PENDAHULUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memahami lebih rinci tentang cara
pemurnian minyak.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus
kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan
konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang
memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan.
2
Absorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah
pemucat (bleanching earth) dan arang (bleanching carbon). Zat warna dalam minyak
akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan
resin) serta hasil degradasi minyak, misalnya peroksida.
Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama
terdiri dari SiO2, Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnetsium oksida dan besi
oksida. Jumlah absorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak
tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak sampai berapa jauh warna
tersebut akan dihilangkan.Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika
absorben tersebut mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran
partikel halus dan pH absorben mendekati netral.
3
Aktivasi menggunakan asam mineral akan menimbulkan 3 macam reaksi,
sebagai berikut:
Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika adsorben tersebut
mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan pH
adsorben mendekati netral.
2. Arang
Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan umumnya diperoleh dari
hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur carbon (C).Umumnya
arang mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi
tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau
bahan kimia.Pada umumnya pengarangan dilakukan pada suhu 300-5000C. Suhu
pengarangan pada ruangan tanpa udara dilakukan pada suhu 600-700 0C. Pada proses
pengarangan akan terjadi penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO 2 dan
selanjutnya terjadi peristiwa eksotermis yang merupakan tahap permulaan proses
4
pengarangan. Pengarangan dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan
arang yang bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar karbon tinggi.
Adsorbsi adalah suatu peristiwa fisik padat permukaan suatu bahan yang
tergantung dari specifik affinity antara adsorben dan zat yang di adsorbsi.Daya
adsorbsi arang aktif disebabkan karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah
besar, dan adsorbsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial antara
permukaan arang dan zat yang diserap.Berdasarkan adanya perbendaan
energipotensial, maka jenis adsorbsi terdiri dari adsorbsi listrik, adsorbsi mekanis,
adsorbsi kimia dan adsorbsi termis. Sifat adsorbsi tersebut masing-masing disebabkan
5
karena perbedaan muatan listrik, perbedaan tegangan permukaan, perbedaan potensial
sifat kimia dan perbedaan potensial karena panas.
Survace active agent yang digunakan adalah larutan alkali. Lemak dipisahkan
dalam absorben dengan menggunakan larutan alkali encer yang dipanaskan pada suhu
air mendidih (kira-kira 1000C) dengan tekanan 1 atmosfer.
Larutan alkali dengan tegangan permukaan yang lebih rendah dan daya
pembasah yang lebih besar akan memcuci minyak yang tergabung dalam adsorben.
Minyak yang diperoleh lebih kurang sebanyak 70-75 persen dari jumlah minyak yang
terdapat dalam adsorben.
6
b. Ekstraksi dengan pelarut organik
Pelarut organik dapat melarutkan dan mencuci minyak yang terdapat dalam
adsorben, selanjutnya pelarut organik tersebut dipisahkan dari minyak dengan cara
penyulingan pada suhu titik didih pelarut organik yang digunakan. Jika dibandingkan
dengan cara pemisahan minyak menggunakan surface active agent, maka penggunaan
pelarut organik mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik dan kadar minyak yang diperoleh
mencapai 90-95 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben.
Pengaruh uap air dan oksigen udara dapat dihindarkan sehingga kecil
kemungkinan terjadinya proses hidrolisa dan oksidasi minyak. Kontak minyak
dengan oksigen udara perlu dihindarkan terutama pada minyak yang mudah
mengering (drying oil), karena minyak tersebut jika dioksidasi pada suhu
tinggi akan membentuk persenyawaan polimer yang berwarna gelap.
7
pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida.
Konsentrasi yang biasa digunakan pada proses pemucatan 30-40%.
Minyak yang dipucatkan dengan peroksida tidak perlu disaring: perosida baik
digunakan untuk memucatkan minyak kacang tanah, minyak wijen, rape oil dan
minyak ikan. Hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan ion logam, sehingga wadah
yang digunakan pada proses pemucatan harus dilapisi dengan email, aluminium, atau
stainless steel. Jenis peroksida yang sering digunakan ialah natrium peroksida,
kalsium peroksida atau benzoil peroksida.
Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang dapat
timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia yang dapat
mereduksi zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit atau natrium
hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya
dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan tertentu. Sebagai contoh
ialah penggunaan campuran larutan natrium bisulfit 1 - 1,5 % dan larutan asam sulfat.
Cara pemucatan ini umumnya dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk
pembuatan sabun.
Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam asam
mineral (an-organik).Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen.
Oksigen bebas bereaksi dengan asam klorida (HCl) aka menghasilkan klor (Cl2) yang
berfungsi sebagai bahan pemucat.
8
terlebih dahulu dibebaskan dari ion logam terutama ion besi, sabun, (soap stock) dan
hasil-hasil oksidasi seperti peroksida, karena pemanasan terhadap bahan-bahan
tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi.
PEMUCATAN
(BLEACHING)
FISIKA KIMIA
Menggunakan
Adsorben
Menggunakan Pemucatan dengan
Oksidasi Reduksi
Dikromat dan Asam panas
9
dapat menghindari hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat dihilangkan
mnjadi zat tidak berwarna.
BLEACHING
EARTH
MIXER
cpo
BLEACHER FILTER BPO
HE
BLEACHING
EARTH
Umpan berupa CPO yang telah melewati tahap pemurnian yaitu degumming
masuk kedalam mixer static sebanyak 20 %. Didalam mixer static tersebut ditambah
bleaching earth sebagaia bsorben yang berfungsi menghilangkan impurities.
Kemudian didalam mixer di aduk sampai CPO tersebut bercampur merata dengan
absorben bleaching earth yang telah ditambahkan. Padaalat mixer tersebut suhu yang
digunakan sekitar 40- 60oC. Kemudian umpan sebanyak 80 % dimasukkan kedalam
Heat Exchanger agar suhu dari CPO tersebut meningkat menjadi 90- 130oC.
Kemudian hasil dari alat mixer dan HE dilanjutkan kedalam alat bleacher. Dalam alat
ini suhu berkisar antara 100-130oC untuk mendapatkan proses bleaching yang
optimum. Kemudian setelah bleacher, CPO dan absorben yang telah bercampur
dipisahkan melalui fliternagra. Temperatur dijaga pada 80 – 120 oC untuk proses
filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter dan bleaching
earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus bersih dari
10
filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Setelah
dipisahkan akan terbentuk akan terbentuk BPO (bleached palm oil).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. pengolahan-minyak-penghilangan-bau . https://lordbroken.wordpress.
com/2010 /11/04/pengolahan-minyak-penghilangan-bau/. Diakses Jumat 29
April 2016.
Anonim, 2012. Pemurnian Minyak Nabati. https://industryloechemical.blogspot.
com/2012 /04pemurnian-minyak-nabati.html. Diakses Jumat 29 April 2016.
Ketaren, S.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia: Jakarta.
Pasaribu, Nurhida. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara:
Medan.
Stanley, J,. L. , 1975 .Clays in industrial minerals and Roes, 4th ed, American
Institute Of Minning, Metalurgieal and Petroleum EnginnersInc, New York.
13