Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia seringkali mengalami masalah lalu lintas, salah satu diantaranya


adalah kerusakan sebelum umur rencana. Adapun faktor yang menyebabkan
kerusakan jalan yaitu karena temperatur udara yang cukup tinggi, kelebihan beban
lalu lintas (overloading) dan paling banyak disebabkan oleh air. Perkerasan jalan
lentur sangat lemah terhadap genangan air dikarenakan air dapat melonggarkan
ikatan antara agregat dan aspal. Daya ikat antara aspal dan agregat merupakan hal
yang sangat penting dalam perkerasan jalan. Hal ini sangat menentukan lamanya
umur perkerasan tersebut.

Hilangnya daya ikat antara agregat dan aspal dapat menimbulkan beberapa
jenis kerusakan perkerasan seperti bergelombang, retak-retak, dan mendorong
terjadinya pelepasan butir. Fenomena ini biasa dikenal dengan stripping, yang
merupakan kegagalan dominan akibat terkelupasnya ikatan aspal dari agregat
yang disebabkan hilangnya sifat kohesi aspal (Parker dan Gharaybeh, 1988 dalam
Hunter, E. R., 2001). Pengelupasan (stripping) biasanya berlangsung dengan
cepat. Pengelupasan yang meluas akan menimbulkan kerusakan perkerasan
diantaranya seperti alur, lipatan, bergelombang, cracking serta perubahan bentuk
(deformasi). Hal ini menyebabkan umur perkerasan menjadi lebih pendek dan
membutuhkan biaya besar untuk perawatannya.

Menyikapi permasalahan kerusakan-kerusakan pada lapis perkerasan jalan


aspal, maka diperlukan adanya peningkatan mutu dan kualitas dari konstruksi
perkerasan aspal tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu modifikasi pada
campuran aspal dengan menambahkan zat aditif anti stripping agent agar
campuran aspal tersebut tahan terhadap genangan air.
Zat anti pengelupasan (anti stripping agent) merupakan suatu zat aditif yang
dapat mengubah sifat aspal dan agregat, meningkatkan daya lekat dan ikatan, serta
mengurangi efek negatif dari air dan kelembaban sehingga menghasilkan
permukaan berdaya lekat tinggi. Hal ini akan mengurangi terjadinya pelepasan
butiran pada aspal karena ikatan kimia yang dihasilkan jauh lebih kuat dan tahan
terhadap stripping, sehingga dapat memperpanjang umur rencana suatu
perkerasan. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan terjadinya kerusakan jalan
oleh air, memperpanjang waktu pelapisan ulang hot mix dengan biaya perawatan
yang lebih murah.

Dalam pembuatan campuran aspal AC-WC, diperlukan temperatur optimal


untuk mendapatkan kualitas campuran yang baik. Jika temperatur terlalu tinggi
maka akan mengalami oksidasi yang berlebih sehingga daya lekatnya berkurang.
Begitu juga apabila temperaturnya rendah maka aspal tidak mudah mencapai
setiap permukaan agregat untuk melekatkan agregat yang satu dengan agregat
yang lainnya dan mengakibatkan nilai stabilitasnya rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji


pengaruh variasi temperatur pada campuran aspal panas dengan adanya
penggunaan anti stripping agent pada campuran aspal. Oleh karena itu pada
penelitian ini digunakan suhu pemadatan campuran aspal yang berbeda untuk
membandingkan parameter Marshall tiap benda uji yang didapat dari uji Marshall.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan diteliti
adalah mengenai pengaruh penggunaan Anti Stripping Agent dengan variasi suhu
pemadatan terhadap karakteristik campuran aspal, apa pengaruh yang diberikan
oleh aspal modifikasi dengan menggunakan anti stripping agent sebagai bahan
tambah terhadap karakteristik campuran aspal tersebut.
1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perilaku campuran


aspal beton dengan penambahan aditif anti stripping pada temperature yang
bervariasi berdasarkan metode Marshall untuk mendapatkan perkerasan jalan
yang lebih baik.

1.4 Ruang Lingkup

1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Transportasi dan Laboratorium


Rekayasa Struktur Institut Teknologi Sumatera
2. Campuran aspal yang digunakan adalah campuran aspal beton AC-
WC.
3. Agregat yang digunakan adalah yang ada di Kota Bandar Lampung
4. Pengujian agregat meliputi Uji Abrasi (Los Angeles), Uji berat jenis,
Uji Analisa saringan dan Uji kelekatan agregat terhadap aspal.
5. Pengujian aspal meliputi Uji Penetrasi, Uji Berat Jenis, Uji titik
lembek, Uji daktiitas dan Uji kehilangan Berat aspal.
6. Aspal yang digunakan penetrasi 60/70
7. Variasi temperatur dimulai dari 140ºC, 150ºC, 160ºC, 170ºC, sampai
180ºC
8. Parameter campuran aspal yang dikaji adalah Stabilitas Marshall,
flow, density, VIM, VMA, VFB, MQ, VIM PRD dan Stabilitas
Marshall Sisa.
1.5 Sistematika Penulisan

Di dalam penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 bab dengan


sistematika sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi latar
belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan
masalah, hingga sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian teori dari literatur atau bahan bacaan yang relevan dengan
pembahasan penelitian tentang pengaruh variasi temperatur pencampuran
aspal panas menggunakan anti stripping agent, baik itu dari jurnal, buku,
internet, makalah dan sumber bacaan lainnya.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan bagian yang menjelaskan keseluruhan tahap yang dilakukan
selama penelitian berlangsung sampai selesai meliputi tahap persiapan
bahan dan alat, tahap pengumpulan data dari pengujian Marshall, tahap
pengolahan data, tahap analisa data, serta penarikan kesimpulan dan saran.
4. BAB IV ANALISA DATA DAN HASIL
Pada bab ini berisi tentang pembahasan hasil data-data yang meliputi hasil
uji bahan (aspal dan agregat), hasil uji Marshall (sebelum KAO), hasil uji
Marshall (sesudah KAO). Serta analisa mengenai pengaruh variasi
temperatur pencampuran aspal panas dengan menggunakan anti stripping
agent.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang telah
diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan saran mengenai hasil
penelitian yang dapat dijadikan masukan yang berguna.

Anda mungkin juga menyukai