Anda di halaman 1dari 59

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGESAHAN iv
HALAMAN PERSETUJUAN v
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Maksud Dan Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Karangka Pikir 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Uraian Tanaman 6
1. Klasifikasi 6
2. Morfologi 6
3. Kandungan Kimia 6
4. Sifat Khasiat 7
B. Antibakteri 8
C. Metode Uji Aktivitas Antimikroba 11
1. Metode difusi 11
2. Metode dilusi 11
D. Uraian Bakteri 12

xi
BAB III METODE PENELITIAN 22
A. Tempat/Lokasi dan Waktu Penelitian 22
B. Populasi dan Sampel 22
C. Metode Kerja 22
D. Alat dan Bahan 22
1. Alat-Alat Yang Digunakan 22
2. Bahan-Bahan Yang Digunakan 23
E. Prosedur Penelitian 23
1. Penyiapan Alat dan Bahan 23
2. Sterilisasi Alat 23
3. Pengambilan dan Penyiapan Sampel 24
a. Sampel 24
b. Penyiapan Sampel dan Pengambilan Sampel 24
4. Pembuatan Ekstrak 24
5. Penyiapan Bakteri Uji 25
a. Pembuatan Stok dan Peremajaan Bakteri Uji 25
b. Pembuatan Suspensi Bakteri 25
6. Uji Skrining Antibakteri 25
a. Pengujian Dilusi 26
7. Uji Aktivitas Antibakteri 27
F. Pengumpulan Data dan Analisis Data 27
BAB IV METODE PENELITIAN 28
A. Hasil dan Pembahasan 28
BAB V PENUTUP 37
A. Kesimpulan 37
B. Saran 38
DAFTAR ISI xii
Lampiran

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Hasil pengujian skrining aktivitas antibakteri ekstrak etanol 53
beras hitam (Oryza sativa L.indica)
Tabel 2. Hasil pengujian KHM dan KBM beras hitam ( Oryza sativa 53
L.indica)
Tabel 3. Hasil pengujian aktivitas ekstrak etanol beras hitam (Oryza 53
sativa L. Indica)

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Skema kerja uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 44
beras hitam (Oryza sativa L.indica)
Gambar 2. Sampel beras hitam (Oryza sativa L.indica) 45
Gambar 3. Hasil pengujian skrining antibakteri ekstrak etanol 46
Beras hitam (Oryza sativa L.indica)
Gambar 4. Hasil pengujian KHM dan KBM ekstrak etanol beras 46
hitam (Oryza sativa L.indica)
Gambar 5. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol 50
beras hitam (Oryza sativa L.indica) terhadap beberapa
bakteri uji.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan keadaan masuknya mikroorganisme ke

dalam tubuh, kemudian berkembang biak dan menimbulkan penyakit.

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi yaitu bakteri. Bakteri

dapat menyebabkan infeksi secara lokal maupun sistemik. Secara umum

penyakit infeksi disembuhkan menggunakan antibiotik (Sari, 2017).

Antibiotik sering diberikan untuk pengobatan penyakit infeksi, tetapi

tidak sedikit pengobatan yang menimbulkan resistensi (Tivani and Perwita

Sari, 2021) Antimikroba adalah bahan yang dapat menghambat atau

membunuh pertumbuhan mikroba. Bahan antimikroba terbagi menjadi dua,

yaitu antibiotik dan kemoterapi. Antibiotik berasal dari bahan alam atau hasil

modifikasi bahan alam dari makhluk hidup sebagai metabolit sekunder yang

memiliki efek sebagai antimikroba (Septiani., Dewi, E. N &Wijayati l, 2017).

Sedangkan kemoterapi antimikroba adalah bahan yang disintesis secara

kimiawi yang dapat menghasilkan struktur obat dengan efek antimikroba

(Davies, J &Davies, D, 2010).

Beras hitam memiliki kandungan gizi pada serealia diketahui memiliki

potensi untuk kesehatan seperti pencegahan dan terapi pada beberapa

penyakit dan menjaga kesehatan karena mengandung antioksidan seperti

antosianin dan flavonoid (Ekowati, 2016) Antosianin memiliki manfaat

dalam mencegah dan mengobati berbagai penyakit dengan menangkal

1
2

radikal bebas turunan oksigen reaktif yaitu oksigen tunggal, peroksil dan

hidroksil (Priska, 2018) Senyawa flavonoid memiliki banyak manfaat dalam

kesehatan karena bersifat antioksidan dengan mekanisme pemecahan

radikal bebas (Faizal A, 2018).

Secara empiris beras hitam (Oryza sativa L. Indica) dipercaya dapat

mengendalikan kadar glukosa darah (Taufik dkk, 2019). Air cucian beras

biasanya tidak dibuang, melainkan bisa menjadi air bilasan cuci tangan, air

cucian beras secara empiris dimanfaatkan bagi wanita asia dalam kegiatan

mandi (Marto et al, 2018).

Pemanfaatan beras hitam sebagai antibiotik terutama di indonesia

harus di kembangkan dengan baik. Sebagimana diriwayatkan oleh abu

dawud dari abud darda radhiallahu’anhu yaitu:

Artinya:

“ sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya,

demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya.

Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang

haram. “ (HR. Abu Dawud dari Abud Darda Radhiallahu’Anhu)

Beras hitam (Oryza sativa L) adalah jenis beras yang istimewa dan

dikonsumsi sejak dahulu kala dicina dan asia tenggara. Menurut sejarah,
3

beras hitam hanya dikonsumsi oleh raja-raja dicina dan indonesia sehingga

dikenal dengan sebutan forbidden rice, karena beras hitam (Oryza sativa L)

mempunyai dua kenggulan yaitu sebagai makanan pokok dan juga sebagai

obat yang manjur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beras hitam

(Oryza sativa L) merupakan salah satu alternatif makanan pokok yang

menyehatkan karena komponen bioaktifnya, terutama antosianin dan fenol,

flavonoid, Y-orizanols dan tocol. Hal ini menunjukkan bahwa beras hitam

(Oryza sativa L) dicina telah teridentifikasi mengandung antioksidan,

bahkan antioksidannya lebih banyak dibanding blueberry. Selain sebagai

antioksidan, senyawa senyawa bioaktif tersebut juga dapat berfungsi

sebagai antielergi, antiinflamasi, antibakteri, imunomodulator, antivirus,

antifungi, antikanker, dan lain sebagainya. Jenis dan konsentrasi senyawa

bioaktif termasuk poliphenol dan flavonoid yang terdapat pada buah

buahan, sayuran dan biji bijian dipengaruhi oleh varietas, lingkungan,

kondisi proses dan metode ekstraksi (Hartati K, 2019).

Berdasarkan hal ini, serta adanya beberapa penelitian yang

menyatakan bahwa beras hitam (Oryza sativa L) memiliki efek antibakteri.

Maka saya ingin melakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri beras

hitam (Oryza sativa L) terhadap beberapa bakteri uji. Agar dapat dilakukan

pengkajian lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatan.


4

B. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol beras hitam (Oryza sativa L.Indica) memiliki

aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri uji ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk melakukan uji aktivitas

antibakteri ekstrak etanol beras hitam (Oryza sativa L. Indica) terhadap

beberapa bakteri uji

2. Tujuan penelitian

a. Tujuan umum penelitian

Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol beras

hitam (Oryza sativa L. Indica) terhadap beberapa bakteri uji

dengan menggunakan metode difusi agar.

b. Tujuan khusus penelitian

1) Menentukan aktivitas antibakteri ekstrak etanol beras hitam

(Oryza sativa L. Indica) terhadap beberapa bakteri uji dengan

menggunakan metode difusi agar

2) menentukan aktivitas ekstrak beras hitam (Oryza sativa L.

Indica) dengan metode KHM

3) menentukan aktivitas ekstrak beras hitam (Oryza sativa

L.Indica) dengan metode KBM


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dibidang kesehatan dan dapat dikembangkan

untuk penelitian penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Sebagai sumber data dan informasi bagi masyarakat tentang

khasiat ekstrak etanol beras hitam (Oryza sativa L. Indica) sebagai

antibakteri yang dapat digunakan untuk pengembangan obat obat

herbal.

E. Kerangka pikir

Infeksi bakteri Memperoleh data

Antibiotik

Pengujian aktivitas

Resistensi antibakteri beras hitam

bakteri (Oryza sativa L. Indica)

Penelusuran
antibakteri
Beras hitam (Oryza sativa L.
baru
Indica) memiliki senyawa
bioaktif (Flavonoid) yang
dapat berfungsi salah satunya
Beras hitam
sebagai antibakteri dan
(Oryza sativa L.
antivirus
Indica)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian tanaman beras hitam

1. Klasifikasi ( Riyatun dkk, 2021)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Monocotyledoneae

Ordo : Poales (Glumiflorae)

Famili : Poaceae (Graminea)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.indica

2. Morfologi

Padi termasuk kelompok tumbuhan berbiji (serealia) penghasil

beras dengan kandungan karbohidrat yang tinggi dan menjadi

sumber pangan utama masyarakat asia (I Ketuk dkk, 2017). Beras

hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen, berbeda

dengan beras putih atau beras warna lain (subejo, 2013).

Beras hitam (Oryza sativa L) merupakan beras spesies Oryza

sativa L dan termasuk famili poaceae dengan genus oryza

(Kushwaha, 2016).

3. Kandungan kimia

Padi hitam termasuk dalam spesies Oryza sativa L yang

didalamnya juga termasuk spesies padi putih dan padi merah,

6
7

perbedaan antar tanaman tersebut terletak pada pigmentasi

aleuronnya yang menyebabkan tanaman padi hitam termasuk

kedalam sub spesies yang berbeda. Beras hitam yang merupakan

biji dari tanaman padi hitam termasuk kedalam pangan fungsional

karena kandungan antosianinnya yang tinggi (Santarno dkk, 2018).

Beras hitam (Oryza sativa L.indica) memiliki perikarp, aleuron

dan endosperm yang berwarna merah-biru-ungu pekat, warna

tersebut menunjukkan adanya kandungan antosianin. Beras hitam

mempunyai kandungan serat pangan (dietary fiber) dan

hemiselulosa masing masing sebesar 7,5% dan 5,8% sedangkan

beras putih hanya sebesar 5,4% dan 2,2% (Subejo, 2013).

Beras hitam (Oryza sativa L) memiliki kandungan protein,

vitamin dan mineral lebih tinggi dibanding dengan beras putih pada

umunya. Beras hitam juga mempunyai kandungan serat pangan dan

hemiselulosa sebesar 7,5% dan 5,8%. Selain mengandung serat,

beras hitam juga mengandung karbohidrat sebesar 68,18% , dan

juga antosianin 11,13 mg. Antosianin umunya aktif terhadap mikroba

yang berbeda. Sebagian antosianin yang berperan sebagai

antimikroba adalah turunannya yaitu antosianidin dan cynidin 3-

glucoside (Bastari dkk, 2021).

4. Sifat dan khasiat

beras hitam merupakan sumber pangan fungsional dan

nutraseutikal. Kandungan gizi pada serealia diketahui memiliki


8

potensi untuk kesehatan seperti pencegahan dan terapi pada

beberapa penyakit dan menjaga kesehatan karena mengandung

antioksidan seperti antosianin dan flavonoid (Ekowati, 2016)

Antosianin adalah senyawa kimia organik yang memiliki warna

merah, biru, dan hitam biasanya terdapat pada tanaman. Selain itu

antosianin termasuk pewarna alami golongan flavonoid dengan tiga

karbon diikat oleh satu atom oksigen (Hambali M, 2014). Antosianin

memiliki karakteristik karbon C6-C3-C6

yang memiliki sifat larut pada pelarut polar, Berdasarkan

kepolarannya pelarut antosianin pada tanaman berbentuk aglikon

(Santoso, 2014). Antosianin memiliki manfaat dalam mencegah dan

mengobati berbagai penyakit dengan menangkal radikal bebas

turunan oksigen reaktif yaitu oksigen tunggal, peroksil dan hidroksil

(Priska M, 2018). Senyawa flavonoid memiliki banyak manfaat dalam

kesehatan karena bersifat antioksidan dengan mekanisme

pemecahan radikal bebas (Faizal A, 2018).

B. Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang menekan pertumbuhan atau reproduksi

bahkan membunuh bakteri. Antibakteri terbagi atas dua berdasarkan


9

mekanisme kerjanya, yaitu bakteriostatika yang bersifat menghambat

pertumbuhan bakteri dan bakterisida yang bersifat membunuh bakteri.

Antibakteri dapat memiliki aktivitas bakteriostatika menjadi aktivitas

bakterisida apabila kadarnya ditingkatkan melebihi kadar hambat

minimal (KHM) (Rollando, 2019).

Antibakteri yang ideal memiliki toksisitas selektif, berarti obat

antibakteri tersebut hanya berbahaya bagi bakteri, tetapi relatif tidak

membahayakan bagi hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif,

terdapat bakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik)

dan ada yang bersifat membunuh bakteri (Rahmat, 2018).

Antibakteri digunakan untuk membasmi mikroorganisme adalah

antibiotik. Berdasarkan kerjanya dibedakan menjadi antibiotik

berspektrum sempit yaitu yang menghambat pertumbuhan bakteri atau

hanya yang membunuh bakteri gram negatif atau positif saja dan

antibiotik berspektrum luas yaitu yang menghambat atau membunuh

bakteri gram positif maupun gram negatif (Pratiwi, 2008).

Senyawa yang bersifat sebagai antibakteri antara lain adalah etanol,

senyawa fenolik, klor, iodin, dan etilen oksida. Senyawa fenol meliputi

aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai

satu atau dua gugus hidroksil (Yunilawati, 2001).

Mekanisme kerja antimikroba dapat terjadi melalui lima cara, yaitu

hambatan sintesis dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan


10

molekul dan asam nukleat, penghambat kerja enzim, dan penghambat

sintesis asam nukleat dan protein (Putri, W.D.R &Fibrianto,K.,2018).

1. Penghambat sintesis dinding sel

Struktur dinding sel dirusak dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.

2. Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan komponen penting

dari dalam sel yaitu protein dan asam nukleat serta mengatur aliran

keluar masuknya komponen tersebut. Kerusakan pada membran

ini dapat mengakibatkan pertumbuhan sel terhambat atau kematian

sel

3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Kehidupan suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul

molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya.

Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu

denaturasi protein dan asam asam nukleat dapat merusak sel tanpa

dapat diperbaiki kembali.

4. Penghambat kerja enzim

Adanya suatu senyawa antimikroba yang berupa asam dapat

menghambat beberapa enzim yang terlibat pada siklus asam sitrat,

antara lain asam α-ketoglutarat dan asam suksinatdehidrogenase.

5. Penghambat sintesis asam nukleat dan protein


11

DNA dan RNA masing masing memiliki peran penting yaitu

sebagai bahan baku pembentukan sel bakteri. Penghambatan DNA

dan RNA dapat mengakibatkan adanya kerusakan sel

C. Metode uji aktivitas antimikroba

Metode uji antimikroba terdiri dari metode difusi dan metode dilusi

yang terdapat dibawa ini (Idroes, R et al., 2019):

1. Metode difusi

Metode difusi cakram (disc diffusion method)

Metode penujian ini merupakan salah satu metode yang sangat

banyak digunakan untuk uji aktivitas antimikroba. Metode ini

digunakan dengan cara meletakkan kertas cakram dengan diameter

sekitar 6mm yang berisi agen antimikroba pada konsentrasi tertentu

diatas permukaan media agar yang telah ditanam mikroorganisme,

kemudian di inkubasi. Agen antimikroba akan berdifusi kedalam

agar, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme uji yang

ditandai dengan terbentuknya zona bening pada permukaan media

disekeliling cakram. Selanjutnya diukur zona hambat yang terbentuk

dengan mengkategorikan mikroba sebagai rentan, sedang atau

resisten.

2. Metode dilusi

Metode ini hampir menyerupai metode broth dilution yaitu

dengan menyiapkan beberapa konsentrasi antimikroba dalam

media agar dengan menggunakan pengenceran dua kelipatan.


12

Media diinokulasi dengan mikroba uji dan diamati pertumbuhannya

serta KHM. Penggunaan metode dilusi agar lebih baik dari pada

dilusi broth untuk menentukan KHM jika beberapa isolat mikroba

diuji terhadap senyawa tunggal, selain itu jika senyawa yang diuji

dapat menutupi deteksi pertumbuhan mikroba dalam media vair

dengan pewarnaannya.

D. Uraian Bakteri

1. Eschercia coli

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

b. Sifat dan Morfologi

Escherichia coli termasuk dalam famili enterobacteriaceae.

Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang

pendek (kokobasil), mempunyai flagel, berukuran 0,4-0,7 µm x 1,4

µm dan mempunyai simpai. Escherichia coli tumbuh dengan baik

pada hampir semua media pertumbuhan, dapat meragi laktosa dan

bersifat mikroaerofilik (Radji, 2011).


13

c. Patogenitas

Infeksi bakteri Escherichia coli pada manusia ditandai dengan

manifestasi klinis yang luas mulai dari tanpa menunjukkan gejala

klinis atau asimtomatis sampai terlihat adanya diare berdarah atau

tanpa berdarah (Dutta et al, 2011).

2. Staphylococcus aureus

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Familia : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

b. Sifat dan Morfologi

Bakteri ini berbentuk bulat. Koloni mikroskopik cenderung

berbentuk menyerupai buah anggur. Membuat bahasa Yunani,

Staphyle berarti anggur dan coccus berarti bulat atau bola. Salah

satu spesies menghasilkan pigmen berwarna kuning emas

sehingga dinamakan aureus (berarti emas, seperti matahari).

Bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa bantuan oksigen.

Staphylococcus bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh

karena melalukan respirasi aerob atau fermentasi dengan hasil


14

utama asam laktat. Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada

suhu 15-450C dan dalam NaCl berkonsentrasi 15%. Hampir semua

Staphylococcus aureus menghasilkan enzim koagulase (Radji,

2011).

c. Patogenitas

Bakteri ini ditemukan pada beberapa jenis infeksi seperti

furunke, karbukel, abses, infeksi luka, pneumonia, osteomyelitis

dan infeksi lainnya (Arfani, 2021).

3. Pseudomonas aeruginosa

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Familia : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa

b. Sifat dan Morfologi

Bakteri Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam famili

pseudomonadaceae. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif,

mempunyai flagel tunggal dan bersifat polar atau terkadang terdiri

atas 2-3 flagel dan mempunyai ukuran 0,5-1 µm x 3-4 µm. Bila

ditumbuhkan pada perbenihan tanpa sukrosa, bakteri ini dapat


15

memproduksi lapisan lendir polisakarida ekstraseluler. Galur yang

diisolasi dari bahan klinik sering kali mempunyai pili yang berperan

penting dalam pelekatan pada permukaan sel dan resistensi bakteri

terhadap fagositosis (Radji, 2011).

c. Patogenitas

Bakteri ini dijumpai pada luka bakar, infeksi telinga serta luka-

luka setelah operasi (Rahmadani, 2015).

4. Bacillus subtilis

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Familia : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Species : Bacillus sutilis

b. Sifat dan Morfologi

Sel berbentuk batang dengan sebagian motil, flagella khas

lateral. Membentuk endospora, tidak lebih dari satu sel dalam sel

sporangiumnya. Gram positif, kemoorganatrof dengan

metabolisme respirasi sejati, fermentasi sejati atau keduanya.

Aerobik sejati atau anaerobik fakultatif. Umumnya terdapat dalam

tanah (Entjang, 2003).


16

c. Patogenitas

Secara klinis, bakteri lainnya yang menyebabkan penyakit

infeksi adalah Bacillus subtilis, jumlahnya yang banyak didalam

usus mampu menyebabkan diare yang ditularkan melalui

kontaminasi makanan (Rollando, 2019).

5. Salmonella thypi

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Species : Salmonella thypi

b. Sifat dan Morfologi

Salmonella merupakan bakteri gram negatif, tidak berspora,

tidak mempunyai simpai, tanpa fimbria dan mempunyai flagella

peritrik. Ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8 µm. Besar koloni dalam media

perbenihan rata-rata 2-4 nm. Sifat Salmonella thypi antara lain

dapat bergerak, tumbuh pada suasana anaerob fakultatif,

memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol

dan memberikan hasil postif pada reaksi indol, fenilamin

deaminase, urease, voges proskauer dan reaksi fermentasi


17

sukrosa dan laktosa. Salmonella thypi tidak tumbuh dalam larutan

KNC, hanya sedikit membentuk gas H2S dan tidak membentuk gas

pada fermentasi glukosa (Radji, 2011).

c. Patogenitas

Salmonella thypi merupakan kuman patogen penyebab

demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistematik dengan

gambaran demam yang berlangsung lama, adanya bakteremia

disertai inflamasi yang dapat merusak usus dan organ-organ hati

(Cita, 2011).

6. Staphylococcus epidermidis

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Familia : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus epidermidis

b. Sifat dan Morfologi

Staphylococcus epidermidis adalah bakteri gram positif. Sel-

sel berbentuk bola, berdiameter 0,5-1,5 µm, terdapat dalam tunggal

dan berpasangan dan secara khas membelah diri pada lebih dari

satu bidang sehingga membentuk gerombolan yang tak teratur.


18

Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam

keadaan erobik. Suhu optimum 35-400C (Pelczar dkk, 2008).

c. Patogenitas

Staphylococcus epidermidis normal pada kulit manusia dan

pada umumnya tidak menjadi masalah bagi orang normal yang

sehat. Akan tetapi, organisme ini menjadi patogen yang

menyebabkan infeksi pada pembuluh darah. Staphylococcus

epidermidis memproduksi sejenis toksin tau zat racun (Lenny,

2016).

Staphylococcus epidermidis dapat menimbulkan penyakit

pembengkakan seperti jerawat, infeksi kulit, infeksi saluran kemih

dan infeksi ginjal (Radji, 2011).

7. Shigella dysenteriae

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobactericeae

Genus : Shigella

Species : Shigella dysenteriae

b. Sifat dan Morfologi


19

Shigella dysenteriae adalah kuman gram negatif, ukuran 0,5-

0,7 µm, berbentuk batang pendek tunggal, tidak memiliki spora,

tidak memiliki flagel dan memiliki kapsul. Morfologi shigella

dysenteriae mirip dengan morfologi salmonella tetapi dapat

dibedakan berdasarkan reaksi fermentasi,dimana kuman shigella

tidak membentuk gas pada tahap reaksi fermentasi. Kuman hidup

dalam suasana aerob atau fakultatif anaerob, suhu optimum 37 0C,

pH 6,4-7,8 (Adrianto, 2020). Shigella dysenteriae kurang tahan

terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan bakteri enterik yang

lain. Desinfektan pada umumnya dapat membunuh

mikroorganisme ini. Konsentrasi asam yang tinggi akan

mengganggu pertumbuhan bakteri ini sehingga diperlukan media

khusus untuk transport bahan pemeriksaan dan untuk

menumbuhkan mikroorganisme. Shigella dysenteriae mempunyai

susunan antigen yang kompleks (Soegijanto, 2016).

c. Patogenitas

Infeksi akibat bakteri shigella pada manusia menyebabkan

kondisi yang digenal sebagai shigellosis. Shigellosis merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang utama, terutama di negara-

negara berkembang (Utami & Anam, 2019). Shigella dysenteriae

merupakan penyebab penyakit yang paling parah karena

menghasilkan eksotoksin yang mempunyai sifat neurotoksik. Jadi

anak-anak yang terjangkit shigellosis dapat menderita kejang.


20

Eksotoksin ini adalah protein terlarut yang tidak tahan panas. Darah

dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak

merupakan petunjuk kuat bagi shigellosis (Amaliyah, 2015).

8. Propionibacterium acnes

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Domain : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Class : Actinobacteridae

Ordo : Actinomycetales

Familia : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium

Species : Propionibacterium acnes

b. Sifat dan Morfologi

Propionibacterium acnes termasuk dalam bakteri gram positif,

berbentuk batang dengan panjang bervariasi antara 1-1,5 µm, sel

tunggal, berpasangan atau rantai pendek dengan konfigurasi yang

berbeda-beda, tidak membentuk spora (Sopandi, 2014).

Suhu pertumbuhan bakteri Propionibacterium pada 30-370C

dan beberapa spesies membentuk pigmen. Salah satu spesies dari

Propionibacterium ini adalah Propionibacterium acnes (Sopandi,

2014).

c. Patogenitas
21

Propionibacterium acnes merupakan bakteri yang memiliki

peranan yang penting dalam patogenesis acne vulgaris dengan

menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid

kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflames jaringan ketika

berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya acne

vulgaris (Zahra, 2018).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat/ Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan dilaboratorium mikrobiologi farmasi, program

studi sarjana Farmasi Universitas Muslim Indonesia, makassar pada bulan

oktober 2021 sampai 05 april 2022.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah tanaman beras hitam (Oryza sativa

L. Indica). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah beras hitam

(Oryza sativa L.indica) yang berasal dari palopo sulawesi selatan.

C. Metode kerja

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental yang di laksanakan di

laboratorium mikrobiologi fakultas farmasi universitas muslim indonesia.

Yang dimana dilakukan pengambilan sampel, kemudian dilakukan ekstraksi

hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian dilakukan skrining, dan

dilakukan pengujian KHM dan KBM serta difusi, hingga di perolehnya data

dari hasil pengujian aktivitas antimikroba.

D. Alat dan bahan penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, autoklaf (SIMC

Model YX280 B), cawan petri (Normax), gelas Erlenmeyer (Iwaki

Pyrex), Inkubator (Memmert), batang pengaduk, cawan petri, cawan

porselin, corong, gelas kimia (Iwaki Pyrex), gelas ukur, pipet tetes,

22
23

seperangkat alat, rotavapor, lampu spiritus, pinset, oven (Memmert),

tabung reaksi, timbangan analitik (Chyo), toples, microplate, LAF,

pencadang, mistar, jangka sorong, kain hitam, spektrofotometer,

sarung tangan tahan panas,jarum inokulum (ose), dan vial

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu etanol 96%,

aquadest, Nutrient Agar (NA), DMSO, Nutrient brooth (NB), NaCl 0,9%,

kloramfenikol, Staphylococcus aureus, Propionobacterium acnes,

Pseudomanas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, Eschercia coli,

Bacillus subtilis, Salmonella thypi, Shigella dysenteriae dan ekstrak

etanol beras hitam (Oryza sativa L.indica)

E. Prosedur kerja

1. Penyiapan alat dan bahan penelitian

Alat dan bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan penelitian

yang akan dilakukan.

2. Sterilisasi alat dan bahan

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini disterilkan

terlebih dahulu. Alat-alat gelas disterilkan dalam oven pada suhu 170 0C

selama ± 2 jam, jarum inokulum (ose) disterilkan dengan cara dibakar

dengan spiritus diatas api langsung dan media disterilkan didalam

autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit (Wahyudi, 2019).


24

3. Penyiapan sampel

a. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu beras hitam

(Oryza sativa L.indica) yang diperoleh dari palopo sulawesi selatan.

b. Penyiapan sampel dan pengambilan sampel

Sampel dikirim langsung dari palopo, sulawesi selatan.

Dimana sampel yang digunakan yaitu beras hitam (Oryza sativa

L.indica).

Beras hitam (Oryza sativa L.indica) yang telah diperoleh dicuci

bersih menggunakan air bersih dan dipisahkan dari kotoran.

Kemudian dikeringkan hingga kering. Setelah kering sampel siap

diserbukkan dan sampel siap di ekstraksi.

4. Pembuatan ekstrak

Sampel beras hitam (Oryza sativa L.Indica) sebanyak 200 gram

dihaluskan menggunakan blender kemudian direndam dengan etanol

PA 96% menggunakan erlenmeyer sebanyak 400 mL. Perbandingan

beras dan etanol yaitu 1:2, dimana 200 gram beras dilarutkan dalam

400mL etanol PA 96% (Pinontoan, 2015).

Hasil rendaman dari beras disaring menggunakan alat vakum

pupm untuk memisahkan hasil dengan bahan sisa. Hasil penyaringan

kemudian dipanaskan menggunakan rotary evaporator dengan

pemanasan suhu alat maksimal 500 oC hingga mencapai titik didih

etanol 84oC. Setelah mencapai titik didih etanol, maka etanol akan
25

menguap dan terpisah dengan ekstrak. Ekstrak beras disimpan

kedalam wadah yang gelap untuk menghindari paparan langsung dari

matahari (Pinontoan, 2015).

5. Penyiapan bakteri uji

a. Pembuatan stok dan peremajaan bakteri uji

Pembuatan stok dan peremajaan bakteri uji diambil dari

biakan masing-masing 1 jarum inokulum (ose) kemudian

diinokulasi pada medium NA miring dan diinkubasi selama 1x24

jam pada suhu 37oC (Hibai dkk, 2015)

b. Pembuatan suspensi bakteri uji

Hasil peremajaan mikroba uji,masing masing disuspensikan

dengan larutan NaCl fisiologis 0,9% dan dimasukkan kedalam

kuvet, kemudian diukur transmitannya menggunakan

spektrofotometer 580 nm pada 25% untuk bakteri (Hibai dkk, 2015)

6. Pengujian skrining bakteri

Ekstrak etanol beras hitam (Oryza sativa L.Indica) ditimbang

sebanyak 10mg kemudian dilarutkan dengan DMSO sebanyak 0,2 mL.

Setelah larut ditambahkan NA 9,8 mL hingga diperoleh konsentrasi

1mg/mL. Campuran tersebut dituang kedalam cawan petri lalu

dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Bakteri yang telah

disuspensikan, masing masing diambil 20μ menggunakan mikropipet

dan digoreskan diatas medium yang telah memadat menggunakan

jarum inokulum (ose) bulat, kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC


26

selama 1x24 jam. Hasil inkubasi diamati aktivitas antibakterinya yang

ditandai dengan ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri (Hibai dkk,

2015).

7. Uji aktivitas antibakteri

a. KHM

Metode microdilusi dilakukan untuk mengetahui MIC

(minimum inhibitor concentration) atau KHM (konsentrasi hambat

minimum). Pengujian ini dilakukan secara kualitatif menggunakan

microplate dengan pengamatan kekeruhan. Standar kekeruhan

bakteri dibandingkan dengan larutan Mcfarland standar nomor 1

yang setara dengan 3 X 108 cfu/mL, selanjutnya dilakukan

pengenceran seri 10-2 sehingga diperoleh suspensi dengan jumlah

bakteri 3 X 106 sel/mL. Konsentrasi ekstrak dibuat kedalam 6

konsentrasi yang berbeda, yaitu 1%, 2%, 4%, 8%, 16% dan 32% .

indikator % MIC ditentukan berdasarkan timbulnya warna jernih

pada microplate yang sudah diisi dengan ekstrak pada berbagai

konsentrasi (Vifta, Wansyah, and Hati 2019).

b. KBM

Hasil inkubasi pada KHM kemudian digoreskan pada medium

̊ selama 1 x
NA pada cawan petri, lalu diinkubasi pada suhu 37 C

24 jam. Dimana apabila hasilnya tidak ada pertumbuhan setelah

diinkubasi dinyatakan sebagai KBM (Maryam dkk 2015, hal. 63).


27

c. Difusi Agar

Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri

uji dibuat suatu lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba

uji. Kemudian setiap lubang itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi

pada suhu dan waktu yang sesuai dengan mikroba uji, dilakukan

pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona hambatan

disekeliling lubang (Bonang, 1992).

F. Pengumpulan dan analisis data

Pengumpulan data diperoleh dari hasil pengamatan uji aktivitas

antibakteri ekstrak etanol beras hitam (Oryza sativa L.indica) terhadap

beberapa bakteri uji.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Padi hitam termasuk dalam spesies Oryza sativa L yang didalamnya

juga termasuk spesies padi putih dan padi merah, perbedaan antar

tanaman tersebut terletak pada pigmentasi aleuronnya yang menyebabkan

tanaman padi hitam termasuk kedalam sub spesies yang berbeda. Beras

hitam yang merupakan biji dari tanaman padi hitam termasuk kedalam

pangan fungsional karena kandungan antosianinnya yang tinggi, antosianin

umunya aktif terhadap mikroba yang berbeda. Sebagian antosianin yang

berperan sebagai antimikroba adalah turunannya yaitu antosianidin dan

cynidin 3-glucoside.

Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah pengujian mulai dari

ekstraksi, skrining, pengujian KBM dan KHM, dan pengujian aktivitas

antibakteri.

a. Ekstraksi

Pada penelitian ini sampel diektraksi dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Alasan pemilihan

metode maserasi karena untuk menjaga kandungan metabolit

sekunder yang tidak stabil terhadap pemanasan. menggunakan

metode ini pemisahan senyawa baik dan cepat dibandingkan

menggunakan metode lain dan peralatan yang cukup sederhana

(Hariyanto et al 2017). Maserasi ini pelarut yang digunakan adalah

etanol 96%. Digunakan etanol 96% sebagai pelarut karena relatif

28
29

aman, dan bisa digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa

organik yang tidak dapat larut dalam air, pelarut etanol ini dapat

digunakan untuk mengikat berbagai senyawa aktif. Simplisia beras

hitam ini sebanyak 200 gram kemudian diektraksi menggunakan

etanol. Adapun hasil dari proses ekstraksi dapat dilihat pada tabel 1

lampiran 2

Tabel 1. Hasil ekstrasi beras hitam (Oryza sativa L.indica)

Jenis Berat simplisia Berat ekstrak Persen


sampel (g) (g) rendamen
(%)

Beras Hitam 200 gram 9,67 gram 4,83%

Berdasarkan tabel diatas diperoleh berat ekstrak yaitu 9,67 gram

dengan persen rendamen 4,83%. Ekstrak kental beras hitam yang

diperoleh kemudian digunakan untuk pengujian skrining antibakteri

b. Skrining

Tujuan dilakukan pengujian skrining yaitu untuk mengetahui

pada konsentrasi berapa beras hitam (Oryza sativa L.indica) mampu

menghambat pertumbuhan bakteri uji dengan melihat ada atau

tidaknya pertumbuhan bekteri pada medium. Sebelum dilakukan

pengujian skrining antibakteri, dilakukan peremajaan bakteri uji,

kemudian disuspensikan dan diukur kekeruhannya hingga diperoleh

transmitan 25%. Nilai transmitan 25% merupakan kepadatan sel yang

optimal untuk pengujian aktivitas antibakteri (Fadlila, Yuliawati, &


30

Syafnir, 2015,586). Pada pengujian ini digunakan 8 bakteri mewakili

gram positif dan gram negatif serta berdasarkan sifat patogenitasnya.

Bakteri gram negatif antara lain S. typhi penyebab penyakit tifoid dan

infeksi saluran kemih, S. dysenteriae penyebab penyakit disentri

basiler, E. Coli penyebab penyakit gastroenteritis (radang pada

saluran pencernaan, mengakibatkan diare, kram perut, mual dan

muntah) pada manusia, dan P. aeruginosa penyebab infeksi pada

saluran paru dan kornea, Sedangkan bakteri gram positif S. Aureus

penyebab infeksi pada luka, B. subtilis penyebab kerusakan pada

makanan, S. epidermidis dan P. acnes mewakili bakteri penyebab

jerawat atau radang pada kulit wajah (Dimas et al., 2014,84;

Marhamah, 2015,340; Radji, M., 2011; Khumaidi et al, 2020,53).

Tabel 2. Hasil pengujian skrining aktivitas antibakteri beras hitam


(Oryza sativa L.indica)

Konsentrasi (%)
Bakteri uji 1%
Staphylococcus aureus +
S. epidermidis +
Pseudomonas aeruginosa +
Propionibacterium acnes +
Bacillus subtilis +
Eschercia coli +
Shigella dysenteriae +
Salmonella thypi +
Keterangan :
+ = Membunuh petumbuhan bakteri
31

Pada tabel diatas dapat dilihat hasil pengujian skrining pada

konsentrasi 1% dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan

bakteri . Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak beras hitam

(Oryza sativa L.indica) perlu diteliti lebih lanjut aktivitas antibakterinya

dengan melakukan uji konsentrasi bunuh minimum (KBM) dan

konsentrasi hambat minimum ( KHM)

c. KBM dan KHM

Konsentrasi bunuh minimum (KBM), dan konsentrasi hambat

minimum (KHM). Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

yang bertujuan untuk menentukan nilai minimum konsentrasi sampel

terendah dari suatu sampel dalam menghambat mikroba uji. Dalam

pengujian konsentrasi terendah yang terlihat jernih tanpa adanya

pertumbuhan bakteri di tetapkan sebagai nilai KHMnya. Hasil dapat

dilihat pada tabel 3 lampiran 4.

Tabel 3. Hasil Pengujian Beras hitam (Oryza sativa L.indica)

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Ekstrak Kons % Bakteri


BS SA PAC SE EC PA ST SD
1% _ _ _ _ _ _ _ _
Beras 2% _ _ _ _ _ _ _ +
hitam 4% _ _ _ _ _ _ + +
8% + + _ _ + + + +
16% + + + + + + + +
32% + + + + + + + +
32

Keterangan :
+: Menghambat pertumbuhan bakteri

-: Tidak menghambat pertumbuhan bakteri

AS: Staphylococcus aureus

PAC: Propionobacterium acnes

EC: Eschercia coli

BS: Bacillus subtilis

ST: Salmonella thypi

SD: Shigella dysenteriae

PA: Pseudomanas aeruginosa

SE: Staphylococcus epidermidis

Dari hasil pengujian Konsentrasi Hambat Minimum diperoleh nilai KHM

atau bakteriostatik dengan beberapa bakteri uji diperoleh hasil yaitu untuk

bakteri Staphylococcus aureus 8%, Propionobacterium acnes16%,

Eschercia coli 8%, Bacillus subtilis 8%, Salmonella thypi 4%, Shigella

dysenteriae 2%, Pseudomanas aeruginosa 8%, dan Staphylococcus

epidermidis16%. Kemudian dilakukan pengujian Konsentrasi Bunuh

Minimum (KBM) atau bakterisida yang diinkubasi 2x24 jam. KBM dilakukan

dengan tujuan untuk menentukan nilai konsentrasi bunuh minimum dari

suatu sampel dalam menghambat bakteri uji dengan menunjukkan hasil

dari Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ke medium Nutrient Agar (NA)

secara goresan pada cawan petri. hasil dapat dilihat pada tabel 4 lampiran

5.
33

Tabel 4. Hasil Pengujian Beras hitam (Oryza sativa L.indica)

Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)

Ekstrak Kons % Bakteri


BS SA PAC SE EC PA ST SD
Beras 1% _ _ _ _ _ _ _ _
hitam 2% _ _ _ _ _ _ _ _
4% _ _ _ _ _ _ _ _
8% _ _ _ _ _ _ _ _
16% _ _ _ _ _ _ _ +
32% + + + _ + _ + +

Keterangan :
+: Membunuh pertumbuhan bakteri

-: Tidak membunuh pertumbuhan bakteri

AS: Staphylococcus aureus

PAC: Propionobacterium acnes

EC: Eschercia coli

BS: Bacillus subtilis

ST: Salmonella thypi

SD: Shigella dysenteriae

PA: Pseudomanas aeruginosa

SE: Staphylococcus epidermidis

Dari hasil pengujian Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)

diperoleh nilai KBM 32%. untuk bakteri uji B.subtilis, S.aureus, P.acne,
34

E.coli, dan S.thypi 32%, S.dysenteria 16% S.epidermidis dan

P.Aeruginosa tidak menghambat pada konsentrasi tersebut.

Kemudian dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dengan metode

difusi agar.

d. Aktivitas antibakteri

Pengujian ini menggunakan metode difusi agar dengan 5

konsentrasi ekstrak yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Adapun

parameter yang digunakan pada pengujian ini yaitu zona bening, yaitu

zona dimana tidak terdapat pertumbuhan bakteri sama sekali, artinya

pertumbuhan bakteri dihambat seluruhnya (Tanjung, Yoswaty, &

Effendi, 2020,hal,8). Metode difusi agar adalah metode yang bertujuan

untuk mengukur besar zona hambat yang terbentuk. Pada pengujian

difusi agar dibuat kontrol positif dengan menggunakan antibiotik

pembanding. Antibiotik yang telah di gunakan adalah kloramfenikol,

tujuan digunakan kloramfenikol sebagai kontrol yaitu kloramfenikol

berspektrum luas sehingga mampu membunuh bakteri Gram positif

dan bakteri Gram negatif Mekanisme kerja kloramfenikol adalah

menghambat enzim peptidil transferase yang berperan dalam

pembentukan ikatan-ikatan peptide dalam proses sintesis protein

bakteri (Katzung, 2001). Adapun hasil dapat dilihat pada tabel 5

lampiran 6.
35

Tabel 5. Hasil pengujian aktivitas antibakteri beras hitam (Oryza sativa

L.indica) dengan metode difusi agar

tabel bakteri gram positif

ekstrak Konsentrasi rata-rata

bakteri 10% 20% 30% 40% 50% + -

B.subtilis 9,17 10,19 11,08 14,74 17,07 32,19 0

Beras S.aureus 8,04 9,71 10,62 15,16 15,33 29,51 0


hitam
S.epidermidis 7,67 9,69 12,15 14,53 17,89 32,53 0

P.acnes 7,44 10,46 10,52 14,94 16,61 28,62 0

Tabel bakteri gram negatif

ekstrak Konsentrasi rata-rata

bakteri 10% 20% 30% 40% 50% + -

E.coli 9,68 10,99 11,16 14,42 15,06 34,79 0

Beras P.aeruginosa 7,83 10,66 10,99 15,16 16,11 28,97 0

hitam S.thypi 8,02 10,31 10,37 13,37 15,99 28,00 0

S.dysenteria 7,42 10,01 11,06 14,39 16,59 29,00 0

Keterangan : Kontrol Negatif = Aquadest


Kontrol Positif = Kloramfeniko

Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian aktivitas antibakteri beras

hitam diperoleh diameter terbesar pada konsentrasi 50%, pada bakteri

B.subtiluis memiliki zona hambat 17,07, S.aureus 15,33, S.epidermidis


36

17,89, P.acne 16,61, E.coli 15,06, P.aeruginosa 16,11, S.thypi 15,99 dan

S,dysenteria 16,59 Perbedaan luas diameter zona hambat yang terbentuk

dipengeruhi oleh konsentrasi ekstrak dan jenis mikroorganisme uji yang

digunakan.

Menurut (Hanizar & Sari 2018,h.391) dan menurut (David dan

Stout,1971) menyatakan diameter zona hambat 5 mm atau kurang memiliki

daya antibakteri lemah, 5-10 mm kategori sedang, 10-20 mm kategori kuat

dan diameter zona hambat 20 mm atau lebih kategori sangat kuat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ekstrak etanol beras hitam (Oryza sativa L.indica) memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri uji.

2. Pengujian KHM dan KBM beras hitam (Oryza sativa L.indica) diperoleh

hasil untuk KHM yaitu untuk bakteri Staphylococcus aureus 8%,

Propionobacterium acnes16%, Eschercia coli 8%, Bacillus subtilis 8%,

Salmonella thypi 4%, Shigella dysenteriae 2%, Pseudomanas

aeruginosa 8%, dan Staphylococcus epidermidis16%, dan KBM 32%

untuk bakteri uji B.subtilis, S.aureus, P.acne, E.coli, dan S.thypi 32%,

S.dysenteria 16% S.epidermidis dan P. aeruginosa tidak menghambat

pada konsentrasi tersebut.

3. Pengujian aktivitas antibakteri beras hitam (Oryza sativa L.indica)

diperoleh diameter terbesar pada konsentrasi 50%, yaitu 17,89 mm

pada bakteri S.epidermidis. Bila daerah hambatan yang dimilikinya

berkisar antara 10-20 mm berarti kuat, sehingga terbukti bahwa beras

hitam (Oryza sativa L.indica) memiliki aktivitas terhadap beberapa

bakteri uji dan memiliki potensi kuat.

37
38

B. Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan

terhadap ekstrak beras hitam (Oryza sativa L.indica) yang memiliki aktivitas

antibakteri dengan menggunakan pelarut dan metode yang berbeda.


39

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, H. 2020. Makhluk Hidup dan Makhluk Peralihan Merugikan. Jawa


Barat: CV Jejak.

Amaliyah, N. 2015. Penyehatan Makanan dan Minuman. Yogyakarta:


Deepublish.

Arfani, N. 2021. Identifikasi Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Kulit.


Jogjakarta: KBM Indonesia

Bastari & Carmela, G. 2021. Kualitas Organolepti, Mikrobiologi Dan


Oksidasi Lemak Budik (Sosis Darah Tradisional) Babi Yang
Ditambahkan Tepung Beras Hitam (Oryza Sativa L. Indica), Jurnal
Peternakan Lahan Kering, Vol. 3, No. 1, PP. 1241

Bonang G. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehn Edisi 16. Jakarta: Buku


kedokteran EGC. 1992

Choma, Irena M, Edyta M Grzelak. 2010. Bioautography Detection in Thin-


Layer Chromatography. Journal of Chromatography A Chroma-
351708

Cita, Y.P. 2011. Bakteri Salmonella Thypi dan Demam Tifoid. Jurnal
Kesehatan Masyarakat September-Maret 2011. Vol. 6. No. 1.

Davies, J &Davies, D. 2010. ‘Origins And Evolution Of Antibiotic


Resistance’. Microbiology And Molecular Biology Reviews. Vol. 74.
No. 3. PP. 417-433

Dutta, TK., Roychoudhury, SP., Bandyopadhyay, WSA., & Hussain, I. 2011.


Detection And Characterization Of Shiga Toxin Producing Eschericia
Coli (STEC) & Enterophatogenic in Poultry Birds With Diarrhoea.
Indian J. Med. Res, Vol. 133.

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ekowati, N. and Purwestri Y. 2016. Analisis Kandungan Gamma


Aminobutyric Acid (GABA), Fenol Total Dan Aktivitas Antioksidan
“Beras Kecambah” Kultivar Lokal (Oryza Sativa L.) Di Yogyakarta.
Agicola. ;6(2):117–27

Faizal Alfaridz RA. 2018. Review Jurnal : Klasifikasi Dan Aktivitas


Farmakologi Dari Senyawa Aktif Flavonoid. Farmaka. ;16(3):1–9.
40

Fayyaz, M, Irfan A, M, Zaheer A, Shahid A, A, Amir H, and Ahamshad A.


2013, ‘In Vitro Susceptibility of Chloramphenicol Againtst methicillin-
Resistant Staphylococcus Aureus’, Journal of Collage Of Physicians
and Surgeons Pakistan, Vol.23, No. 9, hh.637-640

Garrity, GM., Bell, JA., & Lilburn, TG. 2004. Taxonomic Outline of The
Procaryotes Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, 2nd Edition
Springer. United States of America.

Hambali, M., Mayasari, F. &, Noermansyah F. 2014. Ekstraksi Antosianin


Dari Ubi Jalar Dengan Variasi Konsentrasi Solven, dan Lama Waktu
Ekstraksi. Tek Kim. ;20(2):25–35ss

Hartati, F. K. 2019. ‘Potensi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L. Indica)


Sebagai Antioksidan Dan Imunomodulator’ Seminar Nasional Biologi.
ISBN: 978-602-5793-53-0, Hal. 27.

Hibai, A. R. Y., Herwin,H., & Kosman, R. 2015. Antibacterial Activity Assay


Of Ethanolic Extract Of Bulbs Sticky Taro (colocasia esculenta) Use
TLC-Bioautografi. Jurnal Ilmiah As-syifaa, 7(1), 76-84

Idroes, R., Khairan., Nurisma, N. W., Mawaddah, N., Pradysta, R. G &


Rofina. 2019. Skrining Aktivitas Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai
bahan antimikroba di kawasan Ie brok (upflow geothermal Zone) Aceh
Besar. Syiah Kuala University Press. Aceh

I Ketuk & Dicky, E. 2017. ‘Karakter Morfologi Beras Sebagai Pembeda


Varietas Padi, Indonesian Journal Og Legal and Forensic Sciences; 1:
23-28.

Kushwaha UKS. 2016. Black rice. In Black Rice Springer, Cham. Springer
Int Publ Switz.;21–47.

Lenny, A. 2016. Daya Hambat Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana


mill) Terhadap Pertumbuhanstaphylococcus Aureus Dan
Staphylococcus Epidermidis. Skripsi. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang

Lesmana, M. 2004. Perkembangan Mutakhir Infeksi Kolera. Jurnal


Kedokteran Trisakti.

Marto, J. et al. 2018 Rice water: A traditional ingredient with anti-aging


efficacy. Cosmetics,5(2), 1–12. Available from:
doi:10.3390/cosmetics5020026.
41

Pelczar, M. J., Chan, E. C. S. Pelczar, M. F., Penerjemah : Hadioetomo,


R.S, dkk. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Priska, M., Peni, N., Carvallo, L. and Ngapa YD. 2018. Review: Antosianin
Dan Pemanfaatannya. Cakra Kim (Indonesian E-Journal Appl Chem.
;6(2):79–97.

Pinontoan, AR. 2015. ‘Pengaruh Pemberian Ekstrak Beras Hitam (Oryza


sativa L) Terhadap Kadar Low Density Lipoprotein Pada Tikus Wiskar
(Rattus Norvegicus) Yang Diberi Diet Prodislipidemia. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi.

Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi, Erlangga Medical Series, Jakarta,


Hal.151-154

Putri, W.D.R&Fibrianto, K. 2018. ‘Rempah untuk pangan dan kesehatan’


Tim UB press. Malang.

Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi


Dan Kedokteran. Jakarta: EGC

Rahmadani, Fitri. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol 96%
Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus, Eschericia Coli, Helicobacter Phylori,
Pseudomonas Aeruginosa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

Rahmat, EA. 2018, ‘Isolasi Bakteri Endosimbion Dari Udang Vaname


(Litopenaeus vannamel) Yang Berpotensi Sebagai Antibakteri Pada
Infeksi Saluran Pencernaan’, S.Farm skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Muslim Indonesia.

Riyatun & Bambang, S, N. 2021. ‘Padi Hitam: Manfaat Resep Makanan


Beras Hitam, Dan Riset Padi Hitam Yang Diradiasi Sinar Gamma’
Yayasan Kita Menulis.

Rollando. 2019. ‘Senyawa Antibakteri Dari Fungi Endofit’. CV. Seribu


Bintang. Malang.

Santoso, W. E. A., & Estiasih T. 2014. Kopigmentasi Ubi Jalar Ungu


(Ipomoea Batatas Var. Ayamurasaki) Dengan Kopigmen Na-Kaseinat
Dan Protein Whey Serta Stabilitasnya Terhadap Pemanasan. J
Pangan Dan Agroindustri ;2(4):121–7.
42

Sari, SYI, Hamda, ME, Cahyadi, AI, Utami, JM, Ravichandran, M,


Raksanagara, A. 2017, ‘ Deteksi Entameoba sp. Dan Telur Cacing
Pada Sumber Air Bersih Di Wilayah Kumuh Perkotaan Di Kota
Bandung’, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, Vol. 11 No. 1, hal.
26-32.

Sutarno & Naila, R. S. 2018. ‘Kandungan Nutrisi Beras Hitam (Oryza sativa
L) Hasil Pemuliaan Tanaman Dengan Sinar Gamma 60CO. Program
Studi Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret.

Soegijanto, S. 2016. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis Dan Infeksi Di


Indonesia Jilid 7. Surabaya: Airlangga University Press

Sopandi, T. 2014. Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Septiani., Dewi, E. N & Wijayanti I. 2017, ‘Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Lamun (Cymodocearotundata) Terhadap Bakteri Staphylococcus
Aureus Dan Escherichia Coli’ Indonesia Journal Of Fisheries Scaience
And Tecnology. Vol.13.NO. 1. Hal. 1-6

Subejo & Imas, S. 2013. ‘Keragaman Warna Gabah Dan Warna Beras
Varietas Lokal Padi Beras Hitam (Oryza sativa L) Yang Dibudidayakan
Oleh Petani Kabupaten Sleman Bantul, Dan Megelang, Jurnal
Vegatalik, Vol. 2, No.3

Taufik & Indah, J. Y. R. 2019, “Uji Aktivitas Antidiabetes Infusa Beras Hitam
(Oryza Sativa L. Indica) Dengan Metode Toleransi Glukosa Dan
Inhibisi Α-Glukosidase, YARSI University. Jakarta

Tivani, Inur, and Meliyana perwita Sari. 2021. 18 Pharmaceutical Journal Of


indonesia Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit buah nanas madu
dan kulit buah pepaya terhadap Staphylococcus Aureus antibacterial
activity of honey pineapple and pepaya peell extracts against
staphylococcus aureus

Utami, Y.W., dan Agam, K. 2019. Patomekanisme Infeksi Shigella Sebagai


Dasar Pengembangan Vaksin Shigellosis. Malang: UB Press.

Vifta, L. R., Wansyah, M. A and Hati, A. M. 2019. Perbandingan Total


Rendamen Dan Skrining Antibakteri Ekstrak Ethanol Daun Sirih Hijau
(Piper Bitle L) Secara Mikrodilusi. Journal Of Sciense And Appilication
Technology. Vol. 2no. 1. Pp. 87-93

Wahyudi. 2019. Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
Terhadap Konsentrasi Hambat Minimum Staphylococcus Aureus.
Skripsi. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.
43

Yunilawati, R. 2001, Minyak Atsiri Daun Sirih Sebagai Antibakteri S. Mutans


Dalam Pasta Gigi, Institut Pertanian Bogor Fakultas MIPA, Bogor

Zahra, H., dkk. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Dan Perubahan Morfologi Dari
Propionibacterium Acnes Setelah Pemberian Ekstrak Vurcuma
Xanthorizza. Jurnal Bio Sains Pascasarjana. Vol. 20.
44

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja aktivitas antibakteri beras hitam (Oryza sativa

L.indica) terhadap beberapa bakteri uji


Beras Hitam
- Sortasi basah
- Pencucian
- Pengeringan
- Sortasi kering
- Di serbukkan ( Blender )
simplisia
- di ekstraksi dengan metode
maserasi menggunakan pelarut
ethanol 96%
- diuapkan dengan Vacum pupm
Ekstrak beras hitam

Uji aktivitas antibakteri

Sterilisasi alat ( alat gelas di sterilkan Peremajaan bakteri uji Pembuatan suspensi Skrining antibakteri
menggunakan oven , jarum ose dengan (diambil biakan masing bakteri (disuspensikan ( ditandai dengan
cara dibakar dengan spritus di atas api masing 1 ose kemudian dengan larutan NaCl ada atau tidaknya
langsung dan media di sterilkan diinokulasi) fisiologis 0,9%) pertumbuhan bakteri
didalam autoklaf )

Uji KHM Uji KBM Uji aktivitas antibakteri


Secara difusi agar

Analisis data

pembahasan kesimpulan
45

LAMPIRAN 2. Tanaman beras hitam (Oryza sativa L. Indica)

Gambar beras hitam


46

Gambar 3. Hasil pengujian skrining antibakteri beras hitam (Oryza


sativaL.indica) terhadap beberapa bakteri uji

(a) (b)
Ket:
(a) (PA) Pseudomanas aeruginosa, (EC) Eschercia coli, (ST)
Salmonella thypi, dan (SD) Shigella dysenteriae
(b) (SA) Staphylococcus aureus, (PAC) Propionobacterium acnes, (BS)
Bacillus subtilis, dan (SE) Staphylococcus epidermidis,

Gambar 4. Hasil pengujian dilusi


a. KHM (mikrodilusi)

(a) (b)
47

Ket: (a) Bakteri Eschercia coli, Pseudomanas aeruginosa, Salmonella


thypi, dan Shigella dysenteriae
(b) Bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus,
Propionobacterium acnes, dan Staphylococcus epidermidis
b. KBM
Staphylococcus aureus

(a) (b) (c)


Propionobacterium acnes

(a) (b) (c)


Pseudomanas aeruginosa

(a) (b) (c)


48

Staphylococcus epidermidis

(a) (b) (c)

Eschercia coli

(a) (b) (c)

Bacillus subtilis

(a) (b) (c)


49

Salmonella thypi

(a) (b) (c)

Shigella dysenteriae

(a) (b) (c)


Ket:
a) Kontol positif dan kontrol negatif
b) Konsentrasi 1%, 2%, dan 4%
c) Konsentrasi 8%, 16%, dan 32%
50

Gambar 5. Hasil pengujian aktivitas antibakteri beras hitam (Oryza


sativa L.indica) terhadap beberapa bakteri uji.

Staphylococcus aureus

(a) (b)
Propionobacterium acnes

(a) (b)
Pseudomanas aeruginosa

(a) (b)
51

Staphylococcus epidermidis

(a) (b)

Eschercia coli

(a) (b)

Bacillus subtilis

(a) (b)
52

Salmonella thypi

(a) (b)

Shigella dysenteriae

(a) (b)

Ket:
a) Konsentrasi 10%, 20%, dan 30
b) Konsentrasi 40%, 50%, kontrol +, dan kontrol -
Kontrol positif : kloramfenikol
Kontrol negatif : aquadest
53

Lampiran 6. Data pengamatan


1. Tabel uji skrining antibakteri

Konsentrasi (%)
Bakteri uji
1%
Staphylococcus aureus +
Staphylococcus epidermidis +
Pseudomonas aeruginosa +
Propionibacterium acnes +
Bacillus subtilis +
Eschercia coli +
Shigella dysenteriae +
Salmonella thypi +

2. Tabel pengujian
a) KHM
Ekstrak Kons % Bakteri
BS SA PAC SE EC PA ST SD
1% _ _ _ _ _ _ _ _
Beras 2% _ _ _ _ _ _ _ +
hitam 4% _ _ _ _ _ _ + +
8% + + _ _ + + + +
16% + + + + + + + +
32% + + + + + + + +
54

b) KBM
Ekstrak Kons % Bakteri
BS SA PAC SE EC PA ST SD
Beras 1% _ _ _ _ _ _ _ _
hitam 2% _ _ _ _ _ _ _ _
4% _ _ _ _ _ _ _ _
8% _ _ _ _ _ _ _ _
16% _ _ _ _ _ _ _ +
32% + + + _ + _ + +

3. Tabel uji aktivitas antibakteri


a. tabel bakteri gram positif

ekstrak Konsentrasi rata-rata

bakteri 10% 20% 30% 40% 50% + -

B.subtilis 9,17 10,19 11,08 14,74 17,07 32,19 0

Beras S.aureus 8,04 9,71 10,62 15,16 15,33 29,51 0

hitam S.epidermidis 7,67 9,69 12,15 14,53 17,89 32,53 0

P.acnes 7,44 10,46 10,52 14,94 16,61 28,62 0

b. Tabel bakteri gram negatif

ekstrak Konsentrasi rata-rata

bakteri 10% 20% 30% 40% 50% + -

E.coli 9,68 10,99 11,16 14,42 15,06 34,79 0

Beras P. aeruginosa 7,83 10,66 10,99 15,16 16,11 28,97 0

hitam S.thypi 8,02 10,31 10,37 13,37 15,99 28,00 0

S.dysenteria 7,42 10,01 11,06 14,39 16,59 29,00 0


55

Keterangan : Kontrol Negatif = Aquadest


KontrolPositif = Kloramfeniko

Anda mungkin juga menyukai