Anda di halaman 1dari 6

Pengelolaan Sampah Sebagai Bentuk Perlindungan dari Virus Selama Pandemi

Lingkungan yang bersih dan sehat secara sederhana dapat diartikan sebagai lingkungan
yang bebas dari bakteri dan penyakit. Lingkungan ini tidak diragukan lagi sebagai
dambaan setiap orang dalam hidup. Sebab, dalam lingkungan yang bersih dan sehat,
mereka akan bisa menikmati hidup dan menikmati hidup yang bebas penyakit.
Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat harus dimulai dari menjaganya tetap
bersih. Tentunya jika kita bisa menjaga kebersihan, lingkungan hidup kita akan menjadi
lingkungan yang bersih dan sehat. Di sini kita sebagai pencipta lingkungan kita sendiri,
jadi bagaimanakah kita akan menciptakan lingkungan nantinya. Proses menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, akrab dengan kata yang sangat populer di telinga
kita, yaitu membuang sampah pada tempatnya.
Jika menyangkut sampah, bisa diartikan sebagai hal yang kotor, menjijikkan. Sampah
bisa dikatakan barang yang sudah tidak layak pakai lagi, sisa barang atau bahkan
makanan yang sudah melewati tanggal kadaluwarsanya. Sampah juga memiliki aroma
yang tidak disukai semua orang karena baunya sangat menyengat. Oleh karena itu,
meskipun sampah dimasukkan ke tempat sampah dan ditutup, tempat sampah tetap
dapat berbau menyengat.
Pada dasarnya sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Yang dimaksud dengan sampah organik adalah sampah dari organisme
seperti tumbuhan dan hewan, atau manusia itu sendiri, sampah organik juga termasuk
sampah yang mudah terurai, seperti daun dan makanan. Selain itu, adanya sampah
organik yang disebut sampah organik basah karena kelembapannya seperti pada buah
dan sayur, oleh karena itu untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat maka
pengolahan sampah organik sangat diperlukan. Karena limbah tersebut akan cepat
membusuk sehingga mencemari udara di sekitarnya, jika udara tercemar maka oksigen
yang kita hirup pasti mengandung berbagai bakteri dan penyakit. Bakteri dan penyakit
tersebut akan mengendap di dalam tubuh kita dan membuat kita merasa kesakitan.
Berikutnya adalah sampah anorganik. Sampah semacam ini sering kali sulit terurai,
seperti kaleng makanan, plastik, aluminium, dan lain-lain. Dengan bertambahnya
jumlah pangan, sebagian besar dari kita memilih bahan yang sulit terurai, sehingga
sangat perlu penanganan sampah anorganik ini. Karena bila dibiarkan sampah
anorganik di lingkungan akan mengurangi keindahan lingkungan dan menimbulkan
berbagai macam penyakit, seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan lain-
lain.
Apalagi di tengah pandemi seperti saat ini banyak sekali sampah rumah tangga yang
dihasilkan. Hal ini didorong oleh pengurangan aktivitas luar rumah. Seperti contohnya
saat lebih banyak orang-orang memesan lauk atau makanan yang tentunya memakai
bungkusan baik itu plastik, styrofoam, serta bungkus luarannya yang berupa plastik.
Belum lagi ditambah dengan sampah masker, sarung tangan, serta limbah medis lainnya
yang meningkat.
Di tengah pandemi seperti ini, usaha pengelolaan lingkungan yang kami sekeluarga
lakukan adalah pengelolaan sampah. Adapun upaya mengurangi sampah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Menekan penggunaan masker medis dan menggantinya dengan masker kain
yang dapat dipakai berulang.
2. Memilah sampah basah dan kering. Sampah basah ini nantinya dapat dijadikan
pupuk kompos dan sampah kering seperti botol bekas, kertas dapat dijual pada
pengumpul barang bekas. Adapun untuk mempermudah pemilahan sampah ini
adalah dengan membedakan wadah penampungan sampah basah dan kering ini
3. Menyediakan wadah sendiri ketika berbelanja, seperti membawa tas ramah
lingkungan saat ke pasar.
4. Menghindari bungkus plastik. Contohnya adalah saat membeli makanan yang
berbungkus plastik maka dapat diganti dengan wadah makanan yang dapat
dipakai berulang kali, serta tidak menggunakan sendok, garpu, maupun pipet
plastik yang disediakan karena di rumah tentunya sudah ada sendok. Dan untuk
pipet kita mengganti pemakaian pipet plastik dengan pipet berbahan stainless
steel.
Pada keadaan di tengah pandemi seperti saat ini, tentunya setiap orang diwajibkan
mengenakan masker untuk menghindari virus yang bertebaran. Dalam hal ini juga
banyak orang yang menggunakan masker medis dan tidak sedikit pula yang
menggunakan masker kain. Penggunaan masker kain ini sangat dianjurkan karena dapat
dicuci dan dipakai berulang kali ketimbang masker medis yang berbahan dasar plastik
yang tentunya dalam pengolahannya saat menjadi limbah akan sulit karena plastik tidak
mudah terurai. Dan cara pembuangan masker medis saat ini adalah dengan memotong
masker tersebut untuk menghindari pemakaian ulang tentu juga tidak dapat
meminimalkan limbah plastik.
Jika sampah dibakar akan mengeluarkan gas beracun dan membahayakan kesehatan
masyarakat yang menghirup dan mengurangi kualitas lingkungan udara. Misalnya hasil
pembakaran berupa gas dioksin yang dihasilkan plastik 350 kali lebih beracun dari asap
rokok. Dioksin sangat toksik dan karsinogenik saat memasuki jaringan manusia
terutama saraf dan paru-paru, sehingga mengganggu saraf dan sistem pernapasan,
termasuk juga pemicu kanker. Pembakaran styrofoampun akan menghasilkan CFC yang
dapat merusak lapisan ozon dan berbahaya bagi tubuh manusia. Plastik mudah terbakar
dan dapat menyebabkan bahaya kebakaran semakin meningkat. Asap hasil pembakaran
bahan plastik sangat berbahaya karena mengandung gas beracun seperti hidrogen
sianida (HCN) dan Karbon monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal dari polimer
berbasis akrilonitril, dan karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna. Inilah salah satu penyebab mengapa sampah plastik menjadi penyebab
pencemaran udara dan memiliki efek jangka panjang berupa pemanasan global pada
atmosfer bumi.
Selain pembakaran sampah yang membahayakan, menimbun sampah di dalam tanah
guna mencegah pembakaran ternyata juga memiliki dampak yang tidak baik terutama
bagi sampah plastik. Sampah plastik di bawah tanah tidak dapat diurai oleh
mikroorganisme, hal ini mengakibatkan berkurangnya mineral organik dan anorganik di
dalam tanah. Hal ini menyebabkan kelangkaan hewan tanah (seperti cacing dan
mikroorganisme tanah) yang hidup di daerah tanah karena sulit mendapatkan makanan
dan tempat tinggal. Kandungan O2 di dalam tanah pun semakin rendah, sehingga
hewan tanah sulit bernapas dan akhirnya mati. Hal ini berdampak langsung pada
tumbuhan hidup di daerah itu. Kebutuhan tanaman akan mikroorganisme tanah yang
berperan sebagai perantara kelangsungan hidupnya pun terganggu.
Oleh karena itu sangat diperlukannya penekanan terkait pemakaian bahan utama plastik.
Kita dapat menggunakan alternatif lain sebagai pengganti plastik, seperti contohnya
penggunaan tas ramah lingkungan sebagai pengganti plastik belanjaan, membawa
wadah makanan yang dapat dipakai berulang, mengganti sedotan plastik dengan sedotan
stainless steel, membawa botol minum sendiri untuk meminimalkan pembelian minum
dengan wadah plastik. Selain mengurangi limbah plastik upaya yang dilakukan tersebut
juga dapat dijadikan sebagai ajang berhemat.
Selain upaya pengurangan sampah plastik, kami sekeluarga juga melakukan upaya
pengelolaan sampah dengan memisahkan sampah organik dengan anorganik. Sampah
organik nantinya dapat dibuat menjadi kompos. Pembuatan pupuk kompos ini dilakukan
oleh para ibu-ibu yang ada di rumah saya. Mereka memanfaatkan sisa sampah organik
dengan cara menghancurkannya terlebih dahulu, setalah itu ditambahkan ke dalamnya
pupuk kandang yang sudah ada, lalu diberi larutan EM4, dan setelah itu dimasukkan ke
dalam wadah yang tertutup. Setelah memasuki minggu ke 7 maka kompos tersebut
dapat digunakan. Contoh dari penggunaan pupuk ini di rumah saya adalah, dengan
memanfaatkannya untuk menanam bunga dan berbagai tanaman bumbu dapur. Hal
tersebut tentu dapat menghemat pengeluaran untuk membeli bahan-bahan tersebut dan
dananya dapat dialokasikan ke kebutuhan lain.
Selain sampah organik yang diolah menjadi pupuk, sampah anorganik pun dapat di daur
ulang. Seperti bungkus minyak yang tidak terpakai dapat diolah menjadi map yang
dapat menyimpan buku atau berkas-berkas tertentu. Selain sampah bekas minyak,
sampah-sampah anorganik lainnya pun juga dapat didaur ulang menjadi barang berguna
dan bernilai jual. Hal ini tentu dapat membantu perekonomian masyarakat.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan sampah ini antara lain:
1. Lingkungan bersih dan sehat, karena semua sampah bisa dimanfaatkan.
Masyarakat secara tidak langsung akan mendapatkan keuntungan dari
pengurangan biaya perawatan anggota keluarga yang sakit karena kebersihan
lingkungan yang buruk. Selain itu, kehidupan masyarakat yang sehat akan
memberikan dampak menguntungkan lainnya.
2. Jumlah sampah yang harus diangkut ke TPA dapat dikurangi. Lalu juga dapat
memperpanjang umur tempat pembuangan akhir. Oleh karena itu, pemerintah
tidak perlu lagi khawatir mencari TPA baru.
3. Selain meningkatkan umur dari TPA, juga dapat mengurangi jumlah sampah
yang terangkut ke TPA serta mengurangi biaya operasional pengangkutan dari
TPS ke TPA yang memberikan keuntungan bagi pemerintah kota / kabupaten.
Apabila beban pembuangan sampah oleh pemerintah kota / kabupaten
berkurang, maka dapat dialokasikan untuk kegiatan pembangunan lainnya.
4. Jumlah sampah yang diangkut ke TPA semakin berkurang, sehingga bahan
bakar yang digunakan oleh truk sampah pun berkurang. Hal tersebut dapat
mengurangi beban pencemaran udara akibat truk pengangkut sampah.
5. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan keberadaan organisasi
pengelolaan sampah akan memberikan dampak sosial yang positif. Interaksi
antar individu dalam masyarakat akan berdampak positif bagi kehidupan sosial.
Pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengelola lingkungan pun
semakin meningkat.
6. Pengaruh lainnya yaitu dapat memberikan dorongan yang lebih besar kepada
pengelolaan komunitas sampah dari aspek ekonomi. Pendapatan dari penjualan
kompos dan penjualan sampah anorganik yang dapat dijual kembali dan akan
meningkatkan pendapatan kelompok. Tentunya dana tersebut dapat
dikembalikan kepada perorangan atau dikelola secara berkelompok untuk
pembangunan sarana dan prasarana desa.
Dari upaya pengelolaan sampah yang dilakukan tersebut terdapat metode atau bentuk
pengelolaan sampah yang baiknya ditiru, yaitu sebagai berikut:
1. Pengelompokan atau pemilahan
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan mengelompokkan sampah basah
(organik) dan sampah kering (anorganik) di setiap rumah tangga. Keluarga yang
memiliki tanah atau lahan dapat mengolah sampah basah ini menjadi kompos
yang berguna untuk tanaman, dan sampah kering seperti kertas, botol, plastik
dan kaleng harus disortir terlebih dahulu, karena limbah tersebut dapat didaur
ulang atau digunakan kembali, dan juga dapat diberikan kepada pemulung
sehingga yang tidak dapat digunakan kembali dapat diolah dan digunakan
kembali.
2. Pewadahan
Mode pewadahan yang direncanakan adalah mode terpisah, yaitu masing-
masing keluarga menyediakan wadah yang ditempatkan di halaman depan
rumah atau terletak di pinggir jalan, hal ini memudahkan untuk pengambilan dan
transportasi. Tujuan dari penempatan sampah ini adalah untuk memisahkan
sampah anorganik sesuai dengan jenis / bahannya untuk diolah lebih lanjut.
Pewadahan adalah cara untuk mengumpulkan sampah sebelum dipindahkan
sementara ke tempat pembuangan sementara (TPS) atau (TPA). Untuk
mencegah kebocoran atau timbulnya bau yang mempengaruhi lingkungan dan
pernapasan, semua limbah harus disimpan dalam wadah yang sesuai dan
memenuhi persyaratan berikut: kedap udara, tidak mudah rusak dan kedap air,
mudah dikosongkan dan diangkut dengan cepat, ekonomis dan mudah didapat.
3. Pengumpulan
Mode pengumpulan yang disarankan adalah mode pribadi tidak langsung,
Di sini para petugas kebersihan mengumpulkan sampah dengan mendatangi
setiap sumber sampah (rumah demi rumah) dan kemudian mengangkutnya ke
tempat pembuangan sementara (TPS). Cara pengumpulan alternatif lainnya
adalah cara umum langsung, yaitu kegiatan mengumpulkan sampah dari setiap
titik umum dan langsung diangkut ke tempat pembuangan akhir tanpa ada
kegiatan transfer.
4. Pengangkutan
Jenis truk pengumpul sampah yang digunakan dalam mode pengumpulan publik
langsung adalah jenis compactor truk dengan kapasitas muat 6 meter kubik dan
arm roll truk dengan kapasitas 4 meter kubik. Keunggulan compactor truk ini
adalah bisa melakukan pengepresan sampah, sehingga bisa meningkatkan
kapasitas muatannya. Saat memuat dan menurunkan sampah, compactor truk
dan arm roll truk dilengkapi dengan lengan yang memiliki tarikan hidrolik
sehingga membuatnya bergerak secara otomatis yang dikendalikan oleh
pengemudi, sehingga tidak bersentuhan langsung dengan sampah.
5. Tempat pembuangan sementara (TPS)
Setelah diangkut, sampah akan dibawa ke TPS yang tersedia.
6. Penananan sampah dengan metode 3R
Pengurangan sampah dikenal dengan metode 3R yaitu:
 Reduce / mengurangi. Kita tidak akan mungkin dapat menghilangkan
sampah secara keseluruhannya, maka dari itu kita dapat mengurangi
pemakaian sesuatu yang dapat menjadi sampah nantinya.
 Reuse / memakai kembali. Usahakan untuk memilih barang yang dapat
digunakan kembali sebanyak mungkin, dan hindari menggunakan barang
sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu penggunaan sebelum
produk menjadi sampah dan akan menekan jumlah sampah yang ada.
 Recycle / mendaur ulang. Sebisa mungkin barang yang sudah tidak bisa
lagi digunakan di daur ulang. Hal ini tentunya dapat menekan sumlah
sampah yang ada dan juga dapat bernilai ekonomis nantinya.
Itulah usaha pengelolaan lingkungan sederhana yang dilakukan di rumah bersama
keluarga dan orang di sekitar selama masa pandemi ini. Pengelolaan sampah tersebut
dapat membuat lingkungan lebih bersih dan menekan persebaran virus, bakteri, atau
kuman sehingga kita tetap sehat dan dapat membentengi diri dari segala macam
penyakit.

Daftar Pustaka
Retno, Dewi, dkk. 2020. PELATIHAN KOMPOSTING GUNA MEMANFAATKAN LIMBAH
RUMAH TANGGA DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI RT 1 RW 1 DUSUN WUNGUSARI, DESA
LOWUNGU, KECAMATAN BEJEN, KABUPATEN TEMANGGUNG . Journal UNNES. 1, 3-5.

Sunarsih, Elvi. 2014. KONSEP PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA


DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. 5, 164-165.
Subekti, Sri. 2010. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS
MASYARAKAT. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi. 5, 26-29.

Anda mungkin juga menyukai