Anda di halaman 1dari 8

130

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Kerangka konseptual dalam penelitian ini didasarkan pada landasan

teoritis dan didukung oleh hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan landasan

teoritis, maka dalam penelitian ini akan diuaraikan kerangka konseptual

penelitian.

Pada kondisi badan jalan yang stabil, kerusakan pada perkerasan jalan

beton aspal dapat terjadi karena pengaruh faktor-faktor dari luar. Faktor-faktor

dari luar yang terjadi selama umur pelayanan jalan antara lain adalah

penyusupan air hujan ke dalam perkerasan, panas matahari, beban berulang,

dan beban berlebih. Faktor-faktor dari luar inilah yang menyebabkan kerusakan

pada perkerasan beton aspal yang diawali dengan terjadinya keretakan pada

lapisan permukaan aspal.

Retak merupakan sebagian besar kerusakan jalan raya yang

mempunyai bahan perkerasan beton aspal. Sebagai perkerasan lentur beton

aspal akan melentur saat menerima beban roda kendaraan. Besarnya lenturan

akan sangat tergantung pada besarnya beban dan modulus elastisitas beton

aspal tersebut. Pada saat beton aspal masih baru, elastisitasnya masih baik

sehingga saat menerima beban lalulintas dia mampu melentur tanpa terjadi

retak. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, elastisitas bitumen yang

digunakan sebagai bahan pengikat beton aspal akan berkurang dikarenakan

pengaruh cuaca (panas dan air) dan beban lalulintas yang berulang-ulang. Pada

saat ampuran beton aspal elasitianya mengalami penurunan sehingga tidak

mampu lagi mengakomodasi lendutan yang diakibatkan oleh roda kendaraan,

maka perkerasan akan mengalami retak. Dengan demikian diperlukan suatu


131

bahan yang mempunyai kelenturan dan kekuatan tarik dan tahan terhadap

faktor cuaca panas dan air hujan.

Serin et al, (2012), dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kegunaan

serat besi memiliki kemampuan menahan beban akibat tekanan beban

kendaraan pada struktur lapisan permukaan perkerasan, dari hasil penelitian

dengan melakukan variasi persentase penggunaan serat baja dari 0,25 % - 2,5

% dengan interval 0,5 % dengan penggunaan kadar aspal optimum

menunjukkan persentase maksimum serat diperoleh 0,75 % . penggunaan serat

baja mampu meningkatkan kemampuan daya ikat campuran yang berdampak

pada peningkatan stabilitas campuran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Serin et al. (2012) & Ahmadinia et al,

(2012) menunjukkan pemanfaatan serat alam serta limbah mampu meningkatkan

kemampuan dan ketahanan serta keawetan campuran aspal. Hasil modifikasi

campuran dengan mengutamakan bahan hasil limbah yang ramah lingkungan

dan lebih ekonomis.

Khattak et al.mengembangkan prosedur pencampuran yang kuat untuk

homogen serat karbon nano (CNFs) penyebaran pada pengikat aspal nano

karbon menemukan bahwa CNF modi fi kasi secara signifikan ditingkatkan

menunjukkan modulus geser dan kelelahan resistensi pengikat aspal yang

kompleks. Nanomaterials lainnya, seperti nanoclays telah ditemukan untuk

meningkatkan ketahanan rutting aspal tanpa mengurangi masalah kelelahan [9].

Aspal dimodifikasi dengan nanocalcium karbonat (nano-CaCO3) menunjukkan

resistensi rutting yang meningkat serta kepekaan temperatur pada suhu rendah

Pada prinsipnya, serat mengubah viscoelasticity dari modifikasi aspal

Huang et al, (2010), meningkatkan modulus dinamis Wu et al, (2007),


132

kelembaban kerentanan Putman et al, (2004), deformasi plastis, ketahanan jejak

roda ban Chen et al, (20014) dan ketahanan kelelehan aspal, sekaligus

mengurangi reflektif retak campuran aspal dan perkerasan jalan aspal Serkan, et

al, (2008). studi tentang stabilitas, kelelehan dan sifat volumetrik diperkuat serat

bituminous beton (FRBC) menunjukkan hasil yang bervariasi. meningkat

stabilitas karena resistensi tambahan yang disediakan oleh serat, sementara

aliran menurun karena deformasi itu ditentang oleh serat. rongga udara

meningkat karena serat menyerap pengikat dibutuhkan untuk melapisi

agregat,ada dengan memperkenalkan celah udara antara agregat . Dalam

Gomaa, (2003) beberapa kasus stabilitas menurun dan kelelehan meningkat

karena serat besar mengurangi titik kontak antara agregat Abathi et al, (2009).

Kandungan serat dan panjang serat adalah parameter penting sehubungan

dengan stabilitas dan volumetrik properti.

Serat ijuk mempunyai sifat awet dan tidak mudah busuk baik dalam

keadaan terbuka (tahan terhadap cuaca) maupun tertanam dalam tanah.

Penggunaan serat ijuk diharapkan merupakan bahan yang tepat untuk

memperkuat beton aspal agar lebih tahan terhadap lenturan yang terjadi akibat

beban lalulintas. Mengingat serat ijuk ini merupak bagian dalm campuran beton

aspal maka perlu diteliti hal-hal sebagai berikut :

1. Komposisi serat ijuk baik terhadap ukuran maupun persentase yang

optimum dalam campuran beton aspal.

2. Kemampuannya mempertahankan kelenturannya dalam menghadapi

beban berulang.

3. Kemampuannya mencegah penjalaran retak yang terjadi pada

perkerasan.
133

4. Perannya dalam perencanaan campuran beton aspal.

3.1.1. Konsep ketahanan terhadap deformasi permanen

Ketahanan terhadap perubahan bentuk permanen adalah jika

campuran beton aspal tidak mengalami keruskan atau berubah bentuk saat

menerima beban lalulintas. Ketahanan campuran terhadap perubahan bentuk

permanen menjadi kritis saat temperatur udara panas pada musim kemarau.

Pada saat tersebut kekentalan aspal rendah sehingga beban lalulintas lebih

banyak di tahan oleh struktur mineral agregat. Stabilitas campuran yang diukur

dengan metode Marshall tidak dapat diandalkan untuk mengukur ketahanan

campuran terhadap deformasi permanen. Metode tes yang cocok untuk

memprediksi perubahan bentuk permanen adalah dinamic creep test. Dinamic

creep test dapat dilaksanakan dengan alat Wheel Tracking sesuai dengan

AASHTO T 324-04.

3.1.2. Konsep ketahanan terhadap kelelehan

Campuran beton aspal dikatakan tahan terhadap kelelahan jika tidak

terjadi retak saat menerima beban berulang selama periode waktu pelayanan.

Metode Hveem dan Marshall keduanya tidak mengukur secara langsung

ketahanan campuran terhadap kelelahan. Tes yang cocok adalah dengan

pembebanan berulang ( pada tegangan konstan atau regangan konstan) untuk

mendapatan jumlah siklus pembebanan yang menyebabkan benda uji

retak. Pengujian ini dapat dilakukan sesuai dengan AASHTO T 321-07

yaitu Determini Determining the Fatigue Life of Compacted Hot Mix

Asphalt (HMA) Subjected to Repeated Flexural Bending.


134

3.1.3. Konsep kelenturan dan fleksibilitas campuran

Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk

dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa

timbulnya retak dan perubahan volume. Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh

dengan:

a. Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga didapat VMA yang besar.

b. Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi tinggi).

c. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang keci

3.2. Kerangka Konsep Pemikiran

Material Serat Ijuk


Komposit

Varibel bebas
Perendaman Pada 1 minggu, 2 minggu, 3
Material Baru dan
Air Laut minggu, dan 4 minggu
Terbarukan

Pengeringan Merubah Fisik Pernukaan


- Suhu ruangan Serat Ijuk dan Unsur-
- Oven 800C Unsur Kimia

Struktur pemukaan Kandungan unsur


Serat Ijuk Menjadi Lignin, Selolulosa,
Kasar Hemiselulosa

Sifat Fisik dan Kimia

Tegangan Tarik Serat


Tunggal
Tegangan Lentur (𝜎L) dan
Modulus Elasitas (E)

Variabel Terikat
Sifat Mekanik Serat Ijuk

Gambar. 3.1 Konsep Pemikiran Perlakuan Serat Ijuk


135

Awal umur
Pengaruh Terhadap rencana
ncanarerenc
kerusakan lapis anrencana
permukaan
Peningkatan
Rendahnya ikatan gaya gesek
Pelepasan butiran ikatan antar
Rembesan air antar butir dalam lapis permukaan butiir
campuran pada

Pembebanan Penurunan kuat


Perkuatan
Keretakan jejak kuat tarik &
berulang dan tarik akibat elasitas
Temperatur roda ban campuran
kelelehan

n
Lendutan yang Deformasi Perkuatan
Beban Berlebih struktur
tinggi akibat beban permanen dalam
(over Loading) kendaraan menahan
lendutan

Kondisi Akhir umur


Kondisi pada
kerusakan yang rencana
struktur perkerasan
lapis permukaan terjadi pada
struktur lapis Kekuatan yang
permukaan diperlukan
strukutr
perkerasan

Sifat dan karateristik campuran modified


dengan penguatan serat ijuk

Gambar 3.2 Analisis dan Konsep penenganan kerusakan struktur perkerasan

Konsep perkuatan campuran aspal beton adalah dengan menambah

kuat tarik, menambah modulus elastisitas, dan menambah kekuatannya dalam

menahan beban statis.

Pengujian dilakukan untuk aspal beton tanpa dan dengan perkuatan

serat ijuk. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya nilai perkuatan

yang diberikan oleh serat ijuk. (Gambar 3.3). memperlihatkan kerangka konsep

pengujian perkuatan campuran beton aspal dengan menggunakan serat ijuk.


136

Sifat yang perlu Kekuatan Tarik dengan Modulus elasitas Kemampuan dalam
diketahui perkuatan serat ijuk campuran menahan lendutan

Standar
pengujian yang Uji Fatigue Beam Uji Wheel Uji Bending
dilakukan Tracking Beam

Hasil yang Kemampuan dalan Kemampuan Kemampuan


diperoleh dalam menahan jejak roda menahan beban
pengujian
menahan kuat tarik dan
modulus elasitas dan moduls dinamis pada kekuatan
laboratorium lentur

KINERJA CAMPURAN BETON ASPAL


DENGAN PENAMBAHAN SERAT IJUK

Gambar. 3.3. Kerangka konsep pengujian campuran beton aspal.

3.2. Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah;

1. Diduga bahwa dengan perlakuan serat ijuk dengan perendaman pada air
laut dapat berpengaruh terhadap morpologi permukaan serat,
meningkatkan kekasaran yang membentuk gelombang permukaan dan
meningkatkan kekuatan tarik serat tunggal,
2. Ukuran atau panjang serat ijuk memberi pengaruh terhadap peningkatan

tegangan tarik pada campuran beton aspal

3. Penggunanan serat ijuk memberi pengaruh terhadap sifta fisik dan

mekanik campuran beton aspal.


137

4. Pengguanaan serat ijuk memberi pengaruh terhadap peningkatan

ketahanan dan keawetan (durabilitas) campuran beton aspal.

Untuk melihat keterkaitan dengan tahapan penelitian yang mendukung


rencana untuk mencapai tujuan, maka dibuat fishbond diagram seperti
gambar

4.3. Fishbond Diagram

Sugar palm (Arenga Processing And Mechanical Propertis of


pinnata) (2013), Natural Fiber Reinforce Thermoplastic
Strach Biocomposit., 2007
New Discovery in the Natural Fibers,
Properties of Composite Biopolymers, and
Reinforced with Natural Biocomposites (2005)
Fibers (2003)
Biokomposit
5. Serat Ijuk Dan
Matriks Kanji
Are Natural Fiber “Effect Of Water On The Sagu
Composite enviromentally Properties Of
Superior To glas Fiber Thermoplastic Starch
Sifat Mekanik
Reiforced Composite, Poly(lactic acid) (2010)., Biokomposit
(2003

Pengaruh Perlakuan Air Efek Perendaman Air Laut Terhadap


Laut Terhadap Kekasaran Kekuatan Tarik Serat Ijuk Sebagai
Permukaan dan morfologi Penguat Komposit
Serai Ijuk Sebagai Penguat
Komposit

Gambar 4.3 Diagram Fishbone

Anda mungkin juga menyukai