Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan,
ketekunan dan kesabaran sehingga modul P5 untuk SMA fase E SMAN 2 Kota Kediri ini dapat
diselesaikan. Modul ini dibuat terutama untuk kelas X, yang menggunakan kurikulum
merdeka, sebagai panduan pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Terima kasih Kami sampaikan kepada tim P5 yang turut berperan dalam
penyusunan modul belajar ini. Dalam penggunaannya nanti, pembaca mungkin akan
menemukan beberapa kekeliruan dan kekurangan di dalamnya. Kami memohon
pemakluman dan maaf sebesar-besarnya. Kami sebagai tim penyusun selalu siap meneriman
kritik & saran untuk membangun memperbaiki penulisan di masa depan.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN MUKA i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 EKOSISTEM 1
A. KOMPONEN EKOSISTEM 1
B. KONDISI EKOSISTEM SAAT INI 4
C. SIKAP YANG DIKEMBANGKAN UNTUK MENGATASI EKOSISTEM-
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/SUSTAINABLE
DEVELOPMENT GOALS (SDGS) 5
BAB 2 SAMPAH 8
A. PENGERTIAN SAMPAH 8
B. SUMBER SAMPAH 8
C. JENIS SAMPAH 10
D. PERMASALAHAN TERKAIT SAMPAH 13
BAB 3 PENGELOLAAN SAMPAH 15
A. PEMILAHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH 15
B. BAHAYA KESALAHAN PENGELOLAAN SAMPAH 16
C. PRODUKSI DAN CAPAIAN PENGELOLAAN SAMPAH
YANG DIMUAT DALAM SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN SAMPAH NASIONAL 19
D. INDONESIA SEBAGAI PENYUMBANG SAMPAH PLASTIK
TERBESAR KE- DUA DUNIA 20
BAB 4 DAUR ULANG SAMPAH DI SEKOLAH 22
A. JENIS SAMPAH DI SEKOLAH 22
B. CONTOH PROPOSAL 24
C. CONTOH PRODUK DARI SAMPAH 31
BAB 5 KAMPANYE 33
A. KAMPANYE 33
B. JENIS KAMPANYE 33
DAFTAR PUSTAKA 34
iii
BAB 1
EKOSISTEM
A. KOMPONEN EKOSISTEM
Ekosistem merupakan suatu sistem dimana terjadi hubungan (interaksi) saling
ketergantungan antara komponen-komponen di dalamnya, baik yang berupa makhluk
hidup maupun yang tidak hidup. Hubungan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem sangat terorganisir. Hubungan tersebut berlangsung secara dinamis sehingga
terjadilah keseimbangan lingkungan. (Irnaningtyas & Sylva Sagita, 2021)
Berdasarkan struktur dasar ekosistem, komponen ekosistem dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu komponen abiotik dan biotik. (Irnaningtyas & Sylva Sagita,
2021)
1. Komponen Abiotik adalah komponen fisik dan kimiawi yang terdapat pada suatu
ekosistem sebagai medium/ substrat untuk berlangsungnya suatu kehidupan.
Komponen abiotik meliputi:
a. Udara
Udara merupakan sekumpulan gas pembentuk lapisan atmosfer yang
menyelimuti bumi. Udara bersih dan kering di atmosfer mengandung gas
dengan komposisi yang permanen, yaitu 78,09% nitrogen (N2); 21,94% oksigen
(O2); 0,032% karbondioksida (CO2); dan gas lain (Ne, He, Kr, Xe, H2, CH4, dan
N2O). selain itu udara juga mengandung gas yang jumlahnya bisa berubah-ubah,
yaitu uap air (H2O), ozon (O3), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2).
Udara berfungsi untuk menunjang kehidupan penghuni ekosistem. Contohnya
gas O2 untuk respirasi makhluk hidup dan gas CO2 untuk proses fotosintesis
tumbuhan.
b. Air
Air mengandung berbagai jenis unsur atau senyawa kimia dalam jumlah yang
bervariasi, contonya natrium, kalsium, ammonium, nitrit, nitrat, dan fosfat.
Jumlah unsur yang terkandung di dalam air tergantung pada kualitas udara dan
tanah yang dilalui oleh air. Air dapat berubah wujud menjadi uap, cairan, atau
es, tergantung suhu lingkungan di sekitarnya. Volume air di bumi mencapai
1.400.000.000 km3, dengan perincian 97% berupa air laut, 2% berupa gunung
1
es di kedua kutub bumi, 0,75% berupa air tawar (mata air, air sungai, danau,
dan air tanah), dan selebihnya berupa uap air.
c. Tanah
Tanah terbentuk karena proses destruktif (pelapukan batuan dan pembusukan
senyawa organik) dan sintesis (pembentukan mineral). Komponen tanah yang
utama, yaitu bahan mineral, bahan organic, air, dan udara. Tumbuhan
mengambil air dan garam-garam mineral dari dalam tanah. Sementara manusia
menggunakan tanah untuk keperluan lahan pemukiman, pertanian,
peternakan, dan kegiatan transportasi.
d. Garam Mineral
Tumbuhan menyerap garam mineral dari dalam tanah untuk pertumbuhan.
Hewan dan manusia memerlukan garam mineral untuk menjaga keseimbangan
asam dan bas, mengatur kerja alat-alat tubuh, dan untuk proses metabolisme.
e. Sinar Matahari
Sinar matahari merupakan sumber energy bagi seluruh kehidupan di bumi. Di
dalam ekosistem, energy dialirkan dari suatu tingkat trofik ke tingkat trofik
berikutnya dalam bentuk transformasi energi. Sebagaian kecil sinar matahari
yang mencapai permukaan bumi dimanfaatkan tumbuhan untuk proses
fotodintesis dan diubah menjadi energy potensial dalam bentuk karbohidrat.
Energi potensial yang dihasilkan oleh tumbuhan akan diubah menjadi energi
kinetic oleh hewan dan manusia.
f. Suhu
Suhu adalah derajat energy panas yang berasal dari radiasi sinar, terutama yang
bersumber dari matahari. Suhu udara di berbagai ekosistem berbeda-beda,
bergantung letak garis lintang (latitude) dan ketinggian tempat (altitude).
Semakin dekat dengan kutub, suhu udara akan semakin dingin dan kering. Suhu
merupkan faktor pembatas bagi kehidupan dan mempengaruhi
keanekaragaman hayati di suatu ekosistem. Pada umumnya, makhluk hidup
dapat bertahan hidup pada suhu lingkungan 0-40oC. beberapa jenis makhluk
hidup melakukan hibernasi (tidak aktif) pada suhu yang sangat rendah, tetapi
akan aktif dan berkembang biak bila suhu lingkungan sudah normal kembali.
2
g. Kelembapan
Kelembapan di suatu ekosistem dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari,
angin, an curah hujan. Kelembapan sangat mempengaruhi pertumbuhan
tumbuhan. Daerah dengan tingkat kelembapan berbeda akan menghasilkan
ekosistem dengan komposisi tumbuhan yang berbeda.
h. Derajat Keasaman (pH)
Keadaan pH tanah berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan. Tumbuhan
akan tumbuh dengan baik pada pH optimum, yaitu berkisar 5,8-7,2. Nilai pH
tanah dipengaruhi oleh curah hujan, penggunaan pupuk, aktivitas akar
tanaman, dan penguraian mineral tanah.
i. Topografi
Topografi adalah keadaan naik turun atau tinggi rendahnya permukaan bumi.
Topografi mempengaruhi keadaan iklim yang menyangkut suhu dan
kelembapan. Topografi menentukan keanekaragaman hayati dan penyebaran
suatu organisme
2. Komponen Biotik meliputi seluruh makhluk hidup di bumi. Komponen tersebut,
antara lain bakteri, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat
tinggi, hewan invertebrate, dan hewan vertebrata termasuk manusia. Komponen
biotik dalam ekosistem dibedakan menjadi dua macam, yaitu
a. Komponen Autotrof
Organisme autotrof adalah organisme uniseluler ataupun multiseluler yang
memiliki klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis, misalnya
fitoplankton, ganggang, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan
berbiji. Dari hasil fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan oksigen. Organisme
autotrof merupakan produsen utama dalam ekositem.
b. Komponen Heterotrof
Organisme heterotrof adalah organisme yang dalam hidupnya selalu
memanfaatkan bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai
bahan makanannya. Organisme heterotroph terdiri atas herbivor sebagai
konsumen primer (I), karnivor yang memakan herbivore sebagai konsumen
sekunder (II), karnivor yang memakan karnivor lainnya sebagai konsumen
tersier (III), dekomposer, serta dertitrivor.
3
❖ Dekomposer adalah mikroorganisme yang menguraikan zat organik sisa
tumbuhan/ hewan menjadi zat yang lebih sederhana. Contoh dekomposer
adalah bakteri dan jamur.
❖ Dertitrivor hidup dengan cara memakan serpihan tumbuhan/ hewan yang
sudah mati. Contoh dertitrivor rayap, cacing tanah, dan kaki seribu.
Memang salah satu penyebab rusaknya terumbu karang adalah perubahan iklim, yang
juga dimana terjadi akibat sistem kehidupan manusia yang kontra terhadap pelestarian
alam. Namun, penyebab lain adalah karena eksploitasi biota laut yang banyak menggunakan
peledak dan semacamnya.Selain itu, penelitian juga menggaris bawahi permasalahan sampah
plastik. Hasil riset menunjukkan bahwa terdapat hingga 594 ribu ton sampah plastik yang
dihasilkan oleh Indonesia dan telah mencemari kelautan Indonesia di 18 titik. Indonesia pun
masih menempati posisi kedua sebagai produsen plastik terbesar di dunia.Mengapa sampah
dapat mengancam sumber daya kelautan Indonesia?
4
Pencemaran laut akibat limbah sampah akan menghambat perkembangan dan
pertumbuhan biota laut. Jika biota laut sakit dan terpapar limbah yang penuh penyakit,
maka tidak bisa dikonsumsi dan dieksport. Pendapatan negara pun akan berkurang. Jika
pendapatan berkurang, maka akan berdampak pada perekonomian negara.Tentu kamu
pasti tahu sudah betapa sulitnya sekarang menghadapi pandemi dan bekerja
di perekonomian Indonesia saat ini.
Selain itu, limbah merupakan buangan yang notabene sumber penyakit. Jika air
lautan Indonesia tercemar, maka biota laut bisa mati. Jika biota laut mati, seluruh orang
yang bergantung nasib pada hasil laut akan kehilangan mata pencaharian. Jika lingkungan
laut buruk, kondisi alam Indonesia secara keseluruhan akan terlihat menyedihkan dan turis
tidak akan mau datang ke tempat yang kotor. Hal ini bisa berdampak pada seluruh orang
yang bekerja di dunia pariwisata dan tentu permasalahannya akan menjadi kompleks. Saat
ini, Indonesia sedang berjuang mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan ini. Permasalahan ini sangatlah serius. Seperti kata mantan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti, “Kalau orang Indonesia yang pintar ini
melakukan dua hal ini, not only care but do, not only do but also care, itu pasti negara kita
akan maju.”
5
2. Tidak membuang limbanh ke sungai dan laut
Banyak sekali dampak jika limbah industri dibuang ke saluran air atau sungai, salah
satunya akan menimbulkan pencemaran air dan merusak atau memusnahkan
organisme di dalam ekosistem tersebut. Limbah industri yang berupa logam berat
sering dialirkan ke sungai, sehingga sungai menjadi tercemar. Maka dari itu, cara
yang tepat untuk mengatasi kerusakan lingkungan alam dengan tidak membuang
limbah ke sungai dan laut.
3. Pelestarian terumbu karang
Pelestarian terumbu karang dapat dilakukan dengan cara(1) Melakukan rehabilitasi
terumbu karang yang rusak. Rehabilitasi terumbu karang dapat dilakukan dengan
metode terumbu karang buatan sebagai tempat melekatnya polip karang dan
transplantasi bibit karang; (2) Meningkatkan kompetensi SDM dalam pengelolaan
ekosistem terumbu karang. Menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang
memerlukan data ilmiah sebagai referensi utama langkah yang harus diambil
berkaitan dengan kondisi kesehatan dan lingkungan habitat karang. Data tersebut
dapat diperoleh dengan melakukan monitoring secara kontinu oleh SDM yang
kompeten menilai kondisi terumbu karang.
4. Melakukan reboisasi
Penanaman kembali pada hutan atau tanah yang gundul dapat mencegah dari
bencana longsor. Biasanya, pohon yang ditanam adalah pohon-pohon yang memiliki
fungsi sebagai penyimpan air di dalam akar, mempunyai kayu yang serbaguna, atau
yang berbuah lebat. Contoh pohon yang dapat ditanam untuk reboisasi adalah
pohon bakau, jati, akasia, dll.
Sikap yang dikembangkan untuk menjaga ekosistem sejalan dengan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs
merupakan agenda pembangunan global untuk melanjutkan beberapa agenda yang
telah ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) hingga tahun 2030.
TPB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk
menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2)
Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5)
Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau;
(8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur;
6
(10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12)
Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim;
(14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan
Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Agus Sutopo, dkk,
2014; bappenas)
TPB/SDGs adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata
kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi
berikutnya. SDGs diharapkan menjadi suatu agenda transformasi yang akan membentuk
kembali perkembangan global yang bermanfaat bagi generasi yang akan datang.
Sebagaimana hasil dari Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB 2012 (Rio20+) yang
telah menegaskan bahwa semua komunitas internasional harus melakukan
pembangunan global dengan cara dimana semua bangsa harus bertanggung jawab atas
kesejahteraan manusia dan planet. (Agus Sutopo, dkk, 2014; bappenas)
Berdasarkan 17 tujuan yang telah diuraikan, agenda SDGs yang telah disesuaikan
untuk Indonesia adalah: (1) Penanganan perubahan iklim terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti penurunan emisi gas rumah kaca; (2) Ekosistem lautan
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti teknik penangkapan ikan yang
destruktif, eutrofikasi, dan strategi perencanaan tata ruang wilayah pesisir dan laut, dan
ekosistem terumbu karang; dan (3) Ekosistem daratan terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti tata kelola hutan dan pengelolaan ekosistem gunung yang
berkelanjutan. (Agus Sutopo, dkk, 2014)
7
BAB 2
SAMPAH
A. PENGERTIAN SAMPAH
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan
limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,
baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau
karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada
harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
terhadap lingkungan hidup (Subekti, 2014)
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapioleh banyak kota
di seluruh dunia. Semakin tingginya jumlahpenduduk dan aktivitasnya, membuat
volume sampah terusmeningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah
diperlukanbiaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin luas. Sampah merupakan
bahan buangan yang dianggap tidak berguna lagi namun perlu dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Keberadaan sampah tidak
dapat dihindari dan harus dikelola dengan baik karena pengelolaan sampah yang
tidak saniter dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pengelolaan
sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia dan
tidak mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memperoleh
manfaat atau keuntungan bagi manusia.
B. SUMBER SAMPAH
Dalam kehidupan manusia, sampah banyak dihasilkanoleh aktivitas industri
yang kemudian dikenal dengan istilahlimbah. Tidak hanya industri, limbah dapat pula
dihasilkandari klegiatan pertambangan, manufaktur (proses pabrik), dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan
jumlah sampah yang hampir sama dengan jumlah konsumsi.
Sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
a. Sampah dari permukiman, atau sampah rumah tangga
b. Sampah dari non-permukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti dari
pasar, daerah komersial dsb.
8
Sampah dari kedua jenis sumber ini (a dan b) dikenal sebagai sampah domestik.
Sedangkan sampah non-domestik adalah sampah atau limbah yang bukan
sejenissampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses industri. Secara garis besar
sumber timbulan sampah adalah:
1. Sampah permukiman.
Sampah permukiman biasa disebut sampah rumah tangga, yakni berupa sisa
pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas,
kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain.
2. Sampah pertanian dan perkebunan.
Sampah kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan
sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar
atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan
pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah
pertanian lainnya adalah lembaran plastik, penutup tempat tumbuhan yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma,
namun plastik ini bisa didaur ulang.
3. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung.
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini
bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya: kayu,
bambu, triplek. Sampah anorganik, misalnya: semen, pasir, spesi, batu bata, ubin,
besi dan baja, kaca, dan kaleng.
4. Sampah dari perdagangan dan perkantoran.
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar
tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas,
dan bahan organik termasuk sampah makanan dan restoran. Sampah yang berasal
dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari
kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer,
kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise
film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus
dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena
berbahaya dan beracun.
9
5. Sampah dari industri.
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan
kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas,
kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untukpembersihan). Sampah
industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan
khusus sebelum dibuang
C. JENIS SAMPAH
Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa
sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah
pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah
institusi/kantor/sekolah, sampah pemukiman, sampah perdagangan. Berdasarkan
pemilihan pengelolaan sampah, jenis sampah dibagi menjadi tiga yaitu sampah
organik, anorganik, dan sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) (Sucipto, 2012).
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan daribahan - bahan hayati
yangdapat didegradasi oleh mikrobaatau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudahdapat diuraikan melalui proses alami. Sampah di lingkungan
sekolah sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sisa – sisamakanan
dari kantin, pembungkus makanan dari daun pisang, kulit buah, daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan daribahan-bahan
nonhayati, baik berupa produk sintetikmaupun hasil proses teknologi
pengolahanbahan tambang.Sampah anorganik berasal dari bahan yang terbuat
dari plastik dan logam. Sampah anorganik dibedakan menjadi: sampah logam
danproduk – produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas,sampah kaca dan
keramik, sampah detergen. Sebagian besaranorganik tidak dapat diurai oleh
mikroorganismesecara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara,
sebagianlainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama.Sampah jenis ini
pada tingkat sekolah misalnya botolplastik, botol gelas, mika, tas plastik, dan
kaleng.
10
3. Sampah B3
Sampah B3 merupakan sampah yang mengandung merkuri dan
dikategorikan beracun serta berbahaya bagi manusia. Contoh dari sampah B3
yaitu kaleng bekas cat dan keleng bekas minyak wangi. Sampah jenis ini biasanya
merupakan sisa dari pengolahan bahan kimia yang berbahaya. Jenis sampah B3
sendiri meliputi:
a. Sumber tidak spesifik: Limbah yang berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pelarutan kerak, mencuci, dan lain-lain.
b.Sumber spesifik: Limbah yang berasal dari proses industri (kegiatan utama).
c.Sumber lain: Limbah yang berasal dari sumber tak terduga seperti produk yang
kedaluwarsa, sisa kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.
Organik
berasal dari hewan atau
tumbuhan
Anorganik
Jenis Sampah bukan berasal dari
hewan atau tumbuhan
B3
bahan berbahaya dan
beracun
11
b. Golongan sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sulit lapuk,sampah jenis ini akan
bisa lapuk perlahan – lahan secara alami.Sampah jenis ini masih bisa dipisahkan
lagi atas sampah yangmudah terbakar, contohnya seperti kertas dan kayu, dan
sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, sepertikaleng dan kawat.
Sampah juga dapat dibedakan berdasarkan komponen atau komposisi
bahannya. Menurut data SIPSN pada tahun 2021, jenis komposisi sampah di Kota
Kediri yakni:
1. Sisa makanan
2. Kayu/ranting
3. Kertas/karton
4. Plastik
5. Logam
6. Kain
7. Karet/kulit
8. Kaca
9. Lainnya
12
D. PERMASALAHAN TERKAIT SAMPAH
Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 21,88 juta ton pada 2021. Jumlah itu
menurun 33,33% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 32,82 juta ton.
.
Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan
masalah besar. Karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke
kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdampak
ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan
pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan
pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir.
Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan dengan pengurusan
terutama sekitar kota. Oleh sebab itu, banyak negara besar melakukan incineration
atau pembakaran, yang menjadi alternatif dalam pembuangan sampah. Sementara
itu, permasalahan yang dihadapi untuk proses ini adalah biaya pembakaran lebih
mahal dibandingkan dengan sistem pembuangan akhir (sanitary landfill).
13
Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah
sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan
sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus,
menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi sumber dan
tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan
sampah sudah meresahkan. Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di
peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2
juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Lebih dari satu juta kantong
plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen dari kantong plastik tersebut
dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut hanya lima persen
yang benar-benar di daur ulang.kesadaran masyarakat di Indonesia untuk mendaur
ulang sampah masih tergolong rendah. Berdasarkan Statistik Lingkungan Hidup
Indonesia 2018 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2018), hanya sebagian
rumah tangga yang mendaur ulang sampahnya. Sementara rumah tangga yang
lainnya menangani sampah dengan cara dibakar. Padahal, asap yang ditimbulkan dari
hasil pembakaran bisa menimbulkan polusi udara dan mengganggu kesehatan.
14
BAB 3
PENGELOLAAN SAMPAH
15
Sampah anorganik merupakan sampah yang sulit terurai secara biologis dan proses
penghancurannya membutuhkan penanganan di tempat khusus. Contoh dari sampah
anorganik, misalnya plastik, kaleng, pembungkus makanan, kertas, dan sterofoam.
Pengolahan sampah dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 5R, meliputi:
1. Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang
masih memungkinkan untuk dipakai (penggunaan kembali botol-botol bekas).
2. Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat
menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
3. Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah
menjadi barang yang lebih berguna (daur ulang sampah organik menjadi kompos
atau sampah anorganik menjadi aneka kerajinan).
4. Replant (menanam kembali), memanfaatkan sisa bahan pangan terutama sayuran
yang bisa ditanam untuk keperluan sehari-hari sehingga dapat menghemat
pengeluaran, menanam tanaman langka, tanaman obat, dll.
5. Replace (mengganti), mengganti barang yang berpotensi menjadi sampah
terutama sampah anorganik dengan barang lain.
Penerapan prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah,
sehingga dapat mengurangi beban lingkungan, membuat kebersihan menjadi lebih
terjaga yang kemudian diharapkan dapar berdampak pada kesehatan masyarakat
umum. Prinsip-prinsip tersebut juga menawarkan alternatif lain sebagai upaya
pemanfaatan sampah agar dapat menambah nilai guna, bahkan dapat memberi nilai
tambah ekonomi untuk meningkatkan pendapatan (Arianti, dkk., 2015). Sampah yang
tidak dapat ditangani dapat dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)
yang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
16
2021). Sasetyaningtyas (2018) menyatakan bahwa 69% dari sampah tersebut
merupakan sampah organik. Hal tersebut kemudian menjadi semakin parah dengan
sistem pengelolaan sampah yang masih kurang baik. Adapun pengelolaan sampah yang
umumnya dilakukan adalah 69% dibuang ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), 7,5%
didaur ulang dan dijadikan kompos, pembakaran terbuka sebanyak 5%, ditimbun
sebesar 10%, dan tidak ada perlakuan 8,5%. Selama ini pembuangan sampah selalu
dititikberatkan pada TPA sehingga beban pencemaran sampah yang menjadi perhatian
besar adalah di sekitar TPA. Pemilihan lokasi TPA yang tidak tepat dan sistem
pembuangan secara terbuka (open dumping) mengakibatkan luasnya dampak negatif
yang akan ditimbulkan seperti dampak terhadap kesehatan, pencemaran, estetika dan
masalah sosial. TPA yang dioperasikan secara open dumping akan menghasilkan produk
sampingan berupa gas metana dan cairan lindi (Mahyudin, 2017). Lindi merupakan
cairan yang keluar dari sampah.
Membuang sampah organik langsung ke tempat sampah sama halnya seperti
memindahkan sampah organik ke TPA. Sampah organik yang berada di TPA akan
ditimbun, dengan harapan akan dapat terurai dengan sendirinya. Penimbunan sampah
di TPA ini menyebabkan kondisi kurangnya atau tidak adanya oksigen dan sinar
matahari. Hal ini menyebabkan sampah-sampah organik terurai secara anaerob (tanpa
kehadiran oksigen). Penguraian sampah organik secara anaerob (tanpa oksigen) akan
menghasilkan campuran gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Berdasarkan
hasil penelitian Wangyao, dkk. (2010) yang mengkaji mengenai gas metana yang
dihasilkan di TPA, ditemukan bahwa emisi gas metana pada musim hujan enam kali
lebih tinggi daripada di waktu musim panas. Produksi gas metana yang berlebihan ini
ternyata membahayakan bagi bumi. Gas metana merupakan salah satu gas rumah kaca
(Lasmi, 2021). Gas metana memiliki pengaruh dan kontribusi yang lebih tinggi daripada
gas karbon dioksida terhadap efek rumah kaca dan pemanasan global. Selain
menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global, gas metana juga bersifat mudah
terbakar. Hal tersebut memungkinkan terjadinya kebakaran di lingkungan sekitar TPA.
Penguraian sampah organik tanpa oksigen yang terjadi di TPA juga menyebabkan
produksi asam yang akan meresap di dalam lapisan tanah. Nantinya, zat asam ini akan
sampai dan mengotori air tanah. Cairan lindi berpengaruh pada sifat-sifat air bawah
tanah seperti tingginya konsentrasi total padatan terlarut, konduktivitas elektrik, tingkat
17
kekerasan, klorida, COD, nitrat dan sulfat, serta mengandung logam berat, dimana
kandungannya cenderung menurun setelah musim hujan dan meningkat sebelum
musim hujan. Air lindi yang dihasilkan oleh TPA sejauh ini masih sulit untuk
dikendalikan, walaupun dengan proteksi kuat pada TPA. Apalagi TPA yang tidak dikelola
sangat berpengaruh terhadap pergerakan air lindi ke wilayah sekitarnya. Merembesnya
air lindi ke tanah dapat mencemari badan air disekitarnya (Mahyudin, 2017).
Selain itu, berdasarkan Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH),
tingkat ketidakpedulian masyarakat Indonesia terhadap pengelolaan sampah masih
tergolong dalam kategori tinggi (BPS, 2018). Tingginya tingkat ketidakpedulian ini
ditunjukkan perilaku rumah tangga di Indonesia dalam mengelola sampah. Masih
banyak masyarakat yang menangani sampah tapi menimbulkan polusi dengan
membakar atau membuang sampah ke sungai/selokan dan sembarang tempat.
Membuang sampah di sungai dilakukan agar sampah sementara dapat menghilang dari
lingkungan pembuang. Namun, pembuang tidak mempertimbangkan bahwa sampah
tersebut dapat: (1) tersangkut di sungai yang kering sehingga meracuni air sungai; (2)
menghambat aliran sungai yang dapat menimbulkan banjir; atau (3) hanyut sampai ke
laut yang akan membahayakan ekosistem laut (Andina, 2019).
Pengelolaan sampah jenis anorganik (sampah kering) umumnya dapat diolah
menjadi produk lain, seperti kerajinan tangan hiasan bunga yang dibuat dari bungkus
kopi atau tas dari bungkus deterjen. Ada banyak produk dari pengelolaan sampah
anorganik yang diciptakan untuk memberikan kemudahan dan meningkatkan
kenyamanan bagi manusia. Namun, setelah pemakaian produk tersebut justru
menyebabkan timbulan sampah anorganik yang terus meningkat (Andina, 2019).
18
C. PRODUKSI DAN CAPAIAN PENGELOLAAN SAMPAH YANG DIMUAT DALAM SISTEM
INFORMASI PENGELOLAAN SAMPAH NASIONAL
Komposisi sampah yang diproduksi oleh kota Kediri terdiri atas beberapa jenis,
yaitu sampah sisa makanan, kayu/ranting, kertas/karton, plastik, logam, kain,
karet/kulit, kaca, dan lainnya. Adapun persentase masing-masing jenis sampah di Kota
Kediri pada tahun 2021 berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
19
Adapun data capaian kinerja pengelolaan sampah di Kota Kediri tahun 2019-2021
yang dimuat dalam Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
No. Tahun Timbulan Sampah Pengurangan Penanganan
(ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)
1. 2019 53.828,38 5.879,15 44.530,00
2. 2020 55.091,09 6.397,27 45.739,61
3. 2021 61.812,13 8.394,50 50.309,04
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal
Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Direktorat Penanganan Sampah.
Sumber: https://binus.ac.id/knowledge/2019/11/indonesia-negara-pemroduksi-
sampah-terbanyak-nomor-2-di-dunia-mengapa/
Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua
setelah China dalam hal jumlah polusi laut atas sampah plastik di dunia. Masalah sampah di
Indonesia umumnya disebabkan oleh aktivitas antropogenik (bersifat buatan manusia) dari
darat yang kemudian masuk ke laut melalui sungai-sungai yang ada. Hal tersebut berkaitan
dengan kesalahan masyarakat dalam mengelola sampah. Masih banyak masyarakat di
20
Indonesia yang bermaksud untuk menangani sampah, tetapi justru menimbulkan polusi
dengan membuang sampah ke sungai/selokan dan sembarang tempat. Membuang sampah
di sungai dilakukan semata-mata agar sampah dapat menghilang dari lingkungan pembuang
untuk sementara waktu. Namun, pembuang tidak mempertimbangkan bahwa sampah
tersebut dapat: (1) tersangkut di sungai yang kering sehingga meracuni air sungai; (2)
menghambat aliran sungai yang dapat menimbulkan banjir; atau (3) hanyut sampai ke laut
yang akan membahayakan ekosistem laut (Andina, 2019).
21
BAB 4
DAUR ULANG SAMPAH DI SEKOLAH
22
Kegiatan menjaga lingkungan sekolah adalah tanggung jawab bersama. Pentingnya
proses kesepakatan bersama harus menjadi perhatian seluruh warga sekolah.
Membangkitkan kesadaran siswa secara terus-menerus merupakan hal yang penting agar
mereka merasa dilibatkan dalam menjaga lingkungan sekitarnya. Proses kesepakatan ini
dapat dilakukan melalui unit-unit ekskul dalam pengaplikasian pengelolaan sampah,
membuat seminar-seminar percontohan penggunaan produk baru dari sampah, dan
melibatkan pihak-pihak terkait dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan sampah yang
telah berjalan di sekolah. Dengan demikian, budaya positif yang ditanamkan kepada siswa
untuk menjaga lingkungan sekolah perlahan dapat diwujudkan.
23
B. CONTOH PROPOSAL
PROPOSAL KEGIATAN
Judul proposal
LOGO SEKOLAH
Disusun oleh:
1. Nama/kelas/No absen
2. Nama/kelas/No absen
3. Nama/kelas/No absen
4. Nama/kelas/No absen
5. Nama/kelas/No absen
6. Nama/kelas/No absen
Alamat sekolah
24
A. Latar Belakang
Latar belakang berisi alasan penyelenggaraan kegiatan, alasan harus meyakinkan pihak
lawan negosiasi, oleh karena itu alasan harus logis, tidak mengada-ada. Latar belakang
proposal memenuhi 3 bagian yakni fakta ideal, fakta real, dan solusi. Satu bagian bisa
diwujudkan dalam 2 paragraf atau lebih. Dalam latar belakang memiliki 3 bagian, tetapi
dalam keseluruhan bisa lebih dari 3 paragraf.
Bagian ke 1 (Fakta Ideal)
berisi fakta-fakta atau kondisi ideal yang seharusnya ada dan terjadi. Fakta ideal dapat
berupa pendapat ahli, UU, definisi, dan konsep teori.
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
_________________________________________________________________
25
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
Bagian ke 3 (Solusi)
Karena kondisi atau fakta-fakta yang terjadi saat ini bertentangan atau tidak sesuai dengan
fakta ideal, tentu menimbulkan gap atau masalah. Oleh karena itu, di bagian ketiga ini berisi
kegiatan apa yang akan dilaksanakan (proposal kegiatan) untuk mengatasi kondisi tersebut
sehingga tercipta kondisi ideal yang seharusnya atau sesuai harapan.
Proposal kegiatan : Tulis penyelenggaranya sapa dan nama kegiatan apa yg akan
dilaksanakan, jangan lupa menyertakan solusi.
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
26
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
_________________________________________________________________
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan dirumuskan berdasarkan latar belakang kegiatan, bagian ini dapat dibuat
berbentuk perincian. Semakin menarik tujuan kegiatan maka semakin besar kesempatan
proposal tersebut disetujui.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. _____________________________________________________________________
_____
2. _____________________________________________________________________
_____
3. _____________________________________________________________________
_____
27
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
______________________________
E. Peserta
Bagian ini berisi kriteria orang yang mengikuti kegiatan tersebut. Peserta kegiatan
disesuaikan dengan tema kegiatan. Sebagai contoh, kegiatan penyuluhan bahaya narkoba di
kalangan pelajar dihadiri oleh peserta yang berstatus pelajar
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
_____________________________
F. Susunan Acara Kegiatan
Bagian ini berisi susunan acara dari awal hingga akhir kegiatan. Susunan acara harus dibuat
secara urut.
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
28
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
_________________________________________________________________
G. Susunan Panitia
Bagian ini berisi susunan kepanitiaan yang dibentuk. Susunan panitia ditulis dari ketua
hingga anggota-anggota
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
_________________________________________________________________
H. Anggaran Dana
Bagian ini berisi perincian pemasukan, penggunaan dan pengeluaran dana yang dibutuhkan
1. Pemasukan
No. Pemasukan Sumber Jumlah
Total Rp,-
29
2. Pengeluaran
No. Tanggal Jenis Jumlah Harga Total
Kegiatan
Total Rp,-
I. Penutup
Bagian ini berisi harapan negosiator agar pihak lawan negosiasi menyetujui proposal
tersebut. Lampiran-lampiran dapat diletakkan setelah bagian penutup.
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________
Kediri, Oktober 2022
Ketua Sekretaris
30
C. CONTOH PRODUK DARI SAMPAH
Contoh Sampah Organik Contoh Sampah Anorganik
31
Contoh Produk dari Sampah Organik Contoh Produk dari Sampah Anorganik
32
BAB 5
KAMPANYE
A. KAMPANYE
Memberikan pemahaman mengenai kondisi lingkungan terutama permasalahan sampah
kepada masyarakat, memerlukan pengetahuan yang cukup tentang sampah dan dampak yang
ditimbulkan dari sampah. Pemberian pemahaman melalui media massa ataupun media sosial
mengenai persoalan sampah umumnya dilakukan oleh seorang jurnalis lingkungan. Namun, siswa
maupun masyarakat umum dapat menyebarluaskan informasi permasalahan sampah dan mengajak
masyarakat untuk mengelola sampah melalui sebuah kegiatan kampanye.
Kampanye (Campaigns) adalah komunikasi antara satu atau beberapa orang tertentu dengan
tujuan untuk memengaruhi banyak orang. Melalui kampanye, seseorang dapat memberi edukasi
sekaligus mengajak masyarakat melakukan kegiatan yang bermanfaat. Kampanye tidak hanya
diidentikkan dengan bidang politik saja. Namun, kampanye dapat dilakukan oleh berbagai bidang
untuk mencapai suatu tujuan. Kampanye pengelolaan sampah dapat dilakukan untuk mengedukasi
masyarakat mengenai pentingnya mengelola sampah dengan baik agar lingkungan tetap terjaga.
B. JENIS KAMPANYE
Berdasarkan tujuannya, kampanye dibagi menjadi 4 yakni: kampanye sosial, kampanye promosi,
kampanye politik, dan kampanye bisik. Sedangkan berdasarkan medianya, kampanye dibagi
menjadi 3 yakni:
1. Kampanye secara langsung
Kampanye secara langsung dilakukan di suatu tempat seperti stadion, lapangan, gedung,
atau tempat-tempat yang bisa diakses oleh semua orang. Pembicara akan mengutarakan
pernyataan maupun ajakan secara langsung kepada audiens secara tatap muka.
2. Kampanye elektronik
Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi dan smartphone yang dimiliki masyarakat
semakin canggih. Kampanye elektronik dilakukan dengan memanfaatkan media elektronik.
Pembicara mempresentasikan pernyataan maupun ajakannya dalam bentuk poster, video
edukasi, maupun podcast yang ditayangkan melalui channel Youtube, twitter, instagram,
dan facebook.
3. Kampanye cetak
Kampanye dapat dilakukan melalui media cetak seperti koran, poster, selebaran, brosur,
bahkan memasang banner dengan ukuran besar yang diletakkan di tempat strategis yang
dilalui banyak orang.
33
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sutopo, dkk. (2014). Kajian indicator sustainable development goals (SDGs). Badan
Pusat Statistik: Jakarta
Andina, Elga. 2019. Analisis Perilaku Pemilahan Sampah di Kota Surabaya. Aspirasi: Jurnal
Masalah-Masalah Sosial, 10(2), 119-138.
DKP Prov. Jateng.(2021).7 kiat menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang. Diambil pada
tanggal 18 Oktober 2022, dari
https://dkp.jatengprov.go.id/index.php/artikel/kcdbarat/7-kiat-menjaga-kelestarian-
ekosistem-terumbu-karang
Irnaningtyas & Sylva Sagita. (2021). IPA biologi untuk SMA/ MA kelas X. Jakarta: Erlangga.
Jambeck, J.R. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. SCIENCE. 347 (6223): 768-
771
Lasmi, Ni Ketut. 2021. IPA FISIKA UNTUK SMA/MA KELAS X. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mahdi, M. I. 2022. Indonesia Hasilkan 21,88 Juta Ton Sampah pada 2021.
https://dataindonesia.id/ragam/detail/indonesia-hasilkan-2188-juta-ton-sampah-
pada-2021. (diakses pada 18 Oktober 2022)
Mahyudin, Rizqi Putri. 2017. Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah dan Dampak
Lingkungan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 3(1):
66-74.
34
Purwiastuti. 2015. "Pengelolaan Sampah di Sekolah"
https://www.kompasiana.com/ceritadanopini/55204fe8813311397419f74e/pengelola
an-sampah-di-sekolah. Diakses pada 17 Oktoer 2022.
Pusat Krisis Kesehatan Kemkes. (2021). 5 cara mencegah kerusakan alam. Diambil pada
tanggal 18 Oktober 2022, dari https://pusatkrisis.kemkes.go.id/5-cara-mencegah-
kerusakan-alam
Subekti, Sri. 2010. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3r Berbasis Masyarakat. Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim
Semarang. 24-30.
Sujarwo, Widyaningsih, & Tristanti. 2014. Pengelolaan sampah organik & anorganik.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wangyao K., Sirintornthep T., Chiemcaisri C., Gheewala S.H., Nopharatana A. 2010.
Application of the IPCC Waste Model to solid waste disposal sites in tropical countries:
case study of Thailand. J. Environ Monit Assess, 164:249-261.
Yurike Wahita Bandara Neke. (2022). Yuk mengintip, cara mengatasi kerusakan lingkungan
alam. Diambil pada tanggal 18 Oktober 2022, dari
https://zonaebt.com/2022/05/07/yuk-mengintip-cara-mengatasi-kerusakan-
lingkungan-alam/
Zuriyani & R.D. 2016. Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik oleh Ibu-Ibu Rumah
Tangga Kelurahan Pasir Nan Tigo. Jurnal Abdi Masyarakat Program Studi Teknik
Informatika Universitas Pamulang. 1(2): 33–46.
35