Anda di halaman 1dari 7

ESSAY PERTAMINA SOBAT BUMI

Konversi Limbah Plastik menjadi Sumber Energi dengan Pirolysis Technology sebagai
Tindakan Recycle Limbah Plastik di Lingkungan Kampus demi Selamatkan Bumi
Tema "Aksi Untuk Pelestarian Lingkungan Negeriku"

Dibuat untuk Memenuhi Persyaratan Penerimaan Beasiswa Pertamina Sobat Bumi

OLEH :

Muhammad Faris Naufal


03031281419092

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
Konversi Limbah Plastik menjadi Sumber Energi dengan Pirolysis Technology sebagai
Tindakan Recycle Limbah Plastik di Lingkungan Kampus demi Selamatkan Bumi
Muhammad Faris Naufal
Nim. 03031281419092, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya
e-mail : m.farisnaufal27@gmail.com

ABSTRAK
Plastik adalah limbah polipropilena dan polietilena yang banyak terdapat di Kawasan
Kampus Universitas Sriwijaya.,yang berada di bak sampah. Namun, tetap saja Tempat
Pembuanngan Akhir (TPA) bukanlah cara yang bijak untuk mengatasi limbah plastik.
Plastik
sangat sulit diurai (terdekomposisi) oleh mikroorganisme pengurai, dan jika dibakar
dapat
mengganggu kesehatan dan lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini
adalah
dengan teknologi rendah yaitu teknologi pirolisis yang mengubah limbah plastik
menjadi bahan
bakar alternatif, dimana kondisi operasi mudah didapatkan sebesar 250-420°C,
sehingga dapat
dilakukan oleh masyarakat umum. Dilakukan dengan menggunakan reaktor (tempat
degradasi
termal sampah tanpa oksigen) dengan diameter 20 cm dan tinggi 40 cm. Pirolisis
dilangsungkan
pada temperatur 250-420 °C dan waktu reaksi selama 1 jam, hingga menghasilkan gas
yang
kemudian di dinginkan hingga berubah fase menjadi fase cair (bahan bakar).
Kata Kunci : bahan bakar alternatif, limbah plastik, teknologi rendah, pirolisis.
______________________________________________________________________________
Kampus Universitas Sriwijaya merupakan kampus terbesar di Indonesia dengan lahan
seluas 712 Ha dan jumlah civitas akademik yang banyak. Jumlah mahasiswa tersebut
berbanding
lurus dengan jumlah pemakaian plastik untuk berbagai keperluan, sehingga
menghasilkan limbah
plastik yang banyak pula. Dari hasil pengamatan di lapangan, aksi yang telah
dilakukan oleh
civitas untuk mengatasi sampah plastik ini adalah dengan pemisahan pengumpulan
sampah pada
bak sampah organik dan anorganik yang telah disediakan yang selanjutnya dibuang ke
tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut. Namun, upaya
ini
dirasakan kurang optimal dalam mengatasi masalah limbah plastik kerena sampah yang
berasal
dari plastik jika dibiarkan akan menjadi limbah dan menumpuk di landfill yang
mengganggu
kesehatan dan merusak lingkungan.
Plastik merupakan Polipropilena dan polietilena yang sangat sulit terurai atau
terdekomposisi dalam tanah oleh mikroorganisme pengurai, membutuhkan waktu yang
lama
yang tentu menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan. Berbagai fakta telah
banyak
dipahami bahwa plastik membutuhkan waktu hingga 1000 tahun untuk terurai dan hanya
kurang
dari 1% yang dapat di recycle. Keberadaan limbah plastik dalam jumlah yang banyak
jika tidak
dikelola secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap
lingkungan, baik dampak terhadap kesehatan, biologi, social-ekonomi,estetika, dan
lingkungan.
Penumpukan sampah yang terlalu lama akan menimbulkan bau yang tidak enak yang dapat
menyebabkan kualitas udara pada lingkungan menjadi menurun. Sementara, jika
dilakukan
pembakaran sampah plastik ini dapat menghasilkan gas berbahaya seperti karbon
oksida (CO),
sulfur oksida (SOx), dan nitrogen oksida (NO2) ke udara. (Sarker, 2011).
Pembuangan limbah plastik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bukanlah suatu solusi
yang bijak dalam penanganan limbah plastik yang jumlahnya sangat banyak, karena
jikapun
dibakar atau ditimbun memerlukan lahan yang luas dan mengganngu keindahan estetika
lingkungan dan menimbulkan polusi udara. Perlu adanya suatu inovasi teknologi
rendah, artinya
teknologi dengan proses yang tidak memerlukan alat kompleks untuk prosesnya dan
dapat
diterapkan pada tiap masyarakat. Sehingga manajemen limbah plastik dapat terkontrol
muali dari
lingkungan terkecil seperti rumah tangga hingga ruang lingkup yang besar seperti
kawasan kota
yang dikelola pemerintah setempat. Teknologi ini juga menghasilkan suatu fuel
(bahan bakar)
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri, sebagai bahan bakar alternatif
Penyebab Menumpuknya Limbah Plastik misalnya; tempat minuman, membungkus
makanan, tempat belanjaan dan masih banyak lagi. Ini menimbulkan dampak negatif
bagi
lingkungan terutama pada tanah, karena tanah sulit menguraikan sampah plastik
tersebut.
Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat
bahayanya
mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Semakin bertambahnya tingkat konsumsi
masyarakat maka kebutuhan plastiik sebagai tempat membungkus makanan, wadah
penyimpanan, dan sebagai media juga meningkat. Sehingga perlu tindakan pemisahan
sampah
organic dan anorgnaik (limbah plastik) agar saat membuang ke TPA sampah organic
saja,
sementara sampah anorganik dapat dimanfaatkan sebagai minyak mentah (pembakaran
dikompor).
Hingga saat ini limbah plastik menjadi polemik dan “PR” bagi kita semua selaku
bangsa
Indonesia, bukan saja pemerintah. Limbah plastik merupakan sampah yang berbahaya
dan sulit
terdekomposisi (sekitar puluhan tahun) oleh tanah. Berikut paparan mengapa limbah
plastik
merusak lingkunagan hidup dan berbahaya:
1. Jika dibakar, limbah plastik akan menghasilkan asap beracun dan berbahaya bagi
kesehatan
karena jika proses pembakarannnya berlangsung tidak sempurna maka pembakaran
plastik akan
menghasilkan karbon monoksida (CO) yang apabila terhidup dapat menyebabkan
kerusakan
paru-paru, kanker, hepatitis, pembengkakan hati bahkan kematian.
2. Penumpukan limbah plastik penyebab banjir, limbah platik memiliki sifat tidak
tembus air
(non-permeabel) menyebabkan meyumbat saluran-saluran air dan dapat merusak turbin
tempat
irigasi. Jika menumpuk secara massif maka akan menyebabkan air tidak mengalir dan
meluap
kemudian terjadilah banjir.
3. Proses produksi plastik, pembakaran dan pembuangan limbah plastik dapat
mengemisikan gas
rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel
minyak
dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya pun boros energi.
4. Rusaknya ekosistem, tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk dalam tanah. Racun-
racun dari
limbah plastik yang meresap ke tanah dapat membunuh hewan pengurai seperti cacing.
Limbah
plastik juga mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah, sehingga menurunkan
kesuburan
tanah. Limbah plastik juga menghambat ruang gerak hewan dalam tanah yang dapat
menyuburkan tanah
5. Estetika lingkungan menurun. Tumpukan limbah plastik sangat mengganggu
pemandangan,
berbau dan kotor akan menjadikan lingkungan tidak indah.
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia, penggunaan
bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Apabila
kita sadar, kita
mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung
plastik
yang disimpan di rumah. Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga
kali sehari
berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang
seringkali
dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan
terkumpul
90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan.
Teknolgi pirolisis tergolong tindakan daur ualng plastik (recycle). Daur ulang
plastik
adalah suatu proses dimana bahan bekas produk polimerisasi sintetik atau semi
sintetik
menjadikan bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat
menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku baru dan mengurangi polusi,
kerusakan lahan akibat dari sampah plastik. Strategi pengolahan plastik yang
terdiri dari kegiatan
pemilihan, pengumpulan, pemprosesan, pendistribusikan dan pembuatan produk atau
material
bekas pakai. Daur ulang plastik sebagai proses daur ulang yang lebih difokuskan
kepada sampah
yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi kerusakan lahan. Proses
daur ulang
plastik menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang
sama.
Proses daur ulang plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal
mungkin dan dalam batas tertentu untuk menghemat sumber daya dan mengurangi
ketergantungan bahan baku impor. Daur ulang plastik umumnya dilakukan oleh industri
dengan
persyaratan limbah harus homogen, tidak terkontaminasi serta tidak teroksidasi.
Proses pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar alternatif melalui teknologi
pirolisis. Pirolisis atau devolatilisasi adalah sebuah proses degradasi termal dari
sebuah material
tanpa keberadaan oksigen Terdapat 3 jenis produk pirolisis, yaitu gas (H2, CO, CO2,
H2O, dan
CH4), tar (pyrolitic oil), dan arang. Pada mulanya tempat pembuangan sampah dibuang
terpisah
antara sampah anorganik dan organik, kemudian berbagai limbah pastik dipisahkan
dari berbagai
sampah non-plastik, kemudian sampah plastik tersebut diperkecil ukurannya melalui
proses
grinding. Sebelum sampah plastik masuk kedalam reaktor pirolisis maka sampah
plastik tersebut
harus dilelehkan dengan cara plastik tersebut sedikit dipanaskan. Setelah sampah
plastik meleleh
kemudian masuk kedalam reaktor pirolisis. Di dalam reaktor pirolisis diameter 20 cm
dan tinggi
40 cm sampah tersebut dibakar pada suhu tinggi sekitar 250°C-420°C tanpa keberadaan
oksigen
(Faravelli et al.,2001). Kondisi ini relative mudah didapatkan sehingga dapat
dengan mudah
diterapkan untuk masyarakat umum. Hasil pembakaran plastik dalam reaktor akan
menghasilkan
gas, gas tersebut kemudian dikondensasi, sehingga dari fase gas akan berubah fase
menjadi fase
cair. Cairan tersebut kaya akan kandungan hidrokarbon, sehingga cairan ini bisa
digunakan
sebagai raw material bahan bakar apabila cairan tersebut diproses lebih lanjut
melalui proses
pemisahan secara destilasi.
Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan pengelolaan sampah plastik
menjadi
bahan bakar, yakni:1) pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bakar dapat
dijadikan cara
alternatif dalam mengatasi permasalahan sampah di kawasan kampus Universitas
Sriwijaya yang
disebabkan oleh sampah plastik; 2) Lingkungan kampus menjadi asri, bebas bau, dan
indah
dipandang; 3) Kampus menjadi sarana pengembangan teknologi ramah lingkungan yang
modern.

LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai