DEDI SUHERI
215411101008
PROPOSAL PENELITIAN
Judul Tesis : Persistensi dan Residu Herbisida Berbahan Aktif Glifosat Pada
Perkebunan Kopi Di Kabupaten Bener Meriah
Nama Mahasiswa : Dedi Suheri
NIM : 215411101008
Jurusan : Budidaya Pertanian
Program Studi : Magister Agroekoteknologi
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
anggota anggota
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Magister
Agroekoteknologi
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan Proposal Tesis dengan judul “ Persistensi Dan Residu
Herbisida Berbahan Aktif Glifosat Pada Perkebunan Kopi Di Kabupaten Bener
Meriah” Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu
membantu perjuangan beliau dalam menegakkan kebenaran di muka bumi ini
Tesis merupakan salah satu syarat kurikulum jenjang Magister Prgram
Magister Agrokteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Malikussaleh. Penulis telah banyak mendapat bantuan baik moral maupun spiritual
dan dukungan yang berupa bimbingan, dorongan, sarana maupun fasilitas dari
berbagai pihak dalam penulisan tesis ini. OLeh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebeser-besarnya kepada:
1. Ayahanda dan ibunda tercinta, serta abang dan adik saya yang selalu
mengirimkan d a dan dukungan baik m ril maupun materi serta dr ngan untuk
selalu semangat kepada penulis selama menyelesaikan tesis.
2. Bapak Dr .Ismadi, S.P.,M.Si (selaku pembingbing utama) dan bapak Dr.
Nasruddin, S.P.,M.Si (selaku pembingbing kedua ) yang telah memberikan
bantuan, arahan serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan
ini.
3. Bapak Dr.Ir. Jamidi, M.P dan Bapak Dr. Badhawi, S.P.,M.P sebagai d sen
penelaah yang telah memberikan masukan dan saran dalam perbaikan tesis ini.
4. Bapak Pr f Dr. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM. Selaku rekt r Universitas
Malikussaleh L hksemawe dan Ibu Dr. Laila Narizah, S.P.,M.P selaku ketua Pr
gram studi Magister Agr ek tekn l gi.
5. Kawan seperjuangan mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2021 Program Studi
Magister Agroekoteknologi
6. Seluruh Dosen dan staf yang ada dilingkup Fakultas Pertanian Universitas
Malikussaleh.
i
ii
7. Semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, pastinya tak henti-henti
penulis sampaikan semga amal baik semua pihak mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Allah Subhanahuwata'ala sang pencipta yang pengasih dan penyayang.
Amin ya rabaalami.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan
semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi saya sendiri dan para
pembaca pada umumnya.
Bireuen, Oktober 2023
Dedi suheri
215411101009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
1.5. Kerangka Pemikiran........................................................................... 6
1.6. Hipotesis............................................................................................ 7
BAB II TINJAUN KEPUSTAKAAN
2.1. Tanaman Kopi.................................................................................... 8
2.2. Glifosat............................................................................................... 10
2.3. Resistensi Herbisida terhadap Tanaman Kopi................................... 12
2.4. Resedu Herbisida Pada Tanah dan Tanaman Kopi............................ 14
2.5. Dampak pemakaian herbisida terhadap Kualitas Tanah.................... 19
2.6 Gulma Pada Pertanaman Kopi............................................................. 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 22
3.2. Alat dan Bahan................................................................................... 22
3.3. Metode Penelitian.............................................................................. 22
3.4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 31
LAMPIRAN...................................................................................................... 32
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
vi
6.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner................................................................................................... 35
2. Gambar peta.............................................................................................. 36
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berada di dataran tinggi Gayo yang pada umumnya menghasilkan kopi arabika atau
yang lebih dikenal dengan kopi gayo (Mawardi, at, all., 2021).
Kabupaten Bener Meriah memiliki sebuah peluang yang cukup besar untuk
pengembangan perkebunan kopi. Untuk dapat meningkatkan hasil produksi yang
bagus petani harus melakukan pemeliharaan yang baik salah satu caranya adalah
dengan mengurangi menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat berpengaruh pada
biji kopi tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat dari penggunaan bahan
kimia adalah penolakan ekspor ke luar negeri. Untuk dapat melakukan ekspor keluar
negeri maka kopi yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang bagus tidak
teridentifikasi mengandung bahan-bahan kimia seperti glyposate.
Seperti yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu pada tahun 2019 kopi
gayo ditolak melakukan ekspor ke sejumlah negara bagian Eropa hal ini diketahui
melalui penelitian laboratorium internasional yang menemukan bahwa kopi gayo
terkontaminasi mengandung zat kimia jenis glifosat atau herbisida yang berasal dari
racun rumput. Akibatnya dari tidak adanya kegiatan ekspor maka harga kopi
menurun (Serambinews.com, 2019).
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bener Meriah
mengatakan bahwa, dengan telah diterbitkannya regulasi Uni Eropa yang
menetapkan kandungan glyphosate dalam kandungan bahan konsumsi sebesar 0,01
Mg/Kg. Oleh karena itu para petani harus membatasi dan mengurangi penggunaan
bahan kimia dalam pemeliharaan tanaman kopi, supaya kegiatan ekspor tidak lagi
terganggu dan untuk menjaga agar harga kopi tetap stabil (Tribunnews.com, 2020).
Untuk dapat melakukan ekspor keluar negeri maka kopi yang dihasilkan
harus memiliki kualitas yang bagus tidak teridentifikasi mengandung bahan-bahan
kimia seperti glyposate. Glifosat adalah suatu zat aktif herbisida untuk
mengendalikan gulma, Glifosat memiliki sifat yang sistemik yang dapat masuk ke
dalam jaringan tumbuhan melalui penyerapan oleh akar tanaman, juga dapat melalui
penetrasi stomata, dimana apabila salah satu dari bagian tanaman telah menyerap zat
kimia tersebut maka seluruh bagian dari tanaman itu mulai dari akar, batang, daun
dan juga buah akan terkontaminasi zat kimia (Jamil. 2019).
Di dalam tanah, herbisida berinteraksi dengan partikel tanah dan akar
tanaman. Herbisida yang jatuh ke tanah akan diadsorpsi oleh partikel tanah, diserap
3
akar tanaman, terdegradasi atau terbawa kedalam hingga mencapai air bawah tanah.
Efek dari herbisida tersebut tergantung pada banyak hal, selain dari sifat herbisidanya
sendiri juga pada sifat-sifat tanah seperti kadar liat, pori tanah maupun sifat kimia
dan fisik tanah. Disamping itu, karakteristik lingkungan terutama iklim dan curah
hujan sangat menentukan.
Penggunaan herbisida secara terus menerus dapat berakibat negatif bagi
lingkungan seperti pencemaran lingkungan, polusi sumber-sumber air dan kerusakan
tanah serta resistensi terhadap tanaman yang dibudidayakan dan gulma (Kurniadie,
D. 2010). Lebih lanjut Rahman, at. all., (2011) Herbisida juga mengakibatkan
tertinggalnya residu sehingga mengakibatkan keracunan pada organisme non target
dan mempengaruhi aktifitas biota tanah dan tertinggalnya residu herbisida pada
produk pertanian (Purba, 2009).
Di dalam tanah, herbisida tidak mudah terdegradasi dan terakumulasi dengan
mengikat kation tanah. Persistensi dan akumulasi herbisida di dalam tanah tergantung
pada komposisi tanah, kondisi iklim dan aktivitas mikroba. Proses tersebut terjadi
pada meristem akar di dalam tanah terbukti secara signifikan mengurangi
pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman dalam menyerap nutrisi. Gangguan
terhadap serapan nutrisi pada akar, juga mempengaruhi kemampuan alami tanaman
dalam mengimbangi kekurangan nutrisi dalam jumlah sedikit.
Herbisida dapat mengurangi serapan unsur hara melalui toksisitasnya
terhadap mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam meningkatkan
ketersediaan nutrisi melalui proses mineralisasi dan simbiosis. Glifosat berfungsi
sebagai pengikat mineral-mineral logam yang berspektrum luas dan menghentikan
kofaktor mineral logam tertentu (Cu, Fe, Mn, Ni, Zn) yang diperlukan untuk aktivitas
enzim (Huber 2010a; Huber 2010b; Helander et al. 2012).
Herbisida yang teradsorpsi ke tanah liat dan bahan organik, akan
memperlambat degradasinya oleh mikroorganisme tanah dan menyebabkan
akumulasi di tanah seiring waktu Oktavia, (2015). Dalam penelitian Wardoyo (2001),
pergerakan herbisida di dalam tanah pada tanah yang mengandung kadar liat yang
cukup besar akan cenderung menahan residu di lapisan atas karena dijerap kuat oleh
mineral liat. Watts (2009) menyatakan herbisida relatif persisten dengan residu yang
4
dapat bertahan sampai 3 tahun di dalam tanah dan jangka waktunya dipengaruhi oleh
dosis yang digunakan, faktor iklim dan jenis tanah (Inayati, 2012).
Dengan latar belakang tersebut maka perlu pengkajian penggunaan herbisida
memiliki efek samping yaitu resistensi terhadap tanaman yang dibudidayakan dan
gulma serta meninggalkan residu pada lahan/tanah yang pengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kopi.
resistensi resedu
Peta penyebaran
6
7
8
Kopi arabika akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun yang keluar dari
ketiak daun yang terletek pada batang utama atau cabang reproduksi yang terletak
pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup – kuncup sekunder dan
reproduktif yang berubah fungsi menjadi kuncup bunga kemudian berkembang
menjadi bunga secara secara serempak dan bergerombolan (Subandi, 2011).
Bunga kopi arabika memiliki Mahkota yang berukuran kecil, kelopak bunga
berwarna hijau, dan pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal
biji. Benang sari pada bunga ini terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran pendek,
proses penyerbukan bisa terjadi antara bungan dalam satu pohon. Lamanya
perkembangan buah sejak berbunga hingga siap panen berkisar 7-9 bulan (Budiman,
2018).
Buah tanaman kopi arabika sebaiknya dipanen sebelum buah rontok ke tanah
karena jika sudah menyerap bau bauan yang ada di tanah, mutunya turun . Buah
tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 bagian yaitu
lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (meksokarp), dan lapisan kulit tanduk
(endokarp) yang tipis dan keras. Buah kopi menghsilkan dua butir biji tetapi ada juga
yang tidak menghasilkan biji atau hanya menghasilkan satu butir biji. Biji kopi terdiri
atas kulit biji dan lembaga. Secara morfologi, biji kopi terbentuk bulat telur, bertekstur
keras, berwarna kotor dan bulat telur (Najiyati dan Danarti, 2012).
Umumnya, Taryana, at all., (2019) menambahkan kondisi tanah di dataran
tinggi memiliki kandungan organik yang cukup banyak dan tidak terlalu banyak
terkontaminasi polusi udara. Tanaman kopi sebaiknya ditanam di tanah yang memiliki
kandungan hara dan organik yang tinggi. Rata-rata pH tanah yang dianjurkan 5-7. Jika
pH tanah terlalu asam, tambahkan pupuk Ca(PO) 2 atau Ca(PO3)2 (kapur atau dolomit).
Sementara itu, untuk menurunkan pH tanah dari basa ke asam, tambahkan urea dengan
periksa keasaman tanah dengan pH meter (Subandi, 2011).
Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga hingga menjadi buah. Untuk
arabika, jumlah curah hujan yang masih bisa ditolerir sekitar 1.000-1.500 mm/tahun.
Penanaman atau pembangunan perkebunan kopi di suatu daerah perlu melihat data
klimatologi daerah tersebut selama 5 tahun terakhir. Daerah yang berada di atas
ketinggian 1.000 meter dpl dan memiliki curah hujan yang baik umumnya justru
memiliki musim kering relatif pendek. Sebaliknya, tanaman kopi membutuhkan musim
9
kering yang agak panjang untuk memperoleh produksi yang optimal (Najiyati dan
Danarti, 2012).
Selain curah hujan, lingkungan memegang peranan penting untuk pembentukan
bunga menjadi buah. Kopi arabika mampu beradaptasi dengan suhu rata-rata 16-22̊ C.
Suhu harian rata-rata yang dibutuhkan tanaman kopi arabika berkisar 15-24°C
dengan curah hujan 1.200-2.200 mm per tahun. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-
26°C. dengan ketinggian tempat untuk perkebunan kopi arabika sekitar 1.000-2.100
meter dpl. (Alnopri, at all., 2009).
2.2. Glifosat
Salah satu bahan aktif herbisida adalah Glifosat (N- (phosphonomethyl)
glycine) yang banyak digunakan dilahan perkebunan. Penggunaan herbisida dengan
dosis besar dan terus menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, residu herbisida
akan terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan
pertanian (air, udara dan tanah), keracunan pada hewan, keracunan pada manusia
baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian.
Glifosat merupakan herbisida non selektif, sistemik dan purna tumbuh yang
babnyak digunakan pada lahan pertanian. Glifosat dengan nama kimia N-
(Phosphonomethyl) glicine merupaka asam organik lemah, bersifat polar sehingga
mudah larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut non polar seperti aseton, etanol
dan benzena (Christina et al., 2019).
Glifosat sebagai bahan aktif herbisisda mempunyai spectrum yang luas dalam
mengendalikan gulma (Abdul rachman et al., 1994) Herbisida ini efektif untuk
mengendalikan gulma tahunan dan setahun yang berakar dalam. Daya bunuh glifosat
lambat, tetapi hasil semprotan mudah ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya
sehingga daya bunuhnya lebih pasti. Glifosat diserap tumbuhan melalui daun
(kutikula), selajutnya disebarkan ke seluruh bagian tanaman.Translokasi herbisida
glifosat dalam tubuh tumbuhan umumnya melalui simplas, sehingga terjadi
akumulasi dibawah jaringan daun-daun muda dan jaringanmeristem, sebagian
tumbuhan melewati translokasi apoplas.
Cara kerjanya yaitu sebagi penghambat sintesis protein dan metabolisme
asam amino. Rumus bangun senyawa lifosat dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
10
Sifat glifosat yang sistemik dan non-selektif serta kemungkinan adanya residu
pada tanah, diduga dapat menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
terganggu, Hal ini disebabkan karena glifosat yang terjerap oleh liat sudah melebihi
kapasitas serapan glifosat, sehingga glifosat aktif didalam larutan tanah meningkat
dan akhirnya diserap oleh tanaman jagung (Wardoyo, 2001).
Srikandi, 2010 melaporkan hasil penelitianya bahwa hasil pengujian residu
herbisida pada biji kering jagung pipil jagung menunjukkan bahwa pada setiap petak
penelitian mengandung residu herbisida glifosat baik itu pada perlakuan kontrol
maupun yang lain kemungkinan disebabkan adanya aliran air hujan di lahan
penelitian. Pola distribusi residu glifosat didalam tanah tidak lepas dari pengaruh
curah hujan, sifat fisik, sifat kimia, dan lingkungan termasuk vegetasi gulma sebelum
dan setelah perlakuan serta tanamannya sendiri. Semakin tinggi curah hujan, maka
peluang daerah lain terpapar residu glifosat semakin besar (Wardoyo et al., 2001).
Konsentrasi residu herbisida yang terdapat pada petak kontrol dapat terjadi karena
tanah pada petakan tersebut berinteraksi dengan petakan lain yang diberi perlakuan
dosis. Interaksi yang dimaksud diduga berasal dari adanya aliran permukaan (run off)
yang terjadi akibat adanya aliran air yang berasal dari air hujan atau irigasi (Inayati
2012).
Lebih lanjut Oktavia, (2015), melaporkan bahwa hasil analisis residu
herbisida glifosat menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan terdapat residu glifosat.
Pada perlakuan kontrol, adanya residu glifosat diduga akibat aliran air permukaan.
Semakin tinggi dosis herbisida yang diberikan maka semakin tinggi pula residu
glifosat pada jagung pipil, hasil ini seperti penelitian Inayati (2012) yang
menunjukkan bahwa peningkatan dosis herbisida sodium bispiribak menghasilkan
peningkatan residu pada tanah, tanaman dan hasil padi.
Oktavia (2015), juga menyampaikan hasil penelitianya glifosat yang
terkandung pada sampel tanah, jerami dan beras membuktikan bahwa penggunaan
glifosat secara intensif dapat menimbulkan dampak negatif terhadap aktivitas
mikroba tanah, ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dan residu yang
terbawa di dalam tanaman. Tingginya konsentrasi glifosat di dalam beras diduga
bahan aktif glifosat ikut pada saat teradinya translokasi hara yang dibutuhan selama
fase generatif tanamanan.
14
tertentu (Cu, Fe, Mn, Ni, Zn) yang diperlukan untuk aktivitas enzim (Huber 2010,
Helander et., all, 2012).
Penelitian tentang glifosat di dalam tanah telah beberapa kali dilakukan
(Wardoyo, 2001; Albers et al., 2009) yang antara lain menunjukkan bahwa distribusi
glifosat di dalam tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah, terutama kadar liatnya.
Residu glifosat dapat mengubah beberapa sifat tanah (sifat kimia, biologi dan fisika),
semakin tinggi penambahan dosis glifosat, residu glifosat berpengaruh meningkatkan
P tersedia, dan menurunkan Fe tersedia, total mikrooeganisme, bakteri rhizobium dan
mikroorganisme pelatur P pada ketiga jenis tanah yaitu kelas tekstur tanah berpasir,
lempung dan liat pada kolom tanah di rumah kaca (nurjanah, 2003).
Nazmatullaila, (2015) menjelaskan bahwa tingginya dosis herbisida akan
menyebabkan tingginya konsentrasi herbisida dalam tanah. Konsentrasi aktif
herbisida dalam tanah sangat ditentukan oleh dosis herbisida, jenis herbisida dan
dosis kompos (kandungan C-organik tanah). Semakin tinggi dosis semakin tinggi
konsentrasi herbisida dalam tanah, tanah yang kandungan bahan organik rendah
(tanpa pemberian kompos) menghasilkan konsentrasi aktif herbisida lebih lama
dibandingkan dengan tanah yang diberikan bahan organik (Baidhawi, 2014).
Herbisida yang tidak persisten bisa diuraikan (didekomposisi) dialam menjadi
senyawa yang tidak berbahaya (detoksifikasi). Penguraian bisa berlangsung secara
kimia (fotolisis, hidrolisis) atau secara biologis oleh mikroorganisme secara hayati
namun penguraiannya membutuhkan waktu tergantung bahan organik tersebut serta
kondisi lingkungan (Djojosumarto, 2008).
semua tanah dan pada semua kedalaman. Suatu satuan data minimum sifat tanah atau
indikator dari masing-masing ketiga unsur tanah dipilih berdasarkan kemampuannya
sebagai tanda berfungsinya kapasitas tanah pada suatu penggunaan lahan khusus,
iklim, dan jenis tanah Rahman, at all., 2011).
Bahan organik tanah merupakan indikator dari kualitas tanah, karena
merupakan sumber dari unsur hara esensial dan memegang peranan penting untuk
kestabilan agregat, kapasitas memegang air dan struktur tanah. Oleh karena itu,
bahan organik tanah erat kaitannya dengan kondisi tanah baik secara fisik, kimia, dan
biologis yang selanjutnya turut menentukan produktivitas suatu lahan Chowdhury at
all., 2008).
Bahan organik tanah sangat penting, tetapi hingga kini belum ada informasi
pengelolaan kualitas bahan organik tanah secara ekplisit dan mendasar. Salah satu
penyebabnya adalah belum adanya nilai atau ukuran kualitas bahan organik tanah
secara kualitatif yang dapat mencerminkan bioaktivitas tanah sekaligus merupakan
refleksi dari tingkat kesuburan tanah (Watts, 2009) .
Penilaian kualitas tanah dapat melalui penggunaan sifat tanah kunci atau
indikator yang menggambarkan proses penting tanah. Selain itu juga, penilaiannnya
dengan mengukur suatu perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan atas pengelolaan,
dalam konteks peruntukan tanah, sifat-sifat bawaan dan pengaruh lingkungan seperti
hujan dan suhu (Inayati (2012). Menurut Helling (2010) Pada penilaian atau
interpretasi kualitas tanah harus mempertimbangkan proses evaluasi sumber daya
lahan berdasar fungsinya dan perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan alami
khusus atau cekaman dan juga praktek pengelolaan. Lima fungsi tanah yaitu :
1. Menopang aktivitas biologi, keanekaragaman, dan produktivitas;
2. Mengatur dan memisahkan air dari larutan;
3. Menyaring, menyangga, mendegradasi, imobilisasi dan mendetoksifikasi bahan-
bahan organik dan anorganik, termasuk hasil samping industri dan kota serta
endapan atmosfer;
4. Menyimpan dan mendaur hara dan unsur-unsur lain dalam biosfer bumi;serta
Dampak negatif dari ketidakmampuan tanah untuk memenuhi fungsinya
adalah terganggunya kualitas tanah sehingga menimbulkan bertambah luasnya lahan
kritis, menurunnya produktivitas tanah dan pencemaran lingkungan. Dampak
17
tersebut membuat kita untuk mencari indikator dari segi tanah yang dapat digunakan
untuk memonitor perubahan kualitas tanah agar tetap memenuhi fungsinya.
Penurunan kualitas tanah akan memberikan kontribusi yang besar akan bertambah
buruknya kualitas lingkungan secara umum (Djojosumarto, 2008).
Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama
dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Bahan
organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat volume
tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi
tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meningkatkan kemampuan tanah memegang
air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air
hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah (Huber 2010, Helander et., all,
2012).
Bahan organik mampu memperbaiki sifat kimia tanah seperti menurunkan
pH tanah, dapat mengikat logam beracun dengan membentuk kelat komplek,
meningkatkan kapasitas pertukaran kation dan sebagai sumber hara bagi tanaman.
Dari sifat biologi tanah, bahan organik tanah mampu mengikat butir-butir partikel
membentuk agregat dari benang hyphae terutama dari jamur mycorrhiza dan hasil
eskresi tumbuhan dan hewan lainnya (Djojosumarto, 2008).
Tingkat persistensi herbisida dalam tanah setelah aplikasi merupakan faktor
yang sangat penting untuk dijadikan masukan ketika menilai kemampuan suatu
herbisida dalam mengendalikan gulma (Afful et al., 2008). Untuk itu diperlukan
informasi tentang durasi fitoxisitas dan persistensi suatu herbisida pada tanah yang
berbeda kandungan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
persistensi herbisida metolachlor dengan berbagai dosis pada tanah yang berbeda
kandungan bahan organik.
D. Golongan Pakisan/pakuan(Pteridophyta/Fern)
Gulma golongan pakis meliputi semua gulma yang berasal dari keluarga
pakis-pakisan, misalnya pakis kadal (Dryopteris aridus), dan pakis kinca
(Neprolespsis biserata).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
20
21
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan studi kepustakaan,
pengurusan surat izin melakukan penelitian, informasi gambaran umum daerah
penelitian meliputi data iklim, curah hujan, suhu udara dan kelerengan lahan,
menyiapkan kuisioner wawancara dan pengumpulan peta untuk mengambarkan
titik lokasi pengambilan sampel.
2. Survey Pendahuluan
Pada tahap ini melakukan kegiatan penentuan titik lokasi penelitian, observasi
secara langsung terhadap keseluruhan lokasi penelitian agar memudahkan
melakukan pengambilan sampel tanah.
3. Survey Utama
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu pengambilan sampel tanah di lima
kecamatan yang telah ditentukan yaitu kecamatan Pinto Ritme Gayo, kecamatan
Bandar, kecamatan Permata, kecamatan Timang Gajah dan kecamatan Bukit,
setiap kecamatan diambil 5 titik sampel tanah dengan jumlah total 25 titik sampel
tanah. Pengambilan sampel tanah diambil menggunakan ring sampel dari
permukaan hingga kedalaman kurang lebih 15 cm-20 cm dengan jarak 30 cm dari
tanaman utama yaitu kopi. Pengambilan sampel tanah menggunakan metode
diagonal yaitu pada setiap lahan diambil 5 titik sampel yang kemudian
dikompositkan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label sesuai
dengan lokasi dan tempat pengambilan tanah.
Tahap Persiapan
Survey Pendahuluan
Survey Utama
Peletakan Kuadrat Sampel di lima titik per kecamatan Pengambila Sampel metode diagonal Penomoran dan pelabelan
Pengujian di Laboratorium
Analisis Data
Keterangan :
R : Konsentrasi residu (ppm) Ac : Area contoh
As : Area standar
Ks : Konsentrasi standar (ppm) FP : Faktor Pengencer (ml)
Bc : Bobot contoh (g)
Konsentrasi residu glifosat yang dihasilkan dari perhitungan di atas
dibandingkan dengan nilai batas maksimum residu (BMR) yang ditetapkan
oleh Badan Standar Nasional Indonesia yaitu 0.1 mg kg-1 (BSN 2008).
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Utara
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Tengah
Wilayah Kabupaten Bener Meriah berupa dataran tinggi dan pegunungan
dengan seluas 1.941,61 km atau 197.271,31 Ha, secara administratif Bener Meriah
memiliki 10 kecamatan antara lain: Kecamatan Bandar, Kecamatan Bener Kelipah,
Kecamatan Bukit, Kecamatan Gajah Putih, Kecamatan Mesidah, Kecamatan
Permata, Kecamatan Pintu Rimr Gayo, Kecamatan Syiah Utama, Kecamatan Timang
Gajah, dan Kecamatan Wih Pesam.
Kabupaten Bener Meriah dikenal dengan cita rasa kopinya yang mendunia
hampir 90 % dari produksi kopi daerah Bener Meriah di Ekspor ke negara-negara,
antara lain, Amerika Serikat, Jepang, dan negara Eropa lainya. Sebagian besar
budidaya tanaman kopi berada di kecamatan Bandar dan kecamatan Permata di ikuti
oleh kecamatan Bener Kelipah, Mesidah dan kecamatan Bukit. Kopi yang dihasilkan
kopi yang mempuyai kualitas kopi yang terbaik.
Gambar 5. Peta Topografi Wilayah Bener Meriah
3.4.2. Iklim
Keadaan cuaca di kabupaten Bener Meriah di pengaruhi oleh angin musim barat
dan angin misim timur. Angin musim barat berhembus antara bulan September sampai
dengan bulan april. Angin ini mendatangkan musim penghujanan, sedangkan angin
musim timur berhembus sekitar bulan juni hingga bulan agustus. Angin ini
mendatangkan musim kemarau. Menurut data statistik tahun 2022, Rata-rata, suhu udara
terdingin ada di bulan Oktober dengan suhu 19°C dan suhu udara tertinggi ada di bulan
Maret yaltu dengan rata-rata mencapai 22,5°C. Kelembapan udara berkisar antara 90,5%
hingga 91,5%. Bulan Maret, Juni dan September adalah bulan dengan rata-rata
kelembapan udara tertinggi mencapai 91,50%. Rincian suhu dan kelembaban secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Suhu Dan Kelembaban Udara Kabupaten Bener Meriah Tahun 2022.
Suhu Udara Kelembaban Udara
Bulan
Max Min Rata-rata Max Min Rata-rata
Januari 23 18 20 92 90 91
Februari 24 19 21,5 91 90 91
26
3.4.3. Ketinggian
Pada garis besarnya daerah ini dapat digolongkan menjadi daerah dataran
rendah ( ±200 m dari permukaan laut) dearah dataran berombak ( ±200 m sampai
dengan 900 m dari permukaan laut) merupakan peralihan antara daerah dataran
rendah dan daerah dataran tinggi. Daerah dataran tinggi (±1000 m dari permukaan
laut) merupakan kawasan daerah berbukit dan sekaligus merupakan rangkaian
gugusan dari lintasan pegunungan bukit barisan. Data ketinggian wilayah per
kecamatan di Kabupaten Bener Meriah disajikan pada Tabel 2.
3.4.4. Topografi
Bener Meriah memiliki klasifikasi kelerengan yang terbagi atas kelas
kelerengan yaitu : 0 - 8%, 8-15%, 15-25%, 25-40% dan >40%. Berdasarkan
gambaran klasifikasi kelerengan tersebut, wilayah Bener Meriah tampak didominasi
oleh lahan berkelerengan > 40 untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 3. Kelerengan Wilayah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Bener Meriah
N Kelerengan
Kecamatan Total
o 0 – 8o 8 – 15o 15 – 25o 25 – 40o > 40o
1 Bandar 16,01 2.624,29 1.408,20 1.233,71 5.018,34 10.300,55
2 Bener Kelipah - 739,07 607,21 555,67 767,22 2.669,17
3 Bukit 261,15 3.033,35 873,89 566,16 4.787,67 9.522,22
4 Gajah Putih - 256,07 1.089,98 1.024,88 3.570,86 5.941,79
5 Mesidah - 579,78 6.964,41 8.265,00 18.206,28 34.015,47
6 Permata - 3.855,55 3.683,96 4.639,96 7.231,62 19.414,04
7 Pintu Rime - 6.811,19 6.020,73 3.909,27 7.307,65 24.048,84
8 Gayo Utama
Syiah - 2.893,89 9.681,24 17.382,37 38.510,33 68.467,83
9 Timang Gajah - 1.439,25 2.385,53 2.716,84 3.498,58 10.040,20
10 Wih Pesam - 1.936,47 2.606,55 747,84 689,61 5.980,47
Total 277,1 24.171,91 35.321,70 41.041,70 89.588, 190.400,6
6 16
28
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachman, S., W., Hermawan & Hartono. 1994. Sistem TOT padi sawah
dengan herbisida glifosat. Prosiding Konferensi XII HIGI, Padang, 11 – 13
Juli 1994. 217 – 221.
Afful. S, C.K. Akpabli, P.O. Yeboah & S.A. Dogbe. 2008. Comparison of two
detection methods in thin layer cromatographic analysis of some herbicides in
a coastal savana soil in ghana. West African Journal of Applied Ecology 12: 1-
7.
Albers C, Banta GT, Hansen PE, Jacobsen OS. 2009. The influence of organic matter
on sorption and fate of glyphosate in soil - Comparing different soils and
humic substances. Environmental Pollution 157 (10): 2865–70
Alnopri, A., Prasetyo, P., & Genefianti, D. (2009). Penampilan Morfologi dan
Isoenzym Peroksidase Kopi Arabika Dataran Rendah. Jurnal Akta Agrosia,
12(1), 15–20.
Badan Standarisasi Nasional, 2008. Batas maksimum residu pestisida pada hasil
pertanian. SNI 7313-2008. Jakarta.
BPS Kabupaten Bener Meriah. 2022. Bener meriah dalam angka. BPS Kabupaten
Bener Meriah. Bener Meriah.
29
30
Budi Fatria. (2020, Oktober 25). Begini upaya pemkab bener meriah meningkatkan
produktivitas dan kualitas kopi arabika gayo. Diakses dari
https://aceh.tribunnews.com/amp/2020/10/25/begini-upaya-pemkab-bener
meriah-meningkatkan-produktivitas-dan-kualitas-kopi-arabikagayo#referrer=
https://www.google.com&csi=0
Christina G., Germen, V.M., Shaffer, R.M., Lemaan, R., Louping, Z., Shappeard,L.,
& Taiolo, E. 2019. The Evidence of human exposure to glyphosate: a review.
Environtmental Health 18:2. http://doi.org/10.1186/s12940-0180435-5.
Chowdhury A., Pradhan S., Saha M.,· Sanyal N. (2008). Dampak Pestisida Terhadap
Parameter Mikrobiologi Tanah dan Kemungkinan Strategi Bioremediasi. J.
Microbiol. 48, 114-127.
Faria, R.R., Neto, L.R., Guerra, R.F., Fereira Junia, M.F., Oliviera G.S., & Franea,
E.F., 2018. Parameters for Glyphosate In OPLS-AA Force Field. Molecular
Simulation. 1-7.
Hasyim. (2019, Oktober 28). Bijaklah Menggunakan Herbisida di Kebun Kopi.
diakses dari https://aceh.tribunnews.com/2019/10/28/bijaklah-menggunakan-
herbisida-di-kebun- kopi
31
Huber, D., 2010a. What’s new in ag chemical and crop nutri-ent interactions. Fluid
Journal (Official Journal of the Fluid Fertilizer Foundation) 18 (3), Issue #69.
http://biodynamics2024.com.au...Glyphosate-101.
Huber, D., 2010b. What’s new in ag chemical and crop nutri-ent interactions- Current
update. Proceedings Fluid Fertilizer Forum, Scottsdale, AZ February 14-16,
27. Fluid Fertilizer Foundation, Manhattan, KS.
http://www.soilcursebuster.com Huber_ at_Fluid_Fert.
Irianto, M.Y dan M.L.I. Johannis. 2011. Peranan herbisida dalam sistem olah tanah
konservasi untuk menunjang ketahanan pangan. J. Gul dan Tumb Invasif Trop
2: 62-69.
Inayati, U.H. 2012. Dampak aplikasi herbisida sodium bispiribak pada tanaman padi
sawah terhadap residunya dalam tanah dan tanaman padi (jerami dan beras).
Thesis. Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Knezevic SZ, A Jhala and T Gaines. Herbicide esistance and Moleculer Aspects.
Encyclopedia of Applied Plant Sciences 2nd Edition 3: 455-458. http://
dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-394807- 6.00025-3
32
Marhaenanto, B., Soedibyo, D. W., & Farid, M. (2015). Penentuan lama Sangrai
Kopi Terhadap Variasi Derajat Sangrai Menggunakan Model Warna Rgb Pada
Pengolahan Citra Digital (Digital Image Processing). Jurnal
Agroteknologi,09(02), 1–10. Error! Hyperlink reference not valid.
Mawardi, I., Hanif, H., Jennifar, J., & Safaruddin, S. (2021). Penerapan Mesin
Sortasi Dalam Upaya Efesiensi Proses Produksi Kopi Gayo Sebagai Produk
Unggulan Daerah Aceh Tengah. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 3(2),
476–485. https://doi.org/10.24912/jbmi.v3i2.9400
Najiyati, S. dan Danarti. 2012. Budidaya Kopi dan Pengolahan Pasca Panen. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Oktavia Noradilla Dwi. (2015). Penggunaan Pestisida dan Kandungan Residu pada
Tanah dan Buah Semangka (Citrullus vulgaris, Schard) (Studi di Kelompok
Tanhi Subur Jaya Desa Mojosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember).
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
33
Pujisiswanto, H., 2012. Kajian Daya Racun Cuka (Asem Asetat) Terhadap
Pertumbuhan Gulma pada Persiapan Lahan. Jurnal Agrin. 16(1)
Rahman, A., T.K. James, M.R. Trolove & C. Dowsett. 2011. Factors affecting the
persistence ofsome residual herbicides in maize silage fields. New Zealand
Plant Protection Society (Inc.) Available at www.nzpps.org Refer to
http://www.nzpps.org/terms_of_use.htm
Sugi Purwanta, Pujo Sumantoro, 2015“Budidaya Dan Bisnis Kayu Jati”, (Jakarta:
Penebar Swadaya, h.121
Taryana, Y., & Sugiarti, L. (2019). Pengaruh Media Tanam Terhadap Perkecambahan
Benih Kopi Arabika ( Coffea arabica L ). Jurnal Agrosains Dan Teknologi,
4(2), 64–69.
Triharso., 1994. Dasar- dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. Diakses (21 April 2020)
Watts, M., 2009. Glyphosate. Pesticide action network Asia and Pacific. 50p.
http://www.panap.netsites ...monograph_glyphosate.p.
Wardoyo SS. 2001. Distribusi herbisida glifosat dan pengaruhnya terhadap sifat
tanah serta pertumbuhan tanaman. [Disertasi].Bogor. Institut Pertanian Bogor.
KUISIONER
A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Umur Responden :
35
3. Tanggal /Waktu :
4. Alamat/Tempat Tinggal :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Status Kepemilikan Lahan :
36