Anda di halaman 1dari 27

PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN BIOINSEKTISIDA DARI

SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L) DAN DAUN


MARKISA (Passifora quadrangularis L.) UNTUK
MEMBUNUH SEMUT PUDAK (Topinoma
melanochephalum)

LAPORAN PROYEK INVENTION

Disusun Oleh :
MIFTAHUL KHAIRUNISSA HANI
XII Science A

SMA SUGAR GROUP


SITE PT GULA PUTIH MATARAM
LAMPUNG TENGAH
TA 2017/ 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perbandingan Keefektifan Bioinsektisida dari Serai


Wangi (Cymbopogon nardus L) dan Daun Markisa
(Passifora quadrangularis L.) Untuk Membunuh
Semut Pudak (Topinoma melanocephalum)
Disusun Oleh : Miftahul Khairunissa Hani

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing dan Penguji pada hari
Jum’at tanggal 15 September 2017

Pembimbing Penguji 1 Penguji 2

Clara D. Alfionita Nurul Aini Yohanes W.N.

Mengetahui
Guru Invention

Laily Trio Andila


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga proses penulisan laporan
Perbandingan Keefektifan Ekstrak dari Serai Wangi (Cymbopogon
nardus L) dan Daun Markisa (Passifora quadrangularis L.) Untuk
Membunuh Semut Pudak (Topinoma melanocephalum) berjalan lancar.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan laporan invention ini tidak


akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, serta dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Keluarga, atas semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

2. Ibu Clara Dwi Alfionita, selaku pembimbing yang telah memberikan


bimbingan, nasehat, serta motivasi dalam penyusunan laporan dan
penelitian invention ini.

3. Ibu Laily Trio Andila, selaku guru invention yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan bimbingan.

4. Teman-teman yang telah banyak membantu peneliti, baik berupa


saran, kritik, dan bantuan lainnya, sehingga laporan ini dapat
tersusun dengan baik.

Untuk menyempurnakan karya ini, peneliti sangat berharap atas kritik


dan saran dari para pembaca dan semoga laporan ini dapat
bermanfaaat bagi peneliti dan masyarakat.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
ABSTRAK vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
E. Variabel Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Insektisida 4
B. Bioinsektisida 4
C. Semut Pudak 5
D. Serai Wangi 5
E. Daun Markisa 6
F. Rujukan Penelitian Sejenis 7

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat 9
B. Alat dan Bahan 9
C. Cara Kerja 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil 11
B. Pembahasan 11

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan 14
B. Saran 14

iii
DAFTAR PUSTAKA 15

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Percobaan Pertama 11

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Semut Pudak 5
Gambar 2. Serai Wangi 5
Gambar 3. Daun Markisa 6

v
ABSTRAK

Perbandingan Keefektifan Bioinsektisida dari Serai Wangi


(Cymbopogon nardus L) dan Daun Markisa (Passifora quadrangularis
L.) Untuk Membunuh Semut Pudak (Topinoma melanocephalum)

Oleh : Miftahul Khairunissa Hani


mitanoona@gmail.com

Laporan invention ini berawal dari masalah banyaknya semut pudak di


rumah yang tidak terlalu membahayakan namun begitu mengganggu
lingkungan. Semut pudak ini biasanya berkerumun di toples gula dan
kemudian mengeluarkan bau yang menyengat. Maka dari itu, dilakukan
penelitian tentang perbandingan keefektifan antara ekstrak serai wangi
yang mengandung minyak atsiri yang dapat mengusir semut dan daun
markisa yang mengandung senyawa saponin, polifenol, dan flavonoid
yang berfungsi sebagai racun perut dan racun kontak bagi serangga
dengan tujuan mengetahui manakah yang lebih efektif untuk
membunuh semut pudak di lingkungan peneliti.

Dalam penelitian ini, digunakan metode eksperimen dengan


mengujicobakan ekstrak serai wangi dan daun markisa ke semut dan
menghitung waktunya. Peneliti membuat masing-masing ekstrak
dengan mengikuti cara yang sudah pernah diteliti oleh inventor
sebelumnya, kemudian menyemprotkan dengan takaran 1 ml, 2 ml, dan
3 ml ke semut pudak dan membandingkan waktunya.

Dari percobaan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


ekstrak daun markisa lebih efektif untuk membunuh semut pudak.

Kata kunci : semut pudak, bioinsektisida, serai wangi, dan daun


markisa.

v
ABSTRACT

The Comparison of the Effectiveness Between Bioinsecticide Made from


Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) and Markisa Leaves (Passifora
quadrangularis L.) in Exterminating Pudak Ants (Topinoma
melanocephalum)

Oleh : Miftahul Khairunissa Hani


mitanoona@gmail.com

This invention project was started by the condition that there are many
pudak ants found in people’s surrounding. Eventhough they are not too
dangerous, their existence may bring discomfort for the people. Pudak
ants usually cluster in sugar jars and produce sting smell. Therefore, a
research was conducted about the comparison of the effectiveness
between serai wangi which contains essential oil used as ants’ repellent
and markisa leaves which contains saponin, polifenol, and flavonoid
used as a stomach poison and contact poison for insects. Then, this
project aimed to know which one is more effective to exterminate pudak
ants around home.

In this research, eksperimental method was used by testing


bioinsecticide made from serai wangi and markisa leaves to exterminate
and record the needed time to kill the ants. The bioinsecticide was made
by following the steps from the previous inventor. Then, the
bioinsecticide was sprayed as much as 1 ml, 2 ml, and 3 ml toward
pudak ants and compare the needed time.

From this research, it can be conclude that bioinsecticide made from


markisa leaves is more effective to kill pudak ants.

Keyword : pudak ants, bioinsecticide, serai wangi, and markisa leaves.

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semut merupakan jenis serangga dengan jumlah spesies dan


individu yang sangat besar. Jumlah semut di permukaan bumi terdiri
lebih dari 12.000 spesies, akan tetapi baru sekitar 7.600 spesies
daari 250 genus yang telah diberi nama dan dideskripsikan.
Keanekaragaman semut yang terbesar berada di daerah tropis.
Semut tersebar luas di seluruh tempat kecuali di lautan, mulai dari
daerah Arctic di utara sampai daerah kutub di selatan. (Daly et al.,
1978 dalam Setiawan Yuniar Wijaya, 2007). Namun, semut
umumnya banyak terdapat di rumah. Salah satunya adalah semut
pudak. Adanya semut ini biasanya mengganggu manusia. Saat
makanan terjatuh, atau di toples gula dan sisa teh manis, hewan
yang pertama kali menjangkaunya ialah semut pudak.

Untuk meminimalisir gangguan semut, banyak peneliti yang


membuat bioinsektisida untuk mengusir semut yang lebih ramah
lingkungan dibandingkan bahan pengusir semut yang menggunakan
bahan kimia. Misalnya menggunakan cabai merah, serai wangi,
bawang putih, srikaya, daun sirsak, dan lain-lain. Contohnya
penelitian dari Larasati (2015) yang membuat bioinsektisida yang
berhasil membasmi semut hitam dengan bahan alami yaitu serai
wangi. Juga dari penelitian Purwanti (2015) yang berhasil
membasmi semut api dengan daun markisa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin membandingkan


keefektifan ekstrak berbahan dasar serai wangi dengan ekstrak
berbahan dasar daun markisa untuk membunuh semut pudak.
Peneliti membandingkan kedua ekstrak tersebut karena serai wangi
mengandung minyak atsiri yang mengandung minyak atsiri yang
dapat mengusir serangga sehingga bisa digunakan sebagai

1
bioinsektisida pengusir semut. Sedangkan bioinsektisida berbahan
dasar daun markisa karena. daun markisa mengandung senyawa
saponin yang merupakan racun perut bagi serangga dan polifenol
yang merupakan racun kontak bagi serangga. Selain karena
kandungan dari serai wangi dan daun
markisa, peneliti lebih memilih serai wangi dan daun markisa karena
bahannya mudah didapatkan. Peneliti ingin membandingkan
manakah diantara serai wangi atau daun markisa yang lebih efektif
untuk membunuh semut pudak di lingkungan peneliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan


permasalahan yaitu di antara serai wangi dan daun markisa
manakah yang lebih efektif untuk membunuh semut pudak?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih


efektif untuk membunuh semut pudak.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan alami


mana yang lebih efektif untuk membunuh semut pudak.

E. Variabel Penelitian

Variabel kontrol : Semut pudak yang tidak diberi perlakuan.


Variabel bebas : Disemprotkan dengan bioinsektisida dari serai
wangi dan bioinsektisida dari daun markisa
sebanyak 1 ml, 2 ml, dan 3 ml.
Variabel terikat : Waktu yang dibutuhkan untuk membunuh semut
pudak.

1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Insektisida
Menurut Gandahusada, dkk., 1998 dalam Sukma Wardani
2009, insektisida adalah bahan yang mengandung
persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh
serangga. Insektisida yang baik (ideal) mempunyai daya
bunuh yang besar dan cepat serta tidak berbahaya bagi
binatang vertebrata termasuk manusia dan ternak, murah
dan mudah didapat, mempunyai susunan kimia yang stabil
dan tidak mudah terbakar serta tidak berwarna dan tidak
berbau yang tidak menyenangkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, insektisida merupakan


bahan yang mengandung bahan kimia yang digunakan
sebagai pengendali hama maupun serangga yang tidak
ramah lingkungan.

B. Bioinsektisida

Menurut Sjam, dkk., 2011 dalam Alfian Afif Fadhullah dkk


2011, bioinsektisida merupakan salah satu pengendalian
biologi menggunakan mikroorganisme dan makroorganisme
dengan keunggulan lebih ramah lingkungan dan tidak
meninggalkan residu yang berbahaya bagi tanaman,
manusia, maupun lingkungan.

Disarikan dari Yuningsih (2016), bioinsektisida lebih ramah


lingkungan tidak seperti insektisida yang mengandung bahan
kimia, juga aman karena tidak menimbulkan pencemaran,
tetapi juga diperlukan biaya yang cukup banyak untuk
penelitian pada tahap awal.

C. Semut Pudak

4
Gambar 1 : Semut Pudak
Sumber : majalahserangga.wordpress.com

Menurut Maskur (2012), semut pudak adalah semut yang


berukuran kecil, berwarna coklat agak transparan dan biasa
ditemui di rumah, biasanya di toples gula, kopi di cangkir
yang akan diminum, ceceran makanan, dan lain-lain. Semut
ini tidak terlalu bahaya tetapi menyebalkan karena suka
mengerumuni gula, makanan manis, bahkan nasi di bakul.
Semut pudak juga mengeluarkan bau yang menyengat.
Semut pudak juga susah diusir.

Berdasarkan penjelasan di atas, semut pudak adalah semut


yang berukuran kecil, tidak berbahaya namun sangat
mengganggu manusia karena baunya dan jumlahnya yang
banyak.

D. Serai Wangi

Gambar 2 : Serai Wangi


Sumber : bibitbunga.com
Serai wangi mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, dan
minyak atsiri. Anggota family Gramineae itu bersifat
antipiretik, anti demam, dan anti rematik. Bagian tanaman
yang digunakan sebagai bahan pengobatan adalah daun
dan minyak atsiri untuk menyembuhkan beragam penyakit.
(Drs. H. Arief Hariana, 2009)

Berdasarkan penjelasan di atas, serai wangi merupakan


tumbuhan yang memiliki banyak manfaat dan juga mengandung
minyak atsiri yang berfungsi untuk mengusir semut.

4
E. Daun Markisa

Gambar 3 : Daun Markisa


Sumber : http://obatbatuk.co.id/
Tanaman markisa berasal dari Brazil kemudian menyebar ke
daerah-daerah tropis di dunia termasuk Indonesia. Di
Indonesia, markisa banyak ditanam di dataran tinggi di Goa,
Malino (Sulawesi Selatan) dan Brastagi (Sumatera Utara).
Tanaman markisa memiliki daun yang lebar, ada yang
bercanggap menjari, tapi adapula yang tidak. (Hendro
Sunarjono, 2013)
Saponin bekerja sebagai racun perut dengan cara
menghambat enzim proteolitik yang akan menyebabkan
penurunan aktivitas enzim pencernaan dan juga dapat
mengiritasi mukosa saluran pencernaan pada serangga.
Tannin merupakan jenis polifenol yang akan menghambat
masuknya zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh serangga
sehingga kebutuhan nutrisi serangga tidak terpenuhi,
akhirnya terjadi gangguan metabolism dan fisiologis sel yang
akan menyebabkan kerusakan sel. (Wijayani, 2014 dalam
Indri Ramayanti dkk, 2017)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
daun markisa merupakan bagian dari tanaman markisa yang
mengandung saponin dan polifenol yang berfungsi sebagai
racun bagi serangga.

4
Rujukan Penelitian Sejenis

Inventor bernama Nabilla Eka Purwanti (2015) siswi SMA Sugar


Group membuat produk bioinsektisida dari daun markisa untuk
membasmi semut dengan cara kerja sebagai berikut :

Cara Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.


2. Mengambil 10 helai daun markisa
3. Mencuci daun markisa hinga bersih.
4. Menyusun daun markisa yang sudah dicuci di loyang.
5. Memanggang daun markisa di dalam oven dengan suhu
1500C selama 15 menit.
6. Setelah 15 menit, mengeluarkan daun markisa dari oven dan
menghancurkan daun dengan menggunakan penggerus.
7. Meletakkan daun yang telah digerus tadi kedalam gelas kaca.
8. Memberikan 20 mL alkohol 70 % ke dalam 10 gram daun
yang telah digerus.
9. Menutup rapat gelas kaca tersebut dengan plastik supaya
alkohol tidak menguap dan meletakkannya di tempat tertutup
selama 24 jam sambil mengocoknya ± 3 kali sehari.
10. Setelah 24 jam, menyaring campuran daun markisa dengan
alkohol tadi hingga didapat ekstraknya.
11. Membiarkan ekstrak tersebut ditempat terbuka selama 24 jam
agar alkoholnya dapat berkurang sehingga tersisa
ekstraknya.
12. Mencampurkan air kedalam ekstrak daun markisa dengan
perbandingan 2:1, 1:1, dan1:3.
13. Memasukan campuran tersebut kedalam sprayer.
14. Menguji larutan tersebut kepada semut api.

Inventor bernama Gea Fany Tirta Larasati (2015) siswi SMA


Sugar Group membuat produk bioinsektisida dari serai wangi
dengan cara kerja sebagai berikut :

Cara Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan.

7
2. Mencuci serai wangi sampai bersih.
3. Meniriskan serai wangi.
4. Menimbang sesuai dengan perlakuan (400 g, 300 g, 200 g,
100 g, dan 50 g).
5. Memotong serai wangi kecil-kecil.
6. Memasukkan serai wanggi kedalam blender.
7. Menambahkan aquades sebanyak 500 mL ke dalam blender.
8. Memasukkan dan menghaluskan serai wangi dengan
blender.
9. Cairan disaring menggunakan saringan.
10. Hasil dimasukkan ke botol penyemprot menggunakan
corong.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu : Februari 2017 - Juli 2017


Tempat : Housing 2 Blok E.200 PT SIL

B. Alat dan Bahan

Alat :
1. Botol sprayer
2. Gelas kaca
3. Penumbuk
4. Penyaring
5. Blender
6. Talenan
7. Plastik
8. Karet gelang
9. Pisau

Bahan :
1. Air 40 mL
2. Serai Wangi 20 gram
3. Daun markisa 20 gram
4. Alkohol 70% 80 mL

C. Cara Kerja

9
1. Membuat bioinsektisida dari serai wangi dengan cara kerja
yang sama dengan produk Gea Fany (2015) hanya saja
beda jumlah bahan dan beda jenis semutnya.
2. Membuat bioinsektisida dari daun markisa dengan cara kerja
yang sama dengan produk Nabilla (2015) hanya saja beda
jumlah bahan dan beda jenis semutnya.
3. Menyemprotkan kedua bioinsektisida ke semut pudak
dengan semprotan 1 ml, 2 ml, dan 3 ml.
4. Membandingkan mana yang lebih efektif untuk membunuh
semut pudak dengan perbandingan waktu.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Percobaan ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan


bulan April 2017. Dalam percobaan ini, peneliti melakukan
dua kali percobaan. Dari dua kali percobaan, didapatkan
hasil seperti berikut :

Tabel 1. Hasil Percobaan

Waktu yang dibutuhkan untuk membunuh semut


Banyak menggunakan ekstrak
Semprotan
Serai Wangi Daun Markisa

1 ml 58 detik 17 detik
2 ml 53 detik 16 detik
3 ml 47 detik 13 detik

B. Pembahasan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengujikan


bioinsektisida yang peneliti buat dengan hanya mengoleskan
di sekitar semut dan hasilnya semut tidak ada yang melewati
garis tersebut dan menghindar dari garis tersebut.

Tahap pertama adalah membuat ekstrak bioinsektisida


menggunakan serai wangi. Hasil dari penelitian sebelumnya
oleh Gea (2015) adalah konsentrasi serai wangi yang tinggi
400-200 gr serai wangi efisien untuk dijadikan bioinsektisida
dengan sifat racun atau membunuh, dan konsentrasi serai
wangi yang kecil 100-50 gr serai wangi efisien untuk
dijadikan sebagai bioinsektisida dengan sifat menolak atau
repellent.

Setelah didapatkan ekstrak dari serai wangi, peneliti


memancing semut dengan mengoleskan air gula sehingga

11
datang semut-semut pudak tersebut. Setelah itu, peneliti
mengoleskan bioinsektisida yang sudah dibuat dengan
melingkari 7 semut pudak agar semut tidak bisa keluar dari
lingkaran tersebut. Kemudian peneliti mengujikan ekstrak
tersebut ke semut pudak dengan menyemprotkan ekstrak
bioinsektisida sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan dilakukan di
tempat yang berbeda.

Pada percobaan dengan 1 ml semprotan ekstrak serai


wangi, membutuhkan waktu 58 detik untuk membunuh
semut. Dengan 2 ml semprotan ekstrak serai wangi,
membutuhkan waktu 53 detik untuk membunuh semut.
Sedangkan dengan 3 ml semprotan ekstrak serai wangi,
membutuhkan waktu 47 detik untuk membunuh semut. Dari
percobaan ini telah terbukti bahwa ekstrak serai wangi ini
bukan hanya dapat mengusir semut pudak tetapi juga dapat
membunuh semut pudak karena kandungan minyak atsiri
yaitu citronelal yang merupakan antifeedant (pengusir dan
penolak serangga).

Tetapi, pada penelitian terakhir, didapatkan bahwa semut


pudak yang disemprotkan dengan bioinsektisida dari serai
wangi tidak benar-benar membunuh semut pudak. Ada
sebagian semut yang tidak mati. Maka, bioinsektisida dari
serai wangi kurang efektif untuk membunuh semut pudak.

Tahap yang kedua adalah membuat ekstrak bioinsektisida


menggunakan daun markisa dengan menambahkan alkohol
70% di dalam ekstrak tersebut yang berguna untuk
memudahkan mengambil ekstraknya. Penelitian ini juga
digunakan metode 1 ml semprotan, 2 ml semprotan, dan 3
ml semprotan. Hasil dari produk sebelumnya yang dibuat
oleh Nabilla (2015) adalah bioinsektisida yang dibuat dari

11
daun markisa dapat membunuh semut api dalam waktu 27
detik. Perbandingan air dengan ekstrak yang efektif
digunakan adalah 1:2.

Setelah membuat ekstrak dari daun markisa, juga digunakan


cara yang sama untuk memancing semut dengan
mengoleskan air gula sehingga datang semut-semut pudak
tersebut. Setelah itu, peneliti mengoleskan bioinsektisida
yang sudah dibuat dengan melingkari 7 semut pudak agar
semut tidak bisa keluar dari lingkaran tersebut kemudian
menyemprotkan semut pudak dengan bioinsektisida. Dengan
1ml semprotan ekstrak daun markisa, membutuhkan waktu
17 detik untuk membunuh semut. Dengan 2 ml semprotan
ekstrak daun markisa, membutuhkan waktu 16 detik untuk
membunuh semut. Sedangkan dengan 3 ml semprotan
ekstrak daun markisa, membutuhkan waktu 13 detik saja
untuk membunuh semut. Dari percobaan ini juga terbukti
bahwa daun markisa juga dapat membunuh semut pudak
karena senyawa saponin dan polifenol yang merupakan
racun bagi serangga.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa


bioinsektisida dari serai wangi hanya mengusir dan daun
markisa dapat membunuh semut pudak serta lebih efektif
untuk membunuh semut pudak.

11
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan


bahwa ekstrak yang dibuat dari daun markisa lebih efektif
membunuh semut pudak daripada ekstrak yang dibuat
menggunakan serai wangi.

B. Saran

Saran untuk inventor selanjutnya yang ingin melanjutkan


penelitian ini adalah menggunakan bahan atau material dan
mengujinya ke jenis semut yang berbeda.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hariana, Drs. H. Arief. 2009. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3.


Penebar Swadaya: Jakarta.

Larasati, Gea Fany Tirta. 2015. Pemanfaatan Serai Wangi


(Andropogan nardus L.) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan
Bioinsektisida Untuk Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus).
Invention Project. Lampung Tengah. SMA Sugar Group.

Purwanti, Nabilla. 2015. Pembuatan Bioinsektisida Berbahan Dasar


Daun Markisa (Passifora quadrangualaris L.) sebagai Media Lain
Untuk Membasmi Semut Api (Selenopsis invicta)
Invention Project. Lampung Tengah. SMA Sugar Group.

Fadhullah dkk. 2011. Aplikasi Bioinsektisida Untuk Pengendalian Hama


(Spodoptera litura, Helicoverpa spp., Cyrtopeltis tenuis) Pada
Tanaman Tembakau. Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian. Universitas Jember. Dilihat 20 September 2017.
Repository.unej.ac.id/

Maskur. 2012. Semut Pudak, Semut Yang Bandel.


https://maskurmambang.com/2012/11/25/semut-pudak-semut-
yang-bandel/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C8810362411
(diunduh 24 April 2017)

Ramayanti dkk. 2017. Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum


basilicum) Sebagai Bioinsektisida Sediaan Antinyamuk Bakar
Terhadap Kematian Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi Sarjana.
Universitas Muhammadiyah Palembang. Dilihat pada 15
September 2017. jurnal.unej.ac.id
Sunarjono, Hendro. 2013. Terampil Berkreasi.
https://books.google.co.id/books?
id=WH6zd1hGscEC&pg=PA52&dq=daun+markisa&hl=en&sa=X

15
&ved=0ahUKEwi47qDJttvTAhVJqY8KHbjFC80Q6AEIHDAA#v=o
nepage&q=daun%20markisa&f=false (diunduh 15 April 2017)

Wardani, Sukma. 2009. Uji Aktivitas Minyak Atsiri Daun dan Batang
Serai (Andropogon nardus L) Sebagai Obat Nyamuk Elektrik
Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi Sarjana. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Dilihat pada 24 September 2017.
eprints.ums.ac.id/K100050116/pdf

Wijaya, Setiawan. 2007. Kolonisasi Semut Hitam (Dolichoderus


toracicus smith) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
dengan Pemberian Pakan Alternatif.
https://text-id.123dok.com/document/7qv2mllz-kolonisasi-semut-
hitam-dolichoderus-thoracicus-theobroma-cacao-l-dengan-
pemberian-pakan-alternatif.html?
_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C6245638764

Yuningsih. 2016. Bioinsektisida Sebagai Upaya Re-Harmonism


Ekosistem. Program Pascasarjana Pendidikan Biologi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Dilihat pada 30 September 2017.
symbion.pbio.uad.ac.id

15

Anda mungkin juga menyukai