Anda di halaman 1dari 6

Nanokomposit karet alam menggunakan serat berbasis selulosa

sebagai material penguat

Pendahuluan
Pengembangan material komposit yang diperkuat dengan bahan pengisi (fillers)
berdimensi nano banyak menjadi fokus peneliti pada akhir-akhir ini. Keuntungan utama dari
sifat yang diperoleh dari nanokomposit ini didasarkan pada dimensi nanometer dari bahan
penguat. Ada dua alasan terkait perubahan sifat-sifat ketika ukuran dari bentuk bahan penguat
direduksi ke dalam ukuran nanometer, diantaranya:
1. Luas permukaan dari material menjadi lebih besar sehingga area persinggungan antar
partikel menjadi lebih besar sehingga berperan penting dalam sifat-sifat makroskopis.
2. Kemungkinan terjadinya quantum effects, yaitu perubahan sifat-sifat magnetik, optikal, dan
elektrikal dari suatu material.
Selulosa merupakan material organik renewable yang tersebar luas di alam dengan
berbagai variasi penggunaannya. Ketika material berbasis selulosa dipakai sebagai bahan
penguat maka ada sifat tambahan berupa biodegrable dan renewable-nya, dengan sifat
kekakuannya dan juga kristalinitasnya yang melekat. Selulosa juga tidak mahal dan memiliki
densitas lebih rendah dibandingkan dengan fillers yang digunakan pada saat ini (Jacob dan
Thomas, 2010).
Natural rubber atau karet alam merupakan material berpori, namun matriks dari karet
alam bersifat sangat kuat karena adanya strain-induce crystallization yaitu suatu kondisi
dimana regangan pada sepotong karet pada suhu ruang yang mengubah struktur amorf
menjadi menjadi semikristalin. Kristalinitas dengan struktur orientasi yang tinggi sepanjang
arah regangan dapat bertindak sebagai partikel pengisi (particles filler) atau crosslinks,
sehingga berakibat pada naiknya kekuatan regangan/tarikan. Fillers penguat dari sumber
bahan yang renewable, seperti serat alam dari tanaman untuk produksi dari biosustainable
komposit dapat dipertimbangkan sebagai alternatif yang potensial. Serat alam atau natural
fibers yang secara luas digunakan sebagai pengisi untuk karet alam diantaranya jute, bagasse,
bambu, hemp, serat kelapa sawit dan sisal. Efisiensi dari proses penguatan karet dapat
dihubungkan dengan sifat alami dari selulosa dan kristalinitasnya, yang mana berubah
berdasarkan berat molekul. Efek utama dari proses penguatan dari karet alam yaitu pada sifat

1
mekanikal dari komposit karet alam termasuk peningkatan modulus, penurunan pemanjangan
(decreased elongation at failure), meningkatkan creep resistance (sifat dari suatu material
untuk tidak berubah bentuk akibat suatu tekanan) terhadap bahan pengisi dari karet alam,
meningkatkan kekerasan dan kekuatan saat dipotong, nilai damping tinggi, dan ketahan
terhadap sobekan dan tusukan/kejebolan (Jacob et al., 2008).
Komponen utama dari karet alam adalah cis-1,4-polyisoprene (2-methyl 1,3 butadiene)
dan merupakan komponen yang ada di lateks pada berbagai varietas tanaman (contoh: Hevea
brasiliensis) diberbagai wilayah di dunia. Kebanyakan dari karet alam berada dalam bentuk
larutan yang mengandung partikel karet terdispersi yang dikenal sebagai lateks. Karet alam
yang belum mengalami pemprosesan memiliki kekuatan rendah, lunak pada cuaca hangat dan
mudah hancur atau rapuh pada cuaca dingin dan penggunaannya sangat terbatas. Vulkanisasi
merupakan proses kimia dimana rantai panjang molekul dari karet alam mengalami
crosslinked, berubah kelunakannya, memiliki sifat elastisitas yang tinggi, sifat mekanik yang
tinggi, low hysteresis, luar biasa dalam sifat dinamikanya dan keteguhannya. Setelah
vulkanisasi karet alam kehilangan sifat kelengketannya, tahan terhadap pemanasan, respon
cahaya, dan proses penuaan. Langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menambah bahan
pengisi sebagai penguat seperti carbon-black dan partikel silika (Zhang et al., 2006). Tulisan
ini membahas terkait nanokomposit dari karet alam yang dipadukan ataupun diperkuat dengan
selulosa nanokristalin.
Pembahasan
Nanokomposit karet alam dengan filler selulosa alam
Nanokomposit secara umum merupakan dua fase material atau bahan yang mana
tergabung menjadi satu fase dengan dimensi minimal pada rentang skala nanomater (1-100
nm). Pembuatan film nanokomposit dapat dilakukan dengan mencampurkan suspensi larutan
selulosa nanopartikel dengan suspensi larutan karet alam. Kemudian campuran diaduk dengan
magnetic stirrer selama 8 jam. Kemudian air dipisahkan dengan rotary evaporator sebelum
proses pencetakan film di Teflon molds. Film dikeringkan pada suhu 40 °C selama 2-3 hari
(Bendahou et al.,2010).
Selulosa nanokristalin (whiskers) dan mikrofibril selulosa (MFC) diekstrak dari rachis
(jenis palm), dikarakterisasi kemudian digunakan sebagai bahan penguat (reinforcment) untuk
pembuatan nanokomposit film menggunakan karet alam sebagai matriks. Sifat-sifat dari

2
nanokomposit tersebut diinvestigasi menggunakan turunan diferensial scanning kolorimetri,
uji coba pengabsorban dari toluena dan air, perubahan sifat mekanik dan uji tarikan. Kekayuan
dari karet alam secara signifikan meningkat diatas suhu transisi glass-rubber yang terjadi
selama penambahan nanopartikel. Efek dari bahan penguat mununjukkan hasil yang lebih
tinggi dari mikrofibril selulosa dibandingkan dengan whiskers. Itu disebabkan lebih tingginya
perbandingan komposisi dan kemungkinan dari kekusutan (terberai) dari yang komposit yang
terbentuk. Kehadiran dari residu atau sisa lignin, ekstraktif dan asam lemak pada permukaan
MFC juga sebagai alasan tingginya daya rekat dari polimer matriks yang terbentuk. Salah satu
hasil pengujian dari tensile modulus dan penyusutan (shrinkage) ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan dari a. nilai tensile modulus E1 dan b. shrinkage r1 yang terukur untuk
nanokomposit dari karet alam dan selulosa nanopartikel selama uji tarik.

Penelitian lain dilkukan oleh Xu et al, (2011) terkait efek penggantian sebagian dari
silika dengan nanokristalin selulosa yang telah dimodifikasi permukaannya pada sifat-sifat
karet alam nanokomposit. Nanokristalin selulosa talah dimodifikasi dengan 3-aminpropyl-
triethoxysilane (KH550). Modifikasi nanokristalin selulosa (MNCC) selanjutnya diinvestigasi
untuk penggantian secara partial silika pada nanokomposit karet alam melalui proses
koagulasi. Nanokomposit yang terdiri dari perpaduan karet alam-MNCC-silika dan karet
alam-NCC(nanocrystallin cellulose)-silika telah dipreparasi untuk kemudian dibandingkan
karakteristik vulkannisasinya, sifat pemprosesan dan mekanikalnya serta keteguhan tekannya.
Hasilnya MNCC dapat mengaktifan proses vulakanisasi, menekan efek Payne, meningkatkan
modulus 300%, kekuatan sobek, kekerasan dan mengurangi suhu pemanasan dan compression
set pada saat proses pembuatan nanokompositnya. Efek dari bahan penguat telah dievaluasi
berdasarkan hasil kenampakan crosslinking density (Vt), thermo-gravimetric (TG) dan
Scanning Electron Microscopic (SEM). Kenampakan morfologi dari nanokomposit yang
dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 2.

3
Gambar 2. Mikrograf SEM dari nanokomposit (a, c) karet alam-NCC (100/10), (b, d) karet
alam-MNCC (100/10) dan (e, f) karet alam-MNCC-silika.

4
Penelitian selanjutnya dari Visakh et al., (2012) telah berhasil mempreparasi
crosslinked karet alam nanokomposit yang dipadukan dengan bahan penguat berupa cellulose
nanowhikers (CNWs) atau selulosa nanokristalin hasil ekstraksi dari pulp bambu dari produksi
kertas koran. Lateks karet alam yang telah dikoagulasi dicampur dengan nanowhsikers bambu
untuk kemudian di proses compounding dan vulcanizing dengan karet alam padat
menggunakan two-roll mill, dan langkah selanjutnya proses pematangan untuk proses
crosslinked. Analisis mikrograf dari morfologi permukaan nanokomposit yang dihasilkan
dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Penambahan CNWs memiliki dampak positif
pada kekutan tarik, E-modulus storage, tan delta peak position, dan ketahanan suhu dari
crosslinked karet alam. Analisis Thermal Gravimtric Analysis (TGA) dan Difference Thermo
Gravimetric (DTG) ditunjukan pada Gambar 3.

Gambar 3. TGA (a) dan DTG (b) dari karet alam dan nanokomposit karet alam-CNWs
Analisis TGA dari karet alam murni dan nanokomposit karet alam-CNWa, semua
sampel menunjukkan suhu awal untuk persen berat yang hilang pada kisaran 60-80 °C. Suhu
awal dari proses degradasi termal sekitar 260 °C untuk karet alam murni dan 273-278 °C
untuk nanokomposit karet alam-CNWa dengan variasi komposisinya. Hal itu menunjukkan
bahwa kestabilan termal meningkat dengan adanya penambahan CNWs.

5
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya:
 Proses koagulasi yang digunakan untuk memasukkan selulosa ke dalam karet alam
menaikkan dispersi molekul yang baik sehingga material yang didapat berbentuk
nanokompsit.
 Nanoselulosa berperan dalam cross-linking dan penguat komposit, ditandai dengan
baiknya interaksi antara karet-fillers.
 Penambhan bahan penguat berupa selulosa nanokristalin dapat memperbaiki sifat
mekanik dari karet alam dan meningkatkan kestabilan termalnya.

Referensi
Bendahou Y, Habibi H, Kaddami A, Dufresne A.(2009). Physico-chemical characterization of
palm from Phoenix Dactylifera-L, preparation of cellulose whiskers and natural
rubber-based nanocomposites. J Biobased Mater Bioenergy 3(1):81–90
Jacob, M., Anandjiwala, R. D. and Thomas, S. (2008) ‘Lignocellulosic fiber reinforced rubber
composites’, in Thomas, S. and Pothan, L. A, Natural Fibre Reinforced Polymer
Composites: From Macro to Nanoscale, Editions des archives contemporaines, Old
City Publishing, Philadelphia, PA, 252–269.
Jacob, M. and Thomas, S. (2010) ‘Cellulosic fibril–rubber nanocomposites’, in Thomas, S.
and stephen, R., Rubber Nanocomposites: Preparation, Properties and Applications,
John Wiley & Sons, Singapore, 197–208.
Visakh, P. M., Thomas, S., Oksman, K. and Mathew, A. P. (2012) ‘Crosslinked natural rubber
nanocomposites reinforced with cellulose whiskers isolated from bamboo waste:
processing and mechanical/thermal properties’, Composites Part A, 43, 735–741.
Xu, S. H., Gu, J., Luo, Y. F. and Jia, D. M. (2012) ‘Effects of partial replacement of silica
with surface modified nanocrystalline cellulose on properties of natural rubber
nanocomposites’, Express Polym Lett, 6(1), 14–25.
Zhang A, Wang L, Lin Y, Mi X. (2006). Carbon black filled powdered natural rubber:
Preparation, particle size distribution, mechanical properties, and structures. J Appl
Polym Sci :101:4933–9.

Anda mungkin juga menyukai