Anda di halaman 1dari 29

i

Pemanfaatan Limbah Buangan AC (Air Canditioner) Sebagai


Media Hidroponik Tanaman Kangkung Air (Lmpoma
Aquatica)

Proposal Penelitian

Oleh :

Kalam Alhayat

F1D119056

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN vii
I. PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B.Rumusan Masalah 3
C.Tujuan Penelitian 3
D.Manfaat Penelitian 3
II.TINJAUAN PUSTAKA 5
A.Limbah 5
1. Pengertian Limbah 5
2. Limbah Berdasarkan Senyawa 5
3. Limbah Berdasarkan Bentuk 5
B.Air Conditioner (AC) 6
1. Pengertian Air Conditior 6
2. Manfaat Air Conditioner 7
3. Limbah Air Conditioner 8
4. Kandungan dan Parameter 8
5. Manfaat Limbah Air Conditioner Untuk Tanaman 9
6. Manfaat Limbah Air Conditioner Untuk Manusia 9
C.Hidroponik 10
1. Pengertian Hidroponik 10
2. Sistem Hidroponik 10
3. Media Hidroponik 10
D.Kangkung Air 11
1. Pengertian dan 11
2. Morfologi Kangkung Air (Lmpomea aquatica) 11
3. Siklus Hidup Kangkung Air (Lmpomea aquatica) 12
4. Perbedaan Kangkung Air dan Kangkung Darat 12
5. Taksonomi Kangkung Air (Lmpomea aquatica) 13
6. Syarat Tumbuh Kangkung Air (Lmpomea aquatica) 13

III.METODE PENELITIAN 15
A.Waktu dan Tempat Penelitian 15
B.Jenis Penelitian 15
C.Variabel Penelitian 15
D.Bahan Penelitian 16
E.Alat Penelitian 16
F.Rancangan Penelitian 17
G.Prosedur Penelitian 17
H.Pengamatan 19
I. Analisis Data 20
iii

J. Diagram Alir Penelitian 21


K.Jadwal Penelitian 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peningkatan suhu udara di permukaan bumi mengakibatkan banyak

orang menggunakan Air Conditioner (AC) sebagai alat untuk menurunkan

suhu. Alat tersebut membuat orang nyaman untuk bekerja maupun

berisirahat dengan menciptakan suhu sejuk sehingga banyak digunakan di

rumah, kantor, hotel, sekolah dan tempat umum lainnya. Air Conditioner

(AC) menghasilkan limbah berupa air buangan yang berasal dari udara

panas yang diserap dari satu tempat kemudian dikeluarkan ke tempat lain

melalui evaporasi (penguapan) dan kondensasi (pengembunan).

Limbah Air Conditioner yang merupakan hasil kondensasi hanya

dibuang begitu saja, padahal jika dilihat potensi buangan limbah AC

tersebut sangatlah besar. Hampir setiap rumah masyarakat terutama pada

gedung perkantoran banyak memakai mesin AC sebagai pendingin ruangan,

sehingga apabila dikumpulkan jumlahnya pasti cukup besar. Air yang

keluar dari AC merupakan air murni hasil kondensasi dari udara lingkungan

yang kandungan pengotornya hanya berasal dari udara saja dan dapat

dimanfaatkan (Ahmad,dkk, 2014).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017

menunjukkan sebanyak 7,98 persen rumah tangga di Indonesia memiliki

alat penyejuk udara (AC) di tempat tinggalnya dan terus meningkat setiap

tahunnya. Pengguna AC terbanyak terdapat di wilayah DKI Jakarta yaitu

sebanyak 30,8 persen rumah tangga menggunakan Air Conditioner (AC).

Melihat semakin meningkatnya pengunaan AC setiap tahunnya maka


2

limbah buangan yang dihasilkan oleh AC semakin banyak sehingga perlu

dimanfaatkan untuk menggantikan sumber air tanah yang jumlahnya juga

semakin menyusut.

Kecenderungan konsumen dalam memilih hasil produksi tanaman

dan makanan di kota-kota besar Indonesia adalah mencari produk dengan

nilai tambah terhadap manfaat kesehatan, berpenampilan menarik, dan

dengan harga yang rasional. Produk-produk tersebut sebagian besar dapat

terpenuhi oleh produk hidroponik. Budidaya dengan sistem hidroponik

telah dikenal dan dikembangkan secara komersil pada awal tahun 1900-an

di Amerika Serikat (Douglas 1985 dalam Malcolm 1989). Di Indonesia,

kultur hidroponik telah mulai mendapat perhatian dari masyarakat dan

berkembang sejak tahun 1980-an yang dimulai oleh beberapa pengusaha di

daerah perkotaan.

Metode Hidroponik merupakan salah satu metode yang banyak

digemari oleh masyarakat karena memiliki dampak positif yang diantaranya

keberhasilan tanaman untuk tumbuh lebih terjamin, perawatan lebih praktis

dan terkontrol serta dapat menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan

media tanah. Pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke

dalam media hidroponik secara manual. Media tanam tersebut melalui pipa

atau disiram secara manual dan media tanam tersebut dapat berupa kerikil,

pasir, gabus, arang, atau tanpa media agregat (hanya air).

Kangkung air (Lmpomea aquatica) merupakan tanaman air yang

banyak tersebar di wilayah Asia Tenggara, India dan Cina bagian Tenggara
3

Kangkung memiliki manfaat sebagai sayuran dan obat-obatan di kalangan

masyarakat.

Kangkung banyak dijumpai hampir di mana-mana terutama di

kawasan berair.

Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian

mengenai pemanfaatan limbah Air Conditioner (AC) sebagai Media

Hidroponik Tanaman Kangkung Air (Lmpomea Aquatica).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah limbah Air Conditioner (AC) dapat dimanfaatkan sebagai

media hidroponik terhadap kangkung air (Lmpomea Aquatica) ?

2. Bagaiamana pertumbuhan tanaman kangkung air (Lmpomea Aquatica)

setelah menggunakan Air Conditioner (AC) sebagai media hidroponik ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah limbah Air Conditioner (AC) dapat

dimanfaatkan sebagai media hidroponik terhadap kangkung air

(Lmpomea Aquatica)

2. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan kangkung air (Lmpomea

Aquatica) setelah diberi Air Conditioner (AC)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai


4

pemanfaatan limbah Air Conditioner (AC) sebagai media hidroponik

terhadap kangkung air sehingga dapat mengaplikasikan media tersebut.

2. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian

selanjutnya terkait pemanfaatan limbah Air Conditioner (AC) bagi tanaman.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Limbah

1. Pengertian Limbah

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, limbah adalah

sisa suatu usaha atau kegiatan manusia. Sedangkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 18/1999 Jo. PP 85/19999, limbah didefinisikan sebagai sisa

dari suatu usaha atau kegiatan manusia yang tidak terpakai serta berdampak

negatif terhadap manusia jika tidak dikelola dengan baik (Daryanto, 2013).

2. Limbah Berdasarkan Senyawa

Berdasarkan jenis senyawa, limbah dibedakan menjadi limbah

organik dan limbah anorganik. Limbah organik adalah limbah yang

mengandung unsur karbon (C), limbah organik berasal dari mahluk hidup

(misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan sisa tumbuhan

mati). Limbah organik berasal dari mahluk hidup dan memiliki sifat yang

mudah membusuk. Sedangkan limbah anorganik adalah limbah yang tidak

memiliki unsur karbon, seperti logam (misalnya besi, kalengan, bekas alat

perkakas, aluminium, dan peralatan rumah tangga). Limbah anorganik tidak

memiliki unsur karbon sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme

(Putra, 2019).

3. Limbah Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya limbah diklasifikasikan menjadi dua yaitu

limbah cair dan limbah padat. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha

dan atau kegiatan yang berwujud cair atau sisa hasil buangan proses
6

produksi yang berbentuk cairan. Limbah cair dapat berbentuk air beserta

bahan-bahan lain yang tercampur maupun terlarut dalam air. Limbah cair

diklasifikasikan menjadi empat kelompok diantaranya limbah cair

domestik, limbah cair industri, limbah cair luapan, dan limbah air hujan.

Contoh limbah cair adalah air pendingin ruangan/Air Conditioner (AC), air

cucian, air sabun, air tinja, air sisa pengolahan makanan, air sisa cucian

daging, dll (Rosmidah, 2016).

Limbah padat adalah limbah hasil aktifitas industri maupun

domestik yang berbentuk padat. contohnya adalah kertas, plastik,

kalengan, limbah padat diklasifikasikan menjadi enam kelompok yaitu

sampah organik mudah busuk, sampah anoganik dan organik tak

membusuk, sampah abu, sampah bangkai, dan sampah sapuan. Contohnya

adalah sampah sayuran sisa makanan, contohnya selulosa, kertas, plastik

dan logam, sampah abu dan sampah industri (Rosmidah, 2016).

B. Air Conditioner (AC)

1. Pengertian Air Conditioner

Air Conditioner (AC) adalah sistem atau mesin yang dirancang

untuk menstabilkan suhu udara dan kelembapan suatu area. Dengan kata

lain, AC adalah alat yang digunakan sebagai penyejuk udara. Penggunaan

AC untuk memperoleh udara yang dingin dan sejuk serta nyaman bagi

manusia, AC banyak digunakan diwilayah yang beriklim tropis dengan

kondisi temperatur udara yang relatif tinggi seperti di Indonesia. Air

Conditioner (AC) adalah suatu proses pengoksidasian udara dimana udara


7

itu di dinginkan, dikeringkan, dibersihkan dan disirkulasikan yang

selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut di

control. Pengontrolan itu meliputi temperatur, kelembapan, dan volume

udara pada setiap kondisi yang diinginkan. Pemakain AC digunakan untuk

menciptakan suhu yang sejuk terhadap ruangan. Penggunaan AC banyak

dilakukan pada ruangan dan kendaraan mobil (Marsianus, 2014).

2. Manfaat Air Conditioner

Air Conditioner (AC) merupakan sebuah alat yang mampu

mengondisikan udara. Dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk

udara. Penggunaan AC untuk memperoleh udara yang dingin dan sejuk

serta nyaman bagi manusia, AC banyak digunakan diwilayah yang

beriklim tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi seperti

di Indonesia. Pemakain AC digunakan untuk menciptakan suhu yang sejuk

terhadap ruangan. Penggunaan AC banyak dilakukan pada ruangan dan

kendaraan mobil (Marsianus, 2014).

Air Conditioner memiliki sistem untuk mengoksidasi keadaan udara

dalam suatu ruang tertentu, seperti ruang kantor, atau ruang penyimpanan

barang. Selain berfungsi sebagai pengoksidasi udara, manfaat lain bisa

dirasakan selama bertahun pada berbagai bidang seperti industri

manufaktur, industri perminyakan, industri kimia, dan industri pangan

(Mukhtiamirulhaq, 2019).
8

3. Limbah Air Conditioner

Limbah Air Conditioner merupakan limbah cair hasil luapan yang

dihasilkan oleh alat pendingin yang disebut AC. Alat tersebut

menghasilkan limbah berupa air buangan yang berasal dari udara panas

yang diserap dari satu tempat kemudian dikeluarkan ketempat lain melalui

evaporasi (penguapan) dan kondensasi (Sarbu, 2014). Kondensasi

(Pengembunan) udara yang mengandung uap air yang menghasilkan air

dalam bentuk cair. Kondensasi AC merupakan air murni hasil kondensasi

dari udara lingkungan, yang kandungan pengotornya berasal dari udara

dan dapat dimanfaatkan (Hari, 2016).

4. Kandungan dan Parameter Limbah Air Conditioner (AC)

Air yang keluar dari mesin AC merupakan air murni hasil

kondensasi dari udara lingkungan, yang kandungan pengotornya hanya

berasal dari udara saja dan dapat dimanfaatkan. (Bambang H, dkk 2016).

Kondensat AC memiliki kelebihan dari segi kualitas karena kondensasi

yang dialami air AC mengandung zat organik berupa kalium permangat

(KMn04), Karbondioksida aktif (C02), Amonia (NH4), Nitrit (NO2), dan

Fenol. Air Conditioner (AC) memiliki parameter fisika, kimia dan

mikrobiologi. Parameter fisika meliputi bau yang tidak berbau, warna

yang jernih, rasa yang tidak berasa, suhu 3 derajat celcius, kekeruhan 25

NTU. Parameter kimia AC mengandung DO, BOD, COD, fluorida, besi,

mangan, nitrat, nitrit, kesadahan (CaCO3). Sedangkan parameter

mikrobiologi, AC mengandung fecal coliform (Wahyu D, dkk 2006).


9

5. Manfaat Limbah Air Conditioner (AC) untuk Tanaman

Limbah Air Conditioner dapat dimanfaatkan pada tanaman,

misalnya Anthorium dan beberapa jenis Aglonema. Secara umum, air biasa

memiliki tingkat keasaman atau pH yang sangat tinggi dapat dinetralkan

dengan menggunakan air AC. Sama seperti manfaat garam untuk tanaman,

air AC dapat menurukan kualitas dari air itu sendiri. Dengan kadar pH

yang netral dapat membuat air AC dimanfaatkan terhadap tanaman

sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Air buangan AC yang baru

keluar memiliki kondisi yang segar sehingga penyiraman pada tanaman

dengan air AC yang segar dapat membuat tanaman lebih segar, subur, dan

memiliki daun yang tebal sehingga tanaman dapat lebih cepat tumbuh jika

disiram dengan limbah Air Conditioner (Eky S, dkk. 2014).

6. Manfaat Limbah Air Conditioner (AC) untuk Manusia

Limbah Air Conditioner (AC) memiliki potensi yang menjanjikan

sebagai alternatif sumber air untuk manusia. Berdasarkan hasil penelitian

bahwa limbah Air Conditioner (AC) dapat dijadikan alternativf air minum

dan layak untuk diminum namun pemanfaatannya harus melalui

perlakuan tambahan. Limbah AC yang dihasilkan tidak berbau, tidak

berasa, tidak berwarna dan tidak keruh. Namun jika diambil dari ruangan

bebas rokok akan sedikit memiliki rasa rokok. Terdapat metode yang

dapat digunakan untuk mengubah kondesat AC menjadi air Aqua DM

sehingga air tersebut merupakan air yang bebas mineral air demineralized

(Laila, 2009).
10

C. Teori Hidroponik

1. Pengertian Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro yang berarti air

dan ponos yang artinya daya. Hidroponik dalah metode bercocok tanamam

tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan air atau

larutan bernutrisi serta bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti

sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan, pecahan batu bata, serbuk kayu

dan lain-lain sebagai pengganti media tanah (Mulasari, 2018).

2. Sistem Hidroponik

Sistem Hidroponik telah menjadi salah satu alternatif masyarakat

yang mempunyai lahan terbatas atau pekarangan, sehingga dapat dijadikan

sebagai sesuatu yang berguna (Roidah, 2014). Tanaman hidroponik biasa

dilakukan secara kecil-kecilan di rumah sebagai suatu hobi ataupun secara

besar-besaran dengan tujuan komersial. Perawatan Hidroponik sangat

mudah, karena tumbuhan, tanaman, dan sayur-sayuran dapat tumbuh

dengan mudah tanpa menggunakan tanah, hanya dengan talang air, botol-

botol kemasan yang sudah tidak terpakai, pipa dan juga bisa

memanfaatkan barang yang sudah tidak diperlukan seperti ember, baskom,

dan sebagainya (Satya, 2017).

3. Teknik Sistem Hidroponik

Terdapat enam teknik penanaman yang dapat gunakan dalam

berkebun hidroponik. Keenam teknik ini memiliki keunggulan dan

kekurangan masing-masing yaitu :


11

1. Wick Sistem

Wick Sistem adalah teknik yang paling sederhana dan populer sehingga

sering digunakan. Sistem ini termasuk pasif karena nutrisi mengalir ke

dalam media pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu,

wick system hidrponik bekarja dengan baik untuk tanaman dan tumbuhan

kecil. Sistem hidroponik tidak bekerja baik untuk tanaman yang

membutuhkan bayak suplai air (Puspasari, 2018).

2. Ebb & flow System

Sebuah media tumbuh ditempatkan di dalam sebuah wadah yang

kemudian diisi oleh larutan nutrisi. Kemudian nutrisi dikembalikan ke

dalam penempungan, dan begitu seterusnya. Sistem ini memerlukan

pompa yang dikoneksikan ke waktu. Dipastikan menggunakan wadah

yang cukup besar dan atur jarak antar tanaman agar pertumbuhan tanaman

tidak saling mengganggu (Suhardiyanto, dkk. 2016).

3. NTF (Nutrient Film Technique) System

Sistem ini merupakan cara yang paling populer dalam istilah

hidroponik. Konsepnya sederhana dengan menempatkan tanaman dalam

sebuah wadah atau tabung dimanaakarnya dibiarkan menggantung dalam

larutan nutrisi. Sistem ini dapat terus menerus mengalir nutrisi yang

terlarut dalam air sehingga tidak memerlukan waktu untuk memompanya

(Putra, 2014).
12

4. Aeroponik System

Kecanggihan sistem ini yaitu memungkinkan mendapatkan hasil

yang baik dan tercepat dibandingkan sistem hidroponik lainya, dalam hal

ini disebabkan karna larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut

langsung masuk keakar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi

yang bnayak mengandung oksigen (Indra, 2020).

5. Drip System

Selain sistem sumbu, sistem tetes ini merupakan cara yang populer

digunakan dalam berkebun hidroponik. Sistem ini menggunakan waktu

pengontrolan pompa, sehingga pada saat pompa dihipupkan, pompa akan

meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman (Purwanto, 2021).

6. Warter Culture System

Dalam sistem hidroponik ini, akar tanaman yang tersuspensi dalam

air yang kaya nutrisi dan udara diberikan langsung ke akar. Tanaman dapat

ditempatkan di rakit dan menampung di bak nutrisi juga. Dengan sistem

hidroponik ini, akar tanaman terendam dalam air dan udara diberikan

kepada akar tanaman melalui pompa akuarium dan diffuser udara.

Semakin gelembung yang lebih baik, tenaman akar akan kembali dengan

cepat untuk mengambil air nutrisi (Puspasari, 2018).

4. Media Tanam Hidroponik

Ada dua jenis media tanam yang biasa digunakan pada sistem

hidroponik yaitu media tanam organik diantaranya arang sekam, serbuk

gergaji, akar pakis, dll. Sedangkan untuk media tanam anorganik


13

diantaranya, hidroton, clay, rockwool, dll. Fungsi dari media tanam untuk

sistem hidroponik adalah untuk tempat tumbuh dan tempat penyimpanan

unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. jenis media

tanam yang mau digunakan lagi berpengaruh bagi perkembangan serta

pertumbuhan tanaman (Satya, 2017).

D. Kangkung Air (Lmpomea Aquatica)

1. Klasifikasi Kangkug Air (Impomea Aquatica Forskk)

Taksonomi tanaman kangkung adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotiledoneae

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Lmpomea

Spesies : Lmpomea aquatica Forskk.

2. Pengertian Kangkung (Impomea Aquatica Forskk)

Kangkung Air (Lmpomea Aquatica) merupakan tanaman sayuran

yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini banyak

ditemukan di beberapa wilayah yaitu di Asia Tenggara, India, dan Cina

bagian barat. Bagian tanaman Kangkung Air (Lmpomea Aquatica) yang

paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan


14

sayur-mayur. Tanaman kangkung air selain memiliki rasa yang enak juga

mengandung gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C

serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna digunakan

sebagai sayuran pada bagian daun dan batangnya (Rinaldi, 2015).

3. Morfologi Kangkung Air (Impomea aquatica)

Kangkung air (Impomea aquatica) memiliki daun Panjang dengan

ujung agak tumpul berwarna hijau kelam dan bunga berwarna kekuning-

kuningan atau ungu. Bunga kangkung air berwarna putih kemerah-merahan,

ukuran batang dan daun lebih besar dibandingkan dengan kangkung darat,

batang berwarna hijau dan berbiji sedikit. Buah kangkung memiliki

diameter 7-9 mm, struktur halus, berwarna kecoklatan dan berisi 2-4 biji.

(Maryam, 2009). Waktu tanam yang baik untuk penanaman kangkung air

ialah pada musim kemarau dikarenakan pada musim penghujan lahan

penanaman kangkung air akan semakin banyak tergenang air dan kangkung

akan semakin banyak terendam lumpur sehingga dapat menyebabkan

rusaknya tanaman kangkung tersebut (Rukmana,2016).

4. Siklus Hidup Kangkung Air

Kangkung memiliki siklus hidup yang dapat berbunga, berbuah, dan

berbiji. Pada proses pertama, ketika biji kangkung telah tumbuh dan

berkembang maka akan tampak tanaman kangkung dewasa dan menjalar

serta tumbuh akar pada buku-buku batang kangkung yang dimana jika

tanaman ini dipotong dapat tumbuh kembali menjadi tanaman kangkung

baru ini merupakan perkembangan vegetatif dari tanaman kangkung


15

tersebut. Kemudian setelah menjadi tanaman kangkung dewasa, tanaman

kangkung akan berbunga dan menghasilkan buah yang didalamnya ada

biji yang dapat diambil dan ditanam kembali menjadi tanaman kangkung

baru, ini merupakan proses perbanyakan kangkung secara generatif.

(Sunardi, 2013).

5. Perbedaan Kangkung Air dan Kangkung darat

Perbedaan antara kangkung air dan kangkung darat terletak pada

warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan

kangkung darat berbunga putih bersih. Perbedaan lainnya pada bentuk daun

dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar daripada

kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air berbatang

hijau sedangkan kangkung darat berwarna putih kehijau-hijaua. Selain itu,

kangkung air lebih sedikit bijinya daripada kangkung darat. Oleh karena itu

kangkung air banyak diperbanyak melalui stek, sedangkan kangkung darat

diperbanyak melalui biji (Sunardi, 2013).

6. Syarat Tumbuh Kangkung

Tanaman kangkung dapat tumbuh hampir disemua tempat di

daerah tropis, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2000 dpl

terutama lahan yang terbuka (sinar matahari jatuh langsung). Tanaman

kangkung air membutuhkan tanah yang banyak mengandung lumpur serta

tanah yang subur atau gembur dan banyak mengandung bahan organik

(untuk kangkung darat). (Sunardi, 2013)

Kangkung membutuhkan suhu rata-rata untuk pertumbuhan yang


16

optimum dikisaran 28 derajat celcius. kangkung membutuhkan curah

hujan berkisar 500-500 mm/tahun. Dengan perlakuan tanam di area

hidroponik kangkung bahkan lebih responsive dan ini disebabkan karena

fertigasi, pemilihan bibit, dan pemeliharaan intensif. Bahkan untuk selera

konsumenpun kandungan kalsium hara dapat diatur sehingga batang

tanaman tidak liat dan rasanya lebih manis (Sunardi, 2013).

7. Model rangka hidroponik


15

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober-November

2022, di Pekarangan rumah tepatnya di Lorong Koropu, Kel. Mokoau,

Kec. Kambu, Kota Kendari. Penelitian akan dilakukan setelah pembuatan

tempat atau media hidroponik dan setelah penanaman tanaman kangkung

air dalam media limbah Air Conditioner (AC).

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan

ekperimen lapangan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemanfaatan limbah Air Conditioner (AC) terhadap pertumbuhan tanaman

kangkung air dalam sistem hidroponik.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi atas dua variabel yaitu :

1. Variabel Bebas

Adapun yang menjadi variabel bebasnya adalah konsetrasi limbah

Air Conditioner (AC) yang diberikan pada tanaman kangkung air

2. Variabel Terikat

Variabel terikatnya adalah pertumbuhan tanaman kangkung air

(Lmpomea Aquatica) dengan indikator tinggi tanaman (cm) dan jumlah

daun (helai)
16

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabe 3.1.

Tabel 3.1.Bahan dan kegunaannya

No Bahan Kegunaan
.
1 2 3
1. Air Conditioner (AC) Sebagai media hidroponik
2. Biji Kangkung Air Sebagai bibit tanaman Kangkung air
(Lmpomea aquatica) (Lmpomea aquatica)
3. Kertas Label Untuk melabeli alat yang digunakan
4. Lem Pipa Untuk melekatkan pipa satu dengan
pipa yang lainnya
5. Rokwoll Sebagai media semai

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabe 3.2.

Tabel 3.2.Alat dan kegunaannya

No Alat Kegunaan
.
1 2 3
1. Pipa Sebagai wadah tanaman
hidroponik
2. Corong Untuk memasukkan limbah
Air Conditioner (AC) kedalam pipa
3. Pemotong Pipa Sebagai alat pemotong pipa
4. Net Pot NFT Sebagai tempat duduk/pijakan
rokwoll
5. Water quality meter Untuk mengukur pH, DO, dan suhu
air
6. Mistar Untuk mengukur pertumbuhan
tanaman kangkung air
7. Alat tulis Untuk mencatat data-data penelitian
17

F. Rancangan Penelitian

Percobaan pemanfaatan limbah Air Conditioner (AC) sebagai

media hidroponik serta pengaruhnya terhadap tanaman kangkung air

(Lmpomea Aquatica) dengan perlakuan pemberian limbah air AC.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terbagi atas beberapa tahapan yaitu sebagai

berikut :

1. Pengumpulan limbah Air Conditioner (AC)

Limbah Air Conditioner dikumpulkan dalam satu wadah, untuk

mendapatkan limbah AC maka dilakukan pengumpulan dengan pencarian

limbah AC yang berasal dari rumah dan tempat-tempat umum seperti

kantor, kampus, dll

2. Instalasi Hidroponik

Instalasi yang dipersiapkan adalah instalasi hidroponik sistem DFT

dengan air tersirkulasi selama 24 jam. Dengan kapasitas debit air

1300/jam. Instalasi yang dipergunakan terbuat dari pipa PVC ukuran tiga

dim, dengan ketinggian air yang dipertahankan diangka 2 cm dari dasar

pipa. Jarak antara lubang pipa 20 cm, dan lubang pipa berukuran 5,4 cm.

3. Persemaian dan Pembibitan

Benih kangkung akan ditanam pada instalasi hidroponik, harus

dilakukan persemaian terlebih dahulu. Untuk menyemai benih tersebut,

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Media semai (rockwool) dipotong berukuran 3 x 3


18

2. Rockwol yang telah dipotongkecil-kecil kemudian direndam dalam air

hingga Seluruh bagian rockwool basah terkena air kemudian rockwool

diletakkan pada tray semai.

3. Rockwool dilubangi dan disertai benih kangkung. Nutrisi dan

penanaman bak penampung air dengan volume 30 L diletakkan di

bawah rangkaian hidroponik. Bak tersebut diisi Air conditioner sebagai

media hidroponik.

4. Pipa yang telah dilubangi sebelumnya diisi tanaman kangkung air yang

telah disemai.

4. Pemeliharaan

Dalam pemeliharaan budidaya hidroponik kangkung biasanya

terdapat beberapa hama yang menyerang yaitu Aphides, larva bitula,

Coccidae, dan laba-laba. Beberapa penyakit yang umumnya terdapat

pada pemeliharaan kangkung antara lain yaitu Anthracnose, Botrytis,

Chlorosis. Adapun beberapa cara untuk memelihara dan mengendalikan

hama penyakit yaitu dengan cara :

1. Melakukan penambahan air nutrisi yang telah dicampur setiap minggu.

2. Membuang sisa tanaman/gulma serta kotoran yang terdapat di sekitar

tanaman kangkung.

3. Menjaga kebersihan bak/pipa yang digunakan untuk melarutkan dalam

merawat tanaman kangkung.


19

5. Pemanenan

Pemanenan kangkung air dapat dilakukan setelah tanaman berumur

kurang lebih 30 hari setelah tanam, pemanenan dapat dilakukan dengan

cara mencabut seluruh tanam beserta akarnya. Sebaiknya sebelum

memanen dilihat terlebih dahul fisik tanamannya seperti daun yang sudah

melebar, berwarna hijau segar.

H. Pengamatan

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman dapat diukur mulai dari tanaman kangkung

dipindahkan dari media tanam penyemaian ke dalam rangkian

hodroponik sampai masa panen dengan bantuan alat ukur

penggaris dari permukaan media tanam sampai ujung daun

tertinggi dari tanaman dengan cara menelungkupan semua daun

dan mengukur tinggi tanaman, dihitung dari pangkal batang hingga

ujung daun terpanjang. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan

setiap 1 minggu sekali.

2. Lebar Daun

Pengukuran lebar daun hanya daun yang terlebar pada saat

pengamatan, pengukuran dimulai dari tepi kiri ke tepi kanan atau

sebaliknya, diukur menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan

sekali dalam seminggu.


20

3. Jumlah Daun

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah

membuka sempurna. Jumlah daun dihitung 1 minggu sekali.

4. Panjang Akar Tanaman

Pengukuran akar terpanjang dilakukan pada saat tanaman

kangkung telah di panen. Pengukuran akar tanaman diukur dari

leher akar tanaman atau tempat munculnya akar sampai ujung

akar terpanjang.

5. Berat Basah Tanaman

Perhitungan berat basah dilakukan setelah masa panen

dengan menggunakan timbangan. Berat basah adalah berat segar

sebuah tanaman yang masih mengandung kadar air didalamnya.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian maka dianalisis dengan

ANOVA. Jika F hitung lebih kecil sama dengan Ftabel maka hipotesis

ditolak, sebaliknya apabila F hitung lebi besar sama dengan F tabel maka

hipotesis diterima. Data yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebagai

akibat perlakuan dianalisis lanjut dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata

Terkecil BNT pada taraf 5%.


21

J. Diagram Alir Penelitian

Secara singkat, diagram alir prosedur kerja dalam penelitian ini

disajikan pada Gambar 3.2.

Penyiapan Lokasi

Lorong Koropu, Kel. Mokoau, Kec.


Kambu, Kota. Kendari

Pembuatan Instalasi Hidroponik

Penyemaian Kangkung Pengamatan

Tinggi
batang
Lebar daun
Warna Daun
DO

Analisis
Data
Gambar3.2.DiagramPenelitian
22

K. Jadwal Penelitian

Jadwal rencana penilitian untuk penyusunan skripsi disajikan pada

Tabel 3.3sebagai berikut :

Tabel3.3 Jadwal Penilitian

Bulan ke-
No. Kegia
1 2 3 4 5 6
tan
1. Pengajuan judul kejurusan
Penyusunan proposal skrips dan
2.
pembimbingan
3. Seminar/Ujian proposal skripsi
4. Pembuatan Instalasi Hidroponik
5. Penanaman Tanaman
6. Pengolahan dan analisis data
7. Penyusunan dan pembimbingan skripsi
8 Ujian skripsi
.
23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yanuar Hadi Putra, Wahyu S. Pambudi, 2014. Sistem Kontrol Otomatis
Ph Larutan Nutrisi Tanaman Bayam Pada Hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique), Jurnal Ilmiah Mikroteknik, Vol. 2, No.4 : 12

Bambang Hari, 2016. Studi Pemanfaatan Kondensat Air Conditioning (AC)


Menjadi Air Layak Minum. Fakultas Teknik, Universitas Ahmad Yani,
Bandung. ISSN 1693-4393

Dyah Asri Handayani Taroepratjeka. 2014. Tinjauan Potensi Timbunan Kondesat


AC sebagai Sumber Alternatif dalam Konservasi Lingkungan , Itenas,
Bandung. LPPM Itenas, No. 2, Vol. : 18

Eko Sulistiono, Rizky Rahardian W, Finda Dwi F, 2021. Uji Klinis Faktor Fisika,
Kimia, Biologi Limbah Kondesat AC Sebagai Air Minum Di Universitas
Islam Lamongan, Jurnal Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro, Vol. 20 : 338-339.

Eky Arjayanto Nurhasana, Hermansyah, Lely Aylia, Kasim, 2014. Pemanfaatan


Air Buangan AC Untuk Tanaman Hias Berbasis Internet Of Things,
Jurnal Teknologi Elekterika, No. 1, Vol. 16 : 1-2

Marsianus, 2014. Pengaruh Penggunaan Pendingin Udara (AC) Terhadap


Performa Mesin Pada Kendaraan Angkutan Barang Suzuki Mega Carry,
Jurnal Teknik, Vol. 1 : 1-2

Maryam, A, 2009. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Panen Tanaman Sayuran di dalam Nethous. Skripsi. Program Studi
Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Mukhtiamirulhaq, 2019. Perencanaan Alat Uji Prestasi Sistem Pengkondisian


Udara (Air Conditioning) Jenis Split, Jurnal Perencanaan Alat Uji
Prestasi Sistem Penkondisian Udara (Air Conditioning Jenis Split), Vol.
5 : 1-2

Mutia Tri Satya, 2017. Manajemen Usaha Budidaya Hidroponik, Jurnal Dharma
Bhakti Ekuisitas, Vol. 01, No. 02 : 53-54

O Sunardi, SA Adimihardja, Mulyaningsih, 2013. Pengaruh Tingkat Pemberian


ZPT Giberallin (GA3) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Kangkung Air (Lmpomea Aquatica Forsk L.) Pada Sistem Hidroponik
Floating RAFT Technique (FRT), Jurnal Pertanian, Vol. 4, No. 1 : 34-35
24

Putra, Nanik Setyowati, Enggar Apriyanto,2019. Identifikasi Jenis Dan


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Rumah Tangga:
Studi Kasus Kelurahan Pasar Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma,
Jurnal Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Vol. 8, No. 2 : 49

Ira Puspasari, Yosefine Triwidyastuti, Harianto, 2018. Otomasi Sistem


Hidroponik Wick Terintegrasi pada Pembibitan Tomat Ceri, Jurnal
Pertanian, Vol. 7, No. 1 : 97-98

Kadek Teguh Purwanto, Gede Sukadarmika, D.M.Wiharta, 2021. Rancang


Bangun Hidroponik Tanaman Paprika Dengan Drip iystem Berbasis
Internet Of Things, Jurnal Spektrum Vol. 8, No. 4 Kadek Teguh

Rinaldi Rizal Putra, Muh. Shofi, 2015. Pengaruh Hormon Napthalen Acid
Terhadap Inisiasi Akar Tanaman Kangkung Air (Lmpomea Aquatica
Forssk, Jurnal Wiyata, No. 5, Vol. 2 : 109-110.

Robby Yuli Endra, Ahmad Cucus, M. Aditya Wulandana S, 2020. Perancangan


Aplikasi Berbasis Web Pada System Aeroponik untuk Monitoring Nutrisi
Menggunakan Framework CodeIgniter, Jurnal Sistem Informasi dan
Telematika, Vol. 11, No.1 : 10-11

Rosminah Hasibuan,2016.Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga


Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup, Jurnal Ilmiah Advokasi, Vol. 4,
No. 1 : 43-47

Rukmana, R. 2016. Kangkung, Kanisius, Yogyakarta

Herry Suhardiyanto1, Heru Sukoco, Sugi Guritman,Yani Prabowo, dan Hariatun


Kusyunarti Saptasari, 2008. Aplikasi PLC untuk Mengendalikan
Lingkungan Pertumbuhan Tanaman Krisan pada Sistem Ebb and Flow,
Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol. 3, No. 5:2-3

Suprihatin Agung, Daryanto, 2013. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup.


Yogyakarta : Gava Media

Surahma Asti Mulasari, 2018. Penerapan Teknologi Tepat Guna (Penanam


Hidroponik Menggunakan Media Tanam) Bagi Masyarakat Sosrowijayan
Yogyakarta, Jurnal Pemberdayaan, Vol. 2, No. 3

Anda mungkin juga menyukai