Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses perpindahan massa pada permukaan pori-
pori dalam butiran adsorben. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya energi
permukaan dan gaya tarik menarik permukaan. Activated carbon adalah suatu
bahan yang berupa karbon amorf yang sebagian besar terdiridari karbon bebas
serta mempunyai kemampuan daya serap (adsorpsi) yang baik. Activated carbon
digunakan sebagai bahan pemucat (penghilang zat warna), penjerap gas, penjerap
logam, dan sebagainya. Dari bahan tersebut yang paling sering dipergunakan
sebagai bahan adsorben adalah activated carbon (Pungut dkk, 2021). Peristiwa
adsorpsi ini akan membuat zat yang awalnya menyebar ke lingkungan menjadi
terkumpul dan terikat pada satu media adsorpsi yang dinamakan sebagai adsorben
dimana material adsorben ini memiliki kemampuan dalam menarik zat lain yang
cocok untuk berinteraksi dengan material tersebut. Sedangkan zat lain yang tertarik
atau terikat ke dalam material adsorben dinamakan sebagai adsorbat.
Terjadinya adsorpsi melibatkan interaksi antar permukaan pada suatu
molekul dimana material adsorben memiliki permukaan dengan tendensi untuk
menarik material lain sehingga material adsorbat yang telah terikat akan menempel
pada permukaan adsorben.Proses adsorpsi ini banyak dimanfaatkan dalam bidang
kimia seperti sebagai katalis, sebagai penjernih air, dan mengurangi pencemaran
pada air. Kita juga mengenal istilah absorpsi. Pada dasarnya kedua peristiwa ini
mirip hanya saja adsorpsi melibatkan pengikatan molekul pada lapisan paling atas
dari material adsorben. Sedangkan pada absorpsi, pengikatan atau penempelan
molekul cenderung lebih dalam hingga menembus lapisan dari material adsorben.
Oleh karena itu, pada umumnya peristiwa absorpsi memiliki kekuatan ikatan yang
lebih tinggi.
Kinetika adsorpsi dapat dijelaskan sebagai tingkat perpindahan molekul dari
larutan ke pori-pori adsorben. Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses
penyerapan suatu zat oleh adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada

4
5

permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaaan
zat padat. (Arvianto dkk, 2019)
Faktor yang bisa menjadi pendorong terjadinya adsorpi ini, antara lain adalah
sebagai berikut;

a. Aktivasi Adsorben
Sebelum suatu material dapat digunakan sebagai adsorben, material
tersebut perlu dilakukan treatment yang dinamakan sebagai aktivasi. Proses
aktivasi ini bertujuan untuk membuat material adsorben tersebut memiliki
kemampuan untuk menyerap zat lain. Aktivasi pada umumnya dilakukan
dengan menghilangkan guest yang ada pada pori atau rongga adsorben
sehingga didapatkan material adsorben dengan rongga kosong dan
memungkinkan untuk diisi dengan adsorbat yang diinginkan.Proses aktivasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan pemanasan untuk
menguapkan zat guest atau dengan metode pencucian asam kuat untuk
melarutkan material guest pada adsorben.

b. Luas Permukaan Adsorben


Surface area atau luas permukaan juga memiliki peran penting
dalam proses adsorpsi karena peristiwa ini melibatkan permukaan dari
adsorben. Semakin luas permukaan suatu material adsorben, maka material
itu akan memiliki kapasitas adsorpsi yang semakin besar. Hal itu karena
semakin luas permukaan menandakan bahwa material itu memiliki peluang
lebih banyak untuk berinteraksi dengan adsorbat.

c. Waktu Kontak
Pada umumnya, semakin lama kita mencampurkan adsorben dengan
adsorbat maka interaksi yang terjadi juga akan semakin besar. Hal itu
dikarenakan pada proses adsorpsi, terkadang adsorbat harus melalui difusi
dimana proses ini juga memerlukan waktu. Oleh karena itu dengan waktu
yang cukup, maka proses difusi yang sempurna akan meningkatkan
kapasitas adsorpsi suatu zat.
6

d. Pengaruh Temperatur
Suhu lingkungan juga berpengaruh pada proses adsorpsi karena
pada dasarnya adsorpsi mengikuti prinsip Le-Chatelier pada kesetimbangan
kimia dimana semakin tinggi suhu maka proses adsorpsi akan menurun
sedangkan pada suhu rendah maka reaksi akan cenderung ke arah kanan.

e. Pengaruh Tekanan
Pengaruh tekanan ini biasa terjadi pada adsorpsi molekul gas dimana
kenaikan tekanan adsorbat dalam hal ini yaitu gas, maka akan meningkatkan
kemampuan adsorpsi dari adsorben. Hal itu karena pada tekanan tinggi
suatu molekul cenderung dipaksa untuk menempati ruang sempit, yang akan
terjadi yaitu molekul akan lebih mudah masuk ke dalam rongga atau pori
adsorben ketika diberi tekanan tinggi.

2.2 Karbon Aktif


Karbon aktif atau sering juga disebut sebagai arang aktif adalah suatu
material yang memiliki pori-pori sangat banyak, berfungsi untuk menyerap apa saja
yang dilaluinya. Pori–pori mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-
bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi, dengan
menggunakan gas, uap air dan bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka.
Suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa
dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Karbon aktif diproduksi
dari material apapun yang merupakan kandungan karbon organik.

Gambar 2.1 Karbon Aktif


7

Karbon Aktif adalah suatu bahan yang berupa karbon amorf yang
mempunyai luas permukaan yang sangat besar yaitu 300 sampai 2000 m2/gr. Luas
permukaan yang sangat besar ini disebabkan karena mempunyai struktur pori-pori.
Pori-pori inilah yang menyebabkan karbon aktif mempunyai kemampuan untuk
menyerap. Karbon aktif disusun oleh atom-atom karbon yang terikat secara
kovalen dalam suatu kisi yang hexagonal. Kemampuan karbon aktif mengadsorpsi
ditentukan oleh struktur kimianya yaitu atom C, H, dan O yang terikat secara kimia
membentuk gugus fungsional. Secara umum, ada dua jenis karbon aktif yaitu
karbon aktif fasa cair dan karbon aktif fasa gas.

Variabel yang berpengaruh pada pembuatan karbon aktif yaitu :


1) Suhu karbonisasi
2) Jenis zat aktifator
3) Konsentrasi aktifator
4) Waktu aktifasi
5) Ukuran karbon aktif

Tabel 2.1 Syarat Mutu Karbon Aktif Menurut SNI 06-3730-1995

No. Uraian Persyaratan


Kualitas
1 Bagian yang hilang pada pemanasan Max. 25%
950oC
2 Kadar air Max. 15%
3 Kadar abu Max. 10%
4 Daya Serap Terhadap Metil Blue Max (0,2-0,3) mg/L
5 Kadar fixed karbon Min. 65%
Sumber : (Scribd, Standar Kualitas Arang Aktif)

2.3 Belimbing Wuluh


Buah-buahan secara umum adalah sumber vitamin, mineral dan serat nabati
yang baik untuk pencernaan dan metabolisme manusia. Belimbing wuluh,
belimbing sayur, belimbing buluh atau belimbing asam adalah tanaman yang
8

memiliki pohon kecil dan berbunga sepanjang tahun. Buah belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi) selama ini dimanfaatkan sebagai bumbu masakan atau sayur,
membersihkan noda pakaian, mengkilatkan barang-barang dari kuningan, dan
sebagai bahan obat tradisional karena berkhasiat sebagai analgesik dan diuretic.
Buah belimbing wuluh kecil-kecil berbentuk segilima. Buah dan bunganya
menempel pada batang dan rasanya sangat asam. Buah belimbing wuluh
mengandung juga senyawa flavonoid dan triterpenoid yang berfungsi sebagai anti
bakteri dan banyak mengandung asam-asam organik yang biasa terdapat dalam
buah-buahan yaitu asam format, asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam oksalat
denganb kandungan asam yang paling tinggi yaitu asam sitrat mencapai 92,6 -
133,8 meq setara dengan 79,3% dalam 100 gram total padatan buah belimbing
wuluh(Fernanda,Zahra,2022).

Tabel 2.2 Kandungan Asam Buah Belimbing Wuluh

No. Asam organic Jumlah


(meq asam/100 g total
padatan)
1 Asam asetat 1,6-1,9 (4,1%)

2 Asam sitrat 92,6-133,8 (79,3%)


3 Asam format 0,4-0,9 (5,4%)
4 Asam laktat 0,4-1,2 (6,3%)
5 Asam oksalat 5,5-8,9 (4,9 %)
Sumber Monica agustina amaliawati, 2013

2.4 Usaha Laundry


Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,bahan
baku,barang setengah jadi dan atau barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya,termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri
yakni kelompok industri hulu (kelompok industri dasar), kelompok industri hilir,
dan kelompok industri kecil. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang
bersangkutan dengan cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan
atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi. Jasa pencucian yang sering kali
digunakan sebagai alternatif dalam menangani permasalahan tingkat kesibukan di
9

kota-kota besar adalah laundry. Laundry sering kali dimanfaatkan oleh sebagian
besar penduduk di kota-kota besar seperti Surabaya untuk mencuci pakaian karena
kurangnya waktu yang dimiliki untuk mencuci pakaian sendiri. Sebagain besar para
usaha laundry tidak memiliki suatu sistem pengolahan limbah cair yang dihasilkan.
Seperti yang Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan telah diketahui bahwa limbah
laundry mengandung banyak pencermar seperti BOD, COD, dan Fosfat yang tinggi.
Proses kerja dari usaha laundry ini sangatlah konvensional yaitu mencampurkan air
dengan deterjen yang mengandung surfaktan karena deterjen memiliki kesadahan
yang lebih baik daripada air sabun, tetapi limbah yang dihasilkan oleh surfaktan
juga dapat mencemari lingkungan apabila tidak dilakukan pengolahan oleh pemilik
usaha laundry (Pungut, dkk., 2021).
Usaha laundry saat ini mulai marak di Kota Palembang, karena kebutuhan
untuk mencuci tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga dan mengganggu aktifitas
kerja sehari-hari membuatparapengguna jasa tersebut lebih memilih menitipkan
pakaian kotor mereka untuk dicuci di penyedia pelayanan jasa tersebut. Bisnis
laundry dari jenis yangpaling sederhana dikenal dengan cuci setrika,bisnis ini
biasanya menjamur didaerah yang banyak terdapat kos-kosan atau rumah
kontrakan,dimana penyewakos atau kontrakan tak sempat atau tak bisa melakukan
cuci dan setrika baju sendiri. Biasanya ini dikerjakan oleh pembantu atau penjaga
kos-kosan itu.Sementara bentuk laundry yang canggih di Indonesia dari dulu
dikenal dengan istilah binatu. Dalam bahasa modern saat ini lebih dikenal dengan
istilah laundry dan dry clean,dimana untuk laundry pakaian dicuci menggunakan
mesin cuci, sedangkan untuk dry clean pakaian dibersihkan dengan cairan kimia
khusus yang bisa membersihkan dan merontokkan kotoran di pakaian tanpa dicuci
secara biasa.

2.4.1 Limbah Cair Usaha Laundry


Meningkatnya jumlah usaha pencucian pakaian (laundry) mengakibatkan
meningkatnya volume air limbah yang dihasilkan. Selama ini, hampir semua
industri laundry langsung membuang limbahnya ke saluran drainase atau badan air
tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut tentu menjadi penyebab
10

pencemaran air karena limbah laundry mengandung senyawa fosfat yang dapat
memicu terjadinya eutrofikasi. Industri laundry menghasilkan limbah cair yang
mengandung senyawa fosfat tinggi melebihi kadar fosfat yang diizinkan yaitu 0,2
mg/L (PP No 82 tahun 2001). Kadar fosfat yang tinggi berasal dari Sodium Tripoly
Phosfhate (STPP) yang merupakan salah satu bahan dalam deterjen
(Sailah,I.,dkk.,2020)
Deterjen terdiri atas tiga komponen utama, yaitu surfaktan, bahan bulders
(senyawa fosfat) dan bahan aditif (pemutih dan pewangi). Surfaktan yang banyak
digunakan sebagai detergen umumnya bersifat anionic, toksik dan dapat
menyebabkan destabilisasi bagi makhluk hidup. Selain itu surfaktan yang memiliki
gugus polar dan non polar dapat mempersatukan campuran minyak dan air.
Surfaktan jenis Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) dan Alkylbenzenesulphonates
(LAS) merupakan senyawa aktif detergen. Senyawa ABS sulit diuraikan sehingga
senyawa LAS lebih dominan digunakan untuk menggantikan senyawa ABS
tersebut. Senyawa LAS dapat terurai dalam kondisi aerob sehingga apabila dibuang
ke sungai maka senyawa LAS dapat terurai dengan mudah dan menyebabkan warna
air sungai menjadi keruh. Selain itu senyawa LAS juga dapat menghambat
pertumbuhan alga laut (Fernianti, D.,dkk.,2017). Limbah laundry mengandung
banyak pencermar seperti BOD, COD, dan Fosfat yang tinggi. Proses kerja dari
usaha laundry ini sangatlah konvensional yaitu mencampurkan air dengan deterjen
yang mengandung surfaktan karena deterjen memiliki kesadahan yang lebih baik
daripada air sabun, tetapi limbah yang dihasilkan oleh surfaktan juga dapat
mencemari lingkungan apabila tidak dilakukan pengolahan oleh pemilik usaha
laundry. Konsentrasi kandungan polutan dalam air limbah laundry telah melebihi
baku mutu yang telah ditetapkan. Parameter yang konsentrasinya sangat tinggi
adalah surfaktan dan COD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air
oleh zat organik yang secara alamiah yang dapat dioksidasi melalui proses biologis
dan berdampak negatif sehingga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air. Nilai konsentrasi COD pada umumnya lebih besar dari BOD. Fosfat
adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan
11

fosfor ekonomis. Sebagai contoh sumber fosfat yang besar adalah deterjen
(Pungut,dkk.,2021).

2.4.2 Karakteristik Limbah Cair Laundry


a. Warna
Limbah memiliki intensitas warna yang sangat penting,sehingga
kalau air limbah dibuang kebadan air akan merusak estetika badan air
penerima dan badan air yang berwarna pekat akan menyebabkan sinar
matahari berkurang. Hal ini akan menyebabkan kehidupan air tercemar
karena zat warnayang digunakan mengandung logam berat.

b. Pencemaran yang mengambang


Adanya pencemar yang mengambang pada badan air menyebabkan
badan air tertutup oleh lapisan yang mengandung dan akan menghambat
tumbuhan, tanah,air,terutama adanya minyakakan menyebabkan gangguan
pada kehidupan air.

c. Zat Tersuspensi
Arang aktif inibisa berupa zat organik maupun anorganik yang
mempunyai diameter partikel lebih besar 1 mikron. Padatan jenis ini dapat
mengendap tanpa bantuan koagulasi tapi waktu yang dibutuhkan relatif
lama. Padatan tersuspensi organik yang terdekomposisi didalam badan air
akan menyebabkan oksigen terlarut berkurang.

d. Koloid
Padatan koloid merupakan padatandengan ukuran antara 1 milimikron-
1 mikron dan tidak terendapkan tanpakoagulasi.Pada umumnya zat koloid
teroksidasi secarabiologibatau digumpalkan terlebihdahulu dengan zat-zat
koagulan kemudian baru diendapkan.

e. Padatan terlarut
Padatan ini termasuk dari asam, basa, logam berat dan bermacam-
macam bahan organik yang menyebabkan badan air penerima tidak biasa
12

dimanfaatkan dan membahayakan kehidupan air. Konsentrasi yang sangat


kecil dari bahan terlarut seperti fenol akan menimbulakan bau dan rasa pada
air, penguraian organik juga akan terjadi sehinnga menyebabkan
berkurangnya oksigen dan menimbulkan gas yang beracun dan bau pada
badan air penerima.

2.5 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan (Ali Amar Ma’ruf, 2017) Menggunkan Karbon
Aktif terhadap limbah laundry untuk menurunkan kadar sufaktan pada proses
adsorpsi. Pada penelitian ini di dapatkan penurunan surfaktan pada limbah laundry
jenis bubuk sebesar 0,663 mg/l dan limbah laundry jenis cair didapat sebesar 0,644
mg/l.
Penelitian yang dilakukan (Illah Sailah, Dkk, 2020) Hasil analisis karbon
aktif menunjukkan kadar air karbon aktif teraktivasi asam sebesar 3,49% dan
karbon aktif teraktivasi basa 2,89% serta kadar abu masing-masing sebesar 6,78%
dan 9,03%. Kadar air dan kadar abu tersebut memenuhi baku mutu SNI 06-3730-
1995. Hasil uji kinerja menunjukkan bahwa waktu kontak dan pH optimum karbon
aktif asam yaitu 30 menit dan pH 4 sedangkan karbon aktif basa yaitu 90 menit dan
pH 6. Kapasitas hasil adsorpsi karbon aktif asam mampu mengadsorpsi senyawa
fosfat 0,26 mg/g, sedangkan karbon aktif basa memiliki kapasitas adsorpsi
sebanyak 0,49 mg/g.
Penelitian yang di lakukan ( Dewi Fernianti, Mardwita , Linda Suryati,
2017) menggunakan karbon aktif dari ampas teh sebagai proses penyerapan
surfactan dalam limbah air pencucian pakaian detergen bubuk dan detergen cair
(limbah laundry). Pada penelitian ini di dapatkan Penurunan kadar surfaktan yang
optimal untuk detergen bubuk tercapai pada rasio pengenceran 46gr: 2,5lt pada
waktu 10 menit sebesar 0,958 mg/L dengan daya serap karbon aktif 5,133 mg/L.
Penurunan kadar surfaktan yang optimal untuk detergen cair tercapai pada rasio
pengenceran 10,5gr: 2,5lt dalam waktu 15 menit sebesar 0,949 mg/L dengan daya
serap karbon aktif 5,056 mg/L.
13

Penelitian yang dilakukan (Fanty Eka Adiastuti, Yanisworo Wijaya Ratih,


Roelan Afany, 2018) Meneliti penurunan limbah cair industri laundry dengan
menggunakan karbon aktif dan mengevaluasinya air limbah loundry yang diolah
digunakan untuk budidaya Azolla. Penelitian ini menerapkan 4 perlakuan yaitu
aplikasi karbon aktif dengan 3 ulangan menggunakan CompletelyRancangan Acak
(CRD). Perlakuan terdiri dari 0g, 5g, 10g, dan 15g aktif karbon yang ditambahkan
dalam satu liter air limbah laundry. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan 5g/L diaktifkan karbon pada air limbah laundry meningkatkan kadar
fosfat secara signifikan, dan menurunsignifikan dari kandungan detergen, BOD dan
nilai COD. Azolla sp. belum bisa tumbuh Azolla sp. memiliki kemampuan untuk
tumbuh pada aplikasi karbon aktif 5g/L dan mereka pertumbuhan tidak berbeda
nyata dengan perlakuan 10g/L dan 15g/L
Penelitian yang dilakukan (Wahyu P. Utomo, DKK, 2018) menggunakan
karbon aktif untuk menurunkan kadar surfaktan anionik (deterjen) dan fosfat yang
terdapat dalam air limbah laundry di kawasan Keputih, Surabaya dengan variasi
ukuran partikel yakni -60, -120 dan -200 mesh. Proses adsorpsi dilakukan dengan
metode batch. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar surfaktan anionik
pada limbah sebelum adsorpsi sebesar 10,65 ppm dan kadar fosfat sebesar 14,148
ppm. Kedua nilai tersebut berada diluar ambang batas yang ditetapkan pemerintah
sebesar 100 ppm. Uji adsorpsi menunjukkan bahwa karbon aktif mampu
menurunkan kadar surfaktan anionik dan fosfat secara signifikan. Kadar surfaktan
anionik terendah setalah adsorpsi mencapai 3.102 ppm yang dihasilkan dari karbon
aktif berukuran -200 mesh. Adsorpsi surfaktan anionik mengikuti model adsorpsi
isotermal Freundlich. Sementara itu, kadar fosfat tidak terdeteksi setelah proses
adsorpsi. Secara umum, semakin kecil ukuran karbon aktif, semakin besar kapasitas
adsorpsinya terhadap surfaktan anionik dan fosfat.
Penelitian yang dilakukan (Lila kurnia Dayanti dan Euis Nurul Hidayah,
2021) meneliti tentang Pengaruh adsorben karbon aktif komersial terhadap
penurunan fosfat dan surfaktan anionik (detergent) pada air limbah laundry dengan
menggunakan metode adsorpsi dengan karbon aktif komersial aliran upflow dengan
variasi debit 5 ml/menit, 10 ml/menit,dan 15 ml/menit dengan variasi tinggi 10
14

cm,15 cm, dan 20 cm serta waktu sampling 2 jam,4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam dan
12 jam . Hasil yang diperoleh efisiensi tertinggi dari penyisihan fosfat sebesar 99,07
% dan surfaktan anionic (detergen) 95,35 % . Debit optimum adalah 5 ml/menit
dengan ketinggian 15 cm fosfat dan 20 cm surfaktan anionic (detergen).Model yang
sesuai adalah freunlidch, dimana nilai R2 0,9418.
Penelitian yang dilakukan ( Nani Apriyan dan Novrianti, 2020 ) meleneliti
tentang efisiensi alat penyaring limbah laundry dengan prinsip absorbsi dan filtrasi.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dengan 3 perlakuan pada alat
penyaring yaitu menggunakan (1) karbon aktif, (2) zeolit dan (3) kombinasi karbon
aktif-zeolit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat penyaring
dengan karbon tak teraktivasi dapat meningkatkan Total Dissolved Solid (TDS)
dan kadar.

Anda mungkin juga menyukai