Pada permodelan
penampang 3D juga dapat diketahui volume dari gabungan ketiga lintasan, yaitu
65
Gambar 4.24 Penampang Permodelan 3D dari Arah Selatan.
tidak terlihat adanya kemenerusan akuifer air tanah, dikarenakan pengolahan data
daerah ini dilakukan hanya dengan perkiraan oleh software, sehingga permodelan
66
yang dihasilkan kurang akurat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengambilan data
pada daerah ini untuk mendapatkan permodelan 3D yang lebih baik atau lebih
bahwa nilai tahanan jenis yang ada di nilai sama kurang dari 20 , tetapi semakin
mengarah ke utara semakin mengecil sebaran akuifer air tanah. Dengan sebaran 250
meter didominasi dengan akuifer dangkal, sebaran akuifer air tanah yang sangat
besar tertutup dengan lapisan batuan yang berada diatasnya. Akuifer ini berada di
dalam kedalaman 10 sampai kurang lebih 45 meter. Dari gambar tersebut terlihat
warna merah muda hingga hijau, hal ini menunjukkan bahwa nilai resistivitas pada
lintasan ini berkisar 0.7 – 306,496 m. Akuifer ini harus dijaga dan dilindungi agar
67
Berdasarkan hasil permodelan penampang 3D antara 2 lintasan, dapat dilihat
secara lebih detail interpretasi potensi adanya akuifer air tanah berdasarkan
permodelan 3D yang telah dilakukan yang dapat disajikan dalam Tabel 4.4:
Tabel 4.4 Hasil Interpretasi Potensi Kemenerusan Akuifer Air Tanah berdasarkan
Permodelan Penampang 3D.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
tanah dangkal terletak dekat dengan permukaan dan lapisan akuifer air tanah
mengandung air 0,29 -17,0 m, nilai resistivitas yang mengandung batu
gamping sebesar 22.4 – 79.2 m, dan nilai resistivitas yang mengandung
batu andesit, lanau, dan batu pasir sebesar 104 – 356 m.
ciri patahan turun yang terlihat menggeser dan memotong lapisan akuifer
keluarnya air dan pada lapisan akuifer dibawahnya menjadi sumber mata air
kemenerusan akuifer air tanah antara lintasan 3 dan lintasan 4 yang menerus
4. Dibawah akuifer yang tepat dibawah posisi mata air terdapat sebaran akuifer
air tanah yang cukup besar yang tertutup oleh lapisan batuan yang diatasnya.
69
Akuifer air tanah sangat bermanfaat untuk warga sekitar dan harus di
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masih banyak yang dapat dapat
3. Dilakukan uji pompa untuk mengetahui debit air tanah yang berada di
akuifer tersebut.
70
DAFTAR REFERENSI
71
[12] Zohdy, A.A.R.; Eaton, G.P. dan Mabey, D.R. Application of Surface
Geophysics to Groundwater Investigation. Washington. 1980.
[13] B. A. B. Pengantar, G. Eksplorasi, B. A. B. Pengantar, B. A. B. Pengantar,
and G. Eksplorasi, “Bab 1. pengantar geofisika eksplorasi 1,” 2021, pp. 1–
20.
[14] D. Hanifa, I. Sota, and S. S. Siregar, “Penentuan Lapisan Akuifer Air Tanah
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Desa Sungai Jati
Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan,” J. Fis.
FLUX, vol. 13, no. 1, pp. 30–39, 2016, [Online]. Available:
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/f/article/view/1636.
[15] A. Wahyudi, A. Azwar, and M. Muhardi, “Penggunaan Metode Geolistrik
Resistivitas untuk Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan Gunung Tujuh
Kabupaten Kayong Utara,” J. Fis. Unand, vol. 10, no. 1, pp. 62–69, 2021.
[16] A. W. Sanggra, “Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi
Wenner Untuk Menentukan Struktur di Halaman Belakang SCC ITS
Surabaya,” Meteorol. Geophys. Fluid Dyn. a B. to Commem. Centen. birth
Hans Ertel, vol. XIX, p. 5, 2015.
[17] Broto, S., Afifah, S., Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode
Schlumberger, Jurnal, Fakultas Teknik, Universitas Jember, Jember. 2008.
[18] Telford, W. M., Geldart, L. P. and SheriffR. E., “Applied Geophysics Second
Edition “, Cambridge University Press, United State of America. 1990.
[19] Hendrajaya, Lilik dan Idham, Arif. Geolistrik Tahanan Jenis, Monografi:
Metoda Eksplorasi, Bandung: Laboratorium Fisika Bumi, ITB. 1990.
[20] H. Azwar, “PEMODELAN LAPISAN AIR TANAH DALAM (AKUIFER )
Hendri Azwar,” 2009.
[21] P. S. Fisika, F. Sains, D. A. N. Teknologi, U. Islam, and N. Sunan,
“Geolistrik Schlumberger Di Kecamatan,” 2015.
[22] M. I. Nurdiniyanti, “Kajian geolistrik dengan menggunakan metode
resistivitas untuk perencanaan bangunan sipil di krui pesisir barat lampung,”
p. 70, 2020, [Online]. Available:
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/55495.
[23] A. Iswahyudi, S. E. Prabawa, D. D. Warnana, and ..., “Pengukuran Geolistrik
Tahanan Jenis untuk Menentukan Letak Akuifer Air Bawah Tanah (Studi
Kasus: Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara),” … Prasarana
Wil. X …, no. August, 2017, [Online]. Available:
https://www.researchgate.net/profile/Ary_Iswahyudi/publication/31920890
0_Pengukuran_Geolistrik_Tahanan_Jenis_untuk_Menentukan_Letak_Akui
fer_Air_Bawah_Tanah_Studi_Kasus_Kecamatan_Airmadidi_Kabupaten_
Minahasa_Utara/links/599c140ba6fdcc500349dd17/Pengukuran-.
72
[24] B. Usman, R. H. Manrulu, A. Nurfalaq, and E. Rohayu, “Identifikasi Akuifer
Air Tanah Kota Palopo Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Konfigurasi Schlumberger,” J. Fis. FLUX, vol. 14, no. 2, p. 65, 2017. doi:
10.20527/flux.v14i2.4091.
[25] F. DIKRIANSYAH, No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者におけ
る健康関連指標に関する共分散構造分析Title, vol. 3, no. 2. 2018.
[26] A. Nawir and E. P. Umar, “Analisis Akuifer Airtanah Kota Makassar,” J.
Geomine, vol. 6, no. 1, pp. 30–33, 2018. doi: 10.33536/jg.v6i1.182.
[27] . S., . H., Z. Irayani, and R. F. Abdullatif, “Workshop Metode Geolistrik
Resistivitas Untuk Eksplorasi Air Tanah Di Desa Plana Kecamatan
Somagede Kab. Banyumas,” J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 4, no. 1, pp. 2–7,
2019. doi: 10.26905/abdimas.v4i1.3234.
[28] F. D. Sastrawan and J. A. Latifan, “Estimasi Kedalaman Akuifer Dangkal
Daerah TPA Manggar Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi
Wenner,” JST (Jurnal Sains Ter., vol. 5, no. 2, 2019, pp. 131–136, doi:
10.32487/jst.v5i2.663.
[29] M. Muntaha, J. A. Latifah, and F. D. Sastrawan, “Identifikasi Struktur Tanah
Bawah Permukaan dan Kedalaman Akuifer Daerah Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Manggar Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi
Schlumberger,” J. Apl. Tek. Sipil, vol. 17, no. 1, 2019, p. 1, doi:
10.12962/j2579-891x.v17i1.3836.
[30] A. B. Edge, “Applied geophysics,” Nature, vol. 127, no. 3212. pp. 783–785,
1931.
[31] F. Faisal, Y. S. Putra, and M. Muhardi, “Aplikasi Metode Geolistrik
Resistivitas untuk Mengidentifikasi Lapisan Akuifer di Komplek Alam
Mulia Serdam, Kabupaten Kubu Raya,” J. Fis. Unand, vol. 11, no. 1, 2022,
pp. 22–28, . doi: 10.25077/jfu.11.1.22-28.2022.
[32] Kearey, P., Michael, B., Ian, H., An Introduction to Geophysical
Exploration. Blackwell Science Ltd. London. 2002.
[33] K. Ge. F, “Potensi Air Tanah Dengan Metode Geolistrik,” Angew. Chemie
Int. Ed. 6(11), 951–952., no. 2007, pp. 4–25, 1967.
[34] I. H. Santoso, “Metode Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner,” pp. 22–26,
2009.
[35] B. Santoso, B. Wijatmoko, E. Supriyana, and A. Harja, “Penentuan
Resistivitas Batubara Menggunakan Metode Electrical Resistivity
Tomography dan Vertical Electrical Sounding,” J. Mater. dan energi
Indones., vol. 06, no. 01, pp. 8–14, 2016.
[36] F. W. Prasmewari, S. B. Ayi, and P. Wahyudi, “Analisa Resistivitas Batuan
Dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk Dan Konsep Anistropi’,” J.
73
Sains Dan Seni ITS, vol. 1, no. 1, p. 1, 2012.
[37] Christine, M.S. Air Tanah. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen
Maranatha. 2012
[38] Irham, M. N., Yustiana, M., dan Widada, S. Pengaruh Ukuran Butir
Terhadap Porositas dan Permeabilitas Pada Batu Pasir. Semarang:
Universitas Diponegoro. 2006.
[39] Hendrajaya L. Metode Geolistrik Tahanan Jenis, ITB, Bandung. 1990.
[40] Loke, M.H. Electrical imaging surveys for environmental and engineering
studies, A practical guide to 2-D and 3-D surveys. 1999.
74