Anda di halaman 1dari 10

TEKNOLOGI PEMBAKARAN

Proses Pirolisis Untuk Mengkonversi Limbah Plastik


Menjadi Bahan Bakar Minyak Menggunakan
Penyaringan Adsorban (Arang dan Zeolit)

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD FAREL RIZQILLAH

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tingginya pertumbuhan penduduk suatu kota berbanding lurus dengan


timbulan sampah yang dihasilkan dari aktivitasnysa. Masalah sampah banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari hari, contohnya banyak masyarakat yang
membuang sampah di sembarang tempat dan sebagian ada yang membakarnya.
Permasalahan sampah yang banyak dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan dunia
adalah sampah plastik. Penggunaan plastik yang tidak ramah lingkungan
menyebabkan masalah lingkungan hidup yang serius. Plastik merupakan salah
satu jenis sampah yang volumenya semakin meningkat dari tahun ke tahun
(Syamsiro, et al., 2016).
Meningkatnya produksi sampah tanpa sistem pengolahan yang tepat menjadi
alasan tidak terciptanya lingkungan yang bersih. Beberapa faktor yang
mempengaruhi sistem pengelolaan sampah adalah budaya, sikap dan perilaku
masyarakat, timbunan dan karakteristik sampah, serta sarana pengumpulan,
pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan akhir sampah (Sahil, et al., 2016).
Berbagai masalah lingkungan hidup seperti masalah sampah rumah tangga
merupakan masalah yang erat dijumpai dalam kehidupan sehari hari, khususnya
perkotaan. Masalah sampah yang banyak kita temui atau jumpai dalam kehidupan
sehari hari contohnya masih banyak masyarakat yang berperilaku membuang
sampah di sembarang tempat dan membakar sampah. Penggunaan plastik yang
tidak ramah lingkungan hingga menyebabkan masalah lingkungan hidup yang
serius, karena sampah plastik adalah sampah anorganik yang tidak dapat
didegradasi.
Data statistik Indonesia Solid Waste Association pada tahun 2014
menunjukkan jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua terbanyak, yaitu
sebesar 5,4 juta ton per tahun atau 14% dari total produksi sampah. Sementara
data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta pada
tahun 2014 ini mencatat tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih
dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13% di antaranya berupa sampah plastik
(Widiyatmoko, 2014). Di sisi lain, plastik juga mempunyai nilai kalor yang cukup
tinggi, mencapai 40 MJ/kg, setara dengan bahan bakar fosil seperti bensin dan
solar (Cahyono, Listiono, & Widodo, 2018). Sampah terus akan diproduksi dan
tidak akan pernah berhenti selama manusia tetap ada. Apabila tidak ditangani
secara efektif dan efisien, eksistensi sampah di alam tentu akan akan berbalik
menghancurkan sekitarnya (Putra & Yuriandala, 2010. Adapun peraturan yang
mengatur pengolahan sampah dan limbah rumah tangga sudah ada, yaitu
peraturan pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Hasibuan, 2016). Salah satu
teknologi alternatif terkait sampah plastik di Indonesia yang sekarang ini sedang
dikembangkan adalah pirolisis dapat mengkonversi sampah plastik menjadi
minyak setara biosolar dan mampu digunakan sebagai bahan bakar sebagai
pengganti dari BBM. Pirolisis adalah proses penguraian material organik secara
thermal pada temperatur tinggi tanpa adanya oksigen (Mustofa, 2014).
Keunggulan dari pirolisis adalah dapat mereduksi gas buang hingga 20 kali
lipat (Gaurav, 2014). Pirolisis berdasarkan tingkat kecepatan laju reaksinya ada
dua yaitu pirolisis primer lambat dan primer cepat, pirolisis primer cepat diatas
300oC dalam reakasinya menghasilkan uap air, gas, dan 50%-70% uap minyak
pirolisis. Sedangkan pirolisis rendah terjadi pada suhu 150 - 300 oC biasanya
digunakan untuk proses pembuatan arang. Pada reaktor terjadi reaksi kontak
antara fluida gas dengan limbah plastik, hal ini menyebabkan terbawanya material
hidrokarbon yang sudah mengalami penguraian, dan juga terjadinya penyebaran
fluida gas yang tidak merata saat proses kontak berlangsung yang disebabkan
adanya pengelembungan dan saluran-saluran fluida yang terpisah, sehingga hasil
minyak pirolisis diperlukan pemurnian lebih lanjut. Karakteristik bahan bakar cair
yang akan dipakai pada penggunaan tertentu untuk mesin atau peralatan lainnya
perlu diketahui terlebih dahulu, dengan maksud agar hasil pembakaran dapat
tercapai secara optimal. Secara umum karakteristik bahan bakar cair yang perlu
diketahui adalah titik nyala (flash point), viskositas (viscosity), dan nilai kalor.
Viskositas dapat mempengaruhi derajat pemanasan awal yang diperlukan untuk
penanganan. Jika minyak terlalu kental dan sulit dialirkan maka akan menyulitkan
dalam pemompaan sehingga sulit menyalakan burner. Nilai kalor dari bahan bakar
minyak umumnya berkisar antara 18,300 –19,800 BTU/lb atau 10,160-11,000
kkal/kg. Nilai kalori dari bensin yang memiliki angka oktan 90-96 adalah sebesar
±10,500 kkal/kg.
Nilai kalori diperlukan untuk menghitung jumlah konsumsi bahan bakar
minyak yang dibutuhkan untuk suatu mesin dalam suatu periode. Dalam
pengolahan dengan metode adsorpsi ini dibutuhkan media adsorban untuk
mengadsorpsi logam berat yang terdapat dalam minyak pirolisis, diantaranya yang
sering digunakan karbon aktif, zeolit, dan silika gel. Diketahui bahwa karbon aktif
mampu menyerap logam berat, zeolit mampu menyerap bahan organik dan logam
berat.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pendahuluan di atas , di peroleh perumusan masalah yaitu :


1. Bagaimana cara menanggulangi limbah sampah rumah tangga agar bisa
menjadi bahan bakar minyak?
2. Bagaimana proses daur ulang sampah rumah tangga agar menjadi bahan
bakar minyak?

1.3 TUJUAN

Tujuan yang akan di capai adalah sebagai berikut :


1. Mempelajari proses pirolisis sebagai teknologi alternatif yang dapat
mengkonversi sampah rumah tangga menjadi bahan bakar minyak.
2. Mempelajari metode adsorpsi untuk pemanfaatan sampah rumah tangga
sebagai bahan bakar minyak.

1.4 MANFAAT

Manfaat yang akan di peroleh adalah sebagai berikut :


1. Memanfaatkan sampah rumah tangga agar bisa menjadi bahan bakar
minyak
2. Mengurangi dampak buruk dari sampah rumah tangga dan
penanggulangan yang efektif serta efisien
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Adsorpsi

Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau
cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari
molekulmolekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut . Adsorpsi
adalah proses dimana molekul fluida mengalami kontak dan melekat pada
permukaan suatu material padat.
Adsorpsi fisik utamanya disebabkan oleh gaya van der Waals dan gaya
elektrostatik antara molekul adsorbat dan atom-atom yang membentuk permukaan
adsorben. Gaya van der Waals merupakan gaya tarik-menarik antar
molekulmolekul polar yang relatif lemah, sehingga mudah untuk terlepas kembali.
Ketika Adsorp/menghisap Desorp/melepaskan Pengujian alat pendingin. adsorben
dan fuida akan mencapai kesetimbangan. Sistem pendingin adsorpsi mendapatkan
perhatian karena tidak terdapat bagian yang bergerak dan memungkinkan untuk
menggunakan energi panas yang rendah seperti: energi panas matahari atau gas
buang industri untuk regenerasi dalam adsorben.

 Adsorpsi secara fisika

Proses adsorpsi atau penyerapan adalah fenomena fisik yang terjadi saat
molekul-molekul gas atau cair dikontakan dengan suatu padatan dan sebagian dari
molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut. Apabila
interaksi antara padatan dan molekul yang mengembun tadi relatif lemah, maka
proses ini disebut adsorpsi fisik yang terjadi hanya karena gaya van der Waals.
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan adsorbat,
adsorpsi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu penyerapan secara fisika (adsorpsi)
dan penyerapan secara kimia (absorpsi).
Pada adsorpsi jenis ini, adsorpsi terjadi tanpa adanya reaksi antara
molekulmolekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Molekul-molekul adsorbat
terikat secara lemah karena adanya gaya van der Waals. Adsorpsi ini relatif
berlangsung cepat dan bersifat reversibel (reversible). Karena dapat berlangsung
di bawah temperatur kritis adsorbat yang relatif rendah, maka panas adsorpsi yang
dilepaskan juga rendah. Adsorbat yang terikat secara lemah pada permukaan
adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke bagian permukaan lain.
Peristiwa adsorpsi fisika menyebabkan molekul-molekul gas yang teradsorpsi
mengalami kondensasi. Besarnya panas yang dilepaskan dalam proses adsorpsi
fisika adalah kalor kondensasinya. Proses adsorpsi fisik terjadi tanpa memerlukan
energi aktivasi, sehingga proses tersebut membentuk lapisan jamak (multilayers)
pada permukaan adsorben. Ikatan yang terbentuk dalam adsorpsi fisika dapat
diputuskan dengan mudah, yaitu dengan cara degassing atau pemanasan pada
temperatur 150-200 0C selama 2-3 jam.

 Adsorpsi secara kimia

Dalam hal ini, adsorpsi terjadi karena adanya reaksi kimia antara
molekulmolekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi jenis ini diberi
istilah sebagai “absorption” dan bersifat tidak reversibel hanya membentuk satu
lapisan tunggal (monolayer). Umumnya terjadi pada temperatur diatas temperatur
kritis adsorbat. Sehingga kalor adsorpsi yang dibebaskan tinggi. Adsorben yang
mengadsorpsi secara kimia pada umumnya sulit diregenerasi.

2.2 Adsorban

Material penyerap atau adsorben adalah zat atau material yang mempunyai
kemampuan untuk mengikat dan mempertahankan cairan atau gas didalamnya.
Adapun beberapa adsorben yang digunakan secara komersial adalah kelompok
polar adsorben atau disebut juga hydrophilic seperti silika gel, alumina aktif, dan
zeolit.
Kelompok lainnya adalah kelompok non polar adsorben atau hydrophobic
seperti polimer adsorben dan karbon aktif. Karakter fisik adsorben yang yang
utama adalah karakter permukaannya, yaitu luas permukaan dan pori-porinya.
Karakteristik adsorben dapat dilihat dari permukaannya seperti luas permukaan
dan polaritas. Semangkin luas permukaan spesifik, maka kemampuan adsorpsi
juga semangkin meningkat. Karakteristik adsorben yang dibutuhkan untuk
adsorpsi, adalah :
1. Luas permukaan besar sehingga kapasitas adsorpsinya tinggi
2. Memiliki aktifitas terhadap komponen yang diadsorpsi
3. Memiliki daya tahan yang baik
4. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama peristiwa adsorpsi dan
desorpsi.
Adsorben yang memiliki kemampuan menyerap air disebut hydrophilic yaitu
silika gel, zeolit dan aktif alumina, sedangkan adsorben yang memiliki
kemampuan menyerap oli dan gas disebut hydrophobic yaitu karbon aktif dan
adsorben yang polimer.
 Zeolit

Zeolit digunakan untuk pengeringan dan pemisahan campuran hidrokarbon,


zeolit memiliki kemampuan adsorpsi tinggi karena zeolit memiliki porositas yang
tinggi. Zeolit mengandung keristal zeolit yaitu mineral aluminosilicate yang
disebut sebagai penyaring molekul. Mineral aluminosilicate ini terbentuk secara
alami. Zeolit buatan dibuat dan dikembangkan untuk tujuan khusus, diantaranya
4A, 5A, 10X, dan 13X yang memiliki volume rongga antara 0.05 sampai 0.30
cm3 /gram dan dapat dipanaskan sampai 500 °C tanpa harus kehilangan mampu
adsorpsi dan regenerasinya. Zeolit 4A (NaA) digunakan untuk mengeringkan dan
memisahkan campuran hydrocarbon. Zeolit 5A (CaA) digunakan untuk
memisahakan paraffins dan beberapa Cyclic hydrocarbon. Zeolit 10X (CaX) dan
13X (NaX) memiliki diameter pori yang lebih besar sehingga dapat mengadsorbsi
adsorbat pada umumnya.

2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi

Daya adsorpsi dipengaruhi lima faktor, yaitu :


1. Jenis adsorbat
a. Ukuran molekul adsorban
Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal penting agar proses adsorpsi dapat
terjadi, karena molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekulmolekul
yang diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.
b. Kepolaran zat
Apabila berdiameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat diadsorpsi
daripada molekul-molekul tidak polar. Molekul-molekul yang lebih polar dapat
menggantikan molekul-molekul yang kurang polar yang terlebih dahulu
teradsorpsi.
2. Karakteristik adsorben
a. Kemurnian adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih murni lebih
diinginkan karena kemampuan adsorpsi lebih baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben
molekul adsorbat yang teradsorp meningkat dengan bertambahnya luas
permukaan dan volume pori adsorben.
3. Temperatur absolut (T), temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat.
Pada saat molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan
adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang dinamakan peristiwa
eksotermis. Berkurangnya temperatur akan menambah jumlah adsorbat yang
teradsorpsi demikian juga untuk peristiwa sebaliknya.
4. Tekanan (P), tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikkan
tekanan adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi.
5. Interaksi potensial (E), interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding
asdsorben sangat bervariasi, tergantung dari sifat adsorbat-adsorben.

2.4 pengukuran tekanan

Pengukuran tekanan dapat dinyatakan dalam tekanan mutlak (absolute


pressure) atau dalam tekanan pengukuran (gage pressure). Tekanan mutlak diukur
relatif terhadap suatu keadaan hampa sempurna (tekanan nol mutlak), sementara
tekanan pengukuran diukur relatif terhadap tekanan atmosfir setempat. Jadi,
tekanan pengukuran nol bersesuaian dengan tekanan yang sama dengan tekanan
atmosfir setempat.

2.5 tekanan dan temperatur saturasi

Tekanan saturasi adalah tekanan yang terjadi pada saat suatu substansi pada
temperatur tertentu mengalami perubahan fase. Temperatur saturasi yaitu
temperatur pada saat suatu substansi berada dalam tekanan tertentu mengalami
perubahan fase. Ketika substansi mengalami perubahan fase, substansi
memerlukan ataupun melepaskan kalor laten tergantung perubahan fasa yang
terjadi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 metode penelitian


Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan
pengujian pada variasi adsorban arang dan zeolit sebagai media adsorpsi minyak
hasil pirolisis untuk mengetahui titik nyala, viskositas, dan nilai kalor pada
minyak hasil proses pirolisis sebelum dan sesudah menggunakan media adsorban
arang dan zeolit. Proses adsorpsi minyak hasil pirolisi menggunakan 5 variasi
yaitu arang 100%, arang 25% dan zeolit 75%, zeolit 100%, arang 75% dan zeolit
25%, dan arang 50% dan zeolit 50% sehingga selanjutnya diperoleh 5 minyak
hasil adsorpsi arang dan zeolit dan 1 minyak pirolisis tanpa proses adsorpsi
sebagai sebagai pembanding dalam pengujian.
Kemudian 5 minyak hasil adsorpsi dan 1 minyak tanpa adsorpsi dilakukan
pengujian di laboratorium. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah plastik LDPE warna putih sebanyak 40 kg per proses sebagai bahan baku
pirolisis dengan umpan bahan bakar menggunakan kayu bakar sebanyak 5 ikat
atau 72 kg.
Pirolisis pada penelitian ini memiliki karakteristik tersendiri yaitu pada
start awal reaktor dipanaskan dari 0°C sampai 200°C sebelum bahan baku plastik
dimasukkan pada reaktor pirolisis. Kemudian memasukkan bahan pirolisis secara
bertahap. Reaktor ini memiliki dua outlet minyak, yaitu outlet pertama tempat
keluarnya minyak bercampur air dan minyak murni, sedangkan outlet kedua
sebagai tempat keluarnya minyak yang menyerupai biodesel.
Hasil minyak pirolisis kemudian dilakukan proses penyaringan di dalam
filter menggunakan adsorban arang dan zeolit dalam bentuk variasi sebagai
berikut : arang 100%, arang 25% dan zeolit 75%, zeolite 100%, arang 75% dan
zeolit 25%, terakhir arang 50% dan zeolit 50%. Hasil penyaringan dari masing-
masing variasi diuji nilai titik nyala, viskositas, dan nilai kalor di laboratorium
Yandy Teknik, Beran Cenden, Jetis, Bantul, DIY.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan untuk melakukan pirolisis ini sebagai berikut :
Keterangan :
1. tabung minyak setara tutup bensin
2. kondensor
3. gas buang
4. tutup penutup
5. tabung reaktor
6. tabung kondensor minyak setara solar
7. tabung penampung minyak setara solar
8. besi penyangga dan ruang pembakaran
9. inlet air kondensor atas
10. outlet air kondensor bawah

Anda mungkin juga menyukai