Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENYEHATAN TANAH DAN

PENGELOLAAN SAMPAH - A
“MERANCANG PERALATAN PENGELOLAAN
SAMPAH”

Di Susun Oleh
Kelompok 7

Anggota :
ANTON
RIO GUNAWAN
MUHAJIRIN
FITRIA WIDYAWATI

Dosen Pengampu : Iswono,S.K.M.,M.Kes.

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI D3


POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN
PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
apa yang kami harapkan.

Makalah Tentang Penyehatan Tanah Dan Pengelolaan Sampah - A tentang


Merancang Peralatan Pengelolaan Sampah yang akan kami bahas dan kami
uraikan selanjutnya, yang akan menjadi pembelajaran kami agar bertambahnya
wawasan kami mengenai metode dalam pengolahan sampah dan penyehatan
tanah, terutama merancang peralatan pengelolaan sampah.

Semoga apa yang kami Tulis dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan
prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami
mohon maaf bila ada kesalahan, oleh karena itu saran yang baik sangat kami
harapkan bagi para mahasiswa untuk meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.

Pontianak, September 2012

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang
dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukanya sebagai barang
buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai
sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi
di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar.
Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah
yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan
sampah akhir (TPA). Dalam hal ini pengelolaan sampah dirasakan tidak
memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan
kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari
sampah yang menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan
akhir (TPA).
Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan
sebagai masalah kultural karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan,
terutama di kota besar. Berdasarkan perkiraan, volume sampah yang dihasilkan
oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg/perkapita/hari, sehingga untuk kota besar
seperti Jakarta yang memiliki penduduk sekitar 10 juta jiwa, menghasilkan
sampah sekitar 5000 ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-
kota besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan
segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran lingkungan
seperti air, udara, tanah, dan menimbulkan sumber penyakit. Pada pengolahan
sampah tidak ada teknologi tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengolahan
sampah membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
Sampah sebagai barang yang memiliki nilai, tidak seharusnya diperlakukan
sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai
bahan mentah atau bahan yang berguna lainnya. Pengolahan sampah harus
dilakukan dengan efisien dan efektif, yaitu sedekat mungkin dengan sumbernya,
seperti RT/RW, sekolah, rumah tangga sehingga jumlah sampah dapat dikurangi.
Sampah merupakan sumber daya alam yang sangat besar, apabila kita dapat
memanfaatkannya dengan baik. Oleh karena itu perlu melalui proses daur ulang
secara organik untuk menghasilkan produk pupuk yang sangat penting sebagai
unsur hara untuk kesuburan tanah dan perkembangan tanaman. Pengelolaan
sampah diantaranya dapat dimanfaatkan berbagai kebutuhan manusia.

Salah satu teknologi alternatif telah dikembangkan untuk menangani


permasalahan sampah dalam skala micro hingga makro. Teknologi tersebut
dikenal dengan nama incinerator atau alat pembakaran sampah. Teknologi
incinerator bekerja dengan cara membakar sampah secara optimal dengan
pembakaran sempurna hingga sampah menjadi abu yang ramah lingkungan.
Incinerator telah banyak digunakan di berbagai kota di Indonesia, akan tetapi
incinerator yang digunakan masih belum optimal, tidak hanya mahal karena
harganya sampai milyaran rupiah akan tetapi juga belum dapat menjawab semua
permasalahan yang berhubungan dengan sampah dan lingkungan. Umumnya alat
ini didatangkan dari luar negeri yang harganya mencapai milyaran rupiah, serta
membutuhkan tenaga operator maupun teknisi yang terdidik dan terlatih.
Incinerator luar ini dalam pengoperasiannya cukup memakan biaya besar karena
dalam proses pemusnahan limbah membutuhkan bahan bakar dan listrik yang
cukup besar secara kontinyu. Selain itu komponen alat tidak mudah didapatkan
dipasaran dalam negeri sehingga cukup merepotkan takala terjadi kerusakan dan
perawatan.
B. Rumusan Masalah
Untuk membahas tentang Pengelolaan Sampah dengan menggunakan
incinerator, adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian incinerator ?
2. Proses incinerator ?
3. Bagian-bagian insinerasi ?
4. Jenis-jenis limbah yang dapat dimusnahkan incinerator ?
5. Kelebihan dan kelemahan incinerator ?

C. Tujuan Penulisan
Penulis dan pembaca pada khususnya dapat memahami cara pengelolaan
sampah dengan menggunakan incinerator sehingga dampak yang ditimbulkan
dari sampah terhadap pencemaran lingkungan dapat ditanggulangi dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian incinerator
Incinerator didefinisikan sebagai penghancuran limbah menggunakan
pembakaran nyala api dengan kondisi terkendali. Dengan menggunakan
incinerator, limbah dapat diuraikan dari senyawa organik yang kompleks menjadi
senyawa sederhana seperti karbon dioksida dan air.

Pada proses incinerator, limbah dimasukkan ke ruang / tungku pembakaran


yang telah dipanaskan sebelumnya sampai dengan suhu minimum dengan
menggunakan bahan bakar tambahan seperti gas alam atau minyak bakar. Tungku
pembakaran ini umumnya terbuat dari baja yang dilapisi dengan “Incinerator
khusus” atau re-“fractory brick”. Ditungku pertama, limbah diberi atau dibubuhi
gas dan dibakar sebelum dipindahkan ke tungku kedua atau after burner ditempat
mana akan diberi bahan bakar tambahan untuk menaikan suhu dan menyelesaikan
proses pembakaran. Gas (hasil) pembakaran dikeluarkan atau dibuang melalui
cerobong ke atmosfer. Suhu, waktu tinggal (residence time) dan pencampuran di
tungku pembakaran dikendalikan secara cermat guna memastikan bahwa
penghancurannya sempurna dan kontaminan-kontaminannya tidak terbuang
melalui cerobong.
Incinerator dapat digunakan terhadap berbagai macam limbah organik,
termasuk minyak, pelarut, bahan farmasi, dan Pestisida. Proses ini tidak umum
digunakan terhadap limbah organik seperti lumpur logam berat (heavy metal
sludge) dan asam-asam anorganik. (Aspros binareka, 2009)

2. Proses Incinerator

Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat


(double chamber), sehingga Emisi yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak
berbau, dan menggunakan sistem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran
tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Pemilihan incinerator yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan
lingkungan, jenis dan komposisi sampah, serta volume sampah, sehingga dapat
dilakukan secara lebih efisien baik prosesnya maupun transportasi dan tenaga
operasionalnya, serta pula penggunaan lahan lebih efisien. Meminimalkan sampah
yang berukuran besar dan berat untuk dapat dipilah masuk ke dalam tempat
tersendiri.

Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan mencegah


kerusakan pada dinding pembakar, maka Gelas dan Logam tidak ikut dibakar.
Volume sampah yang berlebihan diatas mungkin tercecer atau tumpah sehingga
menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh karenanya pada lokasi pembakaran perlu
disediakan tempat, dan bila diperlukan diadakan pengaturan pemulung yang akan
menangani pemilahan sampah dengan baik, “ Sangat memungkinkan terjadi
perebutan lahan kerja dari pemulung dan akan menjadikan friksi-friksi sosial ”.
(TARIFA INDONESIA, 2012)

a. Proses incenerasi adalah sebagai berikut:


b. Proses pemusnahan pada incenerator yang kita gunakan:

3. Bagian-bagian dari incinerator


a. Ruang Bakar Utama :

Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi


udara “ dimana udara yang dimasukan didistribusikan dengan merata kedasar
ruang bakar untuk membakar karbon sisa. Gas buang yang panas dari
pembakaran, keluara dari sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan
pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi. Sisa padat dari
pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama
pembakaran normal dalam waktu pembakaran.

Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 8000 – 10.000 C dengan
sistem close loop sehingga pembakaran optimal. Distribusi udara terdiri dari
sebuah Blower radial digerakan langsung dengan impeller, dengan casing
almunium dan Motor Listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama
didistribusikan ke koil.
b. Ruang Bakar Tingkat Kedua :

Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri
dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas gas karbonisasi
yang dihasilkan dari dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah
terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua,
kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan terbakar
habis.

Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar dari gas
karbonisasi suhunya cukup tinggi untuk penyalaan sendiri, dan ketika karbonisasi
selesai maka Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari,
gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam temperatur lebih
tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.1000 C
dengan sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang
pembakaran dilakukan secara manual atau menggunakan lift conveyor.

c. Panel Kontrol Digital :

Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting


suhu minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol
secara “ automatic “ dengan sitem close loop. Pada panel digital dilengkapi
dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai kebutuhan), dan
dilengkapi dengan tombol pengendali “burner” dan “blower” dengan terdapatnya
lampu isarat yang memadai dan memudahkan operasi.

d. Cerobong Cyclon :

Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya
dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang
bersama gas buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua
dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran siklon di dalam
cerobong. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan
gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon.

Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus kedinding, maka


butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air yang
disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat
dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu
halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air ditampung dan
didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke cerobong siklon
kembali.

e. Burner dan Blower :

Incinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan


secara otomatis. Burner yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat,
serta dilengkapi dengan blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga
mampu menghasilkan panas yang tinggi. (Ir. Moch. Yasin Kurdi, 2011)

4. Jenis-jenis limbah yang dapat dimusnahkan incinerator adalah sbb:


1. Limbah domestik
Yang termasuk limbah domestik adalah sampah kota, pasar, perumahan,
pertokoan dsbnya

2. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah padat yang dihasilkan oleh rumah sakit

3. Limbah Industri, terbagi atas :


a. Limbah padat:
- Obat-obatan kadaluarsa pada industri farmasi
- Produk reject pada industri makanan, sabun, sampoo dsbnya
- Sampah-sampah kemasan
- Adonan permen yang mengeras dan tidak dapat digunakan pada industri
permen.
- Majun atau potongan kain pada industri tekstil
- Sisa sisa tembakau dan produk reject pada industri rokok
- Karet- karet bekas dan sudah tidak bisa digunakan pada industri karet.
- Kerak cat yang sudah mengeras pada industri otomotif

b. Limbah sludge:

Sludge dari proses pengolahan limbah cair (Wastewater Treatment Sludge)


dari berbagai jenis industri.

c. Limbah cair

- Limbah chemical dari laboratorium (terbatas)

- Limbah chemical produksi (terbatas)\

- Obat-obatan cair

- Shampo cair reject yang belum dikemas

- Sabun cair reject

Contoh incenerator terpasang:

Gambar 1. Static incinerator


Gambar 2. Continues reciprocating incinerator grate, kapasitas 8.4 ton solid/hari

4. Kelebihan dan Kelemahan dari alat incinerator

Incinerator memilki beberapa kelebihan dibanding landfill. Proses ini jelas


mengurangi jumlah limbah yang memerlukan landfill sehingga bertujuan untuk
mengurangi keperluan lahan dalam pengelolaan limbah. Incinerator memiliki
Kelemahannya adalah kebutuhan akan operator yang terlatih dan potensi emisi ke
atmosfer, apabila perencanaannya tidak sesuai dengan kebutuhan operasionalnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Incinerator adalah alat pemusnah sampah/limbah baik itu dari rumah tangga,
industri, rumah sakit, termasuk sampah/limbah beracun, ignitable, korosif atau
reaktif baik berbentuk plastik, padat maupun cairan yang mengandung
hidrocarbon (seperti oli dan minyak bekas), sehingga alat ini dirancang
berdasarkan: Cara dan tingkatan perlakuan, Karakteristik limbah, Volume limbah
dan sebagainya.

Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam


waktu relatif singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga
menjadi abu.

Jenis-jenis limbah yang dapat dimusnahkan incinerator adalah Limbah


domestik, Limbah Infeksius, Limbah Industri (Limbah padat, Limbah sludge dan
Limbah cair).

Incinerator memilki beberapa kelebihan dibanding landfill. Proses ini jelas


mengurangi jumlah limbah yang memerlukan landfill sehingga bertujuan untuk
mengurangi keperluan lahan dalam pengelolaan limbah. Incinerator memiliki
Kelemahannya adalah kebutuhan akan operator yang terlatih dan potensi emisi ke
atmosfer, apabila perencanaannya tidak sesuai dengan kebutuhan operasionalnya.

B. Saran
Sebaiknya setiap rumah sakit atau puskesmas dapat mencegah limbah
sampah dengan menggunakan alat incinerator karena alat ini dapat mengurangi
volume sampah dan membunuh bakteri sampah (suci hama) serta dapat
mengurangi sifat-sifat yang berbahaya (racun, radiasi). Selain itu alat ini juga
mencegah penyakit yang disebabkan oleh limbah sampah itu sendiri.
Daftar Pustaka

Aspros binareka. (2009). Diakses September 11, 2012, dari


http://www.addnitech.com/product.php?id=1.binareka, A. (n.d.).

Ir. Moch. Yasin Kurdi. (2011). PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PEMBAKARAN. Diakses
September 11, 2012, from http://docs.google.com/www.diskimrum.jabarprov.go.id/.

PD. Karya Mitra Usaha. (2012). Diakses September 11, 2012,dari


http://www.incinerator.co.id/component/content/frontpage.html.

TARIFA INDONESIA. (2012). Diakses September 11, 2012, dari


http://www.tarifaindonesia.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=74&Itemid=114.

Anda mungkin juga menyukai