MIKROBIOLOGI
UJI INDOL
MAKALAH KELOMPOK
Disusun oleh:
Kelompok 10 (Tutor 2)
20 Maret 2021
Tim Penulis
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Pembelajaran 4
BAB II 5
KAJIAN PUSTAKA 5
BAB III 9
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
3.1. Fungsi Uji Indol dalam Pengujian Biokimiawi 9
3.2. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan dalam Uji Indol 9
3.3. Cara Kerja Uji Indol 9
3.4. Reaksi Biokimia yang Terjadi pada Uji Indol 10
3.5 Kelebihan dan Limitasi Uji Indol 11
3.6 Pertanyaan 12
BAB IV 14
PENUTUP 14
4.1 Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap mikroorganisme memiliki karakteristiknya masing-masing, yang
membuat tiap mikroorganisme berbeda antara satu sama lainnya. Untuk
mengidentifikasi mikroorganisme, khususnya bakteri, dapat dilakukan uji biokimia.
Uji biokimia berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni bakteri hasil
isolasi. Uji biokimia dari bakteri juga berkaitan dengan metabolisme sel bakteri.
Uji biokimia dilakukan untuk menentukan spesies bakteri, karena tidak cukup
apabila hanya dilakukan uji morfologis dimana bakteri umumnya memiliki
morfologis yang tampak serupa dan bahkan terkadang morfologis bakteri tidak
dapat dikenal. Oleh karena itu, diperlukan uji biokimia yang dapat mengidentifikasi
spesies bakteri. Salah satu bentuk uji biokimia adalah uji indol. Uji indol ini
digunakan untuk mengidentifikasi bakteri yang dapat membentuk indol (Maulana,
2019).
Uji indol adalah uji biokimia yang umum digunakan untuk membedakan
Enterobacteriaceae dan genera lainnya. Sebagian besar strain E. coli, P. vulgaris, P.
rettgeri, M. morganii dan spesies Providencia memecah asam amino triptofan dengan
pelepasan indole. Prosedur uji indol adalah dengan menginokulasikan biakan bakteri
pada medium SIM (sulfide, indole, motility), kemudian diinkubasikan selama 24-48 jam
pada suhu 37oC. Kultur ditetesi dengan 0,5 ml reagen Kovac’s. Reaksi positif ditandai
jika terdapat warna merah pada permukaan medium yang menunjukkan bahwa bakteri
mampu memecah asam amino triptofan (Acharya, 2012). Tabel 2.1 menunjukkan daftar
nama bakteri, hasil uji indolnya, beserta sifat dari bakteri tersebut.
Tabel 2.1 Nama Bakteri, Hasil Uji Indolnya, dan Sifatnya
3.6 Pertanyaan
1) Apakah ada uji indol selain dengan menggunakan reagen kovacs? Jika iya,
apa perbedaannya antara uji indol dengan reagen kovacs dan uji tersebut?
Uji identifikasi indol dapat menggunakan indole spot test. Test ini
menggunakan matriks filter yang berbentuk kertas. Kemudian indol akan
bergabung dengan p-dimetilaminocinnamaldehid (DMACA), yang merupakan
reagen indole spot test, untuk menghasilkan warna biru atau biru kehijauan
sebagai tanda positif indol. Apabila hasilnya negatif, maka akan ditunjukkan
dengan tidak berwarna atau warna merah muda yang samar-samar.
Uji indol yang menggunakan reagen kovacs umumnya akan lebih
sensitif dalam mengidentifikasi indol dibandingkan dengan indole spot test.
Selain itu, umumnya reagen kovacs tidak direkomendasikan untuk digunakan
dalam identifikasi bakteri anaerob, oleh karena itu untuk identifikasi indol pada
bakteri anaerob dapat menggunakan indole spot test (Aryal, 2019).
2) Adakah faktor-faktor yang dapat menggagalkan uji indol ini? Contoh uji
indol yang seharusnya negatif menjadi positif karena faktor tersebut.
Kegagalan uji indol dapat terjadi dimana hasil uji indol yang seharusnya
negatif dapat menjadi positif. Hal ini dapat terjadi pada suatu koloni
indol-negatif memiliki jarak berdekatan dengan strain indol-positif yang akan
menyebabkan hasil false positive. Strain indol-negatif dapat menjadi positif bila
koloninya berjarak 5 mm dari strain positif. Karena koloni yang saling
berdekatan memungkinkan hasil false positive. Karakteristiknya adalah hasil
false positive ini akan hilang ketika koloni dipindahkan secara murni ke piring
yang tidak diinokulasi dan diuji ulang setelah 24 jam. Contohnya adalah apabila
koloni enterobacteriaceae yang indol-positif seperti Klebsiella oxytoca positif
indol dan E. coli terbukti memberikan hasil false positive ke koloni
indole-negatif S. marcescens, E. cloacae, K. pneumoniae, dan P. mirabilis.
(Miller, 1982)
3) Apa hal yang harus diperhatikan dari medium yang digunakan dalam uji
indol?
Hal terpenting dalam pemilihan media uji indol adalah harus memiliki
kandungan triptofan yang cukup. Hal tersebut disebabkan oleh indol yang
merupakan hasil metabolisme triptofan. Banyak media yang dapat digunakan
dalam uji indol, namun yang paling umum digunakan adalah tripton
(MacWilliams, 2009).
Terdapat juga beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam
pemilihan media. Jika menggunakan pepton, maka harus ada kontrol yaitu
bakteri yang sudah diketahui positif indol. Hal ini diakibatkan tidak semua jenis
pepton cocok untuk menghasilkan indol karena hanya mengandung sedikit
triptofan. Tambahan glukosa juga tidak disarankan karena dapat menghambat
produksi indol (NHS, 2018).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mikroorganisme memiliki karakteristik dan fisiologis yang berbeda-beda.
Untuk mengetahui perbedaan atau mengidentifikasi spesies mikroorganisme, tidak
cukup jika hanya melihat sifat fisik dari mikroorganisme tersebut. Diperlukan pula
pengamatan atau pengujian terhadap fisiologisnya. Oleh karena itu, uji biokimia
seperti uji indol dapat dilakukan untuk identifikasi spesies mikroorganisme, salah
satunya adalah untuk menguji ada bakteri Escherichia coli dan Proteus vulgaris
yang dapat menghasilkan indol dari hasil hidrolisis asam amino triptofan oleh enzim
triptofanase. Hasil positif dari uji indol pada Escherichia coli dan Proteus Vulgaris
ditandai dengan warna merah ceri pada permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya T, 2012). Indole Test: Principle, Procedure and Results (Online). http:
//microbeonline.com /indole-test-principle-procedure-results/. Diakses tanggal 21
Maret 2021.
Aryal, S. 2021. Indole Test- Principle, Reagents, Procedure, Result Interpretation and
Limitations. [online] Available at:
<https://microbiologyinfo.com/indole-test-principle-reagents-procedure-result-int
erpretation-and-limitations/> [Accessed 21 March 2021].
Cappucino, J. G., Sherman, N. (2014). Microbiology: A Laboratory Manual. 10th Ed.
Boston: Pearson
Chen X, et al. 2013. Plesiomonas shigelloides Infection in Southeast China, PLoS ONE.
8(11)
Hemraj, V.,2013. A review on commonly used Biochemical Test for Bacteria. Innofare
Journal of Life Science. India
Leboffe, M. J., Pierce, B. E. (2010). Microbiology: Laboratory Theory and Application.
3rd ed. Colorado: Morton Publishing
Long, S. S., et al. 2018. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases.
Elsevier
MacFaddin, Jean F. 1980. Biochemical Tests for Identification of Medical Bacteria.
Williams & Wilkins, pp 173 - 183.
MacWilliams, M. 2009. Indole Test Protocol. American Society of Microbiology.
Matsen, J., Blazevic, D., Ryan, J. and Ewing, W., 1972. Characterization of
Indole-Positive Proteus mirabilis. Applied Microbiology, 23(3), pp.592-594.
Maulana, M. N. (2019). Identifikasi Bakteri Pada Lindi Di Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (Tpst) 3r Mulyoagung Bersatu Kecamatan Dau Kabupaten
Malang dan Kajian Implementasinya Sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi,
Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Miller, J. M. dan Wright, J. W., 1982. Spot Indole Test: Evaluation of Four Reagents.
Journal of Clinical Micorbiology. 15(4): 589–592
NHS, 2019. UK Standards for Microbiology Investigations: Indole test. [Online]
Available at:
<https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/atta
chment_data/file/762018/TP_19i4.pdf>
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Pudjirahaju, A. 2018. Pengawasan Mutu Pangan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Sudiarti, T., Oktaviana, D., dan Putri, P. N. 2021. Panduan Praktikum Mikrobiologi
Pangan. Depok: Universitas Indonesia
Suwito, W. 2010. Bakteri Yang Sering Mencemari Susu: Deteksi, Patogenesis,
Epidemiologi, Dan Cara Pengendaliannya, Jurnal Litbang Pertanian. 29(3), pp
96-100