Anda di halaman 1dari 5

PEMICUAN

Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian


dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang
terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam
suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, 

Apakah pemicuan di STBM sama dengan di CLTS?

Berbeda.

CLTS memicu menuju ODF.

STBM memicu menuju sanitasi total yaitu di 5 pilar sesuai Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008
tentang Strategi Nasional STBM. Sanitasi total yang dimaksud adalah adalah kondisi ketika suatu
komunitas:

o Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.


o Mencuci tangan pakai sabun.
o Mengelola air minum dan makanan yang aman.
o Mengelola sampah dengan benar.
o Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

PILAR 1. STOP BABS

Apakah kondisi Stop BABS / ODF itu tiap rumah harus punya jamban?

Tidak harus.

Seseorang bisa Stop BABS tanpa memiliki jamban. Yang menjadi fokus adalah perubahan perilaku,
bukan pembangunan sarana fisik.

Bagaimana konstruksi jamban di lokasi-lokasi sulit?

Kita sebagai fasilitator tidak membawa solusi untuk masyarakat. Masyarakat sendiri yang tahu
solusinya.

Kata kunci jamban sehat adalah “AMAN”.

1. Aman ketika tinja tidak mencemari sumber air;


2. Aman ketika tinja tidak terjamah lalat (tertutup);
3. Aman ketika orang yang menggunakan jamban itu tidak kejeblok/jatuh/terpeleset
(konstruksi kuat);
4. Aman ketika orang yang menggunakan tidak merasa khawatir diintip orang lain.

PILAR 2. CTPS
Adakah saran-saran / fakta terkait Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang jarang
diketahui?

Ada beberapa:

o Sabun dalam CTPS berfungsi bukan untuk mematikan kuman, namun untuk
melarutkan/melunturkan kuman yang ada di tangan sehingga dapat digelontor
oleh air.(Sumber: Artikel CTPS 1);
o Ketika mencuci tangan di tempat umum, keringkan tangan dengan tisu /sapu
tangan /lap bersih, hindari mesin hand drier karena biasanya jarang dibersihkan
sehingga mengandung kuman. (Sumber: Artikel CTPS 2)

Beberapa pertanyaan berikut diambil dari situs Dinkes Jabar.

Apa saja keuntungan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)?

Diare dan ISPA dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di Negara-Negara
berkembang.

Anak-anak yang tumbuh di daerah miskin berisiko meninggal 10 kali lebih besar dari pada mereka
yang tinggal di daerah kaya.

Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit, dan praktik CTPS dapat mencegah 1 juta
kematian tersebut di atas.

Praktik CTPS setelah ke jamban atau menceboki anak, dan sebelum menjamah makanan dapat
menurunkan hampir separuh kasus diare, dan sekitar seperempat kasus ISPA. Paraktik CTPS juga
dapat mencegah infeksi kulit, mata, dan orang dengan HIV/AIDS.

Mengapa tidak cukup hanya dengan mencuci tangan saja?

Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.

Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari
dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran di permukaan
kulit, serta meninggalkan bau wangi.

Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang di peroleh
setelah menggunakan sabun.

Kapan waktu terpenting seseorang harus melakukan CTPS?

Di Indonesia diperkenalkan 5 waktu penting:

1. Setelah buang air besar (BAB);


2. Setelah membersihkan anak yang buang air besar (BAB);
3. Sebelum menyiapkan makanan;
4. Sebelum makan;
5. Setelah memegang/menyentuh hewan.
Bagaimana cara CTPS yang benar?

Praktik CTPS yang benar memerlukan sabun dan sedikit air mengalir.

Air mengalir dari kran bukan keharusan yang penting air mengalir dari sebuah wadah bisa berupa
botol, kaleng, ember tinggi, gentong, jerigen atau gayung.

Tangan yang basah disabuni, digosok-gosok bagian telapak maupun punggungnya, terutama di
bawah kuku minimal 20 detik. Bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan air bersih atau
kain, kibas-kibaskan di udara.

Cara termudah untuk waktu 20 detik adalah mencari lagu favorit anak yang dapat dinyanyikan
dalam 20 detik. Misalnya lagu “Happy Birthday” dinyanyikan 2 kali.

Apakah sabun anti bakteri lebih baik dalam memutuskan rantai penyebab penyakit dari
pada sabun biasa?

Dengan penggunaan yang tepat, semua jenis sabun efektif dalam membantu melunturkan
kotoran/kuman (penyebab diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dari tangan.

Bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki akses terhadap sabun?

Ketiadaan sabun bukan suatu penghalang praktik CTPS di rumah. Hasil penelitian menunjukkan
sabun telah dapat di jangkau oleh lebih dari 90% rumah tangga di Indonesia.

Masalahnya tidak semua menggunakan sabun tersebut untuk mencuci tangan. Mencuci pakaian,
mandi dan mencuci peralatan makan merupakan prioritas utama pengguna sabun rumah tangga.

Dapatkah CTPS diterapkan untuk membuat perubahan pada daerah kumuh


terkontaminasi?

Ya, sebuah penelitian di Karachi, Pakistan, menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di daerah
kumuh terkontaminasi, yang mendapatkan pemahaman pentingnya CTPS, 50% lebih sedikit
terkena diare atau pneumonia daripada mereka yang tidak mendapatkan pemahaman CTPS.

Jika seseorang telah paham pentingnya CTPS, apakah mereka otomatis


mempraktikkannya?

Tidak, kenyataan yang menunjukakn bahwa pengenalan pentingnya CTPS di Indonesia telah
dimulai sejak tahun 80-an, namun survey perilaku CTPS di Indonesia terhadap 5 waktu penting
CTPS menunjukkan hasil yang sangat rendah yaitu:

o 12% setelah ke jamban;


o 9% setelah menceboki anak;
o 14% sebelum makan;
o 7% sebelum memberi makan anak; dan hanya
o 6% sebelum menyiapkan makan.

Penyampaian pesan harus dilakukan berulang kali agar pemahaman dapat saja sejalan dengan
praktik perilaku tersebut.
Apakah masalah kurangnya praktik CTPS hanya dihadapi di negara-negara berkembang?

Tidak.

Negara-negara maju pun yang ketersediaan sabun dan air mengalir bukan suatu masalah
juga sering lupa mempraktikkan CTPS ini.

Bagaimana Anda mengubah kebiasaan orang lain?

Para praktisi di bidang kebersihan, air dan sanitasi, serta produsen sabun telah banyak
mempelajari hal yang berfungsi baik dan hal yang tidak berfungsi baik dalam mengubah kebiasaan
dan perilaku.

Yang tidak berfungsi baik adalah pelaksanaan sebatas top-down, solusi teknologi, maupun
kampanye dengan komunikasi satu arah untuk penyampaian pesan-pesan edukasi kesehatan.

Yang berfungsi baik adalah pendekatan social marketing.

Pendekatan baru ini menekankan pada kajian mendalam tentang ketertarikan, kebutuhan, dan
motivasi berbagai pihak di masyarakat. Pendekatan ini juga menggunakan berbagai jenis media
massa maupun komunikasi interpersonal untuk menjangkau kelompok sasarannya, dan
melibatkan masyarakat secara aktif.

Apakah itu kemitraan pemerintah swasta untuk cuci tangan pakai sabun (KPS-CTPS)?

KPS-CTPS adalah kemitraan dari berbagai pemangku kepentingan yang berkomitmen pada
peningkatan praktik CTPS di Indonesia.

Dikukuhkan pada tahun 2007, KPS-CTPS di Indonesia saat ini memiliki Core Group yang terdiri
dari Kementrian Kesehatan RI, Bappenas, USAID, WSP, Unicef, Unilever, WFP dan Reckitt
Benckiser.

Tujuan KPS-CTSP adalah untuk mempercepat proses penyampaian pesan CTPS keseluruh wilayah
tanah air dalam rangka mendukung pemerintah untuk menurunkan pneumonia dan penyakit
menular langsung lainnya, melalui mekanisme kemitraan.

Siapakah yang menjadi kelompok sasaran utama perubahan perilaku CTPS?

Di Indonesia, kelompok sasaran utama CTPS adalah para ibu yang memiliki balita atau para
pengasuh pengganti ibu seperti nenek, tante, baby sitter maupun pembantu.

Anak sekolah, suami maupun ayah adalah kelompok sekunder yang tidak kalah pentingnya dalam
keberhasilan penyampaian pesan CTPS.

Siapa saja yang dapat membantu mempromosikan praktik CTPS?

Setiap orang dapat membantu mempromosikan CTPS.

Komitmen pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat penting untuk meningkatkan
keterlibatan dan menjalin kerjasama dengan, legislatif, lembaga swadaya masyarakat, media,
pemimpin agama, kelompok masyarakat, sekolah, dunia usaha dan pemangku kepentingan
lainnya dalam kegiatan mempromosikan CTPS.

Anda mungkin juga menyukai