Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah


MATA KULIAH KIMIA TEKNIK DAN ILMU LINGKUNGAN

Disusun oleh:

Ahmad Zaki Arrayyan 20190120082

Ade Tama Prayoga 20190120083

TEKNIK ELEKTRO

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan nikmat
iman, islam, dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Pengolahan Sampah Organik Menjadi Sumber Energi Listrik” dengan tepat
waktu. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa’atnya di di akhirat nanti.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Kimia Teknik dan Ilmu
Lingkungan, rekan-rekan program studi teknik elektro, dan orang tua yang telah
memberikan dukungan sepenuhnya pada kami.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun sehingga makalah ini dapat dikembangkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.

Yogyakarta, Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat hal ini juga berbanding
lurus kebutuhan akan energi yang besar pula. Cepat atau lambat minyak bumi
sebagai penghasil sumber energi saat ini akan habis maka dari itu disamping
harus menghemat penggunaan energi dari sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, juga harus mencari sumber alternatif energi baru untuk memenuhi
kebutuhan energi yang tidak dapat dibendung lagi.

Sampah adalah kumpulan berbagai material buangan (limbah) berbentuk cair,


padat, dan gas yang merupakan sisa proses dan kegiatan kehidupan manusia
(Girun Alfathoni, 2006). Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas
manusia, jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi
manusia terhadap barang/material yang dikonsumsi manusia sehari-hari. Oleh
karena itu, pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi akan
mempengaruhi jumlah sampah yang akan dihasilkan.

Kota besar dan metropolitan di Indonesia saat ini mengalami krisis sampah
karena Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah eksisting sudah penuh. Sejalan
dengan pertambahan penduduk dan peningkatan gaya hidup yang semakin
konsumtif, timbulan sampah semakin besar dan beragam, sementara sampai saat
ini perkembangan penanganan sampah di Indonesia masih kurang optimal,
sehingga sebagian besar sampah masih tertimbun di TPA. Pencarian lahan TPA
yang baru sangat sulit dilakukan, sementara jumlah sampah yang terus meningkat.
Konsep pengelolaan sampah seperti yang tercantum dalam UU no. 18 tahun 2008
yaitu pengurangan sampah di level produsen dan konsumen, serta penanganan
sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan
akhir belum mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan solusi untuk dapat menyelesaikan masalah sampah secara cepat,
signifikan dan ramah lingkungan. Satu satu solusi yang dapat dilakukan adalah
dengan menerapkan teknologi termal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, dapat diketahui


bahwa untuk mengurai sampah perlu adanya kajian tentang pengolahan sampah
menjadi energi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat sehari-hari
yaitu pembangkit listrik tenaga sampah. Sehingga dari data yang telah terkumpul
maka dihasilkan beberapa point penting yaitu:

A. Proses kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

B. Pembuangan limbah dari sisa pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga


Sampah

1.3. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai


pengolahan sampah dengan proses termal (PLTSa) yang dapat mengolah sampah
secara tepat, signifikan dan ramah lingkungan dengan kapasitas pengolahan yang
cukup besar.
BAB II

TEORI FUNDAMENTAL

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah(PLTSa)

Bagian ini meneramgkan proses dan teknologi yang digunakan dalam


membuat PLTSa. Sistem PLTSa yang menggunakan LFG terdiri atas collection
system, treatment system, electricity generation, dan leachate evaporation.
Dimana collection system merupakan proses pengumpulan gas landfill (LFG)
yang berasal dari sampah padat (Municipal Solid Waste) yang diuraikan didalam
landfill secara anaerobik (tanpa udara). Gas tersebut yang nantinya akan menjadi
nahan baku dalam pembangkitan tenaga listrik, setelah mendapatkan proses
sebagaimana mestinya (treatment), sehingga LFG layak dijadikan bahan baku
pembangkit listrik.

2.2. Pengertian Sampah Padat

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semia padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat
terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang ke lingkungan. Sampah merupakan konsekuensi aktifitas manusia,
jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia
terhadap barang/material yang dikonsumsi manusia sehari-hari.

Sampah padat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

A. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

1. Sampah anorganik, yaitu sampah yang dihasilkan dari bahan-


bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan tambang.
2. Sampah organik, yaitu sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable.

B. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar.

C. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk.

2.3. Sanitary Landfill

Sanitary landfill adalah sistem pengolahan sampah terpadu yang didesain


untuk mencegah perembesan lindi ke dalam tanah. Di dasar TPA terpasng sebuah
clay liner dan geomelbrane yang berfungsi untuk mencegah merembesnya lindi
ke dalam tanah(Bagchi, 1994). Di TPA sampah akan mengalami proses
dekomposisi oleh mikroba yang mengakibatkan terjadinya perubahan fisik-kimia-
bologis secara simultan dengan menghasilkan lindi.

Tujuan mendasar dari pelaksanaan sanitary landfill adalah untuk melindungi


air tanah supaya tidak terkontaminasi oleh lindi. Agar landfill dapt berfungsi
dengan baik maka elemen dan strukturnya harus dirancang dengan tepat dan
sesuai dengan standar. Lapisan-lapisan yang harus ada pada sebuah landfill adalah
lapisan tanah dasar, lapisan clay liner, geomembrane, pipa pengumpul lindi,
kontruksi lapisan drainase, konstruksi lapisan penutup, dan kolam pengolahan
lindi.

Diantara sistem pengolahan sampah pada TPA, yang paling penting adalah
teknik capping (menutup) lahan. Hal ini sangat penting karena rencana
pengembangan sistem pengumpulan gas metan termasuk penyediaan sebuah tutup
(cap) semi-imperiable untuk memungkinkan terjadinya penyerapan kelembapan.
Lahan TPA harus dilapisi/ditutup dengan membran yang sesuai untuk mencegah
lepasnya gas LFG ke udara.
2.4. Landfill Gas (LFG)

LFG adalah gas yang dihasilkan dari proses fermentasi atau anaerobik dari
bahan organik seperti kotoran manusia, kotoran hewan, limbah pertanian, limbah
perkebunan, dll. Kandungan yang paling utama dalam LFG adalah metan(CH4)
dan karbon dioksida(CO2).

Dalam kondisi anaerobik maka bahan organik tersebut terurai dan gas
anaerobik dihasilkan. Gas ini semakin berkumpul untuk kemudian perlahan-lahan
terlepas ke atsmofer. Hal ini menjadi bahaya karena dapat meyebabkan ledakan
(kandungan gas metan), pemanasan global melalui gas metana yang merupakan
gas rumah kaca(21 kali lebih besar dari CO2), dan material gas organik yang
terlepas dapat menyebabkan photochemical smog. Untuk gas yang berasal dari
landfill, biasanya memiliki kandungan 60% gas metan(CH4) dan karbon
dioksida(CO2). Berikut adalah gas yang dihasilkan dari landfill dengan proses
anaerobik:

Komponen Kandungan Gas(%)

Metan (CH4) 45 - 60

Karbon dioksida (CO2) 40 - 60

Nitrogen (N) 2-5

Oksigen (O2) 0.1 - 1

Ammonia (NH3) 0.1 - 1.1

Hidrogen sulfida (H2S) 0 - 0.2

Karbon monoksida (CO) 0 - 0.2

(Sumber:http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308084-S42329-Syarifudin.pdf )
Dari tabel tersebut diketahui bahwa kandungan terbesar yang dihasilkan dari
landfill adalah gas metan, kemudian karbon dioksida. Gas metan dihasilkan oleh
bahan-bahan organik seperti yang telah disebutkan diatas yang mengalami proses
anaerobik (tanpa udara).

Metana adalah gas yang dihasilkan dari hasil pembusukan sampah padat yang
dikondisikan dalam suatu pengolahan (Zietsman, 2003). Gas metan merupakan
gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan global dua puluh satu kali lebih
besar dari CO2. Hal tersebut dapat dikurangi dengan cara ditangkap/diesktrasi
dengan cara flaring atau dijadikan sebagai bahan pembangkit listrik(Leny
Bernstein,2007).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Cara Kerja PLTSa

Pada tahap pertama sampah dikumpulkan untuk dipisahkan berdasarkan


jenisnya(organik dan anorganik). Sebagai contoh untuk sampah organik adalah
buah yang telah busuk. Buah yang telah membusuk kemudian dimasukan kedalam
sebuah mesin untuk digiling. Setelah digiling maka buah yang telah membusuk
akan berubah menjadi cair karena kandungan air yang berada pada buah tersebut.

Pada tahap kedua, cairan buah busuk akan disalurkan kedalam sebuah pipa
pengurai untuk yang terhubung pada sebuah tabung hampa udara. Pada umumnya
tabung ini terletak didasar tanah. Didalam tabung ini tidak ada udara(hampa
udara) atau disebt anaerob. Dalam kondisi tanpa oksigen(hampa udara) maka
cairan dari buah busuk akan menghasilkan bakteri. Bakteri ini akan bekerja untuk
mengurai cairan buah busuk sehingga akan menghasilkan gas metana. Gas metana
ini merupakan sumber utama yang nantinya menjadi bahan untuk dihasilkan
listrik.

Pada tahap ketiga gas metana diproses keluar dari tabung melalui sebuah
pipa-pipa tertutup. Gas metana kemudian dikompresikan sehingga menghasilkan
sebuah tekanan kemudian memutar sebuah tubin. Hasil putaran turbin ini akan
menggerakan generator untuk menghasilkan sebuah listrik.

3.2. Pengolahan Sisa Pengoperasian PLTSa

Pada limbah gas, PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi
dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang
berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari lingkungan.

Sedangkan untuk limbah cair hasil dari pengolahan akan dibuat sebuah pipa
pembuangan untuk menghindari bau yang berasal dari sampah, karena limbah
berasal dari bahan organik maka limbah dapat diolah lagi sehingga dapat
dijadikan pupuk untuk pertanian. Saat proses bongkar-muat sampah, jalan menuju
PLTSa dibuat terpisah dengan jalan umum sehingga bau yang ditimbulkan dari
sampah organik tersebut dapat berkurang dan di sekitar bagunan PLTSa ditanami
pepohonan sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau).
BAB IV

ANALISIS

4.1. Analisis Dampak PLTSa

Dalam pelaksanaan pembangunan atau pengoperasian dari PLTSa akan


memiliki beberapa dampak. Dampak yang terbesar adalah saat gas metan
tersebut bocor kemudian keluar ke udara bebas. Hal ini menjadi bahaya
karena dapat meyebabkan ledakan (kandungan gas metan), pemanasan global
melalui gas metana yang merupakan gas rumah kaca (21 kali lebih besar dari
CO2), dan material gas organik yang terlepas dapat menyebabkan
photochemical smog.

Hasil dari pengoperasian PLTSa juga apabila tidak diolah secara tepat
maka akan timbul bau yang tidak sedap. Bau ini akan mudah terhempas oleh
angin hingga ke segala arah, akibatnya bau dari limbah tersebut lama-lama
dapat mengganggu aktifitas warga yang lokasi tempat tinggalnya memiliki
jarak yang cukup dekat dengan PLTSa tersebut. Oleh karena itu, pengelola
harus memiliki sistem yang dapat mengurai limbah hasil dari pengoperasian
dari PLTSa tersebut sehingga tidak akan menimbulkan dampak yang
kontroversial pada masyarakat yang tempat tinggalnya tidak jauh dari PLTSa
tersebut.
BAB V

KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Semakin tua bumi maka sampah juga akan terus bertmbah. Oleh karena itu
perlu adanya perlu adanya sebuah sistem yang dapat mengolahnya mejadi energi
yang dapat digunakan untuk kehidupan manusia. Pembangunan proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) merupakan langkah yang tepat guna
mengurangi sampah yang terus menumpuk. Berkembangnya teknologi pada setiap
tahun, PLTSa dalam beberapa waktu mendatang akan dapat menggantikan sistem
pembangkit listrik yang masih menggunakan sumber energi tidak terbarukan yang
tidak lagi efisien guna menyelamatkan bumi dari tumpukan sampah.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/192112-ID-studi-potensi-limbah-kota-sebagai-
pemban.pdf (diakses pada tanggal 17 Oktober 2019. Pukul 10:24)

https://www.academia.edu/10090980/
Makalah_Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sampah (diakses pada tanggal 17 Oktober 2019.
Pukul 10:29)

https://enviro.bppt.go.id/Publikasi/ProsidingTekLing2018/Makalah%20II.8_Teknologi
%20Pembangkit%20Listrik%20Tenaga%20Sampah....pdf (diakses pada tanggal 17 Oktober 2019.
Pukul 10:32)

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308084-S42329-Syarifudin.pdf (diakses pada tanggal 17


Oktober 2019. Pukul 10:38)

Anda mungkin juga menyukai