Anda di halaman 1dari 148

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1. DASAR TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN


A. Dasar Teknik Budidaya Tanaman
B. Cakupan Dasar-dasar Teknik Budidaya Tanaman
C. Sejarah Perkembangan Budidaya Tanaman
1. Hal Pokok Budidaya tanaman
2. Ciri teknik budidaya Modern
D. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

BAB 2. VARIETAS UNGGUL


A. Verietas Unggul
B. Hibridasi
C. Mutasi
D. Poliploidi
E. Kultur Jaringan

BAB 3. TANAH SEBAGAI MEDIA TANAM


A. Tahap Pembentukan Tanah
B. Sistem Pengolahan Tanah
C. Pengaruh Penggunaan Media Tanah Terhadap Tanaman
D. Sistem dan Cara Pengolahan Tanah

BAB 4. FOTOSINTESIS
A. Fotosintesis
B. Proses Fotosintesis
C. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Proses Fotosintesis
D. Sejarah Penemuan Fotosintesis
BAB 5. UNSUR HARA DAN MACAM-MACAM TANAH
A. Kesuburan Tanah
B. Tanah Pertanian
C. Evaluasi Kesuburan Tanah Pertanian
D. Metode SAW (Simple Additive Weighting
E. Krakteristik Tanah Pertanian
1. Tanah Litosol
2. Tanah Latosol
3. Tanah Organosol
4. Tanah Grumusol
5. Tanah Regosol
6. Tanah Alluvial
Bab 6. METABOLISME PADA TANAMAN
A. Pengertian Metabolisme pada Tanaman
B. Anabolisme
1. Fotosintesis
2. Proses-proses dalam Fotosintesis
1) Reaksi Terang
2) Skema Z
3) Fotolisis Air
4) Reaksi Gelap
a. Siklus Calvin-Benson
b. Siklus Hatch-Slack
C. Katabolisme
1. Respirasi
2. Pertukaran gas pada respirasi
3. Faktor yang mempengaruhi proses respirasi
4. Garis besar respirasi
1) Glikolisis
2) Fermentasi
3) Daur kreb
4) Rantai respirasi
Bab 7. PERSIAPAN LAHAN TANAM
A. Persiapan lahan tanam
B. Tanah
C. Lahan
D. Maksud dan Tujuan
E. Primary Tillage
F. Secondary Tillage
G. Intensitas Pengolahan Tanah
1. No tillage (Tanpa Olah Tanah / TOT)
2. Minimum tillage (pengolahan lahan secara minimal)
3. Maximum tillage (pengolahan lahan secara maksimal)
Bab 8. PERANAN TEKNOLOGI DALAM TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
A. Vertikultur
1. Vertikultur
2. Tujuan Teknik Vertikultur
3. Kelebihan penerapan Teknik Vertikultur
4. Bentuk-bentuk Veltikultur
5. Media tanam yang digunakan dalam Teknik Vertikultur
6. Jenis Tanaman yang Dibudidayakan dengan Teknik Vertikultur
7. Langkah-langkah dalam melakukan penanaman dan pemeliharaan
dengan teknik vertikultur
B. Silvikultur
1. Silvikultur
2. Tujuan sistem budidaya hutan
3. Fungsi dan Tahap Silvikultur

1) Kontrol
2) Fasilitas
3) Perlindungan
4) Fungsi penyelamatan
4. Sistem Silvikultur
1) TPTI – Tebang Pilih Tanam Indonesia
2) TPTJ – Tebang Pilih Tanam Jalur
3) TR – Tebang Rumpang
4) THPB – Tebang Habis Permudaan Buatan

5. Dasar Pelaksanaan Sistem Silvikultur


6. Inti Sistem Silvikultur

1) Permudaan
2) Perawatan Hutan

7. Program Studi Silvikultur

1) Dendrologi

1) Perencanaan Pembangunan Hutan Tanaman


2) Pemantauan Kesehatan Hutan
3) Manajemen Pengendalian Kebakaran Hutan

2) Ekologi Hutan
3) Silvika
4) Perlindungan Hutan
5) Praktik Pengenal Ekosistem Hutan
6) Syn-Ekologi Hutan
7) Ekologi Jenis Pohon Tropik
8) Pengaruh Hutan
9) Pengelolaan Nutrisi Hutan
10) Silvikultur
11) Genetika Hutan
12) Dasar Pemuliaan Pohon
13) Teknologi Perbanyakan Tanaman Hutan
14) Hama Hutan
15) Penyakit Hutan
16) Kebakaran Hutan dan Lahan
17) Silvikultur Hutan Alam
18) Agroforestri
19) Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu
20) Dasar Fisiologi Hutan
21) Dasar Mikrobiologi Hutan
22) Ilmu Tanah
23) Silvikultur Hutan Tanaman
24) Dasar Reklamasi Pasca Tambang dan Restorasi Hutan
25) Kualitas Tempat Tumbuh
26) Konservasi Tanah dan Air

C. Hidroponik
1. Apa Itu Hidroponik
2. Pengertian Hidroponik
3. Sejarah Hidroponik
4. Perkembangan Hidroponik di Indonesia
5. Peluang Bisnis Hidroponik di Indonesia
6. Perusahaan Hidroponik di Indonesia
7. Permasalahan Hidroponik di Indonesia
1) Listrik 24 Jam
2) Daun yang Rusak
3) Konsenstrasi Larutan
4) Debit Air
5) Lumut yang Muncul di Selang Plastik
8. Hidroponik Terbesar di Indonesia
1) Waroeng Hidroponik
2) Golden Farm 99
3) Hidroponik Net
4) Amazing Farm
9. Jenis Tanaman Hidroponik di Indonesia yang Bernilai Tinggi
1) Selada
2) Sayuran Berdaun Hijau
3) Buah-Buahan
4) Timun
D. Aeroponik
1. Pengertian Aeroponik
2. Kelebihan dan Kekurangan Aeroponik
1) Kelebihan Aeroponik
a. Hemat air
b. Tak perlu mengolah lahan
c. Tahan hama dan gulma
d. Tidak mengenal musim
e. Lebih cepat panen
2) Kekurangan Aeroponik
a. Biaya cukup mahal
b. Sulit mendapatkan komponen
c. Bergantung pada listrik
3. Contoh Tanaman Aeroponik
4. Cara Membuat Aeroponik
1) Siapkan Alat dan Bahan
2) Rakit Pipa PVC agar Menjadi Kerangka Dasar Instalasi
3) Rakit Pipa PVC agar Menjadi Kerangka Instalasi Pengabutan
Nutrisi
4) Mulai Menanam
E. Akuaponik
1. Pengertian Akuaponik
2. Kelebihan dan Kekurangan Akuaponik
1) Kelebihan Akuaponik
a. Menghasilkan dua produk sekaligus
b. Hemat Lahan
c. Hemat Air
d. Atur Sesuai Kebutuhan
e. Hasilkan Produk Pertanian Organik

2) Kekurangan Akuaponik
a. Biaya Instalasi yang Mahal
b. Bergantung pada Listrik
c. Perawatan Ekstra
3. Contoh Tanaman Akuaponik
1) Kangkung
2) Selada
3) Cabai
F. Perbedaan Hidroponik dan Akuaponik
Bab 9. BAHAN TANAMAN
A. Pengertian dan Macam-macam Bahan Tanaman
B. Pengaruh faktor Abiotik dan Biotik Terhadap Lingkungan
1) Abiotik
a. Pengertian Faktor Abiotik
b. Macam-macam Komponen Abiotik
a) Tanah
b) Suhu
c) Cahaya matahari
d) Air
e) Udara
I. Nitrogen
II. Oksigen dan Karbondioksida
III. Angin dan Kelembaban
f) Mineral
g) Ph
h) Kadar Garam
i) Topografi
j) Garis Lintang

2) Biotik
a. Pengertian Faktor Biotik
b. Faktor-faktor Komponen Biotik
c. Faktor Biotik Terhada Pertumbuhan Tanaman
a) Faktor Tanaman?Tumbuhan
b) Binatang/Hewan
d. Macam-macam Komponen Biotik
a) Organisme Autotrof (Produsen)
b) Organisme Heterotrof (Konsumen)
c) Pengurai (Dekomposer)
e. Komponen Biotik Berdasarkan Tingkat Trofik dan Nutrisi
a) Komponen Autotrof
b) Komponen Heterotrof
I. Herbivora
II. Karnivora
III. Omnivora
IV. Dekomposer
V. Parasit
VI. Detrivitor
f. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik
a) Hubungan Antara Komponen Biotik dan Abiotik
b) Hubungan Antara Komponen Biotik dan Biotik
g. Contoh Hubungan Biotik dan Abiotik
a) Contoh Hubungan Biotik Dengan Abiotik
h. Contoh Gejala alam Biotik dan Abiotik
a) Gejala Alam Biotik
b) Gejala Alam Abiotik

Bab 10. PROSES PANEN DAN PASCA PANEN


A. Pengertian Panen
B. Faktor Yang Menentukan Waktu Panen
C. Kriteria Panen
a) Melalui Indikator Visual
b) Fisik
c) Fisiologis
d) Melalui analisis kimia
e) Melalui Komputasi

D. Penanganan Segera Setelah panen


a) Pengeringan (Drying)
b) Pendinginan Pendahukuan (Precooling)
c) Pemulihan (Curing)
d) Pengikatan (Bunching)
e) Pencucian (Washing)
f) Permbersihan (Cleaning, Trimming)
g) Sortasi
E. Pengertian Pasca Panen
F. Tujuan dilakukan Kegiatan Pasca Panen
G. Tahapan Pasca Panen
a) Perontokan
b) Pengangkutan
1. Faktor Yang Perlu Diperhatikan
c) Pengeringan
d) Penyimpanan
1. Tujuan
2. Prinsip dari Perlakuan Penyimpanan
3. Cara Memperpanjang Masa Penyimpanan
4. Faktor Yang Berpengaruh Pada Keberhasilan Penyimpanan
e) Penggilingan
f) Grading dan Strandarisasi
H. Prinsip Dasar Dari Penangan Panen Yang Baik
I. Jenis Kerusakan Produk Pertanian Pasca Perlakuan Panen
J. Pemasaran Hasil Pertanian
a) Membentuk Koperasi Agribisnis
b) Lelang
c) Menjalin Hubungan Dengan Konsumen
d) Dukungan Perbankan Daerah

Bab 11. PERSIAPAN TANAM

A. Benih Unggul
B. Persemaian
a) Persemaian Sementara
1. Keuntungan
2. Kerugian
b) Persemaian Tetap
1. Keuntungan
2. Kerugian
c) Sarana Persemaian
d) Media Persemaian

1. Media persemaian berbentuk tray


2. Media persemaian berbentuk polybag
3. Media persemaian berbentuk cetak
4. Media persemaian berbentuk bedengan

e) Bagian-bagian Penting Dari Persemaian

C. Persiapan Lahan
D. Land Clearing
E. Pengolahan Tanah
1. Tahap Pengolahan Tanah
2. Manfaat pengolahan Tanah
F. Penggaruan Lahan
G. Pemupukan Lahan
BAB 1
Dasar Teknik Budidaya Tanaman
A. Pengertian Dasar Teknik Budidaya Tanaman
Istilah teknik budidaya tanaman diturunkan dari pengertian kata-kata teknik,
budidaya, dan tanaman. Teknik memiliki arti pengetahuan atau kepandaian membuat
sesuatu, sedangkan budidaya bermakna usaha yang memberikan hasil. Kata tanaman
merujuk pada pengertian tumbuh-tumbuhan yang diusahakan manusia, yang biasanya
telah melampaui proses domestikasi. Teknik budidaya tanaman adalah proses
menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan
sumberdaya tumbuhan. (Chairani Hanum, 2008).

B. Cakupan Dasar-dasar teknik budidaya tanaman


Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan.
Budidaya berdasarkan objek budidayanya:
1. Budidaya tanaman dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang
diolah secara intensif.
2. Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan
yang setengah liar. (Yuliyanto, 2003)
Budidaya tanaman memiliki dua ciri penting yaitu: Selalu melibatkan barang
dalam volume besar dan Proses produksinya memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua
ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi.

C. Sejarah Perkembangan Budidaya Tanaman


Sejarah Perkembangan Budidaya Tanaman Pertanian Dunia Tindak Budidaya
Tanaman Kegiatan pertanian (budidaya tanaman) merupakan salah satu kegiatan yang
paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para
ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang
sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah “bulan sabit yang subur” di
Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus
memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang
pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia,
terutama gandum, kurma dan polong-polongan pada daerah tersebut. Pada saat itu,
2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini
banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian.
Budidaya tanaman telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan
batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-
bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan
terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan. Teknik
budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara
belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke Timur (hingga Asia Timur dan Asia
Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet)
dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi.Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal
budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea
sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan
tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda. Budidaya sayur-
sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuno
(4000 tahun SM) dan Yunani Kuno (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya
anggur dan zaitun. Teknik budidaya tanaman pada zaman dahulu tidak
dikelompokkan kedalam teknik budidaya, karena pada saat itu belum melakukan
tindak budidaya tanaman, karena sifatnya masih mengumpulkan dan mencari bahan
pangan.
Suatu kegiatan dimasukkan ke dalam tindak budidaya dikatakan apabila telah
melakukan 3 hal pokok yaitu:

1. Melakukan pengolahan tanah

2. Pemeliharaan untuk mencapai produksi maksimum

3. Tidak berpindah-pindah

Pada umumnya kegiatan budidaya tanaman terkait dengan tingkat pengetahuan


manusia pada masa itu. Relevansi dari peradaban tersebut terwujud pada kesadaran
untuk melaksanakan tindak budidaya. Tindak awal dari dimulainya teknik budidaya
dimulai dengan menetapnya seorang peladang menempati suatu areal pertanaman
tertentu.

Teknik budidaya yang sudah maju ditandai oleh adanya:

1. Lapang produksi

2. Pengelolaan yang berencana

3. Memiliki minat untuk mencapai produksi maksimum dengan menerapkan


berbagai ilmu dan teknologi.

Tingkatan teknik budidaya tanaman berjenjang dari yang paling sederhana


sampai yang maju/canggih. Nilai kegiatan budidaya tersebut tergantung pada tingkat
ketiga dari teknik budidaya.
Tingkatan tindak budidaya tanaman dicerminkan juga oleh tingkatan pengelolaan
lapang produksi. Pengelolaan yang paling sederhana sampai pengelolaan yang paling
maju, yaitu teknik budidaya yang telah melakukan pengelolaan terhadap unsur iklim,
air, tanah dan udara. Pada kelompok ini pelaku budidaya telah dapat mengestimasi
produksi maksimumnya dan panen yang tepat waktu.
Sebagaimana diketahui ketepatan saat panen sangat menentukan nilau jual suatu
produk. Intensifikasidalam pengelolaan lapang produksi diikui juga oleh
meningkatnya sarana agronomi baik bahan atau jasa.

D. Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan (growth) dapat diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif
selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah
besar ataupun bertambah berat tanaman atau bagian tanaman akibat adanya
penambahan unsurunsur struktural yang baru Peningkatan ukuran tanaman yang tidak
akan kembali sebagai akibat pembelahan dan pembesaran sel.
Misalnya : dalam ukuran sel, jaringan, organ (Yuliyanto, 2003)
Perkembangan (development) diartikan sebagai Proses perubahan secara kualitatif
atau mengikuti pertumbuhan tanaman/bagianbagiannya, proses hidup yang terjadi di
dalam tanaman yang meliputi pertumbuhan, diferensiasi sel, dan morfogenesis.
Misalnya : perubahan dari fase vegetatif ke generatif (Yuliyanto, 2003)
Aspek budidaya meliputi tiga aspek pokok, yaitu:
1) Aspek pemuliaan tanaman
2) Aspek fisiologi tanaman
3) Aspek ekologi tanaman
Ketiga aspek ini merupakan suatu gugus ilmu tanaman (crop science) yang
langsung berperan terhadap budidaya tanaman dan sekali gus terlihat pada produksi
tanaman. Hasil pemuliaan tanaman, berupa varietas yang memiliki berbagai sifat
unggul. Akan tetapi sifat unggul ini hanya akan muncul bila teknik budidaya yang
dilakukan sesuai dengan sifat yang diinginkan varietas unggul tersebut. Dengan kata
lain keberhasilan dalam penggunaan varietas unggul sangat tergantung pada
bagaimana pelaku budidaya telah melakukan tindak budidayanya secara benar
(Chairani Hanum, 2008).
Kegiatan budidaya tanaman itu sendiri mengandung 3 faktor utama yaitu:
a) Tanaman
b) Lingkungan tumbuh atau lapang produksi dan teknik budidaya atau
pengelolaan.
c) Produk tanaman Tanaman pertanian adalah tumbuhtumbuhan yang dikelola
manusia pada batas tingkat tertentu.
Jumlah spesies yang termasuk kedalam tanaman pertanian ini cukup banyak
mencapai 20.000 spesies lebih. Meningkatnya peradaban dan kebudayaan manusia
serta pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan akan menambah jumlah
spesies yang termasuk ke dalam tanaman pertanian. Tanaman mengalami dua tahap
perkembangan yaitu tahap perkembangan vegetatif dan reproduktif. Tahap
perkembangan vegetatif meliputi perkecambahan benih, pemunculan dan
pertumbuhan bibit dan menjadi tanaman dewasa. Sedangkan tahap perkembangan
reproduktif meliputi pembentukan bunga, pembentukan, pemasakan dan pematangan
biji. Lingkungan tumbuh tanaman dapat digolongkan ke dalam lingkungan abiotik
berupa tanah atau medium/substrat lainnya dan iklim atau cuaca dan lingkungan
biotik berupa makhluk hidup lainnya. Tanah atau medium/substrat merupakan
pemasok hara dan air yang diperlukan tanaman selain sebagai tempat hidup
komponen biotik, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Iklim terdiri
dari unsur/unsur seperti udara, angin, suhu, kelembaban udara, cahaya matahari, dan
hujan. Lingkungan biotik meliputi hama, penyakit dan gulma yang merugikan dan
makhluk lainnya yang menguntungkan tanaman.(Chairani Hanum, 2008)

BAB II
VARIETAS UNGGUL

A. Pengertian Varietas Unggul


Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih
keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama, tahan terhadap
penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk baik, dan atau sifat-sifat
lainnya serta telah dilepas oleh pemerintah (BBPADI, 2015)

B. Hibridasi
Hibridisasi adalah perkawinan antarspesies, suku, ras atau varietas tanaman yang
bertujuan untuk memperoleh organisme yang diinginkan. Hibridisasi buatan bertujuan
untuk menambah keragaman genetik baru dalam jumlah banyak dan menghasilkan
kombinasi genetik dari tetua-tetua yang digunakan dalam persilangan, contohmya:
Hibridasi ubi kayu (Kartika Noerwijati, Sholihin, dan Titik Sundari, 2011)

C. Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA),
baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi
pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah
pada munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi
mengenai munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Istilah mutasi petama kali
digunakan oleh Hugo de Vries, untuk mengemukakan adanya perubahan fenotipe
yang mendadak pada bunga Oenothera lamarckiana dan bersifat menurun. Ternyata
perubahan tersebut terjadi karena adanya penyimpangan dari kromosomnya. Seth
wright juga melaporkan peristiwa mutasi pada domba jenis Ancon yang berkaki
pendek dan bersifat menurun. Penelitian ilmiah tentang mutasi dilakukan pula oleh
Morgan (1910) dengan menggunakan Drosophila melanogaster (lalat buah). Akhirnya
murid Morgan yang bernama Herman Yoseph Muller berhasil dalam percobaannya
terhadap lalat buah, yaitu menemukan mutasi buatan dengan menggunakan sinar X
(Anonim, 2009).

D. Poliploidi
Poliploidi merupakan suatu kondisi dimana makhluk hidup tertentu memiliki
lebih dari dua perangkat kromosom (Ayala, dkk., 1984 dalam Firdaus, 2002).
Keadaan ini terjadi akibat adanya induksi poliploidasi. Pada umumnya tiap organisme
mempunyai dua perangkat kromosom (diploid). Akan tetapi, tidak ditutup
kemungkinan akan terjadinya perubahan perangkat kromosom menjadi lebih dari dua
perangkat kromosom disebut poliploid, sedangkan organisme yang mengalami
perubahan perangkat kromosom menjadi satu perangkat kromosom disebut
monoploid atau haploid.
Menurut Wilkins dan Gosling (1983 dalam Firdaus, 2002), poliploidi merupakan
salah satu bentuk mutasi kromosom dan dapat digunakan sebagai pengendali
kelamin(sex control) suatu organisme, pembentuk galur murni, dan penghasil ikan
yang steril (Chao, dkk., 1986 dalam Firdaus, 2002). Tipe-tipe poliploidi dibedakan
berdasarkan jumlah perangkat kromosom yang dibentuk, contohnya triploid,
tetraploid, pentaploid, dan seterusnya. https://www.slideshare.net/afifauliya/poliploidi

E. Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti protoplasma, sel, jaringan, organ serta menumbuhkannya dalam kondisi
aseptik sehingga bgaian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman utuh kembali (Gunawan, 1995 dalam Vida Nofrianinda, dkk., 2017).
Sel, jaringan dan organ tanaman ditumbuhkan dalam suatu lingkungan yang
terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas mikroorganisme (Santoso dan
Nursandi, 2003 dalam Vida Nofrianinda, dkk., 2017). Perbanyakan tanaman melalui
kultur jaringan sangat berbeda dibandingkan dengan perbanyakan secara
konvensional karena perbanyakan melalui kultur jaringan memungkinkan
perbanyakan tanaman dalam skala besar dengan waktu yang relatif lebih cepat
(Santoso dan Nursandi, 2002 dalam Vida Nofrianinda, dkk., 2017). Teknik kultur
jaringan menekankan linkungan yang sesuai agar eksplan dpat tumbuh dan
berkembang. Lingkungan yang sesuai akan terpenuhi bila media yang dipilih
mempertimbangkan segala sesuau yang dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu faktor
penentu keberhasilan pelaksanaan kerja kultur jaringan adalah pemberian nutrisi
dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada medium kultur. Medium yang
dipergunakan pada kultur in vitro tumbuhan ada bermacam-macam. Pemilihan
medium tergantung pada jenis tanaman yang digunakan, selera, tujuan serta
perhitungan masing-masing peneliti (George Z. Sherrington, 1984 Dalam Indrianto,
A, 2002).

BAB III
TANAH SEBAGAI MEDIA TANAM

A. Pengertian dan Tahap Pembentukan Tanah


Tanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu mintakat (zone)
yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose) berupa pecahan dan lapukan
batuan (rock) bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan mineral, tumbuhan
dan hewan, tanah bukan suatu wujud tedas (distinct). Di dalam pedosfer terjadi
tumpang-tindih (everlap) dan salingtindak (interaction) antar litosfer, atmosfer,
hidrosfer, dan biosfer. Maka tanah dapat disebut gejala lintas-lintas antar berbagai
gejala alam permukaan bumi. Sifat tanah beragam ke arah samping (lateral) dan ke
arah cacak (vertical) menuruti keragaman faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pembentukan tanah. Tampakan tanah yang berkaitan dengan pola
agihan cacak sifat-sifat tanah (vertical distribution pattern of soil properties) disebut
morfologi tanah. Bidang irisan tegak sepanjang tubuh tanah, yang menampakkan
morfologi tanah, disebut profil tanah. Profil tanah dipergunakan mengklasifikasikan
tanah. Pola agihan menyamping sifat-sifat tanah dipergunakan memilahkan daerah
bentangan kelas-kelas tanah dalam pemetaan tanah (Tejoyuwono Notohadiprawiro,
2006).
B. Sistem Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah terdiri dari olah tanah konservasi dan olah tanah intensif. Pada
sistem olah tanah kenservasi, tanah diolah seperlunya saja disekitar lubang tanam dan
pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (dibesik); gulma yang mati dapat
dijadikan bahan organik tanah. Apabila cara manual kurang efektif, pengendalian
gulma dapat dilakukan dengan aplikasi herbisida. Sedangkan pengolahan tanah
intensif adalah pencangkulan sedalam 15-20 cm. Hal ini dapat memberikan
lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman, yaitu struktur tanah menjadi remah dan
dapat mengendalikan pertumbuhan gulma sehingga diperoleh hasil yang tinggi
tetapihal ini dapat menyebabkan tanah lebih terbuka dan mudah tererosi,sehingga
meningkatkan degredasi lingkungan dan menurunkan produktivitas tanah (Utomo,
1995).

C. Pengaruh Penggunaan Media Tanah Terhadap Tanaman


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syaputra (2012) menunjukan bahwa
produksi jagung tertinggi terdapat pada sistem olah tanah minimum yaitu 5,89 t ha-1,
sedangkan produksi jagung terendah pada sistem olah tanah intensif sebesar 4,38 t ha-
1. Peningkatan produksi tanaman pada olah tanah minimun dibandingkan olah tanah
intensif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya meningkatnya ketersediaan air
tanah dan dapat ditekannya kehilangan hara karena erosi. Namun demikian terdapat
beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa olah tanah sempurna (OTS)
mampu menghasilkan produksi tanaman jagung lebih tinggi dibandingkan olah tanah
minimum (OTM). Hal tersebut dibuktikan pada penelitian Azwir (2012) OTS
menghasilkan produksi jagung 7,22 t ha-1, sedangkan pada OTM sebesar 6,96 t ha-1.
Efisiensi dalam pengolahan tanah dapat dilihat dari waktu,tenaga, dan biaya yang
diperlukan. Olah tanah minimum dapat menghemat waktu dalam persiapan lahan,
menguraingi jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan pada akhirnya biaya yang
dikeluarkan dapat ditekan sehingga meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan
pengolahan intensif atau sempurna dengan mencangkul danmebajak sampai gembur
dan bersih tidak hanya berakibat buruk terhadap peningkatandegradasi tanah tetapi
juga memerlukan banyak tenaga kerja dan biaya dalam proses persipanlahan tanam
(Azwir, 2012).
D. Sistem dan Cara Pengolahan Tanah
Kadar humus dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik yang
berasal dari pupuk kandang untuk mendorong populasi mikroba di dalam tanah
menjadi jauh lebih banyak dibandingkan jika yang diberikan pupuk kimia buatan
(Lingga, 1998 dan Sunanto, 2002). Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat
penting dan diperlakukan dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Sekitar 85-90% dari bobot segar sel-sel dan jaringan
tanaman tinggi adalah air berfungsi sebagai pelarut hara, penyusun protoplasma,
bahan baku fotosintesis dan lain sebagainya (Bayu Adi Kurniawan, 2014).
Kekurangan dari penggunaan pupuk kandang sendiri adalah terakumulasinya mineral
tembaga dan seng yang berasal dari suplemen mineral pada pakan di dalam kompos
yang dibuat dari pupuk kandang dan dapat mengontaminasi rantai makanan(Anonim,
2002). Kemudian tanah yang berstuktur ramah sangat baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, karena di dalamnya mengandung bahan organik yang
merupakan sumber ketersediaan hara bagi tanaman (Dwidjoseputro, 1998). Sementara
kelemahan dari penggunaan media tanah adalah menjadi tempat hidup biota yang bisa
merugikan tanaman, pengolahannya memakan biaya yang besar, tanah dijaman
sekarang yang sulit di dapat apalagi di kota-kota besar(Ni Gusti Ketut Roni, 2015 ).

BAB IV
FOTOSINTESIS

A. Pengertian Fotosintesis
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Cahaya matahari merupakan salah faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman
karena tidak semua tanaman memerlukan intensitas cahaya yang sama dalam proses
fotosintesis. Fotosintesis adalah reaksi penting pada tumbuhan yang berfungsi
mengkonversi energi (cahaya) matahari menjadi energi kimia yang disimpan dalam
senyawa organik (Campbell & Reece, 2008. Cahaya matahari diperlukan tanamaan
sebagai sumber energi untuk menjalankan 2 tahapan reaksi pada fotosintesis yaitu
reaksi terang atau (light dependent reaction/LDR) yang terjadi di tilakoid dan siklus
Calvin atau (light independent reaction/LIR) yang terjadi di stroma.
Perubahan intensitas cahaya dapat merubah LDR dan LIR sehingga tanaman
perlu melakukan penyesuaian agar proses fotosintesisi tetap efisien. Penyesuaian
tanaman dalam menhadapi perubahan intensitas cahaya dilakukan anatara lain melalui
efisiensi penyerapan foton, pengaturan reaksi fotosintem II (PS II) dan fotosintesis
(PS I) serta fiksasi karbon (Neri et al, 2003). Diantara ketiga jenis reaksi yang terjadi
di dalam kloroplas tersebut, efisiensi penyerapan foton dan pengaturan PS II dan PS I
menjadi tahap penting karena penyerapan foton menjadi dasar terbentuknya ATP dan
glukosa sebagai produk akhir fotosintesis.

B. Proses Fotosintesis
Fotosintesis Salah satu proses kehidupan tanaman ialah fotosintesis yang
merupakan proses biokimia untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi), dimana
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dibawah pengaruh cahaya diubah ke dalam
persenyawaan organik yang berisi karbon dan kaya energi. Fotosintesis merupakan
salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2
diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Reaksi dalam
fotosintesis yang menghasilkan glukosa ialah sebagai berikut : 6H2O + 6CO2 +
cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2 Glukosa digunakan untuk membentuk senyawa
organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini
berlangsung melalui respirasi seluler. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi
seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan
senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air,
dan energi kimia. Organ utama tumbuhan tempat berlangsungnya fotosintesis adalah
daun. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil yang
memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut
kloroplas, dimana fotosintesis berlangsung tepatnya pada bagian stroma. Meskipun
seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun
sebagian besar energi dihasilkan di daun. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis
dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu reaksi terang (karena memerlukan
cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon
dioksida) (Salisbury & Ross 1995). Reaksi terang Reaksi terang adalah proses untuk
menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses
diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil
menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan
merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau
akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa
daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada
gelombang cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Hal ini karena panjang
gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya
akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat reaksi. Tumbuhan
memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem
yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang
menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I
700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II,
membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor
elektron. Energi dari elektron digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan
ATP, yaitu satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II
mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada
tumbuhan kekurangan elektron dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang
terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air adalah elektron dan
oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon
dioksida. Pada saat yang bersamaan dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga
mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai
transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH. Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses
biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang
mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula
seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada
tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa
cahaya). Beberapa faktor yang menentukan laju fotosintesis ialah intensitas cahaya,
konsentrasi karbon dioksida, suhu, kadar air, kadar fotosintat (hasil foto sintesis), dan
tahap pertumbuhan tanaman. Perbanyakan tanaman dalam lingkungan fotoautotrof
secara invitro mempunyai berbagai keuntungan, antara lain kemudahan dalam
pengawasan lingkungan fisik, meningkatkan multiplikasi, meningkatkan persentase
planlet yang hidup, menekan kontaminasi, dapat diterapkan pada wadah kultur yang
besar dan dapat mengurangi biaya produksi (bahan-bahan kimia). Dalam masa
aklimatisasi, planlet hasil perbanyakan dalam keadaan auototrof atau fotoautotrof
lebih mampu bertahan hidup, karena sejak dalam botol kultur tanaman sudah mulai
menjalankan fungsinya, antara lain dalam proses fotosintesis dan respirasi, sehingga
lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan hidup tanaman yang sebenarnya. Bagian
tanaman (eksplan) kentang yang dikulturkan secara in-vitro ialah pucuk ketiak dan
tanaman lengkap hasil regenerasi dalam kultur invitro disebut planlet. Perlakuan yang
diberikan ialah perbedaan suhu pada periode terang dan periode gelap serta intensitas
cahaya tinggi (7000 lux) dan intensitas cahaya rendah (3000 lux) Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari dan mengetahui respon pertumbuhan
tanaman (eksplan) kentang yang dikulturkan secara in-vitro dalam kondisi lingkungan
fotoautotrof. terhadap proses fotosintesis yang terjadi.

C. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Proses Fotosintesis


Fotosintesis merupakan suatu proses metabolisme dalam tanaman untuk
membentuk karbohidrat yang menggunakan CO2 dari udara bebas dan air dari dalam
tanah dengan bantuan cahaya dan klorofil (Salisbury dan Ross, 1992). Fotosintesis
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
meliputi perbedaan antara spesies, pengaruh umur daun, dan pengaruh laju translokasi
fotosintat. Faktor lingkungan meliputi ketersediaan air, ketersediaan CO2, pengaruh
cahaya, serta pengaruh suhu (Lakitan, 2007). Pembentukan klorofil dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor genetik tanaman, intensitas cahaya, oksigen, karbohidrat,
unsur hara, air, dan temperatur (Dwijoseputro, 1992). Daun merupakan organ
tanaman tempat berlangsungnya fotosintesa yang sering digunakan dalam parameter
pertumbuhan (Loveless, 1991). Luas daun dinyatakan sebagai luas daun total per
tanaman atau per satuan luas tanah. Serapan hara oleh tanaman dapat mempengaruhi
fotosintesis dan tampak pengaruhnya pada luas daun.
Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan
meliputi kehadiran cahaya Matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbondioksida
(CO2). Faktor lingkungan tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan
berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis. Faktor pembatas tersebut dapat
mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun kondisi lain untuk
fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat
memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.
Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan
nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara
tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis :
1. Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin
banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan
fotosintesis.
2. Suhu. Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat
bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
3. Kadar air. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup,
menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis.20
4. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat
berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau
bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
5. Tahap pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh
lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan
dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan
lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
6. Cahaya
Dalam proses fotosintesis, tanaman tidak dapat memanfaatkan semua
pancaran radiasi matahari yg sampai ke permukaan bumi, tetapi hanya radiasi dengan
panjang gelombang 340-760 um (radiasi tampak / PAR) yg dapat dimanfaatkan.
Spektrum cahaya tampak (PAR) yang paling efektif dimanfaatkan oleh tanaman hijau
untuk melakukan proses fotosintesis adalah cahaya merah dan biru.
Kelompok Tanaman Berdasarkan Responnya Thd Fotoperiodisitas

1. Tanaman hari panjang (long day plant) akan berbunga jika periode terang
lebih panjang dari periode kritisnya.
2. Tanaman hari pendek (short day plant) akan berbunga jika periode terang
lebih pendek dari periode kritisnya.
3. Tanaman netral (neutral day plant) akan berbunga tidak tergantung dari
panjang hari.
Hubungan Antara Radiasi Cahaya Dengan Tanaman tergantung dari.
1. Tipe tanaman (C3 , C 4 , dan CAM)
2. Aliran CO2 ke khloroplas, suhu dsbnya
3. Umur daun (keadaan khloroplas)
Pada cahaya rendah:
Fix. Cahaya oleh C3 > C4 > CAM.
Pada cahaya tinggi:
Fix. Cahaya oleh CAM > C4 > C3.
Perbedaan Sifat Tanaman C3, C4, dan CAM.
A. Tanaman C3.
1. Lebih adaptif pada kondisi di bawah naungan atau di tempat yg intensitas
cahayanya rendah.
2. Enzim yang menyatukan CO2 dengan RuDP dalam siklus calvin , juga dapat
mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi
3. Karbon dioxida masuk ke siklus calvin secara langsung dari udara
4. Disebut tumbuhan C3 karena produk awal reduksi CO2 / fiksasi CO2 dalam siklus
calvin adalah asam 3 fosfogliserat (PGA), yaitu senyawa berkarbon 3.
5. Sebagian besar tumbuhan tinggi masuk ke dalam kelompok tumbuhan C3 :
padi, kentang, kedelai, kacang-kacangan.
6. Apabila stomata menutup akibat stress, maka akan terjadi peningkatan fotorespirasi
yaitu pengikatan O
7. Fotorespirasinya tinggi.

B. Tanaman C4.
1. Adaptif di daerah yg intensitas cahayanya penuh, sepert jagung, tebu , rumput-
rumputan.
2. CO2 diikat oleh PEP yang tidak dapat mengikat O2, sehingga tidak terjadi
kompetisi antara CO2 dan O2.
3. Siklus calvin tidak mengikat CO2 langsung dari udara.
4. Sel seludang pembuluh berkembang dengan baik dan banyak mengandung
kloroplas
5. Fotosintesis terjadi di dalam sel mesofil dan sel seludang pembuluh
6. Pengikatan CO2 di udara melalui siklus Daur Asam Dikarboksilat dalam sel
mesofil menghasilkan asam oksaloasetat, malat, dan aspartat ( asam yg berkarbon
4) , kemudian CO2 yg dihasilkan direduksi melalui siklus calvin di dalam sel
seludang pembuluh.
7. Fotorespirasinya rendah.

C. Tanaman CAM.
1. adaptif di daerah panas dan kering, karena memiliki daun yg cukup tebal dan
sempit shg transpirasinya rendah.
2. Sikuls calvin tidak mengikat CO2 langsung dari udara.
3. Umumnya tumbuhan yang beradaptasi pada keadaan kering seperti kaktus, anggrek
dan nenas
4. Reduksi karbon pada sel mesofil melalui Daur asam dikarboksilat pada malam hari,
dan siklus calvin pada siang hari.
5. Pada malam hari asam malat tinggi, pada siang hari asam malat rendah.

D. Sejarah Penemuan Fotosintesis


Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum
dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an.

1. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van helmont,
seorang Flandaria (sekarang Belgia), melakukan percobaan untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari
waktu ke waktu. Dari penelitiannya, helmont, menyimpulkan bahwa massa
tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air.
2. Pada tahun 1727, ahli bitani inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti
ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian
makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam
proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung
unsur gas yang berlainan.
3. Pada thaun 1771, Joseph Priestly, seorang ahli kimia dari pendeta
berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutupi sebuah lilin
menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya
habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam
toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan
itu, Priestly menyimpulkan bahwa nyala lilin telah “merusak” udara dalam
toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Isa kemuadian menunjukkan
bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh
tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples
tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
4. Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi
eksperimen Priestly. Ia memperlihatkan bahwa cahay matahari berpengaruh
pada tumbuhan sehingga dapat “memulihkan” udara yang “rusak”, ia juga
menemukan bahwa tumbuhan juga “mengotori udara” pada keadaan gelap
sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada
malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.
5. Akhirnya pada tahun 1782, Jan Senebier, seorang pastor Perancis
menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah
karbondioksida yang diserapk oelh tumbuhan dalam fotosintesis, Tidak lama
kemudia, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara
hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan “pemulihan” udara. Ia
menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena
penyerapan karbondioksisa, teteapi juga oleh pemberian air. Melalui
serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan
persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti
glukosa)
6. Conelis van Neil menghasilkan penemuan penting yang menjelaskan proses
kimi fotosintesis. Dengan mempelajari bakteri sulfur ungu dan bakteri hijau,
dia menjadi ilmuwan pertama yang menunjukkan bahwa fotosintesis
merupakan reaksi redoks yang bergantung pada cahaya, yang mana hidrogrn
mengurangi karbondioksida
7. Robert Emerson menemukan dua reaksi cahaya dengan menguji
produktivitas tumbuhan menggunakan cahaya dengan penjang gelombang
yang berbeda-beda. Dengan cahaya merah, reaksi cahayanya dapat ditekan.
Ketika cahaya biru dan merah digabungkan, hasilnya menjadi lebih banyak.
Dengan demikian, ada dua protosistem, yang satu menyerap sampai panajang
gelombang 600 nm, yang lainnya sampai 700 nm. Yang pertama dikenal
dengan PSII, yang kedua PSI. PSI hanya mengandung klorofil a, PAII
mengandung terutama klorofil a dan klorofil b, diantara pigmrn lainnya. Ini
meliputi fikobilin yang merupakan pigmen merah dan biru pada alga merah
dan biru, serta fukoksantol untuk alga coklat dan diatom. Proses ini papling
produktif ketika penyerapan kuantannya seimbang untuk PSII dan PSI,
menjamin bahwa masukan energi dari kompleks antena terbagi antara sistem
PSI dan PSII, yang pada gilirannya menggerakkan fotosintesis.
8. Robert Hill beripikir bahwa suatu komplekas reaksi terdiri atas perantara ke
kitokrom b6 (kini plastokinin), yang lainnya dari kitokrom f ke satu tahap
dalam mekanisme penghasilan karbohidrat. Semua itu dihubungkan oleh
plastokinon yang memerlukan energi untuk mengurangi kitokrom f karena
itu merupakan reduktan yang baik.
9. Percobaan lebih lanjut yang membuktikan bahwa oksigen berkembang pada
fotosintesis. Tumbuhan hijau dilakukan oleh Hill pada tahun 1937 dan 1939.
dia menunjukkan bahwa kloroplas terisolasi melepaskan oksigen ketika
memperoleh agen pengurang tak alami seperti besi oksalat, ferisianida atau
benzokinon setelah sebelumnya diterangi oleh cahaya. Rekasi Hill sebagai
berikut:
6H2O+6CO2+(cahaya, kloroplas)→C6H12O6+O2
10. Samuel Ruben dan Martin Kamen menggunakan isotop radioaktif untuk
menunjukkan bahwa oksigen yang dilepaskan dalam fotosintesisi berasal dari
air.
11. Melvin Calvin dan Andrew Benson, bersama dengan James Bassham,
menjelaskan jalur asimilasi karbon (siklus reduksi karbon fotosintesis) pada
tumbuhan. Siklus reduksi karbon kini dikenal sebagai siklus Calvin, yang
mengabaikan kontribusi oleh Bassham dan Benson. Banyak ilmuwan
menyebut siklus ini sebagai siklus Calvin-Benson-, Bneson-calvin, dan
beberapa bahkan menyebutnya siklus Calvin-Benson-Bassham(CBB)
12. Ilmuwan pemenang hadiah Nobel, Rudolph A. Marcus, berhasil menemukan
fungsi dan manfaat dari rantai pengangkut elektron
13. Otto Henrich Warburg dan Dean Burk menemukan reaksi dotosintesis I-
kuantum yang membagi CO2, diaktifkan oelh respirasi
14. Louis N. M Duysens dan Jan Amesz menemukan bahwa klorofil a menyerap
satu cahaya, mengoksidasi kitikrom f, klorofil a (dan pigmen lainnya) akan
menyerap cahaya lainnya, namun akan mengurangi kitokrom sama yang
telah teroksidasi, menunjukkan bahwa dua reaksi cahaya itu ada dalam satu
rangkaian.
BAB V
Unsur Hara dan Macam-macam Tanah

A. Pengertian Kesuburan Tanah


Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam
jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin
pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum (Anna dkk, 1985 dalam Yamani,
2010).

B. Tanah Pertanian
Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian memiliki tingkat kesuburan yang
berbeda-beda. Pengelolaan tanah secara tepat merupakan faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan diusahakan. Evaluasi
kesuburan tanah adalah proses penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan
pembuatan rekomendasi pemupukan (Dikti, 1991). Kebutuhan unsur hara yang
diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksinya ditentukan oleh kemampuan
tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman dan tidak selalu dapat terpenuhi.
Intensifnya penggunaan lahan tanpa adanya pergiliran tanaman dapat menyebabkan
terkurasnya unsur hara esensial dari dalam tanah pada saat panen dan kesuburan tanah
akan menurun secara terus menerus. Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi
faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanah, sehingga penambahan unsur
hara dalam tanah melalui proses pemupukan sangat penting dilakukan agar diperoleh
produksi pertanian yang menguntungkan.

C. Evaluasi Kesuburan Tanah Pertanian


Evaluasi status kesuburan untuk menilai dan memantau kesuburan tanah sangat
penting dilakukan agar dapat mengetahui unsur hara yang menjadi kendala bagi
tanaman.Penilaian evaluasi status kesuburan tanah dapat dilakukan melalui
pendekatan uji tanah dimana penilaian dengan menggunakan metode ini relatif lebih
akurat dan cepat.Pengukuran sifat-sifat kimia tanah sebagai parameter kesuburan
tanah kemudian ditetapkan dalam kriteria kesuburan tanah.( PPT, 1995). Masing-
masing tumbuhan tentu akan membutuhkan asupan unsur yang berbeda dari tanah
tersebut, artinya menentukan tanaman apa yang cocok pada tanah tentu akan
mempertimbangkan unsur yang terkandung pada tanah yang dibutuhkan oleh tanaman
agar tanaman tersebut dapat tumbuh maksimal. Dalam hal menentukan tingkat
kesuburan tanah ini, perlu dilakukan perhitungan komposisi kandungan tanah yang
sesuai dengan tanaman yang akan ditanam di atasnya, yaitu mengambil sample tanah
untuk menentukan tingkat kesuburan tanah dengan menghitung variabel tingkat
kesuburan tanah yaitu PH tanah, kadar air, dan struktur tanah, dikarenakan variabel
ini sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. (Rozi Ahmad. H, 2007). Di Balai
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dalam menentukan tingkat
kesuburan tanah masih dengan cara manual dalam artian petugas melakukan
pengecekan di lapangan secara langsung untuk menghitung tingkat kesuburan tanah
tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sehingga menyulitkan penghitungan terhadap
masing-masing variabel tersebut. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi hasil
penentuan kandungan tanah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem yang mampu
mengolah data tanah tersebut, sehingga didapatkan nilai kandungan tanah untuk
kecocokan dengan tanaman yang tepat menurut Deptan, 2010.

D. Metode SAW (Simple Additive Weighting)


Metode SAW (Simple Additive Weighting) sering juga dikenal istilah metode
penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan
terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW
membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat
diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Dimana rij adalah rating
kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n.
Nilai preferensi untuk setiap alternative (Vi) diberikan sebagai: Nilai Vi yang lebih
besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih. Sedangkan metode K-means
cluster analysis merupakan salah satu metode cluster analysis non hirarki yang
berusaha untuk mempartisi data yang ada kedalam satu atau lebih cluster atau
kelompok data berdasarkan karakteristiknya, sehingga data yang mempunyai
karakteristik yang sama dikelompokan dalam satu cluster yang sama dan data yang
mempunyai karakteristik yang berbeda dikelompokan ke dalam cluster yang lain.
Tujuannya adalah untuk meminimalkan objective function yang diset dalam proses
clustering, yang pada dasarnya berusaha untuk meminimalkan variasi dalam satu
cluster dan memaksimalkan variasi antar cluster akurasi metode K-Mens 94% dengan
menggunakan program pembantu seperti Roseta. Metode naive bayes selain
menentukan jumlah pembobotan maka harus ditentukan dulu katagori dan berapa nilai
pembobotan supaya menghitungnya lebih jelas dan akurasi, juga dapat memprediksi
jenis tanah mana yang subur berdasarkan kriteria tanah, sehingga metode naive bayes
nanti menggunakan program Visual basic 6.0 Naive Bayes dapat digunakan untuk
berbagai macam keperluan antara lain untuk klasifikasi dokumen, deteksi spam atau
penyaringan spam, dan masalah klasifikasi lainnya. Dalam hal ini lebih disorot
mengenai penggunaan teorema Naive Bayesian untuk penyaringan spam (spam
filtering).

E. Tanah Sebagai Media Budidaya Tanaman


Tanah yang subur merupakan impian semua manusia, tidak ada seorang pun
menghendaki tanah tempat bercocok tanam menjadi tidak subur, untuk itu diperlukan
pengetahuan untuk mengenal ciri-ciri tanah subur yang penjelasannya sebagai berikut

1. Memiliki Lapisan Humus Tebal

Suatu tanah yang subur dapat diketahui dengan melihat ketebalan bunga tanah atau
humus. Semakin tebal maka menandakan tanah tersebut kaya dengan bahan organik
dan unsur hara sehingga tanaman dapat menyerap zat hara tersebut sebagai bahan
baku untuk melakukan proses fotosintesis. Ketersediaan humus juga sebagai tanda
bahwa sistem drainase lahan sekitar yang baik. Humus yang tebal akan meningkatkan
daya hisap tanah terhadap air, hal ini disebabkan struktur lapisan humus berongga
sehingga memungkinkan air untuk masuk lebih banyak.

2. Memiliki PH Yang Netral

Tanah yang baik haruslah memiliki tingkat keasaman yang seimbang, perlu
diketahui PH normal tanah berada pada kisaran 6 hingga 8 atau pada kondisi terbaik
memiliki PH 6.5 hingga 7.5. Tanah dengan tingkat PH yang netral memungkinkan
untuk tersedianya berbagai unsur kimiawi tanah yang seimbang. Itulah kenapa pada
kondisi tanah yang terlalu asam perlu dilakukan proses pengapuran yang tujuannya
yaitu untuk mengembalikan PH tanah ke kondisi netral. Begitu juga ketika tanah
bersifat terlalu basa (>PH 8) perlu diberikan Sulfur atau belerang yang terkandung
pada pupuk ZA (Amonium Sulfat). Dengan PH yang netral, tumbuhan akan lebih
mudah menyerap ion-ion unsur hara dan menjaga perkembangan mikroorganisme
tanah.

3. Memiliki Tekstur Lempung

Tanah yang subur akan berstruktur lempung yang berfungsi untuk mengikat
berbagai mineral sehingga tidak mudah hanyut terbawa air. Namun kadar lempung
haruslah normal dan biasanya terletak pada lapisan tanah tengah. Selain itu juga
memiliki kandungan pasir yang mencukupi, manfaatnya supaya memungkinkan
terjadinya drainase dan air dapat terserap kedalam tanah dengan baik.

4. Kaya Dengan Biota Tanah

Kehadiran sejumlah makhluk hidup berukuran kecil penghuni tanah sebagai tanda
bahwa didalam tanah tersebut tersedia berbagai bahan organik yang juga dibutuhkan
mikroorganisme untuk menunjang hidupnya. Jadi mikrofauna dan mikroflora
berperan sebagai indikator kesuburan tanah.

5. Dapat Ditumbuhi Berbagai Macam Tanaman

Salah satu tanda atau ciri suatu tanah dikatakan subur dengan memperhatikan
vegetasi yang tumbuh diatasnya. Semakin banyak dan beragam jenis tanaman yang
tumbuh maka semakin baik kualitas tanah tersebut. Ibaratnya seperti jika banyak gula
maka akan semakin banyak semut, begitulah perumpamaan untuk mempermudah
pemahaman mengenai hubungan antara kesuburan tanah dengan vegetasi.

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/ciri-ciri-tanah-subur-dan-tidak-subur

F. Karakteristik Tanah Pertanian

Tanah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman, namun tidak semua jenis
tanah cocok untuk pertumbuhan tanaman. Dilansir dari Encyclopaedia Britannica
(2015), berikut jenis dan karakteristik tanah untuk pertanian:

1. Tanah litosol
Hampir mirip dengan tanah regosol tanah litosol terbentuk dari aktivitas gunung
merapi yaitu pelapukan batuan beku dan sendimen. Tanah ini memiliki kedalaman
yang dangkal dan peka terhadap erosi. Bahan organik yang terkandung pada tanah ini
masih rendah. Tanah litosol cocok untuk tanaman palawija dan tanaman keras. Tanah
ini bisa ditemui di daerah dengan tingkat kecuraman tinggi, seperti bukit tinggi, Nusa
Tenggara Barat dan Jawa.

2. Tanah latosol
Tanah latosol berasal dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tanah ini
sebagian besar terbentuk dan berkembang di daerah yang lembab. Kandungan bahan
organik tanah ini bisa berubah-ubah dari sedang sampai tinggi. Tanah latosol mampu
menyerap air dengan baik sehingga bisa menahan erosi dan cocok untuk tanaman
tebu, cokelat, kopi dan karet. Tanah ini bisa ditemukan di daerah dengan
curah hujan dan kelembaban tinggi seperti di Sulawesi, Lampung, Kalimantan dan
Bali.

3. Tanah organosol
Tanah organosol berasal dari hasil pelapukan bahan organik yang terbagi menjadi
dua jenis yaitu tanah humus dan tanah gambut. Tanah humus merupakan hasil
pelapukan bahan organik dan sangat subur, cocok untuk tanaman kelapa, nanas dan
padi. Sedangkan tanah gambut tidak sesubur humus, dimana berasal dari hasil
pembusukan bahan organik yang membuat tanah menjadi masam yang cocok untuk
tanaman kelapa sawit. Tanah ini banyak terdapat di daerah dengan iklim basah dan
curah hujan tinggi seperti di Sumatera, Papua, Kalimantan dan Jawa.

4. Tanah grumusol
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik di ketinggian
tidak lebih dari 300 mdpl dengan topografi berbukit. Teksturnya sangat lekat ketika
basah dan pecah-pecah ketika kering. Tanah berwarna netral hingga alkalis ini mampu
menyerap air dan menyimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah ini cocok untuk
tanaman seperti rerumputan dan jati dan bisa ditemukan di Jawa Tengah, seperti
Demak, Jepara, Pati, hingg Rembang, Jawa Timur (Ngawi dan Madiun) serta Nusa
Tenggara Timur.

5. Tanah regosol
Tanah regosol terbentuk dari material yang keluar akibat letusan gunung merapi.
Tanah ini belum mengalami perkembangan sempurna. Memiliki tekstur kasar dan
berbahan organik rendah membuat tanah ini tidak dapat menampung air dan mineral
untuk tanaman dengan baik. Jenis tanah ini cocok ditanami seperti palawija dan
tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Tanah ini bisa ditemukan di wilayah
Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara.

6. Tanah alluvial
Tanah alluvial terbentuk dari material halus yang diendapkan dialiran sungai.
Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir atau daerah rendah dan termasuk jenis
tanah muda karena belum mengalami perkembangan. Ciri tanah ini berwarna coklat
hingga kelabu. Kesuburan tanah alluvial bergantug pada sumber bahan asal aliran
sungai, namun memiliki kandungan hara tinggi. Tanaman yang cocok ditanam di
tanah alluvial diantaranya padi, tebu, kelapa dan buah-buahan. Tanah ini tersebar di
Kalimantan, Sulawesi, Jawa, hingga Papua. (Arif Ferdianto).

BAB VI

Metabolisme pada Tanaman

A. Pengertian Metabolisme pada Tanaman

Metabolisme dalam bahasa Yunani metabolismos yang berarti perubahan


adalah semua reaksi kimia yang terjadi dalam organism termasuk yang terjadi di
tingkat seluler. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi
selalu menggunakan katalisator enzim. Reaksi-reaksi tersebut adalah dasar dari
kehidupan, yang membuat sel dapat tumbuh dan bereproduksi, mempertahankan
strukturnya, dan merespon lingkungannya. Secara keseluruhan, metabolisme
bertanggung jawab terhadap pengaturan materi dan sumber energi dari sel. Peran
metabolisme inilah yang menjadikan suatu reaksi yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup makhluk hidup.

Tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang berfungsi untuk


melindungi tumbuhan tersebut dari serangan bakteri, jamur, serangga dan jenis
pathogen lainnya serta tumbuhan mampu menghasilkan vitamin untuk kepentingan
tumbuhan itu sendiri dan hormone-hormon yang merupakan sarana bagi tumbuhan
untuk berkemunikasi antara organnya atau jaringannya dalam mengendalikan dan
mengkoordinasikan pertumbuhan dan perkembangannya.

Tumbuhan mengalami proses metabolisme yang terdiri dari anabolisme, yaitu


pembentukan senyawa yang lebih besar dari molekul-molekul yang lebih kecil, yaitu
pati, selulose, protein, lemak dan asam lemak. Prioses ini membutuhkan energi.
Sedang katabolisme adalah menguraikan molekul yang besar menjadi molekul yang
lebih kecil dan menghasilkan energy.

Sel dalam tubuh tumbuhan mampu mengatur lintasan-lintasan metabolik yang


dikendalikannnya agar terjadi dan dapat mengatur kecepatan reaksi tersebut
dengan cara memproduksi katalisator dalam jumlah yang sesuai dan tepat pada saat
dibutuhkan. Katalisator inilah yang disebut dengan enzim yang mampu mempercepat
laju reaksi berkisar antara 108 sampai 1020.
Secara umum, metabolisme terdiri atas 2 proses yaitu anabolisme (reaksi
penyusunan) dan katabolisme (reaksi pemecahan).

1. Anabolisme
Anabolisme adalah suatu peristiwa penyusunan senyawa kompleks dari senyawa
sederhana. Nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan.
Contohnya: Fotosintesis.

2. Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kimia kompleks
yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung
energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan energi
yang terkandung di dalam senyawa sumber.
Contohnya: Respirasi

1. Anabolisme

Anabolisme adalah proses sintesis (penyusunan) senyawa kompleks dari


senyawa-senyawa sederhana secara bertahap. Proses ini membutuhkan energi dari
luar, seperti energi cahaya. Contoh : Fotosintesis.

Fotosintesis (dari bahasa Yunani [fóto-], "cahaya," dan [sýnthesis],


"menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia pembentukan zat
makanan seperti karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berkalori tinggi, makhluk
hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri.
Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air
serta bantuan energi cahaya matahari.

Organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat


makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan
dengan memanfaatkan karbondioksida dan air serta menghasilkan produk buangan
oksigen. Fotosintesis sangat penting bagi semua kehidupan aerobik di Bumi karena
selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di atmosfer, fotosintesis juga merupakan
sumber energi bagi hampir semua kehidupan di Bumi, baik secara langsung (melalui
produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama energi dalam
makanan mereka), kecuali pada organisme kemoautotrof yang hidup di bebatuan atau
di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi oleh
fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt, atau kira-kira enam kali lebih
besar daripada konsumsi energi peradaban manusia. Selain energi, fotosintesis juga
menjadi sumber karbon bagi semua senyawa organik dalam tubuh organisme.
Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram karbon menjadi biomassa setiap
tahunnya.

Meskipun fotosintesis dapat berlangsung dalam berbagai cara pada berbagai


spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya selalu dimulai dengan
energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang disebut pusat reaksi fotosintesis.
Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel yang disebut kloroplas,
sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran plasma. Sebagian dari
energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam bentuk adenosin
trifosfat (ATP). Sisa energinya digunakan untuk memisahkan elektron dari zat seperti
air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia menjadi
senyawa organik.

Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi
yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan pada
beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium. Banyak organisme
fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau menyimpan
karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut fotorespirasi
yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama fotosintesis.

Organisme fotosintesis pertama kemungkinan berevolusi sekitar 3.500 juta tahun


silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua bentuk kehidupan di
Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah besar
karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen
atau hidrogen sulfida—bukan air—sebagai sumber elektron. Cyanobacteria muncul
kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika
mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam.
Atmosfer baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada
akhirnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk
hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari
seluruh tumbuhan dan alga. Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan
dari cyanobacteria yang bersimbiosis ini.

1) Reaksi Terang

Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan dua
fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I)
berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya
pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi
P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.Mekanisme
reaksi terang diawali dengan tahap di mana fotosistem II menyerap cahaya Matahari
sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi
tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari
molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan
(Mn) yang bertindak sebagai enzim.[38] Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di
lumen tilakoid.

Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi


plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang
terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan
elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks. Reaksi
keseluruhan yang terjadi di PS II adalah :
2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2

Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I


dengan mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak
dan mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga
menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang
terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah :
2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)

Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem
ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tetapi mengandung kompleks inti
terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS
II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi
mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut
yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I adalah :
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)

Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan


elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis
dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya adalah
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam
ATP sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan
pengangkutan elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP
sintase akan membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi)
menjadi ATP. Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai
berikut:
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2

2) Skema Z

Pada tanaman, reaksi terang terjadi pada membran tilakoid di kloroplas dan
menggunakan energi cahaya untuk menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang
memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton diserap pada
kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen aksesoris
lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II memperoleh
energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan dengannya, satu
elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu feopftin, melalui
sebuah proses yang disebut pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan
melalui rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada awalnya
berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran.

Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk menghasilkan


ATP selama fotofosforilasi, sedangkan NADPH adalah produk dari 12reaksi redoks
terminal pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada fofosistem II.
Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa
elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk menurunkan
energi penerim elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron digunakan
untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam
lumen.

Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada
reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada bentuknya
karena hanya menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP (NADPH) tereduksi yang
dihasilkan. Reaksi siklus hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah elektron
dipindahkan dari fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron
dan dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya elektron dikeluarkan,
sehingga reaksi ini diberi nama reaksi siklus.

3) Fotolisis Air
NADPH adalah agen pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber
elektron enerjik kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan
defisit elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa agen pereduksi
lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada fotosistem I ini digantikan dari
rangkaian transport elektron oleh plastosianin. Akan tetapi, karena fotosistem II
meliputi tahap pertama dari skema Z, sumber elektron eksternal siperlukan untuk
mereduksi molekuk klorofil a-nya yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada
tanaman hijau dan fotosintesis cyanobacteria adalah air.

Dua molekul air teroksidasi oleh oleh empat reaksi pemisahan-tenaga berturut-
turut oleh fotosistem II untuk menghasilkan satu molekul oksigen diatom dan empat
ion hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap dipindahkan ke 1314 residu
tirosin redoks-aktif yang kemudian mereduksi spesies klorofil a yang berpasangan
yang telah terfotooksidasi yang disebut P680 yang berguna sebagai donor elektron
primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II.

Oksidasi air terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II oleh suatu struktur
redoks-aktif yang mengandung empat ion mangan dan satu ion kalsium; kompleks
evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat padanannya
yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melakukan reaksi oksidasi air.

Fotosistem II adalah satu-satunya enzim biologi yang diketahui melaksanakan


oksidasi air ini. Ion hidrogen berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis
transmembran yang berujung pada sintesis ATP. Oksigen adalah produk ampas dari
reaksi cahaya, namun sebagian besar organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk
respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.

4) Reaksi Gelap
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-
Benson dan jalur Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah
senyawa ribulosa-1,5-bisfosfat (RuBP, senyawa dengan lima atom C) dan molekul
karbondioksida menjadi dua senyawa 3-fosfogliserat (PGA) : Oleh karena PGA
memiliki tiga atom karbon tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini
dinamakan tumbuhan C3 Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini
dibantu oleh enzim Rubisco[41], yang merupakan enzim alami yang paling melimpah
di bumi. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur HatchSlack disebut
tumbuhan C4 karena senyawa pertama yang terbentuk setelah penambatan CO2
adalah asam oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang berperan
adalah fosfoenolpiruvat karboksilase.

I. Siklus Calvin-Benson
Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa
difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan
enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari
pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh
peningkatan pH. Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke
dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim
karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid.[41] Kedua, reaksi ini
distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika
kloroplas diberi cahaya. Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang
dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.

Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan
kloroplas. Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.

Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk


dua molekul 3-fosfogliserat(3-PGA). Kemudian pada fase reduksi, gugus
karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-
fosforgliseradehida (3- Pgaldehida).

Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tetapi gugus karboksil dari 3-PGA
pertama-tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-
bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP.
ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA
terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi
fotofosforilasi tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH,
yang menyumbang 2 elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan
kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.

Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk
bereaksi dengan CO2tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan
melalui stomata. Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap
molekul CO2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat
menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.

Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya
adalah 1,3-Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati,
sebagian lainnya dibawa keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi
konstan di kloroplas, tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol.
Triosa fosfat digunakan sitosol untuk membentuk sukrosa.

II. Siklus Hatch-Slack


Berdasarkan cara memproduksi glukosa, tumbuhan dapat dibedakan menjadi
tumbuhan C3 dan C4. Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari
daerah subtropis. Tumbuhan ini menghasilkan glukosa dengan pengolahan CO2
melalui siklus Calvin, yang melibatkan enzim Rubisco sebagai penambat CO2.

Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa.


Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa. Hal ini dapat
terjadi jika ada fotorespirasi, di mana enzim Rubisco tidak menambat CO2 tetapi
menambat O2. Tumbuhan C4 adalah tumbuhan 17yang umumnya ditemukan di
daerah tropis. Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2
menjadi glukosa. Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah
enzim yang akan mengikat CO2 dari udara dan kemudian akan menjadi
oksaloasetat. [45] Oksaloasetat akan diubah menjadi malat. Malat akan
terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2. Piruvat akan kembali menjadi PEPco,
sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus Calvin yang berlangsung di sel
bundle sheath dan melibatkan enzim RuBP. Proses ini dinamakan siklus Hatch
Slack, yang terjadi di sel mesofil. Dalam keseluruhan proses ini, digunakan 5
ATP.

2. KATABOLISME
Katabolisme adalah reaksi pemecahan / penguraian senyawa kompleks yang
mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana. Tujuan utama katabolisme
adalah untuk membebaskan energi yang terkandung di dalam senyawa tersebut

1) Respirasi
Respirasi berasal dari kata latin respirare, yang secara harfiah berarti bernapas.Semua
sel yang aktif terus menerus melakukan respirasi. Respirasi bukan hanya sekedar
pertukaran gas, tetapi merupakan reaksi oksidasi-reduksi yaitu senyawa (substrat
respirasi) dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk
H2O.

Pada tahun 1780-an, seorang ahli kimia bangsa prancis yaitu Lavoisier yang
menyatakan bahwa respirasi adalah pembakaran yang diinterprestasikan secara tepat
sebagai kombinasi kimia dari senyawa yang terbakar dengan oksigen. Ia juga dapat
menunjukkan bahwa udara yang dikeluarkan pada waktu bernapas mengandung uap
air. Dengan demikian, ia merupakan orang yang pertama dapat menunjukkan bahwa
respirasi menghasilkan CO2 dan H2O.

Gula cadangan yang terlarut (glukosa, fruktosa, sukrosa), lemak, protein, dan asam
organik dapat berfungsi sebagai substrat respirasi. Glukosa merupakan substrat
respirasi utama di dalam sel tumbuhan, dengan persamaan reaksi dapat ditulis sebagai
berikut:

C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O


Reaksi diatas memberikan gambaran yang mengaburkan, karena sebenarnya O2 di
dalam respirasi tidak bereaksi secara langsung dengan glukosa. Seharusnya ada
molekul-molekul air yang ditambahkan kepada produk intermediat penguraian
glukosa, yaiu satu molekul air untuk setiap atom C dalam glukosa, dan atom H di
dalam produk intermediat bereaksi dengan O2 yang direduksikan menjadi air.
Reaksi respirasi yang lebih terperinci adalah:

C6H12O6 + 6 H2O + 6O2 →6CO2 + 12 H2O

2.1.1 Pertukaran Gas dalam Respirasi

Pertukaran gas dalam respirasi antara tumbuhan dengan lingkungan terjadi secara
difusi. O2 yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan
secara difusi melalui ruang interselular antara sel, demikian pula halnya CO2 yang
dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dalam ruang interselular.

O2 di dalam air daya larutnya rendah, hal ini menyebabkan tanah-tanah yang
tergenang air pada umumnya kekurangan O2, sehingga banyak tanaman
pertumbuhannya mengalami gangguan. Walaupun demikian, terdapat jenis tanaman
tertentu seperti padi dapat tumbuh secara alami dengan perakarannya terendam dalam
air dan dapat menyesuaikan dirinya pada keadaan tersebut, karena tanaman padi
mempunyai rongga udara (aerenkima) disepanjang tubunya. O2 masuk ke dalam
tubuh tanaman melalui bagian tanaman yang berada di atas tanah yang tergenang,
kemudian O2 berdifusi melalui rongga udara sehingga sampai ke sel meristem yang
ada di ujung akar.

2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Respirasi


Proses respirasi pada tumbuhan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:

1. Substrat respirasi. Respirasi sangat dipengaruhi oleh jenis substrat respirasi yang
digunakan, hal ini terlihat dari nilai RQ yang dihasilkan. Respirasi quotien (RQ)
adalah perbandingan antara CO2 yang dihasilkan dengan O2 yang digunakan. RQ
sangat dipengaruhi oleh jenis substrat yang digunakan, jika substrat respirasinya
adalah karbohidrat (sukrosa dan pati) maka volume O2 yang diambil sama
dengan CO2 yang dilepaskan sehingga nilai RQ =1. Sedangkan bila protein dan
lemak sebagai substrat respirasi maka RQ-nya kurang dari 1, sebab lebih banyak
O2 yang diperlukan untuk mengubah karbon menjadi CO2 dan hidrogen menjadi
H2O. Apabila gliserol trioleat sebagai substrat maka reaksi respirasinya adalah:

C57H104O6 + 83 O2 57 C02 + 52 H2O

Sedangkan bila asam organik seperti asam sitrat sebagai substrat respirasi,
maka nilai RQ –nya lebih dari 1.

2 C6H8O7 + 9 O2 12 CO2 + 8 H2O


Selain substrat respirasi, ada beberapa hal yang menyebabkan nilai RQ yang
dihasilkan sulit diprediksi, seperti:

a. Adanya dua jenis substrat respirasi yang digunakan bersamaan


b. Perbedaan kelarutan dan difusi CO2 atau O2

Sekalipun RQ relatif lebih mudah diukur dan digunakan, namun indikator ini tidak
dapat menggambarkan keadaan yang diharapkan, sebab ada berbagai reaksi dalam sel
yang tidak berkaitan langsung dengan respirasi. Sebagai gambaran tanaman sekulen
yang tergolong CAM, semua CO2 yang dihasilkan respirasi dapat diikat menjadi
asam organik pada malam hari, sehingga menyebabkan nilai RQ-nya turun menjadi
nol. Perbedaan kandungan gula akibat tidak berimbangnya laju fotosintasis
menyebabkan perbedaan laju respirasi. Sebagai contoh laju respirasi pada daun akan
lebih cepat pada saat menjelang matahari tenggelam dibanding dengan menjelang
matahari terbit, sebab pada saat menjelang matahari tenggelam kandungan gula yang
dihasilkan melalui proses fotosintesis lebih banyak. Selain itu, daun yang berada di
bagian bawah atau yang ternaungi biasanya respirasinya lebih lambat daripada daun
yang berada di sebelah atas yang terkena cahaya lebih banyak, dan bila hal ini tidak
terjadi maka daun disebelah bawah akan cepat mati. Apabila substrat gula habis maka
substrat protein dapat digunakan, tetapi pertama-tama dihidrolisis terlebih dahulu
menjadi asam amino (asam glutamat dan aspartat), kemudian baru dirombak oleh
reaksi glikolisis dan daur Krebs. Asam glutamat dan aspartat pada daur Krebs
masingmasing akan dirubah menjadi asam ketoglutarat dan asam oksaloasetat

2. Umur jaringan dan tipe jaringan. Jaringan muda dan dewasa respirasinya lebih
kuat daripada jaringan tua, karena jaringan tersebut lebih aktif sehingga lebih
banyak memerlukan energi. Sebagai contoh, kecepatan respirasi pada daun
meningkat selama pertumbuhan, kemudian turun dan tetap saat memasuki
periode pemasakan (maturity).
3. Suhu sampai batas - batas tertentu (10o C – 300 C) menyebabkan kecepatan
respirasi menjadi 2-2,5 kali lebih cepat untuk setiap kenaikan suhu 10o C. Secara
kuantitatif dapat dinyatakan bahwa:

Q1O = Kecepatan pada (t + 1O)o C


Kecepatan pada t o C

Apabila suhunya tinggi ( > 350C maka kecepatan respirasinya menurun, hal
ini disebabkan oleh rusaknya ensim yang mempengaruhi proses tersebut,
terbatasnya O2 karena berkurangnya kelarutan, dan lambatnya proses difusi.

4. Oksigen (O2). Persediaan oksigen sangat mempengaruhi proses respirasi, tetapi


peranannya tergantung pada jenis tumbuhan. Pada umumnya, sistem udara antar
sel dari daun ke akar sangat penting bagi tumbuhan berbatang hampa (rumput dan
teki), sehingga lebih toleran terhadap penggenangan. Perendaman dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan keracunan hampir disemua tumbuhan,
terutama bila tidak ada oksigen disekitar akar sehingga keadaan ini menjadi
anaerob Diantara tanaman budidaya, hanya padi yang dikenal toleran terhadap
anoksia untuk jangka waktu yang lama. Pada tumbuhan bakau tropika seperti
Rhizophora mangle dan Avicennia nitida akarnya yang tumbuh tegak diatas air
mengangkut oksigen ke akar yang terendam. Jadi akar yang terendam bukanlah
anoksik, tetapi hipoksik (berada pada tingkat oksigen yang kurang). Beberapa
spesies tanaman membentuk sistem akar serabut yang banyak ketika batangnya
terendam, dan akar tesebut membantu penyerapan garam mineral dan air.
Adaptasi morfologis lainnya dari akar terhadap hipoksia adalah pembentukan
jaringan aerenkima, yaitu jaringan yang terbentuk bila ada kerusakan dan
perombakan pada beberapa sel korteks dewasa, sehingga merupakan sebuah
jaringan yang banyak ruang udara. Aerenkima memungkinkan difusi oksigen
yang lebih cepat dari pucuk ke akar, yang akan membantu respirasi pada akar.
Penyebab terbentuknya aerenkima nampaknya adalah etilen, dan gas ini
dihasilkan dalam keadaan tanaman mengalami stres, tapi pada tanah yang
tergenang etilen tidak dapat cepat berdifusi keluar. Selain itu kekurangan oksigen
menyebabkan terhambatnya pengangkutan hormon sitokinin dari akar muda ke
batang. Kekurangan oksigen juga menyebabkan terhambatnya penyerapan
nitrogen sehingga menyebabkan lambatnya fotosintesis dan translokasi
karbohidrat, sebab kekurangan oksigen akan menurunkan permeabilitas akar
terhadap air, dan akumulasi bahan beracun yang disebabkan oleh mikroba di
sekitar akar. Pasokan ATP menjadi terbatas karena pengangkutan elektron dan
daur Krebs tidak dapat berfungsi tanpa oksigen. Selanjutnya produk fermentasi,
khususnya etanol, asam laktat, asam malat dan sedikit gliserol terhimpun sampai
jumlah tertentu. Respirasi aerob memerlukan adanya oksigen, tetapi apabila tidak
ada oksigen maka yang terjadi adalah respirasi anaerob atau fermentasi. Sebagai
contoh biji melakukan fermentasi selama imbibisi air sehingga biji dapat
berkecambah.
5. Karbon dioksida (CO2). Apabila kandungan CO2 – nya tinggi (>0,03%) maka
kecepatan respirasinya menurun, hal ini disebabkan oleh terhambatnya difusi O2
akibat menutupnya stomata.
6. Luka dan rangsangan mekanik. Pelukaan dan rangsangan mekanik seperti
melengkungkan batang dapat meningkatkan respirasi, sebab:

a. Terjadi peningkatan aktifitas ensim sehingga proses glikolisis dan


katabolisme oksidatif meningkat.

b. Diperlukan lebih banyak energi untuk memperbaiki bagian tanaman yang


rusak yang diikuti oleh pembentukan kalus.

2.1.2.1 Glikolisis
Glikolisis merupakan tahap pertama dari tiga fase respirasi, selanjutnya diikuti
oleh daur krebs dan pengangkutan elektron yang terjadi di mitokondria. Glikolisis
mempunyai beberapa fungsi;
1. Mengubah satu molekul heksosa menjadi dua molekul asam piruvat. Setiap
perubahan heksosa, dua molekul NAD+ direduksi menjadi NADPH (+2H+).
NADH berperanan sangat penting, sebab akan dioksidasi oleh 02 di mitokondria
menghasilkan NAD+ dan dua molekul ATP. Sedangkan NADH yang tidak
masuk kemitokondria akan digunakan di dalam sitosol untuk meningkatkan
berbagai proses reduktif anabolik Disini terlihat bahwa NADH dibentuk hanya
pada satu tahap di glikolisis, yaitu saat oksidasi 3 posfogliseraldehid menjadi
asam 1,3 diposfogliserat.
2. Menghasilkan ATP. Secara keseluruhan glikolisis menghasilkan ATP, akan tetapi
pada tahap awal terjadi penggunaan ATP. Ketiga glukosa atau fruktosa masuk
glikolisis, masing-masing diposforilasi oleh ATP dan dikatalisis oleh heksikinase atau
fruktokinase
3. Menghasilkan glukose 6 posfat dan fruktosa 6 posfat. Selanjutnya, fruktose 6 posfat
diposforilasi pada karbon 1 oleh ATP lain untuk membentuk fruktosa 1,6 diposfat.
Ensim yang berperanan dalam posforilasi ini dinamakan ATPPosfofruktokinase
(ATP-PFK). Pada reaksi ini bisa terjadi dua rute yaitu:

a. Pengubahan fruktosa 6 posfat menjadi fruktosa 1,6 di posfat., dengan


bantuan ensim ATP- Posfofruktokinase (ATP-PFK). Perubahan glukosa atau
fruktosa menjadi fruktosa 1,6 diposfat memerlukan dua ATP. Hal ini terjadi
pada sel yang dewasa atau hampir dewasa.
b. Melibatkan posforilasi karbon 1 dari fruktosa 6 fosfat dengan pirofosfat
sebagai penyumbang posfat, dengan bantuan ensim pirofosfat
posfofruktokinase (PPi-PFK). Jadi perubahan glukosa atau fruktosa menjadi
fruktosa 1,6 difosfat melalui rute ini memerlukan satu ATP. Reaksi lain dari
glikolisis adalah fruktosa 1,6 difosfat dipecah menjadi dua gula dengan tiga
karbon terposforilasi, dan triosa posfat ini kemudian dioksidasi menjadi asam
piruvat. Langkah ini menghasilkan dua ATP dari setiap triosa posfat, menjadi
empat ATP untuk setiap glukosa atau fruktosa yang terespirasi. Hasil empat
ATP dikurangi dua (atau satu) yang diperlukan untuk membentuk fruktosa
1,6 diposfat, sehingga menghasilkan neto dua atau tiga ATP untuk setiap
heksosa yang digunakan dalam glikolisis. Reaksi di bawah menunjukkan.
bahwa dua ATP sebagai produk neto, tetapi melalui rute PPi-PFK akan
menghasilkan tiga ATP. Rangkuman persamaan reaksi glikolisis adalah:

Glukosa +2 NAD + + 2 ADP 2- + 2 H2PO4-→ 2 Piruvat + 2 NADH + 2H + + 2


ATP3- + 2H2O.
2.1.2.2 Fermentasi
Walaupun glikolisis dapat berfungsi dengan baik tanpa O2, akan tetapi oksidasi
lebih lanjut dari piruvat dan NADH oleh mitokondria memerlukan oksigen. Karena
itu, bila oksigen terbatas maka NADH dan piruvat mulai tertimbun. Keadaan ini
menyebabkan tumbuhan melakukan respirasi anaerobik atau fermentasi, yaitu
membentuk etanol atau asam laktat seperti terlihat pada gambar 4.3. Pertama-tama
terjadi reaksi dekarboksilasi untuk membentuk asetaldehid, kemudian direduksi oleh
NADH membentuk etanol. Semua reaksi dikatalisis oleh ensim asam piruvat
dekarboksilase dan alkohol dehidrogenase. Beberapa sel mengandung asam laktat
dehidrogenase yang menggunakan NADH untuk mereduksi piruvat menjadi asam
laktat. Etanol atau asam laktat, atau keduanya merupakan produk fermentasi. Pada
setiap keadaan, NADH pereduksi dan hanya pada keadaan anaerobiklah NADH
tersedia dalam jumlah yang cukup banyak untuk menjalankan reduksi. Lebih jauh
pada beberapa tumbuhan, NADH digunakan untuk menimbun senyawa lain bila O2
terbatasterutama asam malat dan gliserol.

2.1.2.3 Daur Krebs / Daur Asam Trikarboksilat (TCA)


Langkah awal menuju daur krebs menyangkut oksidasi dan hilangnya CO2 dari
piruvat, dan penggabungan sisa unit asetat 2 karbon dengan senyawa yang
mengandung belerang, yakni ko-ensim A (COA) membentuk asetil COA. Peran CoA
dalam daur krebs ini menyebabkan mengapa belerang termasuk hara esensial. Reaksi
dekarboksilasi piruvat juga melibatkan terfosforilasi tiamin (vitamin B1) sebagai
gugus prostetik, hal ini yang menyebabkan bahwa pentingnya vitamin B1
padatumbuhan dan hewan. Disamping hilangnya CO2, dua atom hidrogen diambil
dari asam piruvat selama pembentukan asetil CoA. Ensim yang mengkatalisisnya
secara lengkap ialah asam piruvat dehidrogenase. Atom hidrogen yang diambil dari
piruvat akhirnya diterima oleh NAD+, menghasilkan NADH. Reaksi ini dan reaksi
daur Krebs lainnya.
Daur Krebs melakukan pengambilan beberapa elektron dari asam organik antara
dan mengangkut elektron tersebut ke NAD+ atau ke ubikuinon. Tidak ada ensim
dehidrogenase dari daur ini yang menggunakan NADP+ sebagai penerima elektron,
dan NADP+ biasanya hampir tidak terdeteksi di dalam mitokondria tumbuhan.
Keadaan yang berlawanan dengan kloroplas adalah kandungan NADP pada
kloroplassangat berlimpah, sedangkan NAD+ lebih sedikit. Tidak saja NADH dan
ubikuinol merupakan produk penting dari krebs, tetapi juga satu molekul ATP
dibentuk dari ADP dan Pi selama pengubahan suksinat koensim A menjadi asam
suksinat. Dua molekul CO2 tambahan (Gambar 4.4) dilepas selama reaksi daur Krebs,
sehingga terjadi kehilangan neto kedua atom karbon dari asetil CoA. Pelepasan CO2
pada daur Krebs menjelaskan bahwa adanya produk CO2 dari rangkuman respirasi,
tetapi tidak ada O2 yang diserap selama reaksi daur Krebs.

Fungsi utama daur Krebs ialah sebagai berikut:


1. Reduksi NAD+ dan ubikuinon menjadi elektron donor NADH dan ubikuinol, yang
akan dioksidasi untuk menghasilkan ATP.
2. Sintesis langsung ATP dalam jumlah terbatas (satu ATP untuk setiap piruvat yang
dioksidasi).
3. Pembentukan kerangka karbon yang dapat digunakan untuk mensintesis asam
amino tertentu yang kemudian akan diubah menjadi molekul yang lebih besar.

Dua piruvat yang dihasilkan dalam glikolisis dari tiap glukosa menyebabkan reaksi
keseluruhan daur Krebs dapat ditulis sebagai berikut:

2 piruvat + 8 NAD+ + 2 ubikuinon + 2 ADP2- + 2 H2PO4- + 4H2O 6CO2 + 2ATP3-


+ 8 NADH + 8H+ + 2 ubikuinol.

3.1.3.4. Rantai Respirasi / Sistem Pengangkutan Elektron dan Fosforilasi


Oksidatif

NADH yang ada di mitokondria berasal dari tiga proses utama, yaitu glikolisis,
daur Krebs, dan oksidasi glisin (di daun ) yang dihasilkan selama fotorespirasi. Bila
NADH dioksidasi akan dihasilkan ATP, dengan cara yang serupa ubikuinol yang
dihasilkan oleh asam suksinat dehidrogenase dalam daur Krebs juga dioksidasi untuk
menghasilkan ATP. Walaupun oksidasi ini melibatkan pengambilan O2 dan
pembentukan H20, baik NADH ataupun ubikuinol tidak dapat bergabung secara
langsung dengan O2 untuk membentuk H2O. Yang terjadi, elektronnya ditransfer
melalui beberapa senyawa antara sebelum H2O terbentuk. Pembawa elektron ini
merupakan sistem pengangkutan elektron mitokondria. Pengangkutan elektrondimulai
dari pembawa elektron yang secara termodinamika sulit untuk direduksi, yaitu yang
mempunyai potensial reduksi negatif ke pembawa yang mempunyai potensial reduksi
yang positif. Oksigen mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menerima
elektron guna membentuk H2O. Setiap pembawa dari sistem tersebut biasanya
menerima elektron dari pembawa sebelumnya yang terdekat.
Seperti pengangkutan elektron pada kloroplas, transfer elektron dari molekul air
ke sistem mitokondria melibatkan sitokrom (empat jenis b dan dua jenis C) dan
beberapa kuinon khususnya ubikuinon. Juga terdapat beberapa flavoprotein
(riboflavin yang mengandung protein), beberapa protein besi-belerang (Fe-S) yang
serupa dengan feredoksin, sebuah ensim sitokrom oksidase, dan beberapa pembawa
elektron lainnya yang belum diidentitifikasi. Sitokrom dan sitokrom oksidase
mengandung besi sebagai bagian dari gugus heme. Flavoprotein mengandung flavin
adenin dinukleotida (FAD) atau flavin adenin dinukleotida (FMN) sebagai gugus
prostetik.
Sitokrom dan protein Fe-S setiap kali hanya dapat menerima atau mentransfer
satu eketron. Ubikuinon seperti plastokuinon kloroplas, menerima dan mentransfer
dua elektron dan dua H+, hal yang sama juga terjadi pada flavoprotein. Ubikuinon
dan flavoprotein sangat penting dalam pembentukan gradien pH antara matrik (pH
sekitar 8,5) yang melintasi membran dalam ke ruang antar membran (pH mendekati
7), sebab menurut teori kemiosmotik Mitchell gradien pH ini mendorong
pembentukan ATP dan ADP dan Pi.
Pembentukan ATP dari ADP dan Pi di mitokondria, secara tidak langsung
didorong oleh kecendrungan O2 secara termodinamika untuk tereduksi, dan proses ini
disebut fosforilasi oksidatif. Di kloroplas, fosforilasi dikatalisis oleh ATP sintase
tilakoid, dan melintasi membran dalam. ATP yang terbentuk diangkut menuju sitosol
oleh transpor balasan dengan ADP berikutnya. ATP kemudian segera dipindahkan
dengan cara melintasi membran luar yang jauh lebih permeabel menuju sitosol.
Membran luar mempunyai porin dan saluran yang mampu dilalui oleh molekul
dengan bobot kurang dari 5 kDa, sehingga dengan mudah nukleotida dan berbagai
metabolik lainnya dapat melewati membran itu .
Posfat juga diperlukan dalam pembentukan ATP, dan akan dibawa melewati
membran dalam yang jauh kurang permeabel ke dalam matrik oleh dua sistem
transpor yang sacara bersamaan membawa OH- atau asam dikarboksilat, misalnya
asam malat keluar dari matrik menuju ruang antar membran.
Lintasan utama pengangkutan elektron dimulai dari NADH + H+ yang terbentuk
dimatrik oleh ensim daur Krebs. Kedua elektron dan kedua H+ menuju
flavoproteinyang mengandung FMN, lalu membawa elektron ke protein Fe-S. Besi
dalam Fe-S ini dapat menerima hanya satu elektron dan tidak menerima H+ , kedua
H+ ditransfer ke dalam ruang antar membran. Ini merupakan langkah pertama dari
empat langkah yang dilakukan sepasang H+ untuk pindah dari matrik melawati
membran dalam mitokondria bersama-sama dengan dua elektron. Fe-S tereduksi akan
memindahkan elektron ke ubikuinon (UQ), dengan cara 2H+ yang diambil dari
matriks akan tereduksi menjadi ubikuinol (UQH2). Dari UQH2, elektron akan pindah
satu persatu menuju keberbagai sitokrom b. Kedua H+ dari UQH2 ditransfer ke luar
ruangan antarmembran. Protein Fe-S lainnya akan menerima dan mentransfer elektron
ke Fe3+ di sitokrom C1 dengan cara pengeluaran ketiga dari sepasang H+. Dari
sitokrom C1, elektron diterima oleh sitokrom C kemudian ditransfer ke O2
membentuk H2O yang dikatalisis oleh sitokrom oksidase. Oksidase ini mengandung
komponen a dan a3 yang tidak terpisahkan, dan juga beberapa polipeptida lainnya
yang total mengandung dua ion tembaga yang menjalani oksidasi-reduksi antara
bentuk Cu+ dan Cu 2+. Kedua tembaga tersebut terlibat dalam pengangkutan elektron
antara komponen besi dari sitokrom a dan a3. Oksidasi sitokrom C oleh sitokrom
oksidase dengan cara memindahkan sepasang H+ dari matriks ke ruang
antarmembran.

Setiap NADH yang di lepas pada glikolisi, dan setiap ubikuinol yang dibentuk
pada daur Krebs oleh oksidasi suksinat hanya dua ATP yang terbentuk, sebab molekul
NADH dan UQH2 menyumbang elektron ke rantai pengangkutan hanya setelah
pasangan pertama H+ di lintasan utama telah menuju ruang antar membran, sehingga
terjadi perbedaan pH yang lebih kecil sepanjang membran dibanding ketika
dioksidasi. Setiap NADH yang berasal dari glikolisis di sitosol, dua flavoprotein (FP)
yang mengandung NADH dehidrogenase akan muncul dipermukaan luar membran
dalam, seperti tampak pada gambar 4.6. Selanjutnya NADPH (sebagai lintasan
pentosa fosfat dapat dioksidasi olehdehidrogenase)Kemampuan mitokondria
tumbuhan untuk mengoksidasi NADHdan NADPH sitosol secara langsung, tidak ada
pada mitokondria hewan (hewan mempunyai ensim transhidrogenase yang
mengangkut elektron dari NADPH ke NAD+, membentuk NADP+ dan NADH, dan
mereka menggunakan pembawakhusus untuk memindahkan pasangan elektron dari
NADH ke matrik). Ubikuinol yang dihasilkan di daur Krebs dioksidasi serupa dengan
yang di mitokondria tumbuhan maupun hewan, elektronnya diambil dari sitokrom b
sehingga H-nya akan melintasi membran ke ruang antarmembran. Dua ATP terbentuk
dari setiap ubikuinol yang berasal dari suksinat di daur Krebs
Fosforilasi oksidatif dari semua substrat yang ada di mitokondria dilepas dari
pengangkutan elektron oleh berbagai senyawa pemecah, sama seperti di kloroplas.
Sebagian besar senyawa ini menetralkan gradien pH dengan membawa H+ ke dalam
matriks dan mencegah fosforilasi oksidatif, akan tetapi tetap mempertahankan
kelangsungan pengangkutan elektron. Kadangkala pengangkutan ini berlangsung
lebih cepat, kemungkinan karena adanya tekanan balik dari gradien pH. Dinitrofenol
memecahkan lebih efektif di mitokondria daripada di kloroplas, demikian juga
berbagai senyawa lainnya. Pada konsentrasi yang tepat, dinitrofenol dapat
mempercepat pengangkutan elektron dan respirasi, karena dapat memperkecil gradien
pH sepanjang membran dalam dan memungkinkan H+ diangkut keluar dengan lebih
mudah oleh faktor perangkai ATP-ase. Ion amonium yang secara kuat melepaskan
fosforilasi fotosintesis di kloroplas, dinitrofenol merupakan penghambat yang kurang
potensial dibanding dengan fosforilasi oksidatif di mitokondria. Bahkan mitokondria
toleran terhadap NH4+ sampai dengan 20 mM. Sebagian dari ketahanan ini
berhubungan dengan melimpahnya NH4+ di dalam mitokondria yang timbul di daun
dari dekarboksilasi oksidatif glisin selama fotorespirasi.
Ada juga senyawa lain yang menghambat fosforilasi oksidatif atau pengangkut
elektron. Sebagai contoh, dua penghambat fosforilasi yang potensial adalah
oligomisin, yaitu antibiotika yang dihasilkan oleh spesies Streptomyces, dan asam
bongkrekat yaitu antibiotika yang dihasilkan oleh spesies Pseudomonas yang tumbuh
pada ampas kelapa yang terinfeksi oleh jemur bongkrek. Oligomisin menghambat
pembentukan ATP oleh ATP- ase, sedangkan asam bongkrekat menghambat
pembentukan ATP dengan menghadang sistem transpor balasan yang membawa ADP
dari ruang antarmembran menuju matrik dalam pertukaran dengan ATP. Tanpa ADP
ini, fosforilasi oksidatif tidak akan berlangsung, Antimisin A, juga dari Streptomyces,
menghadang pengangkutan elektron pada atau dekat tahap sitokrom b ke protein Fe-S

Perhitungan Energi Glikolisis, Daur Krebs, dan Rantai Respirasi.


Bila seluruh heksosa dioksidasi menjadi CO2 dan H2O menggunakan tiga proses
tersebut, maka energi sebagai produk sebagian besar terdapat dalam bentuk
ATP.Namun, berapa banyak yang terdapat di ATP dan berapa yang hilang sebagai
bahan. Untuk menjawab pertanyaan itu, perhatikan pada glikolisis yaitu perubahan
glukosa menjadi fruktosa 1,6 diposfat memerlukan dua ATP, akan tetapi segera
akanmenghasilkan ATP yaitu pada perubahan asam 1,3 diposfogliserat menjadi asam
3 posfogliserat, dan asam posfoenol piruvat menjadi asam piruvat, masing-masing dua
molekul ATP. Disamping itu Dua molekul NADH (Satu NADH setara dengan tiga
ATP) dihasilkan pada proses oksidasi gliseraldehid 3 posfat menjadi asam 1,3
diposfogliserat, sehingga jumlah neto tenaga yang dihasilkan menjadi 8 ATP. Ini
berarti hanya kira-kira 60 kcal (8x -7300 cal) / molekul glukosa atau kira-kira 10%
daripada jumlah tenaga yang tersedia di dalam glukosa yang dibebaskan. Beberapa
tenaga yang dibebaskan pada perubahan glukosa menjadi asam piruvat dalam bentuk
panas, tetapi lebih besar tenaga yang ada pada glukosamasih tersimpan di dalam
molekul asam piruvat dan tenaga ini akan dibebaskan pada reaksi daur Krebs. Daur
Kreb menyumbang dua ATP per heksosa atau per dua piruvat bila suksinil CoA
dipecah menjadi suksinat dan CoASH. Daur ini juga menghasilkan delapan NADH
per heksosa di matriks mitokondria, melalui fosforilasi oksidatif tiap NADH
menghasilkan tiga ATP, atau 24 ATP per heksosa. Selain itu daur Kreb juga
menghasilkan dua molekul ubikuinol ( satu ubikuinol setara dengan dua ATP) atau
empat ATP per heksosa atau per dua piruvat. Jadi total ATP sumbangan Daur Kreb
ialah 30 ATP, ditambah 8 ATP dari glikolisis sehingga menjadi 38 ATP per heksosa.
Oksidasi sempurna satu molekul glukosa menjadi CO2 + H2O menghasilkan
tenaga bebas – 686.000 cal. Tetapi melalui proses glikolisis dan daur Kreb,
menghasilkan 38 ATP (38x -7300 cal) = -277.000 cal. Jadi panas yang dibebaskan
dapat dikurangi menjadi -686.000 cal – (-277.000 cal) = - 409.000 cal. Efisiensi
pengubahan tenaganya + -277.000/ -686.000 x 100% = 40 %.

BAB 7
Persiapan Lahan Tanam
A. Persiapan Lahan Tanam
Pekerjaan persiapan lahan (land preparation) merupakan bagian dari kegiatan
reklamasi yang bertujuan untuk membentuk dan menata kembali kondisi dan
kontur lahan agar memenuhi persyaratan untuk tumbuh kembang tanaman (siap
untuk di-revegetasi).

B. Tanah
Tanah dan lahan memiliki pengertian dan maksud yang berbeda. Tanah
merupakan komponen lahan yang utama. Tanah memiliki sifat dan memenuhi syarat
untuk disebut sumberdaya. Tanah dapat menghasilkan bahan nabati,untuk kemudian
menghasilkan bahan hewani. Tanah mempunyai daya tumpu, sehingga di atasnya
dapat didirikan bangunan. Tanah merupakan bahan mentah untuk membuat beraneka
barang.

Tanah mampu menyerap cairan, menguraikan bahan organik, mematikan


pathogen, berdaya sangga terhadap zat kimia, dengan demikian berfungsi untuk
sanitasi lingkungan. Dengan kemampuan infiltrasi dan perkolasinya tanah dapat
menyalurkan sebagian air hujan untuk mengisi cadangan air tanah. Taman, jalur hijau,
pohon peneduh atau pematah angin, dan hutan wisata dibangun di atas tanah. Tanah
diperlukan untuk tujuan estetika dan rekreasi.

C. Lahan

Lahan merupakan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu


yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman
dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat
tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi
lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Pengolahan lahan merupakan suatu proses mengubah sifat tanah dengan


mempergunakan alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh lahan
pertanian yang sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki manusia dan sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.

D. Maksud dan Tujuan Pengolahan Lahan


Pengolahan lahan dalam usaha pertanian bertujuan untuk :

1. Menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik
2. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan
3. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar
dekomposisi berjalan dengan baik
4. Menurunkan laju erosi
5. Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan
6. Menyatukan pupuk dengan tanah
7. Mempersiapkan tanah untuk mempermudah pengaturan irigasi

E. Primary Tillage
Pengolahan primer (primary tillage) biasanya dilakukan dengan menggunakan
mesin bajak, sehingga sering disebut dengan pembajakan.Tujuan dari pengolahan
primer yaitu untuk membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan
tanah. Kegiatan pembajakan dilakukan sedalam 30 sampai 50 cm.

Alat yang digunakan dalam pengolahan primer antara lain bajak singkal (mold
board plow), bajak priringan (disk plow), bajak rotari (rotary plow), bajak
brujul (chisel plow), bajak bawah tanah (subsoil plow), dan bajak raksasa (giant
plow).

F. Secondary Tillage
Pengolahan sekunder dilakukan setelah pembajakan (pengolahan primer) yang dapat
diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam
(kedalaman tertentu yaitu 10 sampai 15 cm). Tujuan pengolahan sekunder adalah
sebagai berikut:

1. Untuk memperbaiki pertanian dengan menggemburkan tanah yang lebih baik


2. Untuk mengawetkan lengas tanah
3. Untuk menghancurkan sisa-sisa tanaman yang tertinggal dan mencampurnya
dengan tanah lapisan atas
4. Untuk memecah bongkahan tanah dan sedikit memantapkan lapisan  tanah
atas, sehingga menempatkan tanah dalam kondisi lebih baik untuk penyebaran
perkecambahan benih
5. Mempersiapkan kondisi tanah yang siap tanam (guludan, bedengan dll)
6. Membunuh gulma dan mengurangi penguapan terutama tanah bero.

Alat yang dapat digunakan dalam pengolahan sekunder yaitu garu (harrow), bajak
pengaduk tanah di bawah permukaan (sub surface tillage and field cultivation),
ataupun dapat menggunakan peralatan dalam pengolahan primer dengan melakukan
beberapa modifikasi.

G. Intensitas Pengolahan Lahan

a) No tillage(Tanpa Olah Tanah / TOT)

Pengolahan lahan no tillage atau TOT merupakan sistem pengolahan tanah


yang merupakan adopsi sistem perladangan dengan memasukkan konsep
pertanian modern. Tanah dibiarkan tidak terganggu, kecuali alur kecil atau lubang
untuk penempatan benih atau bibit. Sebelum tanam sisa tanaman atau gulma
dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu penempatan benih
atau bibit tersebut. Seresah tanaman yang mati dan dihamparkan dipermukaan
tanah ini dapat berperan sebagai mulsa dan menekan pertumbuhan gulma baru
dan pada akhirnya dapat memperbaiki sifat dan tata air tanah.

Pada sistem tanpa olah tanah (TOT), erosi tanah dapat diperkecil dari
17.2ton/ha/tahun menjadi 1 ton/ha/tahun dan aliran permukaan ditekan 30 – 45%.
Keuntungan  lain yang di dapat pada sistim tanpa olah tanah yaitu adanya
kepadatan perakaran yang lebih banyak, penguapan lebih sedikit, air tersedia bagi
tanaman makin banyak.

b) Minimum tillage(pengolahan lahan secara minimal)

Pengolahan minimum (minimum tillage) merupakan suatu pengolahan lahan


yang dilakukan seperlunya saja (seminim mungkin), disesuaikan dengan
kebutuhan pertanaman dan kondisi tanah. Pengolahan minimum bertujuan agar
tanah tidak mengalami kejenuhan yang dapat menyebabkan tanah sakit (sick
soil) dan menjaga struktur tanah. Selain  itu, dengan pengolahan minimum dapat
menghemat biaya produksi.

Dalam sistem pengolahan minimum, tanah yang diolah hanya pada spot-


spot tertentu dimana tanaman yang akan dibudidayakan tersebut ditanam.
Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada bagian perakaran tanaman saja (sesuai
kebutuhan tanaman), sehingga bagian tanah yang tidak diolah akan terjaga
struktur tanahnya karena agregat tanah tidak rusak dan mikroorganisme tanah
berkembang dengan baik.

Pada pengolahan minimum, tidak semua lahan tidak diolah sehingga


ada spot-spot dari lahan tersebut yang diistirahatkan. Hal tersebut dapat
memperbaiki struktur tanah karena dalam lahan yang diistirahatkan,
mikroorganisme tanah akan melakukan dekomposisi bahan-bahan organik. Selain
itu, mikroorganisme akan mengimmobilisasi logam-logam berat sisa pemupukan
yang ada dalam tanah sperti Al, Fe dan Mn.

c) Maximum tillage(pengolahan lahan secara maksimal)

Pengolahan lahan secara maksimal merupakan pengolahan lahan secara


intensif yaang dilakukan pada seluruh lahan yang akan ditanami. Ciri utama
pengolahan lahan maksimal ini antara lain adalah membabat bersih, membakar
atau menyingkirkan sisa tanaman atau gulma serta perakarannya dari areal
penanaman serta melalukan pengolahan tanah lebih dari satu kali baru ditanamai.

Pengolahan lahan maksimum mengakibatkan permukaan tanah menjadi


bersih, rata dan bongkahan tanah menjadi halus. Hal tersebut dapat
mengakibatkan rusaknya struktur tanah karena tanah mengalami
kejenuhan, biologi tanah yang tidak berkembang serta meningkatkan biaya
produksi.

BAB 8
Peranan Teknologi Dalam Teknik Budidaya Tanaman
A. Vertikultur
1. Vertikultur
Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam diruang/lahan sempit dengan
memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara
bertingkat. Tujuan vertikultur adalah memanfaatkan lahan yang sempit secara
optimal. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana  alami yang menyenangkan. Model, bahan, ukuran,
wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan.
Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak
tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa
bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa,
karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di
sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki
nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek.

2. Tujuan Teknik Vertikultur


Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara
optimal . Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi
sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur.
tergantung kepada model dan sistem tambahan yang dipergunakan. Dalam model
sederhana, struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya
mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan di rumah-rumah. Sistem tambahan yang
memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus, contohnya penggunaan sistem
hidroponik atau irigasi tetes (Temmy, 2003).

3. Kelebihan penerapan Teknik Vertikultur


Kelebihan sistem pertanian vertikultur: 
1) Efisiensi dalam penggunaan lahan. 
2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida. 
3) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah
tertentu. 
4) Mudah dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman. Sistem budidaya tanaman
yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat dapat dilakukan  di dalam ruangan
maupun luar ruangan. Sistem budidaya tanaman secara vertikal atau bertingkat
ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan
terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang
tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.

4. Bentuk-bentuk Vertikultur
Pertanian dengan teknologi vertikultur dapat  menerapkan beberapa model, 
tinggal disesuaikan dengan bahan yang tersedia, kondisi dan keinginan. Bahan yang
dapat digunakan seperti bambu, pipa paralon, pot, terpal, kaleng bekas, bahkan
lembaran pembungkus semen atau  karung beras pun bisa. Intinya wadah yang bisa
ditempati menanam dengan baik dan juga memberikan nilai stetika.
Beberapa model teknologi vertikultur yang dapat diterapkan adalah :

A). Vertiminaponik yang merupakan kombinasi antara system budidaya sayuran


secara vertical berbasis pot talang plastik dengan aquaponik (budidaya ikan) atau
dengan kata lain integrasi antara budidaya sayuran dengan ternak ikan. Media tanam
yang digunakan adalah batu zeolit dan kompos.

B). Walkaponik yang merupakan system budidaya sayuran yang juga diintegrasikan


dengan ternak ikan. Prinsip dari walkaponik sama dengan vertiminaponik, yang
membedakan adalah system budidaya sayuran yang menggunakan pot-pot dan
disusun sedemikian rupa membentuk taman vertical, sehingga disebut walkaponik
yang berasal dari kata wall gardening dan aquaponik. Media tanam yang digunakan
adalah batu zeolit dan kompos.

C). Model Wall gardening yang merupakan sistem budidaya tanaman memanfaatkan


tembok atau dinding yang kosong. Beberapa model wall gardening meliputi:

(1). Wall gardening model terpal : bahan yang digunakan adalah terpal yang dibentuk
seperti tempat sepatu. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam
dan kompos/pupuk kandang;

(2). Wall gardening model paralon : bahan yang digunakan adalah paralon atau


bambu yang dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Media tanamnya adalah
campuran tanah, sekam dan kompos/pupuk kandang;

(3) Wall gardening model pot plant : bahan yang digunakan adalah pot dengan
rangka besi atau balok sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah
campuran tanah, seam, dan kompos/pupuk kandang;
(4). Wall gardening model partisi/modul: bahan yang digunakan adalah agro pro dan
besi sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah cocopeat dan pupuk
kandang/kompos.

5. d) Media tanam yang digunakan dalam Teknik Vertikultur


Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan
keberhasilan dalam budidaya tanaman. Media tanam akan menentukan baik buruknya
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Media
tanam memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan
menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media
tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Untuk budidaya
tanaman dalam wadah pot atau polybag,  media tanam dibuat sebagai pengganti tanah.
Oleh karena itu, harus bisa menggantikan fungsi tanah bagi tanaman, (Anonim, 2016).

Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui
akarnya. Media tanam yang digunakan sebaiknya campuran antara tanah, pupuk
kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul,
dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki
kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh
akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung
air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan
diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan
hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu
kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media
tanam di dalam wadah diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir,
juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar
ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

6. Jenis Tanaman yang Dibudidayakan dengan Teknik Vertikultur


Sayuran yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan wadah yang tersedia
atau kemampuan wadah dalam menyiapkan media untuk kebutuhan tanaman yang
akan ditanam. Dengan teknologi vertikultur ini kita bisa menanam berbagai jenis
tanaman misalnya seledri, cabai, terong, bawang kucai,  mentimun, seladah, bawang
merah, tomat, kemangi, sawi, bayam, kangkung dan berbagai jenis sayuran lainnya
yang penting tanaman jenis kecil dengan perakaran pendek. 

7. Langkah-langkah dalam melakukan penanaman dan pemeliharaan


dengan teknik vertikultur

1) Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan penanaman dan pemeliharaan


dengan teknik vertikultur;
2) Siapkan wadah penanaman, kemudian isi dengan komposis media yang telah
ditetapkan, 
3) Keluarkan bibit semai beserta medianya dari dalam wadah penyemaian, 
4)  Masukkan ke dalam wadah penanaman yang baru sampai  batas leher tanaman,
5) Padatkan media di sekitar permukaan media, lalu susun tanamansesuai tingkatan
berdasarkan kebutuhannya akan cahaya matahari, 
6) tanaman setiap hari. Jika terlihat ada hama, segera ambil dan matikan. Jika
tanaman terserang penyakit, cabut tanaman dan buang medianya, kemudian ganti
dengan media dan tanaman yang baru,
7) Bila tanaman kurang subur, tambahkan pupuk kandang atau kompos yang telah
matang, 
8) Lakukan penyiraman atau penyemprotan secara rutin menggunakan sprayer
dengan frekuensi dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

B. Silvikultur

a) Silvikultur

Upaya melestarikan hutan dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah


satunya adalah dengan kegiatan silvikultur yang memiliki peranan penting dalam
bidang kehutanan. Budidaya hutan atau yang kita sebut silvikultur ini juga
dipelajari dalam jurusan atau program studi dibeberapa perguruan tinggi ternama,
seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Indonesia memiliki harapan baru dalam kejayaan perusahaan hutan alam


melalui sistem silvikultur. Budidaya hutan agar tetap lestari serta mampu
memenuhi kebutuhan hasil hutan, baik kayu maupun non kayu sangat diperlukan.
Saat ini, ilmu mengenai budidaya hutan juga telah berkembang pesat.
Contohnya adalah metode penembakan sinar elektromagnetik untuk
pembudidayaan yang maksimal.

Silvikultur adalah kegiatan pengendalian proses permudaan (penanaman),


pertumbuhan, komposisi, kesehatan dan kualitas suatu hutan untuk mencapai
aspek ekologi dan ekonomi yang diharapkan.

Lebih spesifik lagi, bidang studi yang masih berkaitan dengan silvikultur
adalah silvologi. Silvologi adalah studi mengenai hutan dan kayu.

Silvikultur fokus terhadap perawatan tegakan hutan agar tetap produktif.


Dapat dikatakan, silvikultur adalah perpaduan antara ilmu dan seni
menumbuhkan hutan berdasarkan ilmu silvika, yakni pemahaman mengenai sifat
hidup jenis-jenis pohon serta interaksinya dalam tegakan, dan penerapannya
memperhatikan karakteristik lingkungan tertentu.

Definisi lain mengenai silvikultur juga dikemukakan oleh Broun pada tahun
1912, yaitu: The theory and practice of controlling the establishment
composition, character, and growth of forest stands to satisfy specific objectives.

Silvikultur berbeda dengan kehutanan, bedanya terletak pada cakupan


silvikultur pada arah tegakan, sedangkan kehutanan bersifat lebih umum.

b) Tujuan sistem budidaya hutan


Tujuan dari sistem budidaya hutan adalah tercukupinya kebutuhan hasil
hutan, baik berupa kayu dan non kayu. Hasil hutan berupa kayu yang memiliki
nilai ekonomis tinggi, antara lain jati, mahoni, ulin, gaharu dan sebagainya.
Sedangkan hasil hutan non kayu, seperti madu lebah hutan, getah, dan lainnya.

c) Fungsi dan Tahap Silvikultur

Sistem ini memiliki prioritas untuk mencapai pengelolaan hutan secara


lestari, dengan tahap berikut ini:
1. Kontrol
Kegiatan kontrol dalam budidaya hutan adalah aktivitas mengamati
dan menganalisa, apakah pada hutan tersebut diperlukan tindakan
silvikultur atau tidak. Pertimbangan secara ekonomi juga harus
diperhitungkan, agar biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan budidaya
hutan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
2. Fasilitas
Kegiatan budidaya hutan yang dilakukan setelah kegiatan kontrol.
Fasilitasi merupakan tindakan penyiangan, pemberian pupuk,
pemangkasan, dan tindakan lainnya. Tujuan dari kegiatan ini agar pohon
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
3. Perlindungan
Perlindungan diperlukan agar tanaman hutan tidak terkena serangan
hama dan penyakit dengan ccara melakukan pencegahan dan perbaikan.
4. Fungsi Penyelamatan
Penyelamatan adalah kegiatan untuk menghilangkan berbagai
macam gangguan yang terjadi pada hutan. Misalnya pemadaman hutan
ketika terjadi kebakaran, penghilangan hama dan penyakit.
d) Sistem Silvikultur
Sistem silvikultur adalah suatu sistem yang mencakup seluruh pengelolaan
hutan produksi, mulai dari penyemaian hingga tahap pemanenan pada hutan
produksi alam (IUPHHK-HA) serta hutan tanaman (IUPHHK-HT) secara
berkelanjutan.

IUPHHK-HA merupakan kependekan dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil


Hutan Kayu pada Hutan Alam. Sedangkan IUPHHK-HT merupakan kependekan
dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Hutan Tanaman.

Kementerian Kehutanan (saat ini menjadi Kementerian Lingkungan Hidup


dan Kehutanan) telah mengatur sistem silvikultur melalui peraturan yang
dikeluarkan. Peraturan ini membatasi perusahaan yang memegang hak IUPHHK-
HA atau IUPHHK-HT agar tidak melakukan kegiatan silvikulur tanpa dasar yang
jelas.

Beberapa sistem silvikultur yang telah dikenal dan diterapakan di Indonesia


adalah TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia), TPTJ (Tebang Pilih Tanam Jalur),
TR (Tebang Rumpang), dan THPB (Tebang Habis Permudaan Buatan).
1. TPTI – Tebang Pilih Tanam Indonesia

Sistem tebang pilih tanam merupakan cara silvikultur yang meliputi


penebangan dan permudaan hutan. Sistem silvikultur ini adalah perpaduan cara
tebang pilih Filipina (selective logging), penyempurnaan hutan dengan tanaman
pengayaan (enrichment), pembinaan permudaan dengan penebasan tumbuhan
pengganggu, serta penerapan batas minimum diameter di Indonesia.
2. TPTJ – Tebang Pilih Tanam Jalur

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 309/kpts-II/1999


tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanam Pokok dalam Pengelolaan Hutan
Produksi, memberi pengertian bahwa sistem silvikultur TPTJ (Tebang Pilih
Tanam jalur) adalah sistem yang meliputi cara tebang pilih dengan batas diameter
40 cm dan diikuti permudaan buatan dalam jalur.

Sistem silvikultur TPTJ wajib dilakukan penanaman tanaman pengayaan


pada areal bekas jalur tebangan dengan jarak tanam antar jalur 25 m dan jarak
tanam antar pohon 5 m. Adanya ruang antar jalur ditujukan agar keanekaragaman
hayati berkembang dan memperkaya kelestarian ekosistem.

Dibandingkan sistem TPTI, sistem TPTJ memiliki kelebihan yaitu lebih


terjaminnya produktivitas hutan karena mekanisme kontrol lebih optimal dan
mudah dilakukan.

3. TR – Tebang Rumpang

Tebang rumpang adalah pemanenan yang dilakukan berdasarkan kelompok


pohon di dalam bentuk rumpang. Rumpang adalah bentuk ruang terbuka hasil
dari penebangan kelompok vegetasi yang berbentuk melingkar berukuran 1-2 kali
tinggi pohon tepinya.

Tujuan sistem tebang rumpang adalah untuk meningkatkan produktivitas


hutan alam tegakan tidak seumur melalui cara tebang kelompok. Selain itu, ruang
tumbuh dalam rumpang juga dimanfaatkan untuk meningkatkan tiap
pertumbuhan agar menghasilkan produksi yang berkelanjutan.

e) Dasar Pelaksanaan Sistem Silvikultur


Pelaksanaan sistem silvikultur ini didasari pada hal-hal berikut:
 Azas kelestarian hutan bertujuan agar kelestarian hutan untuk produksi dan
ekosistem yang ada didalamnya tercapai. Hasilny adalah pengusahaan hutan
yang terus berjalan dan fungsi ekosistem terjaga dengan baik.
 Penggunaan teknik silvikultur yang digunakan harus sesuai dengan tipe hutan,
sifat-sifat tumbuhan, dan kondisi ekologi.
 Keuntungan dari pengusahaan hutan serta pengawasan yang efektif dan
efisien.

Silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia) memiliki prinsip dasar sebagai
berikut:

 Rotasi tebang
 Adanya tanaman pengayaan
 Pembatasan diameter minimum tebangan
 Adanya pohon inti
 Pencegahan erosi
 Pengamanan hutan

f) Inti Sistem Silvikultur

Kegiatan pada sistem silvikultur pada dasarnya meliputi tahap-tahap sebagai


berikut:
1. Permudaan

Permudaan hutan adalah usaha memperbarui tegakan hutan dengan cara


menanam pohon baru. Metode permudaan, spesies yang ditanam, serta kepadatan
tegakan pohon dipertimbangkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Permudaan
dapat dibedakan atas permudaan alami dan permudaan buatan.

Permudaan buatan menjadi metode yang paling umum dalam menanam. Sebab,
metode ini lebih dapat diandalkan dibandingkan regenerasi alami. Penanaman dapat
menggunakan semai (bibit), stek, atau benih.

Regenerasi secara alami adalah permudaan hutan dengan memanfaatkan biji dari
pohon-pohon induk yang tersisa, semai akar atau terubusan dari tunggak. Konifer
melakukan regenerasi melalui biji, sedangkan sebagian jenis pohon berdaun lebar
dapat memperbanyak spesiesnya melalui terubusan akar atau tunggak.

2. Perawatan Hutan

Pengayaan (enrichment) adalah upaya meningkatkan kepadatan tegakan hutan


dengan melakukan penanaman di hutan yang telah tumbuh. Istilah pengayaan
digunakan jika jenis tanaman yang ditanam berbeda dengan jenis-jenis pohon yang
telah ada. Sedangkan jika jenisnya sama, maka disebut dengan penyulaman atau
penyisipan.

Penjarangan (thinning) adalah kegiatan mengendalikan jumlah pohon pada area


tertentu, misalnya dengan menebang pohon yang tumbuh tidak normal atau kualitas
kayu yang buruk, sehingga memberi ruang lebih kepada pohon lain yang sehat.

Tindakan ini bukan untuk menyediakan ruang untuk menanam kembali,


melainkan sebagai seleksi untuk menebang pohon tertentu maupun secara mekanis
dengan pola tertentu. Penjarangan juga dilakukan dengan tujuan ekologi, seperti untuk
melestarikan spesies tertentu dan bukan hanya hasil kayu. Penjarangan berulang
kali dapat menjaga kadar karbon dalam tanah lebih baik dibandingkan metode tebang
habis kemudian ditanam kembali.

Pemangkasan (pruning) dalam silvikultur adalah pemotongan cabang terendah


dari suatu pohon yang tidak produktif dalam proses fotosintesis dan mencegah
perkembangan mata kayu. Kayu yang terbebas dari mata kayu memiliki nilai jual
yang lebih tinggi.

g) Program Studi Silvikultur

Ilmu mengenai sistem silvikultur dapat diperdalam melalui program studi silvikultur.
Saat ini, jurusan mengenai ilmu budidaya hutan telah ditawarkan oleh dua perguruan
tinggi ternama, yakni Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada
(UGM).

Pada perkuliahan jurusan silvikultur, dibahas berbagai mata kuliah mengenai


budidaya kelestarian hutan hingga rekayasa genetik untuk permudaan hutan.

Materi perkuliahan ketika menempuh jurusan ini antara lain:


1) Dendrologi

Dendrologi adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar di bidang kehutanan yang
mempelajari tentang pengertian pohon, morfologi atau sifat botani, taksonomi atau
klasifikasi tumbuhan, penjelasan suku, marga dan jenis spesies tumbuhan dalam
hutan, serta kegiatan eksplorasi flora kehutanan.

1. Perencanaan Pembangunan Hutan Tanaman

Bahasan studi ini adalah ruang lingkup bidang perencanaan pembangunan


hutan tanaman (pengertian dan fungsi rencana, unsur-unsur rencana, ilmu-ilmu
yang menunjang bidang perencanaan pembangunan hutan tanaman, fungsi dan
keterkaitannya satu sama lain), kegiatan perencanaan pembangunan hutan
tanaman Indonesia, serta metode dan teknik pengambilan keputusan.

2. Pemantauan Kesehatan Hutan

Pemantauan kesehatan hutan membahas konsep kesehatan hutan, kriteria dan


indikator kesehatan hutan, metode dan teknik pengambilan data kesehatan hutan
bagi indikator produktivitas, vitalitas, biodiversitas dan kualitas tapak, dan
parameter lain.

Manajemen data dan informasi kesehatan hutan serta proses analisis


multikriteria untuk penilaian kesehatan hutan akan digunakan untuk pengambilan
keputusan manajemen dan pengelolaan hutan lestari

3. Manajemen Pengendalian Kebakaran Hutan (MPKHL)

Studi ini membahas mengenai pengertian MPHKL, pendekatan


pencegahan kebakaran hutan, peraturan perundang-undangan kebakaran
hutan, Early Warning System (sistem peringatan dini kebakaran hutan), Fire
Danger Rating System (sistem penilaian bahaya kebakaran) organisasi
kebakaran, teknik pemadaman kebakaran, penanganan pasca kebakaran, dan
penggunaan inderaja dalam manajemen kebakaran.

2) Ekologi Hutan
Pelajaran atau mata kuliah ini mempelajari tentang ekologi dan ekosistem hutan,
prinsip energi, produktivitas, dinamika masyarakat tumbuhan, klasifikasi dan formasi
hutan, vegetasi hutan, keanekaragaman hayati, hubungan masyarakat tumbuhan
dengan lingkungan, serta dampak adanya gangguan hutan.

3) Silvika

Silvika merupakan cabang ilmu yang mempelajari faktor klimatis, edafis,


hidrologis, biologi, fisiografi dan interaksi berbagai macam faktor tersebut dalam
memengaruhi pertumbuhan pohon, regenerasi dan bentuk tegakan hutan. Selain itu,
silvika juga membahas tentang pengaruh hutan terhadap lingkungan.

4) Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan merupakan upaya yang dilakukan kepada hutan untuk mencegah
dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan serta hasil hutan akibat faktor-faktor
pengganggu.

Gangguan pada hutan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain hama,
penyakit, kebakaran hutan, penggembalaan ternak, pencurian hasil hutan serta alih
fungsi lahan secara ilegal.

Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan agar fungsinya tetap optimal dan
lestari sesuai peruntukannya. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan
pencegahan dan pemberantasan, contohnya adalah pemadaman api ketika terjadi
kebakaran hutan.

5) Praktik Pengenal Ekosistem Hutan

Pengenalan ekosistem hutan dilakukan dengan kegiatan praktik melalui pengamatan


dan pengukuran komponen ekosistem hutan alam dan hutan tanaman, mulai dari
kawasan pantai hingga pegunungan untuk mengenal tipe-tipenya.

Bagian-bagian ekosistem yang diamati berupa komponen satwa liar, fisik tanah,
iklim, perilaku vegetasi, interaksi antar komponen suatu ekosistem, manfaat suatu tipe
ekosistem di dalam hutan bagi kehidupan, serta pengenalan status dan fungsi hutan.

6) Syn-Ekologi Hutan
Studi syn-ekologu membahas tentang pengertian ekosistem hutan tropis, ekologi
populasi, ekologi komunitas, ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan mangrove,
ekosistem hutan rawa air tawar, ekosistem hutan gambut, ekosistem hutan hujan
tropis, ekosistem hutan musim, ekosistem padang sabana, ekosistem padang pasit,
serta penerapan bidang ilmu ekologi untuk mengelola ekosistem hutan secara
keseluruhan.

7) Ekologi Jenis Pohon Tropik

Ilmu ini mempelajari tentang geografi tumbuhan, studi ekologi jenis atau outekologi,
adaptasi dan domestikasi tumbuhan, ekologi pohon berjenis Dipterocarpaceae dan non
Dipterocarpaceae, ekologi jenis tanaman budidaya, dan ekologi jenis tumbuhan
penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK).

8) Pengaruh Hutan

Studi ini mempelajari mengenai daerah aliran sungai, neraca air, klasifikasi iklim,
praktik pengelolaan hutan berkaitan dengan bencana erosi, prinsip dan perencanaan
konservasi tanah dan air, serta bioengineering.

9) Pengelolaan Nutrisi Hutan

Pokok bahasan dalam studi ini meliputi pengertian dan batasan nutrisi hutan, tanah
dan perkembangan vegetasi hutan, tanah dan klasifikasinya, fungsi nutrisi hutan,
siklus hara, penilaian nutrisi hutan, pemupukakan dan penambahan nitrogen secara
biologi, pengolahan tanah dan regenerasi terhadap nutrisi hutan, manajemen nutrisi
hutan serta eveluasu nutrisi hutan untuk pelestarian hutan tanaman.

10) Silvikultur

Mata pelajaran ini mempelajari tentang pengertian silvikultur yang berkaitan dengan
cabang ilmu lainnya, pertumbuhan pohon, reproduksi pohon, ekofisiologi pohon,
teknik pembibitan dan pembangunan hutan serta bermacam sistem silvikultur.

11) Genetika Hutan

Genetika hutan adalah ilmu yang membahas tentang prinsip dan analisa genetika
secara umum, meliputi genetika mendelian, dasar molekuler, genetika kuantitatif dan
populasi yang diteruskan dengan analisa genetika khusus pada tegakan hutan. Analisis
tersebut mencakup genetika pohon hutan, sistem genetikan pohon hutan, perkawinan,
distribusi gen dan kerahaman genetika pada populasi hutan.

12) Dasar Pemuliaan Pohon

Pemuliaan pohon merupakan penerapan asa genetika untuk pembangunan hutan demi
memperoleh aneka jenis pohon dengan sifat dan hasil yang lebih unggul.

Pada studi ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan ruang lingkup
pemuliaan pohon, keragaman dan faktor penyebabnya, uji provenan, seleksi, uji
keturunan, predisik parameter populasi, pembangunan dan pengelolaan sumber benih,
penyusunan program pemuliaan pohon, serta perkembangan pemuliaan pohon di
hutan Indonesia.

13) Teknologi Perbanyakan Tanaman Hutan

Studi ini membahas tentang teknologi perbanyakan tanaman hutan meliputi teknik
vegetatif atau aseksual, mulai dari pengertian pembiakan vegetatif,
peranan bioteknologi kehutanan, pemuliaan pohon dan konservasi plasma nutfah,
dasar pembiakan vegetatif, sistem pembiakan vegetatif dan faktor yang memengaruhi
sistem stek, cangkok, okulasi, sambung dan kultur jaringan, nutrisi media tumbuhan
kultur jaringan serta in vitro.

14) Hama Hutan

Hama hutan adalah bagian dari ilmu silvikultur yang membahas tentang penyebab
kerusakan pohon atau tegakan hutan akibat serangan hama. Studi ini mempelajari
mengenai binatang penyebab kerusakan pohon dan tegakan hutan, ciri dan
karakteristik serangga, keistimewaan serangga, perilaku serangga, siklus hidup
serangga, reproduksi atau perkembangbiakan, klasifikasi dan metamorfosa, tanaman
hutan yang berisiko terkenan serangan serangga, pengaruh lingkungan biotik dan
abiotik terhadap serangga, dampak ekonomi, serta akibat serangan hama pada pohon
hutan, survei dan pantauan hama hutan serta cara pengendalian hama hutan.

15) Penyakit Hutan

Selain membahas tentang hama, silvikultur juga membahas mengenai fisiologi


penyakit hutan. Studi ini mencakup pelajaran mengenai mekanisme penyerapan
patogen, mekanisme pertahanan inang, ekologi penyakit meliputi serangan terhadap
akar, batang, daun, pelapukan kayu, pewarnaan kayu serta cara mengendalikan
penyakit pada tanaman hutan.

16) Kebakaran Hutan dan Lahan

Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah hal penting dalam
upaya melindungi hutan. Pada studi ini akan dipelajari mengenai prinsip segitiga api
(panas, bahan bakar, oksigen) tahapan proses kebakaran, perilaku api, faktor iklim
dalam kebakaran hutan, dampak kebakaran hutan meliputi keuntungan dan
kerugiaannya terhadap ekosistem hutan, vegetasi, tanah, udara, air, dan kesehatan
manusia. Selain itu, akan dibahas pula mengenai prinsip pengendalian kebakaran
hutan mulai dari tindakan pencegahan hingga pemadaman.

Pembahasan mengenai kebakaran hutan dapat dibaca lebih rinci pada tautan
berikut: Kebakaran Hutan, Cara Mencegah Kebakaran Hutan, Sejarah Kebakaran
Hutan Indonesia 1997

17) Silvikultur Hutan Alam

Silvikultur hutan alam membahas tentang penerapan sistem silvikultur untuk


pengelolaan hutan alam produksi didaerah tropis yang didasarkan pada faktor-faktor
tempat tubuh, yaitu iklim dan tanah serta kondisi tegakan untuk kelestarian hutan.

Selain itu, ilmu ini juga membahas hal-hal terkait kondisi tempat tumbuh, dasar
silvikultur, contoh sistem silvikultur daerah tropis seperti Indonesia dan negara lain
disekitarnya, serta dampak penebangan dan cara melakukan regenerasi tegakan hutan.

18) Agroforestri

Agroforestri adalah ilmu yang membahas mengenai sistem budidaya tanaman


kehutanan yang dilakukan bersama dengan tanaman pertanian / peternakan. Sistem ini
cukup kompleks sehingga akan menjangkau pokok bahasan dari berbagai
multidisiplin ilmu lainnya.

Penjelasan mengenai agroforestri telah dijabarkan secara lengkap pada tautan


berikut: Agroforestri

19) Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu


Mata pelajaran ini membahas mengenai dasar dan konsep pengendalian hama dan
penyakit hutan secara terpadu, dasar ekologi dalam pengendalian, pemahaman proses
dan struktur ekosistem hutan, status dan karakter hama dan penyakit, kerusakan yang
ditimbulkan dan langkah pengendalian, pemantaun serta peramalan serangan hama
dan penyakit, risiko dan kendala, serta aturan kebijakan dan perundangan tentang
perlindungan hutan.

20) Dasar Fisiologi Hutan

Dasar fisiologi hutan adalah bahasan tentang perang fisiologi pohon dalam kelestarian
hutan, struktur dan fungsi sel, pertumbuhan pohon, proses fotosintesis untuk
menghasilkan energi dan karbohidrat, serapan air dan tranpirasi, asimilasi dan
respirasi, absorbsi, translokasi dan akumulasi, hormon dan zat pengatur pertumbuhan,
nutrisi, mineral, serapan garam, enzim dan vitamin.

21) Dasar Mikrobiologi Hutan

Dasar mikrobiologi hutan membahas tentang mikroorganisme di dalam hutan yang


memberikan keuntungan atau pun kerugian bagi manusia. Jasad mikor ini terdiri dari
kelompok fungi, bakteri, nematoda, mikroplasma, dan virus. Studi ini juga membahas
mengenai taksonomi dan sifat mikroorganisme.

22) Ilmu Tanah

Ilmu tanah adalah studi yang mempelajari mengenai mineral dan proses terbentuknya
tanah, proses pelapukan, organisme dalam tanah, sifat fisik, kimia dan jenis-jenis
tanah di hutan Indonesia.

23) Silvikultur Hutan Tanaman

Silvikultur hutan tanaman membahas tentang teknik penanganan benih, persemaian


hingga pemanenan berbagai jenis pohon di hutan tanaman. Hasil hutan tersebut
mencakup bahan untuk produksi pulp dan kertas, kayu, plywood, dan kayu mewah.
Selain itu, studi ini juga mempelajari jenis pohon di hutan rawa dan mangrove, serta
jenis pohon penghasil produk selain kayu.

24) Dasar Reklamasi Pasca Tambang dan Restorasi Hutan


Dalam pelajaran ini akan dibahas tentang cara reklamasi dan restorasi lahan hutan
pasca tambah dan mengalami kerusakan. Poin penting yang akan dipelajari adalah
prinsip dasar penataan lahan pasca tambang, pengendalian erosi, teknik revegetasi dan
penerapan prinsip dasar ekologi untuk restorasi hutan.

25) Kualitas Tempat Tumbuh

Studi ini mempelajari tentang kualitas media tumbuh pohon hutan, faktor penentu
kualitas, cahaya dan hasil hutan, tanah dan pertumbuhan tegakan, air dan
pertumbuhan hutan, iklim dan pertumbuhan hutan, biota tanah dan hutan, metode
pengukuran, dampak pemanenan terhadap kualitas tempat tumbuh, serta hubungan
kualitas tempat tumbuh dengan kelestarian hutan dan lingkungan.

26) Konservasi Tanah dan Air

Studi ini membahas mengenai hubungan geografis dan potensi erosi, faktor
pengendali, jenis tanah tererosi, cara pengawetan tanah dan air, desain hutan
konservasi, serta evaluasi kemampuan lahan dalalm upaya konservasi tanah dan air.

C. Hidroponik

1. Apa Itu Hidroponik

Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah.Kebutuhan


nutrisi yang diperlukan oleh tanaman ini berasal dari air, yang dimana segala
kebutuhan dari tanaman itu sendiri berasal dari sana.
Kata atau istilah hidroponik ini berasal dari bahasa Yunani, yang dimana
pengertiannya secara langsung dari istilah tersebut adalah budidaya tanaman tanpa
menggunakan media tanah.

Penyangga tanamannya biasanya menggunakan batu apung, kerikil, sekam,


serbuk gergaji, rockwool dan sebagainya.

Teknik menanam yang satu ini mulai banyak digunakan oleh masyarakat di
perkotaan, karena biasanya lahan di perkotaan tidak seluas lahan di pedesaan.
Tanaman Hidroponik adalah solusi bagi Anda yang tidak punya banyak
lahan untuk menanam tanaman

Teknik ini bisa dibuat dari mulai skala kecil-kecilan. Baik yang hanya sekadar
hobi saja atau bisa juga untuk skala menengah ke atas yang memang dibuat sebagai
bisnis yang menguntungkan.

Namun untuk penanaman hidroponik di Indonesia berskala besar ini banyak hal
yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pemilihan jenis tanamannya itu sendiri.

Jika Anda ingin mencoba budidaya tanaman dengan hidroponik ini, maka Anda
harus memilih jenis tanaman yang nilai ekonomisnya tinggi.

Jenis tanaman yang paling sering ditanam dengan menggunakan teknik ini
diantaranya yaitu selada, timun jepang, tomat dan masih banyak jenis tanaman
hidroponik lainnya.

2. Pengertian Hidroponik

Apa saja pengertian dari hidroponik ini? Cara budidaya/penanaman suatu jenis
tanaman tertentu, yang menggunakan atau memanfaatkan air yang tujuannya adalah
untuk kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri dan tidak menggunakan tanah.

Biasanya kebutuhan air pada tanaman yang ditanam dengan menggunakan media


tanam membutuhkan banyak asupan air, tetapi pada tanaman hidroponik tidak begitu
karena cara penanamannya sudah menggunakan air.

Cara tanam dengan menggunakan air ini memang cukup efektif dan efisien, tak
heran jika banyak orang yang menanam dengan teknik hidroponik yang dimana di
tempat mereka tidak memiliki banyak pasokan air atau minim air.
Pengertian hidroponik menurut para ahli yaitu jenis budidaya tanaman yang tidak
menggunakan tanah tetapi menggunakan air sebagai media tanamnya dengan
menambah kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

3. Sejarah Hidroponik

Teknik menanam yang satu ini sudah dikenal sejak dahulu, tepatnya sejak tahun
1627.

Saat itu terdapat tulisan dari Francis Bacon yang menuliskan tentang hidroponik, ia
menjelaskan bahwa tanaman juga bisa ditanam dengan media lainnya selain tanah
yaitu menggunakan media air.

Baru di tahun 1699 dilakukan penelitian yang lebih lengkap tentang hidroponik ini,
yang saat itu dilakukan oleh John Woodward.

Namun hasilnya berbeda, hasil dari tanaman yang ditanam dengan hidroponik ini
lebih bagus dengan menggunakan air yang keruh dibanding air yang bersih/jernih.

Maka dari itu Ia menyimpulkan bahwa air yang digunakan untuk menanam tanaman
tidak memiliki cukup nutrisi untuk membuat tanaman itu menjadi subur.

Pada tahun 1842 penelitian pada tanaman hidroponik semakin ditingkatkan.


Ternyata dari hasilnya ditemukan 9 elemen nutrisi yang diperlukan oleh tanaman
supaya tanaman tersebut menjadi subur. Peneliti yang menemukan hal itu adalah
Julius von Sachs dan Wilhelm Knop.

Kemudian dibuatlah nutrisi yang di dalamnya terdapat 9 elemen nutrisi yang


diperlukan oleh tanaman, yang berupa larutan. Penelitian tersebut dilakukan pada
tahun 1859-1865.

Penelitian tersebut akhirnya menjadi cikal bakal munculnya hidroponik, karena masih
ada elemen lainnya selain tanah yang mampu menjadi pengganti unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman tersebut.
Cara bercocok tanam dengan air pada akhirnya akan menghasilkan tanaman yang
sama bagusnya dengan tanaman yang ditanam dengan menggunakan media tanah.

Hasil penelitian tersebut juga menjadi penegasan bahwa teknik menanam tidak hanya
menggunakan tanah saja, tapi bisa menggunakan media lainnya seperti air. Selain itu,
teknik hidroponik ini pun menjadi teknik menanam yang terbilang modern.

Masuk ke abad 19, penelitian dari hidroponik ini semakin meluas karena ditemukan
cara budidaya baru yang dinamakan hidroponik. Tetapi namanya belum hidroponik.
Saat itu nama budidaya tanam yang baru ini masih budidaya perairan atau ada juga
yang menyebutnya aquaculture.

Penelitian tersebut ditemukan oleh William Frederick Gericke, yang saat itu berhasil
menanam tomat dengan metode hidroponik dengan ukuran tinggi tanamannya yang
mencapai 25 cm.

Akhirnya Willian Gericke menerbitkan buku yang isinya mengenai teknik, nutrisi,
media dan hal lainnya tentang hidroponik yang sangat lengkap.

Dari situlah cara menanam atau budidaya dengan hidroponik ini semakin meluas dan
berkembang pesat, termasuk penanaman hidroponik di Indonesia yang juga mulai
banyak digunakan oleh para petani dan orang biasa.

4. Perkembangan Hidroponik di Indonesia

Baru di tahun 1980 metode hidroponik ini mulai masuk ke Indonesia, dan pada
saat itu cara tanam ini diperkenalkan pada masyarakat luas oleh Bob Sadino.

Ia mempopulerkan teknik hidroponik di Indonesia yang saat itu juga sering menjadi
narasumber/pakar dalam bidang agribisnis.

Awalnya cara penanaman unik ini hanya dilakukan sebagai hobi atau kecintaan
seseorang pada tanaman, yang ingin mencoba menanam tanaman tidak menggunakan
tanah.
Bahkan banyak orang yang menggunakan tanaman ini sebagai tanaman hias di rumah,
serta menjadi salah satu dekorasi di ruangan yang unik dan menarik.

Namun, lain dulu lain sekarang kini hidroponik sudah bukan hobi semata, tetapi sudah
menjadi cara budidaya tanaman yang komersial.

Perkembangan menanam tanaman dengan menggunakan media air ini terus


berkembang dari waktu ke waktu. Ditambah dengan semakin sempitnya lahan tanam
di perkotaan, yang membuat banyak orang tidak dapat menanam tanaman sesuka hati.

Apalagi penanaman tanaman hidroponik ini bisa dilakukan di mana saja, dan
memiliki banyak media yang dapat dimanfaatkan untuk hasil tanam yang baik.

Menanam sayuran/buah dengan teknik hidroponik bisa dilakukan di


halaman/samping rumah, tembok/pagar rumah bahkan di atas kolam ikan.

Khususnya untuk orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dengan lahan yang
sempit, teknik menanam yang satu ini sangat membantu. Budidaya tanaman dengan
hidroponik bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di apartemen atau di
rumah susun sekalipun.

Segalanya menjadi mudah dengan teknik penanaman hidroponik ini, sehingga cara
tanam hidroponik ini menjadi pilihan alternatif yang tepat bagi masyarakat perkotaan
atau masyarakat modern.

5. Peluang Bisnis Hidroponik di Indonesia

Sistem penanaman dengan menggunakan hidroponik ini bukan hal yang baru di
bidang pertanian di Indonesia.

Banyak petani Indonesia yang mulai menggunakan teknik ini dalam menanam


tanamannya, bahkan potensi pasar hidroponik ini masih luas dan masih bisa
berkembang di masa depan.
Permintaan sayuran hidroponik dari waktu ke waktu semakin meningkat, ditambah
dengan harga sayurannya yang cukup tinggi. Maka peluang bisnis hidroponik di
Indonesia telah menjadi salah satu peluang bisnis yang menjanjikan.

Bahkan salah satu perusahaan di Jakarta membutuhkan 3 ton sayuran hidroponik


setiap bulannya, dan persediaan tersebut sebenarnya belum memenuhi permintaan
konsumen. Masih ada beberapa ratus kilo sayuran lagi yang diperlukan oleh
perusahaan tersebut.

Itulah sebabnya budidaya sayuran/buah dengan menggunakan teknik hidroponik


sangat menjanjikan, karena jumlah permintaan di pasar memang terus bertambah. Dan
sangat cocok dijadikan sebagai satu diantara banyak cara untuk usaha pertanian.

Beberapa tempat usaha tanaman hidroponik bahkan mampu menghasilkan sayuran


2,5-12 ton setiap harinya.

Ada juga penghasil sayuran hidroponik yang mampu menghasilkan sayuran sebanyak
500-700 kg per hari. Kemampuan produksi sayuran hidroponik ini memang belum
mencapai prosentase yang maksimal, pemenuhan kebutuhannya hanya mencapai 60%
saja dari jumlah total kebutuhan.

Jika Anda tertarik untuk menjalani bisnis hidroponik di Indonesia ini maka Anda
masih bisa memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran hidroponik yang jumlahnya
mencapai 40%. Hal itu juga dirasakan oleh pengusaha hidroponik, yang
mengembangkan bisnis ini tanpa menggunakan green house.

6. Perusahaan Hidroponik di Indonesia

Semakin berkembangnya hidroponik di Indonesia maka semakin banyak juga jumlah


perusahaan yang bergerak di bidang hidroponik, yang juga semakin berkembang pesat
di Indonesia.

Dengan perkembangan yang pesat tersebut, tentu menjadi perusahaan hidroponik


yang besar di negara ini.
Satu diantara banyaknya perusahaan hidroponik yang berskala besar di Indonesia
adalah Parung Farm, yang merupakan produsen jenis-jenis sayuran yang memiliki
daun dan cara penanamannya menggunakan cara hidroponik secara khusus.

Perusahaan hidroponik ini resmi didirikan pada tahun 2003 lalu, tetapi jauh sebelum
tahun 2003 perusahaan ini memang sudah mulai berdiri hanya saja masih berskala
kecil dan belum resmi.

Awalnya perusahaan ini mencoba teknologi pertanian baru yang dinamakan dengan
hidroponik, mereka memulai budidaya tersebut sejak tahun 1988.

Kemudian mereka melihat hasilnya ternyata memang lebih bagus dibanding dengan
tanaman yang ditanam secara tradisional atau dengan menggunakan media tanah.

Tim dari Parung Farm ini pun mulai mempelajari hidroponik secara mendalam,
dengan mempelajari banyak buku tentang hidroponik, mencari informasi melalui
internet, melakukan korespondensi secara langsung dengan para tenaga ahli pertanian
dari luar negeri, dan sebagainya.

Bahkan mereka juga berdiskusi secara langsung dengan para tenaga ahli pertanian
dari Universitas IPB. Mereka pun mulai menjalankan budidaya tanaman hidroponik
dengan menggunakan teknologi low cost yang ada saat itu, karena daya beli
masyarakat pada tanaman ini masih rendah.

Hingga akhirnya berbagai eksperimen dilakukan dan Parung Farm berhasil membuat
brand sendiri, yang dimana jenis-jenis sayurannya bebas pestisida. Parung Farm juga
berhasil memasok sayuran hidroponik ke kota-kota di Indonesia misalnya Kota
Bandung dan Jabodetabek.

Selain menggunakan sistem atau cara budidaya hidroponik, Parung Farm juga
menggunakan metode budidaya organik dan menghasilkan sayuran organik yang
berkualitas baik. Perusahaan ini juga membuka pelatihan hidroponik bagi pemula,
dengan biaya yang cukup terjangkau.
Selain menghasilkan sayuran hidroponik dan organik yang berkualitas tinggi, Parung
Farm juga memiliki tim yang sudah profesional dan berpengalaman, khususnya di
bidang hidroponik ini.

7. Permasalahan Hidroponik di Indonesia

Meskipun hasil dari tanaman hidroponik ini bagus dan memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi, tetapi di dalam proses penanamannya masih ada banyak kendala atau
permasalahan yang harus dihadapi oleh petani.

Permasalahan hidroponik di Indonesia ini, kurang lebih sama dengan permasalahan


hidroponik di wilayah lainnya.

Berikut ini beberapa kendala dalam penanaman tanaman dengan cara hidroponik di
Indonesia :

1) Listrik 24 Jam

Pada dasarnya tanaman memerlukan waktu istirahat yang cukup seperti manusia,
waktu istirahat pada tanaman biasanya selama 7-8 jam dalam satu hari.

Selama tanaman beristirahat, maka mereka tidak akan menyerap unsur hara yang ada
di sekelilingnya.

Namun tingkat kelembapannya harus tetap terjaga dengan baik, yang dimana
tujuannya adalah supaya bagian akarnya tidak mengalami kekeringan dan hal itu bisa
mengakibatkan tanaman menjadi layu.

Apabila hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati, untuk menjaga supaya hal itu
terjadi Anda harus menjalankan aliran pompa secara terus menerus di malam hari.
Nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut berasal dari aliran pompa tersebut.

Sayangnya, jika listrik mati maka pompa listrik pun akan ikut mati dan pemberian
nutrisi pada tanaman akan terhenti. Untuk cara pencegahannya, Anda bisa
menggunakan genset khusus untuk pengaliran dari pompa agar nutrisi tetap bisa
diberikan pada tanaman.
Cara lainnya yaitu bisa dengan menggunakan rockwool, karena air yang tersisa pada
rockwool ini mampu bertahan selama 2-3 jam lamanya pada saat listik mati.

2) Daun yang Rusak

Kendala atau masalah lainnya yang dihadapi dalam proses penanaman dengan
hidroponik adalah terjadinya hujan, yang bisa membuat tingkat kelembapan
meningkat sehingga muncullah cendawan.

Cara mengatasinya adalah dengan menutup daun dengan plastik.

3) Konsenstrasi Larutan

Hujan juga dapat mengubah konsentrasi yang terdapat pada larutan nutrisi, karena air
hujan ini memiliki kandungan asam. Apabila air hujan masuk ke dalam tangki maka
Anda harus membuang seluruh larutan yang ada di sana, lalu membuat kembali
larutan baru.

Jika Anda tidak melakukan hal itu maka tanaman hidroponik akan kekurangan nutrisi
sehingga tanaman tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Cara mengatasi
hal ini bisa dengan memasang kran penutup, pada aliran hujan yang masuk ke saluran
pembuangan tadi.

Ketika hujan turun maka Anda hanya tinggal membuka kran sehingga air hujan bisa
langsung terbuang, dan pipa yang mengarahkan larutan nutrisi tadi untuk langsung ke
bak tangki yang sudah tertutup.

4) Debit Air

Dalam cara budidaya yang tepat untuk jenis tanaman hidroponik, Anda akan
membutuhkan debit air. Debit air yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik ini
adalah sekitar 1-2 liter setiap menitnya.

Anda juga bisa menggunakan pompa yang memiliki kekuatan sekitar 500 watt atau ¾
HP yang sesuai dengan ukuran area tanaman yang luasnya mencapai 720 m2.
5) Lumut yang Muncul di Selang Plastik

Cara yang paling mudah untuk membersihkan lumut di dalam selang plastik adalah
dengan merendam selang dengan menggunakan air panas. Setelah itu tambahkan juga
1 sdm pemutih per galon ketika akan membersihkan lumutnya.

Kemudian jalankan lagi seperti biasa, jika perendaman sudah selesai dilakukan
dengan sistem NFT. Cara ini dilakukan untuk mengusir lumut yang berada di dalam
selang yang cukup sulit untuk dibersihkan.

Anda juga bisa menggunakan alternatif cara lainnya yaitu dengan merendam selang
dengan cairan pemutih, setelah itu bilas seluruh bagiannya, keringkan, dan simpan
kembali untuk membersihkan selang di lain hari.

8. Hidroponik Terbesar di Indonesia

1) Waroeng Hidroponik

Waroeng hidroponik ini telah menjadi salah satu toko hidroponik di Indonesia
berskala besar, yang menyediakan segala peralatan dan perlengkapan budidaya
hidroponik yang memang disediakan untuk para petani atau orang-orang yang senang
bercocok tanam.

Perlengkapan dan kebutuhan hidroponik di sini bisa untuk para pemula yang berskala
kecil, atau bisa juga untuk skala besar untuk produksi atau para pebisnis. Waroeng
Hidroponik ingin mewujudkan kemandirian pangan, terutama budidaya hidroponik
sayuran/buah.

Bahkan mereka juga mau berbagi pengetahuan tentang hidroponik pada seluruh
masyarakat Indonesia. Warung hidroponik adalah solusi untuk segala kemudahan
dalam berkebun/bertani dengan cara hidroponik.

Beberapa produk khusus untuk hidroponik yang dijual di tempat ini diantaranya yaitu
beragam merk benih, modul hidroponik, nutrisi AB mix, alat ukur hidroponik, media
tanam dan lain sebagainya.

2) Golden Farm 99
Salah satu jenis usaha yang bergerak di bidang agribisnis ini mengkhususkan bidang
hidroponik adalah Golden Farm 99.

Perusahaan ini juga menyuplai hasil tanaman hidroponiknya ke beberapa toko


hidroponik di pasaran, seperti media tanam, pupuk, benih dan sebagainya.

Mereka juga memberikan pengetahuan mengenai bercocok tanam dan budidaya


hidroponik, terutama dalam skala bisnis yang masih ingin belajar tentang hidroponik.

Pengetahuan ini berupa foto, promo menarik, informasi lengkap hingga tutorial cara
menanam dengan teknik hidroponik.

Bagi Anda yang sedang menjalani hobi baru atau memulai usaha/bisnis hidroponik ini
bisa belajar dari Golden Farm 99, untuk memperoleh pendapatan dari hasil tanam atau
hasil kebun dengan cara tanam hidroponik.

Hidroponik telah menjadi solusi yang tepat untuk berkebun, bagi mereka yang hanya
memiliki lahan sempit. Maka dari itu, Golden Farm 99 menjadi media yang tepat bagi
Anda yang ingin juga memiliki usaha/bisnis tanaman hidroponik ini.

3) Hidroponik Net

Salah satu ahli hidroponik yang telah menggeluti bidang hidroponik ini
sejak tahun 1995 silam, menjadi co-founder dalam usaha hidroponik di
Indonesia yang sudah berkembang semakin pesat.

Hidroponik net ini juga memenuhi segala kebutuhan hidroponik berskala


kecil, bahkan skala besar atau yang setara dengan pembuatan
greenhouse.

Bagi Anda yang ingin membuka usaha/bisnis berskala besar di bidang


hidroponik bisa mampir ke hidroponik.net.

Ahli hidroponik yang satu ini yakin bahwa sistem dan metode hidroponik
di Indonesia akan semakin berkembang lebih baik.

Apalagi jika didukung oleh pembuatan green house yang mampu


mengembalikan investasi yang dilakukan pebisnis dengan keuntungan
yang besar.
4) Amazing Farm

Salah satu merk dagang perusahaan hidroponik besar di Indonesia adalah amazing
farm, yang telah berdiri sejak tahun 1998.

Perusahaan ini bahkan menjadi perusahaan greenhouse pertama di Indonesia yang


menanam sayuran dengan menggunakan teknologi hidroponik.

Perusahaan ini berdiri di masa-masa kritisnya ekonomi Indonesia, tapi mereka


membuktikan bahwa perusahaan pertanian mampu melewati krisis ekonomi apapun.

Tak heran bila perusahaan pertanian di luar negeri sudah semakin berkembang dan
modern hingga saat ini.

Awalnya greenhouse yang dibuat di Amazing Farm ini dibuat dari bahan besi dan
juga bambu. Untuk bak tanamnya dibuat dari bahan fiberglass.

Sayuran yang diproduksi di amazing farm juga sangat berkualitas karena


menggunakan teknologi tumbuh cepat.

Bahkan sayurannya juga bebas dari hama dan pestisida sehingga rasanya berbeda,
karena jauh lebih segar dan sehat. Selain menghasilkan sayuran hidroponik, Amazing
Farm juga menghasilkan sayuran organik yang kualitasnya juga unggulan.

9. Jenis Tanaman Hidroponik yang Bernilai Tinggi

Indonesia telah menjadi salah satu negara yang mampu mengembangkan tanaman dan
cara budidaya hidroponik. Berikut ini beberapa jenis tanaman hidroponik di Indonesia
yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi :

1) Selada

Tanaman yang satu ini adalah jenis tanaman yang paling banyak ditanam
dengan cara hidroponik, sehingga tanaman selada menjadi salah satu jenis
tanaman hidroponik yang bernilai ekonomis tinggi.
Tanaman ini memang menjadi jenis tanaman yang paling subur, jika teknik
bertanamnya menggunakan teknik hidroponik. Tanaman selada juga mampu
tumbuh dengan cepat, sehingga hasilnya mampu memenuhi kebutuhan pasar di
Indonesia.

2) Sayuran Berwarna Hijau

Ada banyak jenis sayuran yang berdaun hijau, yang juga sering dijadikan
tanaman hidroponik.

Apalagi kebutuhan akan sayuran berdaun hijau ini di Indonesia sangat besar.
Jenis tanaman hidroponik berdaun hijau ini diantaranya yaitu bayam, sawi,
kangkung dan sebagainya.

Namun jika Anda menanam sayuran-sayuran tersebut dengan menggunakan


teknik hidroponik, sebaiknya tidak membiarkan tanaman tumbuh hingga besar.
Hal itu akan mengakibatkan tanaman kekurangan sirkulasi udara, yang akan
membuat tanaman layu/mati.

3) Buah-Buahan

Tanaman lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia adalah


berbagai jenis buah-buahan.

Seperti misalnya buah melon, tomat, hingga cabe yang dibudidayakan


dengan cara hidroponik. Dengan hasil yang sangat baik tak heran jika tanaman
hidoponik itu bernilai tinggi.

Bagi tanaman yang memiliki ukuran cukup besar sebaiknya disediakan lahan
yang agak luas/besar. Nantinya akan dibutuhkan tempat untuk menopang bobot
buah yang sudah tumbuh.

4) Timun
Apabila Anda masih mencari jenis-jenis tanaman hidroponik yang nilai
ekonomisnya tinggi bahkan bisa berskala besar, maka Anda bisa menggunakan
timun.

Cara perawatan yang baik pada tanaman hidroponik timun ini akan
menghasilkan buah yang berkualitas baik.Dalam menanam tanaman hidroponik
timun, sebaiknya Anda menyediakan cahaya yang cukup supaya tanaman bisa
tumbuh dengan baik.

Dalam memilih jenis-jenis tanaman hidroponik yang akan dijadikan tanaman


komersial, tentu Anda harus lebih hati-hati. Karena tak semua jenis tanaman yang
bisa dibudidayakan dengan cara hidroponik ini mampu menghasilkan nilai
ekonomis yang tinggi.

Banyak petani penghasil hidroponik yang melakukan riset dahulu pada jenis


tanaman apa saja yang nilai ekonomisnya tinggi ketika dijual.

Apabila Anda melakukan penanaman atau budidaya tanaman hidroponik


dengan tepat, maka perkembangan hidroponik di Indonesia ini akan menjadi
semakin pesat.

D. Aeroponik

1. Pengertian Aeroponik

Istilah aeroponik berasal dari dua kata, yaitu aeros yang memiliki arti udara dan ponus
berarti daya. Kedua istilah ini merupakan bahasa Yunani.

Mengacu pada kedua istilah di atas, aeroponik memiliki arti memberdayakan sesuatu
dengan memanfaatkan udara.

Pengertian lengkap dari aeroponik adalah sistem budi daya tanaman yang tidak
menggunakan tanah sebagai media tanam, melainkan menggunakan media tanam
berupa udara.

Apakah tanaman bisa hidup di udara? Tentu saja.


Namun Anda jangan membayangkan bahwa metode ini membiarkan tanaman berada
di lingkungan terbuka dengan akar bergelantungan. Terdapat metode dengan peralatan
khusus pula untuk bisa membuat tanaman tumbuh dengan baik.

Tanaman diletakkan pada sebuah wadah tertentu. Khususnya bagian akar dan pangkal
batang yang berada di dalam wadah tersebut. Sedangkan bagian tanaman lain seperti
batang bagian atas dan juga daun dibiarkan berada di ruang terbuka.

Wadah ini sangat dijaga kelembapannya. Dalam waktu tertentu juga, akan tanaman
akan disemprot dengan air serta nutrisi yang bentuknya sudah diubah menjadi seperti
uap atau kabut.

Uap ini mengenai akar dan diserap oleh tanaman sehingga bisa tumbuh dengan baik.

Diperlukan pengetahuan yang mumpuni untuk bisa mengembangbiakkan tanaman


dengan cara ini.

Selain pengetahuan, Anda juga perlu menyiapkan beberapa peralatan atau komponen
antara lain:

1. Saluran irigasi sprinkler


2. Pompa
3. Nozzle sprinkler
4. Pipa PVC
5. Rockwool
6. Tray untuk pembibitan
7. Styrofoam
8. Larutan air dan nutrisi
9. Benih tanaman
Apabila semua peralatan dan bahan sudah siap, Anda bisa memulai proses
penyemaian bibit tanaman.

Ikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Siapkan benih tanaman, rockwool, dan tray pembibitan.


2. Rendam benih tanaman dengan air biasa selama semalam guna mempercepat
proses tumbuhnya akar.
3. Tebarkan biji pada rockwool dan tunggu hingga mulai tumbuh akar, batang, dan
daun. Prosesnya bisa berlangsung cepat atau lambat tergantung dari jenis
tumbuhan yang Anda tanam.
4. Jika sudah muncul dua buah daun sempurna, Anda bisa mulai memindahkan bibit
tanaman ini ke media aeroponik.
5. Keempat langkah penyemaian bibit di atas sudah selesai dilakukan, artinya Anda
bisa mulai menyiapkan media aeroponik dan memindahkan tanaman.

Perhatikan panduan di bawah supaya tidak salah langkah.

1) Siapkan wadah berupa kotak styrofoam yang sudah dilengkapi dengan tutup.
Anda bisa memanfaatkan kotak styrofoam bekas ikan dan lain sebagainya.
Jangan lupa untuk memberi lubang pada tutupnya sebagai tempat tumbuh
tanaman.
2) Siapkan pompa air di dasar wadah serta pasang alat untuk membuat uap
(sprinkler). Kedua alat ini saling terhubung. Jangan lupa juga untuk memasang
saluran irigasi atau pendistribusi uap menggunakan pipa PVC.
3) Hubungkan pompa dengan alat timer dan sumber listrik. Atur timer supaya
penyemprotan dilakukan 15 menit sekali. Jeda waktu merupakan yang paling
ideal untuk aeroponik.
4) Jangan lupa untuk mengisi wadah styrofoam dengan larutan air serta zat hara.

Sebaiknya tanaman yang dibudidayakan dengan aeroponik memiliki usia panen yang
tidak terlalu lama. Tanaman seperti kangkung dan selada menjadi contoh yang ideal
karena tanaman ini dapat dipanen dalam waktu satu bulan sejak penanaman pertama
kali.

Kelebihan dan Kekurangan Aeroponik

Apakah Anda sudah paham dengan apa itu aeroponik beserta langkah-langkahnya?
Jika sudah, Anda bisa beranjak melanjutkan pembahasan. Bicara pertanian, setiap
metode yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
aeroponik.

Kelebihan Aeroponik

Apa itu aeroponik? Sistem pertanian yang menggunakan media tanam berupa udara,
dan beberapa kelebihannya sebagai berikut :

Hemat air

Kebutuhan air tentu lebih sedikit karena diuapkan terlebih dahulu kemudian
disemprotkan ke tanaman. Hal ini jelas membuat Anda menghemat air. Tak seperti
sistem hidroponik atau pun sistem konvensional.

Ketika musim kemarau tiba dan persediaan air menipis, Anda tak perlu khawatir
karena aeroponik tak memerlukan banyak air. Anda tetap bisa bertani seperti
biasanya.

Tak perlu mengolah lahan

Apakah Anda sadar bahwa sistem pertanian tradisional sangat menyita waktu?
Bagaimana tidak, Anda membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkan lahan,
menggemburkan tanah, dan lain sebagainya.

Hal-hal seperti tak akan Anda jumpai di sistem pertanian aeroponik. Anda cukup
menyiapkan bibit dan merakit media tanam.

Tahan hama dan gulma

Hama dan gulma menjadi musuh utama para petani. Hewan dan tanaman pengganggu
ini lebih sering ditemui pada metode pertanian tradisional. Dengan menggunakan
metode aeroponik, tanaman menggantung di udara.

Kondisi ini tidak memberikan ruang kepada gulma untuk tumbuh.

Penelitian juga menunjukkan bahwa hama lebih sedikit ditemui pada sistem
aeroponik. Jadi, Anda bisa sedikit lebih tenang.
Tidak mengenal musim

Beberapa jenis tanaman hanya tumbuh di musim tertentu. Metode aeroponik tidak
mengenal musim tanam. Anda dapat menanam tumbuhan apa pun sepanjang tahun.
Kondisi tanah dan udara di luar tak memengaruhi tanaman di aeroponik.

Lebih cepat panen

Pemberian nutrisi dan air langsung ke akar dapat mendukung pertumbuhan tanaman
dengan lebih intensif. Hal ini membuat tanaman tumbuh dalam jangka waktu yang
lebih cepat. Tak heran jika petani aeroponik bisa panen lebih cepat dibandingkan
petani tradisional.

Kekurangan Aeroponik

Anda tentu sudah memahami apa itu aeroponik, sistem pertanian yang menggunakan
udara.

Biaya cukup mahal

Metode ini sangat berbeda dengan cara tradisional. Anda membutuhkan peralatan
seperti pompa, sprinkler, dan lain sebagainya. Harga beli semua komponen tersebut
cukup tinggi.

Apalagi jika Anda ingin membangun banyak instalasi sekaligus, biaya yang
diperlukan juga akan lebih besar.

Sulit mendapatkan komponen

Komponen untuk membangun sistem pertanian aeroponik selain berharga mahal juga
sulit didapatkan. Terutama di wilayah pedesaan atau daerah yang jauh dari kota besar.
Hal ini tentu saja menyulitkan masyarakat yang ingin mengembangkan sistem
pertanian baru.

Solusi dari permasalahan ini adalah membeli secara online. Namun ada kendala lain
yaitu ongkos kirim yang mahal. Apalagi untuk wilayah terluar atau terpencil.

Bergantung pada listrik


Harga beli peralatan cukup mahal, hal ini juga diperparah dengan ketergantungan
peralatan terhadap listrik. Penyemprotan uap air dan nutrisi tak bisa dilakukan tanpa
adanya listrik. Bayangkan jika listrik padam, tanaman pun bisa ikut mati. Hal ini jelas
merugikan.

Contoh Tanaman Aeroponik

Sistem pertanian aeroponik bisa dipakai untuk menanam jenis tumbuhan apa pun.

Namun umumnya terdapat beberapa jenis tanaman yang bisa dibudidayakan dengan
cara ini, antara lain:

1. Selada
2. Sawi
3. Tomat
4. Bawang merah
5. Bawang putih
6. Daun bawang
7. Seledri
8. Melon
9. Mentimun
10. Anggrek
11. Kaktus
Cara Membuat Aeroponik

Cara membuat aeroponik memang terbilang cukup rumit dan membutuhkan biaya
yang besar. Namun, bercocok tanam dengan cara ini bisa menghasilkan kualitas hasil
tanaman sayur yang lebih baik, higienis, sehat dan bercita rasa tinggi.

Tidak semua jenis tanaman sayur bisa dibudidayakan dengan cara aeroponik.

Jenis tanaman sayur yang dapat dibudidayakan dengan teknik aeroponik adalah
kentang dan tanaman sayur berdaun hijau dengan masa panen cepat hanya sekitar 1
bulan saja, misal seperti selada, kangkung serta bayam.
Proses pembuatan instalasi untuk digunakan sebagai media bercocok tanam dengan
cara aeroponik memang tidak bisa dibilang sederhana.

Anda terlebih dahulu harus membuat dua jenis instalasi yang terbuat dari pipa PVC
agar bisa menjalankan metode aeroponik ini.

Dua jenis instalasi yang dimaksud adalah instalasi aeroponik dan instalasi pengabutan
nutrisi. Berikut ini akan diulas secara lengkap mengenai proses pembuatan dua jenis
instalasi tersebut beserta cara membuat aeroponik.

Siapkan Alat dan Bahan

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat aeroponik ini adalah dengan
menyiapkan beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan, diantaranya seperti berikut ini:

1) Pipa PVC
2) Rockwool
3) Styrofoam
4) Jet Pump (Pompa Air)
5) Bibit Tanaman
6) Larutan Nutrisi
Rakit Pipa PVC agar Menjadi Kerangka Dasar Instalasi

1. Siapkan pipa PVC yang berukuran 4 dim dan 2 dim.


2. Potong pipa PVC yang berukuran 4 dim itu, ukuran potongannya sepanjang 2
meter saja, atau sesuai dengan keperluan.
3. Buat lubang pada pipa PVC yang berukuran 4 dim, pastikan lubang yang Anda
buat ukurannya sesuai dengan pipa PVC yang berukuran 2 dim.
4. Sambungkan pipa PVC yang berukuran 2 dim ke pipa PVC yang berukuran 4
dim
5. Rangkai kedua pipa PVC tersebut secara vertikal

Rakit Pipa PVC agar Menjadi Kerangka Instalasi Pengabutan Nutrisi

1) Siapkan pipa PVC berukuran ¾ dim dan potong sesuai keperluan.


2) Buat lubang di sepanjang pipa berukuran ¾ dim tersebut, jangan lupa untuk beri
jarak pada setiap lubangnya kurang lebih sekitar 15 cm. Fungsi dari lubang-
lubang ini untuk meletakkan kepala nozzle agar bisa dijadikan sebagai tempat
tanaman untuk tumbuh.
3) Sambungkan pipa PVC yang berukuran ¾ dim hingga seluruh pipa yang masuk
ke dalam pipa PVC berukuran 4 dim bisa saling terhubung
4) Sambungkan bagian ujung pipa PVC berukuran ¾ dim tersebut dengan bak
larutan nutrisi.
Mulai Menanam

1. Cara membuat aeroponik berikutnya adalah dengan menyiapkan rockwool dan


styrofoam. Rockwool berfungsi sebagai tempat meletakkan benih tanaman,
styrofoam berfungsi untuk menancapkan bibit tanaman.
2. Rendam terlebih dahulu benih tanaman sayur dalam air
3. Lubangi rockwool untuk tempat penyemaian benih
4. Simpan benih tanaman di tempat gelap agar lebih cepat berkecambah
5. Pindahkan bibit tanaman yang minimal sudah mengeluarkan dua helai daun dari
rockwool ke styrofoam yang sudah dilubangi. Pastikan posisi akarnya dalam
keadaan menjuntai ke bawah.
6. Pada bagian bawah dari styrofoam terdapat sprinkler atau alat pengabut yang
sudah Anda rakit tadi. Alat pengabut ini berfungsi untuk memancarkan kabut
larutan nutrisi ke arah atas hingga mengenai akar tanaman yang Anda tempatkan
dalam lubang tanam dalam instalasi aeroponik.
7. Proses pemancaran kabut larutan nutrisi bisa berjalan dengan bantuan pompa air.
8. Sistem pemancaran kabut larutan nutrisi juga bisa diatur secara bergantian on/off
dengan bantuan timer.

Namun pastikan bahwa proses dari keadaan off ke on itu tidak lebih dari 15 menit.
Hal tersebut perlu dilakukan agar tanaman tidak layu karena terlalu lama tidak
mendapat larutan nutrisi.

Butiran larutan nutrisi yang melekat pada akar tanaman budidaya aeroponik ini hanya
bisa bertahan kurang dari 15 menit saja.
Dibutuhkan larutan nutrisi yang konsisten agar pemberian nutrisi pada tanaman yang
dibudidayakan dengan metode aeroponik ini bisa lebih maksimal.

E. Akuaponik
1. Pengertian Akuaponik

Mari awali pembahasan ini dengan memahami pengertian akuaponik. Nama ini
diambil dari gabungan istilah akuakultur dan hidroponik.

Akuakultur merupakan sebuah sistem untuk membudidayakan atau beternak ikan.

Hhidroponik adalah budidaya tanaman dengan air sebagai media tanam.

Apa itu akuaponik?

Akuaponik adalah metode menggabungkan dua jenis budidaya berbeda yaitu ikan dan
tanaman secara bersamaan

Metode ini sudah tercipta sejak 3000 tahun yang lalu di daratan Cina.

Sedangkan di Mesir, akuaponik ditemukan 1000 tahun kemudian.

Indonesia sendiri mulai mengenal akuaponik pada tahun 90-an. Sayangnya, sistem
akuaponik Indonesia yang dikembangkan pertama kali masih mengalami kegagalan
sehingga tak dapat diterapkan. Barulah pada tahun 2000-an ditemukan sebuah metode
baru.

Metode baru ini bekerja dengan cara mengalirkan air dari kolam melalui filter ke bak
penampung. Tujuannya supaya kotoran tersaring.

Dari bak penampung, air dialirkan menuju ke tanaman. Setelah itu, air kembali lagi
mengalir ke kolam.

Air yang berasal dari kolam mengandung sari-sari dari kotoran ikan yang baik untuk
tanaman. Pasalnya, kotoran ikan kaya akan zat gizi untuk membantu pertumbuhan
tanaman. Air yang sudah melewati akar tanaman pun kaya akan oksigen yang
bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan ikan.
Akuaponik kini sudah banyak digunakan oleh masyarakat, baik untuk keperluan
rumah tangga atau pun komersial. Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan menekuni hidroponik saja atau akuakultur
saja.

2. Kelebihan dan Kekurangan Akuaponik

1) Kelebihan Akuaponik

a) Menghasilkan dua produk sekaligus

Keunggulan yang pertama ini tampak sangat nyata. Dalam akuaponik,


Anda mengembangkan dua komoditas sekaligus, yaitu tanaman dan ikan.
Umumnya, tanaman yang dipilih merupakan jenis sayuran.

Budidaya ikan dan sayuran ini berjalan beriringan dan saling bersinergi.
Anda dapat melakukan pembibitan dan perawatan dalam waktu yang
bersamaan dan menghasilkan dua produk. Hal ini jelas berbeda jika Anda
hanya menjalankan usaha pertanian atau perikanan saja.

Andaikan gagal memanen sayuran, Anda masih memiliki produk lainnya


yaitu ikan. Begitu pula sebaliknya, Anda masih memiliki sayuran jika ikan
mati.

b) Hemat Lahan

Menjalankan usaha pertanian dan perikanan secara tradisional


membutuhkan dua lahan berbeda. Satu untuk pertanian dan satu lagi sebagai
lahan perikanan. Lain halnya dengan sistem akuaponik, Anda hanya perlu
menyiapkan sebuah lahan.

Buatlah kolam ikan di lahan yang sudah Anda siapkan. Kemudian di


bagian atas kolam bisa Anda pakai untuk membangun instalasi hidroponik.
Anda bisa menghemat banyak lahan, bukan?
Penataan yang vertikal seperti ini bisa diterapkan di berbagai wilayah.
Terutama di perkotaan yang minim lahan kosong. Jadi, Anda tak perlu
pulang kampung untuk memulai usaha perikanan dan pertanian.

c) Hemat Air

Tak hanya lahan yang bisa dihemat, Anda pun akan lebih hemat air
dengan metode akuaponik. Air yang digunakan untuk media tanam sama
dengan air yang dipakai untuk memelihara ikan. Sirkulasi air diatur
sedemikian rupa agar dapat mencukupi kebutuhan ikan dan tanaman.

Anda hanya perlu menambahkan air ketika volumenya mulai berkurang.


Kebutuhan airnya tak sebanyak budidaya ikan dan tanaman di lahan terpisah.

d) Atur Sesuai Kebutuhan

Budidaya ikan dan tanaman dengan akuaponik sangat fleksibel.


Mengapa demikian? Anda bebas mengaturnya sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya Anda tak punya lahan luas namun ingin menghasilkan banyak
produk tanaman. Solusinya yaitu menyusun tanaman secara vertikal.

Selain menghemat ruang, penyusunan tanaman secara vertikal juga dapat


menghasilkan produk lebih banyak.

e) Hasilkan Produk Pertanian Organik

Petani saat ini lebih banyak menggunakan produk buatan pabrik seperti


pupuk dan insektisida. Padahal produk ini memiliki bahaya yang jarang
disadari oleh masyarakat. Bahaya ini mengancam konsumen dan juga
lingkungan. Oleh sebab itu, muncullah produk organik yang lebih sehat.

Produk seperti sayuran yang dihasilkan melalui metode akuaponik


termasuk dalam kategori organik. Selama tumbuh, tanaman mendapatkan
nutrisi dari kotoran ikan tanpa harus menambahkan pupuk buatan pabrik.
2) Kekurangan Akuaponik

a) Biaya Instalasi yang Mahal

Kelemahan yang pertama dari sistem akuaponik adalah mahalnya biaya


untuk membeli peralatan dan instalasi. Komponen yang dipakai harus dibeli
karena sangat sulit untuk dibuat sendiri.

Komponen pertama yang harus disiapkan adalah kolam. Untuk


membangun kolam, Anda harus memilih bahan-bahan berkualitas tinggi
supaya mutu kolam terjamin. Di samping itu, Anda juga perlu menyiapkan
seperangkat media tanam sekaligus dengan pompa dan filter untuk airnya.

Baru-baru ini muncul penemuan untuk menyiasati biaya akuaponik yang


mahal. Caranya adalah dengan memanfaatkan ember besar. Ember dipakai
sebagai pengganti kolam dan di bagian tepinya dipakai untuk
menggantungkan tanaman.

Metode akuaponik murah meriah ini memiliki air yang statis atau diam.
Jadi, jenis ikan yang Anda pilih pun harus disesuaikan.

b) Bergantung pada Listrik

Sistem akuaponik memiliki sebuah komponen berupa pompa air.


Fungsinya adalah untuk mengalirkan air menuju tanaman kemudian kembali
lagi ke kolam. Pompa ini dapat beroperasi jika dialiri listrik.

Jadi, sistem akuaponik sangat bergantung pada listrik. Apabila


terjadi pemadaman listrik dalam waktu lama, sirkulasi air menjadi
terganggu. Hal ini bisa mengakibatkan ikan dan tanaman menjadi
mudah mati.
c) Perawatan Ekstra

Ikan dan tanaman yang dibudidaya dengan metode akuaponik tak bisa
didiamkan begitu saja. Anda dituntut untuk rajin merawatnya. Tak bisa
sembarangan, ada ilmu dan teknik khusus yang perlu dipelajari untuk
merawat akuaponik.
Tak sedikit orang yang gagal dalam praktik akuaponik karena kurang
terampil mengoperasikan peralatan. Bila perlu, ikutilah pelatihan sebelum
memutuskan untuk memiliki akuaponik sendiri.

3. Contoh Tanaman Akuaponik

Sampai di sini, Anda sudah memahami apa itu akuaponik beserta kelebihan dan
kekurangannya. Selanjutnya, Anda perlu memahami jenis tanaman apa saja yang
dapat dibudidayakan dengan metode akuaponik.

1) Kangkung

Tanaman sayuran ini tumbuh secara alami di rawa-rawa dan juga sawah bertanah
basah.

Oleh sebab itu, kangkung sangat cocok untuk ditanam di akuaponik. Anda bisa panen
hanya dalam waktu satu bulan saja.

2) Selada

Selada punya sifat yang mirip dengan kangkung, yaitu mudah tumbuh di media
air.

Tak heran jika banyak orang yang memilih sayuran satu ini untuk ditanam dengan
metode akuaponik. Anda bisa panen selada dalam kurun waktu satu bulan setelah
masa tanam.

3) Cabai

Harga cabai bisa menyentuh angka Rp 100.000 per kilogram pada waktu-waktu
tertentu. Untuk mencegah pengeluaran yang membengkak, sebaiknya Anda punya
tanaman cabai sendiri di rumah. Dengan metode akuaponik, Anda bisa mulai
memanen cabai sejak umurnya mencapai 80 hari.

F. Perbedaan Hidroponik dan Akuaponik


Hidroponik berasal dari bahasa Latin, yang berarti air yang bekerja. Secara
sederhana, hidroponik adalah tata cara membudidayakan tanaman tanpa tanah. Air
kaya nutrisi yang diperlukan tanaman langsung dialirkan ke akar. Tekniknya bisa
dengan cara mengalirkan air yang kaya nutrisi langsung ke akar yang mengantung
tanpa media sama sekali biasa disebut NFT (nutrient film technique). Bisa juga air
yang dialirkan ke media pengganti tanah yang tidak menyerap air seperti pasir, sekam
bakar, kerakal, perlit, rockwool dan media lainnya di luar tanah. Cara pengalirannya
beragam. Ada yang dialirkan langsung (seperti dalam kasus NFT), melalui teknik
genangkan dan surutkan (ebb and flow) ke bedengan media, teknik irigasi tetes, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut. Yang terakhir lebih dikenal sebagai aeroponik.

Aquaponik memanfaatkan teknik hidroponik untuk budidaya tanaman meskipun


tidak mutlak (lihat dalam teknik budidaya aquaponik tradisional di Asia dan
Amerika). Perbedaan hidroponik dan aquaponik terletak pada jenis air yang dialirkan.
Pada kasus hidroponik, air nutrisi yang dialirkan biasanya berupa larutan cair yang
dibuat secara khusus sebagian besar berasal dari bahan kimia anorganik yang bisa
dibeli di tokotoko kimia, yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh
tumbuhan. Misalnya Kalsium Nitrat ( Ca ( NO3 ), Kalium Nitrat (KNO3), dan
seterusnya. Jika malas membuat larutan sendiri, di pasar tersedia nutrisi siap pakai
yang tinggal dilarutkan (ditambahkan air).

Pada aquaponik, kita memanfaatkan nutrisi cair yang berasal dari buangan ikan.
Jadi kalau dibuat mudah, aquaponik mungkin bisa disebut sebagai budidaya
hidroponik dengan nutrisi organik yang berasal dari buangan ikan. Dalam aquaponik,
proses hidroponik bisa juga sekaligus bertindak sebagai biofilter memfasilitasi proses
resirkulasi air ke dalam bak ikan. Pekebun aquaponik memanfaatkan teknik
hidroponik untuk membudidayakan tanaman/sayuran. Nutrisi kebun air aquaponik
berasal dari buangan metabolisme ikan (lihat siklus nitogen di sini). Selain sebagai
teknik budidaya, hidroponik juga bertindak sebagai biofilter yang memfasilitasi
proses resirkulasi air dari bedengan ke kolam.

Sekilas Aquaponik Tradisi Ribuan Tahun dengan Sentuhan Baru


adminkebunmarch 29, 2015 Sejarah Aquaponik, Tentang Aquaponik Aquaponik
memiliki akar sejarah yang kuat di lingkungan kita. Bioselter, prototip ekosistem
mandiri hasil kreasi lembaga New Alchemy Institute, 1970-an. Bioselter bisa
dianggap sebagai prototip awal dari kultur aquaponik yang kita kenal sekarang. Di
Asia, jejaknya sudah ditemukan sejak 1500 tahun lalu, dan menjadi bagian dari
praktek pertanian terintegrasi yang melibatkan kultur air tawar (kolam ikan), limbah
rumah tangga atau dapur, peternakan, dan kebun skala kecil hingga kultur sawah
basah.

Selain di Asia, aquaponik pun memiliki akar sejarah yang kuat di peradaban
Amerika kuno baik di peradaban Aztec di Meksiko (Amerika Tengah) maupun
peradaban Inca di pegunungan Andes (Amerika Selatan). Sebagian petani kita masih
mempraktekkan kultur aquaponik tradisional tersebut hingga detik ini. Juga petani-
petani lain di Asia dan Amerika Tengah/Selatan. Akhir 1960-an, di tengah gencarnya
gerakan lingkungan di kalangan aktivis dan masyarakat di Barat, berdiri lembaga riset
yang bernama New Alchemy Institute di bekas lahan peternakan seluas 5 ha di
Hatchville, Massachussetts, Amerika Serikat. Lembaga inilah yang memberi sentuhan
baru praktek tradisional yang memiliki akar sejarah yang panjang di Asia dan
Amerika kuno tersebut. Dimotori oleh pasangan suami istri ilmuwan-aktivis John
Todd dan Nancy Jack Todd yang dibantu oleh koleganya William McLarney, New
Alchemy Institute mencoba membuat reka ulang bagaimana ilmu pengetahuan bisa
menjadi alat untuk merancang suatu sistem pendukung yang berkelanjutan atas
kehidupan manusia. Ketika itu ilmu pengetahuan dan rekayasa memiliki citra yang
sangat negatif melalui dampak yang timbul karena praktek

Revolusi hijau (pemanfaatan kimia untuk pupuk dan pestisida), pemanfaatan


energi minyak bumi tidak berkelanjutan, dan dampak praktek sains/rekayasa lain yang
menimbulkan kerusakan lingkungan di bumi. Para ilmuwan yang bekerja di New
Alchemy Institute mencoba mereka ulang suatu sistem yang mampu mendukung
kebutuhan manusia secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Mereka melihat
sistem dan desain alam sebagai model utama, serta melakukan pengamatan yang hati-
hati terhadap proses dan siklus alami yang terjadi di dalamnya, lalu mencoba
membuat tiruannya. Hasilnya adalah aneka ragam prototip sistem yang disebut
sebagai Ark.
Pada dasarnya Ark adalah sistem mandiri. Memanfaatkan energi matahari sebagai
sumber energi, Ark didesain sebagai bioselter (rumah tinggal biologis) yang mampu
menyediakan pangan (ikan dan sayuran) selama setahun penuh bahkan ketika musim
dingin tiba. Mungkin Ark inilah yang kemudian menjadi prototip awal sebelum
aquaponik memperoleh bentuknya seperti yang sekarang. Pada 1980-an, mahasiswa
di Universitas North Carolina Mark McMurtry dan Prof. Doug Sanders menciptakan
suatu sistem aquaponik dengan siklus tertutup berulang yang alurnya mirip seperti
sistem aquaponik yang kita kenal sekarang. Dalam sistem ini, buangan air kolam/bak
ikan di alirkan ke bedengan pasir yang ditanami tomat dan mentimun. Bedengan juga
berfungsi sebagai biofilter. Air yang mengalir keluar dari bedengan dialirkan kembali
ke bak//kolam ikan. Sistem inilah yang kemudian dikembangkan oleh peneliti dan
praktisi lainnya sebagai dasar untuk membangun kultur aquaponik.

Pada 1990-an, petani Missouri Tom dan Paula Speraneo memodifikasi Sistem
Universitas North Carolina dan memperkenalkan apa yang disebutnya sebagai konsep
bioponik. Mereka membudidayakan aneka rempah, bumbu dan sayuran di bedengan
kerakal yang biasa digunakan dalam kultur hidroponik. Karena kepraktisan dan
kemudahannya, Sistem Speraneo banyak ditiru dan menjadi bahan modifikasi para
praktisi dan hobiis aquaponik rumahan di seluruh dunia. Kebun Air juga
memanfaatkan sistem ini dengan sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi
yang ada (rincian Sistem Speraneo klik di sini) Di luar mereka, ada banyak lagi sistem
yang dirancang dan dibangun sesuai dengan kebutuhan setempat atau kepentingan
pembuatnya misalnya untuk keperluan aquaponik yang komersial dan skalanya lebih
besar. Dasar dan alur dari sistem apa pun yang mereka bangun pada dasarnya
bertumpu pada dua hal utama: siklus nitrogen yang ada pada kultur budidaya air tawar
dan kultur hidroponik untuk tanaman meski yang kedua bukan hal yang mutlak.

Asas Manfaat Siklus Nitrogen: Fondasi Kultur Kebun Air Aquaponik


admin_kebunmarch 29, 2015Lain-lain Dalam aquaponik, output suatu sistem akan
menjadi input bagi sistem lainnya. Mesin dan fondasi utama dari sistem aquaponik
adalah bagaimana kita bisa mengambil manfaat maksimal dari siklus kultur air yang
bisa menjadi faktor negatif jika berdiri sendiri. Para ahli menyebutnya sebagai siklus
nitrogen dalam kultur air tawar. Penjelasan mudahnya begini. Seperti kita, ikan air
tawar pun perlu buang hajat besar dan kecil setelah makan. Perbedaannya dengan kita
adalah: kita hidup terpisah dengan kotoran kita, sementara ikan harus hidup dan
menyatu dengan kotoran yang dia keluarkan. Bayangkan habitat kita di air seperti
ikan: hari pertama kita mungkin baru pipis saja, hari kedua kita pipis plus buang hajat
Lalu hari ketiga? Keempat? Pada hari ke lima dan seterusnya mungkin kita sudah
megap-megap, nggak tahan baunya, stress dan rasanya pengin cepet-cepet meloncat
keluar dari habitat tempat kita hidup. Buangan ikan beserta pengaruh lain dari
mikroorganisme yang hidup di lingkungan disebut sebagai siklus nitrogen kultur air
tawar. Bagan di bawah ini menjelaskan bagaimana siklus nitrogen bekerja: Siklus
Nitrogen

Buangan ikan adalah ammonia yang bisa menjadi racun jika konsentrasinya
terlalu tinggi. Ekosistem air tawar memang menyediakan mekanisme alami untuk
mengurangi kadar ammonia. Ketika kadar ammonia mencapai titik tertentu, secara
alami bakteri Nitrosomonas akan mengkoloni sistem. Organisme ini membantu
mengoksidasi ammonia (NH4) menjadi nitrit (NO2) lewat proses metabolisme
mereka. Akibatnya kadar ammonia turun, sebaliknya kadar nitrit naik. Akan tetapi
masalah belum usai. Sebagaimana ammonia, nitrit pun bersifat racun bagi ikan.
Ketika kadar nitrit mencapai titik tertentu, datanglah bakteri lainnya bakteri
nitrobacter. Organisme mengoksidasi nitrit menjadi nitrat (NO3) yang kurang beracun
bagi ikan.

Akan tetapi jangan gembira dulu. Meski kedua organisme itu mampu mengurangi
kadar amonia dan nitrat dalam air, bukankah ikan seperti kita terus-menerus makan
dan menghasilkan buangan? Apalagi pada saat yang sama, ada bakteri jenis lain yang
mengkonsumsi buangan padat dan material lainnya yang ada di kolam. Mereka, sama
seperti ikan, akan menambah jumlah kadar amonia dalam bak air atau kolam. Jaringan
yang kompleks dan saling berkaitan ini tentu saja akan mempengaruhi sistem, dan
sudah pasti berpengaruh juga terhadap indeks kebahagiaan ikan yang tinggal di
dalamnya. Karena itu jika sistem kultur air tawar ini berdiri sendiri, para penggemar
ikan hias biasanya mengurangi air kolam atau aquarium hingga 30% secara berkala
dan menggantinya dengan air yang baru. Kalau tidak, ikan-ikan bisa kelimpungan
karena indeks kebahagiaan mereka berkurang. Bayangkan Anda tinggal di lingkungan
yang bercampur dengan hasil buangan limbah yang berasal dari dapur Anda atau
bahkan tubuh Anda sendiri! di sinilah peran aquaponik menjadi penting. Air
bercampur buangan yang bersifat toksik bagi ikan justru bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk cair bagi tanaman! Akar tanaman akan menyerap nitrogen yang ada dalam
nitrat. Kira-kira mirip buangan peternakan, misalnya tahi sapi, yang bisa diproses
menjadi pupuk kandang dan bermanfaat bagi tanaman! Nilai lebih lainnya, sistem
aquaponik akan mengubah pupuk cair menjadi tidak toksik dan aman bagi ikan.
Mengapa? Karena tanaman dan bedengan bertindak sekaligus sebagai filter alami. Air
akan aman dialirkan kembali ke kolam, dan Anda pun terbebas dari kewajiban
mengganti air secara berkala. Ikan berbahagia, Anda pun lega!

Aquaponik: Berakar dari Praktek Pertanian Eyang Kita admin_kebunmarch 16,


2015 Sejarah Aquaponik, Tentang Aquaponik Minapadi, menggabungkan budidaya
ikan dan padi, merupakan contoh praktek aquaponik tradisional yang berakar
berabad-abad dalam sejarah kultur pertanian kita Prinsip aquaponik sebenarnya
sederhana. Ada lingkungan berair tempat ikan hidup berkecukupan. Makmur, murah
sandang dan pangan entah mereka memperolehnya secara alami, misalnya berupa
lumut atau alga; atau melahap pelet buatan yang kita lempar ke kolam. Ada kebun
ataupun jenis lahan pertanian lain seperti sawah yang menjadi tempat tanaman
budidaya. Seperti kita, dengan caranya sendiri ikan itu pup dan (mungkin) kencing
sembarangan. Air yang bercampur dengan kotoran ikan pun mengalir ke bedengan
dan menjadi pupuk bagi tanaman. Akar tanaman, selain menyerap nitrogen dan unsur
lain yang diperlukan, juga bertindak sebagai filter biologis yang membuat air lebih
segar.

Seperti dongeng, ikan pun berenang berbahagia selamanya sebelum akhirnya


nyemplung ke penggorengan kita! Mungkin begitulah penjelasan aquaponik ala
dongeng gothik Cinderela. Sementara penjelasan teknisnya mungkin seperti dongeng
(yang sayangnya agak serius) seperti berikut ini: pada dasarnya aquaponik adalah
sebuah lingkungan ekosistem buatan yang membuat sinergi alami antara berbagai
unsur yang ada di lingkungan itu. Ia merupakan salah satu contoh praktek pertanian
terintegrasi, integrated farming, dengan budidaya ikan fondasi utamanya. Dalam
banyak praktek di banyak tempat, integrated farming bahkan mengintegrasikan
kegiatan bertani, beternak dan budidaya ikan baik secara keseluruhan (bertani,
beternak dan budidaya ikan), atau sebagian (bertani plus beternak atau bertani dan
budidaya ikan). Seperti praktek pertanian terintegrasi umumnya, cara berpikir
aquaponik adalah memaksimalkan input dan output. Tak jarang, output pada suatu
bagian akan menjadi input bagi yang lainnya.

Lepas dari istilahnya yang sok kebarat-baratan, aquaponik sebenarnya telah lama
hadir di sekitar kita. Aquaponik itu sebenarnya tetangga dan saudara kita. Buyutnya
aquaponik bahkan mungkin berasal dari sini. Anda mungkin mengenal istilah
minapadi praktek yang mengintegrasikan kultur ikan dan padi di lingkungan sawah
yang basah? Minapadi bisa disebut sebagai contoh klasik praktek aquaponik pertanian
kita. Mirip aquaponik, kultur minapadi memaksimalkan output buangan ikan dengan
memanfaatkannya langsung sebagai penyubur tanaman. Kemiripan lain, minapadi
juga memaksimalkan output ganda yang dihasilkan: petani memanen padi dan ikan
sekaligus.

Asal Anda tahu, praktek ini sudah berlangsung selama beberapa abad jauh
sebelum Amerika mengenal praktek aquaponik seperti yang populer saat ini. Allhasil,
jika melihat ciri-ciri penampakannya, ini bukan cuma mirip, tapi benar-benar saudara
tua mungkin simbah, buyut atau simbah canggahnya (orang tua kakek kita)
aquaponik! Tak diketahui kapan persisnya sejak kapan aquaponik Nusantara ini
menjadi praktek standar di negeri kita. Berdasarkan catatan dokumen kolonial, paling
tidak sejak abad 18 sistem minapadi telah diadopsi oleh sebagian petani kita, paling
banyak dipraktekkan di kawasan Jawa bagian barat (kini jadi Provinsi Jawa Barat).
Hingga 1980-an, bahkan sistem minapadi telah menjadi praktek umum yang mudah
ditemukan di wilayah tatar Sunda. Sehingga bukan hal kebetulan jika saat ini kita
menemukan banyak sekali warung dan restoran ikan darat di wilayah Jawa Barat.
Seorang ahli dalam sebuah seminar tentang aquaponik di Australia bahkan membuat
kesimpulan yang agak hiperbolik: di Jawa Barat setiap petani padi adalah peternak
ikan; sebaliknya setiap peternak ikan adalah petani padi. Kini praktek minapadi tak
cuma populer di wilayah tatar Sunda, tapi juga di berbagai titik di wilayah Indonesia.
Contohnya praktek yang dilakukan oleh sebagian petani di daerah Sleman,
Yogyakarta. Pada sistem ini, petani akan membuat parit yang lebih dalam di
sekeliling sawah atau dibuat melintang beraturan di tengah sawah.

Di kanal yang lebih dalam inilah ikan-ikan ngumpul, ngerumpi, mungkin sedang
pesta atawa arisan. Ikan-ikan ini doyan aneka jenis makanan yang tersedia melimpah
di perairan sawah: ganggang, hewan-hewan kecil, jentik nyamuk, tanaman-tanaman
air tertentu yang tumbuh dan hidup di sana. Mereka lalu menghasilkan sekresi (zat
buangan) berupa amonia, sejumlah bakteri tertentu akan mengubah ammonia menjadi
nitrite, bakteri yang lain lagi akan mengubah nitrite menjadi nitrate; dan walahh..
nitrat inilah yang akan diserap oleh tanaman sebagai pupuk yang kemudian diserap
oleh tanaman. Jadi bisa Anda lihat, fondasi sistem aquaponik dan minapadi pada
dasarnya mirip, yaitu siklus nitrogen yang dihasilkan kultur budidaya ikan di air
tawar.

Sistem Speraneo Indahnya Kesederhanaan! admin_kebunmarch 30, 2015Dasar,


Tentang Aquaponik Sistem ini dicomot dari nama pencetusnya Tom dan Paula
Speraneo, pasangan suami-istri pemilik kebun aquaponik skala kecil di West Plains,
Missouri, Amerika Serikat. Kebun aquaponik Speraneo di Missouri, Amerika Serikat.
Mereka mulai membangun S & S Aqua Farm pada 1990-an awal. Semua itu berawal
dari kecelakaan yang menimpa Tom seorang perekayasa dan sistem analis IT yang
sebelumnya bekerja pada suatu perusahaan. Kecelakaan itu membuatnya harus
memulihkan diri selama beberapa saat. Beberapa tahun setelah kesembuhannya, ia
mencoba kembali lagi bekerja di bidang keahliannya. Tapi jam kerja yang panjang di
dunia IT serta kekhawatiran sang istri, Paula, atas kondisi kesehatan suaminya, telah
mendorong pasangan ini melakukan riset pribadi yang akhirnya membuat hidup
mereka berubah 180. Di tengah ketatnya pengeluaran dan makin menipisnya
tabungan, suatu kali Tom berkunjung ke temannya di California. Di sana ia bersua
dengan ikan yang kemudian mengubah jalan hidupnya: tilapia, atau kita menyebutnya
ikan nila. Jenis ikan budidaya yang sudah dikenal sejak zaman Fir aun dan merupakan
jenis yang paling banyak dibudidayakan di dunia di luar jenis ikan karper atau ikan
mas. Sering dipandang sebelah mata karena rasa dagingnya yang biasa saja, ikan nila
selalu tinggi permintaannya mungkin karena harga yang murah dan terjangkau. Nila
inilah yang membuat Tom kepincut.

Seperti temannya di California, ia berniat membudidayakan ikan yang habitat


aslinya berasal dari Mesir dan Afrika itu di kampung halamannya yang indah tapi
mengalami masa surut ekonomi, Missouri Ozarks. Tapi ia memiliki masalah serius.
Sekalipun bibit ikan dan pengadaan baknya tidak terlalu mahal, ia tak mampu
membeli sistem filtrasi air harganya mencapai dolar. Ia pun melakukan riset kecil-
kecilan, dan menemukan sistem resirkulasi air yang dikembangkan oleh peneliti
Universitas North Carolina, Mark McMurtry dan Prof. Doug Sanders. Ia melakukan
sedikit modifikasi. Alih-alih mengalirkan air ke bak pasir yang juga bertindak
biofilter, Tom memanfaatkan bak yang berisi kerakal atau garvel dua bahan yang
banyak dimanfaatkan oleh para pekebun hidroponik.ia membeli bak 500 galon kira-
kira 2000 liter, dan mulai memelihara ikan nila. Ia juga membuat bak bedengan yang
berisi kerakal atau gravel, dan mulai menanam tomat dan mentimun seperti dilakukan
peneliti McMurtry dan Prof. Sanders. Biaya total diperlukan untuk hanya 3000 dolar.
Selain lebih hemat, sistem yang dia rancang memiliki keuntungan lain: Tom dan istri
tak hanya bisa memanen ikan nila tapi sayuran yang mereka tanam.

Pada 1992, ia membangun sistem yang lebih besar yang hingga kini menjadi
pusat aktivitas pertaniannya. Proyeknya meliputi enam bak berukuran 5000 liter, yang
masing-masing terkoneksi dengan empat hingga enam bedengan. Tom menyebut
setiap bak sebagai node merujuk pada istilah yang digunakan pada ilmu jaringan
komputer, bidang yang dikuasainya. Tiap-tiap node terhubung dengan jumlah
bedengan yang berbeda-beda seperti node dalam jaringan yang menghubungkan
jumlah kompter yang berbeda-beda. Bagan Rancangan Sistem Speraneo Sistem
Speraneo sangat sederhana. Air yang bercampur buangan ikan langsung dialirkan ke
bedengan tanaman tanpa disaring atau di-filter terlebih dahulu, seperti sistem-sistem
yang banyak dikembangkan oleh kebanyakan peneliti atau pekebun komersial.
Kebanyakan sistem merujuk pada sistem hidroponik dan mengalirkan air yang sudah
disaring melalui jaringan pipa. Sistem kami melakukannya dengan lebih sederhana.
Kami hanya menumpahkan semuanya ke bedengan (tanpa penyaringan). Setiap
bedengan memuat kerakal setinggi 30 cm. Akar tanaman akan terpendam sekitar 7-10
cm. Air yang dialirkan akan bergerak mengikuti gaya gravitasi ke ruang yang tersisa
akhirnya tiba di bak penampungan. Dari bak penampungan air dipompa kembali ke
bak kolam ikan (lihat bagan). Bak kolam ikan yang bertindak node dalam Sistem
Speraneo. Bedengan kerakal yang bertindak seperti laiknya kompoter yang terhubung
ke node sistem jaringan. Bak penampung akhir sebelum air dipompa kembali ke
kolam. Melalui sistem yang sederhana ini tanaman akan memperoleh nutrien yang
mereka butuhkan. Kerakal dan media bedengan akan menyaring air. Bakteri yang
hidup di bedengan akan menghilangkan zat-zat beracun, ammonia dan nitrit, yang
berbahaya bagi ikan. Air yang kembali ke kolam bisa dibilang 90% murni kecuali
mungkin terkena campuran bakteri yang hidup di bedengan, katannya.

Karena sistem ini saling bergantung, Tom memperingatkan untuk tidak


membiarkan bedengan terlantar tanpa sebiji pun tanaman yang tumbuh di atasnya.
Kondisi itu akan sistem biofilter tidak bekerja. Sebaliknya ia memperingatkan untuk
tidak membiarkan bedengan kering tanpa aliran air dari kolam. Jika ini terjadi, semua
bakteri yang memiliki peran penting dalam proses pemurnian air akan mati. Karena
kesederhanannya, tak heran jika Sistem Speraneo ini banyak diadopsi para hobiis dan
pekebun aquaponik di seluruh dunia. Mereka mengadopsi secara persis atau memberi
penambahan atau modifikasi di sana-sini, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
setempat. Di tanah kelahirannya, sistem ini juga berhasil menarik perhatian
masyarakat lokal dibuktikan dengan kunjungan tak kurang dari pengunjung bertamu
ke komplek pertaniannya yang kecil pada 1990-an. Kebun Air, kebun aquaponik
rumahan dikembangkan di kawasan Cinere, Depok, juga mengadopsi Sistem
Speraneo dengan sedikit modifikasi! Tanaman Aquaponik Solusi Keterbatasan Lahan
Ditulis oleh: manapar pada: 15/01/2015 kategori: Berita Depok, Ekonomi,
Lingkungan, Perizinan Posyandu Mawar 19 Kecamatan Tapos, Depok yang akan
melaju mewakili Jawa Barat ke Lomba Posyandu tingkat nasional saat ini
menerapkan penanaman tanaman dengan metode aquaponik. Aquaponik adalah
metode pertanian dengan mengkombinasikan akuakultur (budidaya perairan) dan
hidroponik (budidaya menanam).

Aquaponik terdiri dari dari dua komponen penting yaitu tanaman dan ternak,
dalam hal ini adalah ikan. Metodenya, ekskresi dari ikan yang dipelihara akan
terakumulasi di air dan akan menjadi pupuk bagi tanaman. Air kemudian akan
bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. Di sini kami memelihara ikan lele dan
patin. Ikan ini nantinya juga akan bisa dimanfaatkan sebagai santapan atau dijual ke
warga, jelas Camat Tapos Muchsin Mawardi. Muchsin juga berharap aquaponik di
posyandu ini dapat menjadi pilot projek sarana edukasi bagi warga, karena saat ini
sudah banyak warga yang ingin mempelajari aquaponik ini. Hal tersebut karena
aquaponik merupakan jawaban dari kendala masyarakat yang ingin bercocok tanam
namun tidak memiliki lahan. Keterbatasan lahan bisa diakali dengan akuaponik, kami
akan terus kembangkan aquaponik ini. Kami juga akan melibatkan kelompok wanita
tani (KWT) dalam kegiatan budidaya ikan, ujarnya. Muchsin menambahkan, bahwa
posyandu melalui salah satu kelompok kegiatannya juga harus dapat meningkatkan
ekonomi warga melalui KWT. Melalui aquaponik ini, diharapkan tingkat ekonomi
warga dapat meningkat, karena terdapat dua bidang yang dapat dimanfaatkan, yaitu
tanaman sayur-sayuran dan ternak ikan. Selain di Posyandu Mawar ini, rencananya
semua posyandu Tapos juga akan menerapkan aquaponik ini, karena sejalan dengan
potensi di kecamatan tapos yaitu perikanan, jelasnya. (Rysko/Diskominfo)

Bab 9
BAHAN TANAMAN

1. Pengertian dan macam bahan pangan

Bahan tanam adalah bagian tanaman yang digunakan untuk memulai atau
mengawali budidaya tanaman. Benih menurut Undang-Undang RI No.12 Tahun 1992
tentang sistem budidaya tanaman ketentuan umum Pasal 1 (a) 4 mengatakan: “Benih
tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman”. Benih tanaman
yaitu biji, bibit, stek, entres dan planlet.

Secara agronomis, bahan tanam dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu benih
dan bibit. Benih adalah bahan tanam berupa biji, di mana merupakan hasil
penggabungan dua gamet yang terjadi setelah polinasi, yang telah mengalami
perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Polinasi
adalah perpindahan polen dari anther (benang sari) ke stigma (kepala putik). Berikut
perbedaan antara biji, benih dan bibit:

1. Biji : Bagian tanaman yang merupakan hasil dari pembuahan serbuk sari ke
putik yang dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
2. Benih : Tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak atau
mengembangan tanaman (Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992)
3. Bibit : Bagian tanaman (daun, batang, atau biji) yang telah berkembang yang
dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman.

Pembibitan atau persemaian menurut Sunaryo dan Rismunandar (1984) ialah


mnabur atau menyebar tumbuhan atau menanam biji atau benih pada suatu tempat
khusus yang memenuhi persyaratan-persyaratan untuk tumbuhnya biji atau benih
hingga diperoleh perkecambahan atau pertunasan (bibit) yang cepat dan baik.

Biji terdiri dari 3 bagian, yakni kulit biji, endosperm, dan embrio. Perbanyakan
tanaman yang berasal dari biji disebut perbanyakan generatif. Perbanyakan generatif,
mengacu pada suatu pengertian perkawinan antara dua tanaman induk yang terpilih
melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian terjadi penyerbukan dan
menjadi buah dengan kandungan biji di dalamnya.

Keuntungan bahan tanam generatif antara lain, mudah untuk penanaman, tidak
memerlukan wadah atau tempat yang besar sehingga mudah didistribusikan dan dapat
disimpan dalam jangka waktu tertentu. Benih juga mudah dikembangkan menjadi
individu baru yang unggul, misal benih hibrida. Kelemahan perbanyakan generatif
adalah biji sebagai penggabungan dari dua gamet bisa mempunyai sifat yang tidak
sama dengan induknya.

Selain itu tanaman juga dapat diperbanyak atau dikembangbiakkan secara


vegetatif. Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan organ
vegetatif tanaman, misal stek batang, stek daun, stek akar, cangkok, okulasi, grafting,
dan kultur jaringan. Keuntungan penggunaan organ vegetatif sebagai bahan tanam
adalah tanaman baru mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Pada
perbanyakan cangkok, budding, dan grafting tanaman bisa mempersingkat fase
vegetatifnya sehingga bisa segera memasuki fase generatif. Kelemahan metode
perbanyakan vegetatif adalah memerlukan tempat atau wadah yang besar sehingga
agak sulit dalam distribusi bibit.

2. Pengaruh Faktor Abiotik dan Biotik Terhadap Tanaman


1) Abiotik
a. Pengertian Faktor Abiotik
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor
dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak
bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.
Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang
terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk
tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan,
serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak
hidup

Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah


komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk
komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban,
angin, serta matahari.

Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik


sama seperti komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan
manusia.

Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, yaitu :

1. Berkembang biak.
2. Makan dan minum.
3. Melakukan ekskresi.
4. Beradaptasi dgn lingkunagnnya.

b. Macam-macam Komponen Biotik

Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak hidup,
misalnya udara, air, cahaya, dll. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam
pemenuhan kebutuhan manusia dan yang dapat mempengaruhi ekosistem
antara lain :

Tanah

Seperti yang kita ketahui, tempat dimana manusia tinggal dan


berpijak adalah tanah. Manusia dapat beraktifitas, membangun rumah,
gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen
biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap
hari.

Suhu Atau Temperatur

Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya


pada kisaran suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang
dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. hewan berdarah panas
mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan
memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang
diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah
ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya
diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur
udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan
fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi
dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai.
Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC
atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan
molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka
akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.

Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah,


sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan
pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan
dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak. Curah hujan
bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah
penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan
angin juga dapat menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak.

Sinar / Cahaya Matahari

Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar


matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital
yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:

1. Temperatur matahari yang tinggi.


2. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir.

Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk


mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses
fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang
sesuai ditempati ternak.. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang
pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada
kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis
dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan
panas di antara tubuhnya dan lingkungan.

Air

Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini
digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan
osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan
manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti
transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan
pelapuk.

Udara

Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan


sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. angin diturunkan oleh pola
tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber
panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin
selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting
karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak
dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin. Udara di atmosfer
tersusun atas nitrogen (N2, 78 %), oksigen (O2, 21 %), karbon dioksida
(CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun
udara terbesar di atmosfer bumi.
I. Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahkluk hidup
untuk membentuk protein, dan persenyawaan lainnya. Tumbuhan,
hewan, dan manusia tidak mampu memamfaatkan nitrogen yang ada
di udara secara langsung. Ada bakteri yang dapat menangkap
nitrogen bebas dari udara misalnya, bakteri rhizobium yang hidup
bersimbiosis diakar tanaman kacang, atau ganggang biru anabaena
yang hidup bersimbiosis dengan azolla (tumbuhan air). Tumbuhan
lainnya memperoleh nitrogen dalam bentuk nitrit atau nitrat. Nitrit
dan nitrat secara alami terbentuk dari nitrogen diudara yang terkena
lecutan petir, secara alami tanah memperoleh nitrit dan nitrat
sehingga menjadi subur.
II. Oksigen dan karbon dioksida
Okigen (O2) merupakan gas pembakar dalam proses pernapasan.
Makanan, misalnya karbohidrat yang ada di dalam sel, mengalami
pembakaran (oksidasi) guna mendapatkan energi. Oksidasi tersebut
sering disebut sebagai pernapasan sel. Dalam pernapasan dihasilkan
pula karbondioksida (CO2) dan air (H2O). baik tumbuhan maupun
hewan memerlukan oksigen dari udara bebas untuk pernapasannya
dlam rangka mendapatkan energi.

III. Angin dan kelembaban


Angin berperan membantu penyerbukan tumbuhan, menyebarkan
spora dan biji tumbuhan. Bebrapa serangga hama tumbuhan dapat
diterbangkan oleh angin ke tempat lain yang jauh.
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air
karena penguapan. Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan
bakteri hidup di tempat-tempat yang lembab. Mikroorganisme
tersebut tidak dapat hidup ditempat-tempat kering. Kelembaban
adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting,
karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak.
Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas
melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun,
2002). Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban
relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari
mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen
fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama
(Yousef, 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi
secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian
mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan
Skunmun, 2002).

Mineral

Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S),


fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe),
natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh
tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah.
Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme
tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun
memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi
metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh.

Keasaman [PH]

Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya


mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki PH netral.
Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau
basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam
memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah
lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena
tersusun atas gambut. Oleh karena itu sulit dijadikan areal pertanian jika
tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang bersifat asam
dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus
seringkali bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah
bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang.

Kadar Garam [Salinitas]

Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan
akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam
tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai
yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.\

Topografi

Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu


daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta
keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk
lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah
perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di
daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga
mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.

Garis Lintang

Garis lintang yang berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang


berbeda pula. Garis lintang secara tidak langsung menyebabkan
perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi. Ada organisme yang
mampu hidup pada garis lintang tertentu saja. Indonesia yang terletak di
daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah hujan yang
cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang
tinggi dan merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang
cukup hangat dengan suhu rata-rata 27 0 C, Indonesia memiliki keaneka
ragaman flora dan fauna yang tingggi.

2) Biotik
a. Pengertian Faktor Biotik
Secara bahasa, biotik berarti hidup. Adapun dirunut dari istilahnya,
pengertian komponen biotik diartikan sebagai komponen-komponen
penyusun ekosistem yang berupa mahluk hidup. Beberapa contoh komponen
biotik misalnya hewan, tumbuhan, monera, fungi, virus, bakteri, dan
manusia. Komponen biotik berkembang biak dan bertahan hidup dalam
lingkungan abiotik.

Biotik (bahasa Inggris: biotic) adalah salah satu komponen atau faktor


dalam lingkungan. Komponen biotik meliputi semua faktor hidup yaitu:
kelompok organisme produsen, konsumen dan pengurai.

b. Faktor-faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan,hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan
berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan
mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.

ada beberapa faktor yang mempengaruhi biotik diantara lain :

 Faktor biotik ialah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di yang
ada bumi, baik tumbuhan maupun hewan.
 Faktor biotik meliputi : Interaksi antar tumbuhan dalam komunitas, Interaksi
hewan dan tumbuhan dalam komunitas, dan Interaksi manusia dan tumbuhan.

Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu,


populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk
hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi
membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara  ebih terperinci,
tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut.

Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus,seekor kucing,sebatang
pohon jambu, sebatang pohon kelapa, danseorang manusia. Dalammempertahankan
hidup, seti jenisdihadapkan pada masalah-masalah hidup yangkritis.Misalnya,seekor
hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diriterhadap musuh alaminya,
serta memelihara anaknya. Untukmengatasi masalahtersebut, organisme harus
memiliki strukturkhusus seperti : duri, sayap, kantung,atau tanduk. Hewan
jugamemperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuatsarang atau melakukan
migrasi yang jauhuntuk mencari makanan.Struktur dantingkah laku demikian disebut
adaptasi.

 Adaptasi fsiologi
Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk
mempertahankan hidupnya.Contohnya adalah sebagai berikut.
-Kelenjar bau : Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara
menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi
untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
 Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah
laku.Contohnya sebagai berikut :
-Pura-pura tidur atau mati :Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati,
misalnya tupai Virginia.Hewanini seringberbaring tidak berdaya dengan mata
tertutup bila didekati seekoranjing.
 Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu
disebutpopulasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada
tahun 1989berjumlah 2552 batang.

c. Faktor Biotik Terhadap Pertumbuhan Tanaman

a) Faktor Tanaman/Tumbuhan

Kompetisi dan komplementer antar tanaman: kompetisi akan terjadi


apabila antar tanaman membutuhkan hara, air, dan sinar matahari. Untuk
mendapatkan hasil tanaman yang maksimum diperlukan luas daun yang
maksimum untuk dapat memanfaatkan sinar matahari, hara, dan air yang
tersedia secara maksimum. Jarak tanam yang sempit mengurangi hasil
per tanaman, sedangkan jarak tanam yang lebar akan mengurangi hasil
total per satuan luas karena jumlah tanaman lebih sedikit. Oleh karena
itu jarak tanam optimum sangat penting dalam praktek budidaya
tanaman. Akan tetapi dalam kasus penanaman tanaman yang berbeda
secara bersamaan seperti penanaman campuran, hasil menjadi lebih baik.
Sebagai contoh penanaman bersama tanaman legume dengan serealia.

Kompetisi antara gulma dengan tanaman: Gulma adalah tumbuhan


yang tumbuh dimana mereka tidal( dikehendaki baik waktu maupun
tempatnya. Gulma dapat menurunkan hasil tanaman karena berkompetisi
dengan tanaman dalam hal mendapatkan air, hara dan cahaya matahari.
Di samping itu keberadaan gulma di antara tanaman menyebabkan
meningkatnya biaya tenaga untuk menyiang dan biaya untuk peralatan,
mempersulit panenan, menurunkan kualitas dan pemasaran, menjadi
tanaman inang serangga, fungsi, virus dan bakteri, dan beberapa jenis
gulma meracun manusia dan temak.

Pada daerah non irigasi, kompetisi antara gulma dan tanaman besar
dalam memperebutkan air. Koefisien transpirasi untuk Bermuda grass
(Cynodon dactylon) adalah 813, sedangkan untuk sorghum hanya 430.
Dengan membebaskan tanah dari gulma, dalam satu are tanah dengan
kedalaman 6 kaki, dapat dihemat 300-500 ton air. Di daerah yang
beririgasi, kompetisi terjadi dalam mendapatkan unsur hara.
Gulma di tanah yang bero menghabiskan kelembaban dan hara tanah. Di
samping itu gulma juga akan menutup saluran drainase dan menghalangi
aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian gulma hams dilakukan
untuk mendapatkan aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian
gulma harus dilakukan untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi.

Tanaman dan parasit: Parasit tanaman, untuk dapat hidup tergantung


pada tanaman inangnya. Dalam keadaan yang menguntungkan, parasit
berusaha untuk mempengaruhi komunitas tanaman. Sebagai contoh
parasit yang berupa fungi, bakteri, virus dan sebagainya menyebabkan
jenis penyakit yang berbeda pada tanaman pertanian. Mikroorganisme
untuk memperoleh makanannya melalui perombakan tanaman-tanaman
yang sudah mati dan sisa-sisa hewan (saprofit) atau dengan menyerang
tanaman dan hewan yang masih hidup (parasit). Dalam mendapatkan
makanannya, organisme parasit membunuh jaringan dan sel-sel tanaman
inang sehingga tanaman atau bagian-bagiannya rusak dan mati, atau
mengganggu proses metabolisme tanaman yang hidup. Dalam beberapa
kasus mereka juga menghasilkan substansi racun. Pengendalian penyakit
dapat dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan, dengan
khemikalia, sanitasi lahan dan praktek budidaya.

b) Binatang/Hewan

Hewan dalam tanah meliputi: protozoa, nematoda, siput, dan


serangga merupakan bagian penting dari lingkungan akar tanaman.
Semua organisme ini membantu dalam proses dekomposisi bahan
organik tanah dan digunakan untukkepentingan hidupnya.  Sebagian dari
hewan tanah yang berupa serangga dan nematoda dapat merusak
tanaman sebagai hama, bahkan setelah panen, biji-biji dapat rusak karena
serangga. Rata-rata kehilangan hasil akibat serangan serangga telah
dilaporkan kira-kira 20 % di seluruh dunia.
Hewan yang menguntungkan: banyak tanaman yang dalam
penyerbukannya dibantu/dilakukan oleh serangga. Kumbang dan lebah
mungkin merupakan penyerbuk tanaman yang sangat penting. Ngengat
dan kupu-kupu juga mampu melakukan penyerbukan. Cacing tanah
dapat memperbaiki aerasi dan drainase tanah sehingga dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman. Hewan-hewan kecil dan besar juga
sangat mempengaruhi kehidupan tanaman karena hewan-hewan
mengkonsumsi tanaman sebagai pakannya. Tanaman pertanian yang
terdapat di dekat habitat hewan-hewan tersebut akan mengalami
kerusakan besar apabila tidak dilakukan pengendalian/ perlindungan.

d. Macam-macam Komponen Biotik

Manusia merupakan salah satu contoh komponen biotik. Selain manusia,


hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme juga tergolong ke dalam komponen
ini. Asalkan suatu mahluk menunjukan ciri ciri hidup, maka mahluk tersebut
dikategorikan sebagai contoh komponen biotik.
Adapun berdasarkan kemampuannya dalam memperoleh makanan,
komponen biotik digolongkan menjadi 3 tingkatan, yaitu tingkat autotrof
(produsen), heterotrof (konsumen), dan pengurai (dekomposer).

a) Organisme Autotrof (produsen)


Organisme autotrof disebut juga produsen adalah organisme
yang dapat menghasilkan makanannya sendiri. Produsen membuat
makanan dengan menyerap senyawa dan zat-zat anorganik untuk
kemudian diubah menjadi senyawa organik melalui proses
fotosintesis. Ciri khusus organisme yang tergolong autotrof adalah
adanya klorofil dalam tubuhnya, seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi. Dalam interaksi komponen biotik dan abiotik, organisme
autotrof merupakan awal dari terciptanya keseimbangan ekosistem.

b) Organisme Heterotrof (konsumen)


Organisme heterotrof disebut juga konsumen adalah organisme
yang menggunakan bahan-bahan organik yang berasal dari
organisme lain sebagai sumber energi dan makanannya. Organisme
autotrof tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri. Contoh
kompenen biotik ini misalnya manusia dan hewan yang berperan
baik sebagai karnivora, herbivora, maupun omnivora.

c) Pengurai (dekomposer)
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang merubah
bahan-bahan organik dari organisme yang sudah mati menjadi
senyawa anorganik melalui proses dekomposisi. Contoh komponen
biotik ini misalnya jamur, bakteri, ganggang, cacing, dan lain
sebagainya. Beberapa pengurai yang menggunakan sisa bahan
organik hasil dekomposisi disebut juga detritivor. Contoh organisme
ini misalnya kutu kayu.

Ketiga tingkatan komponen biotik mulai dari organisme


autotrof, organisme heterotrof, dan pengurai, semuanya saling
berinteraksi satu sama lain untuk membentuk suatu gejala alam
biotik seperti pola rantai makanan, piramida makanan, dan lain
sebagainya seperti dijelaskan pada artikel selanjutnya.

e. Komponen Biotik Berdasarkan Tingkat Trofik dan Nutrisi

Komponen-komponen pada biotik terbagi berdasarkan tingkat trofik atau


nutrisi yang dimiliki. Komponen biotik yang terjadi di dalam ekosistem
terbagi menjadi 2 macam, yaitu :

a) Komponen Autotrof

Komponen autotrof atau organisme autotrof adalah merupakan


organisme uniseluler dan organisme multiseluler yang mereka dapat
berfotosintesis.

Contoh dari autotrof adalah fitoplankton, tumbuhan lumut,


ganggang, tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji. Ketika mereka
berfotosintesis maka akan menghasilkan karbohidrat serta oksigen.
Organisme yang masuk kedalam autotrof merupakan produsen yang
paling utama di dalam ekosistem.

b) Komponen Heteretrof

Komponen Heterotrof atau organisme heterotrof adalah


merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik
yang telah di sediakan oleh organisme lain yang di gunakan sebagai
bahan makanan. Heterototrof memiliki organisme yang terdiri:

I. Herbivora merupakan organisme yang memakan tumbuh-


tumbuhan. Tingkatan tropik menduduki tingkat II dan
tingkat I sebagai konsumen.
II. Karnivora merupakan organisme yang memakan daging
makhluk hidup lain. Tingkatan tropik menduduki tingkat III
dan tingkat II sebagai konsumen.
III. Omnivora merupakan organisme yang memakan segalanya
seperti daging dan tumbuhan. Tingkatan tropik menduduki
tingkat II atau ke II dan tingkat I atau ke II sebagai
konsumen
IV. Dekomposer merupakan micro organisme yang bertugas
sebagai pengurai zat organik dari hasil sisa-sisa hewan atau
tumbuhan. Seperti selulosa atau kitin, merubah zat menjadi
lebih sederhana. Contoh dari dekomposer adalah bakteri
dan fungi.
V. Parasit merupakan organisme yang hidup di luar dari tubuh
inang. Contoh dari parasit adalah kutu yang ada dan hidup
di kepala manusia.
VI. Detritivor merupakan organisme hidup dengan cara
memakan serpihan makhluk hidup yang telah mati. Contoh
dari detrivor adalah rayap, cacing, dan kaki seribu.

Nutrien anorganik, hasil penguraian yang dilepaskan


keekosistem (proses mineralisasi) yang kemudian akan digunakan
kembali oleh produsen. Organisme heterotrof tersebut juga
dikelompokkan menjadi parasit serta juga detritivor. Parasit tersebut
hidup di luar atau juga di dalam tubuh inang yang masih hidup,
seperti kutu yang hidup pada kepala manusia. Detritivor tersebut
hidup dengan cara memakan serpihan tumbuhan atau juga hewan
yang telah mati, sebagai contoh misalnya rayap, cacing tanah serta
juga hewan kaki seribu (keluwing).

Berbagai Macam Penamaan Komponen Biotik di dalam Suatu


Ekosistem.

f. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik

Di dalam ekosistem terjadi saling ketergantungan antar komponen, sehingga


apabila salah satu komponen mengalami gangguan maka mempengaruhi
komponen lainnya. Ekosistem dikatakan seimbang apabila jumlah antara
produsen, konsumen I dan konsumen II seimbang keterangan gambar anak
panah : dimakan.

a) Hubungan antara komponen biotik dan komponen abiotik

Keberadaan komponen abiotik dalam ekosistem sangat


mempengaruhi komponen biotik. Misal: tumbuhan dapat hidup baik
apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan
tumbuhan tersebut, contohnya air, udara, cahaya, dan garam–garam
mineral. Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat
mempengaruhi komponen abiotik yaitu tumbuhan yang ada di hutan
sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat
bertahan, tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan,
air tidak dapat tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor
dan menjadi tandus. Komponen abiotik yang tidak tergantung
dengan biotik antara lain: gaya grafitasi, matahari, tekanan udara.

b) Hubungan antara komponen biotik dengan komponen biotik

Di antara produsen, konsumen dan pengurai adalah saling


ketergantungan. Tidak ada makhluk hidup yang hidup tanpa
makhluk lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan makhluk hidup
lainnya untuk saling mendukung kehidupan baik secara langsung
maupun tak langsung. Hubungan saling ketergantungan antar
produsen, konsumen dan pengurai terjadi melalui:

 Rantai makanan
Merupakan peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem
dengan urutan tertentu.
 Jaring-jaring makanan
Merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan
dalam suatu ekosistem. Seperti contoh jaring-jaring makanan di
bawah ini terdiri dari 5 (lima) rantai makanan.
 Piramida makanan
Merupakan gambaran perbandingan antara produsen, konsumen
I, konsumen II, dan seterusnya. Dalam piramida ini semakin ke
puncak biomassanya semakin kecil.
 Arus energi
Merupakan perpindahan energi dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah. Yaitu dari sinar matahari lalu produsen, ke
konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II sampai pengurai.
Sedangkan mineral membentuk siklus. Energi yang dilepas
sangat kecil karena setiap organisme membutuhkan energi dalam
memenuhi kebutuhannya.
 Siklus energi
Merupakan perpindahan zat dari tempat satu ke tempat yang
lainnya. Akhirnya akan kembali ke tempat zat itu berasal. Contoh
lihat siklus air di bawah ini!

Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada hubangan


timbal balik di antara komponen–komponen ekositem.
Perhatikan grafik perbandingan jumlah produsen, herbivora dan
karnivora!

Semula produsen, herbivora dan karnivora berada pada


tempat tertentu. Tumbuhan sebagai produsen yang jumlahnya
paling banyak. Apabila ada hal-hal yang mengubah lingkungan
maka organisme tersebut tidak akan mengalami perubahan,
tetapi jika jumlah organisme tidak terkendalikan akan
membahayakan organisme lainnya.

g. Contoh Hubungan Biotik dan Abiotik

Biotik dan Abiotik adalah komponen pembentuk ekosistem. Biotik dan


abiotik merupakan dua faktor yang mempengaruhi perkembangan dan gejala
alam pada suatu ekosistem. Kedua faktor tersebut saling berdampingan.
Semua benda tidak bernyawa seperti batu, tanah dan kerikil merupakan
komponen abiotik, sedangkan yang bernyawa seperti burung, kupu-kupu, dan
bunga merupakan komponen biotik.
Berdasarkan objeknya, gejala alam dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala
alam biotik dan gejala alam abiotik.

a) Contoh Hubungan Biotik dgn Abiotik

 Setiap tumbuhan mengambil air dri lingkungannya (dri dlm tanah),tpi


tumbuhan jga membebaskan air ke lingkungan ( ke Udara ) dlm
bentuk Uap air.Bersama uap air dari sumber yang lain, nanti akan
terbentuk awan dan turun jdi hujan. dan nanti air meresap ke dalam
tanah (kembali lagi ke tanah). Dan jga tumbuhan mengambil zat hara
dari tanah, dan jga mengembalikannya lgi dlm bentuk dedaunan, dan
sisa tumbuhan yg lapuk dan mengalami penguraian.
 Tanaman Padi melakukan proses Fotosintesis,selain butuh sinar
matahari tanaman Padi jga butuh Karbondioksida utk bernapas,air
untuk kegiatan Transportasi,dan tanah sebagai Unsur Hara.
 Cacing tanah yg membutuhkan sisaxx bahan Fragmen/remukan dri
tanaman pdi sebagai makanannya dan membuat lubang tanah sebagai
tempat tinggalnya.Nanti jka cacing tanah mati akan terurai menjadi
bhn Organik/Zat hara semacam Karbon,oksigen,dll.Untukkebutuhan
tanaman padi dan kelangsungan hidupnya.

h. Contoh Gejala Alam Biotik dan Abiotik

a) Gejala Alam Biotik


Gejala alam biotik merupakan hal-hal yang berkaitan dengan
makhluk hidup, Mis: metamorfosis kupu-kupu, fotosintesis,
penyerbukan, pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dan lain-
lain. Gejala alam biotik merupakan ciri-ciri makhluk hidup karena gejala
alam biotik hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Contoh sifat
gejala alam biotik antara lain:

 Tumbuh dan berkembang


Semua makhluk hidup akan tumbuh dan berkembang hingga menjadi
dewasa.
 Gerak
Semua makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuhan menunjukkan
kemampuan untuk bergerak.
 Bernapas
Bernapas merupakan aktifitas mengambil oksigen dari udara dan
melepaskan karbon dioksida yang menjadi identitas utama makhluk
hidup.
 Peka terhadap rangsang
Makhluk hidup memberi respon terhadap rangsangan dari luar. Mis:
kita akan berkeringat saat udara panas.
 Membutuhkan makanan
Kebutuhan terhadap makanan merupakan salah satu ciri makhluk
hidup karena makhluk hidup membutuhkannya sebagai sumber
energi.

b) Gejala Alam Abiotik


Gejala alam abiotik merupakan hal-hal yang berkaitan dengan sifat fisik
dan kimia di luar makhluk hidup, contohnya hujan, pelapukan, erosi,
ledakan, tanah longsor dan sebagainya. Contoh sifat gejala alam abiotik
antara lain:

1. Wujud
Semua benda abiotik dapat dibedakan wujudnya, yaitu padat, cair,
dan gas.
2. Bentuk
Semua benda abiotik memiliki bentuk yang dapat kita gunakan untuk
mengenalinya.
3. Warna
Selain bentuk, warna juga bisa menjadi sifat gejala alam abiotik,
sehingga dapat dibedakan dengan yang lainnya.
4. Ukuran
Ukuran benda abiotik dapat berupa ukuran panjang, berat, volume,
suhu, dan sebagainya.
5. Bau
Gejala alam abiotik dapat dicirikan berdasarkan baunya, misalkan zat
belerang mempunyai bau yang berbeda dengan air kotor.
6. Rasa
Beberapa benda abiotik dapat diketahui berdasarkan rasanya, yaitu
manis, asam atau netral.
7. Tekstur
Benda abiotik dapat juga dikenali dari teksturnya, yaitu halus atau
kasar permukaannya.

Bab 10.
Proses panen dan Pasca Panen

A. Pengertian Panen

Panen adalah sebagai proses mengumpulkan tanaman yang matang dari ladang.
Menuai adalah pemotongan biji-bijian atau padi untuk dipanen, biasanya
menggunakan sabit, sabit, atau mesin penuai. Pada arti pertanian yang lebih kecil
dengan mekanisasi minimal pemanenan adalah aktivitas padat karya pada musim
tanam.

Pada pertanian mekanis besar, panen menggunakan mesin pertanian yang paling
mahal dan canggih, seperti mesin pemanen gabungan (combine harvester).
Otomatisasi proses telah meningkatkan efisiensi proses pembibitan dan pemanenan.

Peralatan panen khusus yang menggunakan ban berjalan untuk meniru


cengkeraman lembut dan pengangkutan massal menggantikan tugas manual untuk
membuang setiap bibit dengan tangan. Istilah “pemanenan” dalam penggunaan umum
dapat mencakup penanganan pascapanen langsung, termasuk pembersihan,
penyortiran, pengepakan, dan pendinginan.
Selesainya panen menandai berakhirnya musim tanam, atau siklus tanam untuk
suatu tanaman tertentu, dan pentingnya acara ini secara sosial menjadikannya fokus
perayaan musiman seperti festival panen yang ditemukan di banyak agama.

B. Faktor Yang Menentukan Waktu Panen

Faktor utama yang menentukan waktu panen adalah sebagai berikut;

1. Kematangan tanaman
2. Cuaca
3. Ketersediaan alat panen
4. Pemetik
5. Fasilitas pengepakan dan penyimpanan
6. Transportasi merupakan pertimbangan penting

C. Kriteria Panen

Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan sebelum pemanenan tanaman


dilakukan. Setiap tanaman tentunya mempunyai kriteria yang berbeda, tapi menurut
PERMENTAN No. 73/Permentan/OT.140/7/2013 terdapat kriteria umum panen
diantaranya yaitu:

1. Waktu pemanenan yang tepat (keterangan jam dan hari)


2. Indeks kematangan produk untuk dipanen
3. Standar mutu untuk pemasaran
4. Peralatan dan bahan penolong yang dipakai
5. Cara memetik, memotong, memisah/split, membongkar, mewadahi,
mengumpulkan, dan menyimpan sementara
6. Cara perekrutan dan pelatihan pekerja
7. Larangan, peringatan, petunjuk

Salah satu kriteria yang disebutkan di atas adalah kematangan. Bisa dikatakan bahwa
menentukan waktu panen yang tepat yaitu menentukan “ kematangan” yang tepat dan
saat panen yang sesuai. Untuk jenis tanaman buah dan sayuran, ada beberapa metode
yang bisa dilakukan menentukan tingkat kematangan atau kemasakannya, antara lain:

1. Melalui Indikator Visual


Melalui indikator visual, kriterianya yaitu:

1. Paling banyak dipergunakan, baik pada komoditas buah maupun sayuran


2. Berdasarkan perubahan warna, ukuran, dan lain-lain
3. Sifatnya sangat subjektif, karena keterbatasan indra penglihatan manusia

2. Melalui indikator fisik

Melalui indikator fisik, kriterianya yaitu:

1. Sering digunakan, khususnya pada beberapa komoditas buah


2. Didasarkan pada mudah atau tidaknya buah dilepaskan dari tangkai buah, uji
ketegaran buah (penetrometer). Uji ketegaran buah lebih obyektif, karena
dapat dikuantitatifkan.

Prinsipnya adalah buah ditusuk dengan suatu alat, besarnya tekanan yang
diperlukan untuk menusuk buah menunjukan ketegaran. Apabila tekanan
yang diperlukan semakin besar, buah akan semakin tegar, proses pengisian
buah sudah maksimal atau masak fisiologis dan siap di panen.

3. Melalui indikator fisiologis

Indikator utamanya adalah laju respirasi, sehingga sangat baik diterapkan


pada komoditas yang bersifat klimakterik (kurang cocok pada komoditas yang
non klimaterik). Ketika komoditas mencapai masak fisiologis, respirasinya
mencapai klimakterik (paling tinggi), sehingga bisa disimpulkan bahwa saat laju
respirasi suatu komoditas sudah mencapai klimaterik, maka komoditas siap
panen.

4. Melalui analisis kimia

Melalui analisis kimia, kriterianya yaitu:


1) Terbatas pada perusahaan besar (relatif mahal), lebih banyak dipergunakan pada
komoditas buah.
2) Pengamatan pada kandungan zat padat terlarut, kandungan asam, kandungan pati,
dan kandungan gula.
3) Metode analisis kimia lebih objektif daripada visual, karena terukur.
4) Pada dasarnya dalam buah terjadi perubahan biokimia selama proses pemasakan.
5) Perubahan yang sering terjadi misalnya pati menjadi gula, menurunnya kadar
asam, meningkatkan zat padat terlarut.

5. Melalui komputasi 

Melalui komputasi, kriterianya yaitu:

1. Yang dihitung adalah jumlah dari suhu rata-rata harian selama satu siklus
hidup tanaman (derajad harian) mulai dari penanaman sampai masak
fisiologis.
2. Pada dasarnya terdapat korelasi positif antara suhu lingkungan dan
pertumbuhan tanaman.
3. Bisa diterapkan baik pada komoditas buah maupun sayuran.

Demikianlah artikel yang bisa kami uraikan pada segenap pembaca


berkenaan dengan pengertian panen menurut para ahli, faktor, dan kriteria
yang dapat mempengaruhinya. Semoga memberikan edukasi serta referensi
bagi kalian yang membutuhkannya.

D. Penanganan Segera Setelah Panen

Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan
menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak
tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:

1. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada


bijibijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan
lama. Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.
2. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah.
Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena
sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah
(sekitar 10°C) dalam waktu 1 – 2 jam.
3. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah
yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah
itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang
segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran) ! Curing juga berperan
menutup luka yang terjadi pada saat panen.
4. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada
buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk
memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
5. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah
untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit
yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak
disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang
pencucian dapat menunda kematangan.
6. Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda
asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun,
tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
7. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang
tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat.

E. Pengertian Pasca Panen

Arti dari pasca panen adalah sebuah tindakan yang dimulai dengan pemungutan
hasil bumi lalu kemudian diolah dengan cara tertentu hingga sampai tahap siap
dipasarkan.
Tindakan pasca panen bisa dimaknai dengan memproses hasil panen mulai dari proses
perontokan, pengeringan, penyimpanan hingga pemasaran.
Dalam pasca panen juga harus ada tindakan-tindakan yang diperlukan yaitu
penanganan pasca panen.
Penanganan pasca panen merupakan sebuah tindakan lanjutan dari pasca panen.
Penanganan pasca panen adalah tindakan pengolahan hasil panen dengan tujuan akhir
untuk dipasarkan kepada konsumen.
Penanganan pasca panen bertujuan untuk menghasilkan produk yang aman dan siap
dikonsumsi. Pengolahan produk bisa dilakukan oleh industri maupun perorangan yang
tetap mengedepankan keamanan produk.
Penanganan pasca panen dimaksudkan untuk menjaga hasil panen dan lahan tetap
terjaga kondisinya.
Teknik penanganan sesuai prosedur akan membuat lahan tetap menjadi produktif
hingga masa tanam berikutnya. Alhasil pada penanaman periode berikutnya hasil
yang didapat sesuai dengan harapa

F. Tujuan Dillakukan Kegiatan Pasca Panen

Penanganan pasca panen bertujuan untuk menghasilkan produk yang aman dan siap
dikonsumsi. Pengolahan produk bisa dilakukan oleh industri maupun perorangan yang
tetap mengedepankan keamanan produk.
Penanganan pasca panen dimaksudkan untuk menjaga hasil panen dan lahan tetap
terjaga kondisinya.
Teknik penanganan sesuai prosedur akan membuat lahan tetap menjadi produktif
hingga masa tanam berikutnya. Alhasil pada penanaman periode berikutnya hasil
yang didapat sesuai dengan harapan.

G. Tahapan Pasca Panen

Dalam melakukan pasca panen, ada beberapa tahapan yang harus dilalui gunanya
untuk menjaga kualitas dan mutu produk tidak berubah.
Tindakan pasca panen yang sesuai akan menghasilkan komoditas yang super sehingga
memenuhi unsur-unsur keamanan produksi.
Tindakan pasca panen membutuhkan perhatian yang layak, salah-salah dapat
mengakibatkan kegagalan panen pada musim berikutnya.

a) Perontokan
Pada jenis tanaman tertentu, hasil yang didapat harus dirontokkan terlebih dahulu
untuk dapat digunakan.
Umumnya perontokan dapat dilakukan secara manual. Namun sekarang sudah
banyak tersedia perontokan menggunakan mekanik atau mesin.
b) Pengangkutan
Pengangkutan adalah sebuah proses memindahkan hasil bumi dari lading ke
tempat pengolahan selanjutnya, entah itu tempat pengeringan atau tempat
penyimpanan. Pengangkutan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara.

Faktor pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:

1. Fasilitas angkutannya
2. Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan
3. Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
4. Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.

c) Pengeringan
Proses pengeringan sangat diperlukan terutama untuk menjaga kualitas hasil
tanaman.
Pengeringan biasanya dilakukan untuk mengurangi kadar air yang masih
tersimpan pada buah tersebut. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah timbulnya
jamur atau cendawan lain.
d) Penyimpanan
Setelah dikeringkan, hasil olahan biasanya akan disimpan sampai waktu tertentu.
Metode penyimpanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, bergantung pada
kondisi lingkungan dan tempat.
Yang perlu diingat ketika menyimpan yaitu kadar air yang terdapat pada hasil
tanaman harus sesedikit mungkin.

1. Tujuan / guna penyimpanan

a. Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan


kualitas)
b. Menampung produk yang melimpah
c. Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
d. Membantu dalam pengaturan pemasaran
e. Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen
f. Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan

2. Prinsip dari perlakuan penyimpanan :

a. Mengendalikan laju transpirasi


b. Mengendalikan repirasi
c. Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
d. Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen

3. Cara Memperpanjang Masa Penyimpanan

a. Mengontrol penyakit yang timbul setelah panen


b. Mengatur kondisi atmosfer (C.A. storage)
c. Perlakuan kimia (chemical treatment) - Perlakuan penyinaran
(irradiation)
d. Penyimpanan dingin (refrigeration)

4. Penyimpanan dingin merupakan cara penyimpanan yang murah (terjangkau),


efektif (bisa digunakan untuk semua komoditas) dan efisien (dapat
dikombinasikan dengan cara-cara penyimpanan yang lain), namun untuk
kondisi daerah tropis yang mempunyai temperatur udara rata-rata cukup
tinggi, penyimpanan hasil pertanian dalam temperatur rendah perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Sifat hasil tanaman. Tanaman yang berasal dari daerah tropis umumnya
tidak tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin
umumnya tidak berada di bawah 12oC. Ketahanan terhadap temperatur
rendah dari berbagai bagian tanaman juga berbeda.
b. Hindari chilling injury. (Kerusakan hasil tanaman karena temperature
rendah). Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas
terhadap temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara
penyimpanan dan lama penyimpanan.
c. “Don’t break the cold-chains” Penyimpanan dingin dari suatu hasil
tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di tangan
konsumen.

5. Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan penyimpanan

1) Perlakuan sebelum panen


2) Panen dan penanganan panen
3) Precooling
4) Kebersihan
5) Varietas /kultivar hasil tanaman dan tingkat kematangannya

e) Penggilingan
Beberapa komoditi membutuhkan penggilingan untuk memisahkan dari kulitnya.
Tindakan penggilingan bertujuan untuk mengeluarkan biji dari wadah yang
menutupinya. Proses penggilingan dapat dilakukan secara manual maupun secara
mekanik.
f) Grading (pengkelasan) dan standarisasi

Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam


kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan
seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya. Tujuan dari tindakan
grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk
kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria )
dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi
merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut
kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi
pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat
mencakup kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.

H. Prinsip dasar dari penanganan pasca panen yang baik

Mengenali sifat biologis hasil tanaman yang akan ditangani

- Hasil pertanian yang telah dipanen masih hidup, masih melakukan respirasi, dan
transpirasi, sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan harus selalu
memperhatikan hal ini.
- Sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat untuk
tiap komoditas akan berbeda.

- Bagian tanaman yang dimanfaatkan juga berbeda-beda sifatnya (daun, batang,


bunga, buah, akar).

- Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.

I. Jenis Kerusakan Produk Pertanian Pasca Perlakuan Panen


* Kerusakan Fisik – Fisiologis
Perubahan-perubahan terjadi karena proses fisiologi (hidup) yang
terlihat sebagai perubahan fisiknya seperti perubahan warna, bentuk, ukuran,
lunak, keras, alot, keriput, dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa,
peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman tersebut.
* Kerusakan Mekanis
Kerusakan disebabkan benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar
hasil tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya
disebabkan tindakan manusia yang dengan sengaja atau tidak sengaja
dilakukan. Atau karena kondisi hasil tanaman tersebut (permukaan tidak
halus atau merata, berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobot tinggi,
kulit tipis, dll.). Kerusakan mekanis (primer) sering diikuti dengan kerusakan
biologis (sekunder)
* Kerusakan Biologis
Penyebab kerusakan biologis dari dalam tanaman : pengaruh etilen
Penyebab kerusakan biologis dari luar : Hama dan penyakit

J. Pemasaran Hasil Pertanian

Definisi strategi pemasaran juga dapat diartikan sebagai serangkaian upaya


yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, karena
potensi untuk menjual proposisi terbatas pada jumlah orang yang mengetahui hal
ini.
Strategi Pemasaran memiliki peran penting dalam suatu perusahaan atau
bisnis karena berfungsi untuk menentukan nilai ekonomi perusahaan, baik harga
barang maupun jasa.

Dalam usaha agribisnis, pemasaran menjadi kunci utama agar produk


pertanian bisa sampai ke pasar atau konsumen akhir. Namun sayangnya, sistem
pemasaran yang berlangsung di Indonesia belum bisa berjalan secara efektif dan
efisien.

Besarnya perbedaan harga atau marjin pemasaran yang relatif besar masih
menjadi tantangan utama dalam pemasaran hasil pertanian.

Dalam kegiatan pemasaran, seringkali dijumpai rantai pemasaran yang


panjang sehingga banyak pelaku pemasaran yang terlibat di dalamnya.

Hal inilah yang menyebabkan tingginya akumulasi keuntungan yang diambil


dari setiap pelaku pemasaran. Harga yang diterima petani sebagai produsen dan
yang dibayarkan oleh konsumen akhir akan berbeda signifikan.

a) Membentuk Koperasi Agribisnis

Koperasi yang merupakan organisasi bisnis yang dijalankan oleh sekelompok


orang untuk mencapai kepentingan bersama memang sangat diperlukan oleh
pengembangan agribisnis.

Kegiatan agribisnis yang masih menjalankan aktivitasnya sendiri-sendiri


perlu mereformasikan diri agar lebih fokus pada perwujudan koperasi pertanian
dengan pelayanan usaha dari hulu sampai hilir.

b) Lelang

Sistem lelang akan meningkatkan harga jual produk karena lembaga


pemasaran selanjutnya akan dipilih berdasarkan harga belinya yang tertinggi.
Petani akan lebih mudah mendapat keuntungan dan terhindar dari permainan
harga oleh tengkulak atau pengepul.
c) Menjalin Hubungan Dengan Konsumen

Menjalin hubungan yang baik dengan konsumen merupakan kunci terakhir


yang harus menjadi pegangan untuk mencapai kesuksesan dalam berbisnis.

d) Dukungan Perbankan Daerah

Kegiatan agribisnis membutuhkan pembiayaan dari pihak yang bisa


melakukannya, dalam hal ini adalah bank. Untuk mewujudkan pemasaran
agribisnis yang baik di daerah maka diperlukan dukungan peranan perbankan
sebagai lembaga pembiayaan. Perbankan sangat penting untuk menentukan maju
mundurnya agribisnis daerah.

Bab 11

Persiapan Tanam

A. Benih Unggul

Bibit hasil seleksi secara buatan yang mempunyai sifat – sifat sesuai dengan
keinginan kita.Bibit hasil seleksi secara buatan yang mempunyai sifat – sifat
sesuai dengan keinginan kita.

B. Persemaian

Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih


atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang
baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan
bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang
baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila
teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku.

a) Persemaian sementara

Jenis persemaian ini biasanya berukuran kecil dan terletak di dekat


daerahyang akan di tanami. Persemaian sementara ini biasa nya
berlangsung hanya untuk beberapa priode panen (bibit/semai) yaitu
paling lama hanya untuk waktu lima tahun.

1. Keuntungan Persemaian Sementara

1. Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.


2.  Ongkos pengangkutan bibit murah.
3. Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena
persemaian berpindah  tempat setelah tanah menjadi miskin.
4. Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.

2. Kerugian Persemaian Sementara

1. Ongkos Persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya


pekerjaan dengan hasil yang sedikit.
2. Keterampilan petugas sulit di tingkatkan, karena sering
berganti petugas.
3. Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih
4. Lokasi persemaian yang terpencar menyulitkan pengawasan.

b) Persemaian Tetap

Jenis persemaian ini biasanya berukuran (luasnya) besar dan lokasinya


menetap di satu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas.

1. Keuntungan Persemaian Tetap

1. Kesuburan tanah dapat di pelihara dengan pemupukan


2. Dapat dikerjakan secara mekanis bila di kehendaki
3. Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf
yang tetap dan terpilih.
4. Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur.
5. Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan
pertumbuhan nya lebih seragam.

2. Kerugian Persemaian Tetap


1. Keadaan ekologi tidak selalu mendakati keadaan sebenarnya.
2. Ongkos pengangkutan lebih mahal di bandingkan dengan
jenis persemaian sementara.
3. Membutuhkan biaya untuk investasi lebih tinggi di banding
persemaian sementara.

c) Sarana Persemaian

1. Bedeng tabur: tempat yang dibuat dan digunakan untuk


mengecambahkan bibit yang berasal dari biji.
2. Bedeng sapih: tempat yang di buat dan di gunakan pemindahan
bibit dari bedeng tabur
3. Sungkup: Kerangka bambu yang di tutup plastik transparan,
gunanya untuk menutup bibit cabutan yang baru di sapih/di ambil dari
alam dan biji dalam bedeng tabur, agar kelembaban udaranya tetap
tinggi.

d) Media Persemaian

1. Media Persemaian Berbentuk Tray

1) Campurkan tanah bagian atas (top soil) dengan pupuk organik


(pupuk kompos) atau pupuk kandang yang telang matang.
Komposisinya 1:1
2) Masukan campuran media tanam tersebut kedalam tray,
padatkan secukupnya agar media bisa menampung tanaman.
Tray sudah siap untuk media tanam.

2. Media Persemaian Berbentuk Polybag

Untuk persemaian polybag, campurkan media tanam yang telah


di buat dengan arang, sekam dengan komposisi 1:1. Ambil polybag
dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bibit tanaman.
Media persemaian polybag siap untuk ditanami.

3. Media Persemaian Berbentuk Cetak


Untuk persemaian berbentuk cetak, siram campuran media
tanam yang telah di buat tersebut dengan air secukupmya. Air
berfungsi untuk menyolidkan campuran agar mudah di bentuk dan
tidak ambrol. Kemudian gunakan cetakan untuk membentuk media
menjadi bentuk kotak kotak tersebut sedalam 1-2 cm untuk
memasukan benih. Media persemaian siap ditanami

4. Media Persemaian Berbentuk Bedengan

1. Campurkan tanah bagian atas (top soil) dengan pupuk


organik (pupuk kompos atau pupuk kandang yang telah matang).
Komposisinya 1:1
2. Kemudian bentuk bedengan dan letakan campuran tadi di
atas permukaan bedengan. Ketebalan campuran hedaknya 5-7
cm. Ketebalan ini optimal untuk tanaman yang baru tumbuh.
3.  Siram bedengan dengan air secukupnya dan tebarkan benih
di atas bedengan tersebut.
4. Buat tiang penyangga atau bambu yang di lengkungkan,
kemudian tutup bedengan dengan paranet.
5. Penutup bedengan bisa di buat permanen dengan paranet,
atau di buat dengan sistem tutup buka berguna pada musim hujan
agar tanaman tidak terkena kecuran air hujan secara langsung.
Benih yang cocok disemaikan di persemaian tipe bedengan
adalah sayuran daun bersiklus pendek seperti sawi, caisim,
pakchoi, dll.

e) Bagian-bagian Penting Dari Persemaian

1. Tempat perkecambahan terlindung dari pemangsa biji.


2. Tempat meletakan pot-pot tanaman (atap di pindahkan)
3. Tempat bekerja untuk memasukan tanaman ke dalam polybag
4. Gudang yang dapat di kunci, sebagai tempat menyimpan media
tumbuh dan alat-alat.
5. Sumber air yang terpercaya.
6. Akses yang mudah
7. Pagar untuk menjaga agar hewan-hewan tidak masuk.
8. Tempat berteduh dari matahari dan hujan
9. Kamar kecil

C. Persiapan Lahan

Persiapan lahan merupakan salah satu faktor terpenting yang perlu dilakukan dalam
memulai usaha budi daya. Persiapan lahan yang baik berpengaruh besar terhadap
produktivitas tanaman. Banyak penelitian menunjukkan dengan melakukan persiapan
lahan sebelum melakukan usaha budi daya bisa meningkatkan hasil panen hingga
30%.

Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk mengkondisikan lahan tempat budi daya
tanaman agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Persiapan lahan meliputi beberapa kegiatan, mulai dari
land clearing, pengolahan tanah, penggaruan lahan serta pemberian pupuk dasar.

D. Land Clearing

Land clearing adalah pembersihan lahan yang akan dijadikan area pertanaman. Ada
banyak cara yang biasa dilakukan petani untuk melakukan land clearing. Mulai dari
manual, mekanis hingga penggunaan bahan kimia seperti herbisida. Land clearing
dengan manual dilakukan dengan tangan manusia langsung dengan menggunakan alat
sederhana seperti cangkul, parang, dll. Sedangkan land clearing yang dilakukan
dengan mekanis dilakukan dengan menggunakan berbagai macam mesin pertanian
seperti traktor.

Selain memperbaiki tanah, pembersihan juga bertujuan memperlancar arus air dan
menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke petak sawah.

E. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan cara untuk memperbaiki kondisi fisik, kimia
maupun biologi tanah. Hal ini mutlak dilakukan oleh petani sebelum melakukan
penanaman bibit, karena dengan pengolahan tanah yang baik dan benar maka
proses penanaman akan lebih mudah dan tentunya itu baik sekali untuk benih
yang akan ditanam.

Tahapan pengolahan lahan

1. Pengolahan tanah primer dilakukan apabila lahan yang akan ditanami keras
atau berupa bongkahan serta terdapat gulma. Kedalaman pemotongan dan
pembalikan umumnya diatas 15 cm (>15 cm). Tanah dipotong kemudian
diangkat terus dibalik agar sisa-sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah
dapat terbenam di dalam tanah. Pembalikan tanah biasa dilakukan dengan
cangkul, garu, waluku, atau traktor dengan berbagai jenis bajak. Seperti bajak
singkal, bajak piringan, bajak rotary, bajak chisel, bajak subsoil, dan bajak
raksasa.
2. Pengolahan tanah sekunder (kedua) suatu cara pengolahan tanah dengan
kedalaman yang lebih dangkal (<15 cm) serta hasil olahannya sudah halus
dengan permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami). Pengolahan
tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah
yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Alat yang bisa digunakan
untuk melakukan pengolahan tanah kedua ini adalah garu, land roller (perata
tanah), dan alat lainnya.

Manfaat pengolahan tanah antara lain adalah

1. Memperbanyak atau memperbesar total volume rongga/pori tanah. Dengan


demikian maka aerasi tanah dan drainase lahan semakin baik, sehingga
pasokan oksigen untuk metabolisme akar menjadi lebih lancar.
2. Mengaduk sisa tanaman secara merata ke dalam tanah sebagai sumber bahan
organik dan unsur hara tanaman.
3. Mengurangi resistensi tanah sehingga penetrasi akar dan pembesaran umbi
menjadi lebih mudah.
4. Mengurangi organ atau bagian jaringan gulma yang tersisa di dalam tanah
sehingga mengurangi potensi gangguannya terhadap pertumbuhan tanaman,
berarti juga mengurangi biaya untuk pengendalian gulma selama periode
budidaya tanaman.

F. Penggaruan Tanah

Penggaruan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau traktor dengan
tujuan untuk menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah yang keras, sehingga struktur
dan tekstur tanah memungkinkan untuk ditanami.

Saran dalam penggaruan sebaiknya dilakukan pemupukan terlebih dahulu sebelum


proses ini dilakukan. Pemberian pupuk organik atau anorganik saat penggemburan
membuat pupuk teraduk secara rata pada lapisan olah.

G. Pemupukan Lahan

Pemupukan lahan bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah agar tanah
menjadi lebih subur dan dapat mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara.
Dengan begini pertumbuhan tanaman lebih optimal. Pemupukan yang diberikan lebih
awal bisa merangsang perkembangan akar lebih dalam.

Pemupukan awal ini biasa disebut dengan pemupukan dasar. Jika tanah diketahui
bereaksi asam, maka petani diwajibkan untuk menaburkan kapur dolomit di lahan
pertanian untuk menaikkan pH tanah. Pupuk yang biasa dijadikan sebagai pupuk
dasar adalah pupuk kandang, urea, SP36, dll sesuai dengan kebutuhan komoditas yang
ingin ditanam.

Semua tahapan persiapan lahan pertanian ini, biasanya membutuhkan waktu 16-18
hari tergantung pada lahan yang akan dikelola

Anda mungkin juga menyukai