Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH PUPUK HAYATI Azotobacter sp.

DENGAN Azolla pinnata TERHADAP KADAR-N,


SERAPAN-N, DAN HASIL TANAMAN PAKCOY
(Brasica rapa L.)

USULAN PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian di Fakultas


Pertanian Universitas Padjadjaran

Shinta Nurrizqi Indrayani

150510180168

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JATINANGOR

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Pupuk Hayati Azotobacter Sp. Dengan Azolla


pinnata Terhadap Kadar-N, Serapan-N, dan Hasil Tanaman
Pakcoy (Brasica rapa L.)

Nama : Shinta Nurrizqi Indrayani

NPM : 150510180168

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan

Jatinangor April, 2021

Menyetujui :

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, serta

karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan penulisan Usulan Penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pupuk Hayati Azotobacter Sp. Dengan Azolla pinnata

Terhadap Kadar-N, Serapan-N, dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brasica rapa L.)”.

Penulisan Usulan Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

melaksanakan penelitian di Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Padjajaran. Penulisan Usulan Penelitian ini tentunya tidak dapat berhasil disusun

tanpa bantuan, bimbingan, saran, dorongan, dan doa dari berbagai pihak, maka dari

itu dengan segala rasa syukur dan hormat, Penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Hj. Mieke Rochimi Setiawati, M.P. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah memberikan masukan, bimbingan, motivasi, serta pengetahuan kepada

Penulis dalam penyelesaian penulisan Usulan Penelitian ini.

2. ............................ selaku Anggota Komisi Pembimbing yang senantiasa memberikan

masukan dan membimbing kepada penulis.

3. .......................... selaku Komisi Penelaah yang telah memberikan arahan dalam

penyempurnaan Usulan Penelitian ini.

4. Dr. Muhammad Amir Solihin, S.P., M.T. selaku Ketua Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.

5. Dr. Ir. Betty Natalie Fitriatin Abdurahman, M.P. selaku Kepala Departemen Ilmu

Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.

6. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang telah memberikan

iii
ilmu yang sangat bermanfaat bagi Penulis selama kegiatan perkuliahan.

7. Teman-teman Agroteknologi 2018 dan minat Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan

2018 yang telah menjadi teman seperjuangan di perkuliahan.

8. Anastasya Putri, Hasna Dhya Sutami Putri, Vetty Mellynowski, Ratri Ayu Azizah,

Sukmawati Rizki Pratiwi, Titania Fadhilah Mukhni, Alifia Syifa, dan Alifia Izzani

yang telah memberikan segala bantuannya kepada Penulis, baik itu dalam bentuk

dukungan, ide, semangat, doa, dan kebersamaan.

Ucapan terima kasih secara khusus Penulis sampaikan kepada kedua orang tua

Ayahanda Joko Indro Wahyono, Ibunda Novita Aryani Widyaningsih, serta kakak

Dewi Nurrizqi Indraputri yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan,

semangat, dorongan berupa moril dan materil, serta segala pengorbanan yang telah

dilakukan kepada Penulis dari awal hingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.

Semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun semua

pihak yang memerlukan, khususnya bagi penulis untuk melaksanakan penelitian yang

hasilnya dapat bermanfaat di kemudian hari. Aamiin.

Bandung, April 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 5
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 6
1.6 Hipotesis ................................................................................................... 8
BAB II..................................................................................................................... 9
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 9
2.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 9
2.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 9
2.3 Rancangan Percobaan .............................................................................. 9
2.3.1 Rancangan Perlakuan ...................................................................... 10
2.3.2 Rancangan Respon .......................................................................... 11
2.3.3 Rancangan Analisis ......................................................................... 11
2.4 Perlakuan Percobaan .............................................................................. 13
2.4.1 Persiapan Media Tanam .................................................................. 13
2.4.2 Penanaman dan Pemupukan ........................................................... 13
2.4.3 Pemeliharaan ................................................................................... 14
2.4.4 Pengambilan Sampel ....................................................................... 15
2.4.5 Panen ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20

v
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Tabel Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial ……... 12

vi
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Analisis Tanah Awal Inceptisol ...................................................................... 21


2. Deskripsi Benih Pakcoy .................................................................................. 22
3. Penetapan Kadar N dengan Metode Kjeldah .................................................. 23

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk kedalam salah satu jenis

tanaman sayuran yang secara ekonomi memiliki nilai komersial karena banyak

dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia sebagai sayuran untuk dimakan.

Tekstur pakcoy yang renyah, rasa yang segar, serta enak saat dikonsumsi

menjadi alasan begitu digemari oleh masyarakat (Nurhasanah dkk, 2015).

Mengonsumsi tanaman pakcoy dapat mencegah penyatit kanker, hipertensi,

penyakit jantung, serta menjaga kesehatan system pencernaan dan memcegah

anemia pada wanita hamil, karena tanaman pakoy mengandung banyak serat,

berbagai vitamin A, B, B2, B6, C, selain itu tergandung kalsium, fosfor,

tembaga, protein, dan zat besi (Tania et al, 2012). Mengembangkan produksi

tanaman sayuran dengan cara organik di Indonesia mulai meningkat.

Produktivitas, nilai jual yang tinggi, serta didukung dengan umur tanaman

sayuran daun yang singkat menjadi salah satu karakteristik utama tanaman

sayur daun seperti sawi (Brassicaeae) diandalkan sebagai komoditas potensial

pada budidaya tanaman secara organik. Salah satu komoditas yang banyak

dikenal adalah tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) atau juga disebut sawi

sendok (Perwitasari, 2012 dan Fatma, 2009).

Pada tahun 2013 peroduksi tanaman pakcoy menurun menurut data

Direktorat Jendral Hortikultura tahun 2015, dari 635.728 ton per tahun 2013

1
menjadi 602.468 ton per tahun pada tahun berikutnya 2014. Faktor yang

berpengaruh pada produksi tanaman salah satunya adalah penerapan teknologi

budidaya. Beberapa kendala yang dihadapi adalah pengolahan lahan yang

kurang baik, belum menggunakan varietas unggul, pengairan, pemupukan, dan

pengendalian hama yang belum dioptimalkan. Data Badan Pusat Statistik

(2018) menunjukkan peningkatan produksi luas panen tanaman aneka sawi

pada tahun 2015 angkanya mecapai 600.200 ton dengan luas panennya 58.652

ha, kemudian di tahun 2016 angkanya meningkat menjadi 601.204 ton dengan

luas panen 60.600 ha, dan tahun 2017 juga meningkt menjadi 627.598 ton

dengan luas panen 61.133. Namun jika dilihat dari keadaan produktivitas

tanaman aneka sawi mengalami penurunan, pada tahun 2015 produktivitasnya

dari 10,23 t/ha menjadi 9,92 t/ha di tahun 2016, lalu kembali meningkat pada

tahun 2017 menjadi 10,27 t/ha.

Jika dilihat dari analisis Fluventic Eutrudepts asal Jatinangor

Kabupaten Sumedang adalah salah satu jenis tanah yang produktivitasnya

sedang (Daud, 2008). Tanah Inceptisol merupakan salah satu ordo tanah di

Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan. Inceptisols termasuk ke

dalam tanah yang mengalami lapuk sedang dan tercuci (Sancez, 1992). Sekitar

70,5 juta ha atau 37,% luas tanah Inceptisol dari luas keseluruhan daratan di

Indonesia. Karakteristik tanah Inceptisol dengan ketebalan solum 1-2 meter,

berwarna hitam atau beberapa dijumpai berwarna kelabu sampai cokelat tua,

tekstur pasir, debu, dan lempung. Konsistensi gembur dengan struktur tanah

2
yang remah, secara umum kesuburan tanah Inceptisol cukup rendah,

produktifitasnya sedang hingga tinggi.

Dalam mendukung keberhasilan budidaya tanaman pakcoy selain

menggunakan varietas unggul, pentingnya memperhatikan kualitas tanah baik

secara sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu penyebab rendahnya

kualitas tanah karena pemanfaatan dan secara terus-menerus memberikan

pupuk anorganik sehingga menyebabkan hilangnya mikroba dan bahan organik

lainnya di dalam tanah (Nurhasannah dkk, 2015).

Beragai hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanian intensif

sebagian besar mengalami penurunan produktivitas lahan, terutama rendahnya

C-organik yang <2%, terkait menunjang produktivitas lahan optimal

setidaknya membutuhkan kandungan C-organik >2,5%. Selain itu, negara-

negara tropis memiliki sumber bahan organic yang tergolong melimpah,

namun belum digunakan secara baik dan optimal (Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2010). Dalam meningkatkan

kesuburan tanah sangat membutuhkan penggunaan pupuk organik hayati.

Penggunaan pupuk hayati menjadi salah satu cara mengembalikan

kesuburantanah karena di dalamnya terkandung mikroba tanah yang fungsional

sebagai penyedia hara di dalam tanah sehingga meningkatkan efisiensi

pemupukan. Bila digunakan terus-menurus, pupuk hayati ramah lingkungan

serta dapat memproduksi fitohormon yang berguna bagi tanaman. Adanya

mikroba tanah dalam pupuk hayati mampu membantu mengikat unsur-unsur

penting di dalan tanah seperti N.

3
Unsur nitrogen merupakan unsur hara utama, selain itu juga sebagai

factor pembatas pertumbuhan, maka menjadi salah satu kunci keberhasilan dari

pertumbuhan tanaman (Purwaningsih, 2004). Azolla pinnata yang juga dikenal

simbion blue-green algae Anabaena azollae dapat memfikasi N2 bebas di

atmosfer. Azolla pinnata dapat berperan sebagai amelioran organik karena

kandungan unsur hara mikri dan makro yang melimpah sebagai nutrisi

tanaman. Bakteri Penambat Nitrogen (BPN) merupakan mikroba yang

berperan dalam penyerapan unsur hara N bagi tanaman, BPN menggunakan

nitrogen bebas di udara sebagai sintesis perotein. Bakteri Azotobacter sp.

nerupakan bakteri penambat nitrogen yang dapat mengubah nitrogen di

atmosfer menjadi amonia dengan mengikat nitrogen, amonia yang dihasilkan

diubah menjadi protein yang bermanfaat bagi tanman (Hamastuti, 2012).

Azotobacter sp. mampu menyediakan kandungan hara bagi tanaman dan

meningkatkan kandungan N dengan kemampuan memfiksasi N.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan kajian mengenai

dosis yang tepat untuk penggunaan pupuk hayati serta pengaruh terhadap

populasi bakteri Azotobacter sp., serapan N, kadar N, dan hasil tanaman

pakcoy yang ditanam dalam polibag.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang, maka dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini :

1. Bagaimana pengaruh berbagai aplikasi pupuk hayati berbahan dasar Azolla

pinnata yang bersimbiosis dengan Azotobacter sp. terhadap kadar N,

4
serapan N, dan hasil bobot basah pakcoy?

2. Konsentrasi manakah yang dapat menghasilkan pengaruh paling baik

dalam meningkatkan kadar N, serapan N, dan hasil bobot basah pakcoy?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menguji pengaruh berbagai aplikasi pupuk hayati berbahan dasar Azolla

pinnata yang bersimbiosi dengan Azotobacter sp. terhadap kadar N,

serapan N, dan hasil bobot basah tanaman pakcoy.

2. Menentukan konsentrasi pupuk hayati berbahan dasar Azolla pinnata yang

bersimbiosi dengan Azotobacter sp. paling optimal terhadap kadar N,

serapan N, dan hasil tanaman bobot basah tanaman pakcoy.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi

kepada masyarakat baik secara ilmian maupun penerapannya. Berdasarkan dari

segi ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

meningkatkan produktivitas dan kesuburan lahan pertanian melalui

pemanfaatan Azolla pinnata sebagai bahan dasar dari pupuk hayati yang

disimbiosiskan dengan Azotobacter sp. yang mampu meningkatkan usur hara

penting dalam tanah dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang

berlebihan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi karya dalam

mendukung optimalisasi lahan pertanian, menambah wawasan, dan sebagai

acuan dalam mengembangkan atau membuat penelitian yang serupa.

5
1.5 Kerangka Pemikiran

Mikroba fungsional yang umumnya digunakan sebagai pupuk hayati

terdiri dari kelompok mikroba penambat N2+ pelarut fosfat dan penghasil

hormon tumbuh. Azotobacter merupakan salah satu bakteri yang memiliki

kemampuan memfiksasi N2, nitrogen merupakan unsur yang mampu

menghasilkan zat-zat pemacu tumbuh seperti sitokinin, giberelin, asam indol

asetat, serta memacu pertumbuhan akar (Simanungkalit et al., 2006).

Program intensifikasi dalam peningkatan produksi pertanian tidak lepas

dari pernggunaan pupuk anorganik. Akibatnya pupuk anorganik menjadi

komoditi yang begitu banyak dibutuhkan oleh petani. Penggunaan pupuk

anorganik yang terus-menerus secara intensif tidak terkendali dapat memicu

mineralisasi bahan organik, sehingga akan menyebabkan penurunan kadar C-

organik pada tanah, selain itu juga tanah kekurangan mikroorganisme yang

menguntungkan. Akibat dari ketergantungan pupuk anorganik secara terus-

menerus maka pemanfaatan pupuk organik menjadi kurang maksimal. Namun

kesehatan tanah yang terus-menerus menurun tidak selaras dengan kondisi

tumbuh yang diinginkan oleh tanaman pakcoy, karena rendahnya produksi atau

penurunan hasil tanaman dipengaruhi oleh rendahnya kesuburan tanah. Pada

dasarnya tanaman sayuran membutuhkan unsur N yang merupakan unsur hara

makro, karena adanya unsur N merangsang pertumbuhan secara menyeluruh

khusunya pertumbuhan akar, batang dan daun. Selain itu juga berperan sebagai

pembentuk zat hijau daun (klorofil) yang penting bagi tanaman pakcoy dalam

melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat dan oksigen.

6
Upaya untuk meningkatkan kebutuhan N selain dari penggunaan pupuk

organik yaitu dengan meningkatkan mikroba bermanfaat seperti BPN.

Penerapan pengguanaan pupuk hayati atau biofertilizer dapat berfungsi

sebagai penyedia hara dalam tanah karena di dalamnya terkandung mikroba

tanah bermanfaat. Pupuk hayati juga sebagai inokulan yang berbahan aktif

mikroba hidup yang digunakan dalam menambat hara yang dibutuhkan oleh

tanah dan menyuplai ketersediaan hara pada tanah bagi tanaman.

Hasil penelitian Ansirih (2020) menunjukkan kombinasi perlakuan

pupuk anorganik + hayati dapat meningkatkan populasi Azotobacter sp.,

kandungan N tanaman, serta hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L.). Dosis

perlakuan tersebut mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebesar

50%.

Berdasarkan hasil penelitian Suhadi et al., dari ketiga penerapan

konsentrasi pupuk hayati Azolla , yang paling meningkatkan hasil tanaman

pakcoy adalah konsentrasi 5ml/polybag pada parameter jumlah daun sebesar

10,42 helai dan berat segar sebesar 160,17 gram. Dapat dilihat juga perlakuan

pupuk cair Azolla pinnata menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap

tinggi tanaman umur 14 dan 21 HSP.

Menurut Roesmarkam & Yuwono (2002), sumber nitrogen salah

satunya di dapat dari bahan organik dalam tanah, unsur hara nitrogen

dihasilkan dari pelapukan bahar organik. Kandungan C-organik tanah

berkaitan dengan kandungan N-total.

7
Menurut Zinniel et al., (2009) bahwa BPN atau bakteri penambat

nitrogen dapat meningkatkan penyerapan mineral dalam tanah, fiksasi

nitrogen, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Bakteri

penambat N sering disebut diazotrof , penanannya mampu menggunakan N

udara sebagai sumber kebutuhan hara N untuk pertumbuhan tanaman.

Kebutuhan N sintetik dapat dikurangi dengan penggunaan bakteri ini, juga

mampu meningkatkan pendapatan dan produksi usaha tani dengan masukan

yang lebih murah.

Berdasarkan uraian tersebut, setelah mengetahui bahwa peningkatan

ketersediaan N dalam tanah sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman

sehingga meningkatkan bobot hasil dari tanaman pakcoy. Oleh karena itu

diperlukan kombinasi pupuk hayati Azolla dan penambahan bakteri penambat

N Azotobacter.

1.6 Hipotesis

1. Terdapat pengaruh dari pupuk hayati Azolla dan Azotobacter terhadap

kadar N, Serapan N, dan hasil bobot basah tanaman pakcoy.

2. Dosis perlakuan dan waktu aplikasi pemberian pupuk dapat memberikan

pengaruh terhadap kadar N, Serapan N, serta hasil bobot basah tanaman

pokcoy.

8
BAB II

BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan ……. 2021 sampai dengan

bulan ….. 2021 di Laboratorium Mikrobiologi Tanah Fakultas Pertanian,

Universitas Padjadjaran, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa

Barat.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi cangkul, alat

penyiram, label, penggaris, kayu, polybag, timbangan digital, spidol, bambu,

neraca, jangka sorong, amplop kertas, dan seed tray.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanah Inceptisol

asal Jatinanor, benih pakcoy, pupuk urea, SP-36, KCl, air, bahan di

laboratorium untuk analisis tanah dan jaringan tanaman, bahan analisis

mikroorganisme tanah, pupuk hayati Azolla, Azotobacter sp.

2.3 Rancangan Percobaan

Percobaan ini akan dilakukan dengan dengan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan. Faktor

perlakuan tersebut terdiri dari banyaknya aplikasi pupuk hayati sebanyak 2 kali

aplikasi, 3 kali aplikasi, dan 4 kali aplikasi, serta konsentrasi pupuk hayati

9
tanpa pemberian pupuk, konsentrasi pupuk 5 ml/L, 10 mL/L, dan 15 mL/L.

Total perlakuannya terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dan 1 kontrol. Setiap

perlakuan diulang sebanyak 3 kali, maka diperoleh total perlakuannya

sebanyak 30 unit polybag.

2.3.1 Rancangan Perlakuan

Rancangan yang diterapkan pada penelitian ini yaitu menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Rancangan perlakuan terdiri

dari dua factor. Faktor pertama (K) adalah konsentrasi pupuk hayati yang

terdiri dari 4 taraf, yaitu :

A0 : Tanpa pupuk hayati (kontrol)

A1 : Pupuk hayati konsentrasi 5 mL/L air

A2 : Pupuk hayati 10 mL/L air

A3 : Pupuk hayati 15 mL/L air

A4 : Pupuk hayati 20 mL/L air

Faktor kedua (T) adalah aplikasi pupuk hayati yang terdiri dari 3 taraf,

yaitu :

B1 : 1 kali aplikasi

B2 : 2 kali aplikasi

B3 : 3 kali aplikasi

10
2.3.2 Rancangan Respon

Pada percobaan ini terdapat dua parameter pengamatan. Dua

pengamatan tersebut diantaranya pengamatan utama dan pengamatan

penunjang.. Pengamatan utama yaitu berupa pengamatan yang datanya

dianalisis statistik, parameter yang diamati adalah total populasi

Azotobacter sp., kadar N dalam tanah yang ditetapkan dengan metode

Kjeldahl, dan serapan-N tanaman yang di didestruksi dengan pengabuan

basah yang ditetapkan dengan metode Kjeldahl, dan bobot basah tanaman.

Sedangkan pengamatan penunjang bermanfaat untuk memperkuat,

menjelaskan, menunjang hasil pengamatan utama dan hasil panen seperti

lebar daun, warna hijau daun.

2.3.3 Rancangan Analisis

Rancangan analisi dilakukan dengan menggunakan Rancangan

Acak Kelompok (RAK) faktorial. Berikut merupakan model linear

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij +ρk + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-i yang memperoleh kombinasi

perlakuan taraf ke-j dari faktor A dan taraf ke-k dari faktor B

µ = Nilai rata-rata populasi

11
ρk = Pengaruh taraf ke-k dari faktor Kelompok

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor A

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij = Pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

εij = Pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan ij

Tabel 1. Tabel Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-Hitung F-Tabel


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah
Kelompok r-1 = 2 JKK KTK

Perlakuan ab-1 = 11 JKP KTP KTP/KTG F(α, db-P, db-


G)

A a-1 = 3 JK(A) KT(A) KT(A)/KTG F(α, db-A, db-


G)

B b-1 = 2 JK(B) KT(B) KT(B)/KTG F(α, db-B, db-


G)

AB (a-1)(b-1) = JK(AB) KT(AB) KT(AB)/KTG F(α, db-AB,


6 db-G)

Galat (ab-1)(r-1) JK(G) KTG


= 12

12
2.4 Perlakuan Percobaan

2.4.1 Persiapan Media Tanam

Tahap awal sebelum memulai percobaan ini yaitu melakukan

analisis lengkap tanah awal untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah

secara aktual. Contoh tanah yang digunakan untu penelitian ini adalah

tanah Inceptisol asal Jatinangir, Kabupaten Sumedang. Contoh tanah

diambil pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah sebanyak 500

gram.

Persiapan media tanam dengan cara dikering anginkan, lalu

ditimbang sebanyak 10 kg per polybag sehingga total kebutuhan tanah

pada percobaan ini sebanyak 300 kg.

2.4.2 Penanaman dan Pemupukan

Benih pakcoy yang akan ditanam direndam menggunakan air

hangat selama 1 jam. Lalu sebelum pnanaman, dilakukan penyemaian

benih tpakcoy terlebih dahulu. Media tanam yang digunakan untuk

menyemai pakcoy adalah dengan menggunakna tanah.

Kemudian benih ditanam pada seed tray yang berisikan tanah, lalu

benih ditabur dan ditutup tanah setebal 1-2 cm dan kemudian disiram.

Benih akan tumbuh setelah 2 minggu lalu setelah 3-5 helai tumbuh daun

tanaman dapat dipindah. Bibit ditanam ke polybag yang telah diisi media

tanam sebanyak satu tanaman per polybag. Jarak antar polybag berkisar 20

cm x 20 cm.

13
Pada tahap penanaman bibit dilakukan pemupukan dasar

menggunakan pupuk Urea, SP-36, dan KCl yang diberikan ke media tanam

pada polybag saat melakukan pindah tanam. Pemberian pupuk dasar Urea,

SP-36, dan KCl diberikan dosis yang disesuaikan.

2.4.3 Pemeliharaan

Tanaman pakcoy yang telah dipindah tanam akan diamati dan

dilakukan pemeliharaan seperti dilakukan penyiraman, penyiangan,

penyulaman, dan pengendalian OPT yang menggangu pertumbuhan dari

tanaman pakcoy. Pemeliharaan penyiraman dilakukan satu kali setiap hari.

Pertmbuhan gulma sering kali tumbuh pada sekitar pertumbuhan tanaman

pakcoy sehingga perlu dilakukan penyiangan agar pertumbuhan pakcoy

tidak terganggu. Penyulaman dilakukan apabila tanaman pakcoy mati saat

setelah pindah tanam. Pengendalian OPT juga harus diperhatikan, biasanya

hama yang menyerang tanaman pakcoy antara lain ulat, cacing bulu, trip,

ulat crocidolomia. Sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah

bakteri, virus, jamur. Hama dan penyakit tersebut dapat diatasi dengan

pemberian obat tertentusecara optimal pada saat yang tepat (Susila, 2006).

Menurut Winarto et al (2019), pengendalian OPT dilakukan secara manual

serta apabila hama diatas ambang batas kendali 0,5 larva Plutella per

tanaman, dan apabila sudah ambang batas ekonomi kutu 50 ekor

pertanaman (Mustikawati, 2012), maka pengaplikasian insektisida perlu

dilakukan dengan insektisida yang berbahan aktif proantosianidin karena

bersifat toksik dan menghambat serangga makan (Haditomo, 2010).

14
2.4.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sample untuk analisis yaitu dengan cara saat tanaman

pakcoy dipanen lalu komposit diambil, kemudian tanah pada setiap

polybag dicampur merata secara terpisah agar masing-masing tanah

tersebut menjadi homogen. Kemudian tanah disisihkan diambil sesuai

kebutuhan untuk dianalisi. Tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik

yang telah diberi tanda dinamai dengan label sesuai masing-masing

perlakuannya.

Sampel tanaman yang diambil juga harus sesuai dengan banyaknya

jumlah perlakuan. Sampel tanaman yang paling luas akan diambil saat

waktu panenn tepat pada fase akhir vegetatif tanaman. Karena pada saat

tersebut unsur N banyak diserap oleh tanaman dibandingkan pada fase

generatif. Sampel tanaman yang diambil akan digunakan untuk analisi

serapan-N dalam tanaman.

2.4.5 Panen

Menurut Abidin (2015), masa panen tanaman pakcoy relatif

singkat, secara umum tanaman pakcoy dapat dipanen atau dipetik hasil

pada saat umur tanaman 45-60 HST. Tanamanyang sudah layak panen

dengan cirimemiliki daun yang tumbuh berwarna hijau segar dan subur,

pangkal daun segar, dan juga tinggi tanaman secara umum rata. Pemanenan

tanaman pakcoy dilakukan dengan cara mencabut bagian tanaman dari

15
tanah. Melakukan pecabutan ini dengan hati-hati agar bagian pangkal

pakcoy tidak rusak.

Kemudian setelah dicabut, tanaman pakcoy dibersihkan agar tidak

menyisa tanah pada akarnya lalu dilakukan penimbangan bobot basahnya.

Setelah itu tanaman pakcoy disimpat pada amplop kertas yang nantinya

akan dilakukan pengovenan untuk mengetahui berat keriknya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ansirih. (2020). Terhadap Populasi Azotobacter Terhadap Budidaya Pakcoy


Nutrient Film, 2(2), 42–49.

Damayanti, N. S., Widjajanto, D. W., & Sutarno. (2019). Pertumbuhan dan


produksi tanaman sawi Pakcoy (Brassica rapa L.) akibat dibudidayakan pada
berbagai media tanam dan dosis pupuk organik. J. Agro Complex, 3(October),
142–150.

Dewi, A. K., & Setiawati, M. R. (2017). Pengaruh Pupuk Hayati Endofitik dengan
Azolla pinnata Terhadap Serapan N , N-Total Tanah, dan Bobot Kering
Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) pada Tanah Salin.

Dwiratna, S., & Suryadi, E. (2017). Pengaruh Lama Waktu Inkubasi Dan Dosis
Pupuk Organik Terhadap Perubahan Sifat Fisik Tanah Inceptisol di
Jatinangor Sophia. Jurnal Agrotek Indonesia, 2(2), 110–116.

Gunawan, R., Anas, I., & Hazra, F. (2010). Produksi Masal Inokulum Azotobacter,
Azospirillum dan Bakteri Pelarut Fosfat dengan Menggunakan Media
Alternatif, 12(2), 33–39.

Husnaeni, F., & Setiawati, M. R. (2018). Pengaruh Pupuk Hayati dan Anorganik
Terhadap Populasi Azotobacter, Kandungan N, danHasil Pakcoy pada sistem
Nutrient Film Technique. Jurnal Biodjati, 3(1).

Kalay, A. M., Hindersah, R., Talahaturuson, A., & Langoi, A. F. (2016). Efek
Pemberian Pupuk Hayati Konsorsium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.), 8(2), 131–138.

Ketaren, S. E., Marbun, P., & Purba, M. (2014). Klasifikasi Inceptisol Pada
Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten
Hasundutan. Jurnal Online Agroteknologi, 2(2337), 1451–1458.

17
Nurmas, A., Rahman, A., & Khaeruni, A. (2014). Eksplorasi dan Karakterisasi
Azotobacter Indigenous Lokal di Lahan Marjinal. Jurnal Agroteknologi, 4(2),
128–134.

Oktafia, T. J., & Maghfoer, M. D. (2018). Respon Pertumbuhan dan Hasil


Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) terhadap Aplikasi EM dan PGPR. Jurnal
Produksi Tanaman, 6(8), 1974–1981.

Patti, P. S., Kaya, E., & Silahooy, C. (2013). Analisis Status Nitrogen Tanah
dalam Kaitannya dengan Serapan N oleh Tanaman Padi Sawah di Desa
Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia,
2(1), 51–58.

Pratiwi, G. A., Herdiyantoro, D., & Suryatmana, P. (2013). Pengaruh Pupuk


Hayati dan Dosis Azotobacter Sp. Dalam Fitoremediasi Menggunakan
Tanaman Rami (Boehmeria Nivea L. Gaud) pada Tanah Tercemar
Hidrokarbon Minyak Bumi.

Putra, D. F., Soenaryo, & Tyasmoro, S. Y. (2013). Pengaruh Pemberian Berbagai


Bentuk Azolla dan Pupuk N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays var . saccharata), 1(4), 353–360.

Rosiana, F., Turmuktini, T., Yuwariah, Y., Arifin, M., & Simarmata, T. (2013).
Aplikasi Kombinasi Kompos Jerami, Kompos Azolla dan Pupuk Hayati
untuk Meningkatkan Jumlah Populasi Bakteri Penambat Nitrogen dan
Produktivitas Tanaman Padi Berrbasis IPAT-BO. AGROVIGOR, 6(1), 16–
22.

Sarido, L., & Junia. (2017). Uji Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.) Dengan Pemberian Pupuk Organik Cair pada System
Hidroponik. Jurnal AGRIFOR, XVI, 65–74.

18
Setiawati, M. R., Fitriatin, B. N., Suryatmana, P., & Simarmata, T. (2020).
Aplikasi Pupuk Hayati dan Azolla untuk Mengurangi Dosis Pupuk Anorganik
dan Meningkatkan N, P, C Organik Tanah, Dan N, P Tanaman, serta Hasil
Padi Sawah, 12(1), 63–76.

Setiawati, M. R. (2014). Peningkatan kandungan n dan p tanah serta hasil padi


sawah akibat aplikasi Azolla pinnata dan Pupuk Hayati Azotobacter
chroococcum dan Pseudomonas cepaceae.

Sudirja, R., Joy, B., Yuniarti, A., Trinurani, E., Mulyani, O., & Mushfiroh, A.

(2016). Beberapa Sifat Kimia Tanah Inceptisol dan Hasil Kedelai ( Glycine

max L .) Akibat Pemberian Bahan Amelioran, 198–205.

Sudjana, B. (2014). Penggunaan Azolla untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal


Ilmiah Solusi, 1(2), 72–81.

Suhadi, I. (n.d.). Respon Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L ) Terhadap


Pemberian Pupuk Organik Cair Azolla (Azolla pinnnata), (1), 1–20.

Wahyuningsih, A., Fajriani, S., & Aini, N. (2016). Komposisi Nutrisi dan Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L
.) Sistem Hidroponik, 4(8), 595–601.

Yuniarti, A., Damayani, M., & Nur, D. M. (2019). Efek Pupuk Organik dan Pupuk

N,P,K Terhadap C-Organik, N-Total, C/N, Serapan N, serta Hasil Padi Hitam

pada Inceptisols, 3(2), 90–105.

19
LAMPIRAN

1. Analisi Tanah Awal Inceptisols

20
2. Deskripsi Benih Pakcoy

21
3. Penetapan Kadar N dengan Metode Kjeldahl

Peralatan :
1. Labu Kjeldahl 100 ml
2. Labu erlenmeyer 250 ml
3. Labu didih 1000 ml
4. Pemanas destruksi Kjedahl
5. Alat destilasi N-Kjeldahl
6. Ruang asam
7. Buret

Bahan :
1. H2SO4 pekat p.a
2. NaOH 40 % 3. H3BO3 4%
3. Indikator campuran selenium
4. HCl 0,05 N

Cara kerja :
1. Menimbang 500 mg tanah diameter 0,5 mm, masukkan ke dalam labu
Kjeldahl.
2. Menambahkan ± 1 g campuran selen (satu ujung spatula).
3. Menambahkan 5 mL H2SO4 pekat ke dalam labu tersebut, goyangkan
perlahan agar semua tanah tercampur rata dan terbasahi oleh H2SO4.
4. Panaskan pada automatic heating degestor labu di ruang asam, mula-mula
pada skala 3 selama 1 jam lalu skala 7 selama 2 jam hingga larutan jernih,
kemudian didinginkan.
5. Memindahkan sampel ke dalam labu steam destilasi dan bilas hingga
bersih.
6. Labu destilasi diletakan pada alat kjedahl steam destilasi.
7. Menampung pada erlenmeyer yang berisi H3BO3 dengan indikator conway.
8. Menuangkan 20 mL NaOH 40% lalu tutup kran dan biarkan volume pada
erlenmeyer hingga 90 mL kemudian angkat erlenmeyer dan lakukan titrasi
dengan H2SO4 0,005 N hingga berwarna merah muda.
9. Mencatat pemakaian H2SO4 0,05 N.
10. Mengitung % N

Perhitungan :
% 𝑁 − 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [Vc − Vb] x NH2SO4 x 14 x 100 x FKA
bobot contoh [mg]
Sumber: Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk (2009)

22

Anda mungkin juga menyukai