1,2
Program Studi Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan
ABSTRAK
Adsorbsi secara kimia (kemisorbsi) adalah adsorbs yang terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan
diikuti oleh reaksi kimia. Adsorbsi jenis ini mengakibatkan terbentuknya ikatan secara kimia, sehingga diikuti
dengan reaksi berupa senyawa baru. Pada kemisorbsi permukaan padatan sangat kuat mengikat molekul gas atau
cairan sehingga sukar untuk dilepas kembali, sehingga proses kemisorbsi sangat sedikit. Adsorbsi fisika
(fisiosorbsi) adalah adsorbsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Adsorbsi ini dicirikan adanya kalor
adsorbs yang kecil (10 kkal/mol). Molekul-molekul yang diadsorbsi secara fisik tidak terikat secara kuat pada
permukaan dan biasanya terjadi pada proses reversible yang cepat, sehingga mudah diganti dengan molekul lain.
Daya serap arang aktif sangat besar yaitu 25-1000˚ c terhadap berat arang aktif. adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses absorpsi yaitu kecepatan pengadukan, luas permukaan, jenis dan karakteristik absorpsi
struktur molekul absorbat, pH dan suhu. Adsorpsi yang dilakukan dengan sampel Minyak Goreng Bekas
dilakukan perhitungan yaitu dengan proses adsorpsi minyak bekas ini menggunakan karbon aktif yang mana
berfungsi untuk menurunkan angka asam pada sampel minyak goreng bekas dengan karbon aktif terlihat bahwa
penurunan terjadi pada saat proses setelah adsorpsi yang mana nilai % FFA sebelum adsorpsi sebesar 5,288 3%
dan sesudah adsorpsi sebesar 4, 4350% Hal ini menunjukkan bahwa adanya keberhasilan pemurnian
menggunakan karbon aktif yang telah dilakukan.
PENDAHULUAN
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang- ulang pada suhu tinggi ( 160 – 180 °C)
disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi
degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan terjadinya senyawa hasil reaksi. Minyak goreng juga
mengalami perubahan warna kuning mejadi warna gelap. Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan
akhirnya minyak tdak dapat dipakai lagi dan harus dibuang. Produk reaksi degradasi yang terdapat dalam
minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan pengaruh buruk bagi
keesehatan. Upaya untuk menghasilkan bahan pangan yang berkualitas serta penimbangan dari segi ekonomi,
memacu minat penelitian untuk pemurnian minyak goreng bekas agar dapat minyak dapat dipakai kembali
tanpa mengurangi kualitas bahan yang digoreng. Pemurnian minyak goreng merupakan pemisahan produk
reaksi degradasi dari minyak (Jenny Tarigan dan Dimas F. Simatupang. 2020).
Adsorbsi dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu adsorbsi secara kimia dan secara fisika. Adsorbsi
secara kimia (kemisorbsi) adalah adsorbsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi
kimia. Adsorbsi jenis ini mengakibatkan terbentuknya ikatan secara kimia, sehingga diikuti dengan reaksi
berupa senyawa baru. Pada kemisorbsi permukaan padatan sangat kuat mengikat molekul gas atau cairan
sehingga sukar untuk dilepas kembali, sehingga proses kemisorbsi sangat sedikit. Adsorbsi fisika (fisiosorbsi)
adalah adsorbsi yang terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Adsorbsi ini dicirikan adanya kalor adsorbsi yang
kecil (10 kkal/mol). Molekul-molekul yang diadsorbsi secara fisik tidak terikat secara kuat pada permukaan dan
biasanya terjadi pada proses reversible yang cepat, sehingga mudah diganti dengan molekul lain. Minyak
goreng memang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Makanan yang digoreng biasanya lebih lezat dan
gurih, tanpa membutuhkan tambahan bumbu bermacam-macam(Arini, 1999). Dalam proses penggorengan,
minyak goreng berperan sebagai media untuk perpindahan panas yang cepat dan merata pada permukaan bahan
yang digoreng (Maskan, 2003) Selama proses penggorengan minyak mengalami reaksi degradasi yang
disebabkan oleh panas, udara dan air, sehingga mengakibatkan terjadinya oksidasi, hidrolisis, dan polimerisasi.
Reaksi oksidasi juga dapat terjadi selama masa penyimpanan (Lee, 2002). Produk reaksi oksidasi minyak,
seperti peroksida, radikal bebas, aldehid, keton, hidroperoksida, polimer dan oxidized monomer dan berbagai
produk oksidasi minyak yang lain dilaporkan memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan. Oksidasi juga m
Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas terikat
pada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film
(zat terserap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh
fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi
terlarut (soluble) yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau
porositas, menyebabkan sebagian molekul terikat lebih kuat pada permukaan dari pada molekul lainnya.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap adsorbsi adalah konsentrasi, luas permukaan, suhu, ukuran partikel,
pH dan waktu kontak. Adsorpsi bersifat selektif, karena yang diadsorpsi hanya zat terlarut atau pelarut. Jumlah
zat yang diserap tegantung pada konsentrasi zat terlarut dan ketergantungan jumlah zat yang diserap pada
konsentrasi kesetimbangan disebut isoterm adsorpsi. Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi
oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana
yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar,
maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang
polar.Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Adsorpsi_Kinetika_Adsorpsi).
Minyak yang rusak selama proses menggoreng akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan
makanan yang digoreng, minyak yang rusak akan menghasilkan bahan dengan penampilan kurang menarik dan
cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan vitamin dan asam lemak esensial yang terkandung dalam
minyak.Penyebab utama minyak rusak adalah karena peristiwa oksidasi, hasil yang diakibatkan salah satunya
adalah terbentuknya peroksida dan aldehid. Asam lemak bebas yang terbentuk dalam minyak goreng bekas atau
minyak jelantah diakibatkan oleh proses hidrolisis yang terjadiselama prosess penggorengan yang biasanya
dilakukan pada suhu 160-200oC. Uap air yang dihasilkan pada proses penggorengan dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida dan menghasilkan asam lemak bebas digliserida, monogliserida, dan
gliserol yang diindikasikan dari angka asam. Reaksi hidrolisis terjadi akibat interaksi antara air dengan lemak
yang menyebabkan putusnya bebrapa asam lemak dari minyak,menghasilkan Free Fatty Acid (FFA) dan
gliserol FFA mudah mengalami oksidasi dan mengalami dekomposisi lebih lanjut melalui reaksi radikal bebas.
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu tinggi (160-180 oC) disertai adanya
kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang
komplek dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Minyak goreng juga mengalami
perubahan warna dari kuning menjadi warna gelap. Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan
akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan harus dibuang (Maskan, 2003). Produk reaksi degradasi yang
terdapat dalam minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan
pengaruh buruk bagi kesehatan (Lee, 2002). Walaupun menimbulkan dampak yang negatif, penggunaan
jelantah, atau minyak goreng yang telah digunakan lebih dari sekali untuk menggoreng (minyak goreng bekas),
adalah hal yang biasa di masyarakat. Sebagian orang berpendapat makanan yang dicampur jelantah lebih sedap.
METODE PERCOBAAN
Praktikum dilakukan di Laboratorium Politeknik Teknologi Kimia industry (PTKI) Medan pada hari Sabtu 09
desember 2021. Praktikum yang akan dilakukan adalah proses adsorbsi minyak goreng bekas menggunakan
karbon aktif. Adsorbsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada
suatu padatan atau cairan dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film pada permukaanya. Karbon
aktif dapat digunakan sebagai adsorben. Daya serap arang aktif sangat besar yaitu 25-1000 % terhadap berat
arang aktif. Dalam percobaan ini, parameter yang digunakan adalah % FFA.
0,106 N 256 gr/ mol 4,19 ml 2,15 gram 3,69 ml 2,26 gram
% FFA = x 100%
x 100%
= 5,28 %
3. Menghitung % FFA Setelah Adsorbsi
% FFA = x 100%
x 100%
= 4,43 %
Reaksi
• Reaksi penentuan asam lemak bebas (%FFA)
Pembahasan
Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit yang dapat digunakan untuk menggoreng karena
struktur minyaknya yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya
stabil. Pada umumnya minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah
nilai kalori bahan pangan. Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, tidak merusak flavour (rasa)
hasil gorengan yang baik , menghasilkan produk dengan tekstur yang baik. Sedangkan minyak goreng yang
digunakan sampai berulang kali akan menyebabkan produk, rasa dan teksutur dari produk yang digoreng tidak
baik dan menimbulkan penyakit apabila sering untuk dikonsumsi makanan dari minyak goreng tersebut.
Minyak goreng bekas memiliki ciri ciri seperti : memiliki bau tengik, memiliki warna yang pucat, memiliki
warna kehitaman dan pada umumnya bersifat keruh.
Asam lemak bersama dengan gliserol merupakan penusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan
bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada
sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB.
Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk. Asam lemak bebas di
dalam minyak goreng merupakan asam lemak berantai panjang yang tidak teresterifikasi. Asam lemak bebas
mengandung asam lemak jenuh yang berantai panjang. Semakin banyak konsumsi asam lemak bebas, akan
meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah yang merupakan kolesterol jahat. Kadar
asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak
bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun
berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam
lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14.
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas terikat pada suatu padatan
atau cairan (zat penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film pada permukaannya.
Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu
larutan. Adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut dalam larutan oleh permukaan zat penyerap
yang membuat masuknya bahan dan mengumpul dalam suatu zat penyerap. Keduanya sering muncul
bersamaan dengan suatu proses maka ada yang menyebutnya sorpsi. Pada Adsorpsi ada yang disebut Adsorben
dan Adsorbat. Adsorben adalah zat penyerap, sedangkan adsorbat adalah zat yang diserap. Adsorben
merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida. Adsorben biasanya
menggunakan bahan-bahan yang memiliki pori-pori sehingga proses adsorpsi terjadi di pori-pori atau pada
letakletak tertentu di dalam partikel tersebut. Pada umumnya pori-pori yang terdapat diadsorben biasanya
sangat kecil, sehingga luas permukaan dalam menjadi lebih besar daripada permukaan luar.
Proses adsorpsi dapat berlangsung jika padatan atau molekul gas atau cair dikontakkan dengan
molekulmolekul adsorbat, sehingga didalamnya terjadi gaya kohesif atau gaya hidrostatik dan gaya ikatan
hidrogen yang bekerja diantara molekul seluruh material. Gaya-gaya yang tidak seimbang menyebabkan
perubahanperubahan konsentrasi molekul pada interface solid/fluida. Molekul fluida yang diserap tetapi tidak
terakumulasi/melekat ke permukaan adsorbendisebut adsorptif sedangkan yang terakumulasi/melekat disebut
adsorbat . Proses adsorpsi menunjukan dimana molekul akan meninggalkan larutan dan menempel pada
permukaan zat adsorben akibat rekasi kimia dan fisika. Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben
dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk
meramalkankomponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya.
Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan
dengan komponen yang kurang polar.Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari
adsorbat maupun adsorben. Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat antar
molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain.
Berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi, adsorpsi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu adsorpsi fisika dan
adsorpsi kimia.
a. Adsorpsi fisika terjadi bila gaya intermolekular lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik
menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini disebut gaya Van der
Waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari ad
sorben. Gaya antar molekul adalah gaya tarik antara molekul-molekul fluida dengan permukaan padat,
sedangkan gaya intermolekular adalah gaya tarik antar molekul-molekul fluida itu sendiri.
b. Adsorpsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau pemakaian bersama elektron antara molekul adsorbat
dengan permukaan adsorben sehingga terjadi reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk antara adsorbat dengan
adsorben adalah ikatan kimia dan ikatan itu lebih kuat daripada adsorpsi fisika.
Dalam proses adsorpsi banyak faktor yang dapat mempengaruhi laju proses adsorpsi dan banyaknya adsorbat
yang dapat dijerap. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi sebagai berikut:
• Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul adsorbat yang sesuai merupakan hal yang penting agar proses adsorpsi dapat terjadi,
karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil atau
sama dengan diameter pori adsorben.
• Suhu
Pada saat molekul-molekul adsorbat menempel pada permukaan adsorben terjadi pembebasan sejumlah
energi sehingga adsorpsi digolongkan bersifat eksoterm. Bila suhu rendah maka kemampuan adsorpsi
meningkat sehingga adsorbat bertambah.
• Karakteristik Adsorben
Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan karakteristik penting adsorben. Ukuran pori
berhubungan dengan luas permukaan semakin kecil ukuran pori adsorben maka luas permukaan semakin
tinggi. Sehingga jumlah molekul yang teradsorpsi akan bertambah. Proses adsorpsi akan lancar apabila
ukuran pori dari adsorben cukup besar untuk dapat memasukan adsorbat ke dalam pori adsorben.
Kebanyakan air limbah mengandung berbagai ukuran partikel adsorbat. Keadaan ini dapat merugikan,
karena partikel yang lebih besar akan menghalangi partikel kecil untuk dapat masuk ke dalam pori
adsorben. Akan tetapi gerakan konstan dari partikel adsorbat dapat mencegah terjadinya penyumbatan.
Gerakan partikel kecil yang cepat membuat partikel adsorbat yang lebih kecil akan terdifusi lebih cepat ke
dalam pori.
Aktivasi adsorben dapat dilakukan dengan aktivasi fisika maupun kimia. Aktivasi fisika merupakan proses
pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2. Metode aktivasi secara
fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen. Gas-gas tersebut
berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang sehingga memperluas permukaannya,
menghilangkan konstituen yang mudah menguap dan membuang produksi tar atau hidrokarbon-hidrokarbon
pengotor yang ada pada adsorben. Kenaikan temperatur aktivasi pada kisaran 450°C-700°C dapat
meningkatkan luas permukaan spesifik dari adsorben. Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai
karbon dari senyawa organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia. Aktivasi secara kimia biasanya
menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng
klorida (ZnCl2), natrium hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida (NaCl). Bahan-
bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau penghidrasi molekul organik selama proses
karbonisasi, membatasi pembentukan tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya,
dehidrasi air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon, membantu menghilangkan endapan hidrokarbon yang
dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya
oksidasi dapat dikurangi.
Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi dengan menggunakan gas CO2, uap air
atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap
apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Biasanya hasil pembakaran dari bahan yang mengadung karbon
melalui proses pirolisis. Sebagian dari pori-porinya masih tertutup hidrokarbon, tar, dan senyawa organik lain.
Komponennya terdiri dari karbon terikat, abu, air, nitrogen, sulfur. Karbon aktif merupakan senyawa amorf
yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk
mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia
tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat karbon aktif. Daya serap pada arang
ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan daya serapnya akan lebih tinggi jika arang tersebut
dilakukannnya aktivasi dengan activator berupa bahan bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada
temperature yang tinggi.
Sifat adsorpsi karbon aktif sangat tergantung pada porositas permukaannya, namun dibidang industri,
karakterisasi karbon aktif lebih difokuskan pada sifat adsorpsi dari pada struktur porinya. Bentuk pori karbon
aktif bervariasi yaitu berupa: silinder, persegi panjang, dan bentuk lain yang tidak teratur. Gugus fungsi dapat
terbentuk pada karbon aktif ketika dilakukan aktivasi, yang disebabkan terjadinya interaksi radikal bebas pada
permukaan karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen, yang berasal dari proses pengolahan
ataupun atmosfer. Gugus fungsi ini menyebabkan permukaan karbon aktif menjadi reaktif secara kimiawi dan
mempengaruhi sifat adsorpsinya. Oksidasi permukaan dalam produksi karbon aktif, akan menghasilkan gugus
hidroksil, karbonil, dan karboksilat yang memberikan sifat amfoter pada karbon, sehingga karbon aktif dapar
bersifat sebagai asam maupun basa.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa adsorpsi adalah suatu proses yang
terjadi ketika suatu fluida terikat pada suatu padatan atau cairan dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis
atau film pada permukaannya. Proses adsorpsi dapat berlangsung jika padatan atau molekul gas atau cair
dikontakkan dengan molekul-molekul adsorbat, sehingga didalamnya terjadi gaya kohesif atau gaya hidrostatik
dan gaya ikatan hidrogen. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas yang tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya
bergabung dengan lemak netral. Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses dan pengaruh adsorbsi
terhadap % FFA yang ada didalam sampel minyak jelantah, proses adsorbsi yang dilakukan adalah adsorbsi
jenis adsorbsi fisika dan adsorben yang digunakan adalah arang aktif. Dari praktikum yang telah dilakukan dan
data yang diperoleh maka didapatkan % FFA sebelum adsorbsi pada sampel adalah sebesar 5,28 % dan %
FFA sesudah dilakukan adsorbsi adalah 4,43 %. Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa proses adsorbsi
dapat menurunkan kadar asama lemak bebas (% FFA) didalam minyak jelantah dan hal ini sangat bermanfaat
dalam penurunan % FFA dalam minyak.
TUGAS (LAMPIRAN I DARI DIKTAT)
1. Tuliskan pengertian dari adsorbsi, adsorben, dan syarat- syarat untuk berjalannnya suatu proses adsorbsi
• Adsorbsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut dalam larutan oleh permukaan zat
penyerap yang membuat masuknya bahan dan mengumpul dalam suatu zat penyerap. Adsorpsi
juga didefinisikan sebagai proses penggumpalan substansi terlarut dalam larutan oleh
permukaan zat penyerap yang membuat masuknya bahan dan mengumpul dalam suatu zat
penyerap.
• Adsorben adalah bahan-bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada
dinding-dinding pori atau pada daerah tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben
biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih luas dari
permukaan luar. Contoh adsorben yaitu karbon aktif, silika gel, alumina, zeolit dan penyaring
molekul.
• Syarat- syarat suatu proses adsorpsi
1. Zat yang mengadsorbsi (adsorben)
2. Zat yang teradsorbsi(adsorbat),
3. Waktu pengocokan sampai adsorbsi berjalan seimbang.
3. Gambarkan skema mekanisme secara kimia proses adsorbsi minyak jelantah menggunakan karbon aktif.
Setelah adsorbsi
DAFTAR PUSTAKA
Syahrir, dkk. 2019. Efektivitas Pemurnian Minyak Goreng Bekas dengan Adsorben Arang Aktif Sabut Kelapa
dan Ekstrak Bawang Merah. Politeknik Negri Samarinda: Samarinda.
Tarigan, Jenny dan Dimas Frananta Simatupang. 2020. Penuntun Praktikum Oleokimia II. Medan: PTKI
Medan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Adsorpsi_Kinetika_Adsorpsi