Anda di halaman 1dari 22

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT

DENGAN METODE THERMAL


(INCINERATOR)

OLEH
FILDIANITA AMALIAH ALWY
NIM. D131 17 1504

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan saya
kesehatan, kesempatan dan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah unit operasi.
Saya pun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya
dalam menemukan literatur-literatur yang dapat membantu saya untuk menyelesaikan
tugas ini. Adapun tugas ini akan membahas mengenai pengolahan limbah pada secara
fisik.
Saya sebagai penulis mengetahui bahwa masih terdapat banyak kekurangan terutama
penerjemahan Bahasa yang masih rancu. Untuk itu saya memohon maaf untuk
kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam makalah.

21 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
I.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
I.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
I.3 TUJUAN ............................................................................................................ 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
II.1 PANDANGAN UMUM .................................................................................... 3
II.2 BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN INCINERATOR ....................................... 4
II.3 JENIS-JENIS INCINERATOR ......................................................................... 7
II.4 PROSES PEMBAKARAN .............................................................................. 13
II.5 EMISI PEMBUNGAN INCINERATOR ........................................................ 14
BAB III ........................................................................................................................... 17
PENUTUP ...................................................................................................................... 17
III.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 17
III.2 SARAN ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18
LAMPIRAN PLAGIARISM CHECKER ...................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Kehidupan sosial masyarakat saat ini berkaitan erat dengan makan banyaknya jumlah
limbah. Sejak tahun 1995 terdapat peningkatan sampah perkotaan sebanyak 13% dan hal
ini juga menyebabkan adanya penambahan limbah perkotaan tiap per kapita sebanya 9%.
Maka dari itu pengolahan sampah menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari dan
dilakukan saat ini.
Selain itu pertumbuhan julah sampah yang semakin banyak yang mengakibatkan
jumlahnya melebihi dengan kemampuan asimilasi alami lingkungan dan kapasitas
penanganan. Saat ini kita pun diharuskan mengurangi tingkat komsumsi dari bahan
mentah dan untuk meningkatkan tingkat perbaikan dan penggunaan kembali limbah.
Pengolahan limbah yang efektif melibatkan banyak bentuk metode pengolahan,
teknologi dan juga pengaplikasian. Semua metode yang dipergunakan harus
memberikan jaminan akan kelestarian lingkungan. Selain sistem Sanitary landfill dan
daur ulang dalam mengolah sampah bias dengan cara biologi (kompos, degradasi
anaerobik) dan pengolahan dengan teknologi termal (insinerator, pirolisis, gasifikasi,
teknologi plasma).
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan limbah salah satunya dengan metode
konversi termal. Teknologi ini membantu menurunkan volume limbah dan membuat
energi terbarukan. Energi dihasilkan oleh limbah padat yang diolah dan dapat membantu
dalam pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dan dapat membantu dalam
menggunakan energi yang dapat diperbarui, sebagai konsekuensi dari pemanasan global
dan merupakan kontribusi untuk mewujudkan hasil-hasil protokol Kyoto.

I.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan insinerator ?
2. Bagaimana bentuk dari insinerator itu ?
3. Bagaimana sistem kerja insinerator itu ?
4. Mengapa insinerator menjadi pilihan dalam pengolahan limbah ?

1
I.3 TUJUAN
1. Mengetahui insinerator, bagian-bagian insinerator dan jenis-jenis insinerator
2. Mengetahui proses konversi limbah menjadi gas dan padatan kecil melalui
insinerator
3. Mengetahui kelebihan, kekurangan dan pemanfaatan emisi insinerator.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 PANDANGAN UMUM


Pengolahan limbah secara termal merupakan metode untuk mengubah limbah
menjadi gas, cairan (liquid), dan juga padatan (abu dan arang), baik dengan atau tanpa
mengurangi jumlahnya. Salah satu bentuk pengolahan limbah dengan metode termal
adalah dengan insinerator.
Insinerator merupakan wadah pembakaran limbah, atau bangunan yang di desain
untuk pembakaran limbah dalam jumlah yang besar. Pembakaran sampah ini ( yang
sebagian bermaterial dasar karbon ) dilakukan di ruangan yang memiliki tingkat oksigen
yang tinggi, umumnya pada temperatur di atas 850°C. pembakaran ini mengubah limbah
menjadi gas yang umumnya terdiri dari karbon dioksida (CO2) dan juga air (H2O) emisi
gas lainnya berupa nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan lain-lain. Sedangkan kandungan
anorganik dari limbah akan diubah menjadi abu.
Konsep pengolahan dengan Insinerator merupakan salah satu bentuk pengolahan
limbah (terutama limbah padat) yang telah banyak terbukti baik dan bisa digunakan
dengan banyak jenis bahan bakar.
Konsep pembakaran dengan tungku atau gedung pembakaran adalah volume padatan
limbah akan berkurang sehingga dapat mengurangi timbunan padatan limbah, hal ini
disebabkan ketikan timbunan limbah yang dipanaskan atau dibakar secara simultan
dengan semua energi yang ada di dalam tungku pembakaran. Pengurangan volume
limbah pada ketika telah melewati proses pembakaran dapat mencapai angka 90% dan
75% pada berat limbah tersebut. Pembakaran pada suhu 800°C juga dilakukan untuk
membunuh kuman, virus dan kimia beracun.
Terdapat dua jenis alat pembakaran insinerator yaitu tipe kontinu dan tipe batch. Pada
tipe kontinu limbah dimasukkan ke dalam sistem pembakaran secara terus-menerus
dengan debit dan waktu yang tertentu dan tetap, sedangkan pada tipe batch limbah akan
ditimbun atau dikumpulkan sampai mencapai berat tertentu kemudian akan dibakar
secara bersamaan.
Adapun kelebihan dari insinerator di antaranya :
1. Mengurangi volume dan berat limbah.

3
2. Penghancuran dan Penguraian limbah padat lebih cepat
3. Prosesnya dapat dilakukan hampir setiap saat
Adapun alasan-alasan sehingga Insinerator menjadi alternatif dalam pengolahan
limbah padat di antaranya :
1. Material-material yang mengandung komponen berbahaya dapat hancur
dikarenakan suhu pembakaran yang mencapai angka 800°-1000°C.
2. Penguraian dan penghancuran memakan waktu yang lebih singkat
3. Hasil akhir pembakaran berupa abu dan arang (untuk material yang tidak dapat
menjadi abu) dapat dengan aman dibuang dan bercampur dengan limbah lainnya.
4. Bangunan pembakaran dapat didirikan di dekat dengan lokasi sehingga dapat
memangkas biaya pengangkutan
5. Pelepasan emisi di lingkungan dapat dikontrol sehingga tidak menimbulkan
bahaya di lingkungan dan atmosfer
6. Hampir semua bahan organik yang dibakar menjadi residu yang bersifat stabil
Namun, metode ini juga memiliki kekurangan di antaranya :
1. Insinerator masih mengalami kesulitan dalam memproses limbah anorganik
terutama logam berat.
2. Pemeliharaan yang membutuhkan biaya yang banyak
3. Pengadaan bahan bakar yang banyak.
4. Dibutuhkannya operator khusus untuk menjalankannya
Insinerator juga dapat berfungsi untuk memberikan energi berupa energi listrik,
energi untuk menjalankan alat pemanas, dan untuk memanaskan ketel uap (ini banyak
diterapkan di negara Jepang). Umumnya insinerator dapat menghasilkan energi listrik
sekitar 17 MW dan 1200 MWh energi untuk alat pemanas pada suatu distrik (kecamatan)
tiap hari untuk pembakaran 600 ton limbah padat tiap harinya.
Pada saat ini, kebanyakan insinerator memasukkan sistem pengontrol polutan udara
(misalnya serat filter, scrubber, alat pengendap elektro statis) untuk menghilangkan fly
ash dan kontaminan gas lainnya. Cerobong asap yang tinggi didirikan mengeluarkan gas
dan abu yang telah difilter di ketinggian tertentu hal ini agar peleburan dan
penyebarannya luas sehingga dapat mengurangi tingkat pencemaran udara.

II.2 BAGIAN-BAGIAN BANGUNAN INCINERATOR


Bangunan insinerator umumnya terdiri dari beberapa bagian di antaranya adalah :

4
1. Weighing System
Sistem untung menimbang limbah padat ini bertujuan untuk mengontrol dan
mencatat muatan limbah yang masuk ke bangunan insinerator.
2. Reception Site
Dikarenakan limbah yang datang ke insinerator tidak berlangsung terus-menerus,
keberadaan tempat penampungan sementara cukup diperlukan. Tempat penyimpanan
ini didesain dengan beberapa pertimbangan berikut :
1. Waktu penampungan diharuskan sesingkat mungkin
2. Sampah yang baru telah harus didatangkan
3. Kesamaan limbah harus terpenuhi sebelum masuk ke tempat pengisian (feeding
system)
4. Jaminan transfer limbah pada Feeding system terpenuhi
Selain itu, desain reception site harus dapat mengurangi dampak pada lingkungan
di sekitarnya. Contohnya, sampah yang berada di tempat penyimpanan sementara,
hanya bias berada di tempat penyimpanan paling lama dua hari untuk menghindari
bau menyengat, sementara bagian bawah dari tempat penyimpanan dilapukan untuk
menghilangkan leachate dan air bekas limbah.
3. Feeding System
Merupakan tempat dimasukkannya limbah yang akan dipanaskan ke dalam
tungku pembakaran. Alat ini dirancang agar dapat menyesuaikan dengan tingkat
jumlah dan kecepatan pembakaran tungku.
4. Combustion Hearts
Pembakaran limbah padat di insinerator dilakukan pada alat pembakar, yang
dioperasikan dengan bahan bakar kedua (secondary). Parameter dasar untuk
pengoperasian combustion Hearts yang tepat di antaranya adalah :
a. Terpenuhinya temperatur minimum yang dibutuhkan
b. Waktu pembakaran yang memadai
c. Kemampuan turbulensi / homogenitas limbah di insinerasi
Pada sistem ini terdapat 2 ruang bakar yaitu :
a. Primary Chamber
Ruang ini berfungsi untuk membakar limbah. Pada saat pembakaran temperatur
pada ruang ini diatur pada rentang 600°-800°C dan temperatur ini dapat dicapai

5
dengan adanya alat burner dan energi yang ada pada limbah tersebut. Udara untuk
pembakaran ini disediakan dan dikontrol oleh blower.
Padatan sisa hasil pembakaran dari sistem ini dapat berupa padatan tak terbakar
(kaca adan logam) dan abu (mineral) dan karbon yang berupa arang.
b. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dari Primary Chamber perlu dibakar kembali untuk
menghindari pencemaran lingkungan. Pembakaran yang bagus akan terjadi jika
pencampuran oksigen (udara) dengan gas hasil pirolisis1 tepat dan waktu tinggal yang
mencukupi. Temperatur pada Secondary Chamber dapat lebih tinggi yaitu 800°-
1000°C, hal ini agar gas-gas pirolisis yang berupa Hidrokarbon terurai menjadi gas
CO2 dan H2O. Sama hanya dengan Primary Chamber udara di sistem ini disediakan
dan dikontrol oleh blower.
5. Boiler
Boiler ini merupakan sistem yang memuat energi dari hasil pembakaran (hot off-
gases) yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi uap ( misalnya untuk fasilitas
Kawasan industri dan alat pemanas untuk daerah pemukiman warga). Tekanan,
temperature, dan kapasitas produksi uap merupakan parameter dasar untuk membuat
pengoperasian boiler yang efektif.
6. System for the Removal Residues
Residu mewakili 20-40% dari awal limbah dan dibagi menjadi beberapa jenis :
1. Residu yang keluar dari sistem pembakaran : 20-35%
2. Residu yang melalui sistem pembakaran : 1-2%
Residu dikumpulkan dan disimpan di dalam sebuah alat di mana residu ini kemudian
ditransfer ke suatu sistem tertentu untuk didinginkan.
7. Emission Control System
Fungsi dari Emission Control System adalah menagani partikel-partikel, HCl, HF,
SO2, dioksin dan logam berat.

Untuk lebih spesifiknya bagian-bagian dari insinerator dapat dilihat dari gambar di
bawah ini:

1
Pirolisis merupakan degradasi limbah organik dari hasil pembakaran dalam kondisi
tanpa oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar.

6
Gambar 2.1 Bagian-bagian Bangunan Incinerator
(Sumber : D. Amutha Rani, A.R Boccaccini dalam Air pollution control residues from waste
incineration: Current UK situation and assessment of alternative technologies, 2008.)

II.3 JENIS-JENIS INCINERATOR


1. Moving Grate
Model insinerator yang umum digunakan untuk limbah padat domestik
adalah incinerator moving grate. Pada Moving Grate memungkinkan adanya
pergerakan/ perpindahan limbah melalui tungku pembakaran secara optimal agar
terjadinya pembakaran yang efisien dan sempurna. Sebuah ketel moving grate
dapat menampung dan membakar sampai 35 ton limbah setiap jamnya, dan dapat
beroperasi 8000 jam setiap tahunnya dengan hanya dilakukan satu kali
pemberhentian kerja mesin untuk keperluan inspeksi dan perawatan setiap
bulannya. Sistem moving grate biasa digunakan pada insinerator limbah
perkotaan.
Pada moving grate limbah dimasukkan dengan alat pengapit (crane) ke
dalam saluran dan disalurkan ke “mulut” tungku, yang kemudian diturunkan

7
pada tungku bagian bawah kemudian akhirnya di bawah ke tempat penampungan
abu, pada tempat ini abu dihilangkan melalui saluran air.
Pada bagian ruang pembakaran primer udara disuplai melai tungku bagian
bawah. Udara yang mengalir juga berfungsi untuk mendinginkan tungku
tersebut. Pendinginan ini penting untuk menjaga kekuatan mesin tungku, dan
kebanyakan insinerator moving grate memiliki air pendingin di dalamnya.
Pada ruang pembakaran sekunder udara disuplai ke dalam ketel uap dengan
kecepatan tinggi melalui pipa di atas tungku. Ini membantu memberikan
pembakaran sempurna pada gas dengan melibatkan turbulensi agar adanya
pencampuran yang baik dan memastikan adanya surplus oksigen. Pada
insinerator Multiple hearts ruang pembakaran sekunder ditempatkan berpisah
dibagian bawah ruang pembakaran primer.
Untuk lebih pastinya insinerator moving grate dapat dilihat dari gambar di
bawah ini.

Gambar 2.2 Model insinerator moving grate


(Sumber : Bani-Hani EH, Hammad M dalam Analysis of Polychlorinated Biphenyl Wastes
Incineration in Rotary Kilns: Model Development and Validation, 2015.)

2. Fix Grate
Merupakan model insinerator lama dan model insinerator yang lebih
sederhana yang strukturnya berbasis bata dengan tungku berbahan logam pada

8
bagian atas tempat penampungan abu, dengan satu bukaan pada bagian atas atau
samping untuk mamasukkan limbah dan bukaan pada sisi lainnya untuk
menampung sisa-sisa limbah yang tidak ikut “terbakar” yang disebut dengan
arang.
3. Rotary-Kiln
Insinerator rotary-kiln diterapkan pada daerah perkotaan dan pada tempat
industri skala besar. Tipe insinerator ini sangat cocok untuk menginsenerasi jenis
limbah yang mengandung air yang cukup besar dan volume yang sangat besar.
Insinerator ini memiliki dua ruang pembakaran, ruang pembakaran utama dan
ruang pembakaran sekunder. Ruang pembakaran primer ini terdiri dari lintasan/
jalur yang berupa tabung silinder yang memiliki struktur yang cenderung keras.
Pada ruang primer ini limbah akan berputar hal ini bertujuan untuk mencapai
pembakaran limbah yang merata. Pada bagian ini juga terjadi konversi dari
pecahan-pecahan padat menjadi gas, melalui penguapan, penyulingan destruktif,
dan reaksi pembakaran sebagian. Pada ruang pembakaran sekunder berfungsi
untuk menuntaskan sisa-sisa gas yang belum terbakar pada proses pembakaran.
Arang hasil dari pembakaran (pada benda yang tidak bisa terbakar) akan
jatuh keluar pada bagian akhir silinder. Cerobong asap yang tinggi, kipas, dan
alat uap memberikan suplai udara. Abu akan jatuh melalui tungku, tapi sebagian
besar partikel akan terbawa Bersama dengan gas panas. Partikel dan material-
material tak terbakar mungkin akan terbakar di “afterburner” atau pembakaran
lanjut.
Untuk lebih pastinya insinerator rotary-kiln dapat dilihat ari gambar di
bawah ini.

Gambar 2.3 Model insinerator rotary-kiln

9
(Sumber : Bani-Hani EH, Hammad M dalam Analysis of Polychlorinated Biphenyl Wastes
Incineration in Rotary Kilns: Model Development and Validation, 2015.)

Gambar 2.4 Model insinerator rotary-kiln


(Sumber : Nanguning Tri Fadly dalam Menentukan Konsentrasi NaOH sebagai
penyerap CO2 dari Proses Pembakaran Limbah Infeksius di Dalam Insinerator Metode
Primary dan Secondary Chamber, 2014.)

4. Fluidized Bed
Tipe tunggu pembakaran ini menggunakan pasir (seperti pasir kuarsa dan
silika) sebagai pengaduk sehingga terjadi pencampuran antaran pasir dengan
udara secara homogen. Pencampuran yang konstan antar partikel mendorong
terjadinya laju perpindahan panas yang cepat serta terjadinya pembakaran
sempurna.
Hamparan pasir diletakkan di atas kisi logam yang terlapiskan bahan yang
tahan pada api. Pada kisi ini terdapat pelat berpori atau tuyure tempat
mengalirkan udara agar hamparan pasir dapat terfluidisasi dan hamparan pasir
tersebut akan mengalami pertambahan volume sampai dua kali volume semula.
Fluidisasi berguna untuk membuat pencampuran meningkat, meningkatkan
turbulensi dan juga meningkatkan perpindahan panas. Ruang pembakaran yang
mencapai angka 700°-900°C. Untuk mencapai temperatur tersebut digunakan
bahan bakar bantu agar temperatur di dalam ruangan tetap konstan. Beberapa
instalasi menggunakan semprotan air untuk mengontrol temperatur ruang
pembakaran.

10
Hamparan fluidisasi meningkatkan penyebaran limbah yang datang dengan
pemanasan yang cepat hingga temperatur tungku untuk meningkatkan waktu
kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang baik untuk menghasilkan
pembakaran yang sempurna. Pembakaran umumnya terjadi dengan sendirinya,
kemudian limbah akan hancur dengan cepat, kering dan terbakar di hamparan
pasir. Kemudian kecepatan pembakaran limbah akan terjadi bila terjadi kontak
dengan partikel hamparan yang panas. Aliran udara fludisasi membawa abu yang
halus dari hamparan. Hasil proses pembakaran biasa dibawa ke Scrubber basah
dan abunya dibuang secara landfill.
Untuk lebih pastinya tipe pembakaran ini dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Gambar 2.5 Model insinerator fluidized-bed


(Sumber : Arsip Encyclopaedia Britannica dalam website
https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/schematic-diagram-of-a-fluidized-bed-
combustion-boiler-news-photo/143064679, 2014.)

5. Multiple Hearts Incinerator


Pembakaran jenis ini terdiri dari tungku (hearts) yang berupa kerangka-
kerangka baja disusun secara vertikal, yang berjumlah 5-8 buah tungku. Muatan
sampah dimasukkan dari atas pembakaran secara terus menerus dan abu hasil
pembakaran dikeluarkan melalui silo, sedangkan udara dimasukkan dari arah
bawah alat pembakaran. Udara yang dibawa ke atas dari bawah tungku juga

11
berfungsi untuk membawa hasil pembakaran dan abu. Pembakar dipasangkan di
sisi dinding tungku di mana proses pembakaran terjadi.
Jenis limbah yang memungkinkan untuk diproses pada insinerator jenis ini
adalah limbah dengan berta padatan minimum 15-50 %. Hal ini dikarenakan
limbah yang berat padatannya di bawah 15% akan di anggap limbah cair, dan
bila dimasukkan ke dalam insinerator limbah ini akan sulit diproses oleh rabble
teeth.

U
ntuk lebih jelasnya insinerator jenis ini dapat dilihatmelalui gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Model insinerator multiple-hearts


(Sumber : Arsip Industrial Minerals Process Equipment Company dalam website
https://www.impexequip.com/equip_calcination.html.)

12
II.4 PROSES PEMBAKARAN
Pada proses insinerasi terdapat dua proses pembakaran yaitu pembakaran
sempurna dan pembakaran habis. Pembakaran sempurna merupakan pembakaran
yang terjadi bila karbon bereaksi dengan oksigen menghasilkan karbon dioksida
(CO2). Selama Pembakaran sempurna ada surplus oksigen dan sebagai akibatnya
koefisien stoikiometri oksigen akan bernilai lebih dari “1” pada reaksi pembakaran.
Teorinya, jika koefisiennya setara dengan “1”, tidak ada karbon dioksida (CO) yang
dihasilkan dan rata-rata temperatur gas adalah 1200°C.
Tahap pertama dari proses pembakaran adalah proses gasifikasi di mana
penguapan kandungan air limbah yang belum terbakar menggunakan panas yang
terdapat di sekeliling sampah itu atau menggunakan energi panas yang berada di
luar lingkungan pemanasan tersebut. Pada saat proses pemanasan terjadi pelepasan
karbon dan materi-materi yang dapat menguap yang berubah menjadi gas. Gas ini
kemudian bercampur dengan oksigen sehingga dapat terjadi reaksi oksidasi. Proses
ini dapat menghasilkan karbon dioksida (CO2) dengan uap air (H2O) yang
dilepaskan ke udara apabila temperatur yang tinggi tercapai pada proses ini.
Pada kasus adanya kekurangan oksigen, maka pembakaran yang terjadi adalah
pembakaran tidak sempurna atau pembakaran habis, di mana CO2 yang dihasilkan
bereaksi dengan karbon yang belum bereaksi atau “dipakai” dan dikonversi menjadi
CO pada suhu yang sangat tinggi. Pembakaran tidak sempurna juga terjadi apabila
temperatur ruang pembakaran yang tidak tinggi dan waktu penyimpanan limbah
yang singkat. Pembakaran tidak sempurna ini dapat menghasilkan asap. Dampak
lainnya adalah terbentuknya dioksidan furan dari hasil reaksi denovo.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesempurnaan pembakaran
ialah :
1. Temperatur
2. Waktu Tinggal
3. Turbulensi
4. Komposisi Sampah
5. Pembakaran Dengan Udara Kurang

13
II.5 EMISI PEMBUNGAN INCINERATOR
Emisi diperoleh dari proses pembakaran insinerator, berikut adalah emisi dari
insinerator :
1. Emisi udara
Berdasarkan komposisi limbah yang diproses di insinerator, emisi udara
pada umumnya mengandung produk hasil pembakaran berupa CO, CO2, NOx,
SO2, kelebihan oksigen, partikel debu dan juga materi lainnya. Jumlah dan
konsentrasi oleh materi lain seperti HCl, HF, partikel terurai yang mengandung
logam berat, dioksin, dan furan. Selama insinerasi, limbah mampu menghasilkan
4000-5000 m3 emisi udara.
Dioksin atau furan merujuk pada molekul atau campuran yang tersusun dari
karbon dan oksigen. Campuran ini ketika beraksi dengan halogen seperti klorin
dan bromin akan menghasilkan zat-zat beracun.
Dioksin atau furan dihasilkan pada hampir seluruh proses pembakaran, pada
fase gas, sementara mekanisme pasti dari formasi ini tidak diketahui. Diketahui
bahwa temperatur formasi pembakaran ini adalah 300°C, panas saat dua reaksi
dapat berlangsung, pembentukan dan dekomposisi. Keberadaan substansi bahan
yang mengandung klorin organik pada limbah dan peningkatan kandungan pada
oksigen mampu memperkuat susunannya. Sebagai akibatnya kondisi operasi dari
insinerator dapat mempengaruhi susunan dioksin pada suhu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan komposisi limbah dan kuantitas PVC termasuk di
dalamnya.
Terdapat indikasi dari bahwa dioksin dan furan dapat menyebabkan kanker
pada manusia, maka dari itu diperlukannya alat filtrasi emisi pada sistem
insinerator untuk mengurangi tingkat emisi yang masuk ke lingkungan
Emisi udara dapat dikontrol dengan menerapkan alat pembersih pada
insinerator. Kemudian, sistem pembersih yang umum digunakan untuk
menangani dari produksi gas selama insinerasi, di antaranya adalah :
1. Bagfilters
Gas-gas yang keluar melalui materi berpori, di mana partikel terlarut akan
tertahan. Berdasarkan keperluannya, material dari bagfilters terbuat dari serat

14
alami, plastik, mineral kaca, dan lain-lain. Debu yang terkumpul pada filter
dimusnahkan dengan getaran atau persediaan udara.
2. Presipitator Elektostatis (filter elektro)
alat ini terdiri dari sinar katode yang mengalir pada kawat tipis dan sinar
anode. Susunan lain termasuk sistem tablet paralel, dengan adanya potensial
berbeda di antaranya. Voltase dengan angka mencapai 30-80 KV di alirkan
di antara sinar katode dan anode. Ketika partikel memasuki daerah sinar
katode, partikel ini akan mendapatkan daya positif dan daya negatif akan
mengalir ke kutub positif (anode). Kecepatan dari partikel bergantung pada
berat dan gaya coulomb yang dihasilkan.
3.Cyclones
Alat ini didasarkan dari pengembangan dari gaya sentrifugal pada saat
pemasukan gas pada daerah simetrikal. Partikel yang terkena gaya sentrifugal
dan aliran berputar akan dimasukkan ke dinding dan dipindahkan ke bawah.
Cyclone biasnya digunakan bersamaan dengan presipitator elektrostatis.
2. Limbah cair
Limbah cai dihasilkan dari penggunaan air selama proses inisinerasi
dalam proses :
a. Pemadaman/mengurangi abu (0.1 m3 air/tn per limbah)
b. Pendinginan saat fase gas (2 m3 air/tn per limbah)
c. Menara absorben basa (2 m3 air/tn per limbah)
d. Penyaring elektrostatis (prisipitator)
Aliran limbah cair mengandung padatan terlarut, dan bahan organik dan
anorganik terlarut. Ini dapat dikategorokan sebagai limbah cair berbahaya
dan memiliki penanganan khusus sebelum dibuang di penampungan akhir.
3. Residu padatan
Residu padatan sekunder yang dihasilkan selama insinerasi dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Fly ash
Merupakan pecahan yang paling ringan dari residu, abu ini dikumpulkan
oleh filter (bagfilter atau filter elektrostatis). Fly ash mengandung logam
berat berkonsentrasi tinggi dan dapat dikategorikan sabagai limbah
berbahaya.
b. Bottom ash

15
Merupakan residu yang dihasilkan dari proses insinerasi (bahan
anorganik) dan abu ini dukumpul di sebuah wadah di bagian bawah
insinerasi.
c. Boiler ash
d. Filter dust
e. Residu padatan lainnya yang dihasilkan pada proses pembersihan emisi
udara.

16
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
1. Insinerator merupakan salah satu dari bentuk pengolahan limbah secara termal
dimana limbah akan dipanaskan pada tungku perapian dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah berat dan volume limbah.
2. Bagian-bagian utama insinerator adalah tempat masuk dan penimbangan limbah
(weighting system, reception system dan feeding system), bagian pengapian dan
pembakaran ( Combustion hearts dan boiler), dan bagian pembuangan hasil
insinerasi (System for the removal residue dan Emissin control system).
3. Insinerator memiliki banyak jenis diantaranya, berdasarkan perpindahan limbah
(moving grate dan fix grate), berdasarkan kepadatan limbah yang dapat diolah
(rotary kiln, fludized bed dan multiple hearts)
4. Proses insinerasi memiliki tahap-tahap di antaranya adalah Pengeringan,
pebakaran (materi volatile), pembakaran sempurna karbon, dan pembuangan gas-
gas.
5. Uap dan panas berlebih yang dihasilkan dari mesin insinerasi dapat dipergunakan
sebagai alat penguap (penghangat) dan penyedia tenaga listrik.

III.2 SARAN
Pada makalah ini sebaiknya menggunakan susunan kalimat yang lebih tidak
rancu lagi. Dan sebaiknya penjelasan harus lebih detail.

17
DAFTAR PUSTAKA

Britannica, E. (2003, Januari 1). Schematic Diagram Of A Fluidized-Bed Combustion


Boiler. Dipetik Februari 23, 2019, dari Gettyimages:
https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/schematic-diagram-of-a-
fluidized-bed-combustion-boiler-news-photo/143064679
Ehab Hussein Bani-Hani, M. H. (2015). Analysis of Polychlorinated Biphenyl Wastes
Incineration in Rotary Kilns: Model Development and Validation. International
Journal of Mechanical Systems Engineering, 103.
Equipment. (t.thn.). Diambil kembali dari Industrial Minerals Process Equipment
Company: https://www.impexequip.com/equip_calcination.html
Fadly, N. T. (2014). Menentukan Konsentrasi NaOH Sebagai Penyerap CO2 dari
Proses Pembakaran Limbah Infeksius di dalam Incinerator Metode Primary dan
Secondary Chamber. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Moustakas, Konstatinos; Loizidou, Maria;. (2010). Solid Waste Management through
the Application of Thermal Methods. Waste Management, 89-97.
Prayitno, S. (2006). Reduksi Limbah Padat dengan Sistem Pembakaran dalm Tugku
Ruang Bakar. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses BATAN, 61-64.
Puna, J. F., & Santos, M. T. (2010). Thermal Conversion Technologies for Solid Wastes
: ANew Way to Prduce Sustainable Energy. Waste Management, 131.
Tikkanen, A. (2013, Juni 5). Incinerator. Dipetik 20 Februari, 2019, dari Encyclopedia
Britannica: https://www.britannica.com/technology/incinerator

18
LAMPIRAN PLAGIARISM CHECKER

LAMPIRAN
PLAGIARISM
CHECKER

19

Anda mungkin juga menyukai