Anda di halaman 1dari 22

BAB VII

ISOTERM ADSORBSI

7.1. Tujuan Percobaan


Menentukan pengaruh lama pengocokan terhadap jumlah adsorbat yang diserap pada
proses adsorbsi asam klorida (HCl) dengan karbon aktif.
7.2. Tinjauan Pustaka
Adsorpsi merupakan suatu proses terjadinya penyerapan atau penarikan molekul-
molekul gas atau cairan pada permukaan adsorben. Adsorben merupakan suatu bahan
(padatan) yang akan dapat mengadsorpsi adsorbat. Beberapa adsorben yang dapat
digunakan dalam bidang penanganan limbah adalah serbuk gergaji, hasil samping
pertanian, limbah industri makanan, bakteri, miroalga, kitosan, dan rumput laut.
Salah satu adsorben yang lebih mudah dikembangkan adalah rumput laut. Secara
umum, keuntungan dari pemanfaatan rumput laut sebagai adsorben adalah sebagai berikut
- Rumput laut mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi karena di
dalam rumput laut terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion.
Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril imadazol, sulfat
dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma,
- Bahan bakunya mudah didapat dan tersedia dalam jumlah banyak,
- Biaya operasional yang rendah,
- Sludge yang dihasilkan sangat minim, dan
- Tidak perlu nutrisi tambahan.
Proses adsorpsi akan digambarkan dengan suatu persamaan isoterm adsorpsi. Isoterm
adsorpsi akan menggambarkan proses distribusi adsorbat di antara fase cair dan fase padat.
Dalam isoterm adsorpsi proses tersebut digambarkan dengan sebuah persamaan atau rumus.
Isoterm adsorpsi yang umum digunakan adalah isoterm Freundlich dan isoterm Langmuir.
Isoterm Freundlich didasarkan pada suatu terbentuknya lapisan tunggal molekul
(monolayer) dari suatu molekul adsorbat di permukaan adsorben.Selain itu, persamaan
isoterm Freundlich menjelaskan bahwa permukaan adsorben bersifat heterogen yang
memiliki makna bahwa setiap gugus aktif di permukaan adsorben memiliki kemampuan
mengadsorpsi yang berbeda-beda. Dari persamaan isoterm Freundlich maka dapat
diperoleh nilai Kf dan nilai n. Kf adalah indikator kapasitas adsorpsi, dan n adalah intensitas
adsorpsi.
Sedangkan isoterm adsorpsi Langmuir menggambarkan bahwa suatu adsorpsi
mengikuti asumsi sebagai berikut
- Adsorben dan adsorbat membentuk lapis tunggal (monolayer),
- Adsorpsi terlokalisir,
- Kalor adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan,
- Semua situs bersifat sama dan permukaan adsorben bersifat homogen, dan
- Kemampuan adsorpsi molekul pada suatu situs tidak tergantung pada situs yang lainnya.
Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya
kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi (adsorbat) dengan molekul-
molekul zat yang masih bebas. Berdasarkan persamaan isoterm Langmuir dapat diperoleh
informasi mengenai Q0, yang menunjukkan nilai dari kapasitas adsorpsi maksimum dari
adsorben Melalui isoterm adsorpsi dapat diketahui sifat dari gugus aktif pada adsorben.
Dalam menentukan isoterm adsorpsi pada proses adsorpsi ion Cu 2+ oleh rumput laut
Eucheuma spinosum, maka dilakukan penelitian dengan menentukan kesesuaian adsorpsi
dengan isoterm adsorpsi Freundlich dan isoterm adsorpsi Langmuir.
Penentuan Pola Isoterm Adsorpsi Penentuan isoterm adsorpsi dilakukan dengan
menganalisis linearitas kurva hubungan sesuai dengan persamaan isoterm Freudlich dan
Langmuir. Langkah pertama dalam penentuan isoterm adsorpsi adalah dengan merubah
persamaan Langmuir dan Freundlich menjadi persamaan garis lurus.
Dalam menentukan pola adsorpsi Freundlich dari data adsorpsi dapat dibuat kurva
log Qe terhadap log Ce maka akan diperoleh persamaan linear dengan intersep log Kf dan
kemiringan 1/n (Dewa, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai
berikut:
- Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas
permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
- Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi molekul
yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik menarik
terhadap molekul lain dibandingkan molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non
polar); Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan
adsorpsi. Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi
dibandingkan rantai yang lurus.
- Struktur molekul adsorbat
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan sedangkan
nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.
- Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
- Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap adsorben terhadap
adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka pemanasan yang terlalu tinggi
menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
- pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben
dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
- Kecepatan pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu
lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu
cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang
optimal.
- Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada
waktu kesetimbangan.
- Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh:
- tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan),
- ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif),
- ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
- konsentrasi ion logam (Isna, 2011).
Macam-macam jenis adsorban

Gambar 7.1. Karbon aktif


Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di
dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya
terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang aktif biasanya disebut karbon aktif yang dapat
menyerap beberapa jenis zat di dalam cairan ataupun gas. Berarti arang aktif dapat
digunakan sebagai bahan penjernih ataupun untuk menghilang-kan bau busuk. Pada arang
aktif terdapat banyak pori (zone) berukuran nano hingga mikrometer. Sedemikian
banyaknya pori sehingga dalam satu gram arang aktif bila semua dinding rongga pori
direntangkan, luas permukaannya dapat mencapai ratusan hingga ribuan meter persegi.
Kemudian, terdapat suatu bahan lagi yang dapat dijadikan adsorben pada proses
adsorben, yakni zeolit. Penggunaan zeolit alam sebagai adsorben untuk adsorpsi limbah
logam dalam air telah sering sekali dilakukan karena selain memenuhi sebagai adsorben
yang baik juga harganya terjangkau oleh masyarakat dan sangat mudah untuk didapat.
Namun pada beberapa kondisi, penggunaan zeolit kurang dapat dijadikan pilihan utama
adsorben karena daya pisahnya yang relatif masih rendah.

Gambar 7.2. Zeolit


Bahan ketiga yang biasa dapat digunakan sebagai adsorben adalah silika. Silika
ataupun silika gel adalah salah satu padatan anorganik yang mempunyai situs aktif gugus
silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si). Adanya gugus tersebut pada permukaan silika
membuat silika mempunyai kemampuan polarisabilitas rendah atau bersifat basa keras
sehingga cenderung untuk bereaksi dengan logam berat yang umumnya mempunyai tingkat
polarisabilitas yang tinggi atau asam lunak. Oleh karena itu, modifikasi pada permukaan
silika gel perlu dilakukan.
Gambar 7.3. Silika

(Isna, 2011).
Cara kinerja terbentuknya adsorben
Data adsorbsi menjelaskan kinerja adsorben dan isoterm adsorbsi serta distribusi
kesetimbangan zat terlarut antara adsorben dan larutan yang akan memberikan kemampuan
untuk memperkirakan efisiensi dan biaya adsorben. Model isoterm Freundlich dipilih untuk
memperkirakan intensitas adsorbsi dari adsorbat dari permukaan adsorben yang dituliskan
dalam bentuk rumus linear berikut

log Ce = log Kf + 1/n log Ce …………….……………...(7.1)

(Theivarasu, 2011).

Gambar 7.4. Grafik hubungan antar variasi


waktu kontak (jam) dengan
daya adsorpsi (mg/g)
(Army, 2009).
Meskipun reaksi kimia kebanyakan dilakukan dalam penentuan jumlah spesi kimia,
namun suatu reaksi kimia yang berlangsung dapat diketahui sesuai dengan sistem dikurangi
dengan jumlah-jumlah reaksi kesetimbangan yang berbeda, artinya suatu reaksi yang terjadi
antara zat-zat yang ada didalam sistem tersesbut (Ijang, 2000).
Alat yang digunakan untuk menetukan adsorben
Berbagai jenis pori-pori dalam bahan padat diklasifikasikan sesuai dengan asal pori-
pori dan faktor-faktor struktural pori-pori dibahas sehingga dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa macam penerapan serta metode dalam evaluasi distribusi ukuran pori dengan
isoterm adsorbsi molekular (Resolusi Molekuler Porosimetri), sudut kecil X-ray,
porosimetri merkuri, resonansi magnetik nuklir, dan thermoporosimetri (Thomas, 2015).
Persamaan isoterm adsorbsi Freundlich
Dalam menentukan rumus sangat diperlukan penganalisaan suatu sumber dan hasil
sumber itu sendiri, sehingga dalam pencarian rumus selalu didasari oleh sumber yang jelas.
Seperti halnya penentuan rumus isoterm dapat dituliskan sebagai berikut
υ(P) = A P1/ n , 0<1 / n<………..…….……………....(7.2)
υ = volume gas yang teradsorbsi
Tekanannya berkisar antar 10-9 sampai dengan 10-5 dan suhu antara 77,6-90,3 K, sedangkan
untuk potensial adsorbsi dirumuskan dengan
ε = -RT ln (P/P0) ………..….….……………........(7.3)
P0 = tekanan uap dari adsorbsi cair pada suhu pengukuran
T = suhu cairan
Sehingga akan dapat ditemukan bahwa fungsi ini memiliki bentuk berikut yang
berketerkaitan dengan rumus-rumus penentuan volume adsorbsi diatas
ln υ = ln υ0-Bε2 ………..………………………...(7.4)
(Rudzinski, 2008).
Karbon aktif adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya
serap/adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Karbon aktif
secara luas digunakan sebagai adsorben dan secara umum mempunyai kapasitas yang besar
untuk mengadsorpsi molekul organik. Arang aktif atau karbon aktif adalah arang yang
dapat menyerap anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik maupun
anorganik, larutan ataupun gas. Karbon aktif terdiri dari berbagai mineral yang dibedakan
berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan karakteristiknya (Isna, 2011).
7.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- rumus kimia : H2O
- bau : tidak berbau
- bentuk fisik : cair
- berat molekul: 18,02 g/mol
- densitas : 1.000
- pH : 7
- titik didih : 100 oC
- titik lebur : 0 oC
- warna : tidak berwarna
B. Asam klorida

- rumus kimia : HCl


- bau : tidak berbau
- bentuk fisik : cair
- berat molekul: 36,46 g/mol
- densitas : 1.18
- pH :<1
- titik didih : 53 °C
- titik lebur : -74 °C
- warna : tak berwarna
C. Asam oksalat

- rumus kimia : C2H2O4.2H2O


- bau : tak berbau
- bentuk fisik : padat
- berat molekul: 126,07 g/mol
- densitas : 1.653
- pH :1
- titik didih : 149-160 °C
- titik lebur : 101°C
- warna : putih
D. Indikator Phenolphthlaein

- rumus kimia : C20H14O4


- bau : tak berbau
- bentuk : padat
- berat molekul: 318,33 g/mol
- densitas : 1.299
- pH :7
- titik didih : 64,5 °C
- titik lebur : 260 °C
- warna : tidak berwarna
E. Karbon aktif
- rumus kimia : C
- bau : tak berbau
- bentuk fisik : padat
- berat molekul: 12,01 g/mol
- densitas : 3.51
- ph : 13,5
- titik didih : 4826,6 C
- titik lebur : 3500C
- warna : hitam
F. Natrium hidroksida
- rumus kimia : NaOH
- bau : tak berbau
- bentuk fisik : cairan
- berat molekul: 40 g/mol
- densitas : 2.13
- pH : 13,5
- titik didih : 1388C
- titik lebur : 323C
- warna : tak berwarna
7.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Batang pengaduk - Aquadest (H2O)
- Beakerglass - Asam klorida (HCl)
- Botol Aquadest - Asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
- Buret - Karbon aktif
- Corong kaca - Indikator Phenolphthlaein (C20H14O4)
- Erlenmeyer - Natrium hidroksida (NaOH)
- Gelas arloji
- Karet penghisap
- Kertas saring
- Labu ukur
- Neraca
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Statif dan klem
- Stopwatch
- Shaker
7.5. Prosedur Percobaan
A. Aktifasi karbon
- Mengayak karbon aktif sampai berat karbon aktif kurang lebih 15 gram
- Meletakkan didalam cawan kecil, lalu masukkan ke dalam oven pada suhu 250o C
- Mendiamkan selama 3 jam
B. Preparasi larutan
- Membuat larutan asam klorida 0,2 N sebanyak 500 mL
- Membuat larutan natrium hidroksida 0,1 N sebanyak 500 mL
- Membuat larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 50 mL
C. Standardisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standard asam
oksalat
- Memipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
indikator phenolphthlaein sebanyak 3 tetes.
- Menstandardisasi dengan larutan natrium hidroksida sampai warna larutan
berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda, dan ulangi percobaan sampai 3
kali.
D. Pengerjaan contoh
- Menimbang 1 gram karbon aktif, masukkan ke dalam Erlenmeyer, lakukan
sebanyak 6 kali
- Menambahkan 50 mL larutan HCL 0,2 N pada masing-masing Erlenmeyer,
kemudian tutup Erlenmeyer tersebut dan kocok selama 5, 10, 15, 20, 25 dan 30
menit
- Menyaring tiap larutan dengan menggunakan kertas saring
- Memipet 10 mL dari tiap larutan lalu titrasi dengan larutan standard NaOH
0,1 N dengan menggunakan indikator phenolphthlaein.
7.6. Data Pengamatan
Tabel 7.1. Standardisasi NaOH dengan H2C2O4.2H2O
No Volume H2C2O4.2H2O (mL) Volume NaOH (mL)
1. 10 8
2. 10 7,8
3. 10 8

Tabel 7.2. Volume titrasi NaOH

Normalitas HCl (N)


Bobot Arang Waktu Volume Volume
No Awal Setelah
Aktif (g) (menit) HCl (mL) NaOH (mL)
Titrasi
1. 1 5 50 16 0,2 0,0134
2. 1 10 50 15,5 0,2 0,0130
3. 1 15 50 14,5 0,2 0,0128
4. 1 20 50 18,7 0,2 0,0157
5. 1 25 50 19,9 0,2 0,0167
6. 1 30 50 20,2 0,2 0,0169

7.7. Grafik
Grafik 7.1 Perbandingan N HCl dengan t (menit)

Grafik 7.2 Perbandingan jumlah x (g) dengan t (menit)


Grafik 7.3 Perbandingan log c log x/m
7.8. Dokumentasi

Gambar 7.5 Sebelum titrasi Gambar 7.6 Setelah titrasi


Gambar 7.7 Karbon aktif dicampur Gambar 7.8 Karbon aktif setelah
dengan HCl disaring

Gambar 7.9 Hasil titrasi karbon Gambar 7.10 Hasil titrasi karbon
aktif pengadukan 10 aktif pengadukan 5
menit menit
7.9. Pembahasan
A. Aktivasi Karbon
- Aktivasi karbon, dengan cara mengayak karbon aktif sampai berat karbon
aktif kurang lebih 15 gram, kemudian diletakkan dalam cawan kecil dan
massukan dalam oven pada suhu 250 oC selama 3 jam.
- Aktivasi karbon bertujuan untuk memaksimalkan hasil penyerapan
permukaan oleh karbon aktif (proses adsorpsi) dan membuka pori-pori (ruang)
permukaan karbon aktif.
- Masukkan karbon yang telah keluar dari oven kedalam desikator untuk
mendinginkan karbon yang masih bersuhu tinggi, tunggu kira-kira 20-30 menit
lalu ambil karbon aktif didalam desikator.
B. Preparasi Larutan
- Pertama buat terlebih dahulu larutan asam klorida 0,2 N sebanyak 500 mL
yang berfungsi sebagai bahan yang akan diadsorbsi menggunakan karbon aktif,
dengan cara pipet asam klorida sebanyak 9,8 mL kemudian memasukan dalam
labu ukur 500 mL dan menambahkan Aquadest hingga tanda batas setelah itu
pindahkan dalam Beakerglass 600 mL, kedua membuat larutan natrium
hidroksida 0,1 N sebanyak 500 mL berfungsi sebagai penitran dalam titrasi HCl
setelah diadsorbsi, dengan cara menimbang 2 gram natrium hidroksida kemudian
larutkan dengan Aquadest dalam labu ukur 500 mL hingga tanda batas, yang
ketiga membuat larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 50 mL berfungsi sebagai
penstandar larutan natrium hidroksida dengan cara menimbang asam oksalat
sebanyak 0,315 gram kemudian dilarutkan dengan Aquadest hingga tanda batas.
C. Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standar asam oksalat
- Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standard asam
oksalat, berfungsi untuk mengetahui konsentrasi larutan. Kemudian memipet 10
mL larutan asam oksalat dan memasukan ke dalam Erlenmeyer dan
menambahkan indikator phenolphthlaein sebanyak 3 tetes, indikator ini berfungsi
untuk mengetahui kapan reakti tersebut akan mengalami titik akhir atau titik
ekivalen, kemudian standarisasi dengan larutan NaOH sampai berubah warna
menjadi merah jambu, dan diulangi sampai 3 kali.
- Berdasarkan hasil praktikum, konsentrasi NaOH yang didapat sebesar
0,0420 N berbeda dengan hasil secara teoritis yaitu 0,1 N.
D. Pengerjaan Contoh
- Pengerjaan contoh dengan cara menimbang 1 gram karbon aktif, karbon
aktif digunakan sebagai adsorben. Arang aktif digunakan karena arang aktif
mempunyai daya serap yang sangat besar, kemudian memasukkan dalam
Erlenmeyer dilakukan sebanyak 6 kali kemudian menambahkan 50 mL larutan
asam klorida, asam klorida (HCl) digunakan sebagai adsorbat, pada masing-
masing Erlenmeyer yang telah berisi karbon aktif dan menutupnya dengan
plastik kemudian di kocok selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah itu
saring larutan tersebut dengan kertas saring, kemudian pipet 10 mL dari larutan
yang telah di saring dan menambahkan 3-5 tetes indikator phenolphthlaein
kemudian di titrasi dengan larutan NaOH.
- Pada saat praktikum terdapat beberapa kesulitan untuk mencapai titik akhir
titrasi (warna tidak berubah) hal ini disebabkan karena adanya kesalahan
prosedur dalam menentukan volume HCl (50 mL) dimana volume tersebut belum
dapat merubah warna pada saat titrasi.
7.10. Kesimpulan
Semakin lama waktu pengocokan maka semakin banyak HCl yang diserap pada
proses adsorbsi, sehingga konsentrasi HCl akan semakin kecil dan berdasarkan hasil
kerja praktikum yang terdapat pada prosedur kerja (pengocokan selama 5 dan 10
menit) telah sesuai dengan teori yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Haghi, Thomas, Mirmahaleh, Mehdipour, Moein. 2015. Foundations Of Nanotechnology


Volume 1 : Pare Size In Carbon-Based Nano-Adsorbent. Los Angeles
Ijang, Rohman, Sri, Mulyani. 2000. Kimia Fisika 1 Pengantar Termodinamika Dan
Aplikasinya Dalam Kimia. Jakarta
Rudzinski, Everett. 2008. Adsorption Of Gases On Heterogeneous Surfaces. Polandia
Army, Auliah. 2009. Lempung Aktif Sebagai Adsorben Ion Fosfat Dalam Air. Makassar.
(Vol. 10 No. 2)
Dewa, Gede, Prabhasastra, Kusuma, Made, Wiratini, Gusti, Lanang, Wiratma. 2014.
Isoterm Adsorpsi Cu2+ Oleh Biomassa Rumput Laut Eucheuma Spinosum. Bali. (Vol. 2
No. 1)
Isna, Syauqiah, Mayang, Amalia, Hetty, Kartini. 2011. Analisis Variasi Waktu Dan
Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat Dengan Arang Aktif.
Yogyakarta. (Vol.12 No.1)
Theivarasu, Mylsamy. 2011. Comparative Adsorption Study Of Acid Red 18 on Cocoa
(Theobroma Cacao) Shell And Commercial Activated Carbon. India. (Vol. 1 No. 2).

APPENDIKS

VII. ISOTERM ADSORBSI

A. Membuat larutan HCl 0,2 N sebanyak 500 mL


HCl = 1,16 g/mL
ρ
BE HCl = 36,5
% HCl = 32%
N HCl =
%HCl×1000× ρ HCl
BE HCl
=
0,32×1000×1,16
36,5
= 10,18 N
V HCl × N HCl = VHCl 32% × N HCl 32%
0,2 N × 500 mL = V HCl 32% × 10,18 N
V HCl 32% = 9,82 mL
Jadi, untuk membuat larutan HCl 0,2 N sebanyak 500 mL adalah dengan memipet
9,82 mL HCl dan mengencerkan dalam labu ukur dengan Aquadest sampai 500 mL.
B. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 mL

NNaOH =
W NaOH 1000
×
BE NaOH V

0,1 =
W NaOH 1000
×
40 500
WNaOH = 2 gram
Jadi, untuk membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 mL adalah dengan
menimbang 2 gram NaOH dan melarutkannya dalam labu ukur dengan Aquadest
sampai 500 mL.

C. Membuat larutan H2C2O4 0,1 N sebanyak 50 mL


= ×
NH C O W (H 1000
2 2 4
.2H2 O 2 C 2 O 4 . 2H 2 O )
BE ( H C O .2H O) V
2 2 4 2
0,1 N = ×
W (H
2
C 2 O 4 . 2H 2 O) 1000
BE ( H C O .2H O) 50
2 2 4 2

= 0,31 gram
WH C O .2H2 O
2 2 4

Jadi, untuk membuat larutan H2C2O4 0,1 N sebanyak 50 mL adalah dengan


menimbang 0,31 gram H2C2O4.2H2O dan melarutkannya dalam labu ukur dengan
Aquadest sampai 50 mL.
D. Standardisasi natrium hidroksida dengan asam oksalat
Vtitrasi rata-rata = = 23,8
8+7,8+8
3
Menentukan konsentrasi larutan NaOH
(V×N)NaOH = (V×N)
H 2 C 2 O4

23,8 mL × NNaOH = 10 mL × 0,1 N


NNaOH = 0,0420 N
Jadi normalitas NaOH hasil standardisasi adalah 0,0420 N
E. Menghitung Normalitas akhir larutan HCl
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = volume NaOH
V2 = volume HCl
N1 = normalitas NaOH
N2 = normalitas HCl
- Mengambil sampel HCl padat = 5 menit:
VNaOH untuk titrasi = 16 mL
(V x N)NaOH = (V x N)HCl
16 mL x 0,0420 N = 50 x NHCl
NHCl = 0,0134 N
Dengan perhitungan yang sama akan diperoleh normalitas akhir HCl dalam tabel
berikut:
VNaOH
No. t (menit) NNaOH (N) VHCl (mL) NHCl (mL)
(mL)
1. 5 16 0,0420 50 0,0134
2. 10 15,5 0,0420 50 0,0130
3 15 14,5 0,0420 50 0,0128
4. 20 18,7 0,0420 50 0,0157
5. 25 19,9 0,0420 50 0,0167
6. 30 20,2 0,0420 50 0,0169

F. Menghitung berat zat yang teradsorbsi (x)


x = (NHCl awal – NHClakhir) × BEHCl ×
V HCl
1000
Mengambil sampel HCl pada t = 5 menit:
x = (0,2–0,0134) × 36,5 ×
50
1000
= 0,3405 gram
Dengan perhitungan yang sama akan diperoleh harga x (jumlah zat yang teradsorbsi)
dalam tabel berikut:
m N N akhir x x
No. x (g) log C
(g) awal (C) m (g) log m

1. 1 0,2 0,0134 0,3405 0,3405 -0,4678 -1,8728

2. 1 0,2 0,0130 0,3142 0,3142 -0,5028 -1,5565

3. 1 0,2 0,0128 0,3425 0,3425 -0,4653 -1,8927

4. 1 0,2 0,0157 0,3363 0,3363 -0,4732 -1,8041

5. 1 0,2 0,0167 0,3345 0,3345 -0,4756 -1,7772

6. 1 0,2 0,0169 0,3341 0,3341 -0,4761 -1,7721


G. Mengetahui hubungan antara log dengan log C
x
m
x
No. Log C (y) x.y x2
Log m (x)

1. -0,4678 -1,8728 0,8760 0,2188

2. -0,5028 -1,5565 0,7826 0,2528

3. -0,4653 -1,8927 0,8807 0,2165

4. -0,4732 -1,8041 0,8540 0,2241

5. -0,4756 -1,7772 0,8452 0,2261

6. -0,4761 -1,7721 0,8436 0,2266

Ʃ -2,8608 -10,6754 5,0911 1,3649

Perhitungan regresi untuk mencari a dan b:


( ∑ y ) ( ∑ x2 ) −( ∑ x )( ∑ xy )
a= 2
n ∑ x 2− ( ∑ x )
(−10,6754 ) ( 1,3649 ) − (−2,8608 ) (5,0911 )
= 2
6×1,3649− (−2,8608 )
= 0,1047

n ( ∑ xy ) - ( ∑ x )( ∑ y ) 6 (5,0911 ) - (−2,8608 )( -10,6754 )


b= 2
= 2
n ∑ x - (∑ x )
2
6×1,3649 - (−2,8608 )

= -0,1097

y = a+bx 0,1047 (-0,1097)(0,3405)


= 0,0673

H. Menghitung nilai k
1
x
Dari persamaan: = kC n , maka nilai k pada t = 5 adalah:
m

k = x
1 0,3405
m. C n k= 1/6
0,0134
k = 0,6789
No. m (g) T N akhir (C) x (g) n k

1. 1 5 0,0134 0,3405 6 0,6789

2. 1 10 0,0278 0,3142 6 0,5574

3. 1 15 0,0128 0,3425 6 0,6878

4. 1 20 0,0157 0,3363 6 0,6537

5. 1 25 0,0167 0,3345 6 0,6438

6. 1 30 0,0169 0,3341 6 0,6418

 3,8634

Jadi rata-rata k adalah =

∑ k = 3,8634 = 0, 6439
6 6

Anda mungkin juga menyukai