Anda di halaman 1dari 27

III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen,


yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk
mendapatkan data. Pemeriksaan propertis aspal, pembuatan benda uji Marshall
dan Pengujian Marshall dilakukan di Laboratorium Transportasi Institut
Teknologi Sumatera sementara pemeriksaan material agregat dilakukan di
Laboratorium Beton sementara pemeriksaan material agregat dilakukan di
Laboratorium Rekayasa Struktur Institut Teknologi Sumatera.

3.2 Sampel

Berdasarkan RSNI-M-01-2003 yang mengharuskan minimal 3 benda uji


untuk uji Marshall standar per variabel, maka didapat total benda uji pada
penelitian ini berjumlah 54 buah, yaitu terdiri dari 15 buah benda uji untuk
pembuatan KAO tanpa anti stripping agent, 9 buah benda uji untuk uji VIM PRD,
dan 30 buah benda uji untuk pengujian Marshall sesudah KAO dimana masing-
masing dibuat 6 benda uji untuk setiap variasi suhu pemadatan (3 benda uji untuk
Marshall standar dan 3 benda uji untuk perendaman 24 jam), sebagaimana
diuraikan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rancangan Benda Uji Penelitian
No
Jenis Pengujian
. Jumlah
Uji Marshall Tahap I (Sebelum KAO) dengan Kadar Benda Uji
Aspal Rencana:
5% 1x3=3
5,5 % 1x3=3
6% 1x3=3
1. 6,5% 1x3=3
7% 1x3=3
PRD 5.5% 1x3=3
PRD 6% 1x3=3
PRD 6.5% 1x3=3
Sub-Total Benda Uji 24
Uji Marshall Tahap II (Sesudah KAO) dengan
Jumlah
Penambahan ASA Wetfix-Be Sebesar 0,3% dan
Benda Uji
Variasi Suhu
140ºC 1x6=6
2.
150ºC 1x6=6
160ºC 1x6=6
170ºC 1x6=6
180ºC 1x6=6
Sub-Total Benda Uji 30
Total Benda Uji Pada Penelitian 54

3.3 Bahan dan Peralatan Penelitian

Sebelum pembuatan benda uji untuk pengujian dengan alat Marshall, maka
terlebih dahulu perencanaan campuran. Perencanaan campuran ini meliputi
persiapan bahan, pemeriksaan bahan, sampai perhitungan komposisi bahan yang
digunakan dalam setiap benda uji.

3.3.1 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

1. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8)
dengan kapasitas kira-kira 5 kg
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
keranjang
d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C
e. Alat pemisah contoh (Sample Splitter)
f. Saringan no. 4 (4,75 mm).

2. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 (4,75) mm
diperoleh dari alat pemisah contoh (Sample Splitter) atau cara perempat
(Quartering) sebanyak kira-kira 5 kg.

3. Prosedur Pengujian
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai berat
tetap. Sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis
digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada
keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan
dengan oven
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk)
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan
halus satu persatu
f. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj)
g. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air
(Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu
standar (25°C)
h. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir
berat dan ringan. Bahan semacam ini memberikan harga-harga berat
jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat
hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan
untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan

4. Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan sebagai
berikut:
a. Berat Jenis Curah (Bulk Specific Gravity)
Bk
Bj−Ba
b. Berat Jenis Kering-Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry)
Bj
Bj−Ba
c. Berat Jenis Semu (Apparevt Specific Gravity)
Bk
Bk−Ba
d. Penyerapan
Bj−Bk
×100 %
Bk
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gram
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air, dalam gram
3.3.2 Pengujiann Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
1. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi:
a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap
b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter
bagian bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam
tebal minimum 0,8 mm
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(340±15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm
e. Saringan No. 4 (4,75 mm)
f. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)°C
g. Pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C
h. Talam
i. Bejana tempat air
j. Pompa hampa udara atau tungku
k. Desikator

2. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 (4,75 mm) diperoleh
dari alat pemisah contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 100
gram.

3. Prosedur Pengujian
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± _5)°C, sampai
berat tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji
selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan
selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan
kadar air lebih besar daripada 0,1 %. Dinginkan pada suhu ruang,
kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam
b. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan cara
membalik-balikan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai
keadaan kering permukaan jenuh.
c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda
uji ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk
sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering
permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih
dalam keadaan tercetak.
d. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan
500 gram benda uji ke dalam piknometer, masukkan air suling sampai
mencapai 90% isi piknometer, putar sambil di guncang sampai tidak
terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat proses ini
dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan
jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan dengan
merebus piknometer.
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar 25°C.
f. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
g. timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1
gram (Bt).
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C
sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
i. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk).
j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air gunakan
penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B).

4. Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus diberikan sebagai
berikut:
e. Berat Jenis Curah (Bulk Specific Gravity)
Bk
(B+500−Bt )
f. Berat Jenis Kering-Permukaan Jenuh (Saturated Surface Dry)
500
(B+500−Ba)
g. Berat Jenis Semu (Apparevt Specific Gravity)
Bk
(B+ Bk−Bt )
h. Penyerapan
(500−Bk )
×100 %
Bk
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
B = berat piknometer berisi air, dalam gram
Ba = berat piknometer berisi benda uji dan air, dalam gram
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh, dalam
gram

3.3.3 Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar

1. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b. Satu set saringan; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm (2”); 19,1
mm (¾”); 12,5 mm (½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36
mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm);
No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm).
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 + 5)°C.
d. Alat pemisah contoh.
e. Mesin pengguncang saringan.
f. Talam-talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.

2. Prosedur Pengujian
Urutan proses dari pengujian ini adalah sebagai berikut:
a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (I l0 ± 5)°C, sampai
berat tetap.
b. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan
tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

3. Perhitungan
Menghitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring.

3.3.4 Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles

1. Peralatan
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:
a. Mesin abrasi Los Angeles, mesin terdiri dari silinder baja tertutup
pada kedua sisinya dengan diameter dalam 711 mm (28 inci) panjang
dalam 508 mm (20 inci). Silinder bertumpu pada dua poros pendek
yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Silinder
berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian
dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm
(3,5 inci).
b. Timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5
gram.
c. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci) dan
berat masing-masing antara 390 gram sampai dengan 445 gram.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi
sampai dengan 110°C ± 5°C.
e. Alat bantu pan dan kuas.

2. Prosedur Pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara berikut:
Tabel 3.2. Daftar gradasi dan berat benda uji
Ukuran Saringan Gradasi dan Berat Benda Uji (gram)
Lolos Tertahan
Saringan Saringan A B C D E F G
mm inci mm inci
75 3,0 63 2 ½ - - - - 2500±50 -
63 2 ½ 50 2,0 - - - - 2500±50 -
50 2,0 37,5 1 ½ - - - - 5000±50 5000±50
37,5 1 ½ 25 1 1250±25 - - - - 5000±25 5000±25
25 1 19 ¾ 1250±25 - - - - - 5000±25
19 ¾ 12,5 ½ 1250±10 2500±10 - - - - -
12,5 ½ 9,5 3/8 1250±10 2500±10 - - - - -
9,5 3/8 6,3 ¼ - - 2500±10 - - - -
6,3 ¼ 4,75 No. 4 - - 2500±10 2500±10 - - -
4,75 No. 4 2,36 No. 8 - - - 2500±10 - - -
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10 10000±10 10000±10 10000±10
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat Bola (gram) 5000±25 4584±25 3330±20 2500±15 5000±25 5000±25 5000±25
b. Benda dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles
c. Putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm.
Jumlah putaran gradasi A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah
500 putaran dan untuk gradasi E, gradasi F dan gradasi G adalah 1000
putaran.
d. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan No.12 (1,70 mm). Butiran yang tertahan di
atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada
temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap.
e. Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan
100 putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan
No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian
antara 100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan di atas saringan
No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20
f. Metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan
metode ASTM C 535-96 yaitu Standard Test Method for Resistance to
Degradation of Large-Size Coarse aggregate by Abrasion and impact
in the Los Angeles Machine.

3. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, menggunakan rumus:
a−b
Keausan= ×100 %
a
dengan:
a adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram
b adalah berat benda uji tertahan saringan No. 12 (1,70 mm)
Keausan didapatkan sebagai hasil rata-rata dari dua pengujian yang
dinyatakan sebagai bilangan bulat dalam persen.

3.3.5 Pengujian Berat Jenis Aspal

1. Peralatan dan Bahan Pengujian


a. Piknometer terbuat dari gelas dengan diameter penutup piknometer 22
mm sampai dengan 26 mm. Pada bagian tengah penutup harus
terdapat lubang ke atas dengan diameter antara 1,0 mm sampai dengan
2,0 mm. Penutup harus memiliki permukaan atas yang halus dan rata
serta memiliki permukaan bawah yang cekung sehingga udara dalam
piknometer mudah keluar melalui lubang pada penutup. Tinggi
cekungan pada bagian tengah penutup harus 4,0 mm sampai dengan
18,0 mm. Piknometer harus memiliki kapasitas isi 24 mL sampai
dengan 30mL serta berat tidak lebih dari 40 g.
b. Timbangan dengan kapasitas 200 gramdan ketelitian 0,002 gram.
c. Bak perendam yang memiliki temperatur konstan yaitu dapat
mempertahankan temperatur sehingga tidak berbeda lebih dari 0,1oC
dari temperatur pengujian yang diinginkan.
d. Termometer gelas yang sudah dikalibrasi dengan rentang pembacaan
yang memadai serta memiliki skala sekurang-kurangnya tiap 0,1 oC
dan dengan kesalahan maksimum 0,1oC. Umumnya digunakan
termometer ASTM 63 C dengan rentang antara -8oC sampai dengan
32oC.
e. Gelas kimia atau beaker glass dengan isi 600 mL
f. Pembakar gas Bunsen
g. Aquades atau aqua demineralisasi (Aqua DM) yang baru dididihkan
dan didinginkan kembali

2. Pengambilan contoh
Pengambilan contoh aspal harus dilakukan sesuai SNI 03-6399. Contoh
aspal harus bebas dari bahan-bahan asing. Contoh aspal harus diaduk
sebelum diambil sebagian yang mewakili untuk diuji.

3. Prosedur Pengujian
a. Persiapan Alat
 Isi gelas kimia 600 mL dengan aquades yang baru dididihkan dan
didinginkan kembali sampai volume yang dapat merendam
piknometer dengan jarak antara bagian atas piknometer dengan
permukaan air tidak kurang dari 40 mm.
 Rendam gelas kimia tersebut dalam bak perendam sedemikian rupa
sehingga bagian bawah gelas kimia terendam pada kedalaman tidak
kurang dari 100 mm dan bagian atas gelas kimia berada di atas
permukaan air bak perendam. Jepit gelas kimia tersebut agar tetap
pada posisinya.
 Atur dan pertahankan temperatur air pada bak perendam sehingga
tidak berbeda lebihdari 0,1oC dari temperatur pengujian.

b. Kalibrasi Piknometer
 Timbang piknometer yang bersih dan kering sampai 1 mg
terdekat. Catat berat piknometer sebagai massa A
 Keluarkan terlebih dahulu gelas kimia dari bak perendam, isi
piknometer dengan aquades yang baru dididihkan dan
didinginkan kembali hingga sesuai dengan temperatur
pengujian kemudian tutup piknometer secara longgar. Tidak
boleh sedikitpun ada gelembung udara dalam piknometer.
Letakkan piknometer yang sudah diisi tersebut dalam gelas
kimia kemudian tekan penutupnya sampai cukup rapat.
 Biarkan piknometer terendam selama tidak kurang dari 30
menit. Ambil piknometer dan segera keringkan bagian atas
penutup piknometer dengan satu kali sentuhan lap kering.
Keringkan secepatnya bagian luar lainnya dari piknometer dan
timbang sampai 1 mg terdekat. Catat berat piknometer berisi
air sebagai massa B.
 Catatan: Kalibrasi piknometer harus dilakukan pada
temperatur yang sama dengan temperatur pengujian yang
diinginkan. Jangan lakukan pengeringan ulang pada bagian
atas dari penutup piknometer walaupun terbentuk tetesan air
sebagai akibat dari pemuaian. Jika terbentuk pengembunan
pada piknometer selama penimbangan, segera keringkan
kembali bagian luar piknometer selain tutupnya sebelum
massanya dicatat
c. Persiapan Benda Uji
Panaskan contoh aspal dengan hati-hati, aduk untuk menghindari
terjadinya pemanasan setempat, sampai contoh aspal cukup cair untuk
dituangkan. Pemanasan contoh aspal tidak boleh lebih dari 110 oC di
atas titik lembek benda uji aspal yang diperkirakan. Jangan lakukan
pemanasan contoh aspal lebih dari 60 menit di atas nyala api
pembakar atau pelat pemanas atau lebih dari 120 menit di dalam oven.
Hindari adanya gelembung udara dalam benda uji.
d. Cara Pengujian
 Tuangkan benda uji ke dalam piknometer yang bersih dan kering
sampai tiga per empat dari volume piknometer. Hindari adanya
benda uji yang menempel pada bagian dalam piknometer di atas
permukaan aspal serta adanya gelembung udara pada benda uji
 Biarkan piknometer beserta isinya pada temperatur udara selama
tidak kurang dari 40 menit dan timbang beserta tutupnya sampai
1mg terdekat. Catat berat piknometer yang berisi benda uji sebagai
massa C.
 Isi piknometer dengan aquades yang baru dididihkan dan
didinginkan kembali hingga sesuai dengan temperatur pengujian
kemudian piknometer ditutup secara longgar. Tidak boleh sedikit
pun ada gelembung udara dalam piknometer. Letakkan piknometer
yang sudah diisi tersebut dalam gelas kimia dan tekan penutupnya
sampai cukup rapat.
 Kembalikan gelas kimia ke dalam penangas
 Biarkan piknometer terendam dalam air selama tidak kurang dari
30 menit.
 Ambil piknometer, keringkan dan timbang dengan cara dan waktu
yang sama dengan yang dilakukan pada saat kalibrasi. Catat berat
piknometer yang berisi benda uji dan air sebagai massa D.

4. Perhitungan
Hitung berat jenis benda uji sampai tiga angka di belakang koma dengan
persamaan sebagai berikut:
(C−A )
Berat Jenis=
[ ( B−A )−( D−C ) ]
Keterangan:
A adalah massa piknometer dan penutup.
B adalah massa piknometer dan penutup berisi air.
C adalah massa piknometer, penutup dan benda uji.
D adalah massa piknometer, penutup, benda uji dan air.
3.3.6 Pengujian Titik Lembek Aspal

1. Peralatan dan Bahan


a. Cincin, dua cincin yang terbuat dari bahan Kuningan
b. Pelat persiapan benda uji dengan permukaan halus terbuat dari bahan
kuningan ukuran ± 50mm x 75 mm.
c. Bola, dua bola baja dengan diameter 9,5 mm. Setiap bola mempunyai
berat 3,5g ± 0,05g.
d. Pengarah bola, dua pengarah bola terbuat dari bahan kuningan, untuk
meletakkan bola di tengah cincin. Satu untuk setiap bola.
e. Bejana Perendam, gelas kimia tahan panas. Mempumyai ukuran
diameter dalam kurang dari 85 mm dan tinggi tidak kurang dari 120
mm dari dasar bejana yang mendapat pemanasan.
f. Dudukan benda uji yang terdiri dari pemegang cincin dan
peralatannya. Terbuat dari bahan Kuningan, digunakan untuk
meletakkan 2 cincin berisi lapisan aspal yang diletakkan pada posisi
horizontal. Jarak dari pelat dasar ke pemegang cincin adalah 25 mm
dan jarak dari pelat dasar ke dasar bejana perendam adalah 16 mm ± 3
mm.
g. Termometer
 Termometer titik lembek untuk temperatur rendah, mempunyai
skala dari 2oC sampai dengan 80oC
 Termometer titik lembek untuk temperatur tinggi, mempunyai
skala dari 30oC sampai dengan 200oC
 Selama pengujian termometer tidak boleh diganti.
h. Cairan perendam, terdiri atas air suling yang sudah dididihkan,
gliserin yang mempumyai titik nyala 160oC, dan ethynlene glycol
dengan titik didih antara 193oC sampai dengan 204oC
i. Untuk menghindari pelekatan aspal pada pelat persiapan benda uji,
ketika aspal dituang ke dalam cincin. Sebelum digunakan bagian atas
pelat persiapan benda uji diberi lapisan tipis silikon, campuran gliserin
dan dextrin, talk atau china clay

2. Persiapan dan Pembuatan Benda Uji


a. Bila pengujian tidak dapat dilakukan dalam waktu 6 jam, maka jangan
lakukan persiapan pembuatan benda uji
b. Panaskan contoh, aduk dengan teratur untuk menghindari pemanasan
berlebih pada suatu tempat dan menghindari terjadinya gelembung
pada saat benda uji dituang. Setelah cair aspal siap untuk dituang,
c. Panaskan aspal tidak lebih dari 2 jam sampai temperatur penuangan
dapat lebih dari 110°C atau di atas titik lembek aspal yang
diperkirakan.
d. Bila pengujian harus diulangi, maka gunakan contoh uji yang baru
pada wadah yang bersih.
e. Panaskan 2 cetakan cincin pada temperatur penuangan, kemudian
letakkan cetakan cincin di atas pelat persiapan benda uji yang telah
diberi salah satu dari media persiapan benda uji.
f. Tuangkan aspal yang telah dipanaskan ke dua cetakan cincin sampai
berlebih. Diamkan benda uji selama 30 menit pada temperatur udara.
Untuk benda uji yang lunak pada temperatur ruang. Diamkan benda
uji sekurangnya 30 menit pada temperatur udara (10oC dibawah titik
lembek yang diperkirakan). Waktu dari saat benda uji dituang sampai
benda uji dilepaskan dari pelat persiapan benda uji tidak bole lebih
dari 240 menit.
g. Bila benda uji telah dingin, potong bagian aspal yang berlebih diatas
cincin dengan pisau atau spatula panas, sehingga lapisan aspal pada
cincin penuh dan rata dengan bagian atas cincin

3. Pengujian
a. Pilih salah satu cairan perendam dan termometer yang sesuai untuk
pengujian lembek.
 Air suling yang telah dididihkan untuk titik lembek antara 30 oC
sampai dengan 80oC. Gunakan termometer 15oC. Temperatur
pemanasan bejana perendam mulai pada 5oC±1oC.
 Gliserin untuk titik lembek antara 80oC sampai dengan 157oC.
Gunakan termometer 16oC. Temperatur pemanasan bejana
perendam mulai pada 30oC±1oC.
 Ethylene Glycol untuk titik lembek antara 30oC sampai dengan
110oC. Gunakan termometer 16oC. Temperatur pemanasan bejana
perendam mulai pada 5oC±1oC.
 Untuk keperluan pengawasan, semua titik lembek sampai dengan
80oC dapat ditentukan menggunakan cairan perendam air suling
dan titik lembek di atas 80oC dapat ditentukan menggunakan cairan
perendam gliserin.
b. Siapkan peralatan, benda uji pengarah bola dan termometer. Isi bejana
perendam dengan cairan perendam sampai dengan 105±3mm,
masukkan peralatan pada tempatnya dalam bak perendam. Bila
menggunakan ethylene glycol, pastikan penghisap udara berfungsi
untuk menghindari uap beracun.
c. Tempatkan dua bola baja pada dasar bak perendam dengan
menggunakan penjepit, agar benda uji memperoleh temperatur yang
sama.
d. Tempatkan bejana perendam dan peralatan di dalamnya pada air es di
dalam bak perendam, pertahankan temperatur perendaman selama 15
menit. Jaga dengan hati-hati tidak terjadinya kontaminasi antara cairan
perendam dalam bejana dengan air es dalam bak perendam.
e. Letakkan bola baja yang telah dikondisikan dalam bak menggnakan
penjepit di atas alat pengarah bola.
f. Panaskan bejana perendam dengan kecepatan rata-rata kenikan
temperatur 5oC/menit. Bila perlu lindungi bejana perendam dari angin
menggunakan penghalang. Kecepatan rata-rata pemanasan tidak
berlebih selama proses pengujian. Maksimum variasi kenaikan
temperatur untuk periode 1 menit pertama sampai ke 3 adalah ± 0,5oC.
Kenaikan kecepatan temperatur di luar batas yang diizinkan harus
diulang.
g. Catat temperatur pada saat bola yang diselimuti aspal jatuh menyentuh
pelat dasar. Tidak ada koreksi untuk temperatur pemanasan. Bila
perbandingan antara 2 temperatur pada saat bola baja yang diselimuti
aspal jatuh menyentuh pelat dasar terdapat perbedaan melebihi 1oC,
ulangi pengujian titik lembek.

4. Perhitungan
a. Penentuan titik lembek dari benda uji yang menggunakan cairan
perendam air mempunyai titik lembek lebih rendah dari benda uji
yang diuji menggunakan cairan perendam gliserin. Titik lembek
ditentukan dengan kesepakatan bahwa perbedaan hanya untuk titik
lembek sedikit diatas 80oC.
b. Perubahan dari cairan perendam air ke gliserin untuk titik lembek
diatas 80oC tidak selalu ada, kemungkinan titik lembek terendah aspal
pada cairan perendam gliserin adalah 84,5oC.
 Koreksi untuk aspal adalah – 4,2oC, untuk memastikan hal ini.
Ulangi pengujian pada cairan perendam air.
 Bila dalam keadaan rata-rata dari 2 temperatur yang ditentukan
pada cairan perendam gliserin adalah 80oC atau lebih rendah untuk
aspal. Ulangi pengujian pada cairan perendam air
c) Untuk mengubah titik lembek sedikit diatas 80 oC, tentukan pada
cairan perendam air dan juga pada cairan perendam gliserin. Untuk
Koreksi aspal adalah + 4,2oC. Untuk memastikan hal ini, ulangi
pengujian pada cairan perendam gliserin.
 Dalam hal rata-rata dari penentuan 2 temperatur pada cairan
perendam air adalah 85oC atau lebih tinggi, ulangi pengujian pada
cairan perendam gliserin.
 Hasil yang diperoleh menggunakan cairan perendam ethylene
glycol berbeda dengan menggunakan cairan perendam air dan
gliserin.

3.3.7 Pengujian Daktilitas Aspal

1. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah:
a. Cetakan benda uji daktilitas terbuat dari Kuningan.
b. Bak perendam harus dapat mempertahankan temperatur pengujian
25oC atau temperatur lainnya dengan ketelitian 0,1oC. Isi air dalam
bak perendam tidak boleh kurang dari 10 liter, kedalaman air di dalam
bak tidak boleh kurang dari 50 mm agar benda uji dapat terendam
pada kedalaman 25 mm.
c. Mesin penguji dengan ketentuan sebagai berikut:
 Dapat menjaga benda uji tetap terendam.
 Dapat menarik benda uji tanpa menimbulkan getaran dengan
kecepatan tetap.
d. Termometer dengan rentang pengukuran -8oC sampai dengan 32oC.

2. Persiapan benda uji


a. Lapisi seluruh permukaan pelat dasar dan bagian yang akan dilepas
dengan campuran gliserin dan talk atau kaolin dengan perbandingan 3
gram gliserin dan 5 gram talk untuk mencegah melekatnya benda uji
pada cetakan daktilitas.
b. Letakkan cetakan daktilitas di atas pelat dasar pada tempat yang datar
dan rata, sehingga semua bagian bawah cetakan menempel baik pada
pelat dasar.
c. Panaskan contoh uji sekitar 150 gram sambil diaduk untuk
menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, sampai cukup cair
untuk dituangkan.
d. Saring contoh uji dengan Saringan No.50 (300 µm).
e. Setelah diaduk, tuangkan contoh uji ke dalam cetakan mulai dari
ujung ke ujung hingga sedikit melebihi cetakan.
f. Diamkan benda uji pada temperatur ruang selama 30 menit sampai
dengan 40 menit.
g. Rendam benda uji dalam bak perendam pada temperatur pengujian
selama 30 menit.
h. Ratakan permukaan benda uji dengan pisau atau spatula yang panas
agar rata.
i. Atur berat jenis air dalam bak perendam mesin uji agar sama dengan
berat jenis aspal yang akan diuji dengan cara menambahkan metil
alkohol, gliserin atau garam.

3. Cara uji
a. Masukkan benda uji (pelat dasar dan cetakan daktilitas yang berisi
aspal) ke dalam bak perendam pada temperatur 25ºC selama 85 menit
sampai dengan 95 menit.
b. Lepaskan benda uji dari pelat dasar dari sisi cetakannya (a dan a’ pada
Gambar A.1) dan langsung pasangkan benda uji ke mesin uji dengan
cara memasukkan lubang cetakan ke pemegang di mesin uji.
c. Jalankan mesin uji sehingga menarik benda uji dengan kecepatan
sesuai persyaratan (50 mm per menit). Perbedaan kecepatan lebih atau
kurang dari 2,5 mm per menit masih diperbolehkan.
d. Baca pemuluran benda uji pada saat putus dalam satuan mm (cm).

4. Pelaporan
a. Laporkan hasil rata-rata dari 3 benda uji sebagai nilai daktilitas
contoh.
b. Apabila benda uji mengambang atau menyentuh dasar bak mesin uji
maka pengujian dianggap gagal kemudian dilakukan penyesuaian
berat jenis air.
c. Apabila tiga kali pengujian tidak sesuai pada Butir di atas, laporkan
bahwa pengujian daktilitas tidak dapat dilaksanakan seperti yang
disyaratkan.

3.3.8 Pengujian Penurunan Berat Aspal

1. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
a. Termometer
b. Oven yang dilengkapi dengan:
 Pengatur suhu untuk memanasi sampai 180oC ± 1oC
 Pinggan logam berdiameter 35 cm, menggantung pada oven
pada poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6
putaran per menit.
c. Cawan baja tahan karat atau aluminium berbentuk silinder dengan
dasar yang rata. Ukuran dalam: 140 mm, tinggi 9,5 mm dan tebal 0,64
mm – 0,76 mm.
d. Neraca analitik, dengan kapasitas (200 ± 0,001) gram.
2. Persiapan Benda Uji
Benda uji adalah minyak atau aspal sebanyak 100 gram, yang
dipersiapkan dengan cara sebagai berikut:
a. Aduklah contoh minyak atau aspal serta panaskan bila perlu untuk
mendapatkan campuran yang merata;
b. Tuangkan contoh kira-kira (50,0 ± 0,5) gram ke dalam cawan dan
setelah dingin timbang dengan ketelitian 0,01 gram (A)
c. Benda uji yang diperiksa harus bebas air
d. Siapkan benda uji ganda (duplo)

3. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
a. Letakkan benda uji di atas pinggan setelah oven mencapai suhu
(163oC ± 1oC)
b. Pasanglah termometer pada dudukannya sehingga terletak pada
tengah- tengah antara pinggir pinggan dan poros (sumbu) dengan
ujung 6 mm di atas pinggan

c. Ambillah benda uji dari dalam oven setelah 5 jam sampai 5 jam 15
menit;
d. Dinginkan benda uji pada suhu ruang, kemudian timbanglah dengan
ketelitian 0,01 gram (B);
e. Apabila hasil pemeriksaan tidak semuanya sama maka benda uji
dengan hasil yang sama dikelompokkan untuk pemeriksaan ulang.

4. Perhitungan
A−B
Penurunan Berat = × 100 %
A
Keterangan:
A= Berat benda uji semula
B= Berat benda uji setelah pemanasan

3.3.9 Pengujian Penetrasi Aspal


1. Peralatan
a. Penetrometer
Ada dua macam penetrometer yaitu penetrometer manual dan
penetrometer otomatis. Perbedaan kedua penetrometer ini terletak
pada:
 Pengukur waktu. Pada penetrometer manual diperlukan stopwatch
sedangkan pada penetrometer otomatis tidak diperlukan stopwatch
karena pengukur waktu otomatis sudah terangkai dalam alat
penetrometer.
 Saat pengujian tombol pada pemegang jarum penetrometer manual
harus ditekan selama 5±0,1 detik sampai waktu ditentukan,
sedangkan tombol pada pemegang jarum penetrometer otomatis
ditekan hanya pada saat permulaan pengujian yang akan berhenti
secara otomatis setelah waktu yang ditentukan (5±0,1 detik)
Kedua alat ini terdiri dari:
 Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum untuk
bergerak secara vertikal tanpa gesekan dan dapat menunjukkan
kedalaman masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1 mm
terdekat;
 Berat pemegang jarum 47,5 gram ± 0,05 gram. Berat total
pemegang jarum beserta jarum 50 gram ± 0,05 gram. Pemegang
jarum harus mudah dilepas dari penetrometer untuk keperluan
pengecekan berat;
 Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan
posisi jarum dan pemegang jarum tegak (90o) ke permukaan
 Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05 gram
sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi dengan berat
total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan kondisi pengujian
yang diinginkan.
b. Jarum penetrasi
 Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat, Grade
440-C atau yang setara, HRC 54 sampai 60.
 Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum
panjang memiliki panjang sekitar 60 mm (2,4 in)
 Diameter jarum antara 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm
 Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 8,7˚
dan 9,7o
 Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan jarum;
 Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang lurus
tidak boleh melebihi 0,2 mm
 Diameter ujung kerucut terpancung 0,14 mm sampai 0,16 mm dan
terpusat terhadap sumbu jarum
 Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus
 Panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40 sampai
45 mm sedangkan untuk jarum panjang antara 50 mm - 55 mm
(1,97 – 2,17 in)
 Berat jarum harus 2,50 gram ± 0,05 gram
 Jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu aspal
harus memenuhi kriteria tersebut di atas disertai dengan hasil
pengujian dari pihak yang berwenang.
c. Cawan benda uji
Terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan dasar
yang rata dan berukuran sebagai berikut:
 Untuk pengujian penetrasi di bawah 200:
- Diameter, 55 mm
- Tinggi bagian dalam, 35 mm
 Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:
- Diameter, 55 – 75 mm
- Tinggi bagian dalam, 45 -70 mm
 Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:
- Diameter, 55 mm
- Tinggi bagian dalam, 70 mm
d. Bak perendam
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat
mempertahankan temperatur 25oC ± 0,1oC atau temperatur lain
dengan ketelitian tidak lebih dari 0,1oC. Bejana atau bak perendam
harus dilengkapi dengan pelat dasar berlubang yang terletak tidak
kurang dari 50 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100
mm di bawah permukaan air dalam bejana. Apabila pengujian
dilakukan dalam bak perendam maka harus dilengkapi dengan
penahan yang cukup kuat untuk dudukan penetrometer. Air
perendam dapat ditambah garam apabila diinginkan pengujian
pada temperatur rendah. Ujung termometer direndam pada batas
pelat dasar dalam bak perendam.
e. Transfer dish
Transfer dish harus mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan
cukup tinggi untuk dapat merendam cawan benda uji ukuran besar.
Transfer dish harus disertai dudukan, antara lain kaki tiga, agar
cawan benda uji tidak bergerak selama pengujian.
f. Benda uji
Benda uji adalah aspal sebanyak 100 gram yang bersih dan bebas
dari air serta minyak ringan.
g. Pengatur waktu
Untuk penetrometer yang dijalankan secara manual dapat
digunakan pengukur waktu apa saja seperti stopwatch atau
pengatur waktu elektrik yang terkalibrasi dan mempunyai skala
terkecil 0,1 detik atau kurang dengan kesalahan tertinggi 0,1 detik
untuk setiap 60 detik. Untuk penetrometer otomatis kesalahan tidak
boleh lebih dari 0,1 detik.
h. Termometer
 Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan
skala tidak melebihi 0,1oC atau dapat juga digunakan pembagian
skala termometer lain yang sama ketelitiannya dan kepekaannya
 Termometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000 Spesifikasi
Standar Termometer
 Termometer yang sesuai dan umum digunakan:
No. ASTM Rentang
17 C 19 C sampai dengan 27oC
o

63 C 8oC sampai dengan +32oC


64 C 25 oC sampai dengan 55oC
 Termometer yang digunakan untuk bak perendam harus
dikalibrasi secara periodik dengan cara sesuai ASTM E77
2. Persiapan Benda Uji
a. Apabila contoh tidak cukup cair, maka panaskan contoh dengan
hati-hati dan aduk sedapat mungkin untuk menghindari terjadinya
pemanasan setempat yang berlebih. Lakukan pemanasan ini sampai
contoh cukup cair untuk dituangkan. Pemanasan contoh tidak boleh
lebih dari 90oC di atas titik lembeknya, pemanasan tidak boleh
lebih dari 60 menit, lakukan pengadukan untuk menjamin
kehomogenan contoh, dan jangan sampai ada gelembung udara
dalam contoh;
b. Tuangkan benda uji aspal ke dalam 2 (dua) cawan (duplo) benda
uji sampai batas ketinggian pada cawan benda uji;
c. Dinginkan benda uji, tinggi benda uji tidak kurang dari 120% dari
kedalaman jarum pada saat pengujian penetrasi. Tuangkan benda
uji ke dalam cawan yang terpisah untuk setiap kondisi pengujian
yang berbeda. Jika diameter cawan benda uji kurang dari 65 mm
dan nilai penetrasi diperkirakan lebih besar dari 200 maka tuangkan
benda uji ke dalam empat cawan untuk setiap jenis kondisi
pengujian;
d. Dinginkan pada temperatur antara 15 sampai dengan 30oC selama 1
sampai dengan 1,5 jam untuk benda uji dalam cawan kecil (55 mm
x 35 mm) dan 1,5 jam sampai dengan 2 jam untuk benda uji dalam
cawan yang besar, dan tutup benda uji dalam cawan benda uji agar
bebas dari debu;
e. Letakkan benda uji dan transfer dish dalam bak perendam pada
temperatur pengujian selama 1 jam sampai dengan 1,5 jam untuk
cawan benda uji kecil (55 mm x 35 mm) dan 1,5 jam sampai
dengan 2 jam untuk cawan benda uji besar.
3. Kondisi pengujian
Apabila kondisi pengujian tidak ditentukan maka temperatur, berat total
dan waktu pengujian adalah 25oC, 100 gram dan 5 detik. Kondisi lain
dapat digunakan untuk pengujian khusus antara lain seperti kondisi pada
Tabel 3.3. berikut:
Tabel 3.3 Kondisi lain untuk pengujian khusus
Temperatur (oC) Berat Total (gram) Waktu (detik)
0 200 60
4 200 60
45 50 5
46,1 50 5
4. Cara Pengujian
a. Periksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain
yang sesuai kemudian keringkan dengan lap bersih dan
pasangkan pada pemegang jarum. Apabila diperkirakan nilai
penetrasi lebih besar dari 350 disarankan menggunakan jarum
penetrasi yang panjang.
b. Letakkan pemberat 50 gram pada pemegang jarum untuk
memperoleh berat total 100 gram ± 0,1 gram kecuali disyaratkan
berat total yang lain.
c. Bila pengujian dilakukan penetrometer dalam bak perendam,
letakkan cawan berisi benda uji langsung pada alat penetrometer.
Jaga cawan benda uji agar tertutupi air dalam bak perendam.
Apabila pengujian dilakukan di luar bak perendam letakkan
cawan berisi benda uji dalam transfer dish, rendam cawan benda
uji dengan air dari bak perendam, dan letakkan pada alat
penetrometer.
d. Pastikan kerataan posisi alat penetrometer dengan memeriksa
waterpass pada alat.
e. Turunkan jarum perlahan-lahan sampai jarum menyentuh
permukaan benda uji. Hal ini dilakukan dengan cara menurunkan
jarum ke permukaan benda uji sampai ujung jarum bersentuhan
dengan bayangan jarum dalam benda uji. Agar bayangan jarum
dalam benda uji tampak jelas gunakan lampu sorot dengan watt
rendah (5 watt) agar tidak mempengaruhi temperatur benda uji.
Kemudian atur angka 0 pada arloji penetrometer sehingga jarum
penunjuk berada pada posisi angka 0 pada jarum penetrometer.
f. Segera lepaskan pemegang jarum selama waktu yang disyaratkan
(5 detik ± 0,1 detik) atau yang disyaratkan lain seperti pada Tabel
3.4. Apabila wadah benda uji bergerak pada saat pengujian maka
pengujian dianggap gagal.
Tabel 3.4. Ketentuan perbedaan nilai penetrasi yang tertinggi
dengan yang terendah
Penetrasi 0 sampai 49 50 sampai 149 150 sampai 249 250 sampai 500
Maksimum
perbedaan nilai
penetrasi antara
2 4 12 20
yang tertinggi
dengan yang
terendah
g. Atur (putar) arloji penetrometer untuk mengukur nilai penetrasi
dan bacalah angka penetrasi yang ditunjukkan jarum penunjuk
pada angka 0,1 mm terdekat.
h. Lakukan paling sedikit tiga kali pengujian untuk benda uji yang
sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak tidak
kurang 10 mm dari dinding cawan dan tidak kurang 10 mm dari
satu titik pengujian dengan titik pengujian lainnya. Jika
digunakan transfer dish, masukkan benda uji dan transfer dish ke
dalam bak perendam yang mempunyai temperatur konstan pada
setiap selesai satu pengujian benda uji. Gunakan jarum yang
bersih untuk setiap kali pengujian. Apabila nilai penetrasi lebih
dari 200, gunakan paling.

3.4 Tahap Pembuatan Benda Uji Marshall

1.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Yosef Gultom
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen27 halaman
    Bab Iii
    Yosef Gultom
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    Yosef Gultom
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Wardiman Yosef Gultom
    BAB 1 Wardiman Yosef Gultom
    Dokumen3 halaman
    BAB 1 Wardiman Yosef Gultom
    Yosef Gultom
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Wardiman Yosef Gultom
    BAB 1 Wardiman Yosef Gultom
    Dokumen3 halaman
    BAB 1 Wardiman Yosef Gultom
    Yosef Gultom
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen18 halaman
    Bab Ii
    Yosef Gultom
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen27 halaman
    Bab Iii
    Yosef Gultom
    Belum ada peringkat
  • Divre I MDN
    Divre I MDN
    Dokumen3 halaman
    Divre I MDN
    Nida Assyifa
    Belum ada peringkat