Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS INDONESIA

MIKROBIOLOGI
UJI INDOL

MAKALAH KELOMPOK

Disusun oleh:
Kelompok 10 (Tutor 2)

Christopher Daniel (1906349242)


Marisa Hasanah (1906289142)
M. Rafid Billy R. (1906349362)
Raihani Ramadhan (1906397613)

PROGRAM STUDI SARJANA GIZI


DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena-Nya kami
dapat menyusun makalah Mikrobiologi Uji Indol ini. Pembuatan makalah ini kami buat
sebagai syarat memenuhi salah satu kriteria penilaian pada mata kuliah Mikrobiologi
Pangan.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Trini Sudiarti, M.Si selaku
Penanggung Jawab mata kuliah Mikrobiologi, serta Primasti Nuryanda Putri M.KM dan
Dwi Oktaviana, S. Tp., M.Si selaku asisten laboratorium mata kuliah Mikrobiologi yang
telah membimbing kami sehingga dapat menyusun makalah ini.
Kami harap makalah ini dapat memberikan wawasan bagi para pembacanya.
Kami mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun
kesalahan lainnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

20 Maret 2021

Tim Penulis
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Pembelajaran 4
BAB II 5
KAJIAN PUSTAKA 5
BAB III 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
3.1. Fungsi Uji Indol dalam Pengujian Biokimiawi 9
3.2. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan dalam Uji Indol 9
3.3. Cara Kerja Uji Indol 9
3.4. Reaksi Biokimia yang Terjadi pada Uji Indol 10
3.5 Kelebihan dan Limitasi Uji Indol 11
3.6 Pertanyaan 12
BAB IV 14
PENUTUP 14
4.1 Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap mikroorganisme memiliki karakteristiknya masing-masing, yang
membuat tiap mikroorganisme berbeda antara satu sama lainnya. Untuk
mengidentifikasi mikroorganisme, khususnya bakteri, dapat dilakukan uji biokimia.
Uji biokimia berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni bakteri hasil
isolasi. Uji biokimia dari bakteri juga berkaitan dengan metabolisme sel bakteri.
Uji biokimia dilakukan untuk menentukan spesies bakteri, karena tidak cukup
apabila hanya dilakukan uji morfologis dimana bakteri umumnya memiliki
morfologis yang tampak serupa dan bahkan terkadang morfologis bakteri tidak
dapat dikenal. Oleh karena itu, diperlukan uji biokimia yang dapat mengidentifikasi
spesies bakteri. Salah satu bentuk uji biokimia adalah uji indol. Uji indol ini
digunakan untuk mengidentifikasi bakteri yang dapat membentuk indol (Maulana,
2019).

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa fungsi dari dari uji indol dalam pengujian mikrobiologi?
b) Jelaskan reaksi biokimia dalam uji indol yang telah dilakukan!

1.3. Tujuan Pembelajaran


a) Mengetahui apa itu uji indol beserta kegunaannya
b) Mengetahui alat dan bahan yang diperlukan ketika hendak melakukan uji indol
c) Mengetahui cara kerja yang harus dilakukan dalam uji indol
d) Mengetahui reaksi-reaksi biokimia yang terlibat dalam uji indol
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Uji indol dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri memecah triptofan


asam amino membentuk senyawa indol. Triptofan merupakan asam amino yang dapat
mengalami deaminasi dan hidrolisis oleh bakteri yang dapat menghasilkan enzim
triptofanase. Indol dihasilkan oleh deaminasi reduktif dari triptofan melalui asam indol
piruvat molekul perantara. Triptofanase mengkatalisis reaksi deaminasi, di mana gugus
amina (-NH2) dari molekul triptofan dihilangkan. Produk akhir dari reaksi ini adalah
indol, asam piruvat, amonium (NH4 +) dan energi. Piridoksal fosfat diperlukan sebagai
koenzim. Ketika indol digabungkan dengan Reagen Kovac (yang mengandung asam
klorida dan p-dimethylaminobenzaldehyde dalam amil alkohol), larutan berubah dari
kuning menjadi merah ceri. Karena amil alkohol tidak larut dalam air, warna merah
akan terbentuk di lapisan berminyak di bagian atas kaldu (Aryal, 2019).

Gambar 2.1 Reaksi Uji Indol


Sumber: Aryal, S. et al., 2019. Indole Test- Principle, Reagents, Procedure, Result Interpretation and
Limitations. Available at:
https://microbiologyinfo.com/indole-test-principle-reagents-procedure-result-interpretation-and-limitation
s/ [Accessed March 21, 2021].

Uji indol adalah uji biokimia yang umum digunakan untuk membedakan
Enterobacteriaceae dan genera lainnya. Sebagian besar strain E. coli, P. vulgaris, P.
rettgeri, M. morganii dan spesies Providencia memecah asam amino triptofan dengan
pelepasan indole. Prosedur uji indol adalah dengan menginokulasikan biakan bakteri
pada medium SIM (sulfide, indole, motility), kemudian diinkubasikan selama 24-48 jam
pada suhu 37oC. Kultur ditetesi dengan 0,5 ml reagen Kovac’s. Reaksi positif ditandai
jika terdapat warna merah pada permukaan medium yang menunjukkan bahwa bakteri
mampu memecah asam amino triptofan (Acharya, 2012). Tabel 2.1 menunjukkan daftar
nama bakteri, hasil uji indolnya, beserta sifat dari bakteri tersebut.
Tabel 2.1 Nama Bakteri, Hasil Uji Indolnya, dan Sifatnya

Klasifikasi Berdasarkan Nama Bakteri Sifat


Uji Indol

Positif Indol Aeromonas hydrophilia Patogen

Aeromonas punctata Patogen

Bacillus alvei Pembusuk

Sebagian besar Citrobacter spp. Patogen

Edwardsiella spp. Patogen

Escherichia coli Patogen

Flavobacterium spp. Pembusuk

Haemophilus influenzae Patogen

Sebagian besar Proteus spp. (bukan Patogen


P. mirabilis)

Plesiomonas shigelloides Patogen

Pasturella multocida Patogen

Pasturella pneumotropica Patogen

Vibrio spp. Patogen

Negatif Indol Actinobacillus spp. Patogen

Aeromonas salmonicida Patogen

Alcaligenes spp. Pembusuk

Bacillus spp. Pembusuk-Patogen

Bordtella spp. Patogen


Enterobacter spp. Patogen

Haemophilus spp. Patogen

Klebsiella spp. Patogen

Neisseria spp. Patogen

Pasturella haemolytica Patogen

Pasturella ureae Patogen

Proteus mirabilis Patogen

Pseudomonas spp. Pembusuk

Salmonella spp. Patogen

Serratia spp. Pembusuk-Patogen

Yersinia spp. Patogen


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Fungsi Uji Indol dalam Pengujian Biokimiawi


Uji indol dilakukan untuk melihat kemampuan organisme yang mendegradasi
asam amino triptofan dan menghasilkan indol (Hemraj, 2013). Ini digunakan
sebagai bagian dari prosedur IMViC, serangkaian tes yang dirancang untuk
membedakan antara anggota famili Enterobacteriaceae.
Sejak tahun 1889, uji indol digunakan sebagai alat untuk membedakan antara
Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Variasi dari uji indol dan
kombinasinya dengan uji biokimia lainnya berperan dalam karakterisasi coliform
(bakteri gram negatif yang memfermentasi laktosa, menghasilkan asam dan gas).
Uji indol masih digunakan sebagai uji klasik untuk membedakan E. coli
(indol-positif) dari Enterobacter dan Klebsiella serta membedakan Proteus sp.
(indol-positif) dari P. mirabilis dan P. penneri (indol-negatif).

3.2. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan dalam Uji Indol


Dalam melakukan uji indol diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu:
a. Beberapa tabung medium cair tripton
b. Reagen kovac
c. Biakan E. coli dan Proteus vulgaris
d. Jarum ose

3.3. Cara Kerja Uji Indol


1. Inokulasikan E.coli ke dalam medium cair tripton.
2. Inkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 30-35ºC.
3. Amati terjadinya indol dengan menambahkan beberapa tetes larutan reagen
kovac ke dalam setiap tabung.
4. Kocok perlahan-lahan dan biarkan tabung dalam posisi tegak supaya larutan
terkumpul di permukaan medium.
5. Amati terbentuknya indol yang ditandai dengan terbentuknya warna merah tua
pada lapisan permukaan. Bandingkan dengan tabung medium yang tidak
diinokulasikan biakan bakteri.

3.4. Reaksi Biokimia yang Terjadi pada Uji Indol

Gambar 3.1 Reaksi Biokimia pada Uji Indol


Sumber: Leboffe, M. J., Pierce, B. E. (2010). Microbiology: Laboratory Theory and Application.
3rd ed. Colorado: Morton Publishing

Triptofan adalah asam amino esensial yang dapat mengalami hidrolisis


melalui aktivitas enzimatik oleh beberapa bakteri. Konversi triptofan menjadi
produk metabolisme dimediasi oleh enzim triptofanase. Enzim triptofanase ini
tidak dimiliki oleh semua bakteri, sehingga tidak semua bakteri dapat
menghidrolisis triptofan (Cappucino dan Sherman, 2014). Apabila bakteri memiliki
enzim triptofanase, maka bakteri tersebut dapat menghidrolisis triptofan menjadi
piruvat, amonia (melalui deaminasi), dan indol, contohnya pada bakteri
Escherichia coli dan Proteus vulgaris. Hidrolisis triptofan ini dapat dideteksi
dengan penambahan reagen Kovacs setelah masa inkubasi. Reagen Kovacs sendiri
mengandung p-dimetilaminobenzaldehida (DMABA) dan HCl yang dilarutkan
dalam amyl alkohol. Ketika reagen kovacs dicampurkan dengan indol, maka akan
terbentuk lapisan berwarna merah ceri di permukaan atas. Warna merah ceri ini
terbentuk karena indol diekstraksi dari medium cair triptofan ke dalam reagen oleh
komponen amyl alkohol yang asam dan kemudian membentuk kompleks dengan
p-dimetilaminobenzaldehida (DMABA). Hasil reaksi tersebut menghasilkan
senyawa quinoidal yang mengubah lapisan reagen menjadi merah. Warna merah
ceri yang terbentuk terdapat di lapisan atas permukaan, yang diakibatkan oleh sifat
amyl alkohol yang tidak larut dalam air, sehingga lapisan reagen tidak tercampur
dengan air secara sempurna, melainkan membentuk lapisan di atas medium tripton
(Leboffe dan Pierce, 2010).

3.5 Kelebihan dan Limitasi Uji Indol


Kelebihan dari uji indol mengacu pada kegunaannya yang dapat mendeteksi
bakteri E. coli dan Klebsiella oxytoca yang merupakan indol-positif. Hal ini
membedakannya dari bakteri Enterobacter dan Klebsiella lainnya. Selain itu, uji
indol ini memiliki kelebihan dalam membedakan P. mirabilis yang merupakan
indol-negatif dari koloni Proteus sp. Terdapat 2 jenis uji indol, yaitu uji tabung
dengan reagen kovacs dan spot indole test. Uji dengan reagen kovacs memiliki
keunggulan karena ia lebih reaktif/sensitif dibandingkan dengan spot indole test.
Berikut adalah limitasi uji indol menurut NHS (2014):
1) Jika tidak menggunakan triptofan namun menggunakan medium cair pepton,
maka harus dilakukan kontrol untuk memastikan produksi indol yang cukup.
Hal ini disebabkan terdapatnya variasi medium pepton, dan beberapa
diantaranya tidak cocok digunakan untuk memproduksi indol karena
mengandung triptofan sangat sedikit.
2) Organisme yang diuji dengan metode spot indole harus diambil dari medium
yang mengandung triptofan dan bukan dari MacConkey agar karena memiliki
indikator dan pigmentasi koloni lactose-positive yang dapat mempersulit
interpretasi warna.
3) Medium pepton dengan tambahan glukosa tidak dapat digunakan karena
produksi asam dapat menghambat produksi indole karena perubahan pH.
4) Anaerob seperti spesies Clostridium dapat menghasilkan indole namun dapat
menghancurkannya juga ketika produksi. Hal tersebut dapat mengakibatkan
negatif palsu.
5) Kultur yang diuji indol harus diinkubasi secara aerobic karena berkurangnya
tensi oksigen dapat mengurangi produksi indole.
6) Indole adalah produk yang dapat terdifusi. Untuk mencegahnya, pilih koloni
yang terisolasi dengan baik untuk melakukan uji spot indole.

3.6 Pertanyaan
1) Apakah ada uji indol selain dengan menggunakan reagen kovacs? Jika iya,
apa perbedaannya antara uji indol dengan reagen kovacs dan uji tersebut?
Uji identifikasi indol dapat menggunakan indole spot test. Test ini
menggunakan matriks filter yang berbentuk kertas. Kemudian indol akan
bergabung dengan p-dimetilaminocinnamaldehid (DMACA), yang merupakan
reagen indole spot test, untuk menghasilkan warna biru atau biru kehijauan
sebagai tanda positif indol. Apabila hasilnya negatif, maka akan ditunjukkan
dengan tidak berwarna atau warna merah muda yang samar-samar.
Uji indol yang menggunakan reagen kovacs umumnya akan lebih
sensitif dalam mengidentifikasi indol dibandingkan dengan indole spot test.
Selain itu, umumnya reagen kovacs tidak direkomendasikan untuk digunakan
dalam identifikasi bakteri anaerob, oleh karena itu untuk identifikasi indol pada
bakteri anaerob dapat menggunakan indole spot test (Aryal, 2019).

2) Adakah faktor-faktor yang dapat menggagalkan uji indol ini? Contoh uji
indol yang seharusnya negatif menjadi positif karena faktor tersebut.
Kegagalan uji indol dapat terjadi dimana hasil uji indol yang seharusnya
negatif dapat menjadi positif. Hal ini dapat terjadi pada suatu koloni
indol-negatif memiliki jarak berdekatan dengan strain indol-positif yang akan
menyebabkan hasil false positive. Strain indol-negatif dapat menjadi positif bila
koloninya berjarak 5 mm dari strain positif. Karena koloni yang saling
berdekatan memungkinkan hasil false positive. Karakteristiknya adalah hasil
false positive ini akan hilang ketika koloni dipindahkan secara murni ke piring
yang tidak diinokulasi dan diuji ulang setelah 24 jam. Contohnya adalah apabila
koloni enterobacteriaceae yang indol-positif seperti Klebsiella oxytoca positif
indol dan E. coli terbukti memberikan hasil false positive ke koloni
indole-negatif S. marcescens, E. cloacae, K. pneumoniae, dan P. mirabilis.
(Miller, 1982)

3) Apa hal yang harus diperhatikan dari medium yang digunakan dalam uji
indol?
Hal terpenting dalam pemilihan media uji indol adalah harus memiliki
kandungan triptofan yang cukup. Hal tersebut disebabkan oleh indol yang
merupakan hasil metabolisme triptofan. Banyak media yang dapat digunakan
dalam uji indol, namun yang paling umum digunakan adalah tripton
(MacWilliams, 2009).
Terdapat juga beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam
pemilihan media. Jika menggunakan pepton, maka harus ada kontrol yaitu
bakteri yang sudah diketahui positif indol. Hal ini diakibatkan tidak semua jenis
pepton cocok untuk menghasilkan indol karena hanya mengandung sedikit
triptofan. Tambahan glukosa juga tidak disarankan karena dapat menghambat
produksi indol (NHS, 2018).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mikroorganisme memiliki karakteristik dan fisiologis yang berbeda-beda.
Untuk mengetahui perbedaan atau mengidentifikasi spesies mikroorganisme, tidak
cukup jika hanya melihat sifat fisik dari mikroorganisme tersebut. Diperlukan pula
pengamatan atau pengujian terhadap fisiologisnya. Oleh karena itu, uji biokimia
seperti uji indol dapat dilakukan untuk identifikasi spesies mikroorganisme, salah
satunya adalah untuk menguji ada bakteri Escherichia coli dan Proteus vulgaris
yang dapat menghasilkan indol dari hasil hidrolisis asam amino triptofan oleh enzim
triptofanase. Hasil positif dari uji indol pada Escherichia coli dan Proteus Vulgaris
ditandai dengan warna merah ceri pada permukaan.
DAFTAR PUSTAKA

Acharya T, 2012). Indole Test: Principle, Procedure and Results (Online). http:
//microbeonline.com /indole-test-principle-procedure-results/. Diakses tanggal 21
Maret 2021.
Aryal, S. 2021. Indole Test- Principle, Reagents, Procedure, Result Interpretation and
Limitations. [online] Available at:
<https://microbiologyinfo.com/indole-test-principle-reagents-procedure-result-int
erpretation-and-limitations/> [Accessed 21 March 2021].
Cappucino, J. G., Sherman, N. (2014). Microbiology: A Laboratory Manual. 10th Ed.
Boston: Pearson
Chen X, et al. 2013. Plesiomonas shigelloides Infection in Southeast China, PLoS ONE.
8(11)
Hemraj, V.,2013. A review on commonly used Biochemical Test for Bacteria. Innofare
Journal of Life Science. India
Leboffe, M. J., Pierce, B. E. (2010). Microbiology: Laboratory Theory and Application.
3rd ed. Colorado: Morton Publishing
Long, S. S., et al. 2018. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases.
Elsevier
MacFaddin, Jean F. 1980. Biochemical Tests for Identification of Medical Bacteria.
Williams & Wilkins, pp 173 - 183.
MacWilliams, M. 2009. Indole Test Protocol. American Society of Microbiology.
Matsen, J., Blazevic, D., Ryan, J. and Ewing, W., 1972. Characterization of
Indole-Positive Proteus mirabilis. Applied Microbiology, 23(3), pp.592-594.
Maulana, M. N. (2019). Identifikasi Bakteri Pada Lindi Di Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (Tpst) 3r Mulyoagung Bersatu Kecamatan Dau Kabupaten
Malang dan Kajian Implementasinya Sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi,
Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Miller, J. M. dan Wright, J. W., 1982. Spot Indole Test: Evaluation of Four Reagents.
Journal of Clinical Micorbiology. 15(4): 589–592
NHS, 2019. UK Standards for Microbiology Investigations: Indole test. [Online]
Available at:
<https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/atta
chment_data/file/762018/TP_19i4.pdf>
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Pudjirahaju, A. 2018. Pengawasan Mutu Pangan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Sudiarti, T., Oktaviana, D., dan Putri, P. N. 2021. Panduan Praktikum Mikrobiologi
Pangan. Depok: Universitas Indonesia
Suwito, W. 2010. Bakteri Yang Sering Mencemari Susu: Deteksi, Patogenesis,
Epidemiologi, Dan Cara Pengendaliannya, Jurnal Litbang Pertanian. 29(3), pp
96-100

Anda mungkin juga menyukai