BAB 4. FOTOSINTESIS
A. Fotosintesis
B. Proses Fotosintesis
C. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Proses Fotosintesis
D. Sejarah Penemuan Fotosintesis
BAB 5. UNSUR HARA DAN MACAM-MACAM TANAH
A. Kesuburan Tanah
B. Tanah Pertanian
C. Evaluasi Kesuburan Tanah Pertanian
D. Metode SAW (Simple Additive Weighting
E. Krakteristik Tanah Pertanian
1. Tanah Litosol
2. Tanah Latosol
3. Tanah Organosol
4. Tanah Grumusol
5. Tanah Regosol
6. Tanah Alluvial
Bab 6. METABOLISME PADA TANAMAN
A. Pengertian Metabolisme pada Tanaman
B. Anabolisme
1. Fotosintesis
2. Proses-proses dalam Fotosintesis
1) Reaksi Terang
2) Skema Z
3) Fotolisis Air
4) Reaksi Gelap
a. Siklus Calvin-Benson
b. Siklus Hatch-Slack
C. Katabolisme
1. Respirasi
2. Pertukaran gas pada respirasi
3. Faktor yang mempengaruhi proses respirasi
4. Garis besar respirasi
1) Glikolisis
2) Fermentasi
3) Daur kreb
4) Rantai respirasi
Bab 7. PERSIAPAN LAHAN TANAM
A. Persiapan lahan tanam
B. Tanah
C. Lahan
D. Maksud dan Tujuan
E. Primary Tillage
F. Secondary Tillage
G. Intensitas Pengolahan Tanah
1. No tillage (Tanpa Olah Tanah / TOT)
2. Minimum tillage (pengolahan lahan secara minimal)
3. Maximum tillage (pengolahan lahan secara maksimal)
Bab 8. PERANAN TEKNOLOGI DALAM TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
A. Vertikultur
1. Vertikultur
2. Tujuan Teknik Vertikultur
3. Kelebihan penerapan Teknik Vertikultur
4. Bentuk-bentuk Veltikultur
5. Media tanam yang digunakan dalam Teknik Vertikultur
6. Jenis Tanaman yang Dibudidayakan dengan Teknik Vertikultur
7. Langkah-langkah dalam melakukan penanaman dan pemeliharaan
dengan teknik vertikultur
B. Silvikultur
1. Silvikultur
2. Tujuan sistem budidaya hutan
3. Fungsi dan Tahap Silvikultur
1) Kontrol
2) Fasilitas
3) Perlindungan
4) Fungsi penyelamatan
4. Sistem Silvikultur
1) TPTI – Tebang Pilih Tanam Indonesia
2) TPTJ – Tebang Pilih Tanam Jalur
3) TR – Tebang Rumpang
4) THPB – Tebang Habis Permudaan Buatan
1) Permudaan
2) Perawatan Hutan
1) Dendrologi
2) Ekologi Hutan
3) Silvika
4) Perlindungan Hutan
5) Praktik Pengenal Ekosistem Hutan
6) Syn-Ekologi Hutan
7) Ekologi Jenis Pohon Tropik
8) Pengaruh Hutan
9) Pengelolaan Nutrisi Hutan
10) Silvikultur
11) Genetika Hutan
12) Dasar Pemuliaan Pohon
13) Teknologi Perbanyakan Tanaman Hutan
14) Hama Hutan
15) Penyakit Hutan
16) Kebakaran Hutan dan Lahan
17) Silvikultur Hutan Alam
18) Agroforestri
19) Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu
20) Dasar Fisiologi Hutan
21) Dasar Mikrobiologi Hutan
22) Ilmu Tanah
23) Silvikultur Hutan Tanaman
24) Dasar Reklamasi Pasca Tambang dan Restorasi Hutan
25) Kualitas Tempat Tumbuh
26) Konservasi Tanah dan Air
C. Hidroponik
1. Apa Itu Hidroponik
2. Pengertian Hidroponik
3. Sejarah Hidroponik
4. Perkembangan Hidroponik di Indonesia
5. Peluang Bisnis Hidroponik di Indonesia
6. Perusahaan Hidroponik di Indonesia
7. Permasalahan Hidroponik di Indonesia
1) Listrik 24 Jam
2) Daun yang Rusak
3) Konsenstrasi Larutan
4) Debit Air
5) Lumut yang Muncul di Selang Plastik
8. Hidroponik Terbesar di Indonesia
1) Waroeng Hidroponik
2) Golden Farm 99
3) Hidroponik Net
4) Amazing Farm
9. Jenis Tanaman Hidroponik di Indonesia yang Bernilai Tinggi
1) Selada
2) Sayuran Berdaun Hijau
3) Buah-Buahan
4) Timun
D. Aeroponik
1. Pengertian Aeroponik
2. Kelebihan dan Kekurangan Aeroponik
1) Kelebihan Aeroponik
a. Hemat air
b. Tak perlu mengolah lahan
c. Tahan hama dan gulma
d. Tidak mengenal musim
e. Lebih cepat panen
2) Kekurangan Aeroponik
a. Biaya cukup mahal
b. Sulit mendapatkan komponen
c. Bergantung pada listrik
3. Contoh Tanaman Aeroponik
4. Cara Membuat Aeroponik
1) Siapkan Alat dan Bahan
2) Rakit Pipa PVC agar Menjadi Kerangka Dasar Instalasi
3) Rakit Pipa PVC agar Menjadi Kerangka Instalasi Pengabutan
Nutrisi
4) Mulai Menanam
E. Akuaponik
1. Pengertian Akuaponik
2. Kelebihan dan Kekurangan Akuaponik
1) Kelebihan Akuaponik
a. Menghasilkan dua produk sekaligus
b. Hemat Lahan
c. Hemat Air
d. Atur Sesuai Kebutuhan
e. Hasilkan Produk Pertanian Organik
2) Kekurangan Akuaponik
a. Biaya Instalasi yang Mahal
b. Bergantung pada Listrik
c. Perawatan Ekstra
3. Contoh Tanaman Akuaponik
1) Kangkung
2) Selada
3) Cabai
F. Perbedaan Hidroponik dan Akuaponik
Bab 9. BAHAN TANAMAN
A. Pengertian dan Macam-macam Bahan Tanaman
B. Pengaruh faktor Abiotik dan Biotik Terhadap Lingkungan
1) Abiotik
a. Pengertian Faktor Abiotik
b. Macam-macam Komponen Abiotik
a) Tanah
b) Suhu
c) Cahaya matahari
d) Air
e) Udara
I. Nitrogen
II. Oksigen dan Karbondioksida
III. Angin dan Kelembaban
f) Mineral
g) Ph
h) Kadar Garam
i) Topografi
j) Garis Lintang
2) Biotik
a. Pengertian Faktor Biotik
b. Faktor-faktor Komponen Biotik
c. Faktor Biotik Terhada Pertumbuhan Tanaman
a) Faktor Tanaman?Tumbuhan
b) Binatang/Hewan
d. Macam-macam Komponen Biotik
a) Organisme Autotrof (Produsen)
b) Organisme Heterotrof (Konsumen)
c) Pengurai (Dekomposer)
e. Komponen Biotik Berdasarkan Tingkat Trofik dan Nutrisi
a) Komponen Autotrof
b) Komponen Heterotrof
I. Herbivora
II. Karnivora
III. Omnivora
IV. Dekomposer
V. Parasit
VI. Detrivitor
f. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik
a) Hubungan Antara Komponen Biotik dan Abiotik
b) Hubungan Antara Komponen Biotik dan Biotik
g. Contoh Hubungan Biotik dan Abiotik
a) Contoh Hubungan Biotik Dengan Abiotik
h. Contoh Gejala alam Biotik dan Abiotik
a) Gejala Alam Biotik
b) Gejala Alam Abiotik
A. Benih Unggul
B. Persemaian
a) Persemaian Sementara
1. Keuntungan
2. Kerugian
b) Persemaian Tetap
1. Keuntungan
2. Kerugian
c) Sarana Persemaian
d) Media Persemaian
C. Persiapan Lahan
D. Land Clearing
E. Pengolahan Tanah
1. Tahap Pengolahan Tanah
2. Manfaat pengolahan Tanah
F. Penggaruan Lahan
G. Pemupukan Lahan
BAB 1
Dasar Teknik Budidaya Tanaman
A. Pengertian Dasar Teknik Budidaya Tanaman
Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik,
budidaya, dan tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat
sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman
merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya
telah melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya tanaman adalah proses
menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan
sumberdaya tumbuhan. (Chairani Hanum, 2008).
3. Tidak berpindah-pindah
1. Lapang produksi
BAB II
VARIETAS UNGGUL
B. Hibridasi
Hibridisasi adalah perkawinan antarspesies, suku, ras atau varietas tanaman yang
bertujuan untuk memperoleh organisme yang diinginkan. Hibridisasi buatan bertujuan
untuk menambah keragaman genetik baru dalam jumlah banyak dan menghasilkan
kombinasi genetik dari tetua-tetua yang digunakan dalam persilangan, contohmya:
Hibridasi ubi kayu (Kartika Noerwijati, Sholihin, dan Titik Sundari, 2011)
C. Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA),
baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi
pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah
pada munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi
mengenai munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Istilah mutasi petama kali
digunakan oleh Hugo de Vries, untuk mengemukakan adanya perubahan fenotipe
yang mendadak pada bunga Oenothera lamarckiana dan bersifat menurun. Ternyata
perubahan tersebut terjadi karena adanya penyimpangan dari kromosomnya. Seth
wright juga melaporkan peristiwa mutasi pada domba jenis Ancon yang berkaki
pendek dan bersifat menurun. Penelitian ilmiah tentang mutasi dilakukan pula oleh
Morgan (1910) dengan menggunakan Drosophila melanogaster (lalat buah). Akhirnya
murid Morgan yang bernama Herman Yoseph Muller berhasil dalam percobaannya
terhadap lalat buah, yaitu menemukan mutasi buatan dengan menggunakan sinar X
(Anonim, 2009).
D. Poliploidi
Poliploidi merupakan suatu kondisi dimana makhluk hidup tertentu memiliki
lebih dari dua perangkat kromosom (Ayala, dkk., 1984 dalam Firdaus, 2002).
Keadaan ini terjadi akibat adanya induksi poliploidasi. Pada umumnya tiap organisme
mempunyai dua perangkat kromosom (diploid). Akan tetapi, tidak ditutup
kemungkinan akan terjadinya perubahan perangkat kromosom menjadi lebih dari dua
perangkat kromosom disebut poliploid, sedangkan organisme yang mengalami
perubahan perangkat kromosom menjadi satu perangkat kromosom disebut
monoploid atau haploid.
Menurut Wilkins dan Gosling (1983 dalam Firdaus, 2002), poliploidi merupakan
salah satu bentuk mutasi kromosom dan dapat digunakan sebagai pengendali
kelamin(sex control) suatu organisme, pembentuk galur murni, dan penghasil ikan
yang steril (Chao, dkk., 1986 dalam Firdaus, 2002). Tipe-tipe poliploidi dibedakan
berdasarkan jumlah perangkat kromosom yang dibentuk, contohnya triploid,
tetraploid, pentaploid, dan seterusnya. https://www.slideshare.net/afifauliya/poliploidi
E. Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti protoplasma, sel, jaringan, organ serta menumbuhkannya dalam kondisi
aseptik sehingga bgaian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman utuh kembali (Gunawan, 1995 dalam Vida Nofrianinda, dkk., 2017).
Sel, jaringan dan organ tanaman ditumbuhkan dalam suatu lingkungan yang
terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas mikroorganisme (Santoso dan
Nursandi, 2003 dalam Vida Nofrianinda, dkk., 2017). Perbanyakan tanaman melalui
kultur jaringan sangat berbeda dibandingkan dengan perbanyakan secara
konvensional karena perbanyakan melalui kultur jaringan memungkinkan
perbanyakan tanaman dalam skala besar dengan waktu yang relatif lebih cepat
(Santoso dan Nursandi, 2002 dalam Vida Nofrianinda, dkk., 2017). Teknik kultur
jaringan menekankan linkungan yang sesuai agar eksplan dpat tumbuh dan
berkembang. Lingkungan yang sesuai akan terpenuhi bila media yang dipilih
mempertimbangkan segala sesuau yang dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu faktor
penentu keberhasilan pelaksanaan kerja kultur jaringan adalah pemberian nutrisi
dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada medium kultur. Medium yang
dipergunakan pada kultur in vitro tumbuhan ada bermacam-macam. Pemilihan
medium tergantung pada jenis tanaman yang digunakan, selera, tujuan serta
perhitungan masing-masing peneliti (George Z. Sherrington, 1984 Dalam Indrianto,
A, 2002).
BAB III
TANAH SEBAGAI MEDIA TANAM
BAB IV
FOTOSINTESIS
A. Pengertian Fotosintesis
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Cahaya matahari merupakan salah faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman
karena tidak semua tanaman memerlukan intensitas cahaya yang sama dalam proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah reaksi penting pada tumbuhan yang berfungsi
mengkonversi energi (cahaya) matahari menjadi energi kimia yang disimpan dalam
senyawa organik (Campbell & Reece, 2008. Cahaya matahari diperlukan tanamaan
sebagai sumber energi untuk menjalankan 2 tahapan reaksi pada fotosintesis yaitu
reaksi terang atau (light dependent reaction/LDR) yang terjadi di tilakoid dan siklus
Calvin atau (light independent reaction/LIR) yang terjadi di stroma.
Perubahan intensitas cahaya dapat merubah LDR dan LIR sehingga tanaman
perlu melakukan penyesuaian agar proses fotosintesisi tetap efisien. Penyesuaian
tanaman dalam menhadapi perubahan intensitas cahaya dilakukan anatara lain melalui
efisiensi penyerapan foton, pengaturan reaksi fotosintem II (PS II) dan fotosintesis
(PS I) serta fiksasi karbon (Neri et al, 2003). Diantara ketiga jenis reaksi yang terjadi
di dalam kloroplas tersebut, efisiensi penyerapan foton dan pengaturan PS II dan PS I
menjadi tahap penting karena penyerapan foton menjadi dasar terbentuknya ATP dan
glukosa sebagai produk akhir fotosintesis.
B. Proses Fotosintesis
Fotosintesis Salah satu proses kehidupan tanaman ialah fotosintesis yang
merupakan proses biokimia untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi), dimana
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dibawah pengaruh cahaya diubah ke dalam
persenyawaan organik yang berisi karbon dan kaya energi. Fotosintesis merupakan
salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2
diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Reaksi dalam
fotosintesis yang menghasilkan glukosa ialah sebagai berikut : 6H2O + 6CO2 +
cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 Glukosa digunakan untuk membentuk senyawa
organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini
berlangsung melalui respirasi seluler. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi
seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan
senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air,
dan energi kimia. Organ utama tumbuhan tempat berlangsungnya fotosintesis adalah
daun. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil yang
memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut
kloroplas, dimana fotosintesis berlangsung tepatnya pada bagian stroma. Meskipun
seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun
sebagian besar energi dihasilkan di daun. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis
dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu reaksi terang (karena memerlukan
cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon
dioksida) (Salisbury & Ross 1995). Reaksi terang Reaksi terang adalah proses untuk
menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses
diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil
menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan
merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau
akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa
daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada
gelombang cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Hal ini karena panjang
gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya
akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat reaksi. Tumbuhan
memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem
yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang
menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I
700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II,
membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor
elektron. Energi dari elektron digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan
ATP, yaitu satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II
mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada
tumbuhan kekurangan elektron dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang
terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air adalah elektron dan
oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon
dioksida. Pada saat yang bersamaan dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga
mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai
transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH. Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses
biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang
mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula
seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada
tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa
cahaya). Beberapa faktor yang menentukan laju fotosintesis ialah intensitas cahaya,
konsentrasi karbon dioksida, suhu, kadar air, kadar fotosintat (hasil foto sintesis), dan
tahap pertumbuhan tanaman. Perbanyakan tanaman dalam lingkungan fotoautotrof
secara invitro mempunyai berbagai keuntungan, antara lain kemudahan dalam
pengawasan lingkungan fisik, meningkatkan multiplikasi, meningkatkan persentase
planlet yang hidup, menekan kontaminasi, dapat diterapkan pada wadah kultur yang
besar dan dapat mengurangi biaya produksi (bahan-bahan kimia). Dalam masa
aklimatisasi, planlet hasil perbanyakan dalam keadaan auototrof atau fotoautotrof
lebih mampu bertahan hidup, karena sejak dalam botol kultur tanaman sudah mulai
menjalankan fungsinya, antara lain dalam proses fotosintesis dan respirasi, sehingga
lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan hidup tanaman yang sebenarnya. Bagian
tanaman (eksplan) kentang yang dikulturkan secara in-vitro ialah pucuk ketiak dan
tanaman lengkap hasil regenerasi dalam kultur invitro disebut planlet. Perlakuan yang
diberikan ialah perbedaan suhu pada periode terang dan periode gelap serta intensitas
cahaya tinggi (7000 lux) dan intensitas cahaya rendah (3000 lux) Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari dan mengetahui respon pertumbuhan
tanaman (eksplan) kentang yang dikulturkan secara in-vitro dalam kondisi lingkungan
fotoautotrof. terhadap proses fotosintesis yang terjadi.
1. Tanaman hari panjang (long day plant) akan berbunga jika periode terang
lebih panjang dari periode kritisnya.
2. Tanaman hari pendek (short day plant) akan berbunga jika periode terang
lebih pendek dari periode kritisnya.
3. Tanaman netral (neutral day plant) akan berbunga tidak tergantung dari
panjang hari.
Hubungan Antara Radiasi Cahaya Dengan Tanaman tergantung dari.
1. Tipe tanaman (C3 , C 4 , dan CAM)
2. Aliran CO2 ke khloroplas, suhu dsbnya
3. Umur daun (keadaan khloroplas)
Pada cahaya rendah:
Fix. Cahaya oleh C3 > C4 > CAM.
Pada cahaya tinggi:
Fix. Cahaya oleh CAM > C4 > C3.
Perbedaan Sifat Tanaman C3, C4, dan CAM.
A. Tanaman C3.
1. Lebih adaptif pada kondisi di bawah naungan atau di tempat yg intensitas
cahayanya rendah.
2. Enzim yang menyatukan CO2 dengan RuDP dalam siklus calvin , juga dapat
mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi
3. Karbon dioxida masuk ke siklus calvin secara langsung dari udara
4. Disebut tumbuhan C3 karena produk awal reduksi CO2 / fiksasi CO2 dalam siklus
calvin adalah asam 3 fosfogliserat (PGA), yaitu senyawa berkarbon 3.
5. Sebagian besar tumbuhan tinggi masuk ke dalam kelompok tumbuhan C3 :
padi, kentang, kedelai, kacang-kacangan.
6. Apabila stomata menutup akibat stress, maka akan terjadi peningkatan fotorespirasi
yaitu pengikatan O
7. Fotorespirasinya tinggi.
B. Tanaman C4.
1. Adaptif di daerah yg intensitas cahayanya penuh, sepert jagung, tebu , rumput-
rumputan.
2. CO2 diikat oleh PEP yang tidak dapat mengikat O2, sehingga tidak terjadi
kompetisi antara CO2 dan O2.
3. Siklus calvin tidak mengikat CO2 langsung dari udara.
4. Sel seludang pembuluh berkembang dengan baik dan banyak mengandung
kloroplas
5. Fotosintesis terjadi di dalam sel mesofil dan sel seludang pembuluh
6. Pengikatan CO2 di udara melalui siklus Daur Asam Dikarboksilat dalam sel
mesofil menghasilkan asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( asam yg berkarbon
4) , kemudian CO2 yg dihasilkan direduksi melalui siklus calvin di dalam sel
seludang pembuluh.
7. Fotorespirasinya rendah.
C. Tanaman CAM.
1. adaptif di daerah panas dan kering, karena memiliki daun yg cukup tebal dan
sempit shg transpirasinya rendah.
2. Sikuls calvin tidak mengikat CO2 langsung dari udara.
3. Umumnya tumbuhan yang beradaptasi pada keadaan kering seperti kaktus, anggrek
dan nenas
4. Reduksi karbon pada sel mesofil melalui Daur asam dikarboksilat pada malam hari,
dan siklus calvin pada siang hari.
5. Pada malam hari asam malat tinggi, pada siang hari asam malat rendah.
1. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van helmont,
seorang Flandaria (sekarang Belgia), melakukan percobaan untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari
waktu ke waktu. Dari penelitiannya, helmont, menyimpulkan bahwa massa
tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air.
2. Pada tahun 1727, ahli bitani inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti
ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian
makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam
proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung
unsur gas yang berlainan.
3. Pada thaun 1771, Joseph Priestly, seorang ahli kimia dari pendeta
berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutupi sebuah lilin
menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya
habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam
toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan
itu, Priestly menyimpulkan bahwa nyala lilin telah “merusak” udara dalam
toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Isa kemuadian menunjukkan
bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh
tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples
tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
4. Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi
eksperimen Priestly. Ia memperlihatkan bahwa cahay matahari berpengaruh
pada tumbuhan sehingga dapat “memulihkan” udara yang “rusak”, ia juga
menemukan bahwa tumbuhan juga “mengotori udara” pada keadaan gelap
sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada
malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.
5. Akhirnya pada tahun 1782, Jan Senebier, seorang pastor Perancis
menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah
karbondioksida yang diserapk oelh tumbuhan dalam fotosintesis, Tidak lama
kemudia, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara
hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan “pemulihan” udara. Ia
menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena
penyerapan karbondioksisa, teteapi juga oleh pemberian air. Melalui
serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan
persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti
glukosa)
6. Conelis van Neil menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses
kimi fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau,
dia menjadi ilmuwan pertama yang menunjukkan bahwa fotosintesis
merupakan reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogrn
mengurangi karbondioksida
7. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji
produktivitas tumbuhan menggunakan cahaya dengan penjang gelombang
yang berbeda-beda. Dengan cahaya merah, reaksi cahayanya dapat ditekan.
Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi lebih banyak.
Dengan demikian, ada dua protosistem, yang satu menyerap sampai panajang
gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal
dengan PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII
mengandung terutama klorofil a dan klorofil b, diantara pigmrn lainnya. Ini
meliputi fikobilin yang merupakan pigmen merah dan biru pada alga merah
dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom. Proses ini papling
produktif ketika penyerapan kuantannya seimbang untuk PSII dan PSI,
menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi antara sistem
PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakkan fotosintesis.
8. Robert Hill beripikir bahwa suatu komplekas reaksi terdiri atas perantara ke
kitokrom b6 (kini plastokinin), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap
dalam mekanisme penghasilan karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh
plastokinon yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f karena
itu merupakan reduktan yang baik.
9. Percobaan lebih lanjut yang membuktikan bahwa oksigen berkembang pada
fotosintesis. Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939.
dia menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika
memperoleh agen pengurang tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau
benzokinon setelah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Rekasi Hill sebagai
berikut:
6H2O+6CO2+(cahaya, kloroplas)→C6H12O6+O2
10. Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk
menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesisi berasal dari
air.
11. Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham,
menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada
tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang
mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan
menyebut siklus ini sebagai siklus Calvin-Benson-, Bneson-calvin, dan
beberapa bahkan menyebutnya siklus Calvin-Benson-Bassham(CBB)
12. Ilmuwan pemenang hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, berhasil menemukan
fungsi dan manfaat dari rantai pengangkut elektron
13. Otto Henrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi dotosintesis I-
kuantum yang membagi CO2, diaktifkan oelh respirasi
14. Louis N. M Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap
satu cahaya, mengoksidasi kitikrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) akan
menyerap cahaya lainnya, namun akan mengurangi kitokrom sama yang
telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu ada dalam satu
rangkaian.
BAB V
Unsur Hara dan Macam-macam Tanah
B. Tanah Pertanian
Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian memiliki tingkat kesuburan yang
berbeda-beda. Pengelolaan tanah secara tepat merupakan faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan diusahakan. Evaluasi
kesuburan tanah adalah proses penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan
pembuatan rekomendasi pemupukan (Dikti, 1991). Kebutuhan unsur hara yang
diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksinya ditentukan oleh kemampuan
tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman dan tidak selalu dapat terpenuhi.
Intensifnya penggunaan lahan tanpa adanya pergiliran tanaman dapat menyebabkan
terkurasnya unsur hara esensial dari dalam tanah pada saat panen dan kesuburan tanah
akan menurun secara terus menerus. Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi
faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanah, sehingga penambahan unsur
hara dalam tanah melalui proses pemupukan sangat penting dilakukan agar diperoleh
produksi pertanian yang menguntungkan.
Suatu tanah yang subur dapat diketahui dengan melihat ketebalan bunga tanah atau
humus. Semakin tebal maka menandakan tanah tersebut kaya dengan bahan organik
dan unsur hara sehingga tanaman dapat menyerap zat hara tersebut sebagai bahan
baku untuk melakukan proses fotosintesis. Ketersediaan humus juga sebagai tanda
bahwa sistem drainase lahan sekitar yang baik. Humus yang tebal akan meningkatkan
daya hisap tanah terhadap air, hal ini disebabkan struktur lapisan humus berongga
sehingga memungkinkan air untuk masuk lebih banyak.
Tanah yang baik haruslah memiliki tingkat keasaman yang seimbang, perlu
diketahui PH normal tanah berada pada kisaran 6 hingga 8 atau pada kondisi terbaik
memiliki PH 6.5 hingga 7.5. Tanah dengan tingkat PH yang netral memungkinkan
untuk tersedianya berbagai unsur kimiawi tanah yang seimbang. Itulah kenapa pada
kondisi tanah yang terlalu asam perlu dilakukan proses pengapuran yang tujuannya
yaitu untuk mengembalikan PH tanah ke kondisi netral. Begitu juga ketika tanah
bersifat terlalu basa (>PH 8) perlu diberikan Sulfur atau belerang yang terkandung
pada pupuk ZA (Amonium Sulfat). Dengan PH yang netral, tumbuhan akan lebih
mudah menyerap ion-ion unsur hara dan menjaga perkembangan mikroorganisme
tanah.
Tanah yang subur akan berstruktur lempung yang berfungsi untuk mengikat
berbagai mineral sehingga tidak mudah hanyut terbawa air. Namun kadar lempung
haruslah normal dan biasanya terletak pada lapisan tanah tengah. Selain itu juga
memiliki kandungan pasir yang mencukupi, manfaatnya supaya memungkinkan
terjadinya drainase dan air dapat terserap kedalam tanah dengan baik.
Kehadiran sejumlah makhluk hidup berukuran kecil penghuni tanah sebagai tanda
bahwa didalam tanah tersebut tersedia berbagai bahan organik yang juga dibutuhkan
mikroorganisme untuk menunjang hidupnya. Jadi mikrofauna dan mikroflora
berperan sebagai indikator kesuburan tanah.
Salah satu tanda atau ciri suatu tanah dikatakan subur dengan memperhatikan
vegetasi yang tumbuh diatasnya. Semakin banyak dan beragam jenis tanaman yang
tumbuh maka semakin baik kualitas tanah tersebut. Ibaratnya seperti jika banyak gula
maka akan semakin banyak semut, begitulah perumpamaan untuk mempermudah
pemahaman mengenai hubungan antara kesuburan tanah dengan vegetasi.
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/ciri-ciri-tanah-subur-dan-tidak-subur
Tanah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman, namun tidak semua jenis
tanah cocok untuk pertumbuhan tanaman. Dilansir dari Encyclopaedia Britannica
(2015), berikut jenis dan karakteristik tanah untuk pertanian:
1. Tanah litosol
Hampir mirip dengan tanah regosol tanah litosol terbentuk dari aktivitas gunung
merapi yaitu pelapukan batuan beku dan sendimen. Tanah ini memiliki kedalaman
yang dangkal dan peka terhadap erosi. Bahan organik yang terkandung pada tanah ini
masih rendah. Tanah litosol cocok untuk tanaman palawija dan tanaman keras. Tanah
ini bisa ditemui di daerah dengan tingkat kecuraman tinggi, seperti bukit tinggi, Nusa
Tenggara Barat dan Jawa.
2. Tanah latosol
Tanah latosol berasal dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tanah ini
sebagian besar terbentuk dan berkembang di daerah yang lembab. Kandungan bahan
organik tanah ini bisa berubah-ubah dari sedang sampai tinggi. Tanah latosol mampu
menyerap air dengan baik sehingga bisa menahan erosi dan cocok untuk tanaman
tebu, cokelat, kopi dan karet. Tanah ini bisa ditemukan di daerah dengan
curah hujan dan kelembaban tinggi seperti di Sulawesi, Lampung, Kalimantan dan
Bali.
3. Tanah organosol
Tanah organosol berasal dari hasil pelapukan bahan organik yang terbagi menjadi
dua jenis yaitu tanah humus dan tanah gambut. Tanah humus merupakan hasil
pelapukan bahan organik dan sangat subur, cocok untuk tanaman kelapa, nanas dan
padi. Sedangkan tanah gambut tidak sesubur humus, dimana berasal dari hasil
pembusukan bahan organik yang membuat tanah menjadi masam yang cocok untuk
tanaman kelapa sawit. Tanah ini banyak terdapat di daerah dengan iklim basah dan
curah hujan tinggi seperti di Sumatera, Papua, Kalimantan dan Jawa.
4. Tanah grumusol
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik di ketinggian
tidak lebih dari 300 mdpl dengan topografi berbukit. Teksturnya sangat lekat ketika
basah dan pecah-pecah ketika kering. Tanah berwarna netral hingga alkalis ini mampu
menyerap air dan menyimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah ini cocok untuk
tanaman seperti rerumputan dan jati dan bisa ditemukan di Jawa Tengah, seperti
Demak, Jepara, Pati, hingg Rembang, Jawa Timur (Ngawi dan Madiun) serta Nusa
Tenggara Timur.
5. Tanah regosol
Tanah regosol terbentuk dari material yang keluar akibat letusan gunung merapi.
Tanah ini belum mengalami perkembangan sempurna. Memiliki tekstur kasar dan
berbahan organik rendah membuat tanah ini tidak dapat menampung air dan mineral
untuk tanaman dengan baik. Jenis tanah ini cocok ditanami seperti palawija dan
tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Tanah ini bisa ditemukan di wilayah
Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara.
6. Tanah alluvial
Tanah alluvial terbentuk dari material halus yang diendapkan dialiran sungai.
Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir atau daerah rendah dan termasuk jenis
tanah muda karena belum mengalami perkembangan. Ciri tanah ini berwarna coklat
hingga kelabu. Kesuburan tanah alluvial bergantug pada sumber bahan asal aliran
sungai, namun memiliki kandungan hara tinggi. Tanaman yang cocok ditanam di
tanah alluvial diantaranya padi, tebu, kelapa dan buah-buahan. Tanah ini tersebar di
Kalimantan, Sulawesi, Jawa, hingga Papua. (Arif Ferdianto).
BAB VI
1. Anabolisme
Anabolisme adalah suatu peristiwa penyusunan senyawa kompleks dari senyawa
sederhana. Nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan.
Contohnya: Fotosintesis.
2. Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kimia kompleks
yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung
energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi
yang terkandung di dalam senyawa sumber.
Contohnya: Respirasi
1. Anabolisme
Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi
yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan pada
beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme
fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan
karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi
yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis.
1) Reaksi Terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan dua
fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I)
berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya
pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi
P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.Mekanisme
reaksi terang diawali dengan tahap di mana fotosistem II menyerap cahaya Matahari
sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi
tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari
molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan
(Mn) yang bertindak sebagai enzim.[38] Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di
lumen tilakoid.
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem
ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tetapi mengandung kompleks inti
terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS
II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi
mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut
yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I adalah :
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
2) Skema Z
Pada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan
menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang
memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada
kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris
lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II memperoleh
energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu
elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, melalui
sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan
melalui rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awalnya
berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran.
Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada
reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada bentuknya
karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP (NADPH) tereduksi yang
dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah elektron
dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron
dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya elektron dikeluarkan,
sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus.
3) Fotolisis Air
NADPH adalah agen pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber
elektron enerjik kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan
defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa agen pereduksi
lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini digantikan dari
rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Akan tetapi, karena fotosistem II
meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk
mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada
tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air.
Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga berturut-
turut oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat
ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke 1314 residu
tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan
yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berguna sebagai donor elektron
primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II.
Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu struktur
redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks
evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat padanannya
yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melakukan reaksi oksidasi air.
4) Reaksi Gelap
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-
Benson dan jalur Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah
senyawa ribulosa-1,5-bisfosfat (RuBP, senyawa dengan lima atom C) dan molekul
karbondioksida menjadi dua senyawa 3-fosfogliserat (PGA) : Oleh karena PGA
memiliki tiga atom karbon tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini
dinamakan tumbuhan C3 Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini
dibantu oleh enzim Rubisco[41], yang merupakan enzim alami yang paling melimpah
di bumi. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur HatchSlack disebut
tumbuhan C4 karena senyawa pertama yang terbentuk setelah penambatan CO2
adalah asam oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang berperan
adalah fosfoenolpiruvat karboksilase.
I. Siklus Calvin-Benson
Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa
difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan
enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari
pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh
peningkatan pH. Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke
dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim
karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini
distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika
kloroplas diberi cahaya. Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang
dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.
Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan
kloroplas. Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tetapi gugus karboksil dari 3-PGA
pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-
bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.
ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA
terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi
fotofosforilasi tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH,
yang menyumbang 2 elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan
kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.
Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk
bereaksi dengan CO2tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan
melalui stomata. Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap
molekul CO2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat
menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.
Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya
adalah 1,3-Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati,
sebagian lainnya dibawa keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi
konstan di kloroplas, tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol.
Triosa fosfat digunakan sitosol untuk membentuk sukrosa.
2. KATABOLISME
Katabolisme adalah reaksi pemecahan / penguraian senyawa kompleks yang
mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana. Tujuan utama katabolisme
adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa tersebut
1) Respirasi
Respirasi berasal dari kata latin respirare, yang secara harfiah berarti bernapas.Semua
sel yang aktif terus menerus melakukan respirasi. Respirasi bukan hanya sekedar
pertukaran gas, tetapi merupakan reaksi oksidasi-reduksi yaitu senyawa (substrat
respirasi) dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk
H2O.
Pada tahun 1780-an, seorang ahli kimia bangsa prancis yaitu Lavoisier yang
menyatakan bahwa respirasi adalah pembakaran yang diinterprestasikan secara tepat
sebagai kombinasi kimia dari senyawa yang terbakar dengan oksigen. Ia juga dapat
menunjukkan bahwa udara yang dikeluarkan pada waktu bernapas mengandung uap
air. Dengan demikian, ia merupakan orang yang pertama dapat menunjukkan bahwa
respirasi menghasilkan CO2 dan H2O.
Gula cadangan yang terlarut (glukosa, fruktosa, sukrosa), lemak, protein, dan asam
organik dapat berfungsi sebagai substrat respirasi. Glukosa merupakan substrat
respirasi utama di dalam sel tumbuhan, dengan persamaan reaksi dapat ditulis sebagai
berikut:
Pertukaran gas dalam respirasi antara tumbuhan dengan lingkungan terjadi secara
difusi. O2 yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan
secara difusi melalui ruang interselular antara sel, demikian pula halnya CO2 yang
dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dalam ruang interselular.
O2 di dalam air daya larutnya rendah, hal ini menyebabkan tanah-tanah yang
tergenang air pada umumnya kekurangan O2, sehingga banyak tanaman
pertumbuhannya mengalami gangguan. Walaupun demikian, terdapat jenis tanaman
tertentu seperti padi dapat tumbuh secara alami dengan perakarannya terendam dalam
air dan dapat menyesuaikan dirinya pada keadaan tersebut, karena tanaman padi
mempunyai rongga udara (aerenkima) disepanjang tubunya. O2 masuk ke dalam
tubuh tanaman melalui bagian tanaman yang berada di atas tanah yang tergenang,
kemudian O2 berdifusi melalui rongga udara sehingga sampai ke sel meristem yang
ada di ujung akar.
1. Substrat respirasi. Respirasi sangat dipengaruhi oleh jenis substrat respirasi yang
digunakan, hal ini terlihat dari nilai RQ yang dihasilkan. Respirasi quotien (RQ)
adalah perbandingan antara CO2 yang dihasilkan dengan O2 yang digunakan. RQ
sangat dipengaruhi oleh jenis substrat yang digunakan, jika substrat respirasinya
adalah karbohidrat (sukrosa dan pati) maka volume O2 yang diambil sama
dengan CO2 yang dilepaskan sehingga nilai RQ =1. Sedangkan bila protein dan
lemak sebagai substrat respirasi maka RQ-nya kurang dari 1, sebab lebih banyak
O2 yang diperlukan untuk mengubah karbon menjadi CO2 dan hidrogen menjadi
H2O. Apabila gliserol trioleat sebagai substrat maka reaksi respirasinya adalah:
Sedangkan bila asam organik seperti asam sitrat sebagai substrat respirasi,
maka nilai RQ –nya lebih dari 1.
Sekalipun RQ relatif lebih mudah diukur dan digunakan, namun indikator ini tidak
dapat menggambarkan keadaan yang diharapkan, sebab ada berbagai reaksi dalam sel
yang tidak berkaitan langsung dengan respirasi. Sebagai gambaran tanaman sekulen
yang tergolong CAM, semua CO2 yang dihasilkan respirasi dapat diikat menjadi
asam organik pada malam hari, sehingga menyebabkan nilai RQ-nya turun menjadi
nol. Perbedaan kandungan gula akibat tidak berimbangnya laju fotosintasis
menyebabkan perbedaan laju respirasi. Sebagai contoh laju respirasi pada daun akan
lebih cepat pada saat menjelang matahari tenggelam dibanding dengan menjelang
matahari terbit, sebab pada saat menjelang matahari tenggelam kandungan gula yang
dihasilkan melalui proses fotosintesis lebih banyak. Selain itu, daun yang berada di
bagian bawah atau yang ternaungi biasanya respirasinya lebih lambat daripada daun
yang berada di sebelah atas yang terkena cahaya lebih banyak, dan bila hal ini tidak
terjadi maka daun disebelah bawah akan cepat mati. Apabila substrat gula habis maka
substrat protein dapat digunakan, tetapi pertama-tama dihidrolisis terlebih dahulu
menjadi asam amino (asam glutamat dan aspartat), kemudian baru dirombak oleh
reaksi glikolisis dan daur Krebs. Asam glutamat dan aspartat pada daur Krebs
masingmasing akan dirubah menjadi asam ketoglutarat dan asam oksaloasetat
2. Umur jaringan dan tipe jaringan. Jaringan muda dan dewasa respirasinya lebih
kuat daripada jaringan tua, karena jaringan tersebut lebih aktif sehingga lebih
banyak memerlukan energi. Sebagai contoh, kecepatan respirasi pada daun
meningkat selama pertumbuhan, kemudian turun dan tetap saat memasuki
periode pemasakan (maturity).
3. Suhu sampai batas - batas tertentu (10o C – 300 C) menyebabkan kecepatan
respirasi menjadi 2-2,5 kali lebih cepat untuk setiap kenaikan suhu 10o C. Secara
kuantitatif dapat dinyatakan bahwa:
Apabila suhunya tinggi ( > 350C maka kecepatan respirasinya menurun, hal
ini disebabkan oleh rusaknya ensim yang mempengaruhi proses tersebut,
terbatasnya O2 karena berkurangnya kelarutan, dan lambatnya proses difusi.
2.1.2.1 Glikolisis
Glikolisis merupakan tahap pertama dari tiga fase respirasi, selanjutnya diikuti
oleh daur krebs dan pengangkutan elektron yang terjadi di mitokondria. Glikolisis
mempunyai beberapa fungsi;
1. Mengubah satu molekul heksosa menjadi dua molekul asam piruvat. Setiap
perubahan heksosa, dua molekul NAD+ direduksi menjadi NADPH (+2H+).
NADH berperanan sangat penting, sebab akan dioksidasi oleh 02 di mitokondria
menghasilkan NAD+ dan dua molekul ATP. Sedangkan NADH yang tidak
masuk kemitokondria akan digunakan di dalam sitosol untuk meningkatkan
berbagai proses reduktif anabolik Disini terlihat bahwa NADH dibentuk hanya
pada satu tahap di glikolisis, yaitu saat oksidasi 3 posfogliseraldehid menjadi
asam 1,3 diposfogliserat.
2. Menghasilkan ATP. Secara keseluruhan glikolisis menghasilkan ATP, akan tetapi
pada tahap awal terjadi penggunaan ATP. Ketiga glukosa atau fruktosa masuk
glikolisis, masing-masing diposforilasi oleh ATP dan dikatalisis oleh heksikinase atau
fruktokinase
3. Menghasilkan glukose 6 posfat dan fruktosa 6 posfat. Selanjutnya, fruktose 6 posfat
diposforilasi pada karbon 1 oleh ATP lain untuk membentuk fruktosa 1,6 diposfat.
Ensim yang berperanan dalam posforilasi ini dinamakan ATPPosfofruktokinase
(ATP-PFK). Pada reaksi ini bisa terjadi dua rute yaitu:
Dua piruvat yang dihasilkan dalam glikolisis dari tiap glukosa menyebabkan reaksi
keseluruhan daur Krebs dapat ditulis sebagai berikut:
NADH yang ada di mitokondria berasal dari tiga proses utama, yaitu glikolisis,
daur Krebs, dan oksidasi glisin (di daun ) yang dihasilkan selama fotorespirasi. Bila
NADH dioksidasi akan dihasilkan ATP, dengan cara yang serupa ubikuinol yang
dihasilkan oleh asam suksinat dehidrogenase dalam daur Krebs juga dioksidasi untuk
menghasilkan ATP. Walaupun oksidasi ini melibatkan pengambilan O2 dan
pembentukan H20, baik NADH ataupun ubikuinol tidak dapat bergabung secara
langsung dengan O2 untuk membentuk H2O. Yang terjadi, elektronnya ditransfer
melalui beberapa senyawa antara sebelum H2O terbentuk. Pembawa elektron ini
merupakan sistem pengangkutan elektron mitokondria. Pengangkutan elektrondimulai
dari pembawa elektron yang secara termodinamika sulit untuk direduksi, yaitu yang
mempunyai potensial reduksi negatif ke pembawa yang mempunyai potensial reduksi
yang positif. Oksigen mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menerima
elektron guna membentuk H2O. Setiap pembawa dari sistem tersebut biasanya
menerima elektron dari pembawa sebelumnya yang terdekat.
Seperti pengangkutan elektron pada kloroplas, transfer elektron dari molekul air
ke sistem mitokondria melibatkan sitokrom (empat jenis b dan dua jenis C) dan
beberapa kuinon khususnya ubikuinon. Juga terdapat beberapa flavoprotein
(riboflavin yang mengandung protein), beberapa protein besi-belerang (Fe-S) yang
serupa dengan feredoksin, sebuah ensim sitokrom oksidase, dan beberapa pembawa
elektron lainnya yang belum diidentitifikasi. Sitokrom dan sitokrom oksidase
mengandung besi sebagai bagian dari gugus heme. Flavoprotein mengandung flavin
adenin dinukleotida (FAD) atau flavin adenin dinukleotida (FMN) sebagai gugus
prostetik.
Sitokrom dan protein Fe-S setiap kali hanya dapat menerima atau mentransfer
satu eketron. Ubikuinon seperti plastokuinon kloroplas, menerima dan mentransfer
dua elektron dan dua H+, hal yang sama juga terjadi pada flavoprotein. Ubikuinon
dan flavoprotein sangat penting dalam pembentukan gradien pH antara matrik (pH
sekitar 8,5) yang melintasi membran dalam ke ruang antar membran (pH mendekati
7), sebab menurut teori kemiosmotik Mitchell gradien pH ini mendorong
pembentukan ATP dan ADP dan Pi.
Pembentukan ATP dari ADP dan Pi di mitokondria, secara tidak langsung
didorong oleh kecendrungan O2 secara termodinamika untuk tereduksi, dan proses ini
disebut fosforilasi oksidatif. Di kloroplas, fosforilasi dikatalisis oleh ATP sintase
tilakoid, dan melintasi membran dalam. ATP yang terbentuk diangkut menuju sitosol
oleh transpor balasan dengan ADP berikutnya. ATP kemudian segera dipindahkan
dengan cara melintasi membran luar yang jauh lebih permeabel menuju sitosol.
Membran luar mempunyai porin dan saluran yang mampu dilalui oleh molekul
dengan bobot kurang dari 5 kDa, sehingga dengan mudah nukleotida dan berbagai
metabolik lainnya dapat melewati membran itu .
Posfat juga diperlukan dalam pembentukan ATP, dan akan dibawa melewati
membran dalam yang jauh kurang permeabel ke dalam matrik oleh dua sistem
transpor yang sacara bersamaan membawa OH- atau asam dikarboksilat, misalnya
asam malat keluar dari matrik menuju ruang antar membran.
Lintasan utama pengangkutan elektron dimulai dari NADH + H+ yang terbentuk
dimatrik oleh ensim daur Krebs. Kedua elektron dan kedua H+ menuju
flavoproteinyang mengandung FMN, lalu membawa elektron ke protein Fe-S. Besi
dalam Fe-S ini dapat menerima hanya satu elektron dan tidak menerima H+ , kedua
H+ ditransfer ke dalam ruang antar membran. Ini merupakan langkah pertama dari
empat langkah yang dilakukan sepasang H+ untuk pindah dari matrik melawati
membran dalam mitokondria bersama-sama dengan dua elektron. Fe-S tereduksi akan
memindahkan elektron ke ubikuinon (UQ), dengan cara 2H+ yang diambil dari
matriks akan tereduksi menjadi ubikuinol (UQH2). Dari UQH2, elektron akan pindah
satu persatu menuju keberbagai sitokrom b. Kedua H+ dari UQH2 ditransfer ke luar
ruangan antarmembran. Protein Fe-S lainnya akan menerima dan mentransfer elektron
ke Fe3+ di sitokrom C1 dengan cara pengeluaran ketiga dari sepasang H+. Dari
sitokrom C1, elektron diterima oleh sitokrom C kemudian ditransfer ke O2
membentuk H2O yang dikatalisis oleh sitokrom oksidase. Oksidase ini mengandung
komponen a dan a3 yang tidak terpisahkan, dan juga beberapa polipeptida lainnya
yang total mengandung dua ion tembaga yang menjalani oksidasi-reduksi antara
bentuk Cu+ dan Cu 2+. Kedua tembaga tersebut terlibat dalam pengangkutan elektron
antara komponen besi dari sitokrom a dan a3. Oksidasi sitokrom C oleh sitokrom
oksidase dengan cara memindahkan sepasang H+ dari matriks ke ruang
antarmembran.
Setiap NADH yang di lepas pada glikolisi, dan setiap ubikuinol yang dibentuk
pada daur Krebs oleh oksidasi suksinat hanya dua ATP yang terbentuk, sebab molekul
NADH dan UQH2 menyumbang elektron ke rantai pengangkutan hanya setelah
pasangan pertama H+ di lintasan utama telah menuju ruang antar membran, sehingga
terjadi perbedaan pH yang lebih kecil sepanjang membran dibanding ketika
dioksidasi. Setiap NADH yang berasal dari glikolisis di sitosol, dua flavoprotein (FP)
yang mengandung NADH dehidrogenase akan muncul dipermukaan luar membran
dalam, seperti tampak pada gambar 4.6. Selanjutnya NADPH (sebagai lintasan
pentosa fosfat dapat dioksidasi olehdehidrogenase)Kemampuan mitokondria
tumbuhan untuk mengoksidasi NADHdan NADPH sitosol secara langsung, tidak ada
pada mitokondria hewan (hewan mempunyai ensim transhidrogenase yang
mengangkut elektron dari NADPH ke NAD+, membentuk NADP+ dan NADH, dan
mereka menggunakan pembawakhusus untuk memindahkan pasangan elektron dari
NADH ke matrik). Ubikuinol yang dihasilkan di daur Krebs dioksidasi serupa dengan
yang di mitokondria tumbuhan maupun hewan, elektronnya diambil dari sitokrom b
sehingga H-nya akan melintasi membran ke ruang antarmembran. Dua ATP terbentuk
dari setiap ubikuinol yang berasal dari suksinat di daur Krebs
Fosforilasi oksidatif dari semua substrat yang ada di mitokondria dilepas dari
pengangkutan elektron oleh berbagai senyawa pemecah, sama seperti di kloroplas.
Sebagian besar senyawa ini menetralkan gradien pH dengan membawa H+ ke dalam
matriks dan mencegah fosforilasi oksidatif, akan tetapi tetap mempertahankan
kelangsungan pengangkutan elektron. Kadangkala pengangkutan ini berlangsung
lebih cepat, kemungkinan karena adanya tekanan balik dari gradien pH. Dinitrofenol
memecahkan lebih efektif di mitokondria daripada di kloroplas, demikian juga
berbagai senyawa lainnya. Pada konsentrasi yang tepat, dinitrofenol dapat
mempercepat pengangkutan elektron dan respirasi, karena dapat memperkecil gradien
pH sepanjang membran dalam dan memungkinkan H+ diangkut keluar dengan lebih
mudah oleh faktor perangkai ATP-ase. Ion amonium yang secara kuat melepaskan
fosforilasi fotosintesis di kloroplas, dinitrofenol merupakan penghambat yang kurang
potensial dibanding dengan fosforilasi oksidatif di mitokondria. Bahkan mitokondria
toleran terhadap NH4+ sampai dengan 20 mM. Sebagian dari ketahanan ini
berhubungan dengan melimpahnya NH4+ di dalam mitokondria yang timbul di daun
dari dekarboksilasi oksidatif glisin selama fotorespirasi.
Ada juga senyawa lain yang menghambat fosforilasi oksidatif atau pengangkut
elektron. Sebagai contoh, dua penghambat fosforilasi yang potensial adalah
oligomisin, yaitu antibiotika yang dihasilkan oleh spesies Streptomyces, dan asam
bongkrekat yaitu antibiotika yang dihasilkan oleh spesies Pseudomonas yang tumbuh
pada ampas kelapa yang terinfeksi oleh jemur bongkrek. Oligomisin menghambat
pembentukan ATP oleh ATP- ase, sedangkan asam bongkrekat menghambat
pembentukan ATP dengan menghadang sistem transpor balasan yang membawa ADP
dari ruang antarmembran menuju matrik dalam pertukaran dengan ATP. Tanpa ADP
ini, fosforilasi oksidatif tidak akan berlangsung, Antimisin A, juga dari Streptomyces,
menghadang pengangkutan elektron pada atau dekat tahap sitokrom b ke protein Fe-S
BAB 7
Persiapan Lahan Tanam
A. Persiapan Lahan Tanam
Pekerjaan persiapan lahan (land preparation) merupakan bagian dari kegiatan
reklamasi yang bertujuan untuk membentuk dan menata kembali kondisi dan
kontur lahan agar memenuhi persyaratan untuk tumbuh kembang tanaman (siap
untuk di-revegetasi).
B. Tanah
Tanah dan lahan memiliki pengertian dan maksud yang berbeda. Tanah
merupakan komponen lahan yang utama. Tanah memiliki sifat dan memenuhi syarat
untuk disebut sumberdaya. Tanah dapat menghasilkan bahan nabati,untuk kemudian
menghasilkan bahan hewani. Tanah mempunyai daya tumpu, sehingga di atasnya
dapat didirikan bangunan. Tanah merupakan bahan mentah untuk membuat beraneka
barang.
C. Lahan
1. Menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik
2. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan
3. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar
dekomposisi berjalan dengan baik
4. Menurunkan laju erosi
5. Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan
6. Menyatukan pupuk dengan tanah
7. Mempersiapkan tanah untuk mempermudah pengaturan irigasi
E. Primary Tillage
Pengolahan primer (primary tillage) biasanya dilakukan dengan menggunakan
mesin bajak, sehingga sering disebut dengan pembajakan.Tujuan dari pengolahan
primer yaitu untuk membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan
tanah. Kegiatan pembajakan dilakukan sedalam 30 sampai 50 cm.
Alat yang digunakan dalam pengolahan primer antara lain bajak singkal (mold
board plow), bajak priringan (disk plow), bajak rotari (rotary plow), bajak
brujul (chisel plow), bajak bawah tanah (subsoil plow), dan bajak raksasa (giant
plow).
F. Secondary Tillage
Pengolahan sekunder dilakukan setelah pembajakan (pengolahan primer) yang dapat
diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam
(kedalaman tertentu yaitu 10 sampai 15 cm). Tujuan pengolahan sekunder adalah
sebagai berikut:
Alat yang dapat digunakan dalam pengolahan sekunder yaitu garu (harrow), bajak
pengaduk tanah di bawah permukaan (sub surface tillage and field cultivation),
ataupun dapat menggunakan peralatan dalam pengolahan primer dengan melakukan
beberapa modifikasi.
Pada sistem tanpa olah tanah (TOT), erosi tanah dapat diperkecil dari
17.2ton/ha/tahun menjadi 1 ton/ha/tahun dan aliran permukaan ditekan 30 – 45%.
Keuntungan lain yang di dapat pada sistim tanpa olah tanah yaitu adanya
kepadatan perakaran yang lebih banyak, penguapan lebih sedikit, air tersedia bagi
tanaman makin banyak.
BAB 8
Peranan Teknologi Dalam Teknik Budidaya Tanaman
A. Vertikultur
1. Vertikultur
Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam diruang/lahan sempit dengan
memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara
bertingkat. Tujuan vertikultur adalah memanfaatkan lahan yang sempit secara
optimal. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana alami yang menyenangkan. Model, bahan, ukuran,
wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan.
Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak
tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa
bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa,
karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di
sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki
nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek.
4. Bentuk-bentuk Vertikultur
Pertanian dengan teknologi vertikultur dapat menerapkan beberapa model,
tinggal disesuaikan dengan bahan yang tersedia, kondisi dan keinginan. Bahan yang
dapat digunakan seperti bambu, pipa paralon, pot, terpal, kaleng bekas, bahkan
lembaran pembungkus semen atau karung beras pun bisa. Intinya wadah yang bisa
ditempati menanam dengan baik dan juga memberikan nilai stetika.
Beberapa model teknologi vertikultur yang dapat diterapkan adalah :
(1). Wall gardening model terpal : bahan yang digunakan adalah terpal yang dibentuk
seperti tempat sepatu. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam
dan kompos/pupuk kandang;
(3) Wall gardening model pot plant : bahan yang digunakan adalah pot dengan
rangka besi atau balok sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah
campuran tanah, seam, dan kompos/pupuk kandang;
(4). Wall gardening model partisi/modul: bahan yang digunakan adalah agro pro dan
besi sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah cocopeat dan pupuk
kandang/kompos.
Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui
akarnya. Media tanam yang digunakan sebaiknya campuran antara tanah, pupuk
kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul,
dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki
kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh
akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung
air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan
diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan
hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu
kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media
tanam di dalam wadah diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir,
juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar
ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
B. Silvikultur
a) Silvikultur
Lebih spesifik lagi, bidang studi yang masih berkaitan dengan silvikultur
adalah silvologi. Silvologi adalah studi mengenai hutan dan kayu.
Definisi lain mengenai silvikultur juga dikemukakan oleh Broun pada tahun
1912, yaitu: The theory and practice of controlling the establishment
composition, character, and growth of forest stands to satisfy specific objectives.
3. TR – Tebang Rumpang
Silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia) memiliki prinsip dasar sebagai
berikut:
Rotasi tebang
Adanya tanaman pengayaan
Pembatasan diameter minimum tebangan
Adanya pohon inti
Pencegahan erosi
Pengamanan hutan
Permudaan buatan menjadi metode yang paling umum dalam menanam. Sebab,
metode ini lebih dapat diandalkan dibandingkan regenerasi alami. Penanaman dapat
menggunakan semai (bibit), stek, atau benih.
Regenerasi secara alami adalah permudaan hutan dengan memanfaatkan biji dari
pohon-pohon induk yang tersisa, semai akar atau terubusan dari tunggak. Konifer
melakukan regenerasi melalui biji, sedangkan sebagian jenis pohon berdaun lebar
dapat memperbanyak spesiesnya melalui terubusan akar atau tunggak.
2. Perawatan Hutan
Ilmu mengenai sistem silvikultur dapat diperdalam melalui program studi silvikultur.
Saat ini, jurusan mengenai ilmu budidaya hutan telah ditawarkan oleh dua perguruan
tinggi ternama, yakni Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada
(UGM).
Dendrologi adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar di bidang kehutanan yang
mempelajari tentang pengertian pohon, morfologi atau sifat botani, taksonomi atau
klasifikasi tumbuhan, penjelasan suku, marga dan jenis spesies tumbuhan dalam
hutan, serta kegiatan eksplorasi flora kehutanan.
2) Ekologi Hutan
Pelajaran atau mata kuliah ini mempelajari tentang ekologi dan ekosistem hutan,
prinsip energi, produktivitas, dinamika masyarakat tumbuhan, klasifikasi dan formasi
hutan, vegetasi hutan, keanekaragaman hayati, hubungan masyarakat tumbuhan
dengan lingkungan, serta dampak adanya gangguan hutan.
3) Silvika
4) Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan merupakan upaya yang dilakukan kepada hutan untuk mencegah
dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan serta hasil hutan akibat faktor-faktor
pengganggu.
Gangguan pada hutan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain hama,
penyakit, kebakaran hutan, penggembalaan ternak, pencurian hasil hutan serta alih
fungsi lahan secara ilegal.
Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan agar fungsinya tetap optimal dan
lestari sesuai peruntukannya. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan
pencegahan dan pemberantasan, contohnya adalah pemadaman api ketika terjadi
kebakaran hutan.
Bagian-bagian ekosistem yang diamati berupa komponen satwa liar, fisik tanah,
iklim, perilaku vegetasi, interaksi antar komponen suatu ekosistem, manfaat suatu tipe
ekosistem di dalam hutan bagi kehidupan, serta pengenalan status dan fungsi hutan.
6) Syn-Ekologi Hutan
Studi syn-ekologu membahas tentang pengertian ekosistem hutan tropis, ekologi
populasi, ekologi komunitas, ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan mangrove,
ekosistem hutan rawa air tawar, ekosistem hutan gambut, ekosistem hutan hujan
tropis, ekosistem hutan musim, ekosistem padang sabana, ekosistem padang pasit,
serta penerapan bidang ilmu ekologi untuk mengelola ekosistem hutan secara
keseluruhan.
Ilmu ini mempelajari tentang geografi tumbuhan, studi ekologi jenis atau outekologi,
adaptasi dan domestikasi tumbuhan, ekologi pohon berjenis Dipterocarpaceae dan non
Dipterocarpaceae, ekologi jenis tanaman budidaya, dan ekologi jenis tumbuhan
penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK).
8) Pengaruh Hutan
Studi ini mempelajari mengenai daerah aliran sungai, neraca air, klasifikasi iklim,
praktik pengelolaan hutan berkaitan dengan bencana erosi, prinsip dan perencanaan
konservasi tanah dan air, serta bioengineering.
Pokok bahasan dalam studi ini meliputi pengertian dan batasan nutrisi hutan, tanah
dan perkembangan vegetasi hutan, tanah dan klasifikasinya, fungsi nutrisi hutan,
siklus hara, penilaian nutrisi hutan, pemupukakan dan penambahan nitrogen secara
biologi, pengolahan tanah dan regenerasi terhadap nutrisi hutan, manajemen nutrisi
hutan serta eveluasu nutrisi hutan untuk pelestarian hutan tanaman.
10) Silvikultur
Mata pelajaran ini mempelajari tentang pengertian silvikultur yang berkaitan dengan
cabang ilmu lainnya, pertumbuhan pohon, reproduksi pohon, ekofisiologi pohon,
teknik pembibitan dan pembangunan hutan serta bermacam sistem silvikultur.
Genetika hutan adalah ilmu yang membahas tentang prinsip dan analisa genetika
secara umum, meliputi genetika mendelian, dasar molekuler, genetika kuantitatif dan
populasi yang diteruskan dengan analisa genetika khusus pada tegakan hutan. Analisis
tersebut mencakup genetika pohon hutan, sistem genetikan pohon hutan, perkawinan,
distribusi gen dan kerahaman genetika pada populasi hutan.
Pemuliaan pohon merupakan penerapan asa genetika untuk pembangunan hutan demi
memperoleh aneka jenis pohon dengan sifat dan hasil yang lebih unggul.
Pada studi ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan ruang lingkup
pemuliaan pohon, keragaman dan faktor penyebabnya, uji provenan, seleksi, uji
keturunan, predisik parameter populasi, pembangunan dan pengelolaan sumber benih,
penyusunan program pemuliaan pohon, serta perkembangan pemuliaan pohon di
hutan Indonesia.
Studi ini membahas tentang teknologi perbanyakan tanaman hutan meliputi teknik
vegetatif atau aseksual, mulai dari pengertian pembiakan vegetatif,
peranan bioteknologi kehutanan, pemuliaan pohon dan konservasi plasma nutfah,
dasar pembiakan vegetatif, sistem pembiakan vegetatif dan faktor yang memengaruhi
sistem stek, cangkok, okulasi, sambung dan kultur jaringan, nutrisi media tumbuhan
kultur jaringan serta in vitro.
Hama hutan adalah bagian dari ilmu silvikultur yang membahas tentang penyebab
kerusakan pohon atau tegakan hutan akibat serangan hama. Studi ini mempelajari
mengenai binatang penyebab kerusakan pohon dan tegakan hutan, ciri dan
karakteristik serangga, keistimewaan serangga, perilaku serangga, siklus hidup
serangga, reproduksi atau perkembangbiakan, klasifikasi dan metamorfosa, tanaman
hutan yang berisiko terkenan serangan serangga, pengaruh lingkungan biotik dan
abiotik terhadap serangga, dampak ekonomi, serta akibat serangan hama pada pohon
hutan, survei dan pantauan hama hutan serta cara pengendalian hama hutan.
Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah hal penting dalam
upaya melindungi hutan. Pada studi ini akan dipelajari mengenai prinsip segitiga api
(panas, bahan bakar, oksigen) tahapan proses kebakaran, perilaku api, faktor iklim
dalam kebakaran hutan, dampak kebakaran hutan meliputi keuntungan dan
kerugiaannya terhadap ekosistem hutan, vegetasi, tanah, udara, air, dan kesehatan
manusia. Selain itu, akan dibahas pula mengenai prinsip pengendalian kebakaran
hutan mulai dari tindakan pencegahan hingga pemadaman.
Pembahasan mengenai kebakaran hutan dapat dibaca lebih rinci pada tautan
berikut: Kebakaran Hutan, Cara Mencegah Kebakaran Hutan, Sejarah Kebakaran
Hutan Indonesia 1997
Selain itu, ilmu ini juga membahas hal-hal terkait kondisi tempat tumbuh, dasar
silvikultur, contoh sistem silvikultur daerah tropis seperti Indonesia dan negara lain
disekitarnya, serta dampak penebangan dan cara melakukan regenerasi tegakan hutan.
18) Agroforestri
Dasar fisiologi hutan adalah bahasan tentang perang fisiologi pohon dalam kelestarian
hutan, struktur dan fungsi sel, pertumbuhan pohon, proses fotosintesis untuk
menghasilkan energi dan karbohidrat, serapan air dan tranpirasi, asimilasi dan
respirasi, absorbsi, translokasi dan akumulasi, hormon dan zat pengatur pertumbuhan,
nutrisi, mineral, serapan garam, enzim dan vitamin.
Ilmu tanah adalah studi yang mempelajari mengenai mineral dan proses terbentuknya
tanah, proses pelapukan, organisme dalam tanah, sifat fisik, kimia dan jenis-jenis
tanah di hutan Indonesia.
Studi ini mempelajari tentang kualitas media tumbuh pohon hutan, faktor penentu
kualitas, cahaya dan hasil hutan, tanah dan pertumbuhan tegakan, air dan
pertumbuhan hutan, iklim dan pertumbuhan hutan, biota tanah dan hutan, metode
pengukuran, dampak pemanenan terhadap kualitas tempat tumbuh, serta hubungan
kualitas tempat tumbuh dengan kelestarian hutan dan lingkungan.
Studi ini membahas mengenai hubungan geografis dan potensi erosi, faktor
pengendali, jenis tanah tererosi, cara pengawetan tanah dan air, desain hutan
konservasi, serta evaluasi kemampuan lahan dalalm upaya konservasi tanah dan air.
C. Hidroponik
Teknik menanam yang satu ini mulai banyak digunakan oleh masyarakat di
perkotaan, karena biasanya lahan di perkotaan tidak seluas lahan di pedesaan.
Tanaman Hidroponik adalah solusi bagi Anda yang tidak punya banyak
lahan untuk menanam tanaman
Teknik ini bisa dibuat dari mulai skala kecil-kecilan. Baik yang hanya sekadar
hobi saja atau bisa juga untuk skala menengah ke atas yang memang dibuat sebagai
bisnis yang menguntungkan.
Namun untuk penanaman hidroponik di Indonesia berskala besar ini banyak hal
yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pemilihan jenis tanamannya itu sendiri.
Jika Anda ingin mencoba budidaya tanaman dengan hidroponik ini, maka Anda
harus memilih jenis tanaman yang nilai ekonomisnya tinggi.
Jenis tanaman yang paling sering ditanam dengan menggunakan teknik ini
diantaranya yaitu selada, timun jepang, tomat dan masih banyak jenis tanaman
hidroponik lainnya.
2. Pengertian Hidroponik
Apa saja pengertian dari hidroponik ini? Cara budidaya/penanaman suatu jenis
tanaman tertentu, yang menggunakan atau memanfaatkan air yang tujuannya adalah
untuk kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri dan tidak menggunakan tanah.
Cara tanam dengan menggunakan air ini memang cukup efektif dan efisien, tak
heran jika banyak orang yang menanam dengan teknik hidroponik yang dimana di
tempat mereka tidak memiliki banyak pasokan air atau minim air.
Pengertian hidroponik menurut para ahli yaitu jenis budidaya tanaman yang tidak
menggunakan tanah tetapi menggunakan air sebagai media tanamnya dengan
menambah kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
3. Sejarah Hidroponik
Teknik menanam yang satu ini sudah dikenal sejak dahulu, tepatnya sejak tahun
1627.
Saat itu terdapat tulisan dari Francis Bacon yang menuliskan tentang hidroponik, ia
menjelaskan bahwa tanaman juga bisa ditanam dengan media lainnya selain tanah
yaitu menggunakan media air.
Baru di tahun 1699 dilakukan penelitian yang lebih lengkap tentang hidroponik ini,
yang saat itu dilakukan oleh John Woodward.
Namun hasilnya berbeda, hasil dari tanaman yang ditanam dengan hidroponik ini
lebih bagus dengan menggunakan air yang keruh dibanding air yang bersih/jernih.
Maka dari itu Ia menyimpulkan bahwa air yang digunakan untuk menanam tanaman
tidak memiliki cukup nutrisi untuk membuat tanaman itu menjadi subur.
Penelitian tersebut akhirnya menjadi cikal bakal munculnya hidroponik, karena masih
ada elemen lainnya selain tanah yang mampu menjadi pengganti unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman tersebut.
Cara bercocok tanam dengan air pada akhirnya akan menghasilkan tanaman yang
sama bagusnya dengan tanaman yang ditanam dengan menggunakan media tanah.
Hasil penelitian tersebut juga menjadi penegasan bahwa teknik menanam tidak hanya
menggunakan tanah saja, tapi bisa menggunakan media lainnya seperti air. Selain itu,
teknik hidroponik ini pun menjadi teknik menanam yang terbilang modern.
Masuk ke abad 19, penelitian dari hidroponik ini semakin meluas karena ditemukan
cara budidaya baru yang dinamakan hidroponik. Tetapi namanya belum hidroponik.
Saat itu nama budidaya tanam yang baru ini masih budidaya perairan atau ada juga
yang menyebutnya aquaculture.
Penelitian tersebut ditemukan oleh William Frederick Gericke, yang saat itu berhasil
menanam tomat dengan metode hidroponik dengan ukuran tinggi tanamannya yang
mencapai 25 cm.
Akhirnya Willian Gericke menerbitkan buku yang isinya mengenai teknik, nutrisi,
media dan hal lainnya tentang hidroponik yang sangat lengkap.
Dari situlah cara menanam atau budidaya dengan hidroponik ini semakin meluas dan
berkembang pesat, termasuk penanaman hidroponik di Indonesia yang juga mulai
banyak digunakan oleh para petani dan orang biasa.
Baru di tahun 1980 metode hidroponik ini mulai masuk ke Indonesia, dan pada
saat itu cara tanam ini diperkenalkan pada masyarakat luas oleh Bob Sadino.
Ia mempopulerkan teknik hidroponik di Indonesia yang saat itu juga sering menjadi
narasumber/pakar dalam bidang agribisnis.
Awalnya cara penanaman unik ini hanya dilakukan sebagai hobi atau kecintaan
seseorang pada tanaman, yang ingin mencoba menanam tanaman tidak menggunakan
tanah.
Bahkan banyak orang yang menggunakan tanaman ini sebagai tanaman hias di rumah,
serta menjadi salah satu dekorasi di ruangan yang unik dan menarik.
Namun, lain dulu lain sekarang kini hidroponik sudah bukan hobi semata, tetapi sudah
menjadi cara budidaya tanaman yang komersial.
Apalagi penanaman tanaman hidroponik ini bisa dilakukan di mana saja, dan
memiliki banyak media yang dapat dimanfaatkan untuk hasil tanam yang baik.
Khususnya untuk orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dengan lahan yang
sempit, teknik menanam yang satu ini sangat membantu. Budidaya tanaman dengan
hidroponik bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di apartemen atau di
rumah susun sekalipun.
Segalanya menjadi mudah dengan teknik penanaman hidroponik ini, sehingga cara
tanam hidroponik ini menjadi pilihan alternatif yang tepat bagi masyarakat perkotaan
atau masyarakat modern.
Sistem penanaman dengan menggunakan hidroponik ini bukan hal yang baru di
bidang pertanian di Indonesia.
Ada juga penghasil sayuran hidroponik yang mampu menghasilkan sayuran sebanyak
500-700 kg per hari. Kemampuan produksi sayuran hidroponik ini memang belum
mencapai prosentase yang maksimal, pemenuhan kebutuhannya hanya mencapai 60%
saja dari jumlah total kebutuhan.
Jika Anda tertarik untuk menjalani bisnis hidroponik di Indonesia ini maka Anda
masih bisa memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran hidroponik yang jumlahnya
mencapai 40%. Hal itu juga dirasakan oleh pengusaha hidroponik, yang
mengembangkan bisnis ini tanpa menggunakan green house.
Perusahaan hidroponik ini resmi didirikan pada tahun 2003 lalu, tetapi jauh sebelum
tahun 2003 perusahaan ini memang sudah mulai berdiri hanya saja masih berskala
kecil dan belum resmi.
Awalnya perusahaan ini mencoba teknologi pertanian baru yang dinamakan dengan
hidroponik, mereka memulai budidaya tersebut sejak tahun 1988.
Kemudian mereka melihat hasilnya ternyata memang lebih bagus dibanding dengan
tanaman yang ditanam secara tradisional atau dengan menggunakan media tanah.
Tim dari Parung Farm ini pun mulai mempelajari hidroponik secara mendalam,
dengan mempelajari banyak buku tentang hidroponik, mencari informasi melalui
internet, melakukan korespondensi secara langsung dengan para tenaga ahli pertanian
dari luar negeri, dan sebagainya.
Bahkan mereka juga berdiskusi secara langsung dengan para tenaga ahli pertanian
dari Universitas IPB. Mereka pun mulai menjalankan budidaya tanaman hidroponik
dengan menggunakan teknologi low cost yang ada saat itu, karena daya beli
masyarakat pada tanaman ini masih rendah.
Hingga akhirnya berbagai eksperimen dilakukan dan Parung Farm berhasil membuat
brand sendiri, yang dimana jenis-jenis sayurannya bebas pestisida. Parung Farm juga
berhasil memasok sayuran hidroponik ke kota-kota di Indonesia misalnya Kota
Bandung dan Jabodetabek.
Selain menggunakan sistem atau cara budidaya hidroponik, Parung Farm juga
menggunakan metode budidaya organik dan menghasilkan sayuran organik yang
berkualitas baik. Perusahaan ini juga membuka pelatihan hidroponik bagi pemula,
dengan biaya yang cukup terjangkau.
Selain menghasilkan sayuran hidroponik dan organik yang berkualitas tinggi, Parung
Farm juga memiliki tim yang sudah profesional dan berpengalaman, khususnya di
bidang hidroponik ini.
Meskipun hasil dari tanaman hidroponik ini bagus dan memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi, tetapi di dalam proses penanamannya masih ada banyak kendala atau
permasalahan yang harus dihadapi oleh petani.
Berikut ini beberapa kendala dalam penanaman tanaman dengan cara hidroponik di
Indonesia :
1) Listrik 24 Jam
Pada dasarnya tanaman memerlukan waktu istirahat yang cukup seperti manusia,
waktu istirahat pada tanaman biasanya selama 7-8 jam dalam satu hari.
Selama tanaman beristirahat, maka mereka tidak akan menyerap unsur hara yang ada
di sekelilingnya.
Namun tingkat kelembapannya harus tetap terjaga dengan baik, yang dimana
tujuannya adalah supaya bagian akarnya tidak mengalami kekeringan dan hal itu bisa
mengakibatkan tanaman menjadi layu.
Apabila hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati, untuk menjaga supaya hal itu
terjadi Anda harus menjalankan aliran pompa secara terus menerus di malam hari.
Nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut berasal dari aliran pompa tersebut.
Sayangnya, jika listrik mati maka pompa listrik pun akan ikut mati dan pemberian
nutrisi pada tanaman akan terhenti. Untuk cara pencegahannya, Anda bisa
menggunakan genset khusus untuk pengaliran dari pompa agar nutrisi tetap bisa
diberikan pada tanaman.
Cara lainnya yaitu bisa dengan menggunakan rockwool, karena air yang tersisa pada
rockwool ini mampu bertahan selama 2-3 jam lamanya pada saat listik mati.
Kendala atau masalah lainnya yang dihadapi dalam proses penanaman dengan
hidroponik adalah terjadinya hujan, yang bisa membuat tingkat kelembapan
meningkat sehingga muncullah cendawan.
3) Konsenstrasi Larutan
Hujan juga dapat mengubah konsentrasi yang terdapat pada larutan nutrisi, karena air
hujan ini memiliki kandungan asam. Apabila air hujan masuk ke dalam tangki maka
Anda harus membuang seluruh larutan yang ada di sana, lalu membuat kembali
larutan baru.
Jika Anda tidak melakukan hal itu maka tanaman hidroponik akan kekurangan nutrisi
sehingga tanaman tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Cara mengatasi
hal ini bisa dengan memasang kran penutup, pada aliran hujan yang masuk ke saluran
pembuangan tadi.
Ketika hujan turun maka Anda hanya tinggal membuka kran sehingga air hujan bisa
langsung terbuang, dan pipa yang mengarahkan larutan nutrisi tadi untuk langsung ke
bak tangki yang sudah tertutup.
4) Debit Air
Dalam cara budidaya yang tepat untuk jenis tanaman hidroponik, Anda akan
membutuhkan debit air. Debit air yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik ini
adalah sekitar 1-2 liter setiap menitnya.
Anda juga bisa menggunakan pompa yang memiliki kekuatan sekitar 500 watt atau ¾
HP yang sesuai dengan ukuran area tanaman yang luasnya mencapai 720 m2.
5) Lumut yang Muncul di Selang Plastik
Cara yang paling mudah untuk membersihkan lumut di dalam selang plastik adalah
dengan merendam selang dengan menggunakan air panas. Setelah itu tambahkan juga
1 sdm pemutih per galon ketika akan membersihkan lumutnya.
Kemudian jalankan lagi seperti biasa, jika perendaman sudah selesai dilakukan
dengan sistem NFT. Cara ini dilakukan untuk mengusir lumut yang berada di dalam
selang yang cukup sulit untuk dibersihkan.
Anda juga bisa menggunakan alternatif cara lainnya yaitu dengan merendam selang
dengan cairan pemutih, setelah itu bilas seluruh bagiannya, keringkan, dan simpan
kembali untuk membersihkan selang di lain hari.
1) Waroeng Hidroponik
Waroeng hidroponik ini telah menjadi salah satu toko hidroponik di Indonesia
berskala besar, yang menyediakan segala peralatan dan perlengkapan budidaya
hidroponik yang memang disediakan untuk para petani atau orang-orang yang senang
bercocok tanam.
Perlengkapan dan kebutuhan hidroponik di sini bisa untuk para pemula yang berskala
kecil, atau bisa juga untuk skala besar untuk produksi atau para pebisnis. Waroeng
Hidroponik ingin mewujudkan kemandirian pangan, terutama budidaya hidroponik
sayuran/buah.
Bahkan mereka juga mau berbagi pengetahuan tentang hidroponik pada seluruh
masyarakat Indonesia. Warung hidroponik adalah solusi untuk segala kemudahan
dalam berkebun/bertani dengan cara hidroponik.
Beberapa produk khusus untuk hidroponik yang dijual di tempat ini diantaranya yaitu
beragam merk benih, modul hidroponik, nutrisi AB mix, alat ukur hidroponik, media
tanam dan lain sebagainya.
2) Golden Farm 99
Salah satu jenis usaha yang bergerak di bidang agribisnis ini mengkhususkan bidang
hidroponik adalah Golden Farm 99.
Pengetahuan ini berupa foto, promo menarik, informasi lengkap hingga tutorial cara
menanam dengan teknik hidroponik.
Bagi Anda yang sedang menjalani hobi baru atau memulai usaha/bisnis hidroponik ini
bisa belajar dari Golden Farm 99, untuk memperoleh pendapatan dari hasil tanam atau
hasil kebun dengan cara tanam hidroponik.
Hidroponik telah menjadi solusi yang tepat untuk berkebun, bagi mereka yang hanya
memiliki lahan sempit. Maka dari itu, Golden Farm 99 menjadi media yang tepat bagi
Anda yang ingin juga memiliki usaha/bisnis tanaman hidroponik ini.
3) Hidroponik Net
Salah satu ahli hidroponik yang telah menggeluti bidang hidroponik ini
sejak tahun 1995 silam, menjadi co-founder dalam usaha hidroponik di
Indonesia yang sudah berkembang semakin pesat.
Ahli hidroponik yang satu ini yakin bahwa sistem dan metode hidroponik
di Indonesia akan semakin berkembang lebih baik.
Salah satu merk dagang perusahaan hidroponik besar di Indonesia adalah amazing
farm, yang telah berdiri sejak tahun 1998.
Tak heran bila perusahaan pertanian di luar negeri sudah semakin berkembang dan
modern hingga saat ini.
Awalnya greenhouse yang dibuat di Amazing Farm ini dibuat dari bahan besi dan
juga bambu. Untuk bak tanamnya dibuat dari bahan fiberglass.
Bahkan sayurannya juga bebas dari hama dan pestisida sehingga rasanya berbeda,
karena jauh lebih segar dan sehat. Selain menghasilkan sayuran hidroponik, Amazing
Farm juga menghasilkan sayuran organik yang kualitasnya juga unggulan.
Indonesia telah menjadi salah satu negara yang mampu mengembangkan tanaman dan
cara budidaya hidroponik. Berikut ini beberapa jenis tanaman hidroponik di Indonesia
yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi :
1) Selada
Tanaman yang satu ini adalah jenis tanaman yang paling banyak ditanam
dengan cara hidroponik, sehingga tanaman selada menjadi salah satu jenis
tanaman hidroponik yang bernilai ekonomis tinggi.
Tanaman ini memang menjadi jenis tanaman yang paling subur, jika teknik
bertanamnya menggunakan teknik hidroponik. Tanaman selada juga mampu
tumbuh dengan cepat, sehingga hasilnya mampu memenuhi kebutuhan pasar di
Indonesia.
Ada banyak jenis sayuran yang berdaun hijau, yang juga sering dijadikan
tanaman hidroponik.
Apalagi kebutuhan akan sayuran berdaun hijau ini di Indonesia sangat besar.
Jenis tanaman hidroponik berdaun hijau ini diantaranya yaitu bayam, sawi,
kangkung dan sebagainya.
3) Buah-Buahan
Bagi tanaman yang memiliki ukuran cukup besar sebaiknya disediakan lahan
yang agak luas/besar. Nantinya akan dibutuhkan tempat untuk menopang bobot
buah yang sudah tumbuh.
4) Timun
Apabila Anda masih mencari jenis-jenis tanaman hidroponik yang nilai
ekonomisnya tinggi bahkan bisa berskala besar, maka Anda bisa menggunakan
timun.
Cara perawatan yang baik pada tanaman hidroponik timun ini akan
menghasilkan buah yang berkualitas baik.Dalam menanam tanaman hidroponik
timun, sebaiknya Anda menyediakan cahaya yang cukup supaya tanaman bisa
tumbuh dengan baik.
D. Aeroponik
1. Pengertian Aeroponik
Istilah aeroponik berasal dari dua kata, yaitu aeros yang memiliki arti udara dan ponus
berarti daya. Kedua istilah ini merupakan bahasa Yunani.
Mengacu pada kedua istilah di atas, aeroponik memiliki arti memberdayakan sesuatu
dengan memanfaatkan udara.
Pengertian lengkap dari aeroponik adalah sistem budi daya tanaman yang tidak
menggunakan tanah sebagai media tanam, melainkan menggunakan media tanam
berupa udara.
Tanaman diletakkan pada sebuah wadah tertentu. Khususnya bagian akar dan pangkal
batang yang berada di dalam wadah tersebut. Sedangkan bagian tanaman lain seperti
batang bagian atas dan juga daun dibiarkan berada di ruang terbuka.
Wadah ini sangat dijaga kelembapannya. Dalam waktu tertentu juga, akan tanaman
akan disemprot dengan air serta nutrisi yang bentuknya sudah diubah menjadi seperti
uap atau kabut.
Uap ini mengenai akar dan diserap oleh tanaman sehingga bisa tumbuh dengan baik.
Selain pengetahuan, Anda juga perlu menyiapkan beberapa peralatan atau komponen
antara lain:
1) Siapkan wadah berupa kotak styrofoam yang sudah dilengkapi dengan tutup.
Anda bisa memanfaatkan kotak styrofoam bekas ikan dan lain sebagainya.
Jangan lupa untuk memberi lubang pada tutupnya sebagai tempat tumbuh
tanaman.
2) Siapkan pompa air di dasar wadah serta pasang alat untuk membuat uap
(sprinkler). Kedua alat ini saling terhubung. Jangan lupa juga untuk memasang
saluran irigasi atau pendistribusi uap menggunakan pipa PVC.
3) Hubungkan pompa dengan alat timer dan sumber listrik. Atur timer supaya
penyemprotan dilakukan 15 menit sekali. Jeda waktu merupakan yang paling
ideal untuk aeroponik.
4) Jangan lupa untuk mengisi wadah styrofoam dengan larutan air serta zat hara.
Sebaiknya tanaman yang dibudidayakan dengan aeroponik memiliki usia panen yang
tidak terlalu lama. Tanaman seperti kangkung dan selada menjadi contoh yang ideal
karena tanaman ini dapat dipanen dalam waktu satu bulan sejak penanaman pertama
kali.
Apakah Anda sudah paham dengan apa itu aeroponik beserta langkah-langkahnya?
Jika sudah, Anda bisa beranjak melanjutkan pembahasan. Bicara pertanian, setiap
metode yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
aeroponik.
Kelebihan Aeroponik
Apa itu aeroponik? Sistem pertanian yang menggunakan media tanam berupa udara,
dan beberapa kelebihannya sebagai berikut :
Hemat air
Kebutuhan air tentu lebih sedikit karena diuapkan terlebih dahulu kemudian
disemprotkan ke tanaman. Hal ini jelas membuat Anda menghemat air. Tak seperti
sistem hidroponik atau pun sistem konvensional.
Ketika musim kemarau tiba dan persediaan air menipis, Anda tak perlu khawatir
karena aeroponik tak memerlukan banyak air. Anda tetap bisa bertani seperti
biasanya.
Apakah Anda sadar bahwa sistem pertanian tradisional sangat menyita waktu?
Bagaimana tidak, Anda membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkan lahan,
menggemburkan tanah, dan lain sebagainya.
Hal-hal seperti tak akan Anda jumpai di sistem pertanian aeroponik. Anda cukup
menyiapkan bibit dan merakit media tanam.
Hama dan gulma menjadi musuh utama para petani. Hewan dan tanaman pengganggu
ini lebih sering ditemui pada metode pertanian tradisional. Dengan menggunakan
metode aeroponik, tanaman menggantung di udara.
Penelitian juga menunjukkan bahwa hama lebih sedikit ditemui pada sistem
aeroponik. Jadi, Anda bisa sedikit lebih tenang.
Tidak mengenal musim
Beberapa jenis tanaman hanya tumbuh di musim tertentu. Metode aeroponik tidak
mengenal musim tanam. Anda dapat menanam tumbuhan apa pun sepanjang tahun.
Kondisi tanah dan udara di luar tak memengaruhi tanaman di aeroponik.
Pemberian nutrisi dan air langsung ke akar dapat mendukung pertumbuhan tanaman
dengan lebih intensif. Hal ini membuat tanaman tumbuh dalam jangka waktu yang
lebih cepat. Tak heran jika petani aeroponik bisa panen lebih cepat dibandingkan
petani tradisional.
Kekurangan Aeroponik
Anda tentu sudah memahami apa itu aeroponik, sistem pertanian yang menggunakan
udara.
Metode ini sangat berbeda dengan cara tradisional. Anda membutuhkan peralatan
seperti pompa, sprinkler, dan lain sebagainya. Harga beli semua komponen tersebut
cukup tinggi.
Apalagi jika Anda ingin membangun banyak instalasi sekaligus, biaya yang
diperlukan juga akan lebih besar.
Komponen untuk membangun sistem pertanian aeroponik selain berharga mahal juga
sulit didapatkan. Terutama di wilayah pedesaan atau daerah yang jauh dari kota besar.
Hal ini tentu saja menyulitkan masyarakat yang ingin mengembangkan sistem
pertanian baru.
Solusi dari permasalahan ini adalah membeli secara online. Namun ada kendala lain
yaitu ongkos kirim yang mahal. Apalagi untuk wilayah terluar atau terpencil.
Sistem pertanian aeroponik bisa dipakai untuk menanam jenis tumbuhan apa pun.
Namun umumnya terdapat beberapa jenis tanaman yang bisa dibudidayakan dengan
cara ini, antara lain:
1. Selada
2. Sawi
3. Tomat
4. Bawang merah
5. Bawang putih
6. Daun bawang
7. Seledri
8. Melon
9. Mentimun
10. Anggrek
11. Kaktus
Cara Membuat Aeroponik
Cara membuat aeroponik memang terbilang cukup rumit dan membutuhkan biaya
yang besar. Namun, bercocok tanam dengan cara ini bisa menghasilkan kualitas hasil
tanaman sayur yang lebih baik, higienis, sehat dan bercita rasa tinggi.
Tidak semua jenis tanaman sayur bisa dibudidayakan dengan cara aeroponik.
Jenis tanaman sayur yang dapat dibudidayakan dengan teknik aeroponik adalah
kentang dan tanaman sayur berdaun hijau dengan masa panen cepat hanya sekitar 1
bulan saja, misal seperti selada, kangkung serta bayam.
Proses pembuatan instalasi untuk digunakan sebagai media bercocok tanam dengan
cara aeroponik memang tidak bisa dibilang sederhana.
Anda terlebih dahulu harus membuat dua jenis instalasi yang terbuat dari pipa PVC
agar bisa menjalankan metode aeroponik ini.
Dua jenis instalasi yang dimaksud adalah instalasi aeroponik dan instalasi pengabutan
nutrisi. Berikut ini akan diulas secara lengkap mengenai proses pembuatan dua jenis
instalasi tersebut beserta cara membuat aeroponik.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat aeroponik ini adalah dengan
menyiapkan beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan, diantaranya seperti berikut ini:
1) Pipa PVC
2) Rockwool
3) Styrofoam
4) Jet Pump (Pompa Air)
5) Bibit Tanaman
6) Larutan Nutrisi
Rakit Pipa PVC agar Menjadi Kerangka Dasar Instalasi
Namun pastikan bahwa proses dari keadaan off ke on itu tidak lebih dari 15 menit.
Hal tersebut perlu dilakukan agar tanaman tidak layu karena terlalu lama tidak
mendapat larutan nutrisi.
Butiran larutan nutrisi yang melekat pada akar tanaman budidaya aeroponik ini hanya
bisa bertahan kurang dari 15 menit saja.
Dibutuhkan larutan nutrisi yang konsisten agar pemberian nutrisi pada tanaman yang
dibudidayakan dengan metode aeroponik ini bisa lebih maksimal.
E. Akuaponik
1. Pengertian Akuaponik
Mari awali pembahasan ini dengan memahami pengertian akuaponik. Nama ini
diambil dari gabungan istilah akuakultur dan hidroponik.
Akuaponik adalah metode menggabungkan dua jenis budidaya berbeda yaitu ikan dan
tanaman secara bersamaan
Metode ini sudah tercipta sejak 3000 tahun yang lalu di daratan Cina.
Indonesia sendiri mulai mengenal akuaponik pada tahun 90-an. Sayangnya, sistem
akuaponik Indonesia yang dikembangkan pertama kali masih mengalami kegagalan
sehingga tak dapat diterapkan. Barulah pada tahun 2000-an ditemukan sebuah metode
baru.
Metode baru ini bekerja dengan cara mengalirkan air dari kolam melalui filter ke bak
penampung. Tujuannya supaya kotoran tersaring.
Dari bak penampung, air dialirkan menuju ke tanaman. Setelah itu, air kembali lagi
mengalir ke kolam.
Air yang berasal dari kolam mengandung sari-sari dari kotoran ikan yang baik untuk
tanaman. Pasalnya, kotoran ikan kaya akan zat gizi untuk membantu pertumbuhan
tanaman. Air yang sudah melewati akar tanaman pun kaya akan oksigen yang
bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan ikan.
Akuaponik kini sudah banyak digunakan oleh masyarakat, baik untuk keperluan
rumah tangga atau pun komersial. Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan menekuni hidroponik saja atau akuakultur
saja.
1) Kelebihan Akuaponik
Budidaya ikan dan sayuran ini berjalan beriringan dan saling bersinergi.
Anda dapat melakukan pembibitan dan perawatan dalam waktu yang
bersamaan dan menghasilkan dua produk. Hal ini jelas berbeda jika Anda
hanya menjalankan usaha pertanian atau perikanan saja.
b) Hemat Lahan
c) Hemat Air
Tak hanya lahan yang bisa dihemat, Anda pun akan lebih hemat air
dengan metode akuaponik. Air yang digunakan untuk media tanam sama
dengan air yang dipakai untuk memelihara ikan. Sirkulasi air diatur
sedemikian rupa agar dapat mencukupi kebutuhan ikan dan tanaman.
Metode akuaponik murah meriah ini memiliki air yang statis atau diam.
Jadi, jenis ikan yang Anda pilih pun harus disesuaikan.
Ikan dan tanaman yang dibudidaya dengan metode akuaponik tak bisa
didiamkan begitu saja. Anda dituntut untuk rajin merawatnya. Tak bisa
sembarangan, ada ilmu dan teknik khusus yang perlu dipelajari untuk
merawat akuaponik.
Tak sedikit orang yang gagal dalam praktik akuaponik karena kurang
terampil mengoperasikan peralatan. Bila perlu, ikutilah pelatihan sebelum
memutuskan untuk memiliki akuaponik sendiri.
Sampai di sini, Anda sudah memahami apa itu akuaponik beserta kelebihan dan
kekurangannya. Selanjutnya, Anda perlu memahami jenis tanaman apa saja yang
dapat dibudidayakan dengan metode akuaponik.
1) Kangkung
Tanaman sayuran ini tumbuh secara alami di rawa-rawa dan juga sawah bertanah
basah.
Oleh sebab itu, kangkung sangat cocok untuk ditanam di akuaponik. Anda bisa panen
hanya dalam waktu satu bulan saja.
2) Selada
Selada punya sifat yang mirip dengan kangkung, yaitu mudah tumbuh di media
air.
Tak heran jika banyak orang yang memilih sayuran satu ini untuk ditanam dengan
metode akuaponik. Anda bisa panen selada dalam kurun waktu satu bulan setelah
masa tanam.
3) Cabai
Harga cabai bisa menyentuh angka Rp 100.000 per kilogram pada waktu-waktu
tertentu. Untuk mencegah pengeluaran yang membengkak, sebaiknya Anda punya
tanaman cabai sendiri di rumah. Dengan metode akuaponik, Anda bisa mulai
memanen cabai sejak umurnya mencapai 80 hari.
Pada aquaponik, kita memanfaatkan nutrisi cair yang berasal dari buangan ikan.
Jadi kalau dibuat mudah, aquaponik mungkin bisa disebut sebagai budidaya
hidroponik dengan nutrisi organik yang berasal dari buangan ikan. Dalam aquaponik,
proses hidroponik bisa juga sekaligus bertindak sebagai biofilter memfasilitasi proses
resirkulasi air ke dalam bak ikan. Pekebun aquaponik memanfaatkan teknik
hidroponik untuk membudidayakan tanaman/sayuran. Nutrisi kebun air aquaponik
berasal dari buangan metabolisme ikan (lihat siklus nitogen di sini). Selain sebagai
teknik budidaya, hidroponik juga bertindak sebagai biofilter yang memfasilitasi
proses resirkulasi air dari bedengan ke kolam.
Selain di Asia, aquaponik pun memiliki akar sejarah yang kuat di peradaban
Amerika kuno baik di peradaban Aztec di Meksiko (Amerika Tengah) maupun
peradaban Inca di pegunungan Andes (Amerika Selatan). Sebagian petani kita masih
mempraktekkan kultur aquaponik tradisional tersebut hingga detik ini. Juga petani-
petani lain di Asia dan Amerika Tengah/Selatan. Akhir 1960-an, di tengah gencarnya
gerakan lingkungan di kalangan aktivis dan masyarakat di Barat, berdiri lembaga riset
yang bernama New Alchemy Institute di bekas lahan peternakan seluas 5 ha di
Hatchville, Massachussetts, Amerika Serikat. Lembaga inilah yang memberi sentuhan
baru praktek tradisional yang memiliki akar sejarah yang panjang di Asia dan
Amerika kuno tersebut. Dimotori oleh pasangan suami istri ilmuwan-aktivis John
Todd dan Nancy Jack Todd yang dibantu oleh koleganya William McLarney, New
Alchemy Institute mencoba membuat reka ulang bagaimana ilmu pengetahuan bisa
menjadi alat untuk merancang suatu sistem pendukung yang berkelanjutan atas
kehidupan manusia. Ketika itu ilmu pengetahuan dan rekayasa memiliki citra yang
sangat negatif melalui dampak yang timbul karena praktek
Pada 1990-an, petani Missouri Tom dan Paula Speraneo memodifikasi Sistem
Universitas North Carolina dan memperkenalkan apa yang disebutnya sebagai konsep
bioponik. Mereka membudidayakan aneka rempah, bumbu dan sayuran di bedengan
kerakal yang biasa digunakan dalam kultur hidroponik. Karena kepraktisan dan
kemudahannya, Sistem Speraneo banyak ditiru dan menjadi bahan modifikasi para
praktisi dan hobiis aquaponik rumahan di seluruh dunia. Kebun Air juga
memanfaatkan sistem ini dengan sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi
yang ada (rincian Sistem Speraneo klik di sini) Di luar mereka, ada banyak lagi sistem
yang dirancang dan dibangun sesuai dengan kebutuhan setempat atau kepentingan
pembuatnya misalnya untuk keperluan aquaponik yang komersial dan skalanya lebih
besar. Dasar dan alur dari sistem apa pun yang mereka bangun pada dasarnya
bertumpu pada dua hal utama: siklus nitrogen yang ada pada kultur budidaya air tawar
dan kultur hidroponik untuk tanaman meski yang kedua bukan hal yang mutlak.
Buangan ikan adalah ammonia yang bisa menjadi racun jika konsentrasinya
terlalu tinggi. Ekosistem air tawar memang menyediakan mekanisme alami untuk
mengurangi kadar ammonia. Ketika kadar ammonia mencapai titik tertentu, secara
alami bakteri Nitrosomonas akan mengkoloni sistem. Organisme ini membantu
mengoksidasi ammonia (NH4) menjadi nitrit (NO2) lewat proses metabolisme
mereka. Akibatnya kadar ammonia turun, sebaliknya kadar nitrit naik. Akan tetapi
masalah belum usai. Sebagaimana ammonia, nitrit pun bersifat racun bagi ikan.
Ketika kadar nitrit mencapai titik tertentu, datanglah bakteri lainnya bakteri
nitrobacter. Organisme mengoksidasi nitrit menjadi nitrat (NO3) yang kurang beracun
bagi ikan.
Akan tetapi jangan gembira dulu. Meski kedua organisme itu mampu mengurangi
kadar amonia dan nitrat dalam air, bukankah ikan seperti kita terus-menerus makan
dan menghasilkan buangan? Apalagi pada saat yang sama, ada bakteri jenis lain yang
mengkonsumsi buangan padat dan material lainnya yang ada di kolam. Mereka, sama
seperti ikan, akan menambah jumlah kadar amonia dalam bak air atau kolam. Jaringan
yang kompleks dan saling berkaitan ini tentu saja akan mempengaruhi sistem, dan
sudah pasti berpengaruh juga terhadap indeks kebahagiaan ikan yang tinggal di
dalamnya. Karena itu jika sistem kultur air tawar ini berdiri sendiri, para penggemar
ikan hias biasanya mengurangi air kolam atau aquarium hingga 30% secara berkala
dan menggantinya dengan air yang baru. Kalau tidak, ikan-ikan bisa kelimpungan
karena indeks kebahagiaan mereka berkurang. Bayangkan Anda tinggal di lingkungan
yang bercampur dengan hasil buangan limbah yang berasal dari dapur Anda atau
bahkan tubuh Anda sendiri! di sinilah peran aquaponik menjadi penting. Air
bercampur buangan yang bersifat toksik bagi ikan justru bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk cair bagi tanaman! Akar tanaman akan menyerap nitrogen yang ada dalam
nitrat. Kira-kira mirip buangan peternakan, misalnya tahi sapi, yang bisa diproses
menjadi pupuk kandang dan bermanfaat bagi tanaman! Nilai lebih lainnya, sistem
aquaponik akan mengubah pupuk cair menjadi tidak toksik dan aman bagi ikan.
Mengapa? Karena tanaman dan bedengan bertindak sekaligus sebagai filter alami. Air
akan aman dialirkan kembali ke kolam, dan Anda pun terbebas dari kewajiban
mengganti air secara berkala. Ikan berbahagia, Anda pun lega!
Lepas dari istilahnya yang sok kebarat-baratan, aquaponik sebenarnya telah lama
hadir di sekitar kita. Aquaponik itu sebenarnya tetangga dan saudara kita. Buyutnya
aquaponik bahkan mungkin berasal dari sini. Anda mungkin mengenal istilah
minapadi praktek yang mengintegrasikan kultur ikan dan padi di lingkungan sawah
yang basah? Minapadi bisa disebut sebagai contoh klasik praktek aquaponik pertanian
kita. Mirip aquaponik, kultur minapadi memaksimalkan output buangan ikan dengan
memanfaatkannya langsung sebagai penyubur tanaman. Kemiripan lain, minapadi
juga memaksimalkan output ganda yang dihasilkan: petani memanen padi dan ikan
sekaligus.
Asal Anda tahu, praktek ini sudah berlangsung selama beberapa abad jauh
sebelum Amerika mengenal praktek aquaponik seperti yang populer saat ini. Allhasil,
jika melihat ciri-ciri penampakannya, ini bukan cuma mirip, tapi benar-benar saudara
tua mungkin simbah, buyut atau simbah canggahnya (orang tua kakek kita)
aquaponik! Tak diketahui kapan persisnya sejak kapan aquaponik Nusantara ini
menjadi praktek standar di negeri kita. Berdasarkan catatan dokumen kolonial, paling
tidak sejak abad 18 sistem minapadi telah diadopsi oleh sebagian petani kita, paling
banyak dipraktekkan di kawasan Jawa bagian barat (kini jadi Provinsi Jawa Barat).
Hingga 1980-an, bahkan sistem minapadi telah menjadi praktek umum yang mudah
ditemukan di wilayah tatar Sunda. Sehingga bukan hal kebetulan jika saat ini kita
menemukan banyak sekali warung dan restoran ikan darat di wilayah Jawa Barat.
Seorang ahli dalam sebuah seminar tentang aquaponik di Australia bahkan membuat
kesimpulan yang agak hiperbolik: di Jawa Barat setiap petani padi adalah peternak
ikan; sebaliknya setiap peternak ikan adalah petani padi. Kini praktek minapadi tak
cuma populer di wilayah tatar Sunda, tapi juga di berbagai titik di wilayah Indonesia.
Contohnya praktek yang dilakukan oleh sebagian petani di daerah Sleman,
Yogyakarta. Pada sistem ini, petani akan membuat parit yang lebih dalam di
sekeliling sawah atau dibuat melintang beraturan di tengah sawah.
Di kanal yang lebih dalam inilah ikan-ikan ngumpul, ngerumpi, mungkin sedang
pesta atawa arisan. Ikan-ikan ini doyan aneka jenis makanan yang tersedia melimpah
di perairan sawah: ganggang, hewan-hewan kecil, jentik nyamuk, tanaman-tanaman
air tertentu yang tumbuh dan hidup di sana. Mereka lalu menghasilkan sekresi (zat
buangan) berupa amonia, sejumlah bakteri tertentu akan mengubah ammonia menjadi
nitrite, bakteri yang lain lagi akan mengubah nitrite menjadi nitrate; dan walahh..
nitrat inilah yang akan diserap oleh tanaman sebagai pupuk yang kemudian diserap
oleh tanaman. Jadi bisa Anda lihat, fondasi sistem aquaponik dan minapadi pada
dasarnya mirip, yaitu siklus nitrogen yang dihasilkan kultur budidaya ikan di air
tawar.
Pada 1992, ia membangun sistem yang lebih besar yang hingga kini menjadi
pusat aktivitas pertaniannya. Proyeknya meliputi enam bak berukuran 5000 liter, yang
masing-masing terkoneksi dengan empat hingga enam bedengan. Tom menyebut
setiap bak sebagai node merujuk pada istilah yang digunakan pada ilmu jaringan
komputer, bidang yang dikuasainya. Tiap-tiap node terhubung dengan jumlah
bedengan yang berbeda-beda seperti node dalam jaringan yang menghubungkan
jumlah kompter yang berbeda-beda. Bagan Rancangan Sistem Speraneo Sistem
Speraneo sangat sederhana. Air yang bercampur buangan ikan langsung dialirkan ke
bedengan tanaman tanpa disaring atau di-filter terlebih dahulu, seperti sistem-sistem
yang banyak dikembangkan oleh kebanyakan peneliti atau pekebun komersial.
Kebanyakan sistem merujuk pada sistem hidroponik dan mengalirkan air yang sudah
disaring melalui jaringan pipa. Sistem kami melakukannya dengan lebih sederhana.
Kami hanya menumpahkan semuanya ke bedengan (tanpa penyaringan). Setiap
bedengan memuat kerakal setinggi 30 cm. Akar tanaman akan terpendam sekitar 7-10
cm. Air yang dialirkan akan bergerak mengikuti gaya gravitasi ke ruang yang tersisa
akhirnya tiba di bak penampungan. Dari bak penampungan air dipompa kembali ke
bak kolam ikan (lihat bagan). Bak kolam ikan yang bertindak node dalam Sistem
Speraneo. Bedengan kerakal yang bertindak seperti laiknya kompoter yang terhubung
ke node sistem jaringan. Bak penampung akhir sebelum air dipompa kembali ke
kolam. Melalui sistem yang sederhana ini tanaman akan memperoleh nutrien yang
mereka butuhkan. Kerakal dan media bedengan akan menyaring air. Bakteri yang
hidup di bedengan akan menghilangkan zat-zat beracun, ammonia dan nitrit, yang
berbahaya bagi ikan. Air yang kembali ke kolam bisa dibilang 90% murni kecuali
mungkin terkena campuran bakteri yang hidup di bedengan, katannya.
Aquaponik terdiri dari dari dua komponen penting yaitu tanaman dan ternak,
dalam hal ini adalah ikan. Metodenya, ekskresi dari ikan yang dipelihara akan
terakumulasi di air dan akan menjadi pupuk bagi tanaman. Air kemudian akan
bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. Di sini kami memelihara ikan lele dan
patin. Ikan ini nantinya juga akan bisa dimanfaatkan sebagai santapan atau dijual ke
warga, jelas Camat Tapos Muchsin Mawardi. Muchsin juga berharap aquaponik di
posyandu ini dapat menjadi pilot projek sarana edukasi bagi warga, karena saat ini
sudah banyak warga yang ingin mempelajari aquaponik ini. Hal tersebut karena
aquaponik merupakan jawaban dari kendala masyarakat yang ingin bercocok tanam
namun tidak memiliki lahan. Keterbatasan lahan bisa diakali dengan akuaponik, kami
akan terus kembangkan aquaponik ini. Kami juga akan melibatkan kelompok wanita
tani (KWT) dalam kegiatan budidaya ikan, ujarnya. Muchsin menambahkan, bahwa
posyandu melalui salah satu kelompok kegiatannya juga harus dapat meningkatkan
ekonomi warga melalui KWT. Melalui aquaponik ini, diharapkan tingkat ekonomi
warga dapat meningkat, karena terdapat dua bidang yang dapat dimanfaatkan, yaitu
tanaman sayur-sayuran dan ternak ikan. Selain di Posyandu Mawar ini, rencananya
semua posyandu Tapos juga akan menerapkan aquaponik ini, karena sejalan dengan
potensi di kecamatan tapos yaitu perikanan, jelasnya. (Rysko/Diskominfo)
Bab 9
BAHAN TANAMAN
Bahan tanam adalah bagian tanaman yang digunakan untuk memulai atau
mengawali budidaya tanaman. Benih menurut Undang-Undang RI No.12 Tahun 1992
tentang sistem budidaya tanaman ketentuan umum Pasal 1 (a) 4 mengatakan: “Benih
tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman”. Benih tanaman
yaitu biji, bibit, stek, entres dan planlet.
Secara agronomis, bahan tanam dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu benih
dan bibit. Benih adalah bahan tanam berupa biji, di mana merupakan hasil
penggabungan dua gamet yang terjadi setelah polinasi, yang telah mengalami
perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Polinasi
adalah perpindahan polen dari anther (benang sari) ke stigma (kepala putik). Berikut
perbedaan antara biji, benih dan bibit:
1. Biji : Bagian tanaman yang merupakan hasil dari pembuahan serbuk sari ke
putik yang dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
2. Benih : Tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak atau
mengembangan tanaman (Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992)
3. Bibit : Bagian tanaman (daun, batang, atau biji) yang telah berkembang yang
dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Biji terdiri dari 3 bagian, yakni kulit biji, endosperm, dan embrio. Perbanyakan
tanaman yang berasal dari biji disebut perbanyakan generatif. Perbanyakan generatif,
mengacu pada suatu pengertian perkawinan antara dua tanaman induk yang terpilih
melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan
menjadi buah dengan kandungan biji di dalamnya.
Keuntungan bahan tanam generatif antara lain, mudah untuk penanaman, tidak
memerlukan wadah atau tempat yang besar sehingga mudah didistribusikan dan dapat
disimpan dalam jangka waktu tertentu. Benih juga mudah dikembangkan menjadi
individu baru yang unggul, misal benih hibrida. Kelemahan perbanyakan generatif
adalah biji sebagai penggabungan dari dua gamet bisa mempunyai sifat yang tidak
sama dengan induknya.
1. Berkembang biak.
2. Makan dan minum.
3. Melakukan ekskresi.
4. Beradaptasi dgn lingkunagnnya.
Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak hidup,
misalnya udara, air, cahaya, dll. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam
pemenuhan kebutuhan manusia dan yang dapat mempengaruhi ekosistem
antara lain :
Tanah
Air
Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini
digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan
osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan
manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti
transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan
pelapuk.
Udara
Mineral
Keasaman [PH]
Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan
akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam
tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai
yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.\
Topografi
Garis Lintang
2) Biotik
a. Pengertian Faktor Biotik
Secara bahasa, biotik berarti hidup. Adapun dirunut dari istilahnya,
pengertian komponen biotik diartikan sebagai komponen-komponen
penyusun ekosistem yang berupa mahluk hidup. Beberapa contoh komponen
biotik misalnya hewan, tumbuhan, monera, fungi, virus, bakteri, dan
manusia. Komponen biotik berkembang biak dan bertahan hidup dalam
lingkungan abiotik.
b. Faktor-faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan,hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan
berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan
mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Faktor biotik ialah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di yang
ada bumi, baik tumbuhan maupun hewan.
Faktor biotik meliputi : Interaksi antar tumbuhan dalam komunitas, Interaksi
hewan dan tumbuhan dalam komunitas, dan Interaksi manusia dan tumbuhan.
Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus,seekor kucing,sebatang
pohon jambu, sebatang pohon kelapa, danseorang manusia. Dalammempertahankan
hidup, seti jenisdihadapkan pada masalah-masalah hidup yangkritis.Misalnya,seekor
hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diriterhadap musuh alaminya,
serta memelihara anaknya. Untukmengatasi masalahtersebut, organisme harus
memiliki strukturkhusus seperti : duri, sayap, kantung,atau tanduk. Hewan
jugamemperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuatsarang atau melakukan
migrasi yang jauhuntuk mencari makanan.Struktur dantingkah laku demikian disebut
adaptasi.
Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk
mempertahankan hidupnya.Contohnya adalah sebagai berikut.
-Kelenjar bau : Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara
menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi
untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah
laku.Contohnya sebagai berikut :
-Pura-pura tidur atau mati :Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati,
misalnya tupai Virginia.Hewanini seringberbaring tidak berdaya dengan mata
tertutup bila didekati seekoranjing.
Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu
disebutpopulasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada
tahun 1989berjumlah 2552 batang.
a) Faktor Tanaman/Tumbuhan
Pada daerah non irigasi, kompetisi antara gulma dan tanaman besar
dalam memperebutkan air. Koefisien transpirasi untuk Bermuda grass
(Cynodon dactylon) adalah 813, sedangkan untuk sorghum hanya 430.
Dengan membebaskan tanah dari gulma, dalam satu are tanah dengan
kedalaman 6 kaki, dapat dihemat 300-500 ton air. Di daerah yang
beririgasi, kompetisi terjadi dalam mendapatkan unsur hara.
Gulma di tanah yang bero menghabiskan kelembaban dan hara tanah. Di
samping itu gulma juga akan menutup saluran drainase dan menghalangi
aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian gulma hams dilakukan
untuk mendapatkan aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian
gulma harus dilakukan untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi.
b) Binatang/Hewan
c) Pengurai (dekomposer)
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang merubah
bahan-bahan organik dari organisme yang sudah mati menjadi
senyawa anorganik melalui proses dekomposisi. Contoh komponen
biotik ini misalnya jamur, bakteri, ganggang, cacing, dan lain
sebagainya. Beberapa pengurai yang menggunakan sisa bahan
organik hasil dekomposisi disebut juga detritivor. Contoh organisme
ini misalnya kutu kayu.
a) Komponen Autotrof
b) Komponen Heteretrof
Rantai makanan
Merupakan peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem
dengan urutan tertentu.
Jaring-jaring makanan
Merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan
dalam suatu ekosistem. Seperti contoh jaring-jaring makanan di
bawah ini terdiri dari 5 (lima) rantai makanan.
Piramida makanan
Merupakan gambaran perbandingan antara produsen, konsumen
I, konsumen II, dan seterusnya. Dalam piramida ini semakin ke
puncak biomassanya semakin kecil.
Arus energi
Merupakan perpindahan energi dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah. Yaitu dari sinar matahari lalu produsen, ke
konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II sampai pengurai.
Sedangkan mineral membentuk siklus. Energi yang dilepas
sangat kecil karena setiap organisme membutuhkan energi dalam
memenuhi kebutuhannya.
Siklus energi
Merupakan perpindahan zat dari tempat satu ke tempat yang
lainnya. Akhirnya akan kembali ke tempat zat itu berasal. Contoh
lihat siklus air di bawah ini!
1. Wujud
Semua benda abiotik dapat dibedakan wujudnya, yaitu padat, cair,
dan gas.
2. Bentuk
Semua benda abiotik memiliki bentuk yang dapat kita gunakan untuk
mengenalinya.
3. Warna
Selain bentuk, warna juga bisa menjadi sifat gejala alam abiotik,
sehingga dapat dibedakan dengan yang lainnya.
4. Ukuran
Ukuran benda abiotik dapat berupa ukuran panjang, berat, volume,
suhu, dan sebagainya.
5. Bau
Gejala alam abiotik dapat dicirikan berdasarkan baunya, misalkan zat
belerang mempunyai bau yang berbeda dengan air kotor.
6. Rasa
Beberapa benda abiotik dapat diketahui berdasarkan rasanya, yaitu
manis, asam atau netral.
7. Tekstur
Benda abiotik dapat juga dikenali dari teksturnya, yaitu halus atau
kasar permukaannya.
Bab 10.
Proses panen dan Pasca Panen
A. Pengertian Panen
Panen adalah sebagai proses mengumpulkan tanaman yang matang dari ladang.
Menuai adalah pemotongan biji-bijian atau padi untuk dipanen, biasanya
menggunakan sabit, sabit, atau mesin penuai. Pada arti pertanian yang lebih kecil
dengan mekanisasi minimal pemanenan adalah aktivitas padat karya pada musim
tanam.
Pada pertanian mekanis besar, panen menggunakan mesin pertanian yang paling
mahal dan canggih, seperti mesin pemanen gabungan (combine harvester).
Otomatisasi proses telah meningkatkan efisiensi proses pembibitan dan pemanenan.
1. Kematangan tanaman
2. Cuaca
3. Ketersediaan alat panen
4. Pemetik
5. Fasilitas pengepakan dan penyimpanan
6. Transportasi merupakan pertimbangan penting
C. Kriteria Panen
Salah satu kriteria yang disebutkan di atas adalah kematangan. Bisa dikatakan bahwa
menentukan waktu panen yang tepat yaitu menentukan “ kematangan” yang tepat dan
saat panen yang sesuai. Untuk jenis tanaman buah dan sayuran, ada beberapa metode
yang bisa dilakukan menentukan tingkat kematangan atau kemasakannya, antara lain:
Prinsipnya adalah buah ditusuk dengan suatu alat, besarnya tekanan yang
diperlukan untuk menusuk buah menunjukan ketegaran. Apabila tekanan
yang diperlukan semakin besar, buah akan semakin tegar, proses pengisian
buah sudah maksimal atau masak fisiologis dan siap di panen.
5. Melalui komputasi
1. Yang dihitung adalah jumlah dari suhu rata-rata harian selama satu siklus
hidup tanaman (derajad harian) mulai dari penanaman sampai masak
fisiologis.
2. Pada dasarnya terdapat korelasi positif antara suhu lingkungan dan
pertumbuhan tanaman.
3. Bisa diterapkan baik pada komoditas buah maupun sayuran.
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan
menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak
tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:
Arti dari pasca panen adalah sebuah tindakan yang dimulai dengan pemungutan
hasil bumi lalu kemudian diolah dengan cara tertentu hingga sampai tahap siap
dipasarkan.
Tindakan pasca panen bisa dimaknai dengan memproses hasil panen mulai dari proses
perontokan, pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
Dalam pasca panen juga harus ada tindakan-tindakan yang diperlukan yaitu
penanganan pasca panen.
Penanganan pasca panen merupakan sebuah tindakan lanjutan dari pasca panen.
Penanganan pasca panen adalah tindakan pengolahan hasil panen dengan tujuan akhir
untuk dipasarkan kepada konsumen.
Penanganan pasca panen bertujuan untuk menghasilkan produk yang aman dan siap
dikonsumsi. Pengolahan produk bisa dilakukan oleh industri maupun perorangan yang
tetap mengedepankan keamanan produk.
Penanganan pasca panen dimaksudkan untuk menjaga hasil panen dan lahan tetap
terjaga kondisinya.
Teknik penanganan sesuai prosedur akan membuat lahan tetap menjadi produktif
hingga masa tanam berikutnya. Alhasil pada penanaman periode berikutnya hasil
yang didapat sesuai dengan harapa
Penanganan pasca panen bertujuan untuk menghasilkan produk yang aman dan siap
dikonsumsi. Pengolahan produk bisa dilakukan oleh industri maupun perorangan yang
tetap mengedepankan keamanan produk.
Penanganan pasca panen dimaksudkan untuk menjaga hasil panen dan lahan tetap
terjaga kondisinya.
Teknik penanganan sesuai prosedur akan membuat lahan tetap menjadi produktif
hingga masa tanam berikutnya. Alhasil pada penanaman periode berikutnya hasil
yang didapat sesuai dengan harapan.
Dalam melakukan pasca panen, ada beberapa tahapan yang harus dilalui gunanya
untuk menjaga kualitas dan mutu produk tidak berubah.
Tindakan pasca panen yang sesuai akan menghasilkan komoditas yang super sehingga
memenuhi unsur-unsur keamanan produksi.
Tindakan pasca panen membutuhkan perhatian yang layak, salah-salah dapat
mengakibatkan kegagalan panen pada musim berikutnya.
a) Perontokan
Pada jenis tanaman tertentu, hasil yang didapat harus dirontokkan terlebih dahulu
untuk dapat digunakan.
Umumnya perontokan dapat dilakukan secara manual. Namun sekarang sudah
banyak tersedia perontokan menggunakan mekanik atau mesin.
b) Pengangkutan
Pengangkutan adalah sebuah proses memindahkan hasil bumi dari lading ke
tempat pengolahan selanjutnya, entah itu tempat pengeringan atau tempat
penyimpanan. Pengangkutan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara.
1. Fasilitas angkutannya
2. Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan
3. Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
4. Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.
c) Pengeringan
Proses pengeringan sangat diperlukan terutama untuk menjaga kualitas hasil
tanaman.
Pengeringan biasanya dilakukan untuk mengurangi kadar air yang masih
tersimpan pada buah tersebut. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah timbulnya
jamur atau cendawan lain.
d) Penyimpanan
Setelah dikeringkan, hasil olahan biasanya akan disimpan sampai waktu tertentu.
Metode penyimpanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, bergantung pada
kondisi lingkungan dan tempat.
Yang perlu diingat ketika menyimpan yaitu kadar air yang terdapat pada hasil
tanaman harus sesedikit mungkin.
a. Sifat hasil tanaman. Tanaman yang berasal dari daerah tropis umumnya
tidak tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin
umumnya tidak berada di bawah 12oC. Ketahanan terhadap temperatur
rendah dari berbagai bagian tanaman juga berbeda.
b. Hindari chilling injury. (Kerusakan hasil tanaman karena temperature
rendah). Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas
terhadap temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara
penyimpanan dan lama penyimpanan.
c. “Don’t break the cold-chains” Penyimpanan dingin dari suatu hasil
tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di tangan
konsumen.
e) Penggilingan
Beberapa komoditi membutuhkan penggilingan untuk memisahkan dari kulitnya.
Tindakan penggilingan bertujuan untuk mengeluarkan biji dari wadah yang
menutupinya. Proses penggilingan dapat dilakukan secara manual maupun secara
mekanik.
f) Grading (pengkelasan) dan standarisasi
- Hasil pertanian yang telah dipanen masih hidup, masih melakukan respirasi, dan
transpirasi, sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan harus selalu
memperhatikan hal ini.
- Sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat untuk
tiap komoditas akan berbeda.
- Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.
Besarnya perbedaan harga atau marjin pemasaran yang relatif besar masih
menjadi tantangan utama dalam pemasaran hasil pertanian.
b) Lelang
Bab 11
Persiapan Tanam
A. Benih Unggul
Bibit hasil seleksi secara buatan yang mempunyai sifat – sifat sesuai dengan
keinginan kita.Bibit hasil seleksi secara buatan yang mempunyai sifat – sifat
sesuai dengan keinginan kita.
B. Persemaian
a) Persemaian sementara
b) Persemaian Tetap
c) Sarana Persemaian
d) Media Persemaian
C. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan salah satu faktor terpenting yang perlu dilakukan dalam
memulai usaha budi daya. Persiapan lahan yang baik berpengaruh besar terhadap
produktivitas tanaman. Banyak penelitian menunjukkan dengan melakukan persiapan
lahan sebelum melakukan usaha budi daya bisa meningkatkan hasil panen hingga
30%.
Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk mengkondisikan lahan tempat budi daya
tanaman agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Persiapan lahan meliputi beberapa kegiatan, mulai dari
land clearing, pengolahan tanah, penggaruan lahan serta pemberian pupuk dasar.
D. Land Clearing
Land clearing adalah pembersihan lahan yang akan dijadikan area pertanaman. Ada
banyak cara yang biasa dilakukan petani untuk melakukan land clearing. Mulai dari
manual, mekanis hingga penggunaan bahan kimia seperti herbisida. Land clearing
dengan manual dilakukan dengan tangan manusia langsung dengan menggunakan alat
sederhana seperti cangkul, parang, dll. Sedangkan land clearing yang dilakukan
dengan mekanis dilakukan dengan menggunakan berbagai macam mesin pertanian
seperti traktor.
Selain memperbaiki tanah, pembersihan juga bertujuan memperlancar arus air dan
menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke petak sawah.
E. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan cara untuk memperbaiki kondisi fisik, kimia
maupun biologi tanah. Hal ini mutlak dilakukan oleh petani sebelum melakukan
penanaman bibit, karena dengan pengolahan tanah yang baik dan benar maka
proses penanaman akan lebih mudah dan tentunya itu baik sekali untuk benih
yang akan ditanam.
1. Pengolahan tanah primer dilakukan apabila lahan yang akan ditanami keras
atau berupa bongkahan serta terdapat gulma. Kedalaman pemotongan dan
pembalikan umumnya diatas 15 cm (>15 cm). Tanah dipotong kemudian
diangkat terus dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah
dapat terbenam di dalam tanah. Pembalikan tanah biasa dilakukan dengan
cangkul, garu, waluku, atau traktor dengan berbagai jenis bajak. Seperti bajak
singkal, bajak piringan, bajak rotary, bajak chisel, bajak subsoil, dan bajak
raksasa.
2. Pengolahan tanah sekunder (kedua) suatu cara pengolahan tanah dengan
kedalaman yang lebih dangkal (<15 cm) serta hasil olahannya sudah halus
dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami). Pengolahan
tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah
yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Alat yang bisa digunakan
untuk melakukan pengolahan tanah kedua ini adalah garu, land roller (perata
tanah), dan alat lainnya.
F. Penggaruan Tanah
Penggaruan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau traktor dengan
tujuan untuk menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah yang keras, sehingga struktur
dan tekstur tanah memungkinkan untuk ditanami.
G. Pemupukan Lahan
Pemupukan lahan bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah agar tanah
menjadi lebih subur dan dapat mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara.
Dengan begini pertumbuhan tanaman lebih optimal. Pemupukan yang diberikan lebih
awal bisa merangsang perkembangan akar lebih dalam.
Pemupukan awal ini biasa disebut dengan pemupukan dasar. Jika tanah diketahui
bereaksi asam, maka petani diwajibkan untuk menaburkan kapur dolomit di lahan
pertanian untuk menaikkan pH tanah. Pupuk yang biasa dijadikan sebagai pupuk
dasar adalah pupuk kandang, urea, SP36, dll sesuai dengan kebutuhan komoditas yang
ingin ditanam.
Semua tahapan persiapan lahan pertanian ini, biasanya membutuhkan waktu 16-18
hari tergantung pada lahan yang akan dikelola