KELOMPOK 1
NAMA NIM
Irmauli Siringo-ringo 190405067
Silvia V Br Sembiring 190405069
Richard Felix 190405130
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkatNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul ini.
Modul yang berjudul “Fat Splitting” ini disusun oleh Penulis dalam rangka memenuhi
tugas pada mata kuliah Teknologi Oleokimia.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth.
Ibu Prof. Dr. Ir. Renita Manurung, M.T selaku Dosen Pengajar pada mata kuliah Teknologi
Oleokimia yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama mengikuti perkuliahan di
Semester 5 Program Studi Teknik Kimia USU.
Penulis menyadari bahwa dalam modul ini masih banyak terdapat kekurangan atau
kesalahan baik dalam penyajian maupun penyusunan kata-kata. Karena itu, Penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca
khususnya dari Ibu Prof. Dr. Ir. Renita Manurung, M.T sehingga pembuatan modul yang
akan datang dapat lebih baik lagi.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Hormat kami,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. Dasar Teori 1
B. Hidrolisis Minyak 1
C. Proses Fat Splitting 2
D. Tabel Perbandingan dari Berbagai Proses Fat Splitting 5
DAFTAR PUSTAKA 7
FAT SPLITTING
A. Dasar Teori
Minyak adalah substansi dari tumbuhan dan hewan yang terdiri atas ester gliseril
dari asam lemak atau trigliserida yang tidak dapat larut dalam air. Trigliserida dapat
berwujud padat maupun cair, hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang
menyusunnya. Dalam pemakaiannya secara umum, trigliserida yang berbentuk padat
atau semipadat pada suhu ruangan disebut dengan lemak, sedangkan yang berbentuk cair
pada kondisi yang sama disebut dengan minyak.
Menurut Bailey (1960), proses pembuatan asam lemak dari minyak dapat
dilakukan dengan cara hidrolisa. Pada proses hidrolisa minyak (fat splitting), air
memecah gugus alkil dalam trigliserida minyak dan gliserol. Reaksi hidrolisis minyak
dapat dilakukan pada tekanan rendah dan suhu rendah, akan tetapi reaksinya berlangsung
lambat, sehingga diperlukan katalisator. Katalisator tidak diperlukan jika hidrolisis
dilakukan pada tekanan dan suhu tinggi. Hal ini disebabkan kelarutan air dalam minyak
makin meningkat pada suhu yang tinggi sehingga mampu memecah trigliserida dalam
minyak.
B. Hidrolisis Minyak
Adapun jenis-jenis hidrolisis adalah sebagai berikut:
1. Hidrolisis dengan katalis basa
Pada umumnya, sabun diproduksi melalui hidrolisis alkali lemak dan minyak, dan
proses ini dikenal dengan reaksi saponifikasi. Sabun yang sekarang dihasilkan melalui
netralisasi asam lemak yang berasal dari fat splitting, tetapi hidrolisis alkali dapat
digunakan untuk asam lemak yang sensitif terhadap panas. Pada skala laboratorium,
hidrolisis alkali ini direaksikan dengan kelebihan basa, misalnya kalium hidroksida 1 M
dalam etanol 95%, direfluks selama satu jam, dan asam lemak diperoleh kembali setelah
asidifikasi campuran tersebut. Ini merupakan salah satu cara yang sederhana yang cukup
banyak menghasilkan asam lemak, termasuk polyunsaturated, epoxi, dan siklopropena
yang tidak diubah .
2. Hidrolisis dengan katalis enzim
Hidrolisis dengan katalis enzim merupakan alternatif proses untuk menghasilkan asam
lemak dan dibentuk pada kondisi suhu atau tekanan yang rendah. Kemudian, proses ini
dapat digunakan untuk menghasilkan asam lemak dari minyak yang mudah teroksidasi
dimana mengandung asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi. Hidrolisis dengan katalis
enzim lipase untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol tidak lebih ekonomis
dibandingkan proses kimia yang konvensional karena harga enzim lipase yang cukup
mahal. Bagaimanapun keekonomisan merupakan nilai tambah suatu produk. Hidrolisis
minyak ikan dengan lipase untuk menghasilkan n-3 polyunsaturated fatty acid
merupakan aplikasi penggunaan hidrolisis enzim untuk menghasilkan produk dengan
harga komersial yang terjangkau
3. Fat Splitting
Fat splitting merupakan hidrolisis trigliserida dari lemak dan minyak dengan
kenaikan temperatur dan tekanan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Berikut adalah
reaksi hidrolisis trigliserida :
Fat splitting adalah sebuah reaksi homogen yang terjadi secara bertahap. Fat
splitting merupakan reaksi reversible. Asam lemak berpindah dari trigliserida satu per
satu dari tri ke di ke mono. Selama tahap awal, reaksi berlangsung perlahan-lahan,
terbatas dengan kelarutan air dalam minyak yang rendah. Pada tahap kedua, reaksi
berlangsung lebih cepat karena kelarutan air yang lebih besar dalam asam lemak. Tahap
akhir ditandai dengan laju reaksi berkurang sebagai asam lemak bebas dan gliserin
mencapai kondisi kesetimbangan. Pada titik kesetimbangan, tingkat hidrolisis dan re-
esterifikasi adalah sama. Gliserin harus diambil secara kontinyu agar reaksi sempurna.
Proses pengolahan minyak menjadi asam lemak secara garis besar tahapannya
adalah sebagai berikut :
a) Pemurnian minyak
Tahapannya dengan membebaskan fosfatida dengan asam fosfat lalu pencucian
untuk menghilangkan kelebihan asam fosfat. Perlu dipergunakan tanah aktif untuk
menyerap logam berat dan menghilangkan kotoran seperti getah (gum), sabun, dan
padatan. Untuk bahan olah minyak sawit, minyak inti sawit, dan minyak stearin sawit
pada tahapan ini sudah tidak diperlukan karena biasanya sudah diolah di daerah
penghasil.
b) Minyak yang sudah dibersihkan kemudian diuraikan menjadi asam lemak dan gliserol
dengan menambahkan air yang sudah di demineralisasi (proses hidrolisa).
a) Proses Twitchell
Proses ini merupakan proses pertama yang ditemukan untuk pemisahan minyak.
Proses ini digunakan pada skala kecil, karena biaya dan instalasi serta
pengoperasiannya mudah dan murah. Tetapi karena konsumsi energinya besar dan
kualitas produknya buruk, maka proses ini tidak lagi digunakan secara komersial.
Proses ini menggunakan reagen twitchell dan asam sulfat untuk kastalisasi fat
splitting. Reagen tersebut merupakan campuran tersulfonasi dari oleat atau asam
lemak lainnya dengan sejumlah napthalene.
Proses twitchell berlangsung dalam suatu tangki kayu berlapis timbal atau
logam tahan asam, dimana minyak, air (sekitar separuh dari jumlah minyak), 1-2%
asam sulfat, dan 0,75-1,25% reagen twitchell didihkan pada tekanan atmosfer selama
36-48 jam dengan bantuan open steam. Pada tahap akhir, air ditambahkan dan larutan
didihkan untuk mencuci asam yang tertinggal. Waktu reaksi yang cukup panjang,
konsumsi steam yang besar, dan terjadinya pemudaran warna asam lemak merupakan
kelemahan dari proses ini. Sehingga saat ini sangat dibatasi penggunaannya.
c) Proses Continous
Proses pemisahan minyak dengan tekanan tinggi secara kontinyu dan counter-
current lebih dikenal dengan proses Colgate-Emery. Proses ini yang paling efisien
dari pemisahan minyak. Tekanan dan suhu tinggi digunakan untuk waktu reaksi yang
relatif lebih singkat. Aliran minyak dan air secara berlawanan arah menghasilkan
pemisahan berderajat tinggi tanpa menggunakan katalis. Katalis dapat pula digunakan
untuk mempercepat reaksi. Menara pemisahan tergantung dari kapasitasnya. Biasanya
Menara tersebut berdiameter 508-1220 mm dan tinggi 18-25 m, terbuat dari bahan
anti korosi seperti stainless steel 316 atau paduan inconel yang didesain khusus untuk
kondisi operasi ± 5000 kPa. Minyak dimasukkan melalui saluran yang berada pada
bagian bawah Menara dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi. Air masuk
melalui puncak kolom dengan rasio 40-50% berat minyak. Suhu pemisahan yang
tinggi (250-260oC) akan dapat memastikan pelarutan air ke dalam minyak, sehingga
tidak lagi diperlukan pengontakan kedua fase tersebut secara mekanik.
Volume kosong dalam menara digunakan untuk terjadinya reaksi. Umpan
minyak masuk melalui dasar kolom menuju ke atas, sementara air masuk pada bagian
atas kolom dan mengalir melewati fase minyak menuju ke bawah. Derajat pemisahan
pada proses ini mencapai 99%. Proses ini lebih efisien bila dibandingkan dengan
proses lain karena waktu reaksi yang relatif singkat yaitu hanya sekitar 2-3 jam.
Dalam reaksi ini terjadi pemudaran warna asam lemak. Karena pertukaran panas
internal yang cukup efisien, proses ini cukup ekonomi dalam penggunaan steam.
Kelebihan dan kekurangan dari ketiga proses flat splitting dapat dilihat pada table
berikut:
Jenis Proses Kelebihan Kekurangan
Twitchell Biaya murah, instalasi dan Konsumsi steam energi cukup besar
operasi mudah Kualitas produk rendah
Konversi ± 95% Menggunakan katalis
Waktu reaksi relatif lama (36-48
jam)
Batch Autoclave Konversi ± 95% Waktu reaksi cukup lama (6-10 jam)
Menggunakan katalis
Continous Konversi mencapai ± 99% Kondisi operasi pada tekanan dan
Waktu reaksi relatif suhu tinggi (5000 kPa dan 260oC)
singkat (2-3 jam) Konsumsi steam tinggi
Bisa berlangsung tanpa
adanya katalis
DAFTAR PUSTAKA
Chalidazia, Irma. 2017. Pabrik Gliserol dari Minyak Kelapa Sawit dengan Proses Continous
Fat Splitting. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh November: Jawa Timur.
Sulistyono, Indra. 2008. Prarancangan Pabrik Asam Lemak dari Minyak Sawit Kapasitas
80000 ton/tahun. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Jawa Tengah.