Anda di halaman 1dari 13

JUDUL

INSINERATOR SEDERHANA UNTUK LIMBAH SAMPAH RUMAH TANGGA

Nama Kelompok : Hilal Fathi Nabil Sujiantoro (19.3.5.0006)


M.Lukman Hakim (19.3.5.0008)
Wahyu Adi Luhur.P (19.3.5.0012)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah telah menjadi isu dalam rangka pembangunan di daerah, karena sampah belum
ditangani secara holistic. Saat ini pengelolaan sampah di kabupaten Tegal ditangani oleh
pemerintah daerah dengan segala keterbatasan dalam sarana dan prasarana, belum
digunakan teknologi yang tepat untuk pengelolaan sampah serta mekanisme pengelolaan
sampah yang masih konvensional membuat pengelolaan sampah belum dapat optimal
dilaksanakan. Apabila hal ini dibiarkan dapat berdampak pada masalah lingkungan
karena pengelolaan sampah yang tidak baik menyebabkan sampah menjadi polutan bagi
lingkungan untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan optimalisasi pengelolaan sampah.
Pelayanan sampah di Kecamatan Lebaksiu saat ini ditangani oleh Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) . Pelaksanaan pengelolaan sampah dikawasan permukiman belum
menerapkan standar pelayanan yang ada, akibatnya pelayanan yang dilakukan belum
ramah lingkungan, untuk itu diperlukan optimalisasi pengelolaan sampah permukiman.
Sebelum meningkatkan pelayanan sampah terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap
pengelolaan yang dilakukan saat ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan
agar dapat perbaikan dalam pengelolaan sampah permukiman di Kecamatan
Lebaksiu .Diharapkan dengan perbaikan terhadap permasalahan pengelolaan sampah
permukiman Kecamatan Lebaksiu dapat dihasilkan optimalisasi pengelolaan sampah
yang dapat berdampak pada peningkatan pelayanan. Selain itu dimasa yang akan datang
pengelolaan sampah akan lebih ramah lingkungan dan terwujudnya pengelolaan sampah
permukiman yang berkelanjutan.
Incinerator merupakan teknologi pengolahan limbah yang dapat memusnahkan
komponen berbahaya. Teknologi pembakaran atau insinerasi menggunakan tungku
sebagai media pembakarnya. Tungku ruang bakar merupakan salah satu unit operasi
pembakaran limbah padat yang cukup baik yang dapat mereduksi volume maupun
mereduksi berat limbah cukup besar. Untuk mencapai reduksi volume maksimum
diperlukan ruang bakar yang mampu membakar limbah selanjutnya dan diperlukan suatu
ruang bakar yang mempunyai temperatur cukup tinggi diatas titik bakar dari limbah yang
dibakar (Prayitno dan Sukosrono, 2007).

Pada tungku ruang bakar terjadi proses pembakaran yaitu reaksi kimia antara bahan
bakar dengan oksigen dari udara yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah padat.
Incinerator yang dirancang mempunyai dua ruang pembakaran. Ruang pembakaran
primary beroperasi untuk menguapkan uap air, fraksi yang mudah menguaop (volatile)
dan membakar karbon tetap dalam sampah. Gas selanjutnya dilewatkan kedalam ruang
pembakaran sekunder dimana udara pembakaran diatur untuk memberikan kondisi udara
lebih (excessair) dan pembakaran sempurna terhadap zat yang mudah menguap dan
hidrokarbon lain dikeluarkan dari ruang pembakaran primary. Dalam Sistem ruang
pembakaran limbah padat dibakar secara terkendali pada proses pembakaran dengan
temperaturmencapai suhu 800-1000oC, sehingga menjamin pemusnahan mikroba
pathogen dan tidak menimbulkan pencemaran udara. Ruang pembakaran untuk
pengolahan limbah padat secara nyata akan mengurangi volume atau jumlah limbah
padat yang dapat dibakar, dengan demikian incinerator merupakan unit proses
pengolahan atau penanganan limbah yang cukup bermanfaat. Sampah medis merupakan
bagian dari sampah rumah sakit yang kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri,
virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain
disekitar lingkungannya. (Riyanto Marosin dan Ahsonul Anam, 2004).

Aspek penting dalam merancang sebuah alat incinerator perlu memperhatikan faktor
keamanan agar hasil rancangan aman bagi pengguna dan lingkungan sekitar saat
dioperasikan. Suhu dinding incinerator harus aman ketika kontak langsung dengan kulit
saat dioperasikan, serta asap pembakaran tidak mengganggu kesehatan dan tidak
mencemari lingkungan. Untuk itu perlu diperhitungkan desain rancang bangun alat
incinerator yang efektif, efisien dan optimal dalam memusnahkan limbah infeksius sesuai
dengan kondisi operasi yang aman dalam pengoperasian alat incinerator.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:

1. Bagaimana cara merancang alat incinerator dan menggunakan nya agar


incinerator tetap berkerja secara maksimal
2. Bagaimana cara mengetahui sempurna atau tidak-nya pembakaran pada alat
incinerator
3. Bagaimana tingkat efisiensi alat incinerator

C. Batasan Masalah

1. Ruang lingkup pembahasan hanya perancangan alat incinerator beserta cara


penggunaanya
2. Mengetahui tingkat kesempurnaan pembakaran pada alat incinerator dan,
3. Mengetahui tingkat efisiensi pada alat incinerator.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui cara merancang alat incinerator dan menggunakan nya agar alat
bekerja secara maksimal
2. Mengetahui tingkat kesempurnaan pembakaran yang terjadi di dalam alat
incinerator
3. Mengetahui efisiensi pada alat incinerator

E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai solusi penyediaan teknologi management limbah infeksiusrumah
sakit yang ramah lingkungan.
2. Dapat mengurangi masalah lingkungan akibat volume sampah yang semakin
meningkatkhususnya limbah infeksiusrumah sakit yang berpotensi
menyebarkan penyakit apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1) Sampah
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan manusia bersifat
padat(Azwar,1996).Sedangkan Granier (1991) mendefinisikansampahadalah barang
buangan padatan yang dianggap tidak diperlukan lagi,selanjutnya sampah merupakan
sisa-sisabahan yang telah lama mengalamiperlakuan baik yang telah diambil bagian
utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam
(Hadiwiyoto,1983).
Sampah yang saat ini dikelola oleh pemerintah terdiri atas sampah rumah tangga, sampah
sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Sedangkan menurut jenis dan
sumbernya Widyatmoko dan Sintorini (2002)mengelompokkan sampah atas: (1) sampah
rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga(2) sampah
komersial, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan,
rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios, dan sebagainya (3) sampah
bangunan, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk pemugaran
dan pembongkaran suatu bangunan(4) sampah fasilitas umum, yaitu sampah yang berasal
dari pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi, dan
fasilitas umum lainnya.
Berdasarkan sifatnya sampah dibedakan atas sampah organic dan anorganik (Murtadho
& Gumbira, 1998).Sampah organic meliputi sampah hasil dari bahan-bahan organic yang
baik yang berasal dari rumah tangga maupun sampah yang berasal dari lingkungan
sekitar. Sampah organik cenderung mudah terurai hal ini terjadi berkat bantuan
mikroorganisme. Sedangkan sampah anorganik merupakansampah yang berasal dari
produksi buatan manusia yang cendrung sulit terurai oleh mikroorganisme karena
memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks, contoh sampah anorganik seperti
kaca, plastik, kaleng, botol minuman dst.

Sampah atau limbah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses yang bersifat organik (dapat terurai) dan sampah anorganik. Sampah dapat
berupa bentuk padat, cair, lumpur (sludge) maupun gas, yang sumbernya berasal dari
berbagai sisa kegiatan seperti dari pemukiman, pertanian, pertambangan serta kegiatan
industri. Adapun kategori limbah dapat berupa limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
dan limbah bahan tidak berbahaya.

Dilihat dari komposisinya, sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik 50%-
60%, sampah plastik 15%,sampah kertas 10%, sampah karet 5%, dan sisanya adalah
sampah kaca, kain, logam, dll. Jumlah timbunan sampah secara nasional sekitar 64 juta
ton/tahun atau sekitar 175.000 ton/hari, atau sekitar 0.7 kg/orang/hari. Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk nasional dan meningkatnya kebutuhan akan berdampak
pada meningkatnya jumlah timbunan sampah sehingga memerlukan penanganan sampah
untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi lingkungan hidup yang baik bagi
kehidupan. Salah satu solusi pengelolaan sampah agar dapat tereduksi dengan cepat yaitu
menggunakan Incinerator. Hal ini dikarenakan teknologi pemusnahan sampah dengan
incinerator dapat mereduksi sampah dari 100% menjadi debu hingga 5% tergantung dari
kepadatan (solid content) sampahnya yang terbakar.

a. Teknologi Incinerator Horja


Keunggulan menggunakan teknologi Incinerator Horja:

 Mempercepat/mereduksi volume & massa jenis sampah secara signifikan


hingga 95%.
 Mudah dalam mengontrol gas buang sehingga pengaruh pada lingkungan
sangat minim.
 Panas dari akibat proses pembakaran dapat digunakan sebagai sumber
energi.
 Dapat ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan
sistem landfill.
 Membunuh patogen sumber penyakit dalam sampah supaya tidak
menyebar.
 Mengurangi biaya transportasi sampah.

Bagian Incinerator Horja terdiri dari ruang bakar (chamber) yang umumnya
dilengkapi dengan alat pembakar (burner) untuk membakar sampah dan
membakar gas, air supply system (penyuplai oksigen), sistem peralatan
pengendali pencemaran udara (dapat berbentuk water scrubber), serta sistem
pembuangan asap buang berupa ducting dan cerobong asap.

Dalam mendesign insinerator perlu dipertimbangkan jumlah dan jenis material


sampah yang akan dibakar, jumlah oxygen, jumlah kalori yang diperlukan dengan
tujuan mendapatkan ukuran ruang bakar yang ideal serta biaya operasional yang
ekonomis. Berbagai macam Incinerator yang di produksi disesuaikan dengan
fungsi dan kegunaan incinerator.

Secara umum syarat material sampah yang akan dibakar yaitu sampah harus
dipilah sesuai jenisnya karena tidak semua jenis sampah diperbolehkan dibakar.
Sampah sebaiknya dalam kondisi kering dengan kadar air sekitar 10% RH atau
lebih kering, serta ukuran diameter relatif kecil dan tipis, dan mempunyai nilai
kalori sekitar 5600 kalori/kg atau lebih besar.

Jenis sampah yang boleh dibakar :

 Sampah padat domestik seperti sampah dari kegiatan pertanian,


peternakan, perkebunan, dan perikanan (bangkai hewan dan ikan) berupa
bahan organik serta anorganik yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan
Kesehatan.
 Sampah medis biasa berupa kertas tissue, sarung tangan, masker, perban,
selang infus.
Jenis sampah yang tidak boleh dibakar :

 Sampah padat limbah medis B3 tertentu (sampah yang jika dibakar akan
menimbulkan Gas Dioksin dan Furan atau gas berbahaya lainnya).

Untuk sampah limbah B3 tertentu, penanganannya bukan dengan dibakar


memakai incinerator tetapi harus dikirimkan ke tempat penampungan dan
selanjutnya akan ditangani pemerintah atau lembaga tertentu. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemilahan sampah yang dimulai dari sumber sampahnya agar
dipisahkan sampah yang boleh dibakar maupun sampah yang tidak boleh dibakar
seperti Polyvinyl chloride (PVC), bola lampu, PCB (Printed Circuit Board), dll.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan. Menurut
Sugiono (2014) penelitian dan pengembangan merupakan “jembatan” antara penelitian dasar
(basic research)dengan penelitian terapan (applied reasrch) dimana penelitiandasar bertujuan
untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan.

1. Lokasi Penilitian
Lokasi penilitian untuk pengujian karaketristik abu insinerator rumah sakit dan
pelindian (leachate) dari sampel keramik dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
Adapun lokasi pencetakan keramik yaitu di Kerajinan Keramik Buriat Krista
Kasongan Bantul Yogyakarta.

2. Waktu Penilitiam
Waktu Penelitian dilakukan sekitar 3 bulan meliputi pengambilan sampel,
pembuatan benda uji, pengujian di laboratorium, dan analisis data. Dimulai dari bulan
april 2016 sampai bulan juni 2016, selanjutnya melakukan pengolahan data dan
menyusun laporan sampai selesai.

3. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan meliputi:
Pengambilan sampel abu insinerator, persiapan bahan, pembuatan dan perawatan
benda uji, pengujian dan analisis data. Secara rinci tahapannya sebagai berikut :
a) Pengambilan Sampel abu Insinerator
Pengambilan sampel abu Insinerator dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta
b) Persiapan bahan
Mempersiapkan bahan seperti tanah liat, kaolin dan abu insinerator untuk
dijadikan sampel keramik dengan ukuran 10cm x 10cm x 1cm dengan empat
komposisi. Bahan yang tersedia ditimbang dengan sesuai setiap komposisi.
c) Pencampuran Bahan (homogenisasi)
Pencampuran semua bahan dilakukan secara manual di dalam ember, diaduk
hingga merata dan ditambahkan air secukupnya sehingga mudah dibentuk.

Gambar 3.1 Proses Pencampuran Benda Uji


d) Pencetakan Benda Uji
Pada tahap ini sampel yang udah di campur dan elastis dicetak dengan bahan
gypsum yang sudah dimodifikasi dengan ukuran panjang 10 cm, lebar 10
cm, dan ketebalan 1 cm dan dicetak secara manual.

10 cm

10 cm

Gambar 3.2 Ilustrasi Hasil Keramik dari Limbah Abu Rumah Sakit
e) Pembakaran Benda Uji
Pembakaran adalah proses terakhir dalam pembuatan keramik, proses ini
bertujuan untuk memadatkan dan memkompakkan bahan yang sudah di
cetak dengan suhu 900 oC. pada tahap ini sampel dibakar dengan suhu
kenaikan bertahap di awal pembakaran suhu 200 oC dan dinaikkan setiap
30 menit sampai suhu 900 oC. pada suhu 900 oC di tahan selama 30
menit.

Gambar 3.3 Proses Pembakaran Benda Uji

f) Pengujian benda uji


Pengujian sampel dilakukan dengan 2 tahap, pertama pengujian abu
insinerator dengan metode Atomic Adsorpsion Spectrophotometry (AAS)
dan Pelindian (leachate) dengan metode Toxicity Characteristic
Leaching Procedure (TCLP).

g) Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menganalisa karakterisitik abu insinerator
yaitu logam berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn) dan Pelindian (leachate)
pada sampel keramik dan visual sampel keramik.
Secara skematik untuk pengujian karakteristik Abu insinerator dengan
metode AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer) ditunjukkan pada gambar 3.4.
BAB IV

PENUTUP

1) KESIMPULAN

Saat ini pengelolaan sampah di kabupaten Tegal ditangani oleh pemerintah daerah
dengan segala keterbatasan dalam sarana dan prasarana, belum digunakan teknologi
yang tepat untuk pengelolaan sampah serta mekanisme pengelolaan sampah yang
masih konvensional membuat pengelolaan sampah belum dapat optimal dilaksanakan.
Apabila hal ini dibiarkan dapat berdampak pada masalah lingkungan karena
pengelolaan sampah yang tidak baik menyebabkan sampah menjadi polutan bagi
lingkungan untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan optimalisasi pengelolaan
sampah. Pelaksanaan pengelolaan sampah dikawasan permukiman belum menerapkan
standar pelayanan yang ada, akibatnya pelayanan yang dilakukan belum ramah
lingkungan, untuk itu diperlukan optimalisasi pengelolaan sampah permukiman.
Sebelum meningkatkan pelayanan sampah terlebih dahulu dilakukan evaluasi
terhadap pengelolaan yang dilakukan saat ini. Incinerator merupakan teknologi
pengolahan limbah yang dapat memusnahkan komponen berbahaya. Pada tungku
ruang bakar terjadi proses pembakaran yaitu reaksi kimia antara bahan bakar dengan
oksigen dari udara yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah padat. Incinerator
yang dirancang mempunyai dua ruang pembakaran. Suhu dinding incinerator harus
aman ketika kontak langsung dengan kulit saat dioperasikan, serta asap pembakaran
tidak mengganggu kesehatan dan tidak mencemari lingkungan. Untuk itu perlu
diperhitungkan desain rancang bangun alat incinerator yang efektif, efisien dan
optimal dalam memusnahkan limbah infeksius sesuai dengan kondisi operasi yang
aman dalam pengoperasian alat incinerator. Sampah adalah sebagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang umumnya berasal
dari kegiatan manusia bersifat padat(Azwar,1996).Sedangkan Granier (1991)
mendefinisikansampahadalah barang buangan padatan yang dianggap tidak
diperlukan lagi,selanjutnya sampah merupakan sisa-sisabahan yang telah lama
mengalamiperlakuan baik yang telah diambil bagian utamanya, telah mengalami
pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian alam (Hadiwiyoto,1983). Sampah yang saat ini
dikelola oleh pemerintah terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah
rumah tangga, dan sampah spesifik. Berdasarkan sifatnya sampah dibedakan atas
sampah organic dan anorganik (Murtadho & Gumbira, 1998).Sampah organic
meliputi sampah hasil dari bahan-bahan organic yang baik yang berasal dari rumah
tangga maupun sampah yang berasal dari lingkungan sekitar. Sedangkan sampah
anorganik merupakansampah yang berasal dari produksi buatan manusia yang
cendrung sulit terurai oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon yang
panjang dan kompleks, contoh sampah anorganik seperti kaca, plastik, kaleng, botol
minuman dst. Sampah atau limbah merupakan material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses yang bersifat organik (dapat terurai) dan sampah
anorganik. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk nasional dan
meningkatnya kebutuhan akan berdampak pada meningkatnya jumlah timbunan
sampah sehingga memerlukan penanganan sampah untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi lingkungan hidup yang baik bagi kehidupan. Hal ini
dikarenakan teknologi pemusnahan sampah dengan incinerator dapat mereduksi
sampah dari 100% menjadi debu hingga 5% tergantung dari kepadatan (solid content)
sampahnya yang terbakar. Dalam mendesign insinerator perlu dipertimbangkan
jumlah dan jenis material sampah yang akan dibakar, jumlah oxygen, jumlah kalori
yang diperlukan dengan tujuan mendapatkan ukuran ruang bakar yang ideal serta
biaya operasional yang ekonomis. Berbagai macam Incinerator yang di produksi
disesuaikan dengan fungsi dan kegunaan incinerator. Secara umum syarat material
sampah yang akan dibakar yaitu sampah harus dipilah sesuai jenisnya karena tidak
semua jenis sampah diperbolehkan dibakar. Untuk sampah limbah B3 tertentu,
penanganannya bukan dengan dibakar memakai incinerator tetapi harus dikirimkan ke
tempat penampungan dan selanjutnya akan ditangani pemerintah atau lembaga
tertentu. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilahan sampah yang dimulai dari sumber
sampahnya agar dipisahkan sampah yang boleh dibakar maupun sampah yang tidak
boleh dibakar seperti Polyvinyl chloride (PVC), bola lampu, PCB (Printed Circuit
Board), dll. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
pengembangan. Lokasi penilitian untuk pengujian karaketristik abu insinerator rumah
sakit dan pelindian (leachate) dari sampel keramik dilakukan di Laboratorium Jurusan
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Indonesia. Waktu Penelitian dilakukan sekitar 3 bulan meliputi pengambilan sampel,
pembuatan benda uji, pengujian di laboratorium, dan analisis data. Tahapan penelitian
ini dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan meliputi: Pengambilan sampel abu
insinerator, persiapan bahan, pembuatan dan perawatan benda uji, pengujian dan
analisis data. Mempersiapkan bahan seperti tanah liat, kaolin dan abu insinerator
untuk dijadikan sampel keramik dengan ukuran 10cm x 10cm x 1cm dengan empat
komposisi. Bahan yang tersedia ditimbang dengan sesuai setiap komposisi.
Pembakaran adalah proses terakhir dalam pembuatan keramik, proses ini bertujuan
untuk memadatkan dan memkompakkan bahan yang sudah di cetak
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.polsri.ac.id/864/2/Bab%20I.pdf
2. http://eprints.ums.ac.id/30416/4/04_BAB_I.pdf
3. https://core.ac.uk/download/pdf/76932851.pdf
4. https://www.incinerator.co.id/
5. http://eprints.polsri.ac.id/956/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
6. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/27842/05.3%20bab%203.pdf?
sequence=7&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai