Anda di halaman 1dari 6

PENURUNAN KADAR FFA DAN WARNA MINYAK JELANTAH

MENGGUNAKAN ADSORBEN DARI BIJI KURMA DAN


KULIT SALAK
Tamzil Aziz *, Dini Shabrina, Rinny Novia Pratiwi

*)Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak
Minyak jelantah tergolong minyak limbah yang pemakaiannya seringkali diulang secara terus menerus.
Minyak jelantah mengalami penurunan standar mutu minyak goreng yang ditandai dengan adanya bau
tengik dan warna yang cenderung gelap sehingga berpotensi besar membahayakan tubuh. Minyak
jelantah dapat dimanfaatkan kembali dengan cara menyerap impuritis dan warna yang terdapat pada
minyak jelantah menggunakan adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat warna yang
keruh dan kadar FFA dari minyak jelantah dengan menggunakan adsorben dari kulit salak dan biji kurma
dengan variasi perbandingan massa kulit salak dan biji kurma 25:75, 50:50, dan 75:25 gram dari total
massa bahan baku dan lama waktu pengadukan adsorben 50, 70, dan 90 menit. Adsorben yang paling
baik dalam penurunan tingkat kekeruhan warna dan kadar FFA adalah adsorben dengan perbandingan
massa biji kurma dan kulit salak 25:75 pada menit ke-90 waktu pengadukan. Adsorben mengurangi
tingkat kekeruhan warna minyak jelantah dari 1,2 abs menjadi 0,23 abs dan menurunkan kadar FFA
minyak jelantah dari 1,768% menjadi 0,358%.
Kata kunci: minyak jelantah, penurunan kadar FFA, penurunan tingkat warna.
Abstract
Reused cooking oil is a wasted oil which is used continously. The quality of this reused cooking oil had
decreased which is charactized by bad smell and dark color so that this reused cooking oil has a big
potential to harm our body. This research aimed to reduce levels of color and FFA of reused cooking oil
using bark leather and dates seed adsorbent with variation of mass ratio of the bark leather and dates seed
25:75, 50:50, and 75:25 grams of all the raw material and the adsorbent stirring longevity of 50, 70, and
90 minutes. The best adsorbent to reduce levels of color and FFA is the adsorbent in a ratio mass of 25:75
grams for 90 minutes adsorbent stirring longevity. Adsorbent reduces level of reused cooking oil color
from 1,2 abs to be 0,23 abs and reduces level of FFA reused cooking oil from 1,768% to be 0,358%.
Keywords: reused cooking oil, FFA reduced, color reduced

1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara penghasil kedua banyak pemakain minyak goreng maka semakin
terbesar minyak kelapa di dunia setelah Filipina banyak minyak jelantah yang dihasikan
dan berhasil memproduksi sekitar 2,8 ton perbulan dalam sektor rumah tangga.
minyak kelapa dan mengekspor sebesar 273.000 Karbon aktif adalah bahan yang
ton. Sebanyak 49% dari total permintaan mengandung komposisi karbon dengan luas
minyak goreng digunakan untuk kepentingan permukaan yang besar dan memiliki struktur
rumah tangga dan sisanya untuk industri. berpori yang kompleks. Karbon aktif banyak
Dengan demikian semakin besar permintaan dimanfaatkan dalam industri maupun
produksi minyak goreng maka minyak goreng pengolahan limbah. Karbon aktif adalah suatu
bekas juga meningkat. padatan yang memiliki mengandung karbon
Minyak goreng yang digunakan berkali- sebesar 85-95%. Limbah pertanian pada saat ini
kali pada suhu tinggi akan menurunkan kualitas banayak digunakan sebagai bahan baku karbon
minyak goreng tersebut.. Pemakaian minyak aktif. Limbah pertanian yang sudah diuji coba
goreng untuk sektor rumah tangga cukup besar sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif
dalam sebulan. Kisaran harga minyak goreng di adalah biji kurma, sabut kelapa, kulit salak, dan
pasaran yang banyak digunakan dalam rumah biji salak. Kulit salak juga berpotensi sebagai
tangga saat ini Rp.12.000 per liter. Selama satu karbon aktif yang layak digunakan pada saat ini.
bulan pemakaian minyak goreng dalam rumah Pemanfaatan limbah kulit salak dan bji kurma
tangga berkisar dua liter per bulan. Semakin merupakan salah satu alternative untuk

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 43


pemurnian minyak jelantah karena kandungan goreng bekas menggunakan adsorben
karbon yang tinggi pada kulit salak dan biji merupakan proses yang efisien dan sederhana.
kurma merupakan salah alasan utama untuk Penelitian untuk menemukan metode yang tepat
pembuatan karbon aktif. untuk mengurangi kadar asam lemak bebas dan
Adsorben dapat digunakan untuk
pemurnian minyak goreng. Pemurnian minyak
pada penelitian ini adalah mempelajari reaksi kimia. Aktivasi kimia dalam proses
cara penurunan tingkat kekeruhan warna dan adsorbsi biasanya digunakan untuk bahan baku
kadar FFA minyak jelantah menggunakan yang berbahan dasar kayu dan gambut. Pada
adsorben dari kulit salak dan biji kurma. adsorbsi kimia, proses utamanya adalah
Teori impregnasi dengan zat kimia salah satu
Struktur pada kulit salak mirip dengan contohnya adalah kalium hidroksida (KOH),
kulit reptile sehingga banyak yang mengatakan asam fosfat (H3PO4) dan natrium klorida (NaCl)
bahwa salak adalah “buah ular”. Kulit salak atau garam dapur.
yang masih segar dan baru dilepas dari Adsorbsi fisika adalah proses adsorbsi
dagingnya mengandung zat air, karbohidrat dan yang melibatkan interaksi antara adsoben dan
protein. adsorbat yang disebabkan adanya gaya Van Der
Tabel 1. Komposisi Kulit Salak Waals. Adsorbsi fisika ini terjadi apabila gaya
Komposisi Salak Pondoh tarik menarik antara zat terlarut dengan
Air 74,67% pelarutnya lebih kecil dari pada gaya tarik
Karbohidrat 3,8% menarik antara zat terlarut dengan adsorbennya.
Protein 0,565% Adsorbsi fisika terjadi melalui dua tahap yaitu
(sumber : Sahputra, 2011) proses karbonasi dan proses aktivasi/oksidasi.
Tahap karbonasi yaitu tahap bahan terjadinya
Sedangkan buah kurma mengandung proses pirolisis pada suhu sekitar 600-1200 oC,
karbohidrat (44-88%) total gula, (0.2-0.5 %) Proses ini terjadi tanpa adanya oksigen dalam
lemak dan (2.3-5.6 %) protein. Buah kurma juga keadaan vacum.
memiliki banyak kandungan vitamin yang Tahap oksidasi/aktivasi adalah tahap
sangat berguna untuk kesehatan tubuh. bahan baku yang telah dikarbonasi/dioksidasi
Tabel 2. Kandungan Biji Kurma atmosfer(karbon monoksida, oksigen atau
Komponen Persentase (%) steam) pada suhu diatas 250oC biasanya kisaran
Kadar air 7,1-10,3% suhu 600-1200 oC . Adsorbsi fisika terjadi pada
Karbohidrat 71,9-73,4% suhu relative rendah sehingga akan cepat
Protein 5-6,3% tercapainya keseimbangan antara permukaan
Lemak 9,9-13,5% solid dengan molekul fluida dan akan bersifat
Abu 1-1,8% reversible. Adsorbsi fisika biasanya digunakan
Serat 6,4-11,5% untuk mengaktivasi bahan-bahan seperti
Acid detergent fibre 45,6-50,6% cangkang kelapa dan batubara.
Neutral detergent fibre 64,5-68,8% Kecepatan adsorbsi dapat dipengaruhi
(sumber : Luthfi, 2011) oleh beberapa faktor yaitu jenis adsorben yang
Adsorbsi adalah proses pemisahan suatu akan digunakan, jenis zat yang akan diadsorbsi
komponen tertentu dari satu fasa biasanya juga mempengaruhi kecepatan proses adsorbs
larutan ke permukaan zat padat yang menyerap itu sendiri lau kecepatan adsorbs juga
(adsorben). Adsorben adalah zat padat yang dipengaruhi oleh luas permukaan adsorben oleh
dapat digunakan untuk meyerap komponen- karena itu adsorben yang akan digunakan
komponen tertentu dari suatu fasa fluida. salah biasanya akan diaktivasi terlebih dahulu yang
satu contoh dari adsorben adalah karbon aktif. bertujuan untuk memperluas permukaan
Karbon aktif atau yang diketahui juga sebagai adsorben tersebut, lalu temperature juga
arang aktif adalah suatu padatan yang dibuat mempengaruhu kecepatan adsorbs dan terakhir
dari bahan-bahan yang memiliki kandungan adalah konsentrasi zat yang diadsorbsi.
karbon, berpori, dan diproses pada suhu tinggi. Adsorben merupakan zat padat yang
Proses adsorbsi dikelompokan menjadi digunakan untuk meyerap komponen tertentu
dua jenis, yaitu proses adsorbsi secara kimia dan dari suatu fasa fluida. Permukaan adsorben
adsorbsi secara fisika. Adsorbsi kimia ialah memiliki pori-pori yang sangat banyak dan luas.
proses reaksi kimia yang terjadi antara zat padat Proses adsorbsi biasanya berlangsung pada
dengan zat terlarut yang akan teradsorbsi. dinding-dinding pori tersebut oleh karena itu
Adsorbsi kimia bersifat lebih spesifik serta luas permukaan adsorben sangat menentukan
terdaat gaya dan kalor yang sama dengan panas kemampuan adsorben dalam menyerap.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 44


Karbon aktif atau yang diketahui juga kematangan sesuai dengan kebutuhan masing-
sebagai arang aktif adalah suatu padatan yang masing pemakai. Selain itu, minyak goreng juga
dapat digunakan sebagai penyerap atau dapat menambah nilai kalori dari bahan
adsorben. Karbon aktif dapat dibuat dari bahan- makanan yang digoreng, Pembuatan minyak
bahan yang memiliki kandungan karbon dengan goreng biasanya dilakukan dengan serangkaian
proses pemanasan pada suhu tinggi. Karbon proses pemurnian lemak. Lemak ini dapat
aktif memiliki pori-pori, dimana pori-pori inilah berupa lemak hewani maupun lemak nabati.
yang akan menyerap zat-zat prngotor pada saat Bahan baku pembuatan minyak goreng sangat
proses adsorbsii berlangsung. bervariasi, diantaranya adalah kacang, kelapa,
Salah satu faktor yang menentukan dan jagung. Minyak goreng tersusun atas asam
besarnya daya serap pada proses adsorbsii lemak, dimana asam lemak akan menentukan
adalah luas permukaan, dimana semakin besar kualitas minyak goreng yang dihasilkan Salah
luas permukaan arang aktif, maka daya serap satu komponen yang paling menentukan mutu
pun akan semakin tinggi. Karbon aktif memiliki minyak goreng adalah berdasarkan asam lemak
luas permukaan antara 300-3500 m2/g dengan yang dikandung oleh minyak goreng tersebut.
daya serap 25-100% terhadap berat karbon aktif. Jumlah asam lemak yang terdapat pada minyak
Selain itu, faktor lain yang menentukan daya goreng dapat dijadikan parameter untuk sifat
serap adsorben adalah temperatur pada saat kimia yang terkandung pada minyak dan akan
aktivasi karbon aktif. Semakin optimal berpengaruh sangat besar terhadap mutunya
temperatur aktivasi karbon aktif, maka pori-pori sendiri.
akan semakin mudah terbuka dan daya serapnya Asam Jumlah Minyak Minyak Minyak
akan semakin besar. Namun, temperatur aktivasi Lemak Atom Sawit Inti Kelapa
yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan C (%) Sawit (%)
struktur karbon aktif rusak yang akan (%)
menyebabkan daya serapnya menurun. Maka Oktanoat 8 - 2-4 8
dari itu, temperatur pada saat aktivasi karbon Dekanoat 10 - 3-7 7
aktif harus dicapai pada titik optimalnya. Laurat 12 1 41- 48
Karbon aktif terdiri dari dua macam, 55
yaitu karbon aktif yang berfungsi sebagai Miristat 14 1-2 14- 17
pemucat dan karbon aktif yang berfungsi 19
sebagai penyerap uap. Perbedaan keduanya Palmitat 16 32-47 6- 9
terdapat pada ukuran, bentuk, dan fungsi 10
masing-masing. Karbon aktif yang berfungsi Stearat 18 4-10 1-4 2
sebagai pemucat berdiameter lebih besar Oleat 18 38-50 10- 6
daripada yang berfungsi sebagai penyerap uap. 20
Hal ini dipengaruhi oleh bentuk dari karbon Linoleat 18 5-14 1-5 3
aktif. Karbon aktif sebagai pemucat memiliki Linolenat 18 1 1-5 -
bentuk serbuk dengan diameter 1000 Ao,
sedangkan karbon aktif sebagai penyerap uap Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
berbentuk pellet berdiameter 10-200 Ao . bahwa minyak goreng tidak diperbolehkan
Ditinjau dari fungsinya, karbon aktif sebagai berbau tengik, dimana ia harus memiliki bau
pemucat fungsinya tak seluas karbon aktif yang cenderung netral. Adapun suhu yang
sebagai penyerap uap. Ia hanya berfungsi sering disarankan pada saat penggorengan
sebagai penyerap impuritis. Di sisi lain, karbon menggunakan minyak goreng berkisar antara
aktif sebagai penyerap uap dapat memisahkan 177oC sampai 201oC. Apabila suhu
impuritis sehingga gas menjadi murni dan penggorengan minyak melebihi batas yang
juga dapat memurnikan kembali katalis disarankan, struktut minyak goreng akan
maupun pelarut yang pernah digunakan. menjadi rusak dan akan menurunkan mutunya.
Minyak goreng adalah minyak yang Salah satu komponen yang paling
biasa digunakan untuk menggoreng bahan menentukan mutu minyak goreng adalah
makanan. Minyak goreng dapat dibuat dari berdasarkan asam lemak yang dikandung oleh
proses pemurnian lemak hewani ataupun nabati, minyak goreng tersebut. Jumlah asam lemak
dan biasanya berwujud cair. Bahan baku yang terdapat pada minyak goreng dapat
pembuatan minyak goreng sangat bervariasi, dijadikan parameter untuk sifat kimia yang
diantaranya adalah kacang, kelapa, dan jagung. terkandung pada minyak dan akan berpengaruh
Minyak goreng adalah minyak yang memiliki sangat besar terhadap mutunya sendiri. Hal lain
wujud cair dan digunakan untuk memproses yang perlu diperhatikan adalah bahwa minyak
bahan makanan sampai pada tingkat goreng tidak diperbolehkan berbau tengik,

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 45


dimana ia harus memiliki bau yang cenderung minyak ini berasal dari pemakai kebutuhan atau
netral. Adapun suhu yang sering disarankan industri rumah tangga. Yang membedakan
pada saat penggorengan menggunakan minyak minyak goreng dengan minyak jelantah adalah
goreng berkisar antara 177oC sampai 201oC. bahwa minyak jelantah mengandung senyawa-
Apabila suhu penggorengan minyak melebihi senyawa yang bersifat karsinogenik bila ditinjau
batas yang disarankan, struktut minyak goreng dari komposisi kimianya. Sifat tersebut
akan menjadi rusak dan akan menurunkan diperoleh selama proses penggorengan terjadi.
mutunya. Dilihat dari segi bahaya penggunaannya,
Titik asap dari minyak goreng juga dapat minyak jelantah hanya bisa digunakan
menentukan mutunya. Hal ini terkait dengan maksimum dua kali untuk penggorengan. Hal
akrolein yang akan terbentuk apabila titik asap ini disebabkan oleh peningkatan kandungan
minyak goreng telah tercapai pada saat proses asam lemak trans minyak yang terus mengalami
pemanasan minyak goreng berlangsung. peningkatan pada saat penggunaan yang kedua
Akrolein adalah suatu zat yang dapat yang nantinya akan menimbulkan sifat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. karsinogenik bagi manusia.
Akibat akrolein yang terbentuk pada minyak
goreng tersebut, maka mutu minyak goreng 2. METODOLOGI PENELITIAN
akan turun. Maka dari itu, titik asap ini Bahan dan Alat
merupakan faktor penting untuk menentukan Bahan yang digunakan adalah kuit salak
mutu minyak goreng. Untuk dapat menentukan pondoh, biji kurma, garam dapur, etanol 95%,
titik asap dari suatu minyak goreng, maka harus indicator Fenolftalein, NaOH 0,1 N dan
ditentukan terlebih dahulu berapa banyak kadar aquadest. Alat utama yang digunakan adalah
gliserol bebas yang terkandung di dalam minyak Spektofotometri, oven, furnace, water bath/hot
goreng. Nilai kadar gliserol dan titik asap plate, blender, penyaring buncher, timbangan
berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi kadar analitik, thermometer, magnetic stirrer, stop
gliserol di dalam minyak goreng, maka titik watch, cawan porselen, ayakan 100 mesh,
asapnya akan semakin rendah yang seperangkat alat titrasi dan seperangkat alat
menyebabkan minyak tersebut semakin cepat gelas.
berasap. Mutu minyak goreng semakin baik
apabila titik asapnya semakin tinggi, maka dapat Proses Pembuatan Karbon Aktif
disimpulkan bahwa semakin rendah kadar Kulit salak dan biji kurma yang telah
gliserol dalam minyak, semakin baik pula mutu diperoleh dicuci dengan bersih dan dikeringkan
minyak goreng tersebut. pada suhu 110oC dengan menggunakan oven
Minyak jelantah tergolong sebagai selama 24 jam, lalu digerus hingga berukuran
minyak limbah yang pemakaiannya seringkali 100 mesh. Kulit salak dan biji kurma yang
diulang secara terus menerus. Pemakaian telah digerus dibuat rasio massa kulit salak dan
minyak jelantah secara berkala memiliki potensi biji kurma 25:75, 50:50, 75:25 dari total massa
besar untuk membahayakan tubuh. Minyak bahan baku lalu direndam dalam garam dapur
jelantah hanya bisa digunakan maksimum dua dengan konsentrasi 30% pada beaker glass
kali untuk penggorengan. Hal ini disebabkan 500ml selama 4 jam pada suhu 85 oC.
oleh peningkatan kandungan asam lemak trans Campuran tersebut disaring dan dikeringkan di
minyak yang terus mengalami peningkatan pada dalam oven pada suhu 60 oC selama 24 jam
saat penggunaan yang kedua yang nantinya kemudian dipirolisis selama 1 jam pada suhu
akan menimbulkan sifat karsinogenik bagi 600 oC. Kulit salak dan biji kurma dicuci hingga
manusia. PH netral dengan air distilat pada suhu 85 oC
dan dikeringkan kembali pada suhu 110 oC.
Minyak jelantah atau yang lebih dikenal dengan
Setelah itu dilanjutkan dengan
minyak goreng berulang kali adalah sama saja
proses pengujian karbon aktif terhadap minyak
dengan minyak goreng pada umumnya, namun
goreng bekas. Sampel minyak goreng diambil
jenis minyak ini tergolong minyak limbah yang
150 gram dimasukan kedalam beaker glass.
pemakaiannya seringkali diulang secara terus
Minyak goreng bekas tersebut dipanaskan
menerus. Minyak jelantah ini bisa berasal dari
hingga suhu 90 oC. Setelah tercapai suhu reaksi
jenis-jenis minyak goreng biasa, misalnya
yang diinginkan, karbon aktif dimasukan dalam
minyak sayur, minyak jagung, minyak kelapa,
minyak goreng sebanyak 1.3 gram dan
minyak nabati, dan sebagainya. Biasanya
dilakukan pengadukan dengan variasi waktu 50, diambil untuk dianalisa kandungan asam lemak
70, dan 90 menit. Campuran minyak dan karbon bebas dan analisa kekeruhan yang ada pada
aktif dipisahkan dengan cara filtrasi dan filtrate minyak goreng bekas.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 46


Prosedur Analisa Warna
Masing-masing sampel dimasukkan ke dalam
kuvet yang telah disediakan. Kuvet yang telah Nilai kekeruhan warna tertinggi diperoleh pada
berisi sampel dimasukkan ke dalam sampel dengan perbandingan 75% kulit salak
spektrofotometer. Panjang gelombang blanko dan 25% biji kurma dalam waktu 50 menit.
dibuat sebesar 460 nm pada spektrofotometer. Sementara nilai kekeruhan warna terendah
Nilai panjang gelombang sampel akan terdeteksi terdapat pada sampel dengan temperatur dengan
oleh sistem spektrofotometer. perbandingan 25% kulit salak dan 75% biji
Prosedur Analisa Asam Lemak Bebas kurma dalam waktu 90 menit. Penurunan nilai
Timbang sampel minyak seberat kekeruhan warna ini disebabkan oleh dua faktor,
5 gram lalu masukan dalam erlenmeyer dan yaitu lamanya waktu kontak dan pengaruh
tambahkan 50 ml ethanol 96%. Panaskan perbandingan massa bahan baku yang
sampel hingga mendidih. Tambahkan sebanyak digunakan.
2 ml indicator phenolpthealin (pp) lalu lakukan
titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N hingga Reaksi hidrolisis antara minyak dan air
warna merah jambu tercapai dan tidak hilang menyebabkan penurunan asam lemak bebas.
selama 30 detik. Karbon aktif dari biji kurma dan kulit salak
memiliki ikatan rantai karbon yang pendek yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN akan bereaksi dengan gugus arangil dan
Pengaruh Perbandingan Massa Bahan Baku hidroksil yang terdapat pada asam lemak bebas
dan Lama Waktu Pengadukan Terhadap dikerenakan mereka memiliki sifat polar
Warna Minyak sehingga dapat larut dalam air. Oleh sebab itu
Data komparasi warna minyak berdasarkan asam lemak bebas dan di adsorbs oleh karbon
massa bahan baku dan lama waktu pengadukan aktif dari kulit salak dan biji kurma.
adsorben ditampilkan pada Gambar 1 dibawah
ini:
tertinggi terdapat pada sampel dengan
temperatur dengan perbandingan 25% kulit
salak dan 75% biji kurma dalam waktu 90 menit
Gambar 1 Grafik Warna Minyak Jelantah sebesar 0.71%.
Sesudah dan Sebelum Ditambahkan Adsorben
4. KESIMPULAN
Pengaruh Perbandingan Massa Bahan Baku Karbon aktif dengan perbandingan massa 25%
dan Lama Waktu Pengadukan Terhadap kulit salak dan 75% biji kurma dengan waktu
Angka FFA pengadukan adsorben 90 menit paling efektif
1,4 untuk menurunkan kadar FFA dan warna
1,2 minyak jelantah. Minyak jelantah sebelum
proses adsorbsi memiliki angka FFA sebesar
Warna (abs)

0,8
1,768% yang angkanya telah menurun menjadi
50 menit
0.358% pada menit ke-90. Pada proses
0,6 70 menit
penurunan tingkat warna, yield terbesar
0,4 90 menit
diperoleh pada penurunan angka kekeruhan
0,2 untreated
warna 1,2 abs menjadi 0,23 abs.
0
untreated 25/75 50/50 75/25 Daftar Pustaka
Komposisi Bahan Baku (Kulit Salak/Biji Kurma) Turmuzi, Muhammad. dan Syaputra, arion.
(2015) “Pengaruh Suhu dalam
Gambar 2 Grafik Angka FFA Minyak Goreng Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit
Bekas Sesudah dan Sebelum Ditambahkan Salak dengan Impregnasi Asam
Adsorben Fosfat”. Jurnal Teknik Kimia USU.
Tingkat kadar asam lemak bebas minyak Volume 4, No.1.
jelantah yang belum ditambahkan karbon aktif
mengalami penurunan yang signifikan setelah Turmuzi, Muhammad., Oktavianus, Ardiano.
melewati proses adsorbsi. Tingkat kadar asam Dan Fatimah.(2015) “ Pengaruh
lemak bebas terendah diperoleh pada sampel Temperatur dalam Pembuatan
dengan perbandingan 75% kulit salak dan 25% Karbon aktif dari Kulit Salak dengan
biji kurma dalam waktu 50 menit sebesar 0.35% Aktifaator Seng Klorida”. Jurnal
Sementara Tingkat kadar asam lemak bebas Teknik Kimia USU. Volume 4, No.2.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 47


Yustinah, hartini.(2011)“Adsorbsi Minyak
Goreng Bekas Menggunakan Arang
Aktif dari Sabut Kelapa” Jurnal
Teknik kimia Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 22, Januari 2016 Page | 48

Anda mungkin juga menyukai