Anda di halaman 1dari 3

JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO.

2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT SABUT KELAPA


TERHADAP KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER
Arthur Yanny Leiwakabessy1)
1)
FakultasTeknik Universitas Pattimura Ambon
Email : arthur.leiwakabessy@gmail.com

Abstract
Material komposit dengan filler serat alam mulai banyak di kenal dalam industri manufaktur. Material yang
ramah lingkungan, mampu didaur ulang, serta mampu dihancurkan sendiri oleh alam merupakan tuntutan teknologi
sekarang ini. Serat sabut kelapa adalah serat alam yang berasal dari limbah hasil pengolahan buah kelapa yang
berlimpah di daerah Maluku dan belum termanfaatkan secara optimal. Penelitian ini dititik beratkan untuk
mendapatkan nilai maksimal variasi fraksi volume serat sabut kelapa terhadap nilai kekuatan bending, sesuai dengan
aplikasi yang diinginkan
Penelitian menggunakan metode Hands Lay Up, dalam pembuatan komposit serat tunggal dengan variasi
fraksi volume Serat sabut kelapa 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, Variable terikat dalam penelitian adalah Kekuatan
Bending.
Hasilnya adalah bahwa terjadi kenaikan kekuatan bending dan kekuatan impak seiring penambahan fraksi
volume, dimana kekuatan bending tertinggi serat tunggal sabut kelapa diperoleh pada fraksi volume 40% sebesar
90.709 Mpa, dan kekuatan bending terendah diperoleh pada fraksi volume serat 10% sebesar 66.520 Mpa.

Kata Kunci : Sifat Mekanis, Komposit, Polyester, Serat ampas empulur sagu.

1. PENDAHULUAN Perkebunan (2006), bahwa luas lahan kelapa yang


Pada mulanya penggunaan bahan-bahan untuk tersebar pada provinsi Maluku 93.443 ha semuanya
konstruksi ,transportasi dan alat pelindung diri (self adalah perkebunan rakyat, dengan produksi mencapai
protection) terbuat dari logam. Namun dalam 71.805 Ton/tahun [2]. Dimana tanaman kelapa ini
perkembangannya dirasa terlalu berat, maka dilakukan banyak dijumpai di Maluku.
upaya untuk menggantikan logam dengan bahan yang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
lebih ringan tetapi kuat. Pada sisi lain ketersediaan mendapatkan nilai perubahan variasi fraksi volume
logam di alam terbatas sedangkan kebutuhan bahan serat sabut kelapa terhadap sifat mekanik komposit
yang memiliki sifat mekanik seperti logam cenderung (nilai kekuatan bending).
meningkat sejalan dengan gerak maju pembangunan,
untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya 2. METODE PENELITIAN
untuk mencari bahan alternatif pengganti logam. Bahan Penelitan dilakukan di Laboratorium Material
alternative yang mempunyai prospek yang baik ke Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Pattimura
depan adalah komposit. Komposit merupakan bahan Ambon.
teknik dimana dua bahan atau lebih dipadukan dalam Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
skala makroskopik untuk membentuk suatu material kombinasi serat sabut kelapa (SSK), dengan variasi
yang berguna, tentunya memiliki sifat mekanik yang Polyester 90% : SSK 10%, Polyester 80%: SSK 20%,
lebih kuat dari bahan pembentuknya. Alam (nature) Polyester 70% : SSK 30%, Polyester 60%: SSK 40%.
kaya akan sumber daya alam yang melimpah Variabel terikat dalam penelitian inii adalah
memberikan banyak alternatif pilihan untuk digunakan Kekuatan Bending
dan dikelola demi kelangsungan hidup manusia. Dengan Variable terkontrol dalam penelitian inii adalah :
perkembangan teknologi yang semakin maju, manusia - Larutan Katalis sebesar 1%,
didorong untuk melakukan penelitian dengan - Resin poliester sebesar 50 %,
mengembangkan material yang memanfaatkan sumber - Ukuran panjang serat sabut kelapa 127 mm
daya alam hayati, salah satunya dengan menggunakan untuk spesimen uji bending,
serat alami dan serat buatan sebagai bahan penguat - perlakuan larutan alkalin dengan menggunakan
komposit. larutan NaOH sebesar 5%, terhadap serat sabut
Pohon kelapa (Cocos nucifera L) merupakan kelapa yakni 2 jam.
tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai - Metode pembuatan specimen dengan hand lay
ekonomi tinggi. Sehingga ada yang menamakannya up.
sebagai "pohon kehidupan" (the tree of life. - Standar pengujian bending berdasarkan standar
Berdasarkan data yang dilaporkan Ditjen BP ASTM D 790-03.
60
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

PENGUJIAN BENDING dengan :


Kekuatan bending atau kekuatan lengkung adalah
tegangan bending terbesar yang dapat diterima akibat
pembebanan luar tanpa mengalami deformasi yang Eb = Modulus Elastisitas Bending (MPa)
besar atau kegagalan. Besar kekuatan bending L = Panjang Span / Support span(mm)
tergantung pada jenis material dan pembebanan. b = Lebar/ Width (mm)
Untuk mengetahui kekuatan bending suatu material h = Tebal / Depth (mm)
dapat dilakukan dengan “pengujian bending” m = Slope Tangent pada kurva beban defleksi
terhadap material komposit tersebut. Akibat (N/mm)
Pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami
tekanan, sedangkan bagian bawah akan mengalami
tegangan tarik. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Bending Komposit
Dari hasil pengujian bending didapatkan nilai
kekuatan bending tertinggi dari masing – masing
komposit serat sabut kelapa, yang dapat dilihat pada
gambar grafik 3 dibawah ini.
Gambar 1. Penampang bending (balok)
Sumber : ASTM D 790, 1997

Gambar 2. Standar Pengujian Lentur ASTM D790 Gambar 3. Grafik Hubungan Kekuatan Bending vs
(Calliester, 2007) Fraksi Volume

Kekuatan bending pada sisi bagian atas sama nilai Dari gambar 3 terbukti bahwa grafik komposit
dengan kekuatan bending pada sisi bagian bawah. serat acak tunggal terjadi peningkatan kekuatan
Kekuatan bending komposit dapat ditentukan dengan bending. Peningkatan kekuatan bending komposit serat
persamaan 2.1 (ASTM D 790-03): sabut kelapa mulai dari prosentase fraksi volume serat
10%, yaitu sebesar 66.520 MPa, sampai dengan 40%
yaitu sebesar 90.709 MPa, kemudian terjadi penurunan
3PL
σ  (1) kekuatan bending pada prosentase fraksi volume serat
b
2bh2 50% yaitu sebesar 87.685 MPa.

Pada gambar 3 terlihat grafik komposit serat


dengan : tunggal sabut kelapa mempunyai ikatan antarmuka serat
σb = Tegangan bending (MPa) berada disepanjang seluruh permukaan serat sehingga
P = Beban /Load (N) mampu menahan lajunya kenaikan tegangan
L = Panjang Span / Support span (mm) permukaan. Kekuatan bending rata-rata untuk serat
b = Lebar/ Width (mm) tunggal kontinyu sabut kelapa juga meningkat
h = Tebal / Depth (mm) disebabkan karena seiring dengan pertambahan
Modulus elastisitas bendingnya dapat dirumuskan prosentase fraksi volume serat.
dengan persamaan (2)

L3m
E  (2)
b
4bh3

61
JURNAL SIMETRIK VOL 5, NO. 2 DESEMBER 2015, ISSN : 2302-9579

5. DAFTAR PUSTAKA
fiber pull out Romels C.A., 2011. Komposit Hibrid Polyester
berpenguat Serbuk batang dan Serat Sabut
Kelapa. Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2. No.2.
Universitas Brawijaya. Malang.

Serat tak (c) Putu Lokantaro dan Ngakan Putu Gede Suardana., 2007.
(b)
putus Analisis arah dan perlakuan serat tapis kelapa
serta rasio epoxy hardener terhadap sifat fisis
(a) dan mekanik komposist tapis kelapa. Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 1 No. 1,
(15 – 21).
Hashemi S, Elmes P, Sandford, 1997 Effect on
Mechanical Properties on Polyxymehylene,
Pola Brookfiel Center, Polymer Engineering And
(d) (e)
patahan Science.
ASTM,.1998. Annual Book ASTM Standar, USA.
Gambar 4 Pola Patahan pada Sampel Uji
Bending serat sabut kelapa, ASTM. D 790 Standard test methods for flexural
properties of unreinforced and reinforced
Pada gambar 4 adalah pola patahan sampel uji plastics and electrical insulating material.
bending serat tunggal sabut kelapa untuk fraksi volume Philadelphia, PA : American Society for
10%(a), di mana terlihat ada mekanisme fiber pull out. Testing and Materials.
Ini menandakan bahwa beban terdistribusi sampai ke
serat sehingga yang menyebabkan serat tertarik keluar.
Sedangkan pada fraksi volume 50% (e), dimana terjadi
penyebaran retak menimbulkan pola patahan di dua
tempat (bagian kiri dan kanan) pusat patahan utama
dengan jarak semakin membesar dari tumpuan beban.
Hal ini menandakan bahwa peningkatan beban bending
dan adanya peningkatan konsentrasi tegangan semakin
membesar dan semakin meyebar menjauhi pusat
tumpuan dengan jarak penyebaran lebih jauh jika
dibandingakan dengan retakan sampel dengan fraksi
volume di bawahnya. Mekanisme fibber pull out tetap
terjadi

4. PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
 Dari hasil pengujian bending di dapat kekuatan
bending komposit serat ampas empulur sagu
tertinggi pada fraksi volume volume 40% serat
sebesar 90.709 MPa, dan terendah ada pada fraksi
volume serat 10% sebesar 66.520 MPa,
 Pola patahan pada komposit bending maupun impak
dari fraksi volume SSK 10%, SSK 20%, SSK 30%,
SSK 40%, dan SSK 50%, menunjukan mekanisme
(fiber pull out).

62

Anda mungkin juga menyukai